sistem pemasaran kerbau di pulau moa kabupaten maluku …

15
279 Volume 8 No. 3 Oktober 2020 SISTEM PEMASARAN KERBAU DI PULAU MOA KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA THE MARKETING SYSTEM OF BUFFALO IN MOA ISLAND SOUTHWEST MALUKU REGENCY Denata O. S. Putra, Stephen F. W. Thenu, Maisie T. F. Tuhumury Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura Jln. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka, Ambon, 97233 E-mail: [email protected] [email protected] [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pemasaran kerbau di pulau Moa. Penelitian dilaksanakan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Terdapat dua model saluran pemasaran kerbau yakni dari peternak kepada konsumen dan dari peternak kepada pedagang pengumpul kemudian dilanjutkan pada konsumen. Melalui analisis marjin pemasaran, dapat diketahui bahwa pada saluran pemasaran model pertama, tidak terdapat biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh peternak sehingga margin pemasaran adalah Rp. 0 dan bagian yang diterima (share) peternak adalah 100 persen. Sedangkan pada saluran pemasaran model kedua, diketahui bahwa marjin pemasaran adalah sebesar Rp. 10.270.909 dan bagian yang diterima (share) peternak adalah 51,3 persen. Berdasarkan analisis efisiensi pemasaran dapat disimpulkan bahwa pemasaran kerbau di pulau Moa sudah efisien, dimana nilai share marjin pada kedua model saluran pemasaran di atas 50 persen. Kata kunci: Efisiensi pemasaran; kerbau; saluran pemasaran; margin pemasaran Abstract This study aims to determine the marketing system for buffalo on the island of Moa. The study is conducted by the methods of observation, interview and documentation. Data are analyzed using quantitative descriptive analysis. There are two models of buffalo marketing channel, namely from the breeders to the consumers and from the breeders to the collectors and then to the consumers. Through marketing margin analysis, it can be observed that in the first model of marketing channel, there is no marketing cost incurred by the farmer, so that the marketing margin is Rp. 0 and the share received by the breeders is 100 percent. Meanwhile, in the second model of the channel, the marketing margin is Rp. 10,270,909 and the share received by breeders was 51.3 percent. Based on the analysis of marketing efficiency, it can be concluded that the marketing of buffalo on the island of Moa is efficient, which the value of the share margin in the two marketing channel models are above 50 percent. Keywords: Marketing efficiency; buffalo; marketing channel; marketing margin

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SISTEM PEMASARAN KERBAU DI PULAU MOA KABUPATEN MALUKU …

279 Volume 8 No. 3 Oktober 2020

SISTEM PEMASARAN KERBAU DI PULAU MOA

KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA

THE MARKETING SYSTEM OF BUFFALO IN MOA ISLAND

SOUTHWEST MALUKU REGENCY

Denata O. S. Putra, Stephen F. W. Thenu, Maisie T. F. Tuhumury

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura

Jln. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka, Ambon, 97233

E-mail: [email protected]

[email protected]

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pemasaran kerbau di pulau Moa. Penelitian

dilaksanakan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis

menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Terdapat dua model saluran pemasaran kerbau yakni

dari peternak kepada konsumen dan dari peternak kepada pedagang pengumpul kemudian

dilanjutkan pada konsumen. Melalui analisis marjin pemasaran, dapat diketahui bahwa pada

saluran pemasaran model pertama, tidak terdapat biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh peternak

sehingga margin pemasaran adalah Rp. 0 dan bagian yang diterima (share) peternak adalah 100

persen. Sedangkan pada saluran pemasaran model kedua, diketahui bahwa marjin pemasaran

adalah sebesar Rp. 10.270.909 dan bagian yang diterima (share) peternak adalah 51,3 persen.

Berdasarkan analisis efisiensi pemasaran dapat disimpulkan bahwa pemasaran kerbau di pulau

Moa sudah efisien, dimana nilai share marjin pada kedua model saluran pemasaran di atas 50

persen.

Kata kunci: Efisiensi pemasaran; kerbau; saluran pemasaran; margin pemasaran

Abstract

This study aims to determine the marketing system for buffalo on the island of Moa. The study is

conducted by the methods of observation, interview and documentation. Data are analyzed using

quantitative descriptive analysis. There are two models of buffalo marketing channel, namely from

the breeders to the consumers and from the breeders to the collectors and then to the consumers.

Through marketing margin analysis, it can be observed that in the first model of marketing

channel, there is no marketing cost incurred by the farmer, so that the marketing margin is Rp. 0

and the share received by the breeders is 100 percent. Meanwhile, in the second model of the

channel, the marketing margin is Rp. 10,270,909 and the share received by breeders was 51.3

percent. Based on the analysis of marketing efficiency, it can be concluded that the marketing of

buffalo on the island of Moa is efficient, which the value of the share margin in the two marketing

channel models are above 50 percent.

Keywords: Marketing efficiency; buffalo; marketing channel; marketing margin

Page 2: SISTEM PEMASARAN KERBAU DI PULAU MOA KABUPATEN MALUKU …

280 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

Pendahuluan

Ternak khususnya ternak daging memiliki prospek yang baik karena

merupakan bahan makanan pelengkap. Ternak yang paling banyak diambil

dagingnya antara lain adalah sapi, kambing, dan kerbau. Tingginya permintaan

daging sapi di masyarakat merupakan salah satu bukti bahwa usaha di bidang

peternakan memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan ke depannya.

Namun, tingginya permintaan daging sapi ini tidak diikuti oleh tingginya

produksi, yang menyebabkan timbulnya impor daging sapi. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2015) terlihat bahwa terdapat kesenjangan

antara jumlah konsumsi dan jumlah produksi daging sapi yang pada akhirnya

menyebabkan impor di tahun 2014-2019.

Tabel 1. Data kesenjangan antara jumlah konsumsi dan jumlah produksi daging

sapi di tahun 2014-2019.

Tahun Produksi (ton) Konsumsi (ton) Kesenjangan (ton)

2014 545.090 657.048 -111.958

2015 551.818 680.806 -128.988

2016 562.812 705.364 -142.552

2017 576.383 730.746 -154.363

2018 591.615 756.978 -165.363

2019 608.002 784.084 -176.082

Sumber: Sinaga, 2015

Tingginya impor daging sapi yang tidak mampu ditutupi oleh produksi

daging sapi dalam negeri mampu dijawab melalui peningkatan produksi daging

lainnya seperti daging kerbau. Secara umum, kerbau dan sapi adalah dua hewan

yang berbeda baik jenis maupun bangsanya, tetapi dalam hal produk di pasar tidak

ada perbedaan antara daging kerbau dengan daging sapi (Dudi, et al 2012).

Kebutuhan masyarakat akan daging sapi terbukti sering kali ditutupi oleh daging

kerbau. Selain itu peran kerbau sebagai penghasil daging memiliki posisi yang

penting, mengingat daging kerbau dapat menjadi komplemen bahkan substitusi

daging sapi (Kusnadi, 2005).

Pulau Moa di Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) merupakan sentra

populasi kerbau terbesar di Provinsi Maluku. Hal ini terbukti dari populasi kerbau

Moa di tahun 2018 adalah sebesar 11.323 ekor (BPS Maluku Barat Daya, 2019).

Walaupun demikian berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) populasi ternak

Page 3: SISTEM PEMASARAN KERBAU DI PULAU MOA KABUPATEN MALUKU …

281 Volume 8 No. 3 Oktober 2020

kerbau di Kabupaten Maluku Barat Daya mengalami penurunan, di mana dalam

lima tahun terakhir, tahun 2014 merupakan tahun dengan produksi kerbau

terbanyak yakni 14.353 ekor.

Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Maluku Barat Daya dalam

empat tahun terakhir selalu memonitor keluarnya ternak dari pulau Moa. Adapun

data pengeluaran ternak di pulau Moa akan disajikan dalam tabel 1 berikut ini.

Tabel. 2 Data kerbau yang dijual keluar dari pulau Moa

Tahun

Jenis Ternak

Total

(ekor) Kerbau

(ekor)

Sapi

(ekor)

Kuda

(ekor)

Kambing

(ekor)

Domba

(ekor)

Ayam

Buras

(ekor)

Babi

(ekor)

2015-2016 980 339 376 313 0 1528 0 3536

2017 282 497 155 703 22 0 48 1707

2018 257 311 121 285 0 0 0 974

2019 538 160 249 471 0 0 0 1418

Total (ekor) 2057 1307 901 1772 22 1528 48 7635

Persentase

(%) 26,9 17,1 11,8 23,2 0,3 20 0,6 100

Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Maluku Barat Daya, 2019

Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa terdapat tujuh komoditi

ternak yang keluar dari pulau Moa, antara lain kerbau, sapi, kuda, kambing,

domba, ayam buras dan babi. Kerbau adalah ternak yang paling banyak keluar

(dijual) dari pulau Moa, dengan jumlah kerbau yang keluar hingga tahun 2019

adalah 2057 ekor atau 26,9 persen dari total keseluruhan ternak yang keluar dari

pulau Moa. Berdasarkan data ini dapat diketahui bahwa kerbau merupakan

komoditi yang paling diminati oleh pedagang pengumpul, karena banyaknya

jumlah kerbau di pulau Moa.

Penelitian Meikudy (2015) menyatakan bahwa kerbau memiliki nilai

ekonomis. Penjualan ternak kerbau dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan

petani yang sekaligus beternak, misalnya untuk kebutuhan modal dan biaya

sekolah anak. Dalam penelitian ini juga disebutkan bahwa penjualan kerbau akan

meningkat menjelang hari raya Idhul Adha dan harga jual yang relatif murah

membuat kerbau Moa menjadi tujuan utama para pembeli ternak dari luar provinsi

Maluku.

Pemerintah daerah setempat memiliki gagasan untuk melestarikan ternak

endemik salah satunya adalah kerbau di pulau Moa. Hal ini dapat diketahui

Page 4: SISTEM PEMASARAN KERBAU DI PULAU MOA KABUPATEN MALUKU …

282 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

melalui Peraturan Daerah Kabupaten Maluku Barat Daya No. 7 Tahun 2017

tentang Pengaturan Lalu Lintas Ternak dan Bahan Asal Ternak di Kabupaten

Maluku Barat Daya. PERDA ini dibuat untuk meningkatkan populasi ternak salah

satunya ternak kerbau yang ada di Kabupaten Maluku Barat Daya. Dalam Perda

ini memuat tentang kriteria-kriteria kelayakan yang harus dipenuhi agar kerbau

dapat dijual ke luar daerah, adapun kerbau yang tidak layak dijual adalah kerbau

betina yang masih produktif, kerbau yang sedang bunting dan kerbau anakan. Hal

ini dilakukan agar kerbau di pulau Moa tidak dieksploitasi dan sekaligus

meningkatkan produksi kerbau. Walaupun PERDA ini telah dibuat, namun

berdasarkan data produksi kerbau dari Badan Pusat Statistik ditemukan bahwa

secara umum ternak kerbau masih mengalami penurunan populasi. Penurunan

jumlah populasi ini disebabkan oleh penjualan ternak kerbau keluar pulau maupun

keluar daerah atau kabupaten. Jadi akar permasalahan penurunan jumlah populasi

kerbau di pulau Moa adalah pemasaran.

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan terdahulu perlu diketahui sistem

pemasaran yakni saluran pemasaran dan margin pemasaran kerbau di Pulau Moa.

Hal ini penting karena dengan saluran dan margin pemasaran kerbau Moa dapat

diketahui keuntungan yang diperoleh peternak kerbau sehingga dari keuntungan

ini kita akan mendapatkan gambaran mengapa para peternak cenderung

memasarkan ternak kerbau mereka keluar pulau. Semakin panjang rantai dalam

saluran pemasaran, semakin sedikit keuntungan yang didapat petani atau peternak

dan sebaliknya, semakin pendek rantai pemasaran semakin besar keuntungan yang

diperoleh petani atau peternak (Simona, et al 2016). Jadi saluran pemasaran yang

ideal dari sisi keuntungan untuk peternak adalah saluran pemasaran yang memiliki

rantai pemasaran yang paling pendek. Hal ini juga dibuktikan dalam penelitian

Pramanto, (2017) menyatakan bahwa saluran pemasaran kerbau yang paling

pendek adalah yang paling efisien dan paling menguntungkan peternak kerbau.

Selain itu perlu juga diketahui efisiensi pemasaran yang terjadi dalam saluran

pemasaran kerbau Moa. Hal ini juga penting karena dari efisiensi pemasaran ini

dapat diketahui kegiatan atau aktivitas yang terjadi pada saluran pemasaran

kerbau Moa.

Page 5: SISTEM PEMASARAN KERBAU DI PULAU MOA KABUPATEN MALUKU …

283 Volume 8 No. 3 Oktober 2020

Berdasarkan uraian penjelasan di atas maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui sistem pemasaran. Adapun sistem

pemasaran terdiri dari saluran, margin dan efsiensi pemasaran kerbau di pulau

Moa.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan di pulau Moa di Desa Werwaru Kecamatan Moa

Kabupaten Maluku Barat Daya. Desa Werwaru dipilih karena merupakan salah

satu desa yang memiliki jumlah populasi kerbau yang relatif banyak dan letaknya

yang terdapat di tengah-tengah pulau Moa. Selain itu juga kerbau yang dipasarkan

ke luar pulau terlebih dulu dimuat di pelabuhan yang berada di Desa Kaiwatu,

untuk itu di Desa Kaiwatu menjadi lokasi diambilnya dokumentasi pemuatan

kerbau keluar daerah.

Populasi peternak dalam penelitian ini adalah peternak kerbau di desa

Werwaru. Metode sampel yang dipakai adalah metode purposive sampling, yaitu

penentuan sampel berdasarkan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan

sampel (Muhyidin et al 2017). Sampel peternak kerbau diambil sebesar 20

responden dengan kriteria masih memelihara ternak kerbau dan telah melakukan

kegiatan pemasaran ternak kerbau lebih dari satu tahun, dipilih 20 responden

peternak karena peternak di pulau Moa cenderung memiliki homogenitas

(Meikudy, 2015) termasuk dalam hal budidaya ternak dan pemasarannya yakni

dipasarkan dalam pulau dan ke pedagang pengumpul dari Sulawesi. Pengambilan

sampel pedagang perantara ditentukan dengan metode purposive sampling.

Dipilih 10 responden pedagang pengumpul ternak kerbau dengan kriteria telah

melakukan kegiatan jual beli kerbau Moa lebih dari satu tahun karena pedagang

pengumpul yang datang bertransaksi cenderung datang untuk membeli kerbau di

pulau Moa dalam jangka waktu setahun sekali dan biasanya datang beberapa

bulan sebelum hari raya Kurban.

Adapun data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer

dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan

responden di daerah penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan

Page 6: SISTEM PEMASARAN KERBAU DI PULAU MOA KABUPATEN MALUKU …

284 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

(kuesioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan data sekunder

merupakan data pelengkap yang diperoleh dari lembaga atau instansi dan dinas

yang terkait dengan penelitian ini serta literatur yang ada hubungannya dengan

penelitian ini (Subagyo, 1997).

Analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah pertama tentang

saluran pemasaran yaitu menggunakan metode analisis deskriptif berdasarkan

survei dan pengamatan yang dilakukan di daerah penelitian. Kemudian margin

pemasaran dihitung dengan menggunakan analisa kuantitatif dengan rumus

margin pemasaran.

𝑀𝑃 = Pr − 𝑃𝑓 ................................................ (1)

Keterangan:

MP = Margin Pemasaran

Pr = Harga di tingkat pedagang perantara

Pf = Harga di tingkat peternak

Untuk menghitung margin share, digunakan rumus berikut ini:

𝑆𝑓 =𝑃𝑓

𝑃𝑟× 100%................................................ (2)

Keterangan:

Sf = Share harga yang diterima peternak

Pf = Harga di tingkat peternak

Pr = Harga di tingkat pedagang perantara

Efisiensi pemasaran dianalisis berdasarkan nilai margin share pada masing-

masing saluran pemasaran. Pada umumnya suatu sistem pemasaran untuk

sebagian produk hasil pertanian dapat dikatakan sudah efisien bila share margin

petani berada di atas 50 persen (Gultom, 1996).

Page 7: SISTEM PEMASARAN KERBAU DI PULAU MOA KABUPATEN MALUKU …

285 Volume 8 No. 3 Oktober 2020

Hasil dan Pembahasan

Sejarah Pemasaran Kerbau Moa

Kegiatan jual beli kerbau di pulau Moa bermula di tahun 1960an, dengan

pembeli utama adalah pedagang dari pulau Leti yakni dari desa Tomra. Kerbau

yang dijual oleh peternak Moa ditukarkan dengan sopi, lampu petromax kain

hitam dan putih serta bahan bangunan yakni semen. Adapun kerbau yang menjadi

target pembelian adalah kerbau anakan dengan tanduk jalan satu (kerbau yang

berumur tidak lebih dari tiga tahun dengan panjang tanduk kurang lebih 20

centimeter).

Pada tahun 1970an pemasaran kerbau di pulau Moa mengalami perubahan,

pada masa ini peternak menjualnya melalui pedagang pengumpul kemudian

pedagang pengumpul ini menjualnya ke Timor-Timur (sekarang Timor Leste).

Pedagang pengumpul membeli kerbau dari para peternak secara barter yakni

ditukarkan dengan beras, lampu petromax dan bahan bangunan (asbes, seng,

semen dan besi) yang dibeli pedagang pengumpul di Timor-Timur. Kerbau yang

dijual ke Timor-Timur adalah kerbau jalan 4 (kerbau yang berumur lebih dari

sepuluh tahun dengan panjang tanduk kurang lebih satu meter).

Tahun 2005 pedagang pengumpul dari Sulawesi yakni dari Kabupaten

Jeneponto mulai datang dan membeli kerbau di pulau Moa. Sistem pembayaran

yang dilakukan adalah secara barter dengan beras dan bahan bangunan yakni

semen, seng, dan besi. Tahun 2007 mulai dilakukan barter kerbau dengan motor

bebek. Sebuah motor bebek dihargai dengan dua ekor kerbau jalan 2 (kerbau

berumur lebih dari tiga tahun dengan panjang tanduk lebih dari 30 centimeter).

Mulai tahun 2012 harga kerbau naik sehingga seekor kerbau jalan 2 dapat

ditukar dengan sebuah motor bebek. Sering juga peternak menjual kerbau dengan

cara gabungan yakni barter motor dan ditambah dengan uang tunai. Saat ini

penjualan kerbau dengan sistem barter sudah sangat jarang ditemui, dan hingga

sekarang penjualan kerbau di pulau Moa maupun penjualan ternak lainnya di

Kabupaten Maluku Barat Daya diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Maluku

Barat Daya No 7 Tahun 2017 tentang Pengaturan Lalu Lintas Ternak dan Bahan

Asal Ternak di Kabupaten Maluku Barat Daya.

Page 8: SISTEM PEMASARAN KERBAU DI PULAU MOA KABUPATEN MALUKU …

286 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

Karakteristik Peternak dan Pedagang Pengumpul

Peternak lokal dan pedagang pengumpul yang dipilih menjadi responden

adalah yang telah atau sedang melakukan kegiatan pemasaran kerbau.

Karakteristik peternak dan pedagang pengumpul dalam penelitian ini dapat dilihat

dari beberapa kategori yakni umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusaha dan

jumlah anggota keluarga.

Mayoritas responden yang melakukan kegiatan pemasaran kerbau

memiliki umur berkisar antara 34 sampai 46 tahun yakni peternak sebanyak 8

orang (40%) dan pedagang pengumpul sebanyak 6 orang (60%). Mayoritas

tingkat pendidikan para peternak tergolong rendah yakni Sekolah Dasar (SD)

yaitu sebanyak 13 orang (65%), sedangkan para pedagang pengumpul cenderung

memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, yakni 6 orang (60%) pedagang

pengumpul merupakan tamatan SMA. Faktor yang mempengaruhi tingkat

pendidikan rendah adalah karena jarak antara lokasi penelitian ke pusat

pendidikan sangat jauh dan harus menyeberang lautan sehingga menjadi salah

satu penghambat dalam mengikuti pendidikan yang lebih tinggi (Ohleky, 2018).

Karena tidak melanjutkan pendidikan setelah tamat SD, maka responden memilih

untuk berusahatani sekaligus memelihara ternak dan menjual kerbau hidup tanpa

diolah terlebih dahulu agar memberikan nilai tambah yang lebih besar.

Pengalaman berusaha ternak yang dimiliki responden berkisar antara 2

sampai 11 tahun yakni sebanyak 16 orang (80%) dari jumlah peternak dan 7 orang

(70%) dari jumlah pedagang pengumpul. Berdasarkan hal ini dapat diketahui

bahwa para responden sudah cukup memiliki pengalaman dalam menjalankan

usahanya atau dalam hal ini memasarkan ternak kerbau, dari pengalaman berusaha

ini muncullah koneksi dan kepercayaan (trust) yang kuat antara peternak dan

pedagang pengumpul, hal inilah yang menyebabkan hampir setiap tahun peternak-

peternak ini menjual kerbaunya kepada pedagang pengumpul. Mayoritas

responden memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 5 sampai 7 orang dengan

jumlah responden sebanyak 14 orang peternak (70%) dan 5 orang pedagang

pengumpul. Tingginya jumlah anggota keluarga yang dimiliki responden menjadi

Page 9: SISTEM PEMASARAN KERBAU DI PULAU MOA KABUPATEN MALUKU …

287 Volume 8 No. 3 Oktober 2020

salah satu alasan dilakukannya penjualan ternak kerbau yang dimiliki agar dapat

membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Berikut ini adalah karakteristik peternak dan pedagang pengumpul yang

dibagi dalam beberapa kategori.

Tabel 3. Karakteristik peternak dan pedagang pengumpul

Kategori Peternak

(orang)

Persentase

(%)

Pedagang

Pengumpul

(orang)

Persentase (%)

Umur

21-33 2 10 2 20

34-46 8 40 6 60

47-59 5 25 2 20

60-73 5 25 0 0

Total 20 100 10 100

Tingkat Pendidikan

SD 13 65 3 30

SMP 3 15 1 10

SMA 4 20 6 60

Total 20 100 10 100

Pengalaman Berusaha Ternak

2-11 16 80 7 70

12-21 3 15 1 10

22-31 0 0 2 20

32-39 1 5 0 0

Total 20 100 10 100

Jumlah Anggota Keluarga

2-4 5 25 5 50

5-7 14 70 5 50

>7 1 5 0 0

Total 20 100 10 100

Saluran Pemasaran Kerbau di Pulau Moa

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat dua model saluran

pemasaran kerbau di pulau Moa yakni model 1: peternak menjual langsung

kepada konsumen dan model 2: peternak menjual kepada pedagang pengumpul

kemudian pedagang pengumpul menjualnya kepada konsumen dari peternak

langsung kepada konsumen dan dari peternak ke pedagang pengumpul yang

datang dari Sulawesi kemudian ke konsumen. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa keseluruhan responden petani/peternak di dapati bahwa seluruhnya yakni

20 orang peternak menjual kerbau yang dimilikinya kepada Pedagang Pengumpul

(PP) yang datang dari Sulawesi dan 4 orang peternak diantaranya selain menjual

Page 10: SISTEM PEMASARAN KERBAU DI PULAU MOA KABUPATEN MALUKU …

288 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

kepada pedagang pengumpul juga melakukan penjualan langsung kepada

konsumen lokal (antar pulau di Kabupaten Maluku Barat Daya).

Berikut ini adalah gambar saluran pemasaran kerbau di pulau Moa:

Gambar 1. Saluran pemasaran kerbau Moa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa para peternak yang memilih saluran

pemasaran model 1 menjual kerbau kepada konsumen lokal yakni dalam daerah

Kabupaten Maluku Barat Daya. Alasan utama para peternak menjual pada

konsumen lokal karena kerbau dibeli untuk keperluan adat atau acara-acara

tertentu, seperti pernikahan, kematian, adat dan lainnya. Dalam saluran pemasaran

model 2 peternak menjual kerbau kepada para pedagang pengumpul yang datang

dari Sulawesi, lalu dijual lagi kepada konsumen yang ada di Sulawesi.

Meikudy et al (2015) mengemukakan bahwa penjualan ternak kerbau

dilakukan sesuai kebutuhan petani, misalnya untuk modal dan biaya sekolah anak.

Umumnya yang dijual kerbau jantan, namun kalau terpaksa betina pun juga dijual.

Banyak juga penjualan kerbau untuk keperluan pesta pernikahan, pembelian alat

rumah tangga dan kendaraan bermotor. Berdasarkan hasil wawancara, terdapat

beberapa alasan peternak menjual kerbaunya kepada pedagang pengumpul,

alasan-alasan tersebut antara lain:

1. Pedagang pengumpul membeli kerbau dengan harga yang relatif lebih tinggi

dari pada menjual langsung ke konsumen (kerbau paling murah tergantung

panjang tanduk dan besarnya badan Rp. 6.000.000,- dan paling mahal Rp.

16.000.000,-), karena para peternak mengaku bahwa konsumen yang membeli

langsung kepada para peternak masih memiliki hubungan keluarga sehingga

harga yang ditentukan juga lebih murah (paling murah Rp. 4.000.000,- dan

paling mahal Rp. 12.000.000).

Peternak/Petani Pedagang

Pengumpul Konsumen

Model 1

(4 Responden Peternak)

Model 2

(20 Responden

Peternak)

Model 2

(10 Responden

Pedagang

Pengumpul)

Page 11: SISTEM PEMASARAN KERBAU DI PULAU MOA KABUPATEN MALUKU …

289 Volume 8 No. 3 Oktober 2020

2. Saat ini intensitas pembelian kerbau oleh pedagang pengumpul lebih tinggi

dibandingkan konsumen yang langsung membeli kerbau kepada peternak,

karena hanya pada saat-saat tertentu saja konsumen membeli kerbau yang

berukuran besar secara langsung dari peternak, contohnya pada saat keperluan

adat, pernikahan dan lainnya.

3. Kondisi pulau Moa saat musim kemarau mengakibatkan rumput-rumput

kering dan sumber air minum kerbau yakni air di telaga menjadi kering

sehingga para peternak memilih menjualnya walaupun pada saat itu badan

kerbau menjadi kurus karena kekeringan dan harga menurun. Peternak pada

musim seperti ini cenderung menjual kerbau yang masih kecil yang berumur

sekitar 2 tahun, hal ini mereka lakukan untuk menghindari risiko kematian

ternak.

Margin Pemasaran Kerbau di Pulau Moa

Margin pemasaran merupakan perbedaan harga yang dibayarkan oleh

konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen (Sudiyono, 2004 dalam

Sinaga, 2010). Harga jual di tingkat produsen yakni peternak kerbau di Pulau Moa

berbeda tergantung dari masing-masing model saluran pemasaran.

Biaya pemasaran yang dikeluarkan pada masing-masing model saluran

pemasaran juga berbeda. Berdasarkan hasil wawancara didapati bahwa pada

saluran pemasaran model 1 tidak ada biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh para

peternak, hal ini terjadi karena konsumen yang membeli kerbau langsung

mengambil kerbau di kandang kerbau milik peternak sehingga tidak ada biaya

yang dikeluarkan oleh para peternak.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata harga jual kerbau

pada saluran pemasaran model 1 adalah Rp. 5.312.500/ekor dan dapat diketahui

karena peternak langsung menjual kerbaunya kepada konsumen maka dapat

diketahui bahwa margin pemasarannya adalah Rp. 0, sehingga bagian yang

diterima peternak (share) adalah 100 persen.

Hasil penelitian menunjukkan pada saluran pemasaran model 1 dapat

diketahui juga tidak terdapat biaya pemasaran, hal ini terjadi karena seluruh biaya

ditanggung oleh konsumen. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan,

responden mengatakan bahwa konsumen datang dengan membawa seluruh

Page 12: SISTEM PEMASARAN KERBAU DI PULAU MOA KABUPATEN MALUKU …

290 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

keperluan dalam pengangkutan kerbau, mulai dari tali, tenaga pengangkut, hingga

mobil untuk mengangkut kerbau tersebut. Saluran pemasaran model 1 ini memang

menguntungkan dari sisi biaya, karena tidak ada biaya yang dikeluarkan oleh

peternak, namun responden mengatakan bahwa harga jual pada saluran pemasaran

model 1 relatif lebih rendah karena masih adanya unsur kekeluargaan dengan

konsumen.

Berikut ini adalah analisis margin pemasaran kerbau di pulau Moa dengan

saluran pemasaran model 1 (Peternak – Konsumen).

Tabel 4. Analisis margin pemasaran kerbau di pulau Moa pada saluran pemasaran

model 1

Uraian Biaya

(Rp/ekor)

Harga

(Rp/ekor)

Share (%)

Harga jual 5.312.500 100

Total Biaya Pemasaran -

Margin Keuntungan 5.312.500

Margin Total 5.312.500

Biaya yang dikeluarkan oleh peternak pada saluran pemasaran model 2

hanya biaya pengangkutan yakni sejumlah biaya untuk membeli sopi (minuman

keras) dan rokok untuk diberikan kepada masyarakat untuk membantunya

menggiring kerbau ke kandang. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pedagang

pengumpul dalam saluran pemasaran model 2 antara lain biaya operasional atau

biaya makan minum dan keperluan lain mereka saat ada di pulau Moa, biaya

pajak, biaya pemeliharaan (untuk pembelian tali dan air serta penyewaan tempat

pengikatan kerbau), biaya pengangkutan (buruh kapal) dan biaya transportasi

(transportasi ke pelabuhan dan ongkos transportasi kapal).

Harga jual kerbau dari peternak pada saluran pemasaran model 2 adalah

Rp. 10.800.240/ekor sedangkan harga jual yang dipatok pedagang pengumpul

kepada konsumen akhir adalah Rp. 21.071.149/ekor, sehingga terdapat margin

pemasaran sebesar Rp. 10.270.909/ekor. Berdasarkan analisis share margin maka

didapati bahwa bagian yang diterima peternak (share) pada saluran pemasaran

model 2 adalah 51,3 persen, angka ini dibawah share margin pada saluran

pemasaran model 1 karena biaya pemasaran yang ditanggung para pedagang

pengumpul cukup besar dan harga jual yang dipatok oleh pedagang pengumpul

lebih dari dua kali lipat harga ditingkat petani.

Page 13: SISTEM PEMASARAN KERBAU DI PULAU MOA KABUPATEN MALUKU …

291 Volume 8 No. 3 Oktober 2020

Berikut ini adalah analisis margin pemasaran kerbau Moa pada saluran

pemasaran model 2 (Peternak – Pedagang Pengumpul – Konsumen).

Tabel 5. Analisis margin pemasaran kerbau di pulau Moa pada saluran pemasaran

model 2

Uraian Biaya

(Rp/ekor)

Harga

(Rp/ekor)

Share (%)

Peternak

Harga jual dari peternak 10.800.240 51,3

Biaya pengangkutan 73.684 0,3

Total biaya pemasaran 73.684 0,3

Pedagang Pengumpul (PP)

Harga beli dari peternak 10.800.240

Biaya operasional 570.621 2,7

Biaya pajak 200.000 0,9

Biaya pemeliharaan 88.977 0,4

Biaya pengangkutan 127.500 0,6

Biaya transportasi 1.706.889 8,1

Total biaya pemasaran 2.693.987 12,8

Margin keuntungan 7.576.922 36

Margin total 10.270.909 48,7

Harga jual ke konsumen 21.071.149 100

Jumlah: Total Biaya Pemasaran 2.767.671

Margin Keuntungan 17.774.147

Margin Total 20.541.818

Efisiensi Pemasaran

Menurut Gultom (1996) pada umumnya suatu sistem pemasaran produk

hasil pertanian dapat dikatakan sudah efisien bila share margin petani berada di

atas 50 persen. Berdasarkan analisis margin pemasaran kerbau di pulau Moa pada

kedua model saluran pemasaran maka didapati bahwa pemasaran kerbau di pulau

Moa sudah efisien dengan nilai share margin saluran pemasaran model 1 adalah

100 persen sedangkan nilai share margin saluran pemasaran model 2 adalah 51,3

persen.

Nilai share margin saluran pemasaran model 1 lebih tinggi dari saluran

pemasaran model 2 yakni 100 persen berbanding dengan 51,3 persen, sehingga

dapat dikatakan bahwa saluran pemasaran model 1 lebih menguntungkan bagi

peternak setempat. Namun dari sisi harga jual para peternak kerbau yang

sekaligus berprofesi sebagai petani menyatakan bahwa lebih memilih untuk

menjual kerbau kepada pedagang pengumpul karena harganya lebih bagus.

Page 14: SISTEM PEMASARAN KERBAU DI PULAU MOA KABUPATEN MALUKU …

292 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat dua

model saluran pemasaran kerbau di Pulau Moa yakni 1) dari peternak langsung

kepada konsumen dan 2) dari peternak ke pedagang pengumpul yang datang dari

Sulawesi kemudian ke konsumen. Margin pemasaran pada saluran pemasaran

kerbau model 1 adalah Rp. 0 sehingga bagian yang diterima peternak (share)

adalah 100 persen. Margin pemasaran pada saluran pemasaran kerbau model 2

diketahui sebesar Rp. 10.270.909, bagian yang diterima peternak (share) pada

saluran pemasaran model 2 adalah 51,3 persen. 3. Pemasaran kerbau di pulau Moa

sudah efisien dengan nilai share margin di kedua model saluran pemasaran di atas

50 persen (>50%).

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik. 2019. Maluku Barat Daya Dalam Angka 2019. Tiakur: BPS

Kabupaten Maluku Barat Daya, 113-115.

Dudi, C. Sumantri, H. Martojo, A. Anang. 2012. “Kajian pola pemuliaan kerbau

lokal yang berkelanjutan dalam upaya mendukung kecukupan daging

nasional”. Jurnal Ilmu Ternak. Vol 12 (1):11-19.

Gultom, H.L.T., 1996. Tata Niaga Pertanian. Medan: Universitas Sumatera Utara

Press.

Kusnadi, A., D. A. Kusumaningrum, R. G. Sianturi, E. Triwulaningsih. 2005.

“Fungsi dan peranan kerbau dalam sistem usaha tani di Provinsi Banten”

dalam: Potensi Kerbau menunjang Kecukupan Daging Nasional. 316-322.

Meikudy, N., August E. Pattiselanno, Nofiar F. Wenno. 2015. “Nilai penting

kerbau bagi masyarakat petani (kasus Desa Tounwawan Kecamatan Moa)

Kabupaten Maluku Barat Daya Provinsi Maluku”. Agrilan. Vol 3 (1): 97-

107.

Muhyiddin, N.T., M.I. Tarmizi, A. Yulianita. 2017, Metodologi Penelitian

Ekonomi & Sosial. Jakarta: Salemba Empat, 137.

Ohleky, M. P., August E. Pattiselanno, Raihana Kaplale. 2017. “Namlai Kerne:

Kearifan lokal dan ketahanan pangan masyarakat Desa Werwaru,

Kecamatan Moa, Kabupaten Maluku Barat Daya”. Agrilan. Vol 5 (2): 114-

131.

Page 15: SISTEM PEMASARAN KERBAU DI PULAU MOA KABUPATEN MALUKU …

293 Volume 8 No. 3 Oktober 2020

Pramanto, N.A. 2017. “Analisis nilai tambah dan risiko pada rantai pasok kerbau

di Sekolah Peternakan Rakyat Kabupaten Serang”. Skripsi. Bogor: Institut

Pertanian Bogor.

Simona, L. F., Leonard O. Kakisina, Johana M. Luhukay. 2016. “Sistem

pemasaran sayur daun di Pasar Modern (Hypermart) dan Pasar

Tradisional”. Agrilan. Vol 4 (1): 46-56.

Subagyo, P.J., 2011. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta, 135.

Sinaga, N.M. 2015. “Analisis peramalan tingkat produksi dan konsumsi daging

sapi nasional dalam rangka swasembada pangan”. Skripsi. Bogor: Institut

Pertanian Bogor.