sistemik lupus eritematosus
DESCRIPTION
sistemik lTRANSCRIPT
SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUS
(SLE)
Annisa Shafira Nadya Kartikasari (121.0211.105)
DEFINISI
SLE adalah penyakit autoimun yang kronik dan menyerang berbagai sistem dalam tubuh.
(Sylvia)
Atau merupakan penyakit autoimun multisistem dengan manifestasi dan sifat yang sangat
berubah-ubah. (Robbins Kumar)
Pada tahun 1800-an diberi nama lupus karena sifat ruamnya yang berbentuk “kupu-
kupu”, melintasi tonjolan hidung dan meluas pada kedua pipi yang menyerupai gigitan
serigala. (Lupus, bahasa latin = serigala)
EPIDEMIOLOGI
• Prevalensi dalam populasi 1 kasus per 2500 orang.
• Lebih banyak menyerang kaum perempuan dengan perbandingan 8:1 yang menyerang
1 di antara 700 perempuan usia subur.
• Dimulai pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa
• Di AS, menyerang perempuan Afrika Amerika (kulit hitam) 3 kali lebih sering
daripada perempuan Kaukasia.
GAMBARAN KLINIS
Gejala yang paling sering adalah arthritis simteris atau atralgia biasanya sebagai
manifestasi awal. Sendi yang paling sering terserang adalah sendi-sendi proksimal tangan,
pergelangan tangan, siku, bahu, lutut, dan pergelangan kaki.
Gejala konstitusional seperti demam, rasa lelah, lemah, berkurangnya berat badan biasa
timbul di awal penyakit.
DIAGNOSIS
Gambaran klinis SLE sangat beragam dan mempunyai kemiripan dengan penyakit
jaringan ikat autoimun lain sehingga diperlukan kriteria untuk diagnosisnya.
Jika pasien menunjukkan 4 atau lebih kriteria selama observasi, diagnosis SLE dapat
ditegakkan.
DERAJAT SLE
SLE RINGAN
• Secara klinis tenang
• Tidak terdapat tanda atau gejala yang mengancam nyawa.
• Fungsi organ normal atau stabil, yaitu ginjal, paru, jantung, gastrointestinal, SSP,
sendi, hematologi dan kulit.
Contoh: SLE dengan manifestasi arthritis dan kulit
SLE SEDANG
• Nefritis ringan sampai sedang (kelas I dan II)
• Trombositopenia
• Serositis mayor
SLE BERAT
• Jantung: endokarditis Libman-Sacks, vaskulitis arteri koronaria, miokarditis,
tamponade jantung, hipertensi maligna.
• Paru-paru: hipertensi pulmonal, perdarahan paru, pneumonitis, emboli paru, infark
paru, fibrosis interstisial, shrinking lung.
• Gastrointestinal: pankreatitis, vaskulitis mesenterika.
• Ginjal: Nefritis prolifertif dan atau membranous.
• Kulit: vaskulitis berat, ruam difus disertai ulkus atau melepuh (blister)
• Neurologi: kejang, acute confusional state, koma, stroke, mielopati transversa,
mononeuritis, polioneuritis, neuritis optik, psikosis, sindroma demielinasi.
• Hematologi: Anemia hemolitik, neutropenia, trombositopenia, purpura trombotik
trombositopenia, trombosis vena/arteri.
PATOGENESIS
Kelainan mendasar pada SLE adalah kegagalan mempertahankan toleransi diri.
Akibatnya terdapat autoantibodi dalam jumlah besar yang merusak jaringan secara langsung
ataupun dalam bentuk endapan kompleks imun. (ANAà antibodi antinuklear)
Contoh: pada orang normal DNA tidak bersifat antigenik. Namun pada SLE DNA bersifat
antigenik, ANA (anti-DNA) melekat pada DNA dan diendapkan pada glomerulus ginjal.
Kompleks imun ini mengakibatkan peradangan ginjal, kerusakan jaringan, dan pembentukan
jaringan parut.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
• Faktor Genetik
à Indeks yang tinggi (25%) pada kembar monozigotik. Dan kembar dizigotik (1-3%)
à Anggota keluarga yang mempunyai risiko meningkatkan untuk menderita SLE,
biasanya kerabat tingkat pertama.
• Faktor Non-genetik
à Minum obat tertentu (prokainamid dan hidralazin) yang meningkatkan ANA
à Hormon seks, esterogen, yang meningkatkan sintesis antibodi.
à Pajanan sinar UV, merusak DNA, meningkatkan jejas jaringan.
• Faktor Imunologis
à Respons sel B oligoklonal yang lebih selektif terhadap antigennya sendiri.
MORFOLOGI
• Vaskulitis nekrotikans akut
Menyerang arteri kecil serta arteriol dan dapat muncul di setiap jaringan. Ditandai
dengan nekrosis dan endapan fibrinoid di dalam dinding pembuluh darah yang mengandung
antibodi-DNA. Pada tahap kronis, terjadi penebalan fibrosa pada pembuluh darah disertai
penyempitan lumen.
• Serangan pada kulit
Terjadi erupsi eritematosa atau makulopapular di atas eminentia malaris dan jembatan
hidung (pola kupu-kupu). Pajanan sinar UV dapat memperburuk.
• Serangan pada sendi
ditemukan adanya pembengkakan dan infiltrasi sel mononuklear nonspesifik pada
membran sinovial.
• Serangan pada SSP
Cedera SSP karena vaskulitis SSP akut yang menimbulkan mikroinfark serebral
multifokal.
• Limpa
penebalan kapsula fibrosa dan hiperplasia folikular dan sel pupla rubra. Penebalan
arteri penisilaris sentralis.
• Serangan pada jantung
bermanifestasi dalam bentuk perikarditis, miokarditis, dalam bentuk infiltrat sel
mononuklear nonspesifik.
• Serangan pada ginjal
Kelas I Normal melalui pemeriksaan mikroskop cahaya, elektron, dan imunofuoresen
(jarang).
Kelas II
(Glomerulonefritis
lupus mesangial)
Terjadi pada 20% kasus disertai gejala klinis ringan.
Kompleks imun mengendap dalam mesangium, disertai sedikit peningkatan
pada matriks dan selularitas mesangium.
Kelas III
(Glomerulonefritis
proliferatif fokal)
Terjadi kira-kira 25% kasus. Lesi hanya terlihat pada bagian kurang dari
separuh glomeruli. Adanya pembengkakan serta proliferasi sel endotel dan
mesangium, infiltrasi oleh neutrofil, dan/atau endapan fibrinoid disertai
trombus kapiler. Juga disertai proteinuria dan hematuria mikroskopis ringan
(menuju bentuk serangan ginjal lebih berat)
Kelas IV
(Glomerulonefritis
proliferatif difus)
Bentuk lesi yang paling serius dan paling sering pada SLE, terjadi kira-kira pada
separuh pasien. Glomerulus menunjukkan proliferasi endotel dan mesangium
yang menyerang seluruh glomerulus. Terdapat hiperselularitas difus pada
glomerulus. Kompleks imun menebalkan seluruh dinding kapiler menyerupai
“gulungan kawat” kaku. Pada waktunya, cedera glomerulus menimbulkan
jaringan parut. Pasien mengalami hematuria disertai proteinuria sedang
sampai berat, hipertensi, dan insifisiensi ginjal.
Kelas V
(Glomerulonefritis
membranosa)
Terjadi pada 15% kasus, merupakan penanda penyakit glomerulus yang
ditandai penebalan dinding kapiler yang meluas karena peningkatan
pengendapan material. Pasien hampir selalu mengalami proteinuria berat yang
disertai dengan sindrom nefritik yang nyata.