sistematika.pdf

8
(Oleh: Ofri Johan M.Si.) * Keahlian identifikasi karang hingga ke tingkat spesies masih tergolong langka di Indonesia. Berbeda dengan identifikasi pada ikan karang yang umumnya langsung ke tahap spesies, identifikasi karang dimulai secara bertahap, yakni dari pengenalan bentuk-bentuk pertumbuhan karang (coral life form) dan tipe-tipe koralit terlebih dahulu, kemudian memasuki tingkat marga, dan terakhir ke tingkat spesies. Identifikasi karang hingga ke tingkat spesies sangat sulit dilakukan, karena melibatkan analisa ciri taksonomi yang rumit dan seringkali ciri tersebut tidak kasat mata, bahkan pada beberapa kasus harus menggunakan teknik analisa DNA. Selain itu jumlah spesies karang di Indonesia tergolong sangat banyak. Perairan Indonesia terkenal memiliki keanekaragaman jenis karang tertinggi di dunia, disamping Filipina dan Australia. Hasil survei pada suatu kawasan di Raja Ampat, Papua, menemukan sekitar 480 spesies karang, sedangkan spesies karang yang ditemukan di dunia hingga saat ini ada sekitar 800. Dengan kata lain, lebih dari separuh spesies karang di dunia, dapat ditemukan di perairan Indonesia. 1. Teknik Identifikasi Karang Sistematika dan Teknik Identifikasi Karang Teknik identifikasi karang dapat dilakukan dengan empat cara: 1. Teknik visual, yakni pengamatan langsung di alam. Teknik visual ini memperhatikan warna karang hidup, bentuk koloni dan bentuk tentakel yang ada (untuk spesies karang tertentu dimana tentakelnya keluar di siang hari). Cara visual ini lebih mudah untuk spesies karang tertentu, namun tidak dapat diterapkan pada semua spesies karang. Identifikasi karang ke tingkat spesies biasanya membutuhkan alat bantu mikroskop untuk melihat bagian-bagian koralit dari rangka kapurnya. Pengamatan secara langsung ini bisa gunakan bagi peneliti yang telah berpengalaman. 2. Teknik menelaah rangka kapur karang. Teknik ini memperhatikan bentuk rangka kapur karang, pada karang yang telah mati. Untuk dapat menerapkan teknik ini, kita terlebih dahulu harus memahami bagian-bagian dari rangka kapur karang. Bagian-bagian dari rangka kapur karang yang perlu diperhatikan antara lain ialah bentuk koloni (apakah tergolong masif, bercabang, lembaran, dll.), bentuk koralit (ceroid, plocoid, meandroid, dll.) dan bagian-bagian koralit lainnya seperti septa, pali, columella dan coenostium. Alat bantu yang diperlukan antara lain ialah kaca pembesar. 3. Pengamatan pada bentuk pertumbuhan karang. Cara ini sangat mudah dan cepat dipelajari yaitu dengan melihat bentuk pertumbuhan koloni * Disampaikan pada acara Training Course: Karakteristik Biologi Karang, tanggal 7-12 Juli 2003, yang diselenggarakan oleh PSK-UI dan Yayasan TERANGI, serta didukung oleh IOI- Indonesia. 1

Upload: krisye-pasanea

Post on 24-Dec-2015

229 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: sistematika.pdf

(Oleh: Ofri Johan M.Si.)*

Keahlian identifikasi karang hingga ke tingkat spesies masih tergolong langka di Indonesia. Berbeda dengan identifikasi pada ikan karang yang umumnya langsung ke tahap spesies, identifikasi karang dimulai secara bertahap, yakni dari pengenalan bentuk-bentuk pertumbuhan karang (coral life form) dan tipe-tipe koralit terlebih dahulu, kemudian memasuki tingkat marga, dan terakhir ke tingkat spesies. Identifikasi karang hingga ke tingkat spesies sangat sulit dilakukan, karena melibatkan analisa ciri taksonomi yang rumit dan seringkali ciri tersebut tidak kasat mata, bahkan pada beberapa kasus harus menggunakan teknik analisa DNA. Selain itu jumlah spesies karang di Indonesia tergolong sangat banyak. Perairan Indonesia terkenal memiliki keanekaragaman jenis karang tertinggi di dunia, disamping Filipina dan Australia. Hasil survei pada suatu kawasan di Raja Ampat, Papua, menemukan sekitar 480 spesies karang, sedangkan spesies karang yang ditemukan di dunia hingga saat ini ada sekitar 800. Dengan kata lain, lebih dari separuh spesies karang di dunia, dapat ditemukan di perairan Indonesia.

1. Teknik Identifikasi Karang

Sistematika dan Teknik Identifikasi Karang

Teknik identifikasi karang dapat dilakukan dengan empat cara:

1. Teknik visual, yakni pengamatan langsung di alam. Teknik visual ini memperhatikan warna karang hidup, bentuk koloni dan bentuk tentakel yang ada (untuk spesies karang tertentu dimana tentakelnya keluar di siang hari). Cara visual ini lebih mudah untuk spesies karang tertentu, namun tidak dapat diterapkan pada semua spesies karang. Identifikasi karang ke tingkat spesies biasanya membutuhkan alat bantu mikroskop untuk melihat bagian-bagian koralit dari rangka kapurnya. Pengamatan secara langsung ini bisa gunakan bagi peneliti yang telah berpengalaman.

2. Teknik menelaah rangka kapur karang. Teknik ini memperhatikan

bentuk rangka kapur karang, pada karang yang telah mati. Untuk dapat menerapkan teknik ini, kita terlebih dahulu harus memahami bagian-bagian dari rangka kapur karang. Bagian-bagian dari rangka kapur karang yang perlu diperhatikan antara lain ialah bentuk koloni (apakah tergolong masif, bercabang, lembaran, dll.), bentuk koralit (ceroid, plocoid, meandroid, dll.) dan bagian-bagian koralit lainnya seperti septa, pali, columella dan coenostium. Alat bantu yang diperlukan antara lain ialah kaca pembesar.

3. Pengamatan pada bentuk pertumbuhan karang. Cara ini sangat

mudah dan cepat dipelajari yaitu dengan melihat bentuk pertumbuhan koloni

* Disampaikan pada acara Training Course: Karakteristik Biologi Karang, tanggal 7-12 Juli 2003, yang diselenggarakan oleh PSK-UI dan Yayasan TERANGI, serta didukung oleh IOI-Indonesia.

1

Page 2: sistematika.pdf

karang. Bagi peneliti muda dan penelitian kondisi terumbu karang, metode ini sudah sering digunakan. Kemudian kemampuan identifikasi karang akan terus meningkat sesuai dengan pengalaman seiring dengan berjalannya waktu dan seringnya melakukan survei karang.

4. Teknik analisa DNA. Teknik ini berskala laboratorium dan masih jarang

dilakukan oleh peneliti. Teknik ini diperlukan untuk kasus-kasus tertentu, dimana kita mengalami kesulitan menentukan spesies dari suatu karang, jika hanya berdasarkan bentuk pertumbuhan koloni dan telaah rangka kapur. Bentuk pertumbuhan koloni karang sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan pola adaptasi karang terhadap kondisi lingkungannya. Oleh karena itu dapat saja terjadi bahwa satu jenis karang yang sama, memiliki bentuk pertumbuhan koloni yang berbeda. Untuk membuktikan bahwa mereka masih tergolong satu spesies, diperlukan analisa pada DNA.

2. Sistematika Karang OUTLINE OF CLASSIFICATION Phylum Cnidaria (Coelenterata) Kelas Ordo Sub-Ordo Familia Genus Anthozoa Coenthecalia Helioporidae Heliopora Gorgonacea Corallidae Corallium Melithaeidae Melithaea Stolinifera Tubiporidae Tubipora Scleractinia Archaecoenina Astrocoeniidae Stylocoeniella Acroporidae Acropora Montipora Anacropora Astreopora Pocilloporidae Pocillopora Seriatopora Stylophora Palauastrea Madracis Fungiina Siderastreidae Psammocora Coscinaraea Pseudosiderastrea Siderastrea Anomastrea Horastrea Agariciidae Pavona Leptoseris Gardineroseris Coeloseris Pachyseris Agaricia

2

Page 3: sistematika.pdf

Fungiidae Cycloseris Diaseris Heliofungia Fungia Herpolitha Polyphyllia Halomitra Sandalolitha Lithophyllon Zoopilus Podabacia Micrabaciidae Letepsammia Fungiacyathidae Fungiacyathus Faviina Rhyzangidae Culicia Astrangia Pectiniidae Echinophyllia Oxypora Mycedium Pectinia Physophyllia Mussidae Blastomussa Cynarina Scolymia Australomussa Acanthastrea Lobophyllia Symphyllia Merulinidae Hydnophora Merulina Paraclaverina Scapophyllia Boninastrea Faviidae Caulastrea Favia Barabattoia Favites Goniastrea Faviidae Platygyra Australogyra Leptoria Oulophyllia Oulastrea Montastrea Plesiastrea Diploastrea Leptastrea Astreosmilia Arythrastrea Cyphastrea Echinopora Moseleya Trachyphylliidae Trachyphyllia

3

Page 4: sistematika.pdf

Wellsophyllia Caryophyllina Caryophylliidae Euphyllia Catalophyllia Plerogyra Physogyra Montigyra Nemenzophyllia Gyrosmilia Heterocyathus & Ahermatypic 20 Parasmillidae Turbinolidae Guyniidae Stenocyathus Flabellidae Flabellum Placotrochus Monomyces Gardineria Meandrina Oculinidae Galaxea Archelia Madrepora Cyathelia Meandrinidae Ctenella Dendrophyllina Dendrophylliidae Dendrophyllia Tubastrea Turbinaria Balanophyllia Duncanopsammia & Ahermatypic 7 Poritina Poritidae Porites Stylaraea Goniopora Alveopora Hydrozoa Milleporina Milleporidae Millepora Stylasterina Stylasteridae Stylaster Distichopora

DAFTAR ACUAN Veron. J.E.N. 1986. Coral of Australia and The Indopasific. Angus & Robertos. Australia.

4

Page 5: sistematika.pdf

3. Beberapa Genus Karang yang Umum di Indonesia

Berdasarkan survei karang yang pernah dilakukan di beberapa daerah di Indonesia oleh beberapa ahli karang, ternyata genus karang yang umum dijumpai di perairan Indonesia antara lain meliputi :

1. Genus Acropora (Familia Acroporidae)

Genus Acropora memiliki jumlah jenis (spesies) terbanyak dibandingkan genus lainnya pada karang. Karang jenis ini biasanya tumbuh pada perairan jernih dan lokasi dimana terjadi pecahan ombak. Bentuk koloni umumnya bercabang dan tergolong jenis karang yang cepat tumbuh, namun sangat rentan terhadap sedimentasi dan aktivitas penangkapan ikan.

Karakteristik bentuk rangka kapur genus Acropora antara lain ialah:

• Koloni biasanya bercabang, jarang sekali menempel ataupun

submasif.

• Koralit dua tipe, axial dan radial.

• Septa umumnya mempunyai dua lingkaran.

• Columella tidak ada.

• Dinding koralit dan coenosteum rapuh.

• Tentakel umumnya keluar pada malam hari.

2. Genus Montipora (Familia Acroporidae)

Genus Montipora sering ditemukan mendominasi suatu daerah. Sangat tergantung pada kejernihan suatu perairan. Biasanya berada pada perairan dangkal berkaitan dengan intensitas cahaya yang diperolehnya dengan bentuk koloni berupa lembaran.

Karakteristik bentuk rangka kapur genus Montipora ini antara lain ialah:

• Bentuk koloni bervariasi, ada yang submasif, laminar, menempel ataupun

bercabang.

• Ukuran koralit umumnya kecil.

• Septa umumnya memiliki dua lingkaran dengan bagian ujung (gigi) muncul

keluar. Apabila disentuh maka akan terasa tajam.

5

Page 6: sistematika.pdf

• Tidak memiliki columella.

• Dinding koralit dan coenosteum keropos. Coenosteum memiliki beberapa

tipe: Papillae bila coenosteum lebih kecil dibandingkan dengan ukuran

koralit, dan tuberculae jika sebaliknya. Apabila berkelompok mengelilingi

koralit disebut thecal papillae dan juga ada thecal tuberculae.

• Tentakel umumnya keluar pada malam hari.

o Karang yang struktur rangka kapurnya mirip dengan genus Montipora

adalah genus Porites, dan kadangkala sulit untuk membedakannya. Namun

pada pengamatan bawah air, struktur internal pada koralit karang genus

Porites lebih jelas terlihat dibandingkan dengan karang genus Montipora, dan

sebagian besar Montipora memiliki coenosteum yang lebar, sementara Porites

tidak memiliki coenosteum. 3. Genus Pocillopora (Familia Pocilloporidae)

Karakteristik bentuk rangka kapur genus Pocillopora antara lain ialah:

• Koloni umumnya berbentuk submasif, bercabang, ataupun bercabang

dengan bentuk pipih.

• Koloni ditutupi oleh verrucae.

• Koralit cekung ke dalam pada verrucae.

• Koralit mungkin tidak memiliki struktur dalam atau memiliki columella yang

kurang berkembang.

• Memiliki dua lingkaran septa yang tidak sama.

• Coenosteum biasanya ditutupi oleh granules (butiran).

• Tentakel umumnya keluar hanya pada malam hari

• Genus Pocillopora merupakan satu-satunya genus pada karang yang memiliki

verrucae. Hal tersebut menjadi ciri khas yang membedakannya dengan

genus-genus karang yang lain.

4. Genus Seriatopora (Familia Pocilloporidae)

Karakteristik genus Seriatopora antara lain ialah:

☺ Ciri khas koloninya berbentuk compact bushes dengan cabang yang halus.

☺ Koralit tersusun rapi (neat rows) sepanjang cabang.

6

Page 7: sistematika.pdf

☺ Koralit sebagian besar tenggelam (immerse) dan struktur internal tidak

begitu berkembang kecuali columella.

☺ Septa umumnya berjumlah satu, namun kadangkala terdiri atas dua

lingkaran, dan telah berkembang dan menyatu hingga ke columella.

☺ Coenosteum ditutupi oleh spinules (duri-duri) yang halus.

☺ Struktur rangka kapur genus Seriatopora hampir mirip dengan genus

Stylophora, tetapi dapat dibedakan, dimana percabangan genus Seriatopora

lebih halus (kecil) dibandingkan dengan genus Stylophora.

5. Genus Favia (Familia Faviidae)

Karakteristik bentuk rangka kapur genus Favia antara lain ialah:

☺ Bentuk koloni umumnya masif, flat atau dome-shaped. ☺ Koralit sebagian besar monocentric (satu columella dalam satu corallite)

dan plocoid.

☺ Memperbanyak koralit melalui pembelahan intratentacular. ☺ Tentakel umumnya keluar hanya pada malam hari.

☺ Struktur rangka kapur genus Favia mirip dengan genus Favites tapi dapat

dibedakan dengan perbedaan tipe koralit karang. Tipe koralit Favites

tergolong ceroid, sedangkan tipe koralit Favia tergolong plocoid.

6. Genus Favites (Familia Faviidae)

Beberapa karakteristik bentuk rangka kapur dari genus Favites :

Bentuk koloni umumnya masif, flat atau dome-shaped.

Koralit berbentuk monocentric dan ceroid, beberapa berbentuk subplocoid.

Pada koloni karang ini, antar dua koralit dibatasi oleh satu dinding koralit.

7. Genus Porites (Familia Poritidae)

Beberapa karakteristik bentuk rangka kapur dari genus Porites :

Bentuk koloni ada yang flat (foliaceous atau encrusting), masif atau

bercabang.

7

Page 8: sistematika.pdf

8

Koloni yang masif berbentuk bulat ataupun setengah bulat. Koloni masif

yang kecil akan terlihat berbentuk seperti helm atau dome-shaped, dengan

diameter dapat mencapai lebih dari 5 m. Koralit berukuran kecil, cekung ke dalam (terbenam) pada badan koloni

dengan

lebar Calice kurang dari 2 mm.

Tentakel umumnya keluar pada malam hari.

Genus Porites ini mirip dengan genus Montipora dan Stylaraea, namun

memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan antara Porites dengan Montipora ialah

bahwa Porites memiliki bentuk pertumbuhan yang lebih beragam, koralit pada

Porites lebih besar, kokoh dan tidak ada elaborate thecal (perpanjangan dinding

koralit). Genus Montipora mempunyai dua tipe coenosteum, yaitu reticulum papillae

dan tuberculae. Selain itu, Porites memiliki koralit yang umumnya selalu terlihat

septanya, sementara Montipora hanya memiliki perpanjangan gigi septa yang

menonjol keluar sehingga terasa runcing dan kasar bila tersentuh.

8. Genus Goniopora (Familia Poritidae)

Bentuk koloni columnar , masif dan encrusting.

Koralit tebal tapi berdinding keropos dan calice memiliki septa yang kokoh dan

memiliki columella.

Polip genus Goniopora berukuran panjang dan keluar baik pada malam maupun

siang

hari.

Polip genus Goniopora memiliki 24 tentakel.