sistem data dan penentuan sasaran dalam penanggulangan kemiskinan

16
SISTEM DATA DAN PENENTUAN SASARAN (TARGETING) DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL 2003

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Diterbitkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Tahun 2003

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan Kemiskinan

SISTEM DATA DAN PENENTUAN SASARAN (TARGETING) DALAM

PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

2003

Page 2: Sistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan Kemiskinan

A

lamat komunikasi

Sekretariat Pokja Perencanaan Makro Penanggulangan Kemiskinan

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Jl. Madiun No. 4 Jakarta Pusat Tlp. 021-334195 Email : [email protected]

Page 3: Sistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan Kemiskinan

DAFTAR ISI

A. Peran Data dan Penentuan Sasaran (Targeting) dalam Penanggulangan Kemiskinan (Hal. 1)

B. Data Kemiskinan dalam Penanggulangan Kemiskinan (Hal. 2)

C. Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan Kemiskinan (Hal. 7)

D. Pengembangan Sistem Data dan Penentuan Sasaran untuk Program Penanggulangan Kemiskinan di Tingkat Lokal (Hal. 10)

Sistem Data dan Penentuan Sasaran (Targeting) dalam Penanggulangan Kemiskinan i

Page 4: Sistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan Kemiskinan

Sistem Data dan Penentuan Sasaran (Targeting) dalam Penanggulangan Kemiskinan 1

1. Konteks Data dan Penentuan Sa-

saran dalam Program Penanggu-langan Kemiskinan

Penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu prioritas pembangunan sebagai-mana termuat di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang PRO-PENAS. PROPENAS menggariskan bahwa sasaran yang harus dicapai dalam lima tahun (2000-2004) adalah berkurangnya jumlah penduduk miskin absolut sebesar 4% dari tingkat kemiskinan yang menurut data tahun 1999 sebesar 37,5 juta jiwa (18% pen-duduk), menjadi 14% atau sebesar 28,86 juta jiwa pada tahun 2004. Untuk memastikan tercapainya target penu-runan angka kemiskinan seperti itu tidak saja diperlukan kemauan politik dan partisipasi dari seluruh stakeholders pembangunan, baik di tingkat nasional maupun daerah, lebih dari itu upaya penanggulangan kemiskinan harus dilakukan secara sistematis dan berkelanju-tan. Upaya sistematis itu dapat dimulai me-lalui suatu proses perencanaan program penanggulangan kemiskinan yang baik. Dalam proses perencanaan program penanggulangan kemiskinan terdapat 2 ele-men kritis, yaitu data dan penentuan sa-saran atau targeting. Data kemiskinan menjadi sesuatu hal yang penting karena merupakan input yang men-jadi pertimbangan utama dalam proses per-encanaan program penanggulangan kemiski-nan. Data kemiskinan yang baik akan mem-berikan gambaran mengenai jumlah, se-baran, profil dan karakteristik penduduk miskin yang merupakan kelompok sasaran (target group) dari program penanggulangan kemiskinan.

Sedangkan penentuan sasaran atau targeting merupakan muara dari proses perencanaan program yang menghasilkan output berupa bentuk program dan kegiatan, termasuk alokasi pembiayaannya. Dalam terminologi perencanaan pembangunan, kegiatan target-ing program penanggulangan kemiskinan bertujuan untuk menentukan alokasi pem-biayaan untuk berbagai program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan, yang bersumber dari anggaran pemerintah (pusat maupun daerah). Dengan keterangan di atas, menjadi jelas kiranya bahwa data dan targeting memiliki kaitan yang sangat erat di dalam proses pe-rencanaan program penanggulangan kemi-skinan. Salah satu tolok ukur terpenting kualitas program penanggulangan kemiski-nan adalah hasil targeting yang baik, sedang-kan untuk memperoleh hasil targeting yang baik diperlukan dukungan sistem data kemi-skinan yang baik pula. 2. Manfaat Data dan Penentuan Sa-

saran Seperti diketahui perencanaan adalah suatu proses pengambilan keputusan, dan kepu-tusan yang baik tak akan dapat diambil tanpa adanya dukungan informasi yang memadai. Sedangkan informasi adalah data yang sudah memiliki sifat dan bentuk spesifik serta ter-sistematisasi sehingga berguna sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kepu-tusan. Informasi sebagai hasil dari pengola-han data dibutuhkan dalam proses perenca-naan atau pengambilan keputusan untuk tiga alasan, yaitu:

Untuk mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan yang ada, sebagai dasar bagi perumusan kebijakan dan rencana di masa yang akan datang.

Untuk mengidentifikasi dan meng-evaluasi alternatif-alternatif kebijakan serta pilihan-pilihan tindakan.

PERAN DATA DAN PENENTUAN SASARAN (TARGETING) DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINNAN

A.

Page 5: Sistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan Kemiskinan

Sistem Data dan Penentuan Sasaran (Targeting) dalam Penanggulangan Kemiskinan 2

Untuk memberikan umpan balik me-ngenai dampak dari tindakan-tindakan tadi, selama dan setelah diimplementasi-kan.

Adapun kegiatan penentuan sasaran pada proses perencanaan program penanggu-langan kemiskinan dilakukan dengan alasan antara lain:

Agar perencanaan program dan kegiatan serta pembiayaannya dilakukan atas dasar suatu metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan, bersifat obyektif dan transparan

Untuk melakukan optimasi antara kebu-tuhan berdasarkan jumlah kelompok sa-saran program dengan ketersediaan sumberdaya

Untuk menjamin prinsip-prinsip efektivi-tas, efisiensi, dan tepat sasaran dari pro-gram penanggulangan kemiskinan

1. Pemahaman tentang

Data Kemiskinan Berbagai kondisi kemiskinan da-pat direpresentasikan melalui berbagai jenis data baik data yang bersifat makro maupun data mikro. Perbedaan antara kedua jenis tersebut diuraikan di bawah ini. a) Data Makro Dalam konteks kemiskinan, data makro merupakan data agregat tentang jumlah dan persentase penduduk miskin dan variabel kemiskinan lainnya pada tingkat

nasional dan wilayah (propinsi dan kabu-paten/kota). Sumber data makro sebagian besar bersumber dari BPS yang dalam hal ini BPS merupakan institusi yang menyediakan data dalam lingkup nasional. Contoh data makro di antaranya adalah data jumlah dan persentase penduduk miskin yang didasar-kan pada garis kemiskinan (poverty line). Jumlah dan persentase penduduk miskin tersebut dapat dihitung melalui data penge-luaran rumah tangga untuk makanan dan bukan makan dari hasil Survei Sosial Eko-nomi Nasional (SUSENAS) yang dilakukan oleh BPS. Contoh data makro berupa jum-lah dan persentase penduduk miskin dapat dilihat pada Kotak 1.

b) Data Mikro

Berbeda dengan data makro, data mikro le-bih bersifat operasional yang idealnya mampu menyajikan informasi siapa itu si miskin, dimana mereka berada, dan apa yang mereka lakukan, yang direkap dalam unit administrasi terendah (misalnya RT/ RW atau desa/ kelurahan). Data kemiskinan yang bersifat mikro ini lebih operasional dalam mengidentifikasi kelompok sasaran (seperti nama kepala keluarga, alamat dan status sosial-ekonomi tertentu).

Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin Tahun 2002

Penduduk Miskin

Kode Kabupaten/Kota

Garis Kemiskinan

(Rp/Bln) Jumlah (000 jiwa)

Persentase (%)

34 DI Yogyakarta 635,70 20,14

3401 Kulon Progo 116.006 93,00 25,12

3402 Bantul 115.886 157,20 19,75

3403 Gunung Kidul 104.589 174,10 25,86

3404 Sleman 136.952 154,20 16,70

.. ……………… …………… …………… ……………

.. ……s………… …………… …………… ……………

DATA KEMISKINAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINNAN

B.

Kotak 1

Page 6: Sistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan Kemiskinan

Contoh data kemiskinan yang bersifat mikro ini adalah data keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I yang diperoleh dari Reg-istrasi Keluarga yang setiap tahun dilakukan oleh para kader KB/PLKB yang dikoordina-sikan oleh Badan Koordinasi Keluarga Ber-encana Nasional (BKKBN). Namun data BKKBN tidak ditujukan untuk mengidentifi-kasi penduduk miskin. Contoh data mikro lainnya yaitu data penerima bantuan dari GNOTA. Data mikro tersebut dapat disaji-kan sampai dengan tingkat desa/kelurahan, dan bahkan memungkinkan sampai tingkat RW dan RT di dalam suatu desa/kelurahan. Contoh jenis data mikro dapat dilihat pada Kotak 2. 2. Pentingnya Data dalam Penanggu-

langan Kemiskinan Dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan, kebutuhan akan data menjadi suatu yang nyata dan perlu diprioritaskan. Data akan sangat dibutuhkan setidaknya untuk be-berapa kegiatan diantaranya sebagai berikut: a) Identifikasi dan Analisis Suatu

Kondisi/Permasalahan Dalam konteks penanggulangan kemiskinan, kegiatan identifikasi dan analisis akan sangat membutuhkan data sebagai input dalam-

memahami kondisi serta karakteristik ke-iskinan pada suatu daerah atau suatu kelom-pok. Dengan adanya data tersebut maka da-pat dilakukan proses analisis lebih lanjut se-suai output yang hendak dihasilkan, misalnya data yang ditujukan untuk menunjukkan adanya keragaman dan konsentrasi pen-duduk miskin serta gambaran kemiskinan berdasarkan indikator/variabel yang asosiatif dengan kondisi kemiskinan. b) Perencanaan Kebijakan / Program Dalam kegiatan perencanaan, data akan san-gat dibutuhkan untuk memberikan dasar dan orientasi terhadap penyusunan kebijakan dan program pembangunan baik di pusat maupun di daerah dalam upaya penanggu-langan kemiskinan. Dengan kata lain data kemiskinan dapat dijadikan sebagai in-put/tools analysis dalam mengembangkan berbagai formulasi kebijakan dan perenca-naan program penanggulangan kemiskinan, misalnya dalam melakukan formulasi untuk menentukan alokasi anggaran program-program penanggulangan kemiskinan pada tingkat kabupaten/ kota atau propinsi. c) Monitoring-Evaluasi (Monev) Dalam menjalankan fungsi monitoring dan evaluasi yang konsisten dan berkelanjutan,

Contoh Data Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I Contoh tidak berdasarkan data dan format yang sebenarnya

Jumlah Keluarga

Pra Sejahtera Jumlah Keluarga

Sejahtera I Nomor Kelurahan RT/RW

Alasan Ekonomi

Bukan Alasan Ekonomi

Alasan Ekonomi

Bukan Alasan Ekonomi

001 Cikembulan 01/02 41 14 12 6

002 Neglasari 04/04 29 7 17 10

003 Hegarmanah 03/04 36 8 29 8

004 Talagasari 01/01 48 11 26 9

…… …………… ……………… …………….. …………….. …………. ……………

Kotak 2

Sistem Data dan Penentuan Sasaran (Targeting) dalam Penanggulangan Kemiskinan 3

Page 7: Sistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan Kemiskinan

maka akan sangat tergantung dari pemenu-han kebutuhan data yang relevan. Dalam kegiatan monitoring dan evaluasi diperlukan indikator-indikator yang digunakan sebagai alat untuk mengukur keberhasilan program baik berupa indikator input, indikator proses indikator output, indikator outcome, serta indikator dampak. Dan sudah barang tentu pada setiap indikator tersebut akan dibu-tuhkan data sebagai sumber informasi dari pelaksanaan program. Terdapat berbagai jenis data yang dapat digunakan dalam proses perencanaan pro-gram seperti terlihat pada Kotak 3. 3. Ketersediaan Data Saat Ini Data kemiskinan yang tersedia saat ini dan banyak digunakan untuk kebutuhan peren-canaan program penganggulangan kemiski-nan diantaranya adalah sebagai berikut: a) Data BPS Dalam konteks ini, BPS merupakan institusi yang menyediakan data kemiskinan untuk

lingkup nasional. Beberapa catatan tentang data kemiskinan BPS ini diantaranya yaitu:

Sumber data berasal dari hasil Survei (SUSENAS)

Pendekatan yang digunakan adalah berupa data pengeluaran/konsumsi

Indikator yang dihasilkan yaitu garis ke-miskinan (poverty line), poverty gap, dan lain-lain

Kelebihan dari sumber data ini dianta-ranya adalah didisain untuk dapat men-gidentifikasi kemiskinan

Kelemahannya yaitu jumlah sampel ter-batas dan validitas hanya sampai tingkat kabupaten/kota

Secara umum data yang dibutuhkan untuk proses perencanaan program, biasanya terdiri dari 3 jenis, yaitu :

Data sebaran atau distribusi, baik dalam ben-tuk sebaran horisontal (seperti sebaran menurut wilayah/geografis atau sebaran dalam berbagai kelompok etnis), maupun sebaran vertikal (seperti sebaran menurut tingkat pendidikan atau sebaran menurut tingkat pendapatan)

Data mengenai hubungan keterkaitan atau relationship, bisa berupa keterkaitan antar variabel, antar waktu maupun antar ruang (antar wilayah)

Data yang berbentuk indikator, yaitu infor-masi yang menunjukkan suatu derajat atau tingkatan perkembangan pada suatu wilayah atau komunitas. Kompilasi dari beberapa in-dikator pembangunan dapat menghasilkan apa yang dikenal sebagai indikator sosial, in-dikator ekonomi atau indikator sosial eko-nomi.

Kotak 3

Penggunaan data kemiskinan ini lebih te-pat untuk kegiatan targeting di tingkat nasional, tingkat propinsi sampai ke ting-kat kabupaten/kota yang dilakukan oleh pusat

b) Data BKKBN BKKBN merupakan institusi yang me-nyediakan data kuantitatif sampai pada ting-kat desa. Beberapa catatan tentang karak-teristik data BKKBN ini diantaranya adalah:

Sumber data berasal dari hasil pendataan yang dilakukan oleh PLKB

Pendekatan yang digunakan adalah kese-jahteraan masyarakat

Indikator yang digunakan yaitu keluarga sejahtera dan pra sejahtera

Kelebihan dari sumber data ini dianta-ranya yaitu bersifat sensus unit rumah tangga di setiap desa/kelurahan

Kelemahannya adalah bahwa sumber data ini tidak secara khusus ditujukan un-tuk mengidentifikasi kemiskinan.

Perbandingan karakteristik data kemiskinan yang bersumber dari BPS dan BKKBN se-cara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Sistem Data dan Penentuan Sasaran (Targeting) dalam Penanggulangan Kemiskinan 4

Page 8: Sistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan Kemiskinan

Sistem Data dan Penentuan Sasaran (Targeting) dalam Penanggulangan Kemiskinan 5

Tabel 1 Matriks Perbandingan Data Kemiskinan BPS-BKKBN

SUMBER DATA KEMISKINAN BKKBN BPS

Keluarga yang termasuk kategori Keluarga Prasejahtera dan Sejahtera I dengan alasan ekonomi

Penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan (Poverty Line)

Pra-Sejahtera : Keluarga yang belum dapat memenuhi kebu-tuhan dasarnya (basic needs) secara minimum 1)

1 DEFINISI MISKIN

Sejahtera I : Keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum memenuhi kebutu-han sosial psikologisnya (socio psychological needs), seperti kebutuhan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga/ ling-kungan dan transportasi.

Garis Kemiskinan : Dihitung berdasarkan pendeka-tan kebutuhan dasar, yaitu besarnya rupiah yang dibutuhkan untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum makanan (setara 2100 kalori/kapita/ hari) ) dan non makanan seperti pe-rumahan, kesehatan, pendidikan, angkutan, pakaian dan barang/ jasa lainnya.

2 SUMBER DATA Hasil Pendataan petugas lapangan (PLKB) Berdasarkan hasil pengolahan data SUSENAS (BPS) - Modul Konsumsi (Jumlah sampel : 65.000

Rumah Tangga) - Susenas Inti (Februari 1999, jumlah sampel :

208.000 Rumah Tangga) - Susenas Mini (Agustus 1999, jumlah sampel :

10.000 Rumah Tangga). 3 UNIT DATA Keluarga : terdiri atas Bapak, Ibu dan Anaknya (Cor Family) - Penduduk

- Rumah Tangga : Terdiri atas kepala rumah tangga dan anggota rumah tangga lainnya yang biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur (Extended Family)

4 KEUNGGULAN - Merupakan data mikro, yaitu berdasarkan hasil pen-dataan langsung oleh petugas PLKB di tingkat desa.

- Secara teknis data keluarga miskin tersedia sampai dengan tingkat desa.

- Updating data lebih cepat (tersedia data pada tahun 2001)

- Dapat digunakan untuk melakukan targeting alokasi bantuan kepada kelompok-kelompok sasaran sampai dengan tingkat Desa/ Kelurahan.

- Orientasi perhitungan secara khusus sebagai pendekatan untuk menentukan penduduk mi-skin berdasarkan Garis Kemiskinan.

- Nilai Garis Kemiskinan dihitung berdasarkan 52 jenis komoditi makanan dan 27 jenis komoditi non makanan untuk Perkotaan dan 25 jenis komoditi untuk Perdesaan.

- Nilai Garis Kemiskinan setiap Kabupaten/Kota memiliki nilai yang berbeda, tergantung Harga dari jenis kebutuhan dasar daerah setempat.

- Representatif untuk menentukan alokasi dana bantuan sampai tingkat Kabupaten/ Kota.

5 KELEMAHAN - Pendataan tidak diorientasikan secara khusus untuk mengukur kemiskinan, tetapi lebih pada pengelompok-kan tingkat kesejahteraan keluarga.

- Keluarga Prasejahtera dan Sejahtera I ditentukan ber-dasarkan kriteria yang sama untuk seluruh Indonesia

- Kualitas data mendapatkan kritik berkaitan dengan: • Proses pelaksanaan pendataan dilapangan (tidak Ob-

jektif) 2) • Beberapa indikator yang digunakan kurang sensitif

dalam menggambarkan kondisi keluarga miskin. 3) • Penentuan kriteria Pra KS dengan ditunjukkan oleh

minimal satu dari kelima indikator tidak selalu merefleksikan status kemiskinan keluarga ybs.

- Tidak dapat digunakan sebagai dasar targeting alokasi bantuan kepada kelompok-kelompok sa-saran (data tidak operasional).

- Dasar perhitungan bersumber dari SUSENAS

MODUL yang dilakukan setiap 3 tahun sekali

(Tahun 1993, 1996, 1999 dst).

- Ketersediaan data terakhir : tahun 1999 (BPS) - Perkiraan penduduk miskin Tahun 2000 masih

dalam proses perhitungan (berdasarkan hasil in-terpolasi dari tahun 1999,dengan asumsi-asumsi yang realistik pada tahun 2000)

6 HASIL PENDATAAN/ PERHITUNGAN

Tahun 1999 : - Keluarga Pra-sejahtera : 10.633.361 (23,25 %)

• Alasan Ekonomi : 5.995.286 • Bukan alasan Ekonomi : 3.638.075

- Keluarga Sejahtera I : 11.725.109 (25,64 %) • Alasan Ekonomi : 5.916.514 • Bukan alasan Ekonomi : 5.808.595

Tahun 2000 : - Keluarga Pra-sejahtera : 10.996.773 (23,21 %)

• Alasan Ekonomi : 7.739.202 (16,34 %) • Bukan alasan Ekonomi : 3.257.571 (6,88%)

- Keluarga Sejahtera I : 13.432.757 (28,36 %) • Alasan Ekonomi : 6.928.712 (14,63 %) • Bukan alasan Ekonomi : 6.504.045 (13,73 %)

Susenas Modul/ Inti, (Februari 1999) : - Penduduk Miskin : 47,974 Juta Jiwa

• Perkotaan : 15,642 Juta • Perdesaan : 32,332 Juta

- Rumah Tangga Miskin : 9,7 Juta Rumah Tangga - Garis Kemiskinan Tingkat Nasional Tahun 1999 :

• Perkotaan : Rp 92.409 / Kapita/ Bulan • Perdesaan : Rp 74.272 / Kapita/ Bulan

- Susenas Mini 4) (Agustus 1999) : Penduduk Miskin : 37,1 Juta Jiwa

• Perkotaan : 12,3 Juta • Perdesaan : 24,8 Juta

- Garis Kemiskinan Tingkat Nasional Tahun 1999 : • Perkotaan : Rp 89.845 / Kapita/ Bulan • Perdesaan : Rp 69.420 / Kapita/ Bulan

Keterangan : 1) Kebutuhan dasar minimum :

- Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga - Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih - Seluruh Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk dirumah, bekerja/ sekolah dan bepergian - Bagian terluas dari rumah bukan lantai tanah - Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sarana kesehatan ( Keluarga Pra-Sejahtera : apabila ada keluarga tidak dapat memenuhi salah satu syarat tersebut di atas)

2) Hasil Studi Evaluasi Penentuan Kriteria Rumah Tangga Miskin (BPS/ UNICEF) : Metodologi survei dalam pendataan tidak sepenuhnya menerap-kan observasi langsung dilapangan, dari rumah ke rumah, tetapi cenderung didasarkan pada “pengetahuan” dari petugas pendataan sendiri. (Alasan honor petugas tidak sebanding dengan cakupan keluarga yang harus di daftar secara lengkap dalam satu desa/ kelurahan).

3) Khususnya untuk indikator tidak melaksanakan ibadah cenderung menunjukkan gejala umum dari kebutuhan spiritual dan bersifat pribadi, yang tergantung pada kepercayaan atau iman dari individu-individu yang bersangkutan.

4) Jumlah Sampel hanya dapat menggambarkan jumlah penduduk miskin pada tingkat Nasional

Page 9: Sistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan Kemiskinan

c) Data Sektoral Dalam lingkup nasional, institusi yang me-nyediakan data tidak hanya BPS dan BKKBN. Lembaga pemerintah seperti departemen teknis/sektoral juga turut melakukan pen-yediaan data baik untuk program penanggu-langan kemiskinan maupun untuk kegunaan lainnya. Data-data yang diperoleh dari lem-baga sektoral tersebut bisa dikatakan seba-gai data sektoral yang lingkupnya nasional. Beberapa institusi sektoral serta contoh data di antaranya adalah sebagai berikut:

Departemen sosial, terkait dengan iden-tifikasi data kelompok fakir miskin, yatim piatu, jumlah penyandang masalah sosial dan sebagainya

Departemen pendidikan nasional, ter-kait dengan data jumlah siswa penerima bantuan/beasiswa, jumlah siswa dari ke-luarga miskin, data anak putus sekolah (drop-out) dan sebagainya.

Departemen kesehatan, memiliki data kesehatan seperti jumlah anak penerima vaksin, data balita kurang gizi, dan seba-gainya.

d) Data Hasil Pendekatan Kemiskinan

oleh Komunitas/Daerah Sumber data lain yang dapat digunakan dalam kegiatan perencanaan penanggulangan kemiskinan diantaranya melalui pendekatan kemiskinan yang dilakukan oleh komuni-tas/daerah. Beberapa catatan dari data jenis ini di antaranya adalah:

Pendekatan yang dilakukan bisa sangat beragam tergantung pada mekanisme dan teknik yang disepakati oleh komuni-tas/pihak yang bersangkutan.

Indikator yang dihasilkan bisa bersifat mikro dan unik sesuai dengan kondisi komunitas/daerah setempat.

Kelebihan dari sumber data ini adalah dapat secara tepat menangkap kondisi kemiskinan sesuai dengan karakteristik komunitas dan lebih spesifik.

4. Realita Pemanfaatan Data Untuk mendukung kegiatan analisis, peren-canaan kebijakan/program dan kegiatan monitoring-evaluasi, dibutuhkan data yang akurat dan dapat memberikan manfaat yang optimal. Namun pada kenyataannya tidak semua data yang tersedia dapat mengako-modasi kebutuhan untuk kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini disebabkan adanya keterba-tasan data diantaranya meliputi tingkat ke-dalaman informasi yang dikandung suatu data, cakupan wilayah yang mampu direpre-sentasikan oleh data, dan lain-lain. Beberapa permasalahan dalam realita pe-manfaatan data diantaranya adalah :

Permasalahan pemanfaatan data muncul pada tingkat operasional, banyak berba-gai program/proyek yang membutuhkan spesifikasi data dengan kriteria tertentu namun pada kenyataannya data yang di-maksud tidak tersedia, sehingga pada akhirnya dilakukan proksi/pendekatan terhadap data yang ada. Sebagai contoh adalah data kemiskinan yang bersumber dari BKKBN yang menggunakan pendekatan keluarga pra sejahtera dan sejahtera I. Data kemiskinan yang ber-sumber dari BKKBN tersebut digunakan karena memiliki tingkat kedalaman sam-pai rumah tangga di unit desa/kelurahan dan dipandang relatif operasional walau-pun pada awalnya tidak ditujukan untuk mengidentifikasi kelompok miskin.

Banyak kriteria yang disyaratkan oleh program/proyek dalam kaitannya dengan kebutuhan penentuan sasaran yang tidak dapat diakomodasi oleh data yang tersedia, sehingga dilakukan pendekatan terhadap data yang ada.

Pemanfaatan data tidak selalu objektif terutama dalam kasus penentuan sasaran (targeting) karena pada pelaksanaannya banyak faktor yang turut berpengaruh, salah satunya berupa pertimbangan politik.

Sistem Data dan Penentuan Sasaran (Targeting) dalam Penanggulangan Kemiskinan 6

Page 10: Sistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan Kemiskinan

Sistem Data dan Penentuan Sasaran (Targeting) dalam Penanggulangan Kemiskinan 7

1. Pemahaman Targeting Setiap program mempunyai tujuan dan sa-sarannya sendiri. Tujuan dan sasaran disusun sebagai arahan yang teratur dari dampak yang ingin dimunculkan oleh program terse-but. Beberapa program seperti program-program penanggulangan kemiskinan mem-batasi dampak programnya pada golongan tertentu, dalam hal ini golongan miskin. Pembatasan ini dilakukan melalui mekanisme program yang sedemikian rupa sehingga dampak dari tujuan dan sasaran dapat diarahkan pada golongan tertentu. Untuk tu-juan tersebut, digunakanlah mekanisme tar-geting sebagai cara untuk melengkapi pro-gram agar dampak yang diinginkan dapat menjangkau golongan yang menjadi kelom-pok sasaran secara efektif. Dengan targeting, alokasi biaya akan lebih terarahkan pada tu-juan, sehingga efektifitas program dapat ditingkatkan. Kotak 4 menunjukkan bagaimana sistem targeting bekerja. Dengan kedua cara terse-but, sebenarnya tujuan program tetap ter-capai, yaitu tidak adanya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Namun cara kedua jauh lebih efektif dan cost-efficient dibandingkan dengan cara pertama. Kedua hal tersebut diperlukan dalam pelak-sanaan suatu program karena sumberdaya yang terbatas. Cara kedua juga memberikan keadilan bagi mereka yang memang patut atau membutuhkan bantuan program, den-gan mengurangi penerimaan di luar kelom-pok sasaran dan memperluas penerimaan bantuan oleh kelompok sasaran. Contoh tersebut menunjukkan bagaimana proses targeting meningkatkan efektifitas suatu program dengan mengurangi biaya yang ti-dak perlu. Targeting dapat dikatakan sebagai mekanisme pengarahan biaya agar lebih

terkonsentrasi pada hal-hal yang mendukung tercapainya tujuan dan sasaran. Secara umum terdapat dua jenis mekanisme targeting, targeting administratif dan targeting berbasis pasar. Dalam targeting administratif, penerima bantuan dari suatu program ditentukan oleh pelaksana program tersebut. Pendekatan-pendekatan yang lazim digunakan dalam targeting adminis-tratif adalah: a). Targeting Geografis Targeting geografis memilih daerah tertentu di mana bantuan program akan disalurkan. Pemilihan ini biasanya memiliki satu paket indikator yang digunakan untuk menilai daerah dan bantuan akan diarahkan pada daerah dengan nilai tertentu. Targeting geografis mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Mekanisme ini mudah un-tuk dilaksanakan dan dimonitor, biasanya mampu menghindari adanya tindak penipuan, memerlukan biaya administratif yang lebih sedikit dibandingkan dengan mekanisme-mekanisme lain, dan tidak me-merlukan banyak informasi pada tingkat in-dividu maupun rumahtangga. Sebaliknya, kebocoran sebagian program pada mereka yang bukan golongan miskin namun berada pada daerah target tidak dapat dihindari. Juga golongan miskin yang berada pada daerah yang tidak dijadikan target juga akan

Sebagai contoh cara kerja targeting, sebutlah suatu program yang memberi bantuan dana agar tidak ada lagi penduduk yang berpenghasi-lan di bawah garis kemiskinan. Tujuan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara:

1. Tanpa mekanisme targeting, yakni memberi-kan dana pada penduduk sehingga pengha-silan keseluruhan penduduk meningkat.

2. Dengan mekanisme targeting, yakni mem-berikan dana pada sebagian penduduk, yaitu mereka yang berpenghasilan di bawah garis kemiskinan.

PENENTUAN SASARAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

C.Kotak 4

Page 11: Sistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan Kemiskinan

terlewatkan oleh mekanisme ini (Bigman dan Fofack, 2000). b) Targeting Rumahtangga atau In-

dividu Target rumahtangga atau individu pada dasarnya berusaha mengidentifikasi rumahtangga atau individu yang dianggap memenuhi syarat untuk menerima bantuan program. Seleksi rumahtangga atau individu dapat dilakukan dengan tes rata-rata atau menggunakan suatu paket indikator seperti yang digunakan pada mekanisme geografis. Tes rata-rata menguji rumahtangga atau in-dividu dan melihat apakah mereka melewati suatu batas tertentu yang ditentukan sebe-lumnya. Yang paling sering digunakan adalah batasan penghasilan. Misalnya, digunakan ba-tas penghasilan perkapita Rp 100.000 untuk menseleksi individu yang dianggap bersyarat untuk menerima bantuan Rp 20.000. Kesuli-tan yang dihadapi dalam ‘targeting langsung’ seperti ini adalah seleksi untuk mengidentifi-kasi golongan miskin membutuhkan biaya besar. Pekerjaan ini memerlukan pengum-pulan data yang lengkap menyeluruh dan verifikasi dari pihak administrasi pemerintah. c) Targeting Karakteristik Cara lain dalam penentuan sasaran adalah dengan menggunakan indikator target atau karakteristik tertentu dari penduduk miskin. Contoh indikator yang dapat digunakan se-bagai pendekatan adalah kepemilikan barang tahan lama, jumlah anak, gender, umur, tingkat pendidikan, kepemilikah lahan, karakteristik perumahan, atau gabungan dari beberapa indikator tersebut. Data-data mengenai karakteristik-karak-teristik tersebut relatif lebih mudah didapat-kan daripada data penghasilan. Karena itu, biaya administratif dari targeting karakter-istik jauh lebih kecil daripada biaya targeting langsung. Lagipula angka-angka tersebut sulit untuk dimanipulasi pada jangka pendek se-

hingga kemungkingan kebocoran lebih kecil daripada targeting langsung. Selain targeting administratif, terdapat juga targeting berbasis pasar yang sering juga disebut sebagai targeting swa-seleksi. De-ngan mekanisme ini, program dirancang sedemikian rupa sehingga hanya mereka yang benar-benar membutuhkan bantuan yang akan berpartisipasi dalam program. Misalnya, program bantuan makanan dapat memberikan bantuan berupa makanan berkualitas rendah, yang tersedia bagi mereka yang membutuhkannya. Makanan berkualitas rendah adalah barang inferior yang tidak digunakan oleh mereka yang ber-penghasilan di atas rata-rata. Meskipun se-cara teori setiap orang dapat memperoleh bantuan tersebut, diharapkan hanya golon-gan miskin yang akan mencoba mendapat-kannya karena barang yang berkualitas ren-dah tidak dapat digunakan dan tidak menarik bagi mereka yang bukan golongan miskin. Secara singkat, kelebihan dan kekurangan dari masing-masing mekanisme dapat dilihat pada tabel berikut:

Bentuk Dasar Analisis Kelebihan Kekurangan

Targeting geografis

Daerah geografis

Mudah dilak-sanakan dan dimonitor

Tidak mense-leksi / mengi-dentifikasi in-dividu

Targeting individu / rumahtangga

Karakter individu

Langsung meng-identifikasi in-dividu/rumah-tangga miskin

Membu-tuhkan biaya dan upaya yang tidak kecil

Targeting karakteristik

Karakter golongan miskin

Data mudah diperoleh

Ketersediaan yang terbatas

Targeting berbasis pasar

Kepu-tusan kelompok target

Tidak diperlukan upaya identifi-kasi

Membu-tuhkan pen-gawasan

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Penentuan Sasaran Penentuan sasaran adalah bagian dari peren-canaan suatu program. Sebagai bagian dari suatu sistem yang lengkap, mekanisme dan pelaksanaan penentuan sasaran tentunya ti-

Sistem Data dan Penentuan Sasaran (Targeting) dalam Penanggulangan Kemiskinan 8

Page 12: Sistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan Kemiskinan

dak lepas dari unsur-unsur lain yang terdapat dalam program, antara lain: a) Sumberdaya

Keterbatasan sumberdaya adalah salah satu alasan utama mengapa mekanisme targeting dibutuhkan. Keterbatasan sumberdaya membuat suatu program tidak dapat berjalan menurut konsep idealnya, melainkan diperlukan penye-suaian-penyesuaian tertentu. Sumber-daya yang digunakan dalam targeting juga harus dimanfaatkan sebaik-baiknya di tengah keterbatasan yang ada, ter-utama dalam menentukan mekanisme penentuan sasaran.

b) Prioritas

Dengan tidak akan tercapainya kondisi ideal yang diharapkan, maka yang harus diperhatikan adalah kebutuhan dari mereka yang mendapatkannya. Misal-nya, jika bantuan yang diberikan tidak memadai untuk semua penduduk mis-kin, maka perlu ditentukan prioritas-prioritas kelompok sasaran menurut kebutuhan mereka. Sebuah program bantuan bahan pangan tidak mungkin menyediakan makanan bagi seluruh penduduk miskin. Yang dilakukan adalah menetapkan prioritas dengan memper-hatikan kepentingan utama dari golong-an miskin. Dalam hal ini, prioritas diberikan pada penduduk yang me-ngalami bencana kekeringan dan kela-paran jika dibandingkan dengan pen-duduk daerah padat pada daerah perko-taan yang lebih membutuhkan perbai-kan infrastruktur.

c) Ketersediaan data Dalam menetapkan kelompok sasaran, tentunya dibutuhkan data yang me-madai. Mekanisme targeting yang ber-beda akan membutuhkan data yang berbeda, seperti yang telah disebutkan di atas. Selain itu, akurasi dan kelengka-pan data juga akan mempengaruhi ketepatan identifikasi kelompok sa-saran.

3. Prinsip-prinsip Penentuan Sasaran Dalam menentukan dan melaksanakan mekanisme targeting untuk suatu program, terdapat beberapa hal yang perlu diperhati-kan sebagai prinsip dari targeting: Efektif

Penentuan sasaran harus dapat mendu-kung tercapainya tujuan dan sasaran se-bagaimana dimaksudkan dalam program

Efisiensi Biaya Salah satu fungsi targeting adalah me-ngoptimasi keterbatasan sumberdaya pembiayaan. Namun mekanisme dan proses targeting sendiri membutuhkan juga biaya tersendiri, misalnya untuk penyediaan data. Dalam hal ini, diperlu-kan kecermatan dalam memilih dan me-laksanakan proses mekanisme targeting agar besar biaya yang dibutuhkan untuk proses targeting tidak memperkecil efisiensi pemanfaatan biaya program se-cara keseluruhan.

Tepat Sasaran Alokasi biaya pada kegiatan dan pelak-sanaan program akan menghasilkan suatu mekanisme program yang mem-berikan keuntungan (benefit) pada kelompok sasaran. Targeting harus da-pat mengarahkan keuntungan ini agar dapat menyalurkan bantuan yang di-maksudkan dalam rumusan tujuan dan sasaran pada kelompok sasaran yang tepat.

4. Masalah-masalah dalam Penentuan

Sasaran Penentuan sasaran dan mekanisme pelak-sanaan yang tepat akan sangat membantu efisiensi dan efektifitas alokasi biaya suatu program dalam mencapai tujuan dan sa-sarannya. Pada prakteknya, terdapat berba-gai kendala yang harus ditangani agar pelak-sanaan mekanisme penentuan sasaran dapat memenuhi fungsinya dengan baik, yaitu:

Sistem Data dan Penentuan Sasaran (Targeting) dalam Penanggulangan Kemiskinan 9

Page 13: Sistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan Kemiskinan

Sistem Data dan Penentuan Sasaran (Targeting) dalam Penanggulangan Kemiskinan 10

Sumberdaya yang terbatas Sebagaimana telah disebutkan pada bagian sebelumnya, keterbatasan ini mempengaruhi pemilihan mekanisme penentuan sasaran. Selain itu, keterba-tasan sumberdaya juga memperkecil jangkauan program sehingga tidak se-mua kelompok sasaran dapat terjangkau oleh program.

Data yang kurang operasional Seringkali data yang tersedia tidak dapat digunakan untuk tujuan-tujuan opera-sional. Misalnya jika bantuan program ditujukan untuk anak usia wajib belajar yang tidak mampu bersekolah. Data yang tersedia hanya dapat menjangkau kabupaten, sedangkan yang dibutuhkan adalah data pedesaan. Dengan perma-salahan tersebut, data yang diperoleh tidak dapat langsung dituangkan dalam penentuan sasaran yang tepat. Penggunaan data yang kurang tepat juga mengakibatkan distorsi, di mana data yang digunakan tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan sehingga men-gakibatkan pergeseran dalam penyalu-ran bantuan pada kelompok sasaran.

Salah sasaran Salah sasaran dapat disebabkan oleh beberapa hal, baik data yang kurang memadai, mekanisme targeting yang kurang sesuai, atau analisis data yang kurang cermat sehingga penyaluran program tidak dapat mencapai kelom-pok sasaran yang dimaksudkan dalam tujuan program. Misalnya, penyediaan dana untuk ban-tuan pendidikan melalui mekanisme swa-seleksi akan memungkinkan mereka yang tidak berhak untuk dapat memanfaatkan bantuan program. Hal ini disebabkan oleh penggunaan mekan-isme yang kurang tepat untuk digunakan dalam bantuan pendidikan. Seperti yang telah disebutkan di atas, swa seleksi di-lakukan dengan penyaluran komoditi

yang hanya akan diminati oleh golongan miskin. Pendidikan tidak memiliki stan-dar kualitas tertentu. Baik yang terma-suk golongan miskin maupun mereka yang sebenarnya berada di atas golon-gan miskin dapat memanfaatkan fasilitas sekolah yang sama.

Dengan memahami berbagai kenyataan dan masalah yang diuraikan di atas, maka akan timbul pertanyaan bagaimana sebaiknya sis-tem data dan penentuan sasaran (targeting) bagi program penanggulangan kemiskinan di daerah harus dilakukan. Uraian di bawah ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimban-gan bagi pemerintah daerah. 1. Sistem Penyediaan Data yang

Berkelanjutan di Tingkat Lokal

Di depan telah dijelaskan bagaimana pentingnya masalah data dan targeting di dalam perencanaan program penanggu-langan kemiskinan, di lain pihak agenda penanggulangan kemiskinan disadari bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah pusat, tapi juga menjadi tanggung jawab pe-merintah daerah dan masyarakat. Dari per-spektif pengembangan sistem data, peran aktif pemerintah daerah dan masyarakat lo-kal diharapkan akan meningkatkan kualitas data kemiskinan dan hasil targeting, karena dilaksanakan oleh pelaku yang lebih memiliki kedekatan dengan kelompok sasaran penanggulangan kemiskinan. Pada gilirannya hal ini akan meningkatkan pula kualitas perencanaan program penanggulangan ke-miskinan.

PENGEMBANGAN SISTEM DATA DAN PENENTUAN SASARAN UNTUK PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI TINGKAT LOKAL

D.

Page 14: Sistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan Kemiskinan

Akan tetapi pada saat ini pengembangan sis-tem data di daerah, khususnya yang berkai-tan dengan data kemiskinan, dapat dikatakan belum mendapat perhatian yang memadai. Umumnya daerah masih menggantungkan kepada data makro yang dikembangkan oleh lembaga pendataan di tingkat nasional seperti data BPS dan data BKKBN, padahal terdapat kekosongan data yang berbasis lo-kal/komunitas, terutama data mikro, yang akan sangat berguna dalam pelaksanaan pro-gram penanggulangan kemiskinan di tingkat operasional. Memang sudah ada beberapa inisiatif pendataan kemiskinan di beberapa daerah, namun jumlahnya masih sangat sedikit. Melihat kebutuhannya, sistem pendataan kemiskinan di tingkat lokal atau daerah hen-daknya difokuskan kepada pengembangan data mikro, karena data kemiskinan nasional yang resmi hanya menjangkau data makro, yang pemanfaatannya (misalnya sebagai in-put penentuan sasaran) lebih cocok untuk dibatasi sampai tingkat kabupaten/kota saja. Untuk kebutuhan operasional program penanggulangan kemiskinan di tingkat lapan-gan, data mikro sangat diperlukan. Untuk itu, daerah dapat mempertimbangkan be-berapa mekanisme sistem pendataan ke-miskinan, yaitu: a. Sistem Pendataan Kemiskinan oleh

Masyarakat atau Komunitas

Pendataan kemiskinan oleh masyarakat, misalnya dalam lingkup RT/RW atau dalam lingkup komunitas sosial keagamaan. Mekan-isme ini boleh jadi tidak didukung oleh suatu metodologi yang baku dan instrumen yang sistematis, akan tetapi memiliki kelebihan dari sudut kedekatan dengan kelompok sa-saran. Tidak adanya jarak dengan kelompok sasaran, memungkinkan mekanisme ini menghasilkan data kemiskinan dengan ting-kat akurasi dan akseptabilitas yang tinggi di masyarakat.

b. Sistem Pendataan Kemiskinan oleh Pemerintah Daerah

Dalam era otonomi pemerintah daerah da-pat mengembangkan sistem pendataan ke-miskinannya sendiri, apakah melalui pendekatan data makro maupun pendekatan data mikro. Dengan lingkup wilayah yang le-bih kecil, pemerintah daerah dapat melaku-kan pendataan dengan metoda sensus, mi-salnya dengan melakukan pendataan rumah tangga miskin. Kalaupun tidak memiliki ke-mampuan untuk melakukan sensus rumah tangga miskin, pemerintah daerah seti-daknya dapat mengambil sampel yang jauh lebih besar dibandingkan survai di tingkat nasional. c. Sistem Pendataan Kemiskinan Par-

tisipatif

Mekanisme inilah sebenarnya merupakan yang paling ideal karena menggabungkan mekanisme pendataan oleh komunitas de-ngan mekanisme pendataan oleh pemerin-tah daerah. Melalui pendekatan partisipatif masyarakat atau komunitas dilibatkan secara aktif dalam pengembangan sistem pendataan kemiskinan daerah. Dalam mekanisme ini pemerintah daerah mengintegrasikan sistem pendataan kemiskinan yang ada pada tingkat komunitas ke dalam sistem pendataan kemi-skinan daerah. Dalam hal ini pemerintah daerah memfasilitasi dengan panduan (pen-genalan metode dan instrumen pendataan yang lebih sistematis) dan pendampingan. Selain itu pemerintah daerah akan melaku-kan agregasi (konsolidasi dan rekapitulasi data) secara berjenjang dari bawah, mulai dari tingkat komunitas, desa/kelurahan, ke-camatan sampai tingkat kabupaten/kota. Un-tuk melakukan ini semua pemerintah daerah dapat mengarahkan aparatnya (aparat sta-tistik daerah, kecamatan, desa/kelurahan sampai RT/RW) untuk bekerja bersama masyarakat/komunitas. Contoh alternatif mekanisme pendataan kemiskinan partisi-patif dapat dilihat pada Kotak 5.

Sistem Data dan Penentuan Sasaran (Targeting) dalam Penanggulangan Kemiskinan 11

Page 15: Sistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan Kemiskinan

Sistem Data dan Penentuan Sasaran (Targeting) dalam Penanggulangan Kemiskinan 12

Dalam pendataan kemiskinan, yang juga penting adalah masalah keberlanjutan atau kontinuitas dari pendataan. Sistem pen-dataan kemiskinan yang baik memiliki mekanisme pendataan berkelanjutan yang melembaga, sebab kemiskinan adalah suatu fenomena yang selalu ada dalam setiap masyarakat dan sifatnya dinamis, sehingga untuk memahaminya secara lebih baik perlu pemantauan, pengamatan dan pengkajian terus-menerus, dan ini hanya mungkin ter-laksana jika data kemiskinan tersedia secara reguler.

Oleh sebab itu, penting sekali untuk melem-bagakan pelibatan masyarakat dalam pen-dataan kemiskinan. Partisipasi masyarakat dalam pendataan kemiskinan memperbesar peluang adanya sistem pendataan kemiski-nan daerah yang berkelanjutan, karena mekanisme masyarakat/komunitas tidak bergantung kepada ada tidaknya anggaran pemerintah. Yang perlu diingat, pelemba-gaan sistem pendataan kemiskinan akan le-bih berhasil jika baik di tingkat komunitas maupun pemerintah daerah agenda penang-gulangan kemiskinan menjadi prioritas penting. Bahkan pada tingkat ideal, sistem pendataan kemiskinan seharusnya melekat (built in) pada agenda dan program penang-gulangan kemiskinan yang berkelanjutan. Artinya sistem pendataan bukan semata-mata aktivitas pengumpulan data saja, me-lainkan merupakan bagian dari program penanggulangan kemiskinan itu sendiri, se-hingga masyarakat akan melihat manfaat dari keterlibatan mereka dalam kegiatan pen-dataan kemiskinan. Di bawah ini disajikan contoh mekanisme pendataan kemiskinan di Kota Sukabumi (lihat Kotak 6). 2. Sistem Penentuan Sasaran di Ting-

kat Lokal

Secara umum pendekatan sasaran wilayah (geografis), targeting rumahtangga atau individu, maupun targeting berbasis pasar dapat diterapkan dalam targeting un-tuk program-program penanggulangan ke-miskinan di tingkat lokal. Akan tetapi sekali lagi, seperti halnya dalam pengembangan sis-tem data, di era otonomi ini daerah memiliki keleluasaan untuk mengembangkan sendiri mekanisme targeting yang paling sesuai de-ngan kebutuhan masing-masing. Akan tetapi dari sisi pelaksananya, kegiatan targeting di tingkat lokal dapat dibedakan:

Mantri Statistik Kecamatan

Statistik Daerah Kabupaten/Kota

Desa/Kelurahan

• RT/RW • Komunitas

Masyarakat

Miskin

• Kelompok keagamaan • Kelompok Sosial

Contoh Alternatif Mekanisme Pendataan Kemiskinan Partisipatif

Kotak 5

= Mekanisme konsolidasi data = Mekanisme fasilitasi pendataan

Keterangan :

Page 16: Sistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan Kemiskinan

a. Melalui Mekanisme Administratif

Sistem Data dan Penentuan Sasaran (Targeting) dalam Penanggulangan Kemiskinan 13

Pemerintah daerah melakukan targeting berdasarkan jenjang administratif, baik me-lalui pendekatan sasaran wilayah (kecamatan miskin, desa/kelurahan miskin dan seterus-nya) ataupun pendekatan rumah tangga /individu (jumlah sasaran masing-masing pro-gram di tingkat kecamatan, desa/kelurahan dan seterusnya.

Mekanisme di atas bernuansa dari atas ke bawah (top down) dan hanya menjadi per-panjangan dari sistem targeting di tingkat na-sional. Yang perlu digarisbawahi adalah mekanisme ini akan berhasil baik jika didu-kung oleh data kemiskinan yang handal dan operasional di tingkat lokal.

b. Melalui Mekanisme Komunitas

Dalam hal sistem data kemiskinan lokal be-lum handal dan operasional, daerah dapat mengadopsi mekanisme targeting oleh ko-munitas sebagai pelengkap mekanisme ad-ministratif. Dengan pendekatan top down, pemerintah daerah dapat mendelegasikan kewenangan targeting kepada masyarakat di tingkat administratif tertentu (desa/ kelura-han, dusun atau RT/RW), atau kepada kelompok masyarakat tertentu (misalnya baitul mal, kelompok keagamaan atau kelompok sosial kemasyarakatan lain), ber-dasarkan kriteria yang disepakati masing-masing komunitas. Sedangkan dengan pendekatan dari bawah ke atas (bottom up) dapat dilakukan melalui usulan-usulan masyarakat atau kelompok masyarakat untuk program/kegiatan penanggulangan kemiskinan, misalnya seperti yang dirintis antara lain oleh Program Penanggulangan Kecamatan (PPK), dalam hal ini pemerintah daerah hanya melakukan verifikasi dan optimasi terhadap sumber daya yang tersedia.

Contoh Mekanisme Pendataan Kemiskinan di Kota Sukabumi

Pembentukan tim teknis pendataan

Penyusunan ke-sepakatan teknis

i l

Sosialisasi dari ting-kat kecamatan

sampai tingkat kelu-rahan/desa

Mempelajari hasil pendataan keluarga tahun sebelumnya

(skala RT/RW)

Pembekalan/ train-ing kepada petugas

pendata

Wawancara dengan ketua RT

(tentang jumlah dan alamat penduduk miskin)

Pelaksanaan pen-dataan

Melakukan kunjun-gan pada keluarga miskin untuk mela-kukan wawancara Pengendalian,

monitoring, dan evaluasi oleh ke-

camatan dan kelu-rahan / desa

Pengisian kuesioner

Rekapitulasi data tingkat kelurahan

untuk dilaporkan ke tingkat kecamatan

Rekapitulasi data di tingkat kecamatan

untuk dilaporkan ke tingkat Kota / Ka-

bupaten

Rekapitulasi dan pengolahan data di tingkat kota / kabu-paten oleh BKKBN dan dikoordinasikan dengan BAPPEDA

Evaluasi dan pela-poran hasil pen-dataan dan pe-

metaan karakter-istik keluarga miskin

oleh BAPPEDA Kotak 6