geotektonik maluku

11
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Kondisi Geologi Maluku Pada umumnya, berdasarkan dari Geologi dan Fisiografi Maluku Utara, Halmahera dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu Halmahera bagian barat dan Halmahera bagian timur (Darman, dkk, 2000). Halmahera bagian barat adalah bagian sabuk vulkanik muda yang disusun dari batuan gunung api dan batuan sedimen tersier hingga kuarter, yang merupakan perpanjangan dari Morotai melalui Halmahera Barat, Ternate, dan Tidore Sampai menuju bacan. Halmahera bagian timur merupakan perpanjangan kearah timur melalui pulau Gebe dan terhadap bagian utara kepala burung Irian Jaya. Bagian ini terdiri dari lengan Halmahera bagian timur laut dan tenggara yang merupakan busur luar yang tersusun dari batuan ulframafic, sedimen tersier dan sedimen kuarter di bagian pesisir (Puslitbang Geologi, 1996). Gambar silver dan moore

Upload: yehezkiel-halauwet

Post on 25-Jul-2015

396 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: GEOTEKTONIK MALUKU

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Kondisi Geologi Maluku

Pada umumnya, berdasarkan dari Geologi dan Fisiografi Maluku Utara, Halmahera

dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu Halmahera bagian barat dan Halmahera bagian

timur (Darman, dkk, 2000). Halmahera bagian barat adalah bagian sabuk vulkanik muda

yang disusun dari batuan gunung api dan batuan sedimen tersier hingga kuarter, yang

merupakan perpanjangan dari Morotai melalui Halmahera Barat, Ternate, dan Tidore

Sampai menuju bacan.

Halmahera bagian timur merupakan perpanjangan kearah timur melalui pulau Gebe

dan terhadap bagian utara kepala burung Irian Jaya. Bagian ini terdiri dari lengan

Halmahera bagian timur laut dan tenggara yang merupakan busur luar yang tersusun dari

batuan ulframafic, sedimen tersier dan sedimen kuarter di bagian pesisir (Puslitbang

Geologi, 1996).

Gambar silver dan moore

Page 2: GEOTEKTONIK MALUKU

Peta Geologi Halmahera (Puslitbang Geologi, 1996)

Kepulauan Banda di timur Indonesia terbentuk sebagai akibat lipatan antara

lempeng Indo-Australia, Pasifik dan Eurasia. Laut Banda tersusun atas lembah, palung dan

pantai. Daerah Kepulauan Sula dan Maluku Tengah (Seram dan Buru) merupakan bagian

utara dari Busur Banda yang berbentuk cekungan dengan batuan dasar kerak intermediat

(transisi kontingen ke oseanik) atau kerak oseanik dengan sedimen yang tipis. Daerah ini

merupakan kelanjutan dari zona subduksi sepanjang Jawa-Nusatenggara (Ibrahim, dkk,

2010).

Elemen tektonik Busur Banda dan sekitarnya (Hamilton, 1979)

Page 3: GEOTEKTONIK MALUKU

Geologi daerah ini sebagian besar batuannya disusun oleh batuan malihan

paleozoikum dan batuan sedimen mesozoikum. Hanya sebagian daerah di barat Pulau

Taliabu (Kep. Sula) yang terdapat batuan plutonik mesozoik serta batuan bancuh (melange)

dan sedimen tersier di bagian timur Seram.

Keadaan Tektonik

Maluku Utara merupakan daerah tektonik yang sangat kompleks, dibangun oleh

interaksi antara sub lempeng Filipina di utara, lempeng Pasifik ditimur, lempeng Eurasia

dibarat, dan lempeng Indo-Australia di selatan. Batas selatannya merupakan sistem patahan

sorong dari Papua ke Sulawesi yang panjangnya sekitar 800 km kearah Sulawesi dan 1500

km sepanjang tepi utara Papua kearah Papua New Guinea. Sebelah barat dibatasi oleh Laut

Maluku dan di timurlaut dibatasi oleh ujung selatan palung Filipina serta timur berbatasan

dengan perluasan ke utara patahan Sorong (Sesar Filipina dalam Ibrahim 2010).

Di kawasan ini lempeng mikro Laut Maluku hampir seluruhnya tersubduksi berada

diantara tiga lempeng konvergen yaitu Eurasia, Pasifik dan Filipina. Dari penelitian

intersect gempa diketahui bahwa ada dua zona kegempaan benioff yang berpotongan di

bawah Laut Maluku dan mengindikasikan terjadinya penutupan basin lempeng Laut

Maluku akibat subduksi lempeng yang mendesaknya dari dua arah berlawanan (collision

subduction). Salah satu zona benioff miring sedang kearah barat di bawah Busur

Page 4: GEOTEKTONIK MALUKU

Kepulauan Sangihe dan Laut Sulawesi, dan yang lainnya miring landai ke timur di bawah

Halmahera. Sebaran gunung api di Busur Sangihe dan Busur Halmahera memperkuat

adanya fenomena subduksi ganda tersebut (Hamilton, 1979, Ibrahim, dkk, 2010) Sementara

itu lempeng mikro Halmahera dan Laut Maluku juga mengalami sesar transform dextral di

sebelah selatan dengan lempeng Eurasia serta sesar transform sinistral dengan lempeng

Pasifik di sebelah timur (www.scribd.com/doc/70105669/Maluku-Atau-Halmahera-Fix).

Keadaan tektonik di daerah Busur Banda dipengaruhi oleh subduksi lempeng Indo-

Australia dan lempeng Eurasia serta sesar geser Sorong di utara Laut Seram. Berbeda

dengan zona tumbukan Maluku di daerah Maluku Utara, pada Busur Banda terdapat

penunjaman dari arah selatan, dari arah timur dan dari arah utara, sehingga terjadi pola

sendok tepotong berbentuk cekung dengan kedalaman lempeng bertambah ke pusat

lingkaran.

(gambar).

Bentuk melengkung ini terjadi karena gerak benua Australia dan Papua (Indo-

Australia) ke arah utara yang dikombinasikan dengan gaya dorong lempeng Pasifik ke arah

barat. Zona subduksi Busur Banda berakhir di utara Pulau Buru (Palung Seram) dan

berubah menjadi bagian luar sisi selatan dari zona sesar sorong. Tidak terdapat gunungapi

aktif diantara pulau buru dan lengan tenggara pulau Sulawesi sebagai representasi

lingkungan sesar geser (Ibrahim, dkk, 2010). (harris 2006)

Secara keseluruhan, pada daerah penelitian keadaan tektoniknya dipengaruhi oleh

pergerakan tiga lempeng tektonik utama yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia

dan lempeng Pasifik, satu sub lempeng lempeng Filipina, dan beberapa lempeng mikro.

Lempeng-lempeng tersebut relatif bergerak satu sama lain, dimana lempeng Indo-Australia

bergerak dari arah selatan ke utara menujam dibawah lempeng Eurasia yang bergerak dari

utara ke selatan-tenggara di sepanjang barat Sumatera, selatan Jawa, Nusa Tenggara, dan

Page 5: GEOTEKTONIK MALUKU

berakhir di Laut Banda. Sedangkan lempeng Pasifik yang bergerak ke barat daya bertemu

dengan lempeng Eurasia dan Filipina di utara Irian dan Maluku. Interaksi lempeng-

lempeng ini memunculkan generator-generator gempabumi seperti Palung Sangihe dan

Palung Halmahera yang saling berhadapan di Laut Maluku, Palung Filipina di bagian

timurlaut Halmahera, Sesar Filipina di Laut Halmahera yang merupakan perluasan Sesar

Sorong kearah utara menyambung ke Palung Filipina, Sesar Sula-Sorong Utara dan Sesar

Sula-Sorong Selatan yang merupakan perpanjangan Sesar Sorong dari Papua ke Sulawesi

yang bercabang di Selat Dampir, Utara Sorong. Sesar Sula-Sorong Utara dari utara Sorong

melalui utara Pulau Obi, utara Kepulauan Sula sampai ke utara Pulau Peleng (Bangai Sula)

sedangkan Sesar Sula-Sorong Selatan yang melalui Laut Seram di selatan Pulau Obi,

selatan Kepulauan Sula kemudian menyambung ke Sesar Matano di lengan tenggara Pulau

Sulawesi. Palung Seram merupakan kelanjutan subduksi Lempeng Indo-Australia dan

Eurasia sepanjang Busur Banda. Selain palung dan sesar-sesar besar tersebut, sistem

tektonik yang begitu kompleks di daerah Maluku Utara dan Maluku Tengah ini turut

menghasilkan banyak sesar-sesar lokal di daerah kepulauan Maluku, hal ini menjadikan

daerah penelitian ini sebagai daerah gempabumi yang sangat aktif di Indonesia dan sangat

perlu untuk diteliti/dipelajari lebih jauh.

Page 6: GEOTEKTONIK MALUKU

Gb. Kondisi busur yang mengelilingi kepulauan maluku

Page 7: GEOTEKTONIK MALUKU

Berdasarkan intensitas kegempaannya, Badan Meteorologi dan Geofisika membagi wilayah

Indonesia atas enam zona:

1. Daerah sangat aktif (Halmahera)

2. Daerah aktif (Lepas pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, Nusa Tenggara, Banda)

3. Daerah lipatan dan retakan (Pantai barat Sumatra, Sulawesi Tengah)

4. Daerah lipatan tanpa retakan (Utara Jawa, Kalimantan Timur)

5. Daerah Gempa Kecil (Sumatra Timur, Kalimantan Tengah)

6. Daerah Stabil (Selatan Irian, Kalimantan Barat)

Sumber : www.scribd.com/doc/70105669/Maluku-Atau-Halmahera-Fix

Page 8: GEOTEKTONIK MALUKU
Page 9: GEOTEKTONIK MALUKU

DAFTAR PUSTAKA

Darman,H dan Hasan Sidi F. 2000. An Outline of The Geology Indonesia. Indonesian

Association of Geologist.

Herlambang, Sudarno. 2009. Dasar – Dasar Geomorfologi Indonesia. Malang. Ikip

Malang.

Herlambang, Sudarno. 2004. Dasar – Dasar Geomorfologi. Malang. Ikip Malang.

Abrahamsz, James. 2007. Potensi, Isu dan Permasalahan Pulau – Pulau Kecil di

Provinsi Maluku. Online

(http://jamesabrahamsz.blogspot.com/2007/11/potensi-isu-dan-permasalahan-

pulau.html ), diakses tanggal 15 Februari 2011.

Tariana, Didik. 1997/1998. Garis Besar Geomorfologi Indonesia. Malang. Ikip Malang.

Buranda, J.P. 2011. Geologi Indonesia. Malang. Ikip Malang.

Verstappen. 1969. A Contribution To The Geomorfoloy Of The Molluccas. Jakarta: Balai

Geografi.

www.potensi maluku.com

www.kondisi tanah maluku.com