panduan penanggulangan kemiskinan

Upload: lesliewaruwu

Post on 15-Jul-2015

1.068 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

sEKRETaRIaT WaKIl PREsIdEN REPuBlIK INdONEsIa

PaNduaN PENaNggulaNgaN KEmIsKINaNBuKu PEgaNgaN REsmI TKPK daERah

TIm NasIONal PERCEPaTaN PENaNggulaNgaN KEmIsKINaN

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

5

sEKRETaRIaT WaKIl PREsIdEN REPuBlIK INdONEsIa

PaNduaN PENaNggulaNgaN KEmIsKINaN:BUKU PEGANGAN RESMI TKPK dAERAh

TIm NasIONal PERCEPaTaN PENaNggulaNgaN KEmIsKINaN

mOdul PelaTihan TKPKd

Judul:

Panduan Penanggulangan Kemiskinan: Buku Pegangan Resmi TKPK Daerah

Foto: cortessy panoramio, wordpress.com disusun dan diterbitkan oleh: Tim nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TnP2K) Cetakan Pertama, edisi Pertama (Januari 2011) hak Cipta dilindungi undang-undang. 2010 Tim nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TnP2K) akses Kritik dan saran Korespondensi : www.tnp2k.wapresri.go.id : [email protected] : Tim nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Kantor Wakil Presiden Republik indonesia Jl. Kebon sirih no. 35 Jakarta Pusat 10110 Telp. 021-3912812 Fax. 021-3912-511 dan 021-391-2513 e-mail: [email protected] Website: www.tnp2k.wapresri.go.id

10

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN SEKRETARIAT TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

KATA PENGANTAR

D

alam rangka meningkatkan efektivitas upaya penanggulangan kemiskinan, telah diterbitkan Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, mengamanatkan dibentuknya Tim Nasional

Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Nasional (TNP2K) yang diketuai oleh Wakil Presiden. Selain itu diamanatkan pula pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) di tingkat provinsi dan kabupaten/kota sebagai mitra kerja TNP2K. Selanjutnya untuk mengatur mekanisme kerja TKPK Daerah, diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 42 Tahun 2010 Tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Buku Panduan Analisis Kemiskinan di Daerah ini merupakan panduan kerja resmi untuk TKPK Daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Buku panduan ini, dimaksudkan untuk meningkatkan peran TKPK Daerah agar mampu melakukan: (1) Analisis kondisi kemiskinan di daerah masing-masing; (2) Penyusunan anggaran yang efektif dalam penanggulangan kemiskinan; dan (3) Koordinasi dan pengendalian program-program penanggulangan kemiskinan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Prof. Dr. Ascobat Gani, yang telah memberikan masukan untuk bidang kesehatan. Selain itu, terima kasih juga kami sampaikan kepada Tim Decentralize Basic Education (DBE)-USAID yang telah memberikan masukan untuk bidang pendidikan. Terima kasih disampaikan kepada

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

i

Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan Nasional yang selalu terbuka untuk melakukan diskusi dalam proses penyusunan buku panduan ini. Kami sampaikan terima kasih kepada seluruh staf TNP2K yang telah berkontribusi pada penyusunan panduan ini. Seperti layaknya buku panduan lain, buku panduan ini bersifat dinamis sebagai living document, untuk itu sangat terbuka segala masukan bagi penyempurnaan. Sebagai penutup, kami berharap semoga buku ini bermanfaat bagi seluruh pemangku kepentingan yang bergerak dalam bidang penanggulangan kemiskinan di Indonesia.

Jakarta, Januari 2011 Deputi Seswapres Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Penanggulangan Kemiskinan Selaku Sekretaris Eksekutif Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

Dr. Bambang Widianto

ii

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

DAFTAR SINGKATANAKB APBD APBN APM ATS BAHP Bappenas BCG BNI BOS BOSP BPMKS BPS BRI BTN DKI G-KDP HIV/AIDS IPA IPS JPSBK KB KIA Km KP KUR MDGs ND NTT PBM PDRB Permendiknas PISEW PKH PNPM PPAUD PPIP PPN PUAP Raskin Rombel RTSM RSUD SD/MI SMA/MA SMP/MTs SNP SPM TKPK TKPKD TNP2K UMKM Angka Kematian Bayi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Angka Partisipasi Murni Alat Tulis Sekolah Bahan dan Alat Habis Pakai Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bacillus Calmette Guerin Bank Negara Indonesia Biaya Operasional Sekolah Biaya Operasional Satuan Pendidikan Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta Badan Pusat Statistik Bank Rakyat Indonesia Bank Tabungan Negara Daerah Khusus Ibukota Green Kecamatan Development Program Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Sosial Jaring Pengaman Bidang Kesehatan Keluarga Berencana Kesehatan Ibu dan Anak Kilo Meter Kelautan dan Perikanan Kredit Usaha Rakyat Millennium Development Goals Neigbourhood Development Nusa Tenggara Timur Proses Belajar Mengajar Produk Domestik Regional Bruto Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Pembangunan Infrastruktur Ekonomi Wilayah Program Keluarga Harapan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Pendidikan dan Perawatan Anak Usia Dini Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Perencanaan Pembangunan Nasional Peningkatan Usaha Agrobisnis Pertanian Beras miskin Rombongan Belajar Rumah Tangga Sangat Miskin Rumah Sakit Umum Daerah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Standar Nasional Pendidikan Standar Pelayanan Minimum Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Nasional Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

iii

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

iv

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR...................................................................................................................iDAFTAR SINGKATAN ............................................................................................................. iii DAFTAR ISI ..............................................................................................................................v DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................ix

BAB I

PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

BAB II

PANDUAN ANALISIS KONDISI KEMISKINAN DI DAERAH 2.1. Indikator Utama ................................................................................................. 3 2.2. Indikator Pendukung ......................................................................................... 5 2.3. Analisis Kondisi Kemiskinan dan Kesejahteraan Rakyat .................................. 6 2.3.1. Analisis Prioritas Bidang ....................................................................... 6 A. Analisis Tren ............................................................................................... 5 A.1. Perbandingan Antar Waktu ............................................................ 6 A.2. Perbandingan Antar Wilayah ......................................................... 8 A.3. Perbandingan dengan Nasional ................................................... 10 B. Analisis Relevansi dan Efektivitas .............................................................11 C. Analisis Keterkaitan .................................................................................. 13 2.3.2. Analisis Penentuan Wilayah Prioritas........................................................... 15 2.3.3. Ringkasan Kesimpulan Analisis ................................................................... 17 A. Menyimpulkan Program Pada Masing-Masing Bidang............................. 17 B. Menyimpulkan Prioritas Wilayah .............................................................. 17

BAB III

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN YANG EFEKTIF DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 3.1. Analisis Anggaran Melihat Kesesuaian Alokasi Dengan Prioritas ................... 20

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

v

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

3.2. Analisis Anggaran oleh Pemerintah Daerah Satu Tingkat Di Atasnya Untuk Melihat Distribusi Anggaran Dari Pemerintah Daerah di Dalam Wilayahnya ..................................................................................... 21 3.3. Contoh Kasus Analisis Distribusi Anggaran: Bidang Kesehatan ..................... 22 A. Analisis Perkembangan Proporsi Anggaran Bidang Kesehatan Terhadap Total Anggaran B. Analisis Pembiayaan Berdasakan Sumber Pembiyaan C. Analisis Belanja Kesehatan Menurut Penyelenggara Layanan D. Analisis Belanja Kesehatan Menurut Mata Anggaran E. Analisis Belanja Kesehatan Menurut Program 3.4. Contoh Kasus Analisis Gap: Bidang Pendidikan A. Perhitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) B. Analisis Kebutuhan Pembiayaan Pendidikan Daerah C. Analisis Perbandingan Proporsi Belanja Operasional Sekolah D. Analisis Sumber Daya Pendidik dan Tenaga Kependidikan

22 22 23 25 26 27 27 29 31 31

BAB IV

PEDOMAN KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROGRAM-PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 4.1. Pendahuluan ................................................................................................... 35 4.2. Klasifikasi Program Penanggulangan Kemiskinan.......................................... 36 4.2.1 Memperbaiki Program Perlindungan Sosial ........................................ 36 4.2.2 Meningkatkan Akses Pelayanan Dasar ............................................... 37 4.2.3 Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Miskin .................................... 38 4.2.4 Pembangunan yang Inklusif ................................................................ 38 4.3. Program Penanggulangan Kemiskinan Nasional............................................ 39 4.3.1 Program Keluarga Harapan (PKH) ...................................................... 40 4.3.2 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri......... 45 4.3.3. Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) ................................................. 48

vi

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8.

Indikator Utama Analisis Kondisi Kemiskinan dan Kesejahteraan Rakyat ................................................................................................................... 4 Relevansi dan Efektivitas Indikator Utama, (Contoh Kasus: Provinsi NTT) ............................................................................ 17 Kabupaten/Kota Prioritas terkait dengan Indikator Utama dan Indikator Pendukung (Contoh Kasus: Provinsi NTT) ......................................................... 18 Belanja Kesehatan menurut Sumber Pembiayaan, Kabupaten Ende 2008 ........................................................................................................... 23 Belanja Kesehatan Menurut Penyedia Layanan, Kabupaten Ende 2008 ........................................................................................................... 24 Belanja Kesehatan Menurut Mata Anggaran Kabupaten Ende, Tahun 2009 ......................................................................................................... 25 Belanja Kesehatan Menurut Jenis Program Kabupaten Ende, Tahun 2009 ......................................................................................................... 26 Standar Biaya Operasi Non-Personalia per Sekolah/Program Keahlian, per Rombongan Belajar, dan per Peserta Didik Menurut Jenjang Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Tahun 2009 ....................................................................... 28 Perhitungan BOSP Kota Surakarta Berdasarkan Permendiknas No 69/2009 .... 32 Rasio Siswa/ Guru dan Rasio Rombel/Guru tingkat SD/MI Provinsi Sumatera Barat Tahun 2009/2010....................................................................................... 40 Program Penanggulangan Kemiskinan Nasional dan Sasarannya .................... 41 Persyaratan dan Kewajiban Penerima Program Keluarga Harapan Terkait dengan Kesehatan .................................................................................. 42 Skenario Bantuan Tunai Bagi Penerima PKH ..................................................... 42

Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13.

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

vii

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12.

Indikator Angka Kematian Bayi dan Indikator Pendukungnya ....................... 6 Perkembangan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI), Provinsi Nusa Tenggara Timur ......................................................... 7 Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2002-2008................................................................................. 7 Perbandingan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI) Menurut Kabupaten/Kota, Provinsi Nusa Tenggara Timur ............................. 8 Perbandingan Angka Kematian Bayi (AKB) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur ....................................................................... 9 Perkembangan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI), 18Provinsi Nusa Tenggara Timur ................................................... 10 Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2002-2008............................................................................... 10 Perkembangan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI), Provinsi Nusa Tenggara Timur ........................................................11 Perbandingan Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan Rata-rata Nasional, Tahun 2002-2008. ................. 12 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI, Provinsi Nusa Tenggara Timur............................................................................................. 13 Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2002-2008......................................................................... Perbandingan Tren Indikator Utama dengan Tren Indikator Pendukung Bidang Pendidikan Provinsi Nusa Tenggara Timur ................... 14 13

Gambar 13.

Perbandingan Tren Indikator Utama dengan Tren Indikator Pendukung Bidang Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur.................... 14

Gambar 14. Gambar 15. Gambar 16. Gambar 17.

Penentuan Kabupaten/kota Prioritas Untuk Dilakukan Intervensi di Bidang Pendidikan Provinsi NTT .............................................................. 15 Penentuan Kabupaten/kota Prioritas Untuk Dilakukan Intervensi di Bidang Kesehatan Provinsi NTT .............................................................. 16 Distribusi Belanja Sektor Terhadap Total Anggaran (Contoh Kasus: Kota Surakarta) ............................................................................................ 20 Distribusi Anggaran Pendidikan dan Permasalahan Angka Partisipasi Murni,

viii

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

Provinsi Nusa Tenggara Timur ..................................................................... 21 Gambar 18. Gambar 19. Gambar 20. Gambar 21. Gambar 22. Gambar 23. Gambar 24. Gambar 25. Gambar 26. Kebutuhan dan Pemenuhan Biaya Operasional Satuan pendidikan Jenjang Sekolah Dasar (SD/MI) Kota Surakarta .......................................... 29 Kebutuhan dan Pemenuhan Biaya Operasional Satuan pendidikan Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs) Kota Surakarta .............. 30 Perbandingan Proporsi Belanja Operasional Sekolah, Kota Surakarta ............................................................................................ 31 Perbandingan Pencapaian Proses Verifikasi Program Keluarga Harapan (PKH) Menurut Provinsi................................................................................ 43 Persentase Anak Berumur 10-17 Tahun Menurut Jenis Kegiatan, 2009 .................................................................................... 44 Distribusi Pekerja Anak (Usia 5 -17 Tahun) Menurut Sektor Ekonomi (Jiwa), 2009 ................................................................................... 45 Komposisi Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PNPM Mandiri ............... 46 Proporsi APBD pada Pembiayaan PNPM Mandiri Menurut Provinsi Tahun 2011.............................................................................................................. 47 Jumlah Kredit yang Terserap Menurut Provinsi per 31 Januari 2010........... 48

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

ix

x

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

BAB I PENDAHULUAN

Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, bertujuan untuk meningkatkan efektivitas upaya pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan. Dibentuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang merupakan wadah koordinasi di tingkat nasional. TNP2K memiliki tugas untuk melakukan koordinasi lintas pelaku untuk memastikan agar pelaksanaan dan pengendalian program penanggulangan kemiskinan dapat terlaksana sesuai rencana. Secara lebih rinci, tugas-tugas tersebut di antaranya: 1) Menyusun kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan; 2) Melakukan sinergi melalui sinkronisasi, harmonisasi, dan integrasi program-program penanggulangan kemiskinan di Kementerian/Lembaga; dan 3) Melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan. Upaya percepatan penanggulangan kemiskinan tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah pusat. Upaya menyeluruh hingga ke tingkat daerah perlu dilakukan untuk menjaga konsistensi dan efektivitas penanggulangan kemiskinan. BerdasarkanPerpres No. 15 tahun 2010 juga telah dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) di tingkat provinsi dan kabupaten/kota sebagai salah satu mitra kerja TNP2K di tingkat daerah. Selanjutnya, diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 42 Tahun 2010 Tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Dan Kabupaten/Kota, untuk mengatur mekanisme kerja TKPK Daerah.

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

1

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

Dalam upaya pelaksanaan percepatan penanggulangan kemiskinan di tingkat pusat dan daerah perlu dilakukan penguatan kelembagaan di tingkat nasional dan daerah. TKPK Daerah diharapkan mampu melakukan: (1) Analisis kondisi kemiskinan di daerah masingmasing; (2) Penyusunan anggaran yang efektif dalam penanggulangan kemiskinan; dan (3) Koordinasi dan pengendalian program-program penanggulangan kemiskinan. Sebagai bagian dari upaya penguatan kapasitas kelembagaan, disusun buku panduan yang berisi petunjuk praktis analisis untuk perencanaan dan perumusan kebijakan/program penanggulangan kemiskinan. Buku panduan ini berisi petunjuk yang bersifat umum, sehingga penggunaannya dapat disesuaikan dengan kondisi di daerah masing-masing.

2

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

BAB II PANDUAN ANALISIS KONDISI KEMISKINAN DI DAERAH

Sesuai dengan tugas pokok dan tanggungjawabnya, TKPK Daerah diharapkan mampu untuk berpartisipasi dalam menentukan arah perencanaan di daerahnya. Dimensi penyusunan kebijakan yang tepat melalui perencanaan dan penyusunan anggaran menjadi hal penting yang harus dilakukan oleh TKPK Daerah. Untuk menunjang tugas dan tanggungjawab TKPK, pada panduan ini di sampaikan beberapa tahapan dan analisis kondisi kemiskinan serta dukungan anggaran dalam perencanaan penanggulangan kemiskinan. Pada bagian awal bab ini, dibahas mengenai indikator utama dan indikator pendukung untuk menganalisa kondisi kemiskinan di daerah. Pada bagian selanjutnya, beberapa pendekatan analisis kondisi kemiskinan disampaikan untuk dapat dijadikan acuan identifikasi untuk menentukan prioritas-prioritas penanggulangan kemiskinan di daerah. Pada bagian akhir bab ini, disampaikan pendekatan analisis penentuan prioritas wilayah dan dilengkapi dengan ringkasan kesimpulan hasil analisis 2.1. Indikator Utama Terdapat 5 kelompok indikator yang harus diperhatikan dalam analisis kondisi kemiskinan di daerah, yaitu: (1) Indikator kemiskinan dan ketenagakerjaan; (2) Indikator sektor kesehatan; (3) indikator sektor pedidikan, (4) indikator infrastruktur dasar, dan (5) indikator ketahanan pangan. Setiap kelompok indikator terdiri atas indikator utama dan indikator pendukung. Indikator utama digunakan sebagai ukuran keberhasilan upaya pembangunan di masing-masing kelompok. Tabel 1 menyajikan indikator utama untuk masing-masing kelompok.

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

3

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

Tabel 1. Indikator Utama Analisis Kondisi Kemiskinan dan Kesejahteraan Rakyat

Bidang Kemiskinan dan Ketenagakerjaan Kesehatan Tingkat Kemiskinan Tingkat Pengangguran

Indikator Utama

Angka Kematian Bayi Angka Kematian Balita Angka Kematian Ibu Melahirkan Prevalensi Balita Kekurangan Gizi Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Murni Angka Melek Huruf Angka Putus Sekolah Akses Sanitasi Layak Akses Air Minum Layak Rasio Elektrifikasi Perkembangan Harga Beras Perkembangan Harga Bahan Kebutuhan Pokok Utama

Pendidikan

Infrastruktur Dasar

Ketahanan Pangan

ContohIndikator Utama: Angka Kematian Bayi (AKB) Konsep dan Definisi: Jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun AKB per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Semakin kecil AKB, semakin dibutuhkan upaya besar untuk menurunkannya. Nilai AKB kurang dari 40 sangat sulit diupayakan penurunannya (hard rock), antara 40-70 tergolong sedang namun sulit untuk diturunkan, dan lebih besar dari 70 lebih mudah untuk diturunkan. Kegunaan: Indikator ini terkait langsung dengan kelangsungan hidup anak dan menggambarkan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan tempat anak-anak tinggal termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKB terkait langsung dengan kehamilan dan pelayanan kesehatan paska melahirkan, dengan demikian program-program untuk mengurangi AKB adalah program baik yang terkait dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus, maupun program pelayanan kesehatan ibu dan anak paska melahirkan. Sehingga, penggunaan AKB relevan untuk memonitor pencapaian target program-program peningkatan kualitas kesehatan ibu dan anak. Konsep Perhitungan: AKB = Banyaknya kematian bayi (di bawah 1 tahun) selama tahun tertentu Banyaknya kelahiran hidup X 1000

Sumber data: BPS (SP, SDKI, Kor Susenas) dan Departemen Kesehatan

4

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

2.2. Indikator Pendukung Indikator pendukung adalah indikator yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan indikator utama. Indikator pendukung digunakan dalam tahapan-tahapan analisis terkait dengan penentuan prioritas kebijakan penanggulangan kemiskinan pada masingmasing kelompok. Indikator pendukung untuk masing-masing kelompok indikator utama harus dirumuskan sesuai dengan kondisi dan situasi masing-masing daerah. Sebagai contoh, untuk bidang kesehatan, indikator utama adalah angka kematian bayi. Sebagai indikator pendukung dapat digunakan rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk, proporsi angka kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan, dan jarak ratarata antara tempat tinggal dengan fasilitas kesehatan. Indikator pendukung dipilih karena intervensi pada indikator-indikator pendukung tersebut dapat memperbaiki indikator utama.

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

5

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

Co ontoh Kas susGambar 1. Perke embangan Indikator Uta ama dengan Indikator Pendukungn n P nya, Provins Nusa Tenggara si Timur Angk Kematian Ba ka ayi Proporsi Kela ahiran Ditolong Tenaga Keseh hatan

Rasio Dokte per 100.000 Penduduk er P

Jar Puskesmas Terdekat rak s

2.3. A Analisis Ko ondisi Kem miskinan d Kesej dan jahteraan Rakyat A Analisis kondisi kemisk kinan dan k kesejahtera aan rakyat bertujuan u untuk meru umuskan prioritas bidang d s dan priorita wilayah. Perumusa prioritas tersebut dilakukan dengan as . an s analisis tren, analis relevans dan efekt s sis si tivitas, dan analisis keterkaitan. a 2.3.1. Analisis Prioritas Bid dang Tren A. Analisis T ngan Antar Waktu r A.1. Perbandin Analisis tren pent s ting dilakuk kan untuk m melihat pola pergerak kan dari wa aktu ke wa aktu dan penilaia terhadap pencapaian target dan sasaran pemban an p ngunan pad masing-masing da indikato or.

6

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

Contoh KasusGambar 2. Perkembangan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI), Provinsi Nusa Tenggara Timur10,00 9,00 8,00 7,00 6,00 Persen 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 2003 2004 2005 1,50 2006 2,01 2007 2008 2009 5,26 5,59 4,45 3,53 3,49

Angka Putus Sekolah SD/MI (%) - Provinsi Nusa Tenggara Timur

Angka putus sekolah jenjang pendidikan dasar SD/MI di Provinsi NTT mengalami menurun pada tahun 2003-2006. Sedangkan pada tahun 2006-2009 mengalami peningkatan.

Gambar 3. Perkembangan Angka Kematian Bayi, Provinsi Nusa Tenggara Timur60 55 50 Jiwa 45 40,1 40 35 30

Angka Kematian Bayi (Per 1000 Kelahiran Hidup) - Provinsi51,0 48,7

2002

2006 Angka Kematian Bayi (Per 1000 Kelahiran Hidup) - Provinsi

2008

AKB di Provinsi NTT menurun dari sebesar 51 jiwa/1000 kelahiran hidup pada tahun 2002 menjadi sebesar 40,1 jiwa/1000 kelahiran hidup pada tahun 2008.

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

7

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

A.2. Perbandingan Antar Wilayah Analisis perbandingan antar wilayah dilakukan terhadap indikator. Analisis tersebut penting dilakukan untuk mengetahui posisi/capaian suatu daerah jika dibandingkan dengan daerah lainnya, provinsi, atau nasional. Pengambil kebijakan dapat menilai apakah posisi daerahnya relatif terhadap daerah lain, terhadap ratarata provinsi, dan terhadap rata-rata nasional. Selain itu, analisis ini penting untuk membandingkan capaian antar wilayah. Pemerintah provinsi dapat menentukan kabupaten/kota prioritas yang akan diintervensi dalam mendukung upaya pencapaian target yang telah ditentukan. Apabila data memungkinkan, pemerintah kabupaten/kota dapat pula melakukan analisis serupa terhadap kecamatan atau kelurahan di wilayahnya.

Contoh KasusGambar 4. Perbandingan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI) Menurut Kabupaten/Kota, Provinsi Nusa Tenggara Timur14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 1,48 0,34 0,36 0,47 Sumba Timur TTS TTU Kupang Belu 2,50 0,45 Lembata Alor 1,19 3,58 1,97 0,25 0,63 Sikka Manggarai Rote Ndao Ende Ngada Manggarai Barat 0,17 SBD 0,99 Sumba Tengah 1,87 1,64 Manggarai Timur Sabu Raijua Nagekeo 0,47 Kota Kupang 5,49 3,49 10,71 11,00 12,05 11,34

Sumba Barat

Angka Putus Sekolah SD/MI (%) Kab./Kota

Flotim

Angka Putus Sekolah SD/MI (%) Nasional

Masih terdapat kesenjangan (disparitas) angka putus sekolah jenjang pendidikan dasar (SD/MI)antar wilayah di Provinsi NTT. Beberapa wilayah, perlu memperoleh perhatian dan intevensi untuk mengurangi angka putus sekolah. Wilayahwilayah tersebut di antaranya: Kabupaten Sumba Timur, Lembata, Ende, Manggarai Barat dan Manggarai Timur.

8

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

Contoh KasusGambar 5. Perbandingan Angka Kematian Bayi (AKB) Menurut Kabupaten/Kota, Provinsi Nusa Tenggara Timur70 60 50 40 62,94 56,37 55,72 50,63 50,94 30 20 10 0 59,41 32,2

40,06

Jiwa

48,35

47,21

43,19

41,75

42,83

40,35

40,52

37,10

37,94

34,41

39,13

44,30

AKB Kab./Kota

AKB Provinsi NTT

AKB Nasional

Sebagian besar kabupaten/kota di Provinsi NTT, memiliki AKB di atas rata-rata Provinsi dan rata-rata Nasional. Pemerintah kabupaten/kota, terutama yang memiliki AKB di atas rata-rata provinsi dan rata-rata nasional, perlu melakukan intervensi khusus untuk menurunkan AKB.

22,05 ENDE NGADA MANGGARAI ROTE NDAO MANGGARAI BARAT SUMBA BARAT DAYA SUMBA TENGAH NAGEKEO MANGGARAI TIMUR SABU RAIJUA KOTA KUPANG

SUMBA BARAT

SUMBA TIMUR

KUPANG

TIMOR TENGAH SELATAN

TIMOR TENGAH UTARA

BELU

ALOR

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

LEMBATA

FLORES TIMUR

SIKKA

9

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

A.3. Perbandingan dengan Nasional Selain melakukan perbandingan antar waktu dan antar wilayah, perbandingan terhadap rata-rata nasional dengan menggunakan data antar waktu juga perlu dilakukan.

Contoh KasusGambar 6. Perkembangan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI), Provinsi Nusa Tenggara Timur8,00 7,00 6,00 5,00 Persen 4,00 3,00 2,00 1,00 2003 2004 2005 Angka Putus Sekolah SD/MI (%) - Provinsi 2006 2007 2008 2009 Angka Putus Sekolah SD/MI (%) - Nasional 2,97 2,96 5,26 5,59 4,45 2,97 1,50 3,17 2,01 2,41 1,81 1,64 3,53 3,49

Pada tahun 2003-2009, Angka putus sekolah pada jenjang pendidikan dasar SD/MI Provinsi NTT lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional. Gambar 7. Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2002-200860 50 40 Jiwa 30 20 10 0 51,0 43,5 35,6

48,7 40,1 32,2

2002 Angka Kematian Bayi (Per 1000 Kelahiran Hidup) - Provinsi

2006 2008 Angka Kematian Bayi (Per 1000 Kelahiran Hidup) - Nasional

Angka kematian bayi (AKB) Provinsi NTT lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata Nasional. Walaupun terjadi kecenderungan menurun, AKB tetap lebih tinggi dari rata-rata nasional.

10

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

B. Analisis Relevansi dan Efektivitas Analisis Relevansi, ditujukan untuk menilai sejauh mana pembangunan yang dijalankan di daerah mendukung sasaran nasional. Analisis relevansi dilakukan dengan membandingkan tren indikator utama kabupaten/kota terhadap trend provinsi dan nasional. Apabila tren suatu indikator provinsi sejalan dengan tren indikator nasional, maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan yang dilakukan oleh provinsi mendukung sasaran nasional.

Contoh KasusGambar 8. Perkembangan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI), Provinsi Nusa Tenggara Timur6,00 5,00 4,00 Persen 2,97 3,00 2,00 2,01 1,00 1,50 2,96 5,26 5,59 4,45 2,97

3,17 2,41 3,53 1,81

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Angka Putus Sekolah SD/MI (%) - Provinsi

Angka Putus Sekolah SD/MI (%) - Nasional

Pada tahun 2006 2008, kecenderungan angka putus sekolah SD/MI Provinsi NTT tidak sejalan dengan kecenderungan angka putus sekolah SD/MI tingkat nasional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada periode tersebut upaya penurunan angka putus sekolah di Provinsi NTT tidak sejalan untuk mendukung tujuan nasional.

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

11

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

Contoh KasusGambar 9. Perbandingan Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan Rata-rata Nasional, Tahun 2002-2008.60 55 50 45 Jiwa 40 35 30 25 20 2002 Angka Kematian Bayi (Per 1000 Kelahiran Hidup) - Provinsi 2006 2008 Angka Kematian Bayi (Per 1000 Kelahiran Hidup) - Nasional 43,5 40,1 35,6 32,2 51,0 48,7

Pada tahun 2002-2009, kecenderungan AKB Provinsi NTT sejalan dengan kecenderungan AKB Nasional. Pada periode tersebut AKB Provinsi NTT memiliki tren yang sama dengan tren nasional yakni mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Dengan demikian, selama periode tersebut, upaya untuk menurunkan AKB di Provinsi NTT sejalan untuk mendukung tujuan nasional.

Analisis Efektivitas, ditujukan untuk menilai apakah pembangunan yang dilakukan oleh daerah efektif baik dalam mencapai tujuan nasional maupun tujuan pembangunan daerah. Efektivitas penanggulangan kemiskinan dapat dilihat dari sejauh mana capaian pembangunan daerah membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

12

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

Contoh KasusGambar 10. Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI, Provinsi Nusa Tenggara Timur.100 98 96 94 Persen 92 90 88 86 84 82 80 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 88,27 90,79 92,00 91,58 91,61 91,72 92,46 92,13

Pada periode 2003-2010, APM provinsi NTT meningkat dari 96.42 persen pada tahun 2003 menjadi 97.88 persen pada tahun 2008. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa program yang mendukung peningkatan partisipasi sekolah di Provinsi NTT efektif khususnya pada jenjang pendidikan dasar SD dan MI. Gambar 11. Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2002-2008.60 55 50 45 Jiwa 40 35 30 25 20 2002 Angka Kematian Bayi (Per 1000 Kelahiran Hidup) - Provinsi 2006 2008 51,0 48,7 40,1

Linear (Angka Kematian Bayi (Per 1000 Kelahiran Hidup) - Provinsi)

Pada periode tahun 2002-2008, AKB Provinsi NTT menurun dari 51 jiwa/1.000 kelahiran hidup menjadi 40,1 jiwa/1.000 kelahiran hidup. Dengan demikian, program-program yang mendukung penurunan angka kamtian bayi (AKB) di Provinsi NTT efektif dan berdampak positif terhadap kualitas kesehatan penduduk, khususnya kesehatan bayi.

C. Analisis Keterkaitan Analisis prioritas bidang dilakukan dengan melihat tren indikator utama dengan tren indikator pendukungnya. Dengan menggunakan analisis ini diharapkan dapat ditentukan indikator-indikator mana yang perlu diprioritaskan untuk dilakukan intervensi.

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

13

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

Contoh KasusGambar 12. Perbandingan Tren Indikator Utama dengan Tren Indikator Pendukung Bidang Pendidikan Provinsi Nusa Tenggara TimurAngka Putus Sekolah SD/MI (%)5,26 5,59 4,45 3,53 2,01 3,49 2,26 4,16

Jarak Sekolah Dasar (SD/MI) (Km)3,93

1,50 2003 2004 2005 2006

2007

2008

2009

2003

2006

2008

Dari gambar di atas, terlihat bahwa tren indikator utama, yaitu angka putus sekolah, menurun sejalan dengan menurunnya ratarata jarak rumah tinggal dan sekolah.

Gambar 13. Perbandingan Tren Indikator Utama dengan Tren Indikator Pendukung Bidang Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara TimurAngka Kematian Bayi (Per 1000 Kelahiran Hidup) Kelehiran Ditolong Tenaga Kesehatan (%)

51,0

48,7

45,1

46,2

40,1

37,3

2002

2005 Jarak Puskesmas Terdekat (Km) 11,82

2008

2002

2005 Rasio Bidan (Per 100.000 Penduduk)

2008

81,9

11,55

48,8 10,43

46,7

2002

2005

2008

2002

2005

2008

Dari gambar diatas, terlihat bahwa tren indikator utama, yaitu angka kematian bayi, menurun sejalan dengan menurunnya rata-rata jarak rumah tinggal dan puskesmas, meningkatnya jumlah kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan, dan meningkatnya rasio bidan per 100.000 penduduk.

14

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

2.3.2. Analisis Penentuan Wilayah Prioritas Analisis penentuan wilayah prioritasbertujuan untuk menentukan wilayah mana yang segera memerlukan intervensi berdasarkan pengamatan terhadap indikator utama dan indikator pendukungnya. Contoh KasusGambar 14. Penentuan Kabupaten/kota PrioritasUntuk Dilakukan Intervensi Di Bidang PendidikanProvinsi NTT12 10 Jarak SD/MI Terdekat 8 6 Kupang 4 TTS Sumba Barat 2 Kota Kupang Alor Halmahera Manggarai Timur NgadaFlores Tengah Nagekeo Timur 0 Rote Ndao PRIORITAS 0 2 4

PRIORITAS 3TTU Sumba Timur

PRIORITAS 1

Manggarai Barat 6

Sumba Barat Daya Ende 12 14

PRIORITAS 216 18

4

8 10 Angka Putus Sekolah

Dengan menggunakan angka putus sekolah sebagai indikator utama dan jarak rata-rata antara tempat tinggal dengan sekolah sebagai indikator pendukung, dapat ditentukan wilayah-wilayah yang menjadi prioritas intervensi. Wilayah prioritas berdasarkan tingginya angka putus sekolah dan jauhnya jarak rata-rata antara tempat tinggal dengan sekolah adalah Kabupaten Sumba Timur. Prioritas kedua adalah wilayah dengan angka putus sekolah tinggi tapi jarak rata-rata antara tempat tinggal dengan sekolah dekat, perlu dilakukan intervensi lebih jauh diluar menurunkan jarak rata-rata antara tempat tinggal dengan sokolah. Wilayah-wilayah tersebut adalah Kabupaten Ende, Sumba Barat Daya, Manggarai Barat, dan Nagekeo.

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

15

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

Contoh KasusGambar 15. Penentuan Kabupaten/kota Prioritas Untuk Dilakukan Intervensi Di Bidang KesehatanProvinsi NTT100 90 Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0 Manggarai Barat Rote Ndao

PRIORITAS 4

Kota Kupang

Sikka

Ngada Lembata Nagekeo

PRIORITAS 2

Flotim TTU

Ende Belu Sumba Barat Kupang

Sumba Timur Sumba Tengah

PRIORITAS 310 20 30

Manggarai TTS Alor

Sumba Barat Daya

PRIORITAS 150 60 70 80 90 S i 2 100

40

Angka Kematian Bayi

Dengan menggunakan angka kematian bayi sebagai indikator utama dan kelahiran ditolong tenaga kesehatan sebagai indikator pendukung, dapat ditentukan wilayah-wilayah yang menjadi prioritas intervensi. Terdapat 5 wilayah yang menjadi prioritas pertama untuk dilakukannya intervensi dengan meningkatkan kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan. Wilayah-wilayah tersebut adalah Kabupaten Manggarai Timur, Halmahera Tengah, Flores Timur, Alor, dan Halmahera Timur.

16

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

2.3.3. Ringkasan Kesimpulan Analisis A. Menyimpulkan Program Pada Masing-Masing Bidang Untuk dapat melakukan intervensi yang tepat sasaran, perlu ada penilaian terkait capaian masing-masing indikator.

Contoh KasusTabel 2. Relevansi dan Efektivitas Indikator Utama (Contoh Kasus: Provinsi NTT)

No1 2

Kemiskinan dan Ketenagakerjaan Kesehatan

Bidang

3

Pendidikan

4

Infrastruktur Dasar

5

Ketahanan Pangan

Tingkat Kemiskinan Tingkat Pengangguran Angka Kematian Bayi Angka Kematian Balita Angka Kematian Ibu Melahirkan Prevalensi Balita Kekurangan Gizi Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Murni Angka Putus Sekolah Angka Melek Huruf Akses Sanitasi Layak Akses Air Minum Layak Rasio Elektrifikasi Perkembangan Harga Beras Perkembangan Harga Bahan Kebutuhan Pokok Utama

Indikator Utama

Relevan

Efektif

n.a n.a X X X X X n.a n.a

n.a n.a

n.a n.a

Sumber: Kondisi Kemiskinan dan Kesejahteraan Rakyat (TNP2K), 2010. Keterangan: Kolom relevan dan efektif diisi dengan: jika relavan atau efektif; X jika tidak relevan atau tidak efektif

B. Menyimpulkan Prioritas Wilayah Dalam menentukan prioritas wilayah, analisis yang dapat digunakan di antaranya adalah dengan melihat distribusi antar wilayah maupun penentuan prioritas berdasarkan perbandingan antara indikator utama dengan indikator pendukung yang dapat diintervensi.

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

17

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

Contoh KasusTabel 3. Kabupaten/Kota Prioritas terkait dengan Indikator Utama dan Indikator Pendukung (Contoh Kasus: Provinsi NTT)

KabupatenSumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Sumba Barat Daya Sumba Tengah Nagekeo Manggaai Timur Sabu Raijua Kota Kupang

Indikator Utama: AKB Tinggi Rendah

Indikator Pendukung: Penolong Kelahiran Terlatih Tinggi Rendah

Prioritas 1 1 1 3 4 2 3 4 4 4 2 4 3 3 3 1 1 2 n.a n.a 4

n.a n.a

n.a n.a

n.a n.a

n.a n.a

Sumber: Kondisi Kemiskinan dan Kesejahteraan Rakyat (TNP2K) danWWFP UN. Keterangan: Prioritas 1 adalah daerah dengan AKB tinggi dan Kelahiran ditolong oleh Petugas Kesehatan Rendah Prioritas 2 adalah daerah dengan AKB tinggi dan kelahiran ditolong oleh Petugas Kesehatan Tinggi Prioritas 3 adalah daerah dengan AKB rendah dan kelahiran ditolong oleh Petugas Kesehatan rendah Prioritas 4 adalah daerah dengan AKB rendah dan kelahiran ditolong oleh Petugas Kesehatan tinggi

Fokus intervensi diberikan kepada daerah yang masuk dalam prioritas 1 dan 2. Di daerah prioritas 1, jumlah kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan yang rendah menyebabkan tingginya AKB. Karena itu, intervensi diarahkan untuk meningkatkan jumlah kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan. Sedangkan di daerah dengan prioritas 2, walaupun jumlah kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan relatif tinggi namun AKB masih juga tinggi. Karena itu, dibutuhkan intervensi selain meningkatkan jumlah kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan.

18

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

BAB III PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN YANG EFEKTIF DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Anggaran pemerintah memegang peranan penting dalam penanggulangan kemiskinan. Alokasi anggaran seharusnya mencerminkan rangkaian prioritas sektoral maupun prioritas wilayah yang dirumuskan dalam analisis sebelumnya. Analisis distribusi anggaran ini akan menunjukkan apakah anggaran pemerintah daerah telah mencerminkan prioritas. Analisis anggaran dapat dilakukan dalam dua tingkat. Pertama adalah analisis yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah untuk melihat kesesuaian alokasi anggaran daerahnya, terkait dengan prioritas yang telah dirumuskan di bagian sebelumnya. Analisis ini akan diuraikan di bagian 3.1. Kedua adalah analisis yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah satu tingkat di atasnya untuk melihat distribusi anggaran dari pemerintah daerah di dalam wilayahnya. Analisis ini akan diuraikan di bagian 3.2.

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

19

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

3.1.

A Analisis An nggaran Me elihat Kese esuaian Alo okasi Deng Priorita gan as Untuk melihat kes sesuaian allokasi angg garan denga prioritas, dapat dibu rasio an , uat p pengeluaran masing-m n masing sekt terhadap total APB Dari ra tor BD. asio tersebu dapat ut d dinilai apaka alokasi anggaran te ah a elah mencer rminkan prio oritas. Prior ritasnya didasarkan a atas analisis prioritas wilayah ya s ang diuraika pada Ba 2.dasar an ab rkan atas analisis

p prioritas bid dang yang diuraikan pada Bab 2. Co ontoh Kas susGambar 16. Distribus Belanja S si Sektor Terha adap Total Anggaran A K Kota Surakar rta

Urusan Kelautan Dan n Perikanan Rp 19 P 9.2M (1.7%) Ur rusan otda, PUM M, adm keu Rp314.9 9M (27.3%)

Ur rusan Pertanian Rp n 21.8M (1.9%) )

Urusan Lain-lain Rp134.5M (11.6%) Urusan Kesehatan Rp54.8 (4.7%) 8M

Uru usan Pek.Umum m Rp2 215.5M (18.7%)

Urusan Pend didikan Rp 394.1M (34.1%)

Alokasi an nggaran sektor pendidikan pa r aling besar dib bandingkan den ngan anggaran untuk urusan lainnya. Angg n n garan yang dialokasik untuk sektor pendidikan sebesar Rp 3 kan 394,1 miliar, se etara 34.1 per rsen APBD. Allokasi anggara tersebut an mencerminkan alokasi y yang efektif ba penanggula agi angan kemiskin apabila sektor pendidikan merupakan prioritas di nan n Surakarta.

20

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

3.2.

Analisis Anggaran oleh Pemerintah Daerah Satu Tingkat di Atasnya untuk Melihat Distribusi Anggaran dari Pemerintah Daerah di Dalam Wilayahnya Analisis anggaran perlu pula dilakukan oleh pemerintah provinsi untuk melihat kesesuaian prioritas dan anggaran pemerintah daerah kabupaten/kota di wilayahnya. Prioritasnya didasarkan atas analisis prioritas wilayah yang diuraikan pada Bab 2.

Contoh KasusGambar 17. Distribusi Anggaran Pendidikan dan Permasalahan Angka Partisipasi Murni, Provinsi Nusa Tenggara Timur 120 100 80Persen APM SD/MI Kab-Kota Total Anggaran Pendidikan APM SD/MI Provinsi

3.000 2.500 2.000Rp (Juta)

60 40 20 0

1.500 1.000 500 0

Lembata

Flotim

TTS

TTU

Sumba Timur

Sikka

Sumba Barat

Ende

Manggarai Barat

Manggarai Timur

Alor

Manggarai

Sabu Raijua

Pengalokasian anggaran tahun 2010 belum sepenuhnya sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Sebagai contoh: Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Selatan merupakan daerah dengan APM relatif tinggi namun anggaran bidang pendidikannya lebih besar dibandingkan dengan anggaran pendidikan untuk daerah-daerah yang memiliki APM rendah.

Sumba Tengah

Kota Kupang

Rote Ndao

Nagekeo

Kupang

Ngada

SBD

Belu

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

21

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

3.3.

Contoh Kasus Analisis Distribusi Anggaran: Bidang Kesehatan analisis

Untuk menggambarkan distribusi anggaran, berikut disampaikan anggaran kesehatan di Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Dalam melakukan analisis pembiayaan bidang kesehatan, perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut: A. Analisis Perkembangan Proporsi Anggaran Bidang Kesehatan terhadap Total Anggaran Analisis dilakukan dengan membandingkan proporsi alokasi anggaran bidang kesehatan terhadap total pengeluaran APBD atau terhadap PDRB. Untuk daerahdaerah yang tertinggal dalam bidang kesehatan seyogianya ada peningkatan proporsi dari waktu ke waktu. B. Analisis Pembiayaan Berdasakan Sumber Pembiyaan Pembiayaan bidang kesehatan dapat berasal dari 2 sumber yaitu (1) pemerintah dan (2) non pemerintah. Analisis ini diperlukan agar pemerintah daerah dapat menyusun insentif agar pembiayaan bidang kesehatan dapat diperoleh dari luar APBD. Sumber-sumber pembiayaan tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 1. Pemerintah a. Pemerintah Pusat: APBN, Jaring Pengaman Bidang Kesehatan (JPSBK), Bantuan dan Pinjaman Luar Negeri b. Pemerintah Provinsi: APBD Provinsi c. Pemerintah Daerah: APBD Kabupaten /Kota 2. Non Pemerintah a. Perusahaan swasta: biaya kesehatan karyawan b. Biaya kesehatan yang dikeluarkan oleh Masyarakat c. Asuransi Kesehatan

22

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

Contoh KasusTabel 4. Belanja Kesehatan menurut Sumber Pembiayaan, Kabupaten Ende 2008 SUMBER PEMBIAYAAN Pemerintah SB.1.1 Pemerintah Pusat/Depkes SB.1.2 Pemerintah Provinsi/Dinkes SB.1.3 Pemerintah Kabupaten/Kota SB.1.4.2 Hibah SB.1.5.4 Subsidi Premi PNS Non Pemerintah SB.2.4 Rumah Tangga Grand TotalSumber: Ascobat Gani, 2010

TOTAL (RP) 60,015,708,501 6,589,237,322 310,995,673 41,737,846,401 10,889,507,505 488,121,600 10,906,505,727 10,906,505,727 70,922,214,228

PERSEN 84.62% 9.29% 0.44% 58.85% 15.35% 0.69% 15.38% 15.38% 100.00%

PERKAPITA/TH (USD) 23.99

28.35

Sumber pembiayaan bidang kesehatan terbesar di Kabupaten Ende pada tahun 2008 adalah dari pemerintah, yaitu sebesar Rp. 60,0 miliar atau hampir 84,62 persen dari total sumber pembiayaan. Sementara pembiayaan dari sektor non pemerintah adalah Rp. 10,9 miliar atau hanya sekitar 15,38 persen.Sementara itu, sumber pembiyaaan terbesar berasal dari pemerintah kabupaten, yaitu Rp. 41,7 miliar atau 58,85 persen dari total pembiayaan bidang kesehatan di Kabupaten Ende.

C. Analisis Belanja Kesehatan Menurut Penyelenggara Layanan Penyelenggara layanan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu pemerintah dan non-pemerintah. Contoh penyelenggara layanan kesehatan adalah sebagai berikut: 1. Pemerintah a. Dinas Kesehatan Pemerintah provinsi b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota c. RSUD d. Puskesmas e. Laboratorium Kesehatan Daerah f. Fasilitas Kesehatan Pemerintah Lainnya 2. Non-Pemerintah a. Fasilitas Kesehatan Swasta b. Desa Siaga c. Lembaga Swadaya Masyarakat d. Fasilitas Kesehatan Non-Pemerintah Lainnya.

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

23

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

Contoh KasusTabel 5. Belanja Kesehatan Menurut Penyedia Layanan, Kabupaten Ende 2008

PENYEDIA PELAYANANPemerintah PL 1.2 Pemerintah Provinsi/Dinkes PL 1.3.1 Dinkes Kabupaten/Kota PL 1.3.2 RSUD PL 1.3.4 Puskesmas PL 1.3.6 Labkesda PL 1.3.7 Faskes Pemerintah Lainnya Non Pemerintah PL 2.1.9 Faskes Swasta Lainnya PL 2.3.2 Desa Siaga PL 2.3.5 LSM/Organisasi Keagamaan PL 3 Tidak Jelas Grand Total

TOTAL (RP)

PERSEN85.86 0.46 49.05 25.50 1.08 6.50 3.27 13.93 13.63 0.01 0.30 0.20 100.00

Sumber: Ascobat Gani, 2010 Layanan

60,895,286,146 328,002,673 34,788,631,905 18,085,298,046 763,935,072 4,608,383,300 2,321,035,150 9,882,063,683 9,663,353,183 9,000,000 209,710,500 144,864,400 70,922,214,228

kesehatan di Kabupaten Ende pada tahun 2008 sebagian besar disediakan oleh pemerintah yaitu sebesar 85.86 persen dari total belanja yang dikeluarkan. Sementara itu, sektor non-pemerintah hanya menyediakan sebesar 13,93 persen.Dinas Kesehatan Kabupaten adalah penyedia terbesar dengan menyediakan layanan sebesar 49,05 persen, selanjutnya diikuti oleh RSUD dan laboratorium kesehatan daerah masing-masing 25,50 dan 6,50 persen.

24

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

D. Analisis Belanja Kesehatan Menurut Mata Anggaran Belanja kegiatan di sektor kesehatan diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu: (1) Belanja Investasi; (2) Belanja Operasional; dan (3) belanja pemeliharaan. Beberapa kegiatan yang termasuk dalam mata anggaran investasi adalah: Bangunan, konstruksi, alat medis, pendidikan pegawai dan investasi lainnya. Kelompok belanja operasional. adalah gaji, obat dan bahan medis; bahan non-medis, perjalanan, akomodasi, utilitas dan operasionalisasi lainnya. Sedangkan, kelompok belanja pemeliharaan adalah belanja pemeliharaan gedung, pemeliharaan alat nonmedis, pelatihan serta pemeliharaan lainnya.

Contoh KasusTabel 6. Belanja Kesehatan Menurut Mata Anggaran Kabupaten Ende, Tahun 2009 MATA ANGGARAN Investasi MA.1.2 Bangunan/Konstruksi MA.1.3 Pengadaan Alat Non-Medis MA.1.4 Pengadaan Alat medis MA.1.5 Fellowship Untuk Pendidikan Pegawai MA.1.6 Investasi Lainnya Operasional MA.2.1 Gaji/Honorarium MA.2.2 Obat dan Bahan Medis MA.2.3 Bahan Non-Medis MA.2.4 Perjalanan MA.2.5 Akomodasi MA.2.6 Utilities (Telepon, Listrik, Air) MA.2.7 Biaya Operasional Lainnya Pemeliharaan MA.3.2 Gedung/Konstruksi MA.3.3 Alat Non-Medis MA.3.4. Alat Medis MA.3.5 Pelatihan MA.3.6 Pemeliharaan Lainnya Grand TotalSumber: Ascobat Gani, 2010

TOTAL (RP) 20,242,666,845 12,373,535,965 2,988,366,160 4,615,544,380 165,000,000 100,220,340 45,650,247,896 19,993,742,519 17,383,607,437 1,301,581,490 4,188,635,446 2,207,100,128 208,343,514 367,237,362 5,029,299,487 2,015,022,700 749,227,100 128,498,887 1,801,350,600 335,200,200 70,922,214,228

PERSEN 28.54 17.45 4.21 6.51 0.23 0.14 64.37 28.19 24.51 1.84 5.91 3.11 0.29 0.52 7.09 2.84 1.06 0.18 2.54 0.47 100.00

Berdasarkan hasil analisis, lebih dari setengah anggaran sektor kesehatan digunakan untuk kegiatan operasional, yaitu sebesar Rp 45,65 miliar (64,37 persen). Di dalam kelompok belanja operasional, pengeluaran untuk gaji dan obat serta bahan medis memperoleh porsi paling besar. Alokasi belanja untuk investasi yang relatif kecil menunjukkan rendahnya kemampuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di Kabupaten Ende.

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

25

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

E. Analisis Belanja Kesehatan Menurut Program Menurut program, anggaran belanja kesehatan diklasifikasikan dalam 3 kelompok, yaitu: (1) Program Kesehatan Masyarakat, (2) Program Kesehatan Perorangan, (3) Program Penunjang (Capacity Building).

Contoh KasusTabel 7. Belanja Kesehatan Menurut Jenis Program Kabupaten Ende, Tahun 2009 PROGRAM Program Kesehatan Masyarakat PR 1.1 KIA PR 1.2 Gizi PR 1.3 Immunisasi PR 1.5 Malaria PR 1.6 HIV/AIDS PR 1.7 Penyakit Menular Lain PR 1.9 KB PR 1.10 Usaha Kesehatan Sekolah PR 1.12 Kesehatan Lingkungan PR 1.13 Promosi Kesehatan PR 1.14 Penanggulangan Bencana PR 1.15 Surveilans PR 1.16 Program Kesehatan Masyarakat Lainnya Program Kesehatan Perorangan PR 2.1 Pelayanan Rajal PR 2.2 Pelayanan Ranap PR 2.3 Pelayanan Rujukan PR 2.4 Pengobatan Umum (tidak jelas masuk PR 2.1- 2.3) Program yang Menyangkut Capacity Building/Penunjang PR 3.1 Administrasi & Manajemen PR 3.3 Capacity Building PR 3.4 Pengadaan dan Pemeliharaan Infrastruktur PR 3.5 Pengawasan (Monitoring dan Supervisi) PR 3.6 Obat dan Perbekalan Kesehatan PR 3.8 Program Capacity Building/Penunjang Lainnya Grand TotalSumber: Ascobat Gani, 2010

TOTAL (RP) 14,997,017,108 1,789,936,829 529,165,600 250,209,538 7,147,062 107,281,285 532,680,000 248,927,050 38,465,000 10,649,674,005 769,817,416 28,219,238 42,994,085 2,500,000 25,069,669,749 927,859,101 2,159,795,759 4,444,890,100 17,537,124,790 30,855,527,371 15,854,286,995 1,401,968,343 8,486,541,583 81,240,000 5,014,666,210 16,824,240 70,922,214,228

PERSEN 21.15 2.52 0.75 0.35 0.01 0.15 0.75 0.35 0.05 15.02 1.09 0.04 0.06 0.00 35.35 1.31 3.05 6.27 24.73 43.51 22.35 1.98 11.97 0.11 7.07 0.02 100.00

Distribusi anggaran program kesehatan masyarakat lebih kecil dibandingkan dengan anggaran program penunjang dan program kesehatan perorangan. Dari keseluruhan anggaran sektor kesehatan, hanya 21,15 persen yang digunakan untuk program kesehatan masyarakat. Anggaran program kesehatan masyarakat yang relatif lebih kecil berpotensi memperlambat pencapaian sasaran pembangunan dan sasaran pencapaian MDGs, khususnya pada bidang kesehatan.

26

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

3.4.

Contoh Kasus Analisis Gap: Bidang Pendidikan

A. Perhitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) Untuk memberikan ilustrasi analisis gap pembiayaan pendidikan, berikut disampaikan contoh analisis alokasi anggaran dalam memenuhi kebutuhan standar biaya operasional pendidikan di Kota Surakarta. Sektor pendidikan merupakan sektor yang memperoleh alokasi anggaran paling besar dibandingkan dengan sektor lainnya, baik dari anggaran pusat (APBN) maupun anggaran daerah (APBD). Salah satu tujuan dari alokasi anggaran pendidikan yang besar adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu upaya pencapaian kualitas tersebut adalah dengan memastikan bahwa pemerintah daerah melakukan perhitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) dengan mengacu pada standar dan indeks pembiayaan pendidikan sesuai Permendiknas No 69 Tahun 2010. Perhitungan Bantuan Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) bertujuan untuk menentukan besarnya biaya operasional sekolah non-personalia agar proses belajar mengajar (PBM) dapat berjalan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan. Penghitungan BOSP pada awalnya didasarkan pada template yang dikembangkan oleh BSNP dan disesuaikan dengan kondisi dan aspirasi kabupaten/kota. BOSP dinyatakan dalam rupiah per siswa per tahun untuk masing-masing jenjang pendidikan. Penghitungan BOSP dilakukan dengan menggunakan Jakarta sebagai acuan (lihat Tabel 8). Komponen biaya non-personalia yang digunakan untuk menghitung nilai acuan BOSP Jakarta meliputi biaya untuk:

1. Alat Tulis Sekolah 2. Bahan & Alat Habis Pakai 3. Daya dan Jasa 4. Pemeliharaan & Perbaikan Ringan 5. Konsumsi 6. Transportasi 7. Asuransi 8. Pembinaan siswa 9. Penyusunan data dan laporan 10. Buku 11. Investasi ringan/perlengkapan PBM 12. Bantuan Siswa MiskinPenghitungan standar biaya operasi non-personalia tahun 2009 untuk masingmasing daerah dilakukan dengan mengalikan biaya operasi non-personalia DKI Jakarta dengan indeks masing-masing daerah. Indeks tersebut tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri No 69 Tahun 2010.

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

27

Contoh untuk perhitungan BOSPKemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK pada Tabel 8. BOSP Panduan Penanggulangan di Kota Surakarta ditunjukkan daeRah Surakarta sebesar Rp. 530 ribu/siswa untuk SD-MI dan Rp. 649 ribu/siswa untuk SMP/MTS. Contoh untuk perhitungan BOSP di Kota Surakarta ditunjukkan pada Tabel 8. BOSP Contoh Kasus Surakarta sebesar Rp. 530 ribu/siswa untuk SD-MI dan Rp. 649 ribu/siswa untuk SMP/MTS.Tabel 8. Perhitungan BOSP Kota Surakarta Berdasarkan Permendiknas No 69/2009

Contoh Kasus

Tabel 8. (Rp Ribu) Perhitungan BOSP Kota Surakarta Berdasarkan Permendiknas No(Rp Ribu) 69/2009 Indeks BiayaNo. Sekolah/ Program Keahlian Per Biaya Operasi Per Nonpersonalia1 Per Sekolah/ Rombongan Peserta Program (Rp Ribu) Belajar Didik Keahlian Per Sekolah/ 97.440 Program 136.320 Keahlian 184.320 97.440 184.320 136.320 193.920 184.320 184.320 193.920 Per 16.240 Rombongan Belajar 22.720 30.720 16.240 30.720 22.720 32.320 30.720 30.720 32.320 Per 580 Peserta Didik 710 960 580 960 710 1010 960 960 1010 Pendidikan Kota Surakarta

Biaya Operasi Nonpersonalia1

BOSP Kota Surakarta

No. 1. 2. 3. 1. 4. 2. 5. 3. 4. 5.

Sekolah/ Program Keahlian SD/MI SMP/MTs SMA/MA Bahasa SD/MI SMA/MA IPS SMP/MTs SMA/MA IPA SMA/MA Bahasa SMA/MA IPS SMA/MA IPA

Indeks Biaya Pendidikan Kota 0,914 Surakarta 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914

Per BOSP Kota Surakarta Per Per Sekolah/ Rombongan Peserta Program (Rp Ribu) Belajar Didik Keahlian Per Sekolah/ 89.060 Program 124.596 Keahlian 168.468 89.060 168.468 124.596 177.243 168.468 168.468 177.243 Per 14.843 Rombongan Belajar 20.766 28.078 14.843 28.078 20.766 29.540 28.078 28.078 29.540 Per 530 Peserta Didik 649 877 530 877 649 923 877 877 923

Sumber: Permendiknas No 69 Tahun 2009.

Sumber: Permendiknas No 69 Tahun 2009.

Standar biaya operasi non personalia per sekolah/program keahlian, per rombongan belajar, dan per peserta didik menurut jenjang pendidikan Provinsi DKI Jakarta, tahun 2009. Standar biaya operasi non personalia per sekolah/program keahlian, per rombongan belajar, dan per peserta didik menurut jenjang pendidikan Provinsi DKI Jakarta, tahun 2009.1

1

28

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

B. Analisis Kebutuhan Pembiayaan Pendidikan Daerah Terbatasnya anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah pusat untuk sektor pendidikan dalam bentuk BOS menyebabkan pentingnya peran daerah dalam menyediakan anggaran untuk membiayai pendidikan di daerahnya. Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota memiliki peran untuk mendukung pembiayaan pendidikan di wilayahnya. Pemerintah daerah melalui anggaran pendidikan dalam APBD masingmasing dapat mengusahakan kebutuhan pembiayaan untuk memenuhi kekurangan pembiayaan dalam penye-lenggaraan pendidikan dasar di wilayahnya. Ilustrasi untuk Kota Surakarta disampaikan pada Gambar 18. CONTOH KASUSGambar 18. Kebutuhan dan Pemenuhan Biaya Operasional Satuan pendidikan - Jenjang Sekolah Dasar (SD/MI) Kota Surakarta

100.000 30.000

APBD 2 - BPMKS KOTA

530.000 400.000

APBD 1 - BOS-P

APBN - BOS

BOSP

Pembiayaan

Sumber: Hasil Perhitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) Kota Surakarta, 2010

Hasil perhitungan BOSP untuk SD/MI dengan menggunakan indeks Permendiknas adalah sebesar Rp 530,000 per siswa. Pemerintah pusat melalui alokasi BOS menyediakan sebesar Rp 400.000 per siswa. Sisanya sebesar Rp. 130,000 per siswa harus disediakan oleh pemerintah daerah. Jika Pemerintah Provinsi mengalokasikan Rp. 30.000 per siswa, maka pemerintah kota harus menyediakan Rp. 100,000 per siswa.

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

29

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

Contoh KasusGambar 19. Kebutuhan dan Pemenuhan Biaya Operasional Satuan pendidikan - Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs) Kota Surakarta

24.000 50.000 APBD 2 - BPMKS KOTA

649.000

APBD 1 - BOS-P 575.000

APBN - BOS

BOSP

Pembiayaan

Sumber: Hasil Perhitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) Kota Surakarta, 2010

Hasil perhitungan BOSP untuk SMP/MTS dengan menggunakan indeks Permendiknas adalah sebesar Rp 649,000 per siswa. Pemerintah pusat melalui alokasi BOS menyediakan sebesar Rp 575.000 per siswa.Sisanya sebesar Rp. 74,000 per siswa harus disediakan oleh pemerintah daerah. Jika Pemerintah Provinsi mengalokasikan Rp. 50.000 per siswa, maka pemerintah kota harus menyediakan Rp. 24,000 per siswa.

30

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

C. Analisis Perbandin ngan Propo orsi Belanja Operasional Sekola a ah Bag gian ini merupakan an nalisis untuk melihat komponen b k belanja pen ndidikan. Analisis ini bertujua memban an ndingkan ko omponen biaya operas sional seko olah non gan kompo onen biaya operasiona non-pers al sonel yang dikelola personel (gaji) deng olah. Inform masi menge enai komponen belanja pendidika dapat dig a an gunakan oleh seko untuk me enunjang manajemen b berbasis sekolah. C Contoh Kasu usGambar 20. Perbandingan Propo orsi Belanja Operasiona Sekolah al K Kota Surakar rta Operasional no O on sekolah Rp 30 s 0.2 M(8%)

Operasiional sekolah R 18 Rp (5%) Moda l non sekolah 3.1 Rp3 M (1%) Gaji pendidik Rp 7%) 245.4 M (67 Modall Sekolah PBM M Rp1 13.2 M (4%) Modal se ekolah infrastr ruktur Rp39.6M (11%) M

Gaji bukan pendidik b Rp 18.8 (5%)

Belanja op prasional gaji p pendidik mengambil porsi terbe dalam bela sektor pen esar anja ndidikan, sehing alokasi bela modal gga anja sekolah d belanja ope dan erasional non-g menjadi te gaji erbatas. Belanja modal sekola untuk infras a ah struktur masih relatif kecil mengakibatkan terbatasn upaya perb nya baikan infrastruk sekolah. ktur

D. Analisis Sumber Day Pendidik dan Tena Kepend ya k aga didikan Analis sumber daya pendi dik dan ten sis d naga kepend didikan pen nting dilakuk kan. Hal tersebut di ikarenakan porsi angg garan pend didikan unt tuk gaji pe endidik dan tenaga kependidika dalam APBD kabu an A upaten/kota adalah ya a ang terbesa Kompon ar. nen gaji pendidik da tenaga kependidika dalam an an k an nggaran pen ndidikan leb dari >80 persen bih 0 dari total a anggaran pendidikan di tingkat kabupaten dan kota Alat uku untuk p n a. ur

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

31

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

mendukung pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan diperlukan untuk mendorong anggaran pendidikan yang lebih efisien. Salah satu analisis yang digunakan untuk mengukur efisiensi adalah Rasio Siwa/Guru dan Rasio Rombongan Belajar/Guru. Pada jenjang pendidikan dasar (SD/MI), rasio siswa terhadap guru yang ideal sesuai SPM Pendidikan adalah 32 orang siswa/guru. Sedangkan berdasarkan SNP (Standar Nasional Pendidikan) rasio siswa terhadap guru yang ideal adalah 28 orang siswa/guru. Untuk melakukan analisis rasio siswa terhadap guru diperlukan data jumlah siswa pada setiap jenjang pendidikan, data jumlah guru keseluruhan, dan jumlah rombongan belajar (rombel), seperti ditunjukkan pada Tabel 9.

Contoh KasusTabel 9. Rasio Siswa/ Guru dan Rasio Rombel/Guru tingkat SD/MI Provinsi Sumatera Barat Tahun 2009/2010Kabupaten KEPULAUAN MENTAWAI PESISIR SELATAN SOLOK SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG TANAH DATAR PADANG PARIAMAN AGAM LIMA PULUH KOTO PASAMAN SOLOK SELATAN DHARMASRAYA PASAMAN BARAT KOTA PADANG KOTA SOLOK KOTA SAWAH LUNTO KOTA PADANG PANJANG KOTA BUKITTINGGI KOTA PAYAKUMBUH KOTA PARIAMAN SUMATERA BARAT Jumlah Siswa 12.311 61.593 50.754 53.406 43.094 61.520 50.657 45.536 38.921 21.166 24.274 53.423 97.211 7.210 6.807 6.123 14.331 14.932 11.037 674.306 Jumlah Rombel 691 2.007 2.275 1.306 1.962 2.691 2.658 2.362 1.636 959 1.066 2.033 3.126 291 352 219 600 529 440 27.203 Jumlah Guru 505 3.820 3.739 1.872 2.965 3.653 3.904 3.577 2.271 1.706 1.726 3.742 5.713 600 692 807 849 904 471 43.516 Rasio Siswa / Guru 24,38 16,12 13,57 28,53 14,53 16,84 12,98 12,73 17,14 12,41 14,06 14,28 17,02 12,02 9,84 7,59 16,88 16,52 23,43 15,50 Rasio Rombel / Guru 0,73 1,90 1,64 1,43 1,51 1,36 1,47 1,51 1,39 1,78 1,62 1,84 1,83 2,06 1,97 3,68 1,42 1,71 1,07 2,07

Sumber: Statistik Pendidikan, Kementerian Pendidikan Nasional 2010

32

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

Rasio siswa/ guru di Provinsi Sumatera Barat rata-rata adalah 15 orang siswa/guru, lebih rendah dari Standar Nasional Pendidikan sebesar 28 orang siswa/guru maupun Standar Pelayanan Minimum Pendidikan sebesar 32 siswa/guru. Rendahnya rasio siswa/guru menunjukkan adanya kelebihan jumlah guru di Provinsi Sumatera Barat. Rata-rata rasio rombel/guru di Sumatera Barat adalah 2,07. Sementara itu, rasio ideal rombel/guru adalah 1. Tingginya rasio rombel/guru menunjukkan adanya kelebihan guru.

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

33

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

34

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

BAB IV PEDOMAN KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROGRAM-PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

4.1.

Pendahuluan

Pengkoordinasian dan Pengendalian program penanggulangan kemiskinan menjadi penting mengingat: Pertama, adanya program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan secara nasional dan membutuhkan kerja sama antar sektor. Kedua, adanya program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh masing-masing daerah yang merupakan pelengkap bagi program nasional atau merupakan program untuk menjawab permasalahan kemiskinan spesifik di daerah masing-masing. Berbagai program tadi besar kemungkinannya mempunyai sasaran yang sama. Berbagai program tadi dapat pula melibatkan beberapa sektor dalam pelasanaannya. Dengan demikian, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan berbagai program penanggulangan kemiskinan menjadi kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan. Koordinasi dan pengendalian dimaksudkan agar berbagai program mempunyai sinergi sehingga menjadi lebih efektif, termasuk memastikan program dijalankan sesuai disain.

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

35

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

Di masa yang akan datang, TKPK Daerah diharapkan mampu untuk melakukan koordinasi dan pengendalian berbagai program penanggulangan kemiskinan di daerahnya masing-masing. Pemahaman terhadap latar belakang, tujuan, dan sasaran program menjadi sangat penting untuk dapa melakukan sinergi dari berbagai upaya penanggulangan kemiskinan. Uraian di bawah ini mencoba menggambarkan latar belakang, tujuan, dan sasaran berbagai program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan secara nasional. 4.2. Klasifikasi Program Penanggulangan Kemiskinan

Secara umum penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan meningkatkan pendapatan mereka dan pada saat yang sama mengurangi beban pengeluaran mereka terutama dalam memperoleh pelayanan dasar. Pendapatan dapat ditingkatkan melalui pemberian bantuan sosial atau meningkatkan keterlibatan mereka dalam kegiatan ekonomi. Sedangkan beban pengeluaran seperti pendidikan, kesehatan, air bersih serta sanitasi, dapat dikurangi melalui peningkatan akses terhadap pelayanan dasar. Untuk mencapai tujuan di atas, Penanggulangan kemiskinan dilakukan secara komprehensif dengan memperhatikan empat prinsip utama: 1. Memperbaiki Program Perlindungan Sosial Prinsip pertama adalah memperbaiki dan mengembangkan sistem perlindungan sosial bagi penduduk miskin dan rentan. Perlindungan sosial terdiri dari bantuan soaial dan sistem jaminan sosial. Bantuan sosial diberikan kepada mereka yang sangat rentan, seperti mereka yang hidup dalam kemiskinan absolut, cacat, lanjut usia, atau mereka yang hidup di daerah terpencil. Tingginya tingkat kerentanan juga menyebabkan tingginya kemungkinan untuk masuk atau keluar dari kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menanggulangi semakin besarnya kemungkinan orang jatuh miskin, perlu dilaksanakan suatu program bantuan sosial untuk melindungi mereka yang tidak miskin agar tidak menjadi miskin dan mereka yang sudah miskin agar tidak menjadi lebih miskin.

36

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

Sedangkan Perlindungan sosial dimaksudkan untuk membantu individu masyarakat menghadapi goncangan-goncangan (shocks) dalam hidup, seperti sakit, kematian anggota keluarga, kehilangan pekerjaan, atau ditimpa bencana bencana alam, dan sebagainya. Sistem perlindungan sosial yang efektif mengantisipasi agar seseorang atau masyarakat yang mengalami goncangan sampai jatuh miskin. 2. Peningkatan Akses Pelayanan Dasar

dan jatuh atau akan tidak

Prinsip kedua dalam penanggulangan kemiskinan adalah meningkatkan akses kelompok masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar. Akses terhadap pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, air bersih dan sanitasi, serta pangan dan gizi akan membantu mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh kelompok masyarakat miskin. Di sisi lain peningkatan akses terhadap pelayanan dasar mendorong peningkatan investasi modal manusia (human capital). Salah satu bentuk peningkatan akses pelayanan dasar penduduk miskin terpenting adalah peningkatan akses pendidikan. Pendidikan harus diutamakan mengingat dalam jangka panjang ia merupakan cara yang efektif bagi penduduk miskin untuk keluar dari kemiskinan. Sebaliknya, kesenjangan pelayanan pendidikan antara penduduk miskin dan tidak miskin akan melestarikan kemiskinan melalui pewarisan kemiskinan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Anak-anak dari keluarga miskin yang tidak dapat mencapai tingkat pendidikan yang mencukupi sangat besar kemungkinannya untuk tetap miskin sepanjang hidupnya. Selain pendidikan, peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan juga merupakan kunci investasi modal manusia. Status kesehatan yang lebih baik, akan dapat meningkatkan produktivitas dalam bekerja dan berusaha bagi penduduk miskin. Hal ini akan memungkinkan mereka untuk menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dan keluar dari kemiskinan. Selain itu, peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak merupakan unsur penting dalam mencapai derajat kesehatan yang tinggi. Konsumsi air minum yang tidak layak dan buruknya sanitasi perumahan meningkatkan kerentanan individu dan kelompok masyarakat terhadap penyakit.

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

37

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

3. Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Miskin Prinsip ketiga adalah upaya memberdayakan penduduk miskin menjadi sangat penting untuk meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan penanggulangan kemiskinan. Dalam upaya penanggulangan kemiskinan sangat penting untuk tidak memperlakukan penduduk miskin semata-mata sebagai obyek pembangunan. Upaya untuk memberdayakan penduduk miskin perlu dilakukan agar penduduk miskin dapat berupaya keluar dari kemiskinan dan tidak jatuh kembali ke dalam kemiskinan. Dengan memperhatikan pemberdayaan masyarakat dapat didorong upaya penanggulangan kemiskinan yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing. Sehingga, program yang disusun memiliki korelasi dengan kebutuhan masyarakat miskin setempat. 4. Pembangunan yang Inklusif Pembangunan yang inklusif diartikan sebagai pembangunan yang mengikutsertakan dan sekaligus memberi manfaat kepada seluruh masyarakat. Fakta di berbagai negara menunjukkan bahwa kemiskinan hanya dapat berkurang dalam suatu perekonomian yang tumbuh secara dinamis. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang stagnan hampir bisa dipastikan berujung pada peningkatan angka kemiskinan. Pertumbuhan harus mampu menciptakan lapangan kerja produktif dalam jumlah besar. Selanjutnya, diharapkan terdapat multiplier effect pada peningkatan pendapatan mayoritas penduduk, peningkatan taraf hidup, dan pengurangan angka kemiskinan. Untuk mencapai kondisi sebagaimana dikemukakan diatas, perlu diciptakan iklim usaha yang kondusif di daerah. Diperlukan kejelasan dan kepastian berbagai kebijakan dan peraturan, termasuk berbagai kemudahan seperti ijin berusaha, perpajakan dan perlindungan kepemilikan. Selanjutnya, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) harus didorong untuk terus menciptakan nilai tambah, termasuk melalui pasar ekspor. Pertumbuhan yang berkualitas juga mengharuskan adanya prioritas lebih pada sektor perdesaan dan pertanian. Daerah perdesaan dan sektor pertanian juga merupakan tempat di mana penduduk miskin terkonsentrasi. Dengan demikian, pengembangan perekonomian perdesaan dan sektor pertanian memiliki potensi besar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang menghasilkan penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar dan pengurangan kemiskinan secara signifikan.

38

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

Pembangunan yang inklusif juga penting dipahami dalam konteks kewilayahan. Setiap daerah di Indonesia dapat berfungsi sebagai pusat pertumbuhan dengan sumber daya dan komoditi unggulan yang berbeda. Perekonomian daerah ini yang kemudian akan membentuk karakteristik perekonomian nasional. Pengembangan ekonomi lokal menjadi penting untuk memperkuat ekonomi domestik. Dalam pelaksanaannya program penanggulangan kemiskinan, dibagi menjadi 3 klaster: 1. Klaster 1 adalah program penanggulangan kemiskinan yang sasarannya adalah individu atau keluarga. Program penanggulangan kemiskinan klaster 1 ini disebut juga sebagai program Bantuan sosial terpadu berbasis keluarga (Family Centered Integrated Social Assistance). Bantuan sosial berbasis keluarga mencakup: a. Pertama, Bantuan langsung kepada keluarga sasaran. Bantuan langsung dapat berupa bantuan langsung tunai bersyarat (Program Keluarga Harapan (PKH) Conditional Cash Transfer), Bantuan langsung tunai tanpa syarat (Unconditional Cash Transfer), Bantuan langsung dalam bentuk inkind (Beras miskin (Raskin), serta bantuan bagi kelompok masyarakat rentan seperti mereka yang cacat, lansia, yatim/piatu dan sebagainya. b. Kedua, bantuan pendidikan berupa beasiswa dan pendidikan anak usia dini. c. Ketiga, bantuan kesehatan termasuk pendidikan bagi orang tua berkaitan dengan kesehatan dan gizi (parenting education) melalui pemberian pelayanan kesehatan yang ditunjuk. 2. Klaster 2 adalah program penanggulangan kemiskinan yang sasarannya adalah masyarakat atau komunitas. Program penanggulangan kemiskinan klaster 2 ini juga disebut sebagai program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Tujuan dari program klaster 2 adalah untuk meningkatkan keberdayaan kelompok-kelompok masyarakat agar dapat memaksimalkan fungsinya dalam masyarakat yang pada gilirannya berdampak pada penurunan angka kemiskinan dan pengangguran. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri adalah salah satu program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. 3. Klaster 3 adalah program penanggulangan kemiskinan yang sasarannya adalah usaha mikro dan kecil. Program penanggulangan kemiskinan klaster 3 ini juga disebut sebagai program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan akses permodalan dan sumber daya lainnya bagi usaha mikro dan kecil.

4.3.

Program Penanggulangan Kemiskinan Nasional

Program penanggulangan kemiskinan dapat dilaksanakan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Tabel 10 menyajikan program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah pusat berserta sasarannya.

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

39

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

Tabel 10. Program Penanggulangan Kemiskinan Nasional dan Sasarannya No1 2 3 4

ProgramProgram Keluarga Harapan (PKH) Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Program Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) Program Beasiswa Pendidikan untuk Keluarga Miskin a. b. c. d. Sekolah Dasar (SD/MI) Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs) Sekolah menengah Atas (SMA/MA/SMK) Pendidikan Tinggi (Diploma dan Sarjana)

SasaranRumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Rumah Tangga Hampir Miskin, Miskin dan Sangat Miskin Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Siswa dari Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Siswa SD dari Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Siswa SMP/MTs dari Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Siswa SMA/MA/SMK dari Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Mahasiswa dari Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Kelompok Masyarakat Umum Kelompok Masyarakat Perdesaan Kelompok MasyarakatPerkotaan Kelompok Masyarakat Pedalaman, Tertinggal dan Khusus (Bencana, Konflik dll) Kelompok Masyarakat Perdesaan Kelompok Masyarakat Perdesaan Kelompok Masyarakat Pertanian Perdesaan Kelompok Masyarakat Pesisir dan Pelaut Kelompok Masyarakat Perdesaan Potensial Kelompok Masyarakat Perdesaan Kelompok Masyarakat Perdesaan Kelompok Masyarakat Perkotaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

5

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. PNPM Mandiri Perdesaan PNPM Mandiri Perkotaan PNPM Daerah Tertinggal dan Khusus PNPM Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) PNPM Pembangunan Infrastruktur Ekonomi Wilayah (PISEW) PNPM Peningkatan Usaha Agrobisnis Pertanian (PUAP) PNPM Kelautan dan Perikanan (KP) PNPM Pariwisata PNPM Generasi PNPM Green Kecamatan Development Program (G-KDP) PNPM Neigbourhood Development (ND)

6

Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)

4.3.1. Program Keluarga Harapan (PKH) Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program perlindungan sosial melalui pemberian uang tunai kepada rumah tangga sangat miskin (RSTM) dimana sebagai imbalannya RSTM tadi diwajibkan untuk memeriksakan anggota keluarganya ke Puskesmas dan/atau menyekolahkan anaknya dengan tingkat kehadiran sesuai ketentuan. PKH dilaksanakan oleh Kementerian Kementerian Sosial dengan melibatkan berbagai Nasional

kementerian/lembaga

seperti:

Perencanaan

Pembangunan

(PPN)/Kepala Bappenas; Kementerian Kesehatan; Kementerian Pendidikan Nasional; Kementerian Agama, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Badan Pusat Statistik (BPS), PT POS Indonesia, dan Bank Rakyat Indonesia. Manfaat PKH adalah:

40

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

1. Dalam jangka pendek memberikan income effect kepada rumah tangga miskin melalui pengurangan beban pengeluaran rumah tangga miskin. 2. Dalam jangka panjang dapat memutus rantai kemiskinan antar generasi melalui: a. Peningkatan kualitas kesehatan/nutris, pendidikan, dan kapasitas

pendapatan anak di masa depan (price effect anak keluarga miskin) b. Memberikan kepastian kepada si anak akan masa depannya (insurance effect) 3. Merubah perilaku keluarga miskin untuk memberikan perhatian yang besar kepada pendidikan dan kesehatan anaknya 4. Mengurangi pekerja anak. 5. Mempercepat pencapaian MDGs (melalui peningkatan akses pendidikan,

peningkatan kesehatan ibu hamil, pengurangan kematian balita, dan peningkatan kesetaraan jender.

Sebagai program bantuan tunai bersyarat, penerima PKH diharuskan melaksanakan kewajiban yang berkaitan dengan kesehatan dan pendidikan:Tabel 11. Persyaratan dan Kewajiban Penerima Program Keluarga Harapan Terkait dengan Kesehatan Anggota Keluarga Memiliki anak usia 0-6 thn 1. 2. 3. 4. Kewajiban Anak usia 0-11 bln harus mendapatkan imunisasi lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B) dan ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan. Anak usia 6-11 bln harus mendapatkan vitamin A minimal sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun yaitu bulan Februari dan Agustus. Anak usia 12-59 bln perlu mendapatkan imunisasi tambahan dan ditimbang berat badannya secara rutin setiap 3 (tiga) bulan. Anak usia 5-6 thn ditimbang berat badannya secara rutin setiap 3 bulan untuk dipantau tumbuh kembangnya dan atau mengikuti Program Pendidikan dan Perawatan Anak Usia Dini (PPAUD/Earty Childhood Care Education) apabila di lokasi/posyandu terdekat terdapat fasilitas PPAUD. Selama kehamilan, ibu hamil harus melakukan pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan sebanyak 4 (empat) kali dan mendapatkan suplemen tablet Fe Ibu melahirkan harus ditolong oleh tenaga kesehatan. Ibu nifas harus melakukan pemeriksaan/diperiksa kesehatannya setidaknya 2 (dua) kali sebelum bayi berusia 28 hari.

Ibu rumah tangga yang hamil dan/atau nifas

1. 2. 3.

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

41

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

Untuk kewajiban terkait pendidikan:Tabel 12. Persyaratan dan Kewajiban Penerima Program Keluarga Harapan Terkait dengan Pendidikan Anggota Keluarga Memiliki anak usia 0-6 thn 1. 2. Kewajiban Didaftarkan ke SD/MI atau SMP/MTs terbuka Mengikuti kehadiran di kelas minimal 85 persen dari hari sekolah dalam sebulan selama tahun ajaran berlangsung Didaftarkan ke sekolah terdekat atau mengambil pendidikan kesetaraan (Paket A setara SD/MI Paket B setara SMP/MTs (namun belum menyelesaikan pendidikan dasar) Didaftarkan disekolah terdekat, dimana sekolah tersebut memfasilitasi program remedial untuk mempersiapkannya mengikuti pelajaran (apabila yang bersangkutanbekerja/pekerja anak)

1. Jika keluarga memiliki anak yang berusia 15-18 thn 2.

Besaran bantuan tunai untuk peserta PKH bervariasi tergantung jumlah anggota keluarga yang diperhitungkan dalam penerimaan bantuan, baik komponen kesehatan maupun pendidikan:Tabel 13. Skenario Bantuan Tunai Bagi Penerima PKH Bantuan Tunai Bantuan Tetap Benefit untuk RTSM dengan 1. Anak dengan umur dibawah 6 thn dan/atau ibu hamil dan menyusui 2. Setiap anak umur SD (SD/MI) 3. Setiap anak umur SMP (SMP/MTs) Rata-rata bantuan per RTSM Bantuanminimal per RTSM Bantuan maksimum per RTSM Bantuan Tunai/RTSM/Tahun 200.000 800.000 400.000 80.000 1.390.000 600.000 2.200.000

Catatan: Bantuan per RTSM dibatasi maksimum Rp. 2.200.000 dan jumlah anak maksimum 3. Bantuan terkait kesehatan berlaku bagi RTSM dengan anak di bawah 6 thn dan/atau ibu hamil/nifas. Besar bantuan ini tidak dihitung berdasarkan jumlah anak. Besar bantuan adalah 16 persen rata-rata pendapatan RTSM per tahun. Pemberian uang tunai sebaiknya berada antara15-25 persen dari pendapatan rata-rata RTSM per tahun.

42

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

Tantan ngan utam dalam pelaksana PKH, antara lain ma p aan a n: Pertam proses verifikas belum s ma, s si sepenuhny dilaksanakan. yaPermasalaha yang dihadapi dala pelaksa an am anaan verif fikasi adala Pertama pihak ah: a, h kesmas me erasa kebe ratan untuk melakuka verifikas secara kontinyu. k an si k sekolah dan pusk Kedua, Kementer rian Sosial terlambat dalam melakukan pelatihan v p verifikasi bagi unit nan. Ketiga koordinator wilayah tidak mene a, etap di loka Keemp asi. pat, ketika program p pelayan berjalan jumlah pendamping yang dibutuhkan melebihi jumlah p n, n pendamping yang direnca anakan. Kelima, Duku ungan prasa arana dan sarana oleh Pemeri ntah Daera tidak ah memad dai.Gambar 21. Perbandingan Pencap paian Proses Verifikasi Program Ke s eluarga Hara apan (PKH) Me enurut Provi insi100 90 80 70

Persentase

60 50 40 30 20 10 0

SUMBAR

Ja a ta DKI Jakarta

KALSEL

SULUT

JABAR

DIY

JATIM

NAD

PR RESENTASE BU UMIL

PRESENTASE BA ALITA

PR RESENTASE SD D

PRESE ENTASE SMP

Kedua, pembayar kepada RTSM tida tepat wa , ran a ak aktu Proses penc cairan dana yang seh arusnya dilakukan 4 kali (tepat pada bulan Maret, a n September, dan Dese ember) belu um dapat dilaksanakan. Hal in i disebabkan oleh Juni, S ahan lain ialah lokas RTSM tiidak mudah untuk lambatn nya proses verifikasi. Permasala s si dijangka PT Pos yang ber au. rtanggungja awab dalam mendistribusikan da mengem m an mbalikan form ve erifikasi belu sepenuh um hnya dapat melaksanakannya tepat waktu.

GORONTALO

BANTEN

SUMUT

NTB

NTT

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

43

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

Ketiga, kurangnya koordina antar in stansi pen , asi ndukung K Koordinasi a antara inst tansi pendu ukung yang terdiri dari Kemen nterian Pen ndidikan, Kement terian Kes sehatan, se erta Keme enterian Te enaga Kerj dan Tr ja ransmigrasi belum terlaksa ana dengan baik. Ak kibatnya tid dak semua anggota rumah tan a ngga peser PKH rta mempe eroleh jamin nan keseha atan untuk orang mis skin maupu bantuan pendidika untuk un n an siswa m miskin. Selain itu, d dalam pela aksanaanny tidak mudah untuk mengem ya mbalikan an nak usia h RTSM ke satuan pend didikan. Penyebabnya adalah: 1) Kebanyakan tidak sekolah anggota R memen nuhi passing grade untu SMP. 2) Anak usia sekolah telah lama me g uk eninggalkan satuan n pendidikan. Teruta ama bagi me ereka yang menjadi an jalanan atau pekerj anak. nak rjaGambar 22. Persen ntase Anak Berumur 10 0-17 Tahun Menurut Jen Kegiatan 2009 nis n, Mengu Rumah urus Ta angga 3% Lainnya 4% Bekerja B 10% Penganggura ran 3%

Sekolah 80%

44

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah

Gambar 23. Distribusi Pekerja Anak (Usia 5 -17 Tahun) Menurut Sektor Ekonomi (Jiwa), 2009 7.000.000 6.000.000 5.000.000 4.000.000 3.000.000 2.000.000 1.000.000 Lainnya Jasa Perdagangan, Hotel, dan Restoran Industri Pertanian 5 - 12 16.183 28.995 123.397 72.150 433.575 13-14 328.118 210.491 1.139.126 520.036 3.999.321 15-17 PEREMPUAN 273.181 168.323 532.564 298.015 1.484.557 15 - 17 LAKILAKI 320.171 218.851 770.032 421.491 2.318.202

Peran TKPKD dalam melakukan koordinasi dan pengendalian program penanggulangan kemiskinan menjadi sangat penting, mengingat pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan melibatkan beberapa kementerian terkait.

4.3.2. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) PNPM Mandiri adalah program pembangunan berbasis komunitas atau CommunityDriven Development (CDD). Karakteristik pendekatan CDD adalah: 1) Komunitas memiliki kontrol atas keputusan yang diambil dan sumber daya yang digunakan. 2) Masyarakat miskin diperlakukan sebagai pelaku utama (subyek dan mitra) dalam proses pengambilan keputusan. 3) Pemberdayaan terjadi pada saat masyarakat berinteraksi secara saling hormat menghormati, bertoleransi dan terdapat dukungan sosial. Tujuan umum PNPM Mandiri adalah meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja penduduk miskin secara mandiri. Sedangkan tujuan khusus dari kegiatan ini diantaranya: a) Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat termasuk penduduk miskin, kelompok perempuan, dan kelompok lainnya yang selama ini terpinggirkan; b) Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat; c) Meningkatkan kapasitas pemerintah dalam pelayanan masyarakat terutama masyarakat miskin. d) Menciptakan sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, LSM, organisasi masyarakat, dan kelompok peduli lainnya; e) Meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat; f) Meningkatkan modal sosial masyarakat; g) Meningkatkan inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi.

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KE