sistem kendali tgs bu dewi
DESCRIPTION
sistem kendaliTRANSCRIPT
SISTEM KENDALI
Sistem pengendalian proses terbagi menjadi dua yaitu sistem pengendalian
manual dan sistem pengendalian otomatis.
1. Sistem Pengendalian Manual adalah sistem pengendalian dengan subyek adalah
makhluk hidup, contoh oleh manusia. Biasanya sistem ini dipakai pada beberapa
proses-proses yang tidak banyak mengalami perubahan beban ( load ) atau pada
proses yang tidak kritis.
2. Sistem Pengendalian Otomatis adalah sistem pengendalian dimana subyek
digantikan oleh suatu alat yang disebut controller. Dimana tugas untuk membuka
dan menutup valve tidak lagi dikerjakan oleh operator, tetapi atas
perintah controller. (Gunterus, 1994)
Gb. 2. Sistem Pengendalian otomatis
Gb.1. Sistem pengendalian manual
Dari gambar diatas terlihat bahwa contoh sistem pengendalian manual
salah satunya adalah proses merebus botol dengan panci panas yang diberi
air. Proses merebus botol ini biasanya dilakukan oleh ibu-ibu untuk mensterilkan
botol. Biasanya proses perebusan dimulai dengan memanaskan air sampa
mendidih, kemudian botol-botol dimasukkan ke panci sampai sekitar 5- 10 menit,
setelah selesai maka kita harus mematikan kompor gas secara manual.
Sedangkan gambar 2 menunjukkan contoh sistem pengendalian otomatis
pada proses sterilisasi botol. Gambar 2 menunjukkan proses sterilisasi botol
dilakukan dengan alat sterilizer, dimana kita tinggal memasukkan botol ke alat
kemudian kita putar atau tekan sistem kontrol temperatur pada alat tersebut dan
jika proses sterilisasi sudah selesai maka alat akan otomatis mati sendiri, sehingga
tidak perlu ditunggu dan dimatikan secara manual.
Diagram kotak sistem pengendalian otomatis adalah sebagai berikut :
Gambar 3. Diagram kotak sistem pengendalian otomatis (Gunterus, 1994)
Pada gambar 3, bagian controller mempunyai summing junction dengan tanda
positif-negatif (+/-). Di titik inilah langkah membandingkan dilakukan
mengurangi besaran set point dengan sinyal measurement variable. Hasilnya
adalah sinyal yang disebut error.
Untuk tanda (-) pada summing junction sistem pengendalian otomatis disebut
sistem negative feedback., jika tanda pada summing junction (+) maka sistem
pengendalian otomatis disebut positif feedback
Beberapa keterangan mengenai elemen-elemen sistem pengendalian otomatis dari
diagram kotak pada gambar 1.1 sebagai berikut :
Proses (Process) adalah tatanan peralatan yang mempunyai suatu fungsi
tertentu. Input proses dapat bermacam- macam, yang pasti merupakan
besaran yang dimanipulasi oleh final control element atau control
valveagar variabel yang dimaksud sama dengan set point. Input proses ini
juga disebut variabel yang dimanipulasi.
Variabel yang dimanipulasi adalah input dari suatu proses yang dapat
dimanipulasi atau diubah-ubah besarnya agar process variable atauvariabel
yang dikendalikan besarnya sama dengan set point.
Gangguan adalah besaran lain, selain variabel yang dimanipulasi, yang dapat
menyebabkan berubahnya variabel yang dikendalikan. Besaran ini lazim
disebut load.
Elemen Pengukur adalah bagian paling ujung suatu sistem pengukuran
(measuring system). Contoh elemen pengukur yang banyak dipakai
misalnya termocouple atau oriface plate. Bagian ini juga biasa disebut sensor
atau primary element.
Transmitter adalah alat yang berfungsi untuk membaca sinyal sensing
element, dan mengubahnya menjadi sinyal yang dapat dimengerti
olehcontroller.
Transducer adalah unit pengalih sinyal. Kata transmitter, seringkali
dirancukan dengan kata transduser. Keduanya memang mempunyai fungsi
yang serupa, walaupun tidak sama benar. Transducer lebih bersifat umum,
sedangkan transmitter lebih khusus pada pemakaian dalam sistem
pengukuran.
Variabel yang dimaksud atau measured variable adalah sinyal yang keluar
dari transmitter. Besaran ini merupakan cerminan besarnya sinyal sistem
pengukuran.
Set Point adalah besar process variable yang dikehendaki.
Sebuah kendaliakan selalu berusaha menyamakan variabel yang
dikendalikan dengan set point.
Error adalah selisih antara set point dikurangivariabel yang
dimaksud.Error bisa negatif, bisa juga positif. Sebaliknya, bila set point lebih
kecil darivariabel yang dimaksud, error menjadi negatif.
Controller adalah elemen yang mengerjakan tiga dari empat tahap langkah
pengendalian yang membandingkan set point denganmeasurement variable,
menghitung berapa banyak koreksi yang perlu dilakukan, dan mengeluarkan
sinyal koreksi sesuai dengan hasil perhitungan tadi. Controller sepenuhnya
menggantikan peran manual dalam mengendalikan sebuah
proses. Controller merupakan alat pengendali.
Unit Pengendali adalah bagian dari controller yang menghitung besarnya
koreksi yang diperlukan. Input control unit adalah error, dan outputnya
adalah sinyal yang keluar dari controller (manipulated variable). Unit
Pengendali memiliki fungsi transfer yang tergantung pada jenis controller.
Output unit pengendali adalah hasil penyelesaian matematik fungsi
transfer dengan memasukkan nilai error sebagai input.
Final control element, seperti tercermin dari namanya, adalah bagian akhir
dari instrumentasi sistem pengendalian. Bagian ini berfungsi untuk
mengubah measurement variable dengan cara memanipulasi
besarnyamanipulated variable, berdasarkan perintah controller.
Jika diagram sistem pengendalian ini dikaitkan dengan proses sterilisasi
dengan alat sterilizer, maka pada saat kita memasukkan botol pada alat dan
memutar atau menekan tombol kontrol temperatur dan waktu sterilisasi, maka
disini kita melakukan proses setting point pada sistem pengendalian otomatis.
Setting point yang kita masukkan ini akan di baca oleh elemen pengukur (sensor
suhu/termokopel misalnya) dan dibaca oleh transmitter. Dari transmitter inilah
setting point yang kita masukkan dalam hal ini misalkan suhu temperatur dan
waktu sterilisasi akan diubah menjadi sinyal listrik dan dikendalikan oleh sistem
kontrol pada alat. Jika proses sterilisasi sudah memenuhi suhu dan waktu proses
untuk mensterilkan, maka alat kontrol akan memaksa kerja alat sterilisasi berhenti
secara otomatis.
Dasar Pengontrolan
Summing point adalah gabungan dari seluruh sinyal kontrol untuk
mendapatkan output yang diinginkan dengan error 0 sehingga didapatkan posisi
kontrol aktuator yang steady. PID (Proportional Integral Derivate) blok dan
feedback system amplifier memiliki tipe yang sesuai dengan program konfigurasi
kontrol yang dikehendaki. Dimana ke semua bagian itu merupakan komponen
penyusun dari dasar sistem pengontrolan yang banyak dipakai dalam suatu proses
produksi.
Gambar
Dasar Sistem Pengontrol
Bagian utama dari sistem Pengontrolan :
Input / reference merupakan perintah yang diberikan oleh user kepada
controller (biasa juga disebut dengan setpoint / demand). Input disini
berupa summing point, dimana summing point adalah gabungan dari
seluruh sinyal kontrol untuk mendapatkan output yang diinginkan dengan
error 0 sehingga didapatkan posisi kontrol actuator yang steady. Set point
yang masuk ke summing point berupa sensor pressure transmitter,
temperature transmitter, dan flow transmitter yang dikehendaki dan akan
dikirimkan dari kontrol panel room untuk disesuaikan dengan set point
yang berada di lapangan. Sedangkan sinyal yang berasal dari anti surge
controller merupakan sinyal umpan balik dari discharge pressure yang
dihasilkan dari kompresor untuk diubah menjadi masukan sinyal pada
summing point dalam kondisi automatis apabila terjadi kesalahan maka
valve akan membuka secara otomatis.
CPU / control unit yang merupakan tempat pemprosesan data untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan setpoint.
Output, biasanya berupa alat penggerak baik yang berupa elektric,
hydraulic, ataupun pneumatic yang merupakan hasil akhir dari controller
(aktuator, servo/control valve, dll)
Feedback / umpan balik yang merupakan mata / sensor dari controller
yang berfungsi sebagai pemberi informasi dari hasil proses yang telah
dicapai (pressure transmitter, temperature transmitter, dan flow
transmitter, dll).
Sebuah kontrol system harus dilengkapi dengan PID untuk mendapatkan
reaksi yang tepat dan menghasilkan control yang steady. PID berfungsi
untuk mensinkronkan / menselaraskan antara kontrol dan penggerak
(prime mover), hal ini diperlukan karena antara besarnya discharge
pressure yang ada dikontrol panel dengan yang ada di lapangan tidak
sama sehingga diperlukan PID untuk mendapatkan keselarasan.
1. Kontrol Proporsional (KP)
Untuk kontroler dengan aksi kontrol proporsional, hubungan antara keluaran
pengontrol m(t) dan sinyal kesalahan penggerak e(t) adalah :
m(t) = Kp e(t)
atau, dalam besaran transformasi Laplace,
M (s)E(s)
= Kp
Dimana Kp adalah kepekaan proporsional atau penguatan.
Adapun wujud mekanisme yang sebenarnya dan adapun bentuk daya
penggeraknya, kontrol proporsional pada dasarnya merupakan penguatan yang
dapat diatur. Diagram blok pengontrol proporsional ditunjukkan pada gambar
dibawah ini:
E(s) M(s)
Gambar
Diagram Blok Pengontrol proporsional
2. Kontrol Integral (KI)
Pada pengontrol dengan aksi kontrol integral, harga keluaran pengontrol
m(t) diubah dengan laju yang sebanding dengan sinyal kesalahan penggerak. Jadi,
dm(t)dt
= Ki e(t)
Dimana Ki adalah konstanta yang dapat diatur. Fungsi alih pengontrol integral
adalah :
M (s)E(s) =
Kis
Jika harga e(t) didua kalikan, maka harga m(t) berubah dengan laju perubahan
menjadi dua kali semula. Jika kesalahan penggerak nol, maka harga m(t) tetap
stasioner. Aksi kontrol integral seringkali disebut kontrol “reset”. Gambar di
bawah ini menunjukkan diagram blok pengontrol integral.
E(s) M(s)
Gambar
Diagram Blok Pengontrol Integral
3. Kontrol Proporsional Plus Integral (PI)
Aksi kontrol dari kontroler proporsional plus integral didefinisikan dengan
persamaan berikut :
+ Kp
+ Kp
M (s)E(s)
= Kp (1+ 1s )
Dimana Kp menyatakan kepekaan proporsional, atau penguatan, dan Ti
menyatakan waktu integral. Bila Kp maupun Ti dapat diatur. Waktu integral
mengatur aksi kontrol integral, sedangkan Kp mempengaruhi baik bagian
proporsional maupun bagian integral dari aksi kontrol. Kebalikan dari waktu
integral Ti disebut laju reset. Laju reset adalah banyaknya pengulangan per menit.
Gambar di bawah ini menunjukkan diagram blok kontroler proporsional plus
integral. Jika sinyal kesalahan penggerak e(t) adalah fungsi tangga satuan, seperti
ditunjukkan pada gambar (b), maka keluaran pengontrol m(t) menjadi seperti
yang ditunjukkan pada gambar (c)
E(s) M(s)
(a) (b)
(c)
Gambar
(a) Diagram blok pengontrol Proporsional Plus Integral; (b) dan
(c) Diagram yang melukiskan Masukan Tangga Satuan dan
Keluaran Pengontrol
4. Kontrol Proporsional Plus Turunan (PD)
+ Kp(1+Ti S)Ti S
k❑
0
1
e(t)
f
Harga Satuan
e(t)
0 Hanya Proporsional
Aksi Kontrol PI
Aksi kontrol dari kontroler proporsional plus turunan didefinisikan
dengan persamaan berikut :
m(t) = Kp e(t) + Kp Td de (t)
dt
atau fungsi alih pengontrol adalah
M (s)E(s) = Kp (1+Td S)
Dimana Kp menyatakan kepekaan proporsional atau penguatan, dan Td
menyatakan waktu turunan. Bila Kp maupun Td dapat diatur. Aksi kontol turunan
sering disebut kontrol laju (rate Control), karena besar keluaran kontroler
sebanding dengan laju perubahan sinyal kesalahan penggerak. Waktu turunan Td
adalah selang waktu bertambah majunya respon aksi kontrol proporsional yang
disebabkan oleh aksi laju (rate action). Gambar di bawah ini menunjukkan
diagram blok kontroler proporsional plus turunan. Jika sinyal kesalahan
penggerak e(t) adalah fungsi ramp satuan seperti yang ditunjukkan pada gambar
(b), maka keluaran pengontrol m(t) menjadi seperti yang ditunjukkan pada gambar
(c), aksi kontrol turunan mempunyai suatu karakter untuk mendahului. Meskipun
demikian, tentu saja aksi kontrol turunan tidak pernah dapat mendahului setiap
aksi yang belum terjadi.
Disamping mempunyai keunggulan dalam mendahului, aksi kontrol turunan
mempunyai kelemahan dalam hal memperkuat sinyal desing (noise) sehingga
dapat menimbulkan pengaruh saturasi pada aktuator.
Perhatikan bahwa aksi kontrol turunan tidak pernah dapat digunakan
sendirian karena aksi kontrol ini hanya efektif selama perioda transien.
Gambar
(a) Diagram Blok Pengontrol Proporsional Plus Integral ; (b) dan (c) Diagram
yang Melukiskan dan Keluaran Pengontrol
5. Kontrol Proporsional Plus Integral Plus Turunan (PID)
Gabungan aksi kontrol proporsional, aksi kontrol integral, dan aksi
kontrol turunan membentuk aksi kontrol proporsional plus turunan plus integral.
Gabungan aksi ini mempunyai keunggulan dibandingkan dengan masing-masing
dari tiga aksi kontrol tersebut. Persamaan pengontrol dengan aksi gabungan ini
diberikan oleh
M (s)E(s)
= Kp (1+ 1Ti s
+Td s)Dimana Kp menyatakan kepekaan proporsional, Ti menyatakan waktu integral,
dan Td menyatakan waktu turunan. Diagram blok pengontol proporsional plus
turunan plus integral ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Jika e(t) adalah
fungsi ramp satuan seperti yang ditunjukkan pada gambar (b), maka keluaran
pengontrol m(t) menjadi seperti yang ditunjukkan pada gambar (c)
Gambar
(a) Diagram Blok Pengontrol Proporsional Plus Integral Plus Turunan; (b)
dan (c) Diagram yang melukiskan Masukan Ramp Satuan dan Keluaran
Pengontrol
Pengontrol yang digunakan yaitu dengan sistem pneumatic secara
otomatis. Istilah pneumatik menjelaskan sistem fluida yang menggunakan udara
atau gas.