sistem pencernaan - kelompok iii

Upload: elisa-isandhyta

Post on 20-Jul-2015

250 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Disusun oleh: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sartika Wasahua Ramadan Sagala Nofriani Rhendy Putra Pratama Christoforus Widiasto Elisabeth Isandhyta 201113500484 201113500487 201113500499 201113500510 201113500521 201113500527

1-D Pend. Matematika

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul Sistem Pencernaan. Makalah ini disusun dengan harapan supaya lebih mudah memahami dan mengukur kemampuan diri setelah memahami dam mempelajari makalah ini, dalam makalah ini disajikan pembahasan sistem pencernaan pada manusia. Harapan kami, makalah ini bisa dipergunakan dan membantu mahasiswa dalam memahami teori yang telah tersaji untuk itu kami sangat mengharapan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kami lebih sempurna makalah ini. Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, karena telah membimbing kami selama ini mempelajari ilmu pengetahuan biologi umum. Seperti peribahasa mengatakan tak ada gading yang tak retak, maka kami mohon dimaklumi apabila ada sepatah dua patah yang kurang berkenan. Sekian kata pengantar dari kami, kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, 13 Desember 2011

Penyusun makalah

2

DAFTAR ISIKata Pengatar .. Daftar Isi .. Bab 1 Pendahuluan .. A. Fungsi Sistem Pencernaan ... B. Lapisan Saluran Pencernaan ..... Bab 2 Mulut, Faring dan Esofagus . A. Mulut B. Faring C. Esofagus . Bab 3 Lambung. A. Anatomi Lambung .. B. Fungsi Lambung C. Sekresi Lambung .. D. Digesti dalam Lambung .. E. Kendali pada Pengosongan Lambung ... Bab 4 Usus Halus A. Gambaran Umum A. Divisi-Divisi Usus Halus B. Motilitas C. Anatomi Mikroskopik Dinding Halus . D. Fungsi Usus Halus ... Bab 5 Pankreas, Hati, Kandung Empedu dan Absorpsi dalam Usus Halus A. Pankreas B. Hati dan Sekresi Empedu .. C. Kandung Empedu D. Absorpsi dalam Usus Halus . Bab 6 Usus Besar .. A. Gambaran Umum B. Bagian-Bagian Usus Besar . C. Fungsi Usus Besar D. Anus .. Bab 7 Penyakit Pencernaan A. Definisi B. Penyebab .. C. Gejala .. D. Pengobatan . Daftar Pustaka 2 3 4 4 4 6 6 13 15 16 16 17 18 19 19 20 20 20 21 22 23 24 24 25 28 29 32 32 33 33 34 35 35 35 36 36 38

3

BAB I PendahuluanTractus gastro-intestinalis (saluran pencernaan makanan) adalah suatu sistem dalam tubuh manusia yang memegang peranan menerima makanan dari luar, mencerna dan menyerap bahan yang dapat diserap, serta mengeluarkan sisa-sisa pencernaan. Saluran pencernaan makanan menerima makanan dari luar dan mempersiapkan bahan makanan untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyah, menelan, dan penyerapan) dengan zat cair yang terdapat mulai dari mulut sampai anus. Setiap sel dalam tubuh memerlukan suplai makanan yang terus menerus untuk dapat bertahan hidup. Makanan tersebut akan memberi energi, membangun jaringan baru, mengganti jaringan yang rusak, dan untuk pertumbuhan.

Gambar 1.1 Tubuh memerlukan suplai makanan untuk bertahan hidup

A.

Fungsi Sistem PencernaanFungsi utama sistem ini adalah untuk menyediakan makanan, air, dan elektrolit bagi tubuh dari nutrient yang dicerna sehingga siap diabsorpsi. Pencernaan berlangsung secara mekanik dan kimia, dan meliputi proses-proses berikut : 1. Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut. 2. Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi. Makanan kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan (menelan). 3. Peristaltis adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan makanan tertelan melalui saluran pencernaan. 4. Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil sehingga absorpsi dapat berlangsung. 5. Absorpsi adalah pergerakan produk akhir pencernaan dari lumen saluran pencernaan ke dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh. 6. Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna, juga bakteri, dalam bentuk feses dari saluran.

B.

Lapisan Dinding Saluran PencernaanSecara umum dinding saluran pencernaan terdiri dari empat lapisan yang mempunyai fungsi masing-masing. a. Tunika mukosa Tunika mukosa merupakan mukosa lapisan dalam yang diliputi lapisan sel epitel, mensekresi mukus, dan melepaskan hormon ke dalam darah, membentuk kelenjar eksokrin untuk mensekresikan asam, enzim, air, dan ion-ion ke dalam lumen. Lapisan ini berfungsi melindungi saluran pencernaan terhadap gesekan makanan yang keras.

4

b. Tunika submukosa Tunika submukosa merupakan jaringan ikat kedua sebelah dalam yang dilalui pembuluh darah dan pembuluh limfe yang besar cabangnya menembus lapisan mukosa di dalam submukosa yang didalamnya terdapat suatu jala sel saraf (pleksus submukosa). Lapisan ini mempunyai dua lapisan, yaitu otot longitudinal dan sirkular (oblique).

Gambar 1.2 Contoh penampang saluran pencernaan. c. Tunika muskularis Lapisan tunika muskularis ini merupakan lapisan otot. Kontraksinya menimbulkan gaya mendorong dan memindahkan isi saluran pencernaan, membentuk sistem saraf enterik, membantu mengintegrasikan keaktifan motorik, dan sekretorik sistem pencernaan. d. Tunika serosa Lapisan tunika serosa ini merupakan lapisan luar jaringan ikat yang mengelilingi saluran pencernaan. Lapisannya sangat tipis dan disebut juga peritonium (adventisia). Fungsinya mensekresikan cairan serous untuk membasahi dan mencegah gesekan organ pencernaan, dan alat dalam sekitarnya.

5

BAB II Mulut, Faring, dan EsofagusA. MulutMulut merupakan organ pertama dari saluran pencernaan yang letaknya meluas dari bibir sampai ke istmus fausium, yaitu perbatasan antara mulut dengan faring. Mulut terdiri dari bagian vestibulum oris dan kavitas oris propia.

Gambar 2.1 Potongan melalui mulut, hidung, dan faring a. Vestibulum oris Vestibulum oris berada di antara bibir dan pipi di bagian luarnya, gusi dan gigi di bagian dalamnya, dan bagian atas dan bawahnya dibatasi oleh lipatan membran mukosa bibir, pipi dan gusi. Pipi membentuk lateral vestibulum yang disusun oleh m. buksinator dan dilapisi oleh membran mukosa. Sebelah luar, m. buksinator ditutupi oleh fasia bukofaringealis yang berhadapan dengan gigi molar kedua, dan bagian atas terdapat papilla kecil tempat bermuaranya duktus glandula parotis. 6

b. Kavitas oris propia Bagian ini ada di antara arkus alveolaris, gusi, dan gigi yang memiliki atap yang dibentuk oleh palatum durum (palatum keras) di bagian depan dan palatum mole (palatum lunak) di bagian belakang. Sebagian besar, dasar mulut dibentuk oleh anterior lidah dan lipatan balik membran mukosa, sisi lidah pada gusi di atas mandibula. Pada garis tengah lipatan membran mukosa terdapat frenuolum lingua yang menghubungkan permukaan bawah lidah dengan dasar mulut. Di kiri dan kanan frenuolum lingua yang menghubungkan permukaan bawah lidah dengan dasar mulut. Di kiri dan kanan frenuolum lingua terdapta papilla kecil yang bagian puncaknya bermuara duktus glandula submadibularis.

Organ Kelengkapan Mulut BibirBagian eksternal bibir ditutupi oleh kulit dan bagian internalnya dilapisi oleh jaringan epitel yang mengandung mukosa. Bagian ini kaya pembuluh darah dan banyak terdapat ujung-ujung saraf sensorik. Pada kavum oris terdapat dua buah palatum (tulang langit-langit), yaitu palatum durum dan palatum mole. a. Palatum durum (palatum keras) tersusun dari tulang keras, dibentuk oleh prosessus palatines maksilaris dan os palatum, berbentuk lengkung dan dilapisi oleh lapisan mukosa dan periosteum, dan bagian belakangnya terdapat banyak kelenjar palatine. b. Palatum mole (palatum lunak). Bagian depanya bersatu dengan palatum durum, bagian belakangnya membentuk sebagian istmusfausium dan berhubungan dengan faring, terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan mukosa, pada ujung tengahnya ada uvula (anak lidah). Pada tiap sisi uvula terdapat dua lipatan, yaitu arkus palatoglossus dan arkus palatofaringeus.

Gambar 2.2 Bagian interior mulut

7

PipiPipi merupakan alat kelengkapan mulut bagian luar yang dilapisi oleh kulit dan bagian dalam dilapisi oleh jaringan epitel yang mengandung selaput lendir (membran mukosa). Otot pengunyah memanjang dari maksila ke mandibula dan sifatnya lebih elastis.

Gambar 2.3 M. buksinator pada pipi luar M. buksinator membentuk basis otot pipi sebelah luar. Pipi memiliki fasia bukofaringeal dengan jaringan lemak korpus adipose bukae dengan kelenjar bukales.

GigiGigi (dentis) merupakan alat bantu yang berfungsi untuk mengunyah dan berbicara. Gigi terdiri dari gigi sulung dan gigi permanen. a. Gigi sulung (gigi susu) tumbuh sejak umur 6-8 bulan dan akan lengkap 20 buah pada umur 2,5 tahun dengan rincian: 8 gigi seri (dens insisivus) bentuknya seperti pahat, gunanya untuk memotong; 4 buah gigi taring (dens kaninus) bentuknya agak panjang dan kuat, gunanya untuk memotong; dan 8 gigi geraham (dens molare) untuk menggiling dan menghancurkan makanan.

Gambar 2.4 Susunan gigi sulung 8

b. Gigi permanen (gigi tetap) tumbuh pada umur 6-18 tahun, berjumlah 32 buah, susunannya sama dengan gigi susu ditambah dengan geraham premolar sebanyak 12 buah dan merupakan penyempurnaan dari gigi susu.

Gambar 2.5 Susunan gigi permanen Gigi dan geraham terletak dalam alveolus dentalis dari tulang maksila dan mandibula. Gigi mempunyai satu akar sedangkan geraham mempunyai 2-3 akar. Pada ujung akar gigi terdapat foramen apikalis tempat masuk ke kanalis akar gigi menuju kavum pulpitis. Akar gigi ditutupi oleh sementum yang berhubungan dengan alveolus dentis melalui membran periodentalis. Dentin merupakan bagian terbesar dari gigi yang dilapisi oleh email.

Fungsi gigi adalah untuk mengunyah makanan. Mengunyah makanan adalah pemecahan partikel besar menjadi partikel kecil yang dapat ditelan tanpa menimbulkan tersedak. Proses ini merupakan proses mekanik pertama yang dialami pada waktu melalui saluran pencernaan dengan tujuan menghancurkan makanan, melicinkan, dan membasahi makanan yang kering dengan saliva serta mengaduk makanan sampai rata. Apabila terdapat makanan dalam mulut maka akan terjadi rangsangan refleks otot-otot untuk menggerakkan mandibula otot. Dalam pergerakan ini yang berfungsi adalah otot elevator dan otot depresor. a. Otot elevator yang mengangkat rahang. Proyektornya m. masseter dan m. pterigoideus dan retraktornya m. temporalis. b. Otot depressor yang menurunkan rahang. Proyektornya m. pterigoideus eksternus dan m. digastrikus dan retraktornya m. milohioideus dan m geniohioideus.

9

Gambar 2.6 Otot pengunyah

LidahLidah terdapat dalam kavum oris, merupakan susunan otot serat lintang yang kasar, dilengkapi dengan mukosa lidah, dan berperan dalam proses mekanisme pencernaan di mulut dengan menggerakkan ke segala arah.

Gambar 2.7 Bagian-bagian lidah Bagian-bagian lidah a. Pangkal lidah (radiks lingua). Pada pangkal lidah bagian belakang terdapat anak lidah (epiglotis) yang berfungsi menutup jalan pernafasan pada waktu menelan supaya makanan tidak masuk ke jalan pernapasan. b. Panggal lidah (dorsum lingua). Pada bagian ini terdapat puting-puting pengecap (ujung saraf pengecap) untuk menentukan rasa makanan (manis, asin, asam, pahit, dll.). Pada dursum lingua terdapat jonjot-jonjot kecil sebagai puting pengecap terdiri dari banyak papilla. 10

Gambar 2.8 Di dorsum lingua terdapat puting-puting pengecap rasa c. Ujung lidah (apeks lingua) membantu membalikkan makanan, proses berbicara, merasakan makanan yang dimakan, dan membantu proses menelan. Papila pada permukaan lidah a. Filiformis, tersebar pada seluruh permukaan lidah. b. Fungiformis, tersebar pada tepi lidah bagian apeks. c. Sikumvalate, terdapat di depan sulkus terminalis lidah. d. Foliatae, terdapat di tepi samping posterior lidah.

Gambar 2.9 Letak papila-papila lidah

Kelenjar ludahKelenjar ludah (saliva) merupakan kelenjar yang mnsekresi larutan mukus ke dalam mulut ke dalam mulut, membasahi, dan melumasi partikel makanan sebelum ditelan. Kelenjar ini mengandung dua enzim pencernaan, yaitu lipase lingua untuk mencerna lemak dan ptialin/amilase untuk mencerna tepung.

11

Gambar 2.10 Kelenjar ludah

Bagian-bagian kelenjar ludah a. Kelenjar parotid adalah kelenjar ludah terbesar, terletak agak ke bawah dan di depan telinga dan membuka melalui duktus parotid (Stensen) menuju suatu elevasi kecil (papila) yang terletak berhadapan dengan gigi molar kedua pada kedua sisi. Sekresi saliva normalnya setiap hari 1000-1500 ml. b. Kelenjar submaksilar (submandibular) kurang lebih sebesar kacang kenari dan terletak di permukaan mandibula serta membuka melalui duktus Wharton menuju ke dasar mulut pada kedua sisi frenulum lingua. c. Kelenjar sublingual terdapat di dasar mulut dan membuka melalui duktus sublingual kecil menuju ke dasar mulut. Sekresi saliva dikendalikan melalui refleks lidah tidak bersyarat dari lidah dan esofagus, lambung, dan usus halus sebelah atas, dan refleks bersyarat daerah korteks serebri dengan perantaraan melihat, menghidu, mendengar, dan memikirkan makanan. Dengan perangsangan saraf simpatis menjadi encer, volume menjadi besar, dan kandungan bahan organic sedikit disertai vasodilatasi pada kelenjar. Fungsi saliva a. Saliva melarutkan makanan secara kimia untuk pengecapan rasa. b. Saliva melembabkan dan melumasi makanan sehingga dapat ditelan. Saliva juga memberikan kelembaban pada bibir dan lidah sehingga terhindar dari kekeringan. c. Amilase pada saliva mengurai zat tepung menjadi polisakarida dan maltose, suatu disakarida. d. Zat buangan seperti asam urat dan urea, serta berbagai zat lain seperti obat, virus, dan logam, dieksresi ke dalam saliva. e. Zat antibakteri dan antibody dalam saliva berfungsi untuk membersihkan rongga oral dan membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi.

12

B.

FaringFaring merupakan organ yang berhubungkan rongga mulut dengan kerongkong, panjangnya kira-kira 12 cm, terbentang tegak lurus antara basisi kranii setinggi vertebra servikalis ke-4 ke bawah setinggi tulang rawan krikoidea. Faring dibentuk oleh jaringan yang kuat (jaringan otot melingkar), organ terpenting di dalamnya adalah tonsil, yaitu kumpulan kelenjar limfe yang mengandung banyak limfosit untuk pertahanan tubuh terhadap infeksi, menyaring dan mematikan bakteri/mikroorganisme yang masuk melalui jalan pencernaan dan pernafasan. Faring berlanjut ke esofagus untuk pencernaan makanan. Faring terdiri atas tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofaring. a. Nasofaring (pars nasalis) Nasofaring merupakan bagian superior yang menghubungkan hidung dengan faring. Bagian sampingnya terdapat muara aperture tuba auditorius (eustahii) yang menghubungkan nasofaring dengan telinga tengah. Bagian belakang atap dibentuk oleh lengkung tulang basioksipitalis dan pada lapisan mukosa dinding belakang yang berlipat-lipat banyak ditemukan limfoid yang disebut tonsila faringeal. b. Orofaring (pars oralis) Orofaring merupakan bagian media yang menghubungkan rongga mulut dengan faring. Pada bagian samping ditemukan jaringan limfoid (tonsilla palatina) yang tersembunyi dalam lekuk fossa tonsillaris. Tonsila palatina adalah jaringan limfoid dalam bentuk gepeng yang dapat dilihat dengan mudah melalui mulut terbuka pada dinding samping, dilapisi oleh kapsul, dan melekat secara longgar pada otot konstruktor superior faring. Tonsila palatina, tonsila faringeal, dan tonsila lingualis membentuk lingkaran jaringan limfoid yang disebut cincin Waldeyer yang berfungsi untuk mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi kuman dari luar dengan cara membunuh kuman.

Gambar 2.11 Bagian-bagian faring c. Laringofaring (pars laringis) Laringofaring merupakan bagian inferior yang menghubungkan laring dengan faring. Bagian paling bawah berhubungan dengan faring dan terbentang antara hioid dan esofagus. 13

Lapisan dinding faring a. Tunika mukosa: sifatnya kuat dan elastic berhubungan longgar dengan tunika muskularis melebar ke arah bawah secara relatif. b. Tunika muskularis; terdiri dari otot berlapis Mm. levatores, Mm. konstriktores faringis (superior, medius, dan inferior) c. Tunika adventisia Faring pada proses menelan Peristiwa menelan (deglusio) merupakan mekanisme kompleks. Faring melakukan gerakan mencegah masuknya makanan ke jalan pernapasan dengan menutup sementara hanya beberapa detik dan mendorong makanan masuk ke dalam esofagus agar tidak membahayakan pernapasan. Dalam hal ini terjadi penyilangan makanan ke belakang dan jalan pernapasan masuk ke depan melawan epiglotis lateral melalui piliformis masuk ke esofagus. Peristiwa menelan dibagi atas tiga fase, yaitu fase volunter, fase faring, dan fase esofagus.

Gambar 2.12 Proses menelan 1. Fase volunter. Lidah menekan palatum keras saat rahang menutup dan mengarahkan bolus ke arah orofaring. (Bag (a) dan (b) pada gambar 2.12) 2. Fase faring. Bolus makanan dalam faring merangsang reseptor orofaring yang mengirim impuls ke pusat menelan dalam medula dan batang otak bagian bawah. Refleks yang terjadi adalah penutupan semua lubang kecuali esofagus sehingga makanan bisa masuk. a. Lidah menekan palatum keras dan menghalangi makanan kembali ke mulut. (Bag (c) pada gambar 2.12) 14

b. Otot palatum lunak dan uvula mengangkat palatum lunak untuk menutup mulut saluran nasal sehingga makanan tidak masuk ke rongga nasal. (Bag (d) pada gambar 2.12) c. Laring terelevasi, glotis tertutup, dan epiglotis condong ke belakang menutup mulut laring yang menahan makanan sehingga tidak memasuki saluran pernapasan. (Bag (d) pada gambar 2.12) d. Sfingter esofagus atas pada mulut esofagus secara normal menyempit untuk mencegah udara memasuki esofagus, dan refleks relaksasi terjadi saat otot faring berkontraksi dan laring terelevasi. (Bag (d) pada gambar 2.12) e. Gelombang peristaltik kontraksi yang bermula pada otot faring menggerakkan bolus ke dalam esofagus. (Bag (e) pada gambar 2.12) 3. Fase esofagus. Sfingter esofagus bawah, suatu area sempit otot polos pada ujung bawah esofagus dalam kontraksi tonus yang konstan, berelaksasi setelah melakukan gelombang peristaltic dan memungkinkan makanan terdorong ke dalam lambung. Sfingter kemudian berkonstriksi untuk mencegah regurgitasi (refluks) isi lambung ke dalam esofagus.

C.

EsofagusEsofagus adalah tuba muskular, panjangnya sekitar 9 sampai 10 inci (25 cm) dan berdiameter 1 inci (2,54 cm). Esofagus berawal pada area laringofaring, melewati diafragma dan hiatus esofagus (lubang) pada area sekitar veterbra toraks kesepuluh, dan membuka kea rah lambung. Esofagus berfungsi menggerakkan makanan dari faring ke lambung melalui gerakan peristalsis. Mukosa esofagus memproduksi sejumlah besar mukus untuk melumasi dan melindungi esofagus. Esofagus tidak memproduksi enzim pencernaan.

Gambar 2.13 Esofagus Lapisan dinding esofagus dari dalam keluar a. Lapisan selaput lender (mukosa) b. Lapisan sub mukosa c. Lapisan otot melingkar (m. sirkular) d. Lapisan otot memanjang (m. longitudinal) 15

A. Anatomi Lambung

BAB III Lambung

1. Lambung adalah organ yang berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri rongga abdomen di bawah diafragma. Semua bagian, kecuali sebagian kecil, terletak pada bagian kiri garis tengah. Ukuran dan bentuknya bervariasi dari satu individu ke individu lain. Regia-regia lambung terdiri dari bagian jantung, fundus, badan organ, dan bagian pilorus. a. Bagian jantung lambung adalah area di sekitar pertemuan esofagus dan lambung (pertemuan gastroesofagus). b. Fundus adalah bagian yang menonjol ke sisi kiri atas mulut esofagus. c. Badan lambung adalah bagian yang terdilatasi di bawah fundus, yang membentuk dua pertiga bagian lambung. Tepi medial badan lambung yang konkaf disebut kurvatur kecil; tepi lateral badan lambung yang konveks disebut kurvatur besar. d. Bagian pilorus lambung menyempit di ujung bawah lambung dan membuka ke duodenum. Antrum pilorus mengarah ke mulut pilorus yang dikelilingi sfingter pilorus muskular tebal.

Gambar 3.1 Anatomi dan histologi lambung 2. Histologi dinding lambung. Ada tiga lapisan jaringan dasar (mukosa, submukosa, dan jaringan muskularis) beserta modifikasinya. a. Muskularis eksterna pada bagian fundus dan badan lambung mengandung lapisan otot melintang (oblik) tambahan. Lapisan otot tambahan ini membantu keefektifan pencampuran dan penghancuran isi lambung.

16

b. Mukosa membentuk lipatan-lipatan (ruga) longitudinal yang menonjol sehingga memungkinkan peregangan dinding lambung. Ruga terlihat saat lambung kosong dan akan menghalus saat lambung meregang terisi makanan.

Gambar 3.2 Penampang pit lambung dan kelenjar lambung c. Ada kurang lebih 3 juta pit lambung di antara ruga-ruga yang bermuara pada sekitar 15 kelenjar lambung yang dinamakan sesuai letaknya, menghasilkan 2 sampai 3 liter cairan lambung. Cairan lambung mengandung enzim-enzim pencernaan, asam klorida, mucus, garam-garaman dan air.

B. Fungsi lambung1. Penyimpanan makanan. Kapasitas lambung normal memungkinkan adanya interval waktu yang panjang antara saat makan dan kemampuan menyimpan makanan dalam jumlah besar sampai makanan ini dapat terakomodasi di bagian bawah saluran. 2. Produksi kimus. Aktivitas lambung mengakibatkan terbentuknya kimus (massa homogen setengah cair, berkadar asam tinggi yang berasal dari bolus) dan mendorongnya ke dalam duodenum. 3. Digesti protein. Lambung memulai digesti protein melalui sekresi tripsin dan asam klorida. 4. Produksi mukus. Mukus yang dihasilkan dari kelenjar membentuk barier setebal 1 mm untuk melindungi lambung terhadap aksi pencernaan dari sekresinya sendiri. 5. Produksi faktor intrinsik a. Faktor intrinsik adalah glikoprotein yang disekresi sel parietal. b. Vitamin B12, didapat dari makanan yang dicerna di lambung, terikat pada faktor intrinsik. Kompleks faktor intrinsik vitamin B12 dibawa ke ileum usus halus, tempat vitamin B12 diabsorpsi. 17

6. Absorpsi. Absorpsi nutrien yang berlangsung dalam lambung hanya sedikit. Beberapa obat larut lemak (aspirin) dan alkohol diabsorpsi pada dinding lambung. Zat terlarut dalam air terabsorpsi pada dinding lambung. Zat terlarut dalam air terabsorpsi dalam jumlah yang tidak jelas.

C. Seksresi lambung1. Jenis kelenjar lambung a. Kelenjar jantung ditemukan di regia mulut jantung. Kelenjar ini hanya mensekresi mukus. b. Kelenjar fundus (lambung) terdiri dari tiga jenis sel. (1) Sel chief (zimogenik) mensekresi pepsinogen, precursor enzim pepsin. Kelenjar ini mensekresi lipase dan renin lambung. (2) Sel parietal mensekresi asam klorida (HCl) dan faktor intrinsik. a) Dalam pembuatan HCl, CO2 bergerak ke dalam sel untuk berikatan dengan air dan membentuk asam karbonat (H2CO3) dalam reaksi yang dikatalis oleh anhidrase karbonik. b) H2CO3 terionisasi untuk membentuk H+ dan HCO3-. Ion bikarbonat keluar dari sel untuk digantikan ion klorida (Cl-) dan memasuki sirkulasi sistemik. c) Ion hidrogen, bersama ion klorida, secara aktif terpompa ke dalam lambung. (3) Sel leher mukosa ditemukan pada bagian leher semua kelenjar lambung. Sel ini mensekresi barier mukus setebal 1mm dan melindungi lapisan lambung terhadap kerusakan oleh HCl (autodigesti). c. Kelenjar pilorus terletak pada regia antrum pilorus. Kelenjar ini mensekresi mukus dan gastrin, suatu hormon peptida yang berpengaruh besar dalam proses sekresi lambung. 2. Tiga tahap sekresi lambung, tahap tersebut dinamakan sesuai dengan regia tempat terjadinya stimulus. Faktor saraf dan hormon terlibat. a. Tahap sefalik terjadi sebelum makanan mencapai lambung. Masuknya makanan ke dalam mulut atau tampilan, bau, atau pikiran tentang makanan, dapat merangsang sekresi lambung. b. Tahap lambung terjadi saat makanan mencapai lambung dan berlangsung selama makanan masih ada. (1) Peregangan dinding lambung merangsang reseptor saraf dalam mukosa lambung dan memicu refleks lambung. Serabut aferen menjalar ke medulla melalui saraf vagus. Serabut aferen parasimpatis menjalar dalam vagus menuju kelenjar lambung untuk menstimulasi produksi HCl, enzim-enzim percernaan, dan gastrin. (2) Asam amino dan protein dalam makanan yang separuh tercerna dan zat kimia (alkohol dan kafein) juga meningkatkan sekresi lambung melalui refleks lokal. (3) Fungsi gastrin, antara lain: a) Gastrin merangsang sekresi lambung. b) Gastrin meningkatkan motilitas usus dan lambung. c) Gastrin mengkonstriksi sfingter esofagus bawah dan merelaksasi sfingter pilorus. d) Efek tambahan, seperti stimulasi sekresi pankreas dan peningkatan motilitas usus, juga termasuk fungsi gastrin. (4) Pengaturan pelepasan gastrin dalam lambung terjadi melalui penghambatan umpan balik yang didasarkan pada pH isi lambung. a) Jika tidak ada makanan dalam lambung di antara jam makan, pH lambung rendah dan sekresi lambung terbatas. 18

b) Makanan yang masuk ke lambung memiliki efek pendaparan (buffering) yang mengakibatkan peningkatan pH dan peningkatan sekresi lambung. c. Tahap usus terjadi setelah kimus meninggalkan lambung dan memasuki usus halus yang kemudian memicu faktor saraf dan hormon. (1) Sekresi lambung distimulasi oleh sekresi gastrin duodenum sehingga dapat berlangsung selama beberapa jam. Gastrin ini dihasilkan oleh bagian atas (duodenum) usus halus dan dibawa dalam sirkulasi menuju lambung. (2) Sekresi lambung dihambat oleh hormon-hormon polipeptida yang dihasilkan duodenum. Hormon ini, yang dibawa dalam sirkulasi menuju lambung, disekresi sebagai respons terhadap asiditas lambung dengan pH di bawah 2 dan jika ada makanan berlemak. hormon-hormon ini meliputi gastric inhibitory polypeptide (GIP), sekretin, kolesistokinin (cholecystokinin [CCKI]), dan hormon pembersih enterogastron.

D. Digesti dalam lambung.Cairan lambung memicu digesti protein dan lemak. 1. Digesti protein. Pepsinogen (disekresikan sel chief) diubah menjadi pepsin oleh asam klorida (disekresikan sel parietal). Pepsin adalah enzim proteolitik, yang hanya dapat bekerja dengan pH di bawah 5. Enzim ini menghidrolisis protein menjadi polipeptida. Lambung janin memproduksi renin, enzim yang mengkoagulasi protein susu, dan menguraikannya untuk membentuk dadih (curd). 2. Lemak. Lipase lambung (disekresi sel chief) menghidrolisis lemak susu menjadi asam lemak dan gliserol, tetapi aktivitasnya terbatas dalam kadar pH yang rendah. 3. Karbohidrat. Amilase dalam saliva yang menghidrolisis zat tepung bekerja pada pH netral. Enzim ini terbawa bersama bolus dan tetap bekerja dalam lambung sampai asiditas lambung menembus lobus. Lambung tidak mensekresi enzim untuk mencerna karbohidrat.

E.

Kendali pada pengosongan lambung1. Pengosongan distimulasi secara refleks saat merespons terhadap peregangan lambung, pelepasan gastrin, kekentalan kimus, dan jenis makanan. Karbohidrat dapat masuk dengan cepat, protein lebih lambat dan lemak tetap dalam lambung selama 3 sampai 6 jam. 2. Pengosongan lambung dihambat oleh hormon duodenum yang juga menghambat sekresi lambung dan oleh refleks umpan balik enterogastrik dari duodenum. Faktor-faktor hormon dan saraf ini mencengah terjadinya pengisian yang berlebih pada usus dan memberikan waktu yang lebih lama untuk digesti dalam usus. 3. Sinyal umpan balik memungkinkan kimus memasuki usus halus pada kecepatan tertentu sehingga dapat diproses.

19

A. Gambaran Umum

BAB IV Usus Halus

Usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari sfingter pilorus sampai ke katup ileosekal, tempat menyatu dengan usus besar. Diameter usus halus kurang lebih 2,5 cmm dan panjangnya 3 sampai 5 meter saat bekerja. Panjang 7 meter pada mayat dicapai saat lapisan muskularis eksterna berelaksasi.

Gambar 4.1 Usus halus

B. Divisi-divisi usus halus1. Duodenum adalah bagian yang terpendek (25 cm sampai 30 cm). Duktus empedu dan duktus pankreas, keduanya membuka ke dinding posterior duodenum beberapa sentimeter di bawah mulut pilorus.

Gambar 4.2 Duodenum

20

2. Jejunum adalah bagian yang selanjutnya. Panjangnya kurang lebih 1 sampai 1,5 meter.

Gambar 4.3 Jejunum 3. Ileum (2 sampai 2,5 meter) merentang sampai menyatu dengan usus besar.

Gambar 4.4 Ileum C.

MotilitasMotilias usus halus. Gerakan usus halus mencampur isinya dengan enzim untuk pencernaan, memungkinkan produk akhir pencernaan mengadakan kontak dengan sel absorptive, dan mendorong zat sisa memasuki usus besar. Pergerakan ini dipicu oleh peregangan dan secara refleks dikendalikan oleh SSO. 1. Segmentasi irama adalah gerakan pencampuran utama. Segmentasi mencampur kimus dengan cairan pencernaan dan memaparkannya ke permukaan absorptive. Gerakan ini adalah gerakan konstriksi dan relaksasi yang bergantian dari cincin-cincin otot dinding usus yang membagi isi menjadi segmen-segmen dan mendorong kimus bergerak maju-mundur dari satu segmen yang relaks ke segmen lain.

21

2. Peristalsis adalah kontraksi ritmik otot polos longitudinal dan sirkular. Kontraksi ini adalah daya dorong utama yang menggerakan kimus kearah bawah di sepanjang saluran.

Gambar 4.5 (a) gerakan peristalsis, (b) segmentasi

D. Anatomi mikroskopik dinding usus1. Ada tiga spesialisasi structural yang memperluas permukaan absorptive usus halus sampai kurang lebih 600 kali. a. Plicae circulares adalah lipatan sirkular membran mukosa yang permanen dan besar. Lipatan ini hamper secara keseluruhan mengitari lumen. b. Vili adalah jutaan tonjolan menyerupai jari (tingginya 0,2 mm sampai 1,0 mm) yang memanjang ke lumen dari permukaan mukosa. Vili hanya ditemukan pada usus halus; setiap vilus mengandung jaring-jaring kapilar dan pembuluh limfe yang disebut lacteal. c. Mikrovili adalah lipatan-lipatan menonjol kecil pada membran sel yang muncul pada Kelenjar pada tepi yang berhadapan dengan sel-sel epitel.

Gambar 4.6 Bagian-bagian usus halus

22

2. Kelenjar a. Kelenjar-kelenjar usus (kripta lieberkhn) tertanam dalam mukosa dan membuka diantara basis-basis vili. Kelenjar ini mensekresi hormon dan enzim. (1) Enzim yang dibentuk oleh sel epitel usus dibutuhkan untuk melengkapi digesti. Enzim tersebut adalah maltase, sukrase, lactase. (2) Hormon-hormon yang mempengaruhi sekresi dan motilitas saluran pencernaan antara lain: (a) Sekretin, CCK, dan GIP berperan untuk menghalangi sekresi kelenjar lambung (b) Peptida usus vasoaktif memiliki efek vasolidator dan efek relaksasi otot polos. (c) Substansi P mempengaruhi aktifitas motorik otot polos. (d) Somatostatin menghambat sekresi asam klorida dan gastrin seperti hipotalamus yang melepas faktor pelepas hormon pertumbuhan. b. Kelenjar penghasil mukus (1) Sel goblet terletak dalam epitelium di sepanjang usus halus. Sel ini memproduksi mukus pelindung. (2) Kelenjar Brunner terletak dalam submukosa duodenum. Kelenjar ini memproduksi mukus untuk melindungi muklosa duodenum terhadap kimus asam dan cairan lambung yang masuk ke pilorus melalui lambung. c. Kelenjar enteroendoktrin menghasilkan hormon-hormon gastrointestinal. 3. Jaringan limfatik. Leukosit dan nodulus limfe ada dikeseluruhan usus halus untuk melindungi dinding usus terhadap invasi benda asing. Agregasi nodulus limfe yang disebut bercak Peyer terdapat dalam ileum.

Gambar 4.7 Bercak Peyer

E.

Fungsi umum halus1. Usus halus mengakhiri proses pencernaan makanan yang dimulai di mulut dan di lambung. Proses ini diselesaikan oleh enzim usus dan enzim pankreas serta dibantu empedu dalam hati. 2. Usus halus secara selektif mengabsorpsi produk digesti.

23

BAB V Pankreas, Hati, Kandung Empedu dan Absorpsi dalam Usus HalusA. Pankreas1. Anatomi a. Pankreas adalah kelenjar terelongasi berukuran besar dibalik kurvatur besar lambung. Selsel endokrin (pulau-pulau Langerhans) pankreas mensekresi hormon insulin dan glukagon. Sel-sel eksokrin (asinar) mensekresi enzim-enzim pencernaan dan larutan berair yang mengandung ion bikarbonat dalam konsentrasi tinggi. b. Produk gabungan sel-sel asinar mengalir melalui duktus pankreas, yang menyatu dengan duktus empedu komunis dan masuk duodenum di titik ampula hepatopankreas, walaupun duktus pankreas dan duktus empedu komunis membuka secara terpisah pada duodenum. Sfingter Oddi secara normal mempertahankan keadaan mulut duktus agar tetap tertutup.

Gambar 5.1 Pankreas dan kandung empedu 2. Kendali pada sekresi pankreas. Sekresi eksokrin pankreas dipengaruhi oleh aktivitas refleks saraf selama tahap sefalik dan lambung pada sekresi lambung. Walaupun demikian. Kendali utama terletak pada hormon duodenum yang diabsorbsi kedalam aliran darah untuk mencapai pankreas. a. Sekretin di produksi oleh sel-sel mukosa duodenum dan diabsorpsi kedalam darah untuk mencapai pankreas. Sekretin akan dilepas jika kimus asam memasuki usus dan mengeluarkan sejumlah besar cairan berair yang mengandung natrium bikarbonat. Bikarbonat menetralisir asam dan membentuk lingkungan basa untuk kerja enzim pankreas dan usus. b. CCK diproduksi oleh sel-sel mukosa duodenum sebagai respons terhadap lemak dan protein separuh tercerna yang masuk dari lambung. CCK ini menstimulasi sekresi sejumlah besar enzim pankreas.

24

3. Komposisi cairan pankreas. Cairan pankreas mengandung enzim-enzim untuk mencerna protein, karbohidrat dan lemak. a. Enzim proteolitik pankreas (protease) (1) Tripsinogen yang disekresi pankreas diaktivasi menjadi tripsin oleh enterokinase yang diproduksi usus halus. Tripsin mencerna protein dan polipeptida besar untuk membentuk polipeptida dan peptide yang lebih kecil. (2) Kimotripsin teraktivasi dari kimotripsinogen oleh tripsin. Kimotripsin memiliki fungsi yang sama seperti tripsin terhadap protein. (3) Karboksipeptidase, aminopeptidase, dan dipeptidase adalah enzim yang melanjutkan proses pencernaan protein untuk menghasilkan asam-asam amino bebas. b. Lipase pankreas menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol setelah lemak diemulsi oleh garam-garam empedu. c. Amilase pankreas menghidrolisis zat tepung yang tidak dicerna oleh amilase saliva menjadi disakarida (maltose, sukrosa, dan laktosa). d. Ribonuklease dan deoksiribonuklease menghidrolisis RNA dan DNA menjadi blok-blok pembentuk nukleotidanya.

B. Hati dan sekresi empedu1. Hati adalah organ viseral terbesar dan terletak di bawah kerangka iga. Beratnya 1.500 gram dan pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah. Hati menerima darah teroksigenasi dari arteri hepatika dan darah yang tidak teroksigenasi tetapi kaya akan nutrien dari vena portal hepatika. Hati terbagi menjadi lobus kanan dan kiri. a. Lobus kanan hati lebih besar dari lobus kirinya dan memiliki tiga bagian utama: lobus kanan atas, lobus kaudatus, dan lobus kuadratus. b. Ligamen falsiform memisahkan lobus kanan dari lobus kiri. Di antara kedua lobus terdapat porta hepatis, jalur masuk dan keluar pembuluh darah, saraf dan duktus. c. Dalam lobus lempengan sel-sel hati bercabang beranastomosis untuk membentuk jaringan tiga dimensi. Ruang-ruang darah sinusoid terletak di antara lempeng-lempeng sel. Saluran portal, masing-masing berisi sebuah cabang vena portal, arteri hepatika, dan duktus empedu, membentuk sebuah lobulus portal.

Gambar 5.2 Hati dan kandung empedu tampak depan 25

Gambar 5.3 Hati dan kandung empedu tampak belakang dan terbalik 2. Fungsi utama hati a. Sekresi. Hati memproduksi empedu yang berperan dalam emulsifikasi dan absorpsi lemak. b. Metabolisme. Hati memetabolis protein, lemak, dan karbohidrat tercerna. (1) Hati berperan penting dalam mempertahankan homeostatik gula darah. Hati menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan mengubahnya kembali menjadi glukosa jika diperlukan tubuh. (2) Hati mengurai protein dari sel-sel tubuh dan sel darah merah yang rusak. Organ ini membentuk urea dari asam amino berlebih dan sisa nitrogen. (3) Hati menyintesis lemak dari karbohidrat dan protein, dan terlibat dalam penyimpanan dan pemakaian lemak. (4) Hati menyintesis unsur-unsur pokok membran sel (lipoprotein, kolesterol, dan fosfolipid). (5) Hati menyintesis protein plasma dan faktor-faktor pembekuan darah. Organ ini juga menyintesis bilirubin dari produk penguraian hemoglobin dan mensekresinya ke dalam empedu. c. Penyimpanan. Hati menyimpan mineral, seperti zat besi dan tembaga serta vitamin larut lemak (A, D, E dan K), dan hati menyimpan toksin tertentu (contohnya: pestisida) serta obat yang tidak dapat diuraikan dan diekresikan. d. Detoksifikasi. Hati melakukan inaktivasi hormon dan detoksifikasi toksin dan obat. Hati memfagosit eritrosit dan zat asing yang terdistintegrasi dalam darah. e. Produksi panas. Berbagai aktivitas kimia dalam hati menjadikan hati sebagai sumber utama panas tubuh, terutama saat tidur. f. Penyimpanan darah. Hati merupakan reservoir untuk sekitar 30% curah jantung dan bersama dengan limpa mengatur volume darah yang diperlukan tubuh.

26

3. Empedu a. Anatomi sekresi empedu (1) Empedu yang diproduksi oleh sel-sel hati memasuki kanalikuli empedu yang kemudian menjadi duktus hepatika kanan dan kiri. (2) Duktus hepatika menyatu untuk membentuk duktus hepatik komunis yang kemudian menyatu dengan duktus sistikus dari kandung empedu dan keluar dari hati sebagai duktus empedu komunis. (3) Duktus empedu komunis bersama dengan duktus pankreas bermuara di duodenum atau dialihkan untuk penyimpanan di kandung empedu.

Gambar 5.4 Variasi duktus hepatika dan duktus koledokus b. Komposisi empedu. Empedu adalah larutan berwarna kuning kehijauan terdiri dari 97% air, pigmen empedu, dan garam-garam empedu. (1) Pigmen empedu terdiri dari biliverdin (hijau) dan bilirubin (kuning). Pigmen ini merupakan hasil penguraian hemoglobin yang dilepas dari sel darah merah terdisintegrasi. (i) Pigmen utamanya adalah bilirubin yang memberikan warna kuning pada urin dan feses. (ii) Jaundice, atau warna kekuningan pada jaringan merupakan akibat dari peningkatan kadar bilirubin darah. Ini disebabkan indikasi kerusakan fungsi hati 27

dan dapat disebabkan oleh kerusakan sel hati (hepatitis), peningkatan dekstruksi sel darah merah atau obstruksi duktus empedu oleh batu empedu. (2) Garam-garam empedu terbentuk dari asam empedu yang berikatan dengan kolesterol dan asam amino. Setelah disekresikan ke dalam usus, garam tersebut direabsorpsi dari ileum bagian bawah kembali ke hati dan didaur ulang kembali. Peristiwa ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatika garam empedu. c. Fungsi garam empedu dalam usus halus. a. Emulsifikasi lemak. Garam empedu mengemulsi globules lemak besar dalam usus halus yang kemudian menghasilkan globules lemak lebih kecil dan area permukaan yang lebih luas untuk kerja enzim. b. Absorpsi lemak. Garam empedu membantu absorpsi zat terlarut lemak dengan cara memfasilitasi jalurnya menembus membran sel. c. Pengeluaran kolestrol dari tubuh. Garam empedu berikatan dengan kolestrol dan lesitin untuk membentuk agregasi kecil disebut micelle yang akan dibuang melalui feses. d. Kendali pada sekresi dan aliran empedu. Sekresi empedu diatur oleh faktor saraf (impuls parasimpatis) dan hormon (sekretin dan CCK) yang sama dengan yang mengatur sekresi cairan pankreas. Saat asam lemak dan asam amino mencapai usus halus, CCK dilepas untuk mengkontraksi otot kandungan empedu dan merelaksasi sfingter oddi. Cairan empedu kemudian didorong ke dalam duodenum.

C. Kandung empedu1. Anatomi. Kandungan empedu adalah kantong muskular hijau menyerupai pir dengan panjang 10 cm. organ ini terletak dilekukan dibawah lobus kanan hati. Kapasitas total kandung empedu kurang lebih 30 ml sampai 60 ml.

Gambar 5.5 Kandung empedu 28

2. Fungsi (1) Kandung empedu menyimpan cairan empedu yang secara terus-menerus disekresi oleh selsel hati, sampai diperlukan dalam duodenum. Diantara waktu makan, sfingter oddi menutup dan cairan empedu mengalir kedalam kandung empedu yang relaks. Pelepasan cairan ini dirangsang oleh CKK. (2) Kandung empedu mengkonsentrasi cairannya dengan cara mereabsorpsi air dan elektrolit. Dengan demikian, kandung ini mampu menampung hasil 12 jam sekresi empedu hati. D.

Absorpsi dalam usus halus(1) Digesti oleh enzim usus. Enzim-enzim usus melengkapi proses pencernaan kimus sehingga produk tersebut dapat langsung dan dengan mudah terserap. Enzim-enzim usus dan cara kerjanya antara lain (Tabel 5.1): a. Enterokinase mengaktivasi tripsinogen pankreas menjadi tripsin, yang kemudian mengurai protein dan peptide menjadi peptide yang lebih kecil. b. Aminopeptidase, tetrapeptidase, tripeptidase, dan dipeptidase mengurangi peptida menjadi asam amino bebas. c. Amilase usus menghidrolisis zat tepung menjadi disakarida (maltosa, sukrosa, dan laktosa) d. Maltase, isomaltase, laktase, dan sukrase memecah disakarida maltosa laktosa, dan sukrosa menjadi monosakarida (gula sederhana) e. Lipase usus memecah monogliserida menjadi asam lemak dan gliserol. (2) Jalur absorbtif. Produk-produk digesti (monosakarida, asam amino, asam lemak, dan gliserol) juga air, elektrolit, vitamin dan cairan pencernaan diabsorpsi menembus membran sel epitel duodenum dan jejunum. Hanya sedikit absorpsi yang berlangsung dalam ileum kecuali untuk garam-garam empedu dan vitamin B12. (3) Mekanisme transpor absorpsi meliputi difusi, difusi terfasilitasi, transpor aktif, dan pinositosis. Mekanisme utama adalah transpor aktif. Zat-zat yang ditranspor dari lumen usus ke darah atau limfe harus menembus sel-sel dan cairan interselular berikut: a. Membran plasma sel epitelial kolumnar pada vilus, sitoplasmanya, dan membran dasarnya b. Jaringan ikat diantara sel epitel dan kapilar atau lakteal dalam vilus. c. Dinding kapilar atau lakteal yang terletak dalam inti vilus. (4) Absorpsi karbohidrat. Setiap gula sederhana dipercaya memiliki mekanisme transpornya sendiri. Gula bergerak dari usus menuju jaring-jaring kapilar vilus dan dibawa menuju hati oleh vena portal hepatika. a. Absorpsi glukosa terjadi bersamaan dengan transpor aktif ion natrium (ko-transpor) b. Fruktosa ditranspor melalui difusi terfasilitasi yang diperantarai carrier. c. Monosakarida lain dapat diabsorpsi melalui difusi sederhana. (5) Absorpsi protein. Transpor aktif asam amino kedalam sel-sel usus juga berlangsung bersamaan dengan transport aktif natrium, dengan sistem carrier yang terpisah untuk asam amino berbeda. Dari kapilar vilus, asam amino dibawa kehati.

29

Tabel 5.1 Pencernaan karbohidrat, protein, dan lemakEnzim Karbohidrat Amilase saliva (ptialin) Amilase pankreas Maltase Sukrase Laktase Protein Pepsin Tripsin Kimotripsin Peptidase Lemak Lipase pankreasLambung (Pepsinogen diaktivasi oleh HCl lambung) Pankreas (Tripsinogen diaktivasi oleh enterokinase) Pankreas (Kimotripsinogen diaktivasi oleh tripsin) Usus halus Protein Polipeptida Protein dan peptida Peptida yang lebih kecil Protein dan peptida Peptida yang lebih kecil Dipeptida Asam amino

Sumber SekresiKelenjar saliva Pankreas Usus halus Usus halus Usus halus

AksiZat tepung Maltosa Zat tepung Disakarida dan maltosa Maltosa Glukosa Sukrosa Glukosa dan fruktosa Laktosa Glukosa dan galaktosa

Pankreas (dengan garam empedu)

Trigiserida Monogliserida dan asam lemak Monogliserida Asam lemak dan gliserol

Lipase usus

Usus halus (dengan garam empedu)

(6) Absorpsi lemak. Asam lemak larut lipid dan gliserol diabsorpsi dalam bentuk micelle, yaitu suatu globulus sperikal garam empedu yang mengelilingi bagian berlemak. Micelle membawa asam lemak dan monoglikoserida menuju sel epitelial, tempatnya dilepas dan diabsorpsi melalui difusi pasif menuju membran sel usus. a. Asam lemak berantai karbon pendek (kurang dari 10 sampai 12 atom karbon) merupakan molekul kecil yang bergerak kedalam kapilar vilus bersama asam amino dan monosakarida. b. Asam lemak berantai karbon panjang (mencapai 90% lebih dari asam lemak yang ada) dan molekul gliserol bergerak ke retikulum endoplasma, kemudian disintesis ulang menjadi trigliserida, berikatan dengan lipoprotein, fosfolipid, dan kolesterol serta terbebas sebagai kilomikron dari tepi lateral sel usus. c. Kilomikron menembus lakteal sentral vilus menuju sistem limfatik dan sirkulasi sistemik, sebelumnya melintasi (bypassing) hati. (7) Absorpsi air, elektrolit dan vitamin a. Hanya 0,5 L dari 5 L sampai 10 L cairan yang ada dalam usus halus yang mencapai usus besar. Air diabsorpsi secara pasif melalui hukum osmosis setelah absorpsi elektrolit dan makanan tercerna. b. Ion dan zat renik diabsorpsi melalui difusi atau transpor aktif. (1) Absorpsi kalsium bervariasi sesuai dengan asupan makanan, kadar plasma dan kebutuhan tubuh serta diatur oleh hormon paratiroid dan ingesti vitamin D. 30

(2) Absorpsi zat besi ditentukan sesuai kebutuhan metabolik. Zat besi terikat pada globulin (transferin) dalam darah dan tersimpan pada tubuh dalam bentuk feritin yang akan dilepas jika dibutuhkan. (3) Vitamin larut air (C dan B) diabsorpsi melalui difusi. Vitamin larut lemak (A, D, E dan K) diabsorpsi bersama lemak. Absorpsi vitamin B12 tergantung pada faktor intrinsik lambung dan berlangsung dalam ileum.

31

BAB VI Usus Besar

Gambar 6.1 Usus besar dan anus Begitu materi dalam saluran pencernaan masuk ke usus besar, sebagian besar nutrien telah dicerna dan diabsorpsi dan hanya menyisakan zat-zat yang tidak tercerna. Makanan biasa memerlukan waktu 2 sampai 5 hari untuk menempuh ujung saluran pencernaan yang satu keujung lainnya: 2 sampai 6 jam dilambung, 6 sampai 8 jam diusus halus, dan sisa waktunya berada diusus besar.

A. Gambaran umum1. Usus besar tidak memiliki vili, tidak memiliki plicae circularis (lipatan-lipatan sirkular) dan diameternya lebih lebar, panjangnya lebih pendek, dan gaya reganya lebih besar dibandingkan usus halus. 2. Serabut otot longitudinal dalam muskularis eksterna membentuk tiga pita, taeniae coli, yang menarik kolon menjadi kantong-kantong besar yang disebut haustra. 3. Katup ileosekal adalah mulut sfingter antara usus halus dan usus besar. Normalnya katup ini tertutup, dan akan tarbuka untuk merespon gelombang peristaltik sehingga memungkinkan kimus mengalir 15 ml sekali masuk untuk total aliran sebanyak 500 ml sehari.

32

Gambar 6.2 Lapisan-lapisan usus besar

B. Bagian-bagian usus besar1. Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung dibawah area katup ileosekal. Apendiks vermiform, suatu tabung buntu yang sempit berisi jaringan limfoid, menonjol dari ujung sekum. 2. Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rectum. Kolon memiliki 3 divisi. a. Kolon asenden merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati di sebelah kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatika. b. Kolon transversa merentang menyilang abdomen dibawah hati dan lambung sampai ketepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar kebawah pada fleksura splenik. c. Kolon desenden merentang kebawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi kolon sigmoid membentuk S yang bermuara di rektum. 3. Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12 sampai 13 cm. rectum berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di anus. a. Mukosa saluran anal tersusun dari kolumna rectal (anal), yaitu lipatan-lipatan vertical yang masing-masing berisi arteri dan vena. b. Sfingter anal internal otot polos (involunter) dan sfingter anal eksternal otot rangka (volunteer) mengitari anus.

C. Fungsi usus besar1. Usus besar mengabsorpsi 80% sampai 90% air dan elektrolit dari kimus yang tersisa dan mengubah kimus dari cairan menjadi massa semi padat. 2. Usus besar hanya memproduksi mukus. Sekresinya tidak mengandund enzim atau hormon pencernaan. 3. Sejumlah bakteri dalam kolon mampu mencerna sejumlah kecil selulosa dan memproduksi sedikit kalori nutrient bagi tubuh dalam setiap hari. Bakteri juga memproduksi vitamin (K, riboflavin, dan tiamin) dan berbagai gas. 4. Usus besar mengekskresi zat sisa dalam bentuk feses.

33

a. Air mencapai 75% sampai 80% feses. Sepertiga materi padatnya adalah bakteri dan sisanya yang 2% sampai 3% adalah nitrogen, zat sisa organik dan anorganik dari sekresi pencernaan, serta mukus dan lemak. b. Feses juga mengandung sejumlah materi kasar, atau serat dan selulosa yang tidak tercerna. Warna coklat berasal dari pigmen empedu; bau berasal dari kerja bakteri.

D. AnusAnus merupakan bagian dari saluran pencernaan dengan dunia luar yang terletak di dasar pelvis dan dindingnya diperkuat sfingter ani yang terdiri dari a. sfingter ani internus sebelah dalam bekerja tidak menurut kehendak, b. sfingter levator ani bagian tengah bekerja tidak menurut kehendak, c. sfingter ani eksternus sebelah luar bekerja menurut kehendak.

Gambar 6.3 Penampang anus

34

BAB VII Penyakit Pencernaan Gastritis (Tukak Lambung)A. DefinisiGastritis adalah peradangan pada lapisan lambung. Dinding lambung secara normal dilindungi oleh lapisan mukosa dari pengaruh asam kuat dan enzim yang biasanya terdapat di dalam cairan lambung. Bila lapisan mukosa robek karena suatu sebab maka asam akan merusak lapisan dinding lambung dan menyebabkan tukak dengan garis tengah beberapa sentimeter.

Gambar 7.1 Tukak atau Ulkus

B. PenyebabLapisan lambung dapat mengalami iritasi dan peradangan karena beberapa sebab: 1. Gastritis bakterialis biasanya merupakan akibat dari infeksi oleh Helicobacter pylori (bakteri yang tumbuh di dalam sel penghasil lendir di lapisan lambung).

Gambar 7.2 Helicobacter pylori 35

2. Gastritis karena stress akut merupakan jenis gastritis yang paling berat, yang disebabkan oleh penyakit berat atau trauma (cedera) yang terjadi secara tiba-tiba. Cederanya sendiri mungkin tidak mengenai lambung, seperti yang terjadi pada luka bakar yang luas atau cedera yang menyebabkan pendarahan hebat. 3. Gastritis erosif kronia bisa merupakan akibat dari: a. bahan iritan speerti obat-obatan, terutama aspirin dan obat anti-peradangan non-steroid lainnya. b. penyakit Crohn c. infeksi virus dan bakteri Gastritis ini terjadi secara perlahan pada orang-orang yang sehat, bisa disertai dengan pendarahan atau pembentukan ulkus (luka terbuka, borok). Paling sering terjadi pada alkoholik. 4. Gastritis karena virus atau jamur bisa terjadi pada penderita penyakit menahun atau penderita yang mengalami gangguan sistem kekebalan. 5. Gastritis eosinofilik bisa terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infestasi cacing gelang. Eonsinofil (sel darah putih) terkumpul di dinding lambung. 6. Gastritis atrofik terjadi jika antibody menyerang lapisan lambung, sehingga lapisan lambung menjadi sangat tipis dan kehilangan sebagian atau seluruh selnya yang menghasilkan asam dan enzim. Keadaan ini biasanya terjadi pada lansia. Gastritis ini juga cenderung terjadi pada orangorang yang sebagian lambungnya telah diangkat (menjalani pembedahan gastrektomi parsial). Gastritis atrofik bisa menyebabkan anemia pernisiosa karena mempengaruhi penyerapan vitamin B12 dari makanan. 7. Gastritis sel plasma merupakan gastritis yang penyebabkannya tidak diketahui. Sel plasma (salah satu jenis sel darah putih) terkumpul di dalam dinding lambung dan organ lainnya.

C. GejalaGejalanya bermacam-bermacam, tergantung kepada jenis gastritisnya. Biasanya penderita gastritis mengalami gangguan pencernaan (indigesti) dan rasa tidak nyaman di perut sebelah atas. 1. Pada gastritis karena stress akut, penyebabnya (misalnya penyakit berat, luka bakar atau cedera) biasanya menutupi gejala-gejala lambung, tetapi perut sebelah atas terasa tidak enak. Segera setelah cedera, timbul memar kecil di dalam lapisan lambung dan dalam beberapa jam berubah menjadi ulkus. Ulkus dan gastritis bisa menghilang bila penderita sembuh dengan cepat dari cederanya. Bila penderita tetap sakit, ulkus dapat membesar dan mengalami pendarahan, biasanya terjadi dalam waktu 2-5 hari setelah terjadinya cedera. Pendarahan menyebabkan tinja berwarna kehitaman seperti aspal, cairan lambung menjadi kemerahan dan sangat berat, tekanan darah bisa menurun dan berakibat fatal. 2. Pada gastritis erosif kronis berupa mual ringan dan nyeri di perut sebelah atas. Tetepi banyak penderita (misalnya pemakai aspirin jangka panjang) tidak merasakan nyeri. 3. Pada gastritis eosinofilik, nyeri perut dan muntah bisa disebabkan oleh penyempitan atau penyumbatan ujung saluran lambung yang menuju ke duodenum. 4. Pada gastritis sel plasma, nyeri perut dan muntah bisa terjadi bersamaan dengan timbulnya ruam di kulit dan diare.

D. Pengobatan1. Pada gastritis bakterilialis akan diberikan bismuth, antibiotik (misalnya xamoxicillin dan claritromycin dan obat anti tukak omeprazole).

36

2. Pada gastritis karena stress akut banyak yang mengalami penyembuhan setelah penyebabnya (penyakit berat, cedera atau pendarahan) berhasil diatasi. Tetapi sekitar 2% penderita mengalami pendarahan yang sering berakibat fatal. Oleh karena itu dilakukan pencegahan dengan memberikan antasida (yang menetralkan asam lambung) dan obat anti tukak yang kuat (untuk mengurangi atau menghentikan pembekuan asam lambung). Pendarahan yang hebat dapat diatasi dengan menutup sumber pendarahan pada tindakan endoskopi. Jika pendarahan berlanjut, mungkin seluruh lambung harus diangkat. 3. Pada gastritis erosif kronis bisa diobati dengan memberika antasida. Penderita sebaiknya menghindari obat tertentu (misalnya aspirin atau obat anti peradangan non-steroid lainnya) dan makanan yang menyebabkan iritasi lambung. 4. Untuk meringankan penyumbatan di saluran keluar lambung pada gastritis eosinofilik, bisa diberikan kortikosteroid atau dilakukan pembedahan. 5. Gastritis atrofik tidak dapat disembuhkan. Sebagian besar penderita harus mendapat suntikan tambahan vitamin B12. 6. Gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat anti ulkus yang menghalangi pelepasan asam lambung.

37

Daftar PustakaLee, Ann Sarah, dkk. 1995. Panduan Kesehatan Keluarga. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica Hutapea, Albert M. 2005. Keajaiban-keajaiban dalam tubuh manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Wibowo, Daniel S. 2005. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia Bresnick, Stephen M.D. 2003. Intisari Biologi. Jakarta: Hipokrates Syaifuddin, H. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Sloane, Ethel. 1995. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula terj. James Veldman. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

38