sinopsis buku fiksi- obama dari asisi

5
SINOPSIS BUKU FIKSI Disusun untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia kelas XII semester I Disusun oleh: Nama : Dwi Ariani Nomor : 12 Kelas : XII IPA 5 SMA NEGERI 1 PEKALONGAN

Upload: dwii-ariiyanii

Post on 13-Sep-2015

103 views

Category:

Documents


47 download

DESCRIPTION

Ini adalah sinopsis dari buku "Obama dari Asisi". Buku ini menceritakan kehidupan Obama sejak kecil sampai ia menjadi seseorang yang sukses, yaitu sebagai Presiden Amerika Serikat

TRANSCRIPT

SINOPSIS BUKU FIKSI

Disusun untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia kelas XII semester I

Disusun oleh:Nama: Dwi ArianiNomor: 12Kelas: XII IPA 5

SMA NEGERI 1 PEKALONGANTAHUN AJARAN 2014/2015Jl. R.A. Kartini No 39 Telp. (0285) 421190 Pekalongan

A. Identitas bukuJudul: Obama dari AsisiPengarang: Damien DematraPenerbit: PT Gramedia Pustaka UtamaTahun terbit: 2010Jumlah halaman: 232 halamanKategori buku: FiksiB. SinopsisBarry Soetoro terlahir dari seorang ayah berdarah Afrika dan seorang ibu berdarah Amerika, Stanley Ann Dunham Soetoro. Saat usia Barry menginjak 7 tahun, ia pindah dari Hawaii ke Indonesia. Ia tinggal bersama bersama Ann dan ayah tirinya yang berdarah Jawa, Lolo Soetoro. Barry sekolah di Sekolah Asisi, daerah Menteng Dalam. Ia tidak menguasai bahasa Indonesia dengan baik, sehingga ia mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran. Ann membantu Barry memahami pelajaran dengan cara memberinya tambahan pelajaran setiap pukul 4 pagi. Kebiasaan tersebut membuat Barry terbiasa disiplin waktu. Barry sering mendapat nilai buruk di awal kelas 1, namun ia tidak patah semangat. Ia selalu berlatih kosakata bahasa Indonesia dengan ayahnya, Lolo. Ia juga mendapat tambahan pelajaran setiap pulang sekolah dari gurunya, Ibu Israella.Seiring berjalannya waktu, kemampuan Bahasa Indonesia Barry mulai membaik. Prestasinya semakin meningkat. Saat pengumuman hasil ulangan akhir semester pertama, Barry mendapat rangking 10. Ini merupakan hal yang sangat baik bagi anak yang selama setengah tahun masih mencoba mempelajari bahasa Indonesia. Lolo, Ann, dan Ibu Israella bangga terhadap kemajuan Barry.Barry mulai mempunyai teman baik, yaitu Yunaldi, Dodot, Ika, Ikes, dan Anteng. Setiap hari Barry menyempatkan diri bermain dengan mereka, seperti main pletokan, gundu, petak umpet, dan bermain di empang. Namun ada beberapa anak yang tidak suka dengan Barry, yaitu Toni, Edi, Heri, dan Sorong. Mereka adalah senior Barry di sekolah yang duduk di kelas 5. Mereka suka memanggil Barry dengan sebutan bule hitam atau anak negro. Mereka berfikir bahwa Barry adalah anak pungut, karena kulit Barry hitam, tidak seperti ayah tiri dan ibunya yang berkulit coklat dan putih. Namun Barry tidak pernah memperdulikan hal tersebut dan tidak ingin membahasnya dengan kedua orang tuanya.Sekarang Barry duduk di kelas 2. Barry semakin pintar, rajin, dan aktif. Ia selalu mengatur barisan sebelum masuk ke kelas, membantu gurunya, Ibu Fermina, menghapus papan tulis, dan sering menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Ibu Fermina. Barry sangat mudah beradaptasi. Ia selalu mengikuti permainan yang dimainkan teman-temannya. Saat Barry dan teman-temannya bermain layang-layang, tiba-tiba Sorong melemparkan bola kearah Barry, sehingga kepala Barry memar. Tak lupa Sorong memanggil Barry dengan sebutan anak pungut. Barry merasa kesal, namun ia tidak ingin memperkeruh suasana. Ia juga tidak mengadu kepada orang tuanya. Barry adalah anak yang kuat dan berani mengatasi setiap masalahnya sendiri.Saat libur sekolah, Barry, Yunaldi, dan beberapa anak kelas 5 bermain tokadal. Barry sangat hebat dalam permainan ini. Heri merasa tersaingi oleh Barry. Ia merasa bahwa Barry telah merebut posisi Heri sebagai pemain terhebat dalam permainan tokadal. Karena tidak terima dengan hal tersebut, Heri menantang Barry untuk bermain kasti. Dengan cepat Barry menerima tantangan Heri, karena kasti adalah permainan yang sangat ingin Barry mainkan. Heri tahu bahwa anak kelas 2 seperti Barry belum bisa bermain kasti, sehingga ia optimis akan mengalahkan Barry dalam pertandingan ini.Setahun telah berlalu. Prestasi Barry semakin meningkat. Ia mendapat rangking 5 pada ulangan akhir semester kedua. Sekarang ia duduk di kelas 3. Anak kelas 3 mulai mendapat tugas membuat karangan tentang cita- cita mereka. Barry mengatakan bahwa ia ingin menjadi presiden.Selain itu, mereka mulai mendapat pelajaran kasti. Permainan kasti hampir mirip dengan permainan softball. Barry pernah bermain softball saat di Hawaii, sehingga ia tidak kesulitan bermain kasti. Setiap sore Barry berlatih kasti dengan Yunaldi. Mengetahui hal tersebut, Heri, Toni, dan Sorong menagih janji Barry untuk bertanding kasti dengan mereka.Beberapa hari kemudian Barry, Yunaldi, Heri dan anak-anak Menteng Dalam bertanding kasti. Barry memenangkan pertandingan itu. Teman-teman Barry, termasuk Heri, mengakui kehebatan Barry. Sejak saat itu Heri dan teman-temannya mulai menyukai Barry. Merekapun menjadi teman yang akrab.Awal masuk catur wulan ke-3 Ibu Fermina mengabsen kelasnya. Barry tidak berangkat pada hari itu dan tak seorangpun tahu kenapa ia tidak berangkat. Selama satu minggu tidak ada kabar darinya. Kemudian Yunaldi datang ke rumah Barry, namun rumah itu kosong. Ternyata Barry telah pindah rumah, namun ia tidak mengucapkan salam perpisahan kepada teman-teman dan gurunya. Tak seorangpun tahu kemana Barry pindah.Tiga puluh empat tahun kemudian ada berita bahwa seorang senator dari Illinois, Amerika Serikat, Barack Obama, pernah bersekolah di Sekolah Asisi. Para guru mencoba mengingat-ingat nama itu, tapi mereka tidak ingat kalau pernah mempunyai murid bernama Barack Obama. Ibu Fermina hanya ingat ada seorang anak yang hebat 34 tahun lalu, namanya adalah Barry. Setelah melihat foto Barack Obama, mereka yakin bahwa Barack Obama adalah Barry Soetoro. Barry telah belajar di Columbia University dan Harvard Law School. Ia pernah menjabat menjadi direktur sebuah lembaga di Chicago, dosen di Universitas Chicago, anggota Partai Demokrat dari negara bagian Illinois, dan akan dilantik menjadi Presiden Amerika SeriKat yang ke-44.Dua puluh Januari 2009 adalah hari dilantiknya Barack Obama sebagai Presiden Amerika Serikat. Malam itu, aula Sekolah Asisi dipenuhi murid-murid, undangan, wartawan, dan keluarga Barry yang tinggal di Indonesia untuk menyaksikan dan mendoakan pelantikan Barack Obama sebagai Presiden Amerika ke-44.