sistem sensorik

10
Sistem Sensorik Sensibilitas terbagi menjadi 4 jenis: sensasi superfisial, dalam, viseral dan khusus. Sensasi superfisial disebut juga eksteroseptif atau protektif yang mengurus rasa raba, nyeri dan suhu. Sensasi dalam disebut juga sebagai propioseptif yang termasuk rasa gerak (kinetik), rasa sikap (statognesia) dari otot dan persendian, rasa getar (pallesthesia), rasa tekan dalam, rasa nyeri dalam otot. Sensasi viseral (nteroseptif) dihantarkan melalui serabut otonom aferen dan mencalup rasa lapar dan rasa nyeri pada visera.

Upload: zien-sien

Post on 15-Jan-2016

194 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

note

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem Sensorik

Sistem Sensorik

Sensibilitas terbagi menjadi 4 jenis: sensasi superfisial, dalam, viseral dan khusus. Sensasi superfisial disebut juga eksteroseptif atau protektif yang mengurus rasa raba, nyeri dan suhu. Sensasi dalam disebut juga sebagai propioseptif yang termasuk rasa gerak (kinetik), rasa sikap (statognesia) dari otot dan persendian, rasa getar (pallesthesia), rasa tekan dalam, rasa nyeri dalam otot. Sensasi viseral (nteroseptif) dihantarkan melalui serabut otonom aferen dan mencalup rasa lapar dan rasa nyeri pada visera.

Page 2: Sistem Sensorik

Pemeriksaan sensibilitas

Dari gangguan dapat dibedakan gangguannya bersifar sentral, perifer atau berbentuk dermatom.

Pemeriksaan rasa raba

Dapat digunakan kapas untuk memeriksa atau ujung kain. Bagian yang digunakan adalah ujung bebas dari kapas tersebut, sehingga penekanan yang dihasilkan oleh penggoresan kapas itu minimal. Periksa seluruh tubuh dengan membandingkan kiri dan kanan. Daerah tubuh proksimal akan lebih peka daripada bagian distal tubuh, dan daerah-daerah tertentu erotogenik seperti leher, sekitar payudara dan genitalia lebih peka dibanding dengan bagian tubuh lainnya. Untuk rasa raba halus dinamakan thigmestesia. Kesulitan yang didapat adalah serangkaian stimulus yang diberikan dapat mengakibatkan pengurangan sensasi raba yang bisa diakibatkan karena adaptasi sehingga pemeriksaan menjadi kurang akurat. Pasien dapat seperti merasakan raba walaupun sedang tidak bersentuhan dengan alat pemeriksaan.

Page 3: Sistem Sensorik

Pemeriksaan rasa nyeri

Rasa nyeri dibedakan atas rasa nyeri tusuk, rasa nyeri tumpul, rasa nyeri cepat, rasa nyeri lambat. Rasa nyeri tusuk memiliki sifat tajam, cepat timbul cepat dan cepat pula hilangnya, sedangkan jika timbulnya dan hilangnya lama disebut nyeri lambat. Dalam sehari-hari digunakan jarum atau peniti untuk melakukan tes ini. Tusukan hendaknya benar-benar keras sehingga timbul rasa nyeri, periksalah seluruh bagian tubuh dan membandingkan antara kiri dan kanan. Reseptor rasa nyeri pada beberapa tempat seperti lidah, bibir dan ujung jari letaknya lebih berdekatan sehingga bagian-bagian tersebit lebih perasa dibandingkan bagian lainnya.

Pemeriksaan rasa suhu

Ada dua macam rasa suhu yaitu panas dan dingin, rasa suhu diperiksa dengan menggunakan tabung reaksi yang diisi dengan air es (10-200C) dan air panas (40-500C). Suhu yang kurang dari 5oC atau lebih ari 500C akan menimbulkan rasa nyeri. Kepekaan bagian-bagian tubuh tidak sama, bagian proksimal ekstremitas biasanya kurang peka terhadap rasa raba dingin. Pada pemeriksaan ini akan dibandingkan bagian-bagian tubuh dan dibandingkan antara kiri dan kanan dalam kondisi yang sama, seperti daerah tertentu antara kiri dan kanan dengan lama terpajan dengan udara kamar saat pakaian dibuka. Air yang digunakan dipantau dengan menggunakan termometer untuk mengetahui suhu dengan pasti. Pertama pemeriksaan dapat dilakukan dari suhu yang berbeda sangat jelas (400C dan 100C ) kemudian dilanjutkan dengan suhu lainnya. Pada orang normal dapat membedakan 10C pada suhu yang hangat antara 28-320C , dan perbedaan 35-400C pada suhu yang dingin antara 10-200C. Karena bagian tubuh yang tertutup pakaian lebih peka terhadapa rangsang suhu. Perubahan rasa suhu dinyatakan dengan anestesia suhu (tidak merasa), hipestesia suhu (kurang merasa) dan hiperestesia suhu (lebih merasa). Pada orang yang berusia lanjut menunjukan hipestesia terhadap

Page 4: Sistem Sensorik

rangsang ini pada tangan dan kakinya, hal ini dapat menunjukkan karena adanya sirkulasi darah pada bagian distal kurang baik pada manifestasi proses menua sehingga tidak didapatkan kelainan yang patologi.

Rasa gerak dan rasa sikap

Rasa gerak dirasakan ketika tubuh digerakkan baik secara aktif maupun pasif dan rasa sikap tau posisi tubuh atau bagian tubuh. Pada pemeriksaan kita dapat menggerakan jari-jari pasien secara pasif dan menilai apakah pasien dapat merasakan gerak tersebut dan arahnya, pegang bagian lateral jari-jari pasien agar saat dilakukan tes ini tidak dapat menggunakan eksteroseptifnya (rasa raba halus) untuk mengetahui gerakan tersebut. Jari yang satu diusahakan untuk tidak bersentuhan dengan jari lainnya. Nilai derajat terkecil yang masih dapat dinilai. Pada orang normal dapat merasakan arah gerakan bila sendi interfalang digerakkan sekitar dua derajat atau 1mm. Bila terjadi gangguan, yang paling ringan adalah posisi jari-jari dan kemudian gerak. Setelah menilai gerakan jari, kita menilai ekstremitas, ekstremitas yang akan dinilai digerakkan dan pasien menunjukkan posisi ibu jarinya. Selama pemeriksaan mata pasien ditutup.

Pemeriksaan untuk rasa sikap dapat diakukan dengan cara sebagai berikut:

Menempatkan salah satu lengan atau tungkai pasien pada satu posisi tertentu, kemudian pasien diminta untuk menempatkan posisi yang sama seperti sebelumnya, pemeriksaan ini dalam keadaan mata pasien tertutup.

Pasien diminta untuk menyentuh ujung jari. Beberapa tes untuk menilai ataksia dapat dilakukan untuk tes rasa gerak dan sikap, seperti tes tunjuk hidung dan tes tumit lutut yang dilakukan dengan memejamkan mata.

Rasa getar

Pemeriksaan ini menggunakan garpu tala berfrekuensi 128 Hz yang digetarkan pada ibu jari kaki, maleolus lateral dan medial kaki, tibia, spina iliaka anterior superior, sakrum, prosesus spinosus vertebra, sternum, klavikula, radius-ulna dan jari-jari. Pasien diberi keterangan untuk mengetahui getaran dari garpu tala dan memberitahukan pemeriksa bila getaran sudah hilang. Bila getaran sudah tidak terasa kemudian pindahkan pada pemeriksa dengan beranggapan pemeriksa adalah normal sehingga dapat diketahui sampai berapa lemah pasien masi dapat merasakan dan dibandingkan juga antara bagian tubuh yang lain. Untuk gangguan hilangnya rasa getar dinamakan pallanesthesia.

Page 5: Sistem Sensorik

Pemeriksaan rasa raba kasar (rasa tekan)

Pemeriksaan ini dengan menekan jari atau benda tumpul pada kulit atau dengan memencet tendon dan serabut saraf, namun perlu diperhatikan untuk tidak terlalu kuat menekan karena akan menimbulkan rasa nyeri. Kemudian pasien diberitahukan untuk mengatakan apakah merasakan tekanan tersebut dan lokasinya.

Pemeriksaan rasa nyeri dalam

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menekan otot atau tendon, menekan serabut saraf yang letaknya dekat permukaan atau menekan bola mata. Biasanya pemeriksaan dilakukan dengan menekan otot lengan atas, lengan bawah, paha, betis dan tendon achilles, selain itu kita dapat melakukan pemeriksaan dengan mengetok dengan menggunakan palu reflek. Saraf yang letaknya di permukaan diperiksa juga rasa nyeri tekannya, karena pada neuritis dapat lebih peka terhadap nyeri tekan. Perabaan saraf dapat dilakukan karena pada kusta terjadi pembesaran saraf selain meningkatnya rasa nyeri tekan. Nervus yang diperiksa yaitu nervus ulnaris, nervus peroneus, nervus aurikularius magnus dan nervus supraorbitalis.

Ada beberapa tanda yang dapat digunakan sebagai penilaian dalam pemeriksaan yaitu:

Tanda Abadie: penekanan yang kuat pada tendon Achilles tidak membangkitkan rasa nyeri Tanda Biernacki: penekanan kuat pada nevus ulnaris tidak membangkitkan rasa nyeri Tanda Pitres: penekanan pada testis tidak menimbulkan nyeri

Rasa interoseptif

Yaitu rasa yang timbul dari organ dalam (visera) seperti rasa mules, kembung atau kandung kencing terasa penuh. Rasa ini biasanya difus dan lokalisasinya tidak tegas. Pada neurologi pemeriksaani ini sulit untuk dilakukan dan dievaluasi karena selain letaknya yang difus kita sulit untuk melakukan tes pada organ yang letaknya di dalam tubuh.

Nyeri rujukan (referred pain)

Nyeri ini biasanya didapatkan pada dermatom yang sama atau berdekatan dengan organ internal karena persarafan segmental yang sama, namun mungkin juga pada tempat yang lebih jauh. Seperti contoh nervus frenikus mempersarafi diafragma dan jaringan sekitarnya yaitu pleura dan jaringan ekstraperitoneal yang berada di dekat kandung empedu dan hepar. Serabut saraf ini berasal dari servikal 3,4 dan 5 sehingga bila terjadi iritasi di daerah organ tersebut dapat dirasakany nyeri pada

Page 6: Sistem Sensorik

lokasi organ itu dan dapat dirasakan nyeri di tempat lain yang sama-sama dipersarafi oleh nervus itu, dalam hal ini pada kuduk dan bahu. Nyeri rujukan ini disebabkan oleh refleks visero-kutan. Nyeri rujukan perlu diketahui seperti angina pektoris yang dapat menjalar sampai lengan kiri atau pada ginjal yang dapat menjalar ke sekitar inguinal.

Rasa somestesia luhur

Rasa somestesia luhur adalah rasa yang mempunyai sikap diskriminatif dan sifat tiga dimensi. Pada rasa somestesia luhur memerlukan komponen kortikal dan persepsi akhir. Komponen kortikal merupakan fungsi dari lobus parietal untuk menganalisis setiap rangsangan, mengkorelasi, mengintegrasi dan menginterpretasi untuk mengenal impuls-impuls. Pada somestesia luhur meliputi rasa diskriminasi, barognosia, stereognosia, topostesia dan grafestesia.

Diskriminasi

Rasa ini untuk mengetahui apakah ditusuk dengan menggunakan satu atau dua jarum pada waktu yang bersamaan. Untuk pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan jangka Weber atau dua buah jarum. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara ditekan pada daerah yang diperiksa dengan menggunakan dua jarum pada waktu yang bersamaan dan pasien harus mengatakan apakah pasien ditusuk dengan menggunakan satu atau dua jarum. Pemeriksaan ini perlu diketahui jarak terkecil yang masih dirasakan sebagai dua tusukan. Jarak ini akan berbeda-beda pada bagian-bagian tubuh yang lain, misalnya pada lidah pada jarak 1mm sudah dapat dibedakan dua tusukan, atau pada ujung jari 2-4mm, pada telapak tangan 8-12mm, pada punggung tangan 20-30mm, pada punggung 40-70mm, pada lengan atas dan paha 75mm. Lakukan pemeriksaan ini pada bagian badan yang simetris. Bila terganggu rasa diskriminasinya namun rasa rabanya baik, hal ini menunjukan adanya lesi di lobus parietalis.

Barognosia

Baronogsia adalah kemampuan untuk mengenal berat benda yang dipegang atau membedakan berat benda. Kemampuan ini terganggu bila rasa propioseptifnya terutama rasa gerak dan rasa sikap terganggu. Untuk pemeriksaan ini digunakan benda-benda yang ukuran, bentuk, bahan dasar yang sama namun beratnya yang berbeda. Hilangnya kemampuan untuk dapat membedakan berat benda dinamakan baragnosia.

Stereognosia

Page 7: Sistem Sensorik

Stereonognia merupakan kemampuan untuk mengenal bentuk benda dengan meraba tanpa melihat. Bila kemampuan ini terganggu dinamakan astereognosia atau agnosia taktil. Cara pemeriksaannya adalah pasien menutup mata dan ditempatkan berbagai macam benda ke dalam tangannya. Benda yang digunakan adalah benda-benda yang sederhana dan diketahui dalam kehidupan sehari-hari, misalnya kunci, gelas, uang logam atau jam tangan. Pasien kemudian meraba dan mengenali benda-benda tersebut, selain itu juga pasien memberikan gambaran mengenai ukuran, betuk dan materi benda tersebut. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan tangan.

Topestesia

Topestesia atau topogsia adalah kemampuan melokalisasi tempat dari rasa raba. Cara pemeriksaannya yaitu dengan mata tertutup pasien diberitahukan untuk menyebutkan tempat-tempat atau bagian tubuh yang disentuh oleh pemeriksa. Tempat tersebut harus dilokasi yang jelas seperti pipi kiri atau bawah telinga kanan. Bila terjadi gangguan maka dinamakan topagnosia atau topoanestesia.

Grafestesia

Grafestesia merupakan kemampuan utnuk mengenalli huruf-huruf atau angka yang ditulis di kulit dengan mata tertutup. Jadi dalam pemeriksaan ini dapat digunakan pensil atau benda tumpul lainnya untuk menuliskan huruf ataupun angka pada kulit pasien. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mata tertutup, dan pasien menyebutkan berapa angka yang dituliskan atau menyebutkan jenis huruf yang dituliskan. Hilangnya kemampuan ini dinamakan grafanestesia.