lampiran 1 sinopsis

30
57 Lampiran 1 SINOPSIS Novel Aku Masenja bercerita tentang pengabdian dan perjuangan seorang guru muda bernama Rona Masenja. Masenja memang tergolong baru bergelut dalam dunia pendidikan. Pengalamannya menjadi guru SMP yang terletak di daerah perkebunan kelapa sawit di Padang Jaya. - Bengkulu Utara merupakan pengalaman pertama kalinya mengajar. Ia mengamalkan ilmu yang telah didapatkannya dari dunia perkuliahan kepada siswanya dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab. Ia sadar bahwa menjadi seorang guru adalah panggilan jiwa dan merupakan pekerjaan yang sangat mulia. Masenja tahu bahwa tugas seorang guru bukan hanya mengajar, melainkan juga mengajarkan tentang pentingnya nilai-nilai pendidikan dan membina siswa agar selain menjadi orang yang pandai dalam berilmu, kelak siswanya juga menjadi orang yang mempunyai etika dan adab yang baik dalam menjalani kehidupan di dalam lingkungan masyarakat. Masenja merupakan seorang guru yang berpengetahuan luas. Saat kuliah di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan program studi Pendidikan Matematika ia menjadi mahasiswa lulusan terbaik. Selain itu, di tengah permasalahan sulitnya mencari pekerjaan, Masenja justru lolos tes masuk pegawai negeri dengan mudah dan lulus murni tanpa kolusi, korupsi, dan nepotisme. Begitu pula saat mulai menjadi guru, meskipun tergolong guru baru ia dipercaya untuk menjadi wali kelas dan namanya mulai menjadi perhatian bagi guru lain terutama kepala sekolah karena kegigihan dan keberaniannya dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang menimpa anak didiknya. Dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang terjadi pada siswanya, Masenja berusaha sebaik mungkin bersikap adil, tegas, dan bertanggung jawab. Terbukti saat peristiwa pencurian baju yang dilakukan oleh siswanya yang bernama Bunga Malasari, Masenja selaku wali kelas berusaha menyelesaikan persoalan ini dengan caranya sendiri secara tegas. Ia yakin bahwa cara yang ia lakukan

Upload: others

Post on 28-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lampiran 1 SINOPSIS

57

Lampiran 1

SINOPSIS

Novel Aku Masenja bercerita tentang pengabdian dan perjuangan seorang guru muda bernama

Rona Masenja. Masenja memang tergolong baru bergelut dalam dunia pendidikan. Pengalamannya

menjadi guru SMP yang terletak di daerah perkebunan kelapa sawit di Padang Jaya. - Bengkulu Utara

merupakan pengalaman pertama kalinya mengajar. Ia mengamalkan ilmu yang telah didapatkannya dari

dunia perkuliahan kepada siswanya dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab. Ia sadar bahwa menjadi

seorang guru adalah panggilan jiwa dan merupakan pekerjaan yang sangat mulia. Masenja tahu bahwa

tugas seorang guru bukan hanya mengajar, melainkan juga mengajarkan tentang pentingnya nilai-nilai

pendidikan dan membina siswa agar selain menjadi orang yang pandai dalam berilmu, kelak siswanya

juga menjadi orang yang mempunyai etika dan adab yang baik dalam menjalani kehidupan di dalam

lingkungan masyarakat.

Masenja merupakan seorang guru yang berpengetahuan luas. Saat kuliah di Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan program studi Pendidikan Matematika ia menjadi mahasiswa lulusan terbaik. Selain

itu, di tengah permasalahan sulitnya mencari pekerjaan, Masenja justru lolos tes masuk pegawai negeri

dengan mudah dan lulus murni tanpa kolusi, korupsi, dan nepotisme. Begitu pula saat mulai menjadi

guru, meskipun tergolong guru baru ia dipercaya untuk menjadi wali kelas dan namanya mulai menjadi

perhatian bagi guru lain terutama kepala sekolah karena kegigihan dan keberaniannya dalam mengatasi

permasalahan-permasalahan yang menimpa anak didiknya.

Dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang terjadi pada siswanya, Masenja berusaha

sebaik mungkin bersikap adil, tegas, dan bertanggung jawab. Terbukti saat peristiwa pencurian baju yang

dilakukan oleh siswanya yang bernama Bunga Malasari, Masenja selaku wali kelas berusaha

menyelesaikan persoalan ini dengan caranya sendiri secara tegas. Ia yakin bahwa cara yang ia lakukan

Page 2: Lampiran 1 SINOPSIS

58

adalah cara yang tepat, meskipun banyak guru yang tidak sependapat denganya. Semangatnya untuk

berjuang menjadi sosok pendidik yang berkarakter tidak pernah goyah dan keteguhan hatinya tetap kuat

untuk terus mendidik moral siswa dari perbuatan yang melanggar norma.

Namun, beberapa bulan setelah selesai masa prajabatan, Masenja mendapat surat pindah. Ia

dimutasi ke sebuah sekolah di Lais. Ia tak tahu kenapa secepat itu harus pergi meninggalkan sekolah yang

sangat ia cintai. Padahal berada di daerah perkebunan dan mengajar di sana telah membuatnya merasa

seperti pertama kali jatuh cinta. Ya, jatuh cinta kepada sekolah yang pertama kali mengajarkan arti

menjadi guru sesungguhnya, terutama cintanya pada keindahan tanah perkebunan serta udara segar yang

senantiasa menyejukkan hatinya. Masenja begitu berat harus meninggalkan sekolah ini. Namun, ini

adalah perintah dari atasan dan sebagai pegawai negeri ia harus siap ditempatkan dimana saja. Meskipun

tak ingin, Masenja akhirnya meninggalkan sekolah dan perkebunan kelapa sawit yang telah mengajarkan

banyak hal kepada dirinya.

Page 3: Lampiran 1 SINOPSIS

59

Lampiran 2

BIODATA PENULIS

Rumasi P. bernama lengkap Rumasi Pasaribu. Menyelesaikan pendidikan terakhir di FKIP

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Bengkulu. Saat ini tercatat sebagai guru di

SMPN 16 Kota Bengkulu. Cerpenya dapat dijumpai di antologi cerpen FLP (Forum Lingkar Pena)

Bengkulu berjudul Sebait Kisah dari Bengkulu, antologi cerpen berjudul Lukisan Merah putih, serta

antologi bersama Uda Agus –Ubud Writers dan Readers Festival berjudul Pukul 6. Penulis pernah

menjadi pemenang I Lomba Menulis Teks Bahan Ajar yang diadakan Kantor Bahasa Provisi Bengkulu

dan Juara III Lomba menulis cerpen KAMB (Komunitas Ayo Menulis Bengkulu). Tahun 2005, mendapat

Anugerah Sastra Pemuda dari Lembaga Seni Kedai Proses Provinsi Bengkulu.

Page 4: Lampiran 1 SINOPSIS

60

Lampiran 3

INSTRUMEN PENELITIAN

NILAI-NILAI KESABARAN

DALAM NOVEL AKU MASENJA KARYA RUMASI PASARIBU

(KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA)

PERWUJUDAN SABAR

No Kode Data Konteks Interpretasi

1. SC/PS/R/23 “ Hingga beberapa waktu Bunga masih diam. Ia tak

juga mengaku. Ia takut untuk berkata jujur atau

karena ia memang tak masuk kelas 9B hari ini dan

mencuri pakaian Farid minggu lalu? Aku tak tahu.

Kepalaku pening. Hitungan matematika kerap

kutemukan jalannya sebab ada rumusnya. Namun

menyelesaikan kasus pencurian, belum kutemukan

rumusnya. Ya, ya. Diamnya membuat kepalaku

bertambah pusing. Namun aku harus tetap tenang.

“Bunga ibu akan merahasiakan ini jika kau katakan

sejujurnya tentang apa yang dilihat Farid. Ibu adalah

ibu mu di sekolah. Sebagai ibu tentu ibu akan

menjaga dan membela anaknya. Jadi kau tak usah

takut.” Kupegang bahunya ia menunduk.

Masenja berjanji pada Bunga untuk

merahasiakan kejadian jika Bunga jujur

padanya.

Masenja ingin meyakinkan Bunga

bahwa apapun yang ia katakan

akan disimpan dan dirahasiakan.

Masenja juga mengatakan akan

melindungi bunga setelah ia

mengatakan yang sejujurnya ia

mengatahui atau tidaknya kejadian

tersebut. Masenja sabar

meyakinkan Bunga dengan

perkataannya dan perilakunya

memegang pundak bunga seolah

meyakinkan bahwa semuanya akan

baik-baik saja.

Page 5: Lampiran 1 SINOPSIS

61

2. SC/PS/R/35 “Aku telah bersepakat dengan Bunga, untuk tak

mengungkit lagi kenekatannya. Aku juga

memintanya untuk segera mencuci baju yang ia curi

dan menyerahkan padaku. Nanti aku yang akan

mengembalikannya pada Farid beserta uang lima

belas ribu yang tentu saja kuambil dari kantong”.

Masenja bersepakat tidak akan

mengungkit lagi masalah Bunga.

Masenja bertekat untuk

menyimpan rahasia tentang bunga

yang sudah mencuri. Masenja juga

mengatakan bahwa Bunga harus

segera mencuci baju Farid. Selain

baju, di dalamnya terdapat uang

lima belas ribu milik Farid.

Masenja dengan ikhlas membantu

bunga dengan mengembalikan baju

dan juga uang Farid. Uang lima

belas ribu, tentu saja dikeluarkan

dari kantongnya untuk mengganti.

3. SC/PS/R/55 “Kali ini darahku mendidih hingga hampir-hampir

aku menghardiknya dengan kasar. Tapi mengingat

janji pada diriku sendiri, janji pada seluruh dewan

guru, juga rasa malu yang mesti kutanggung bila

ternyata aku gagal – setelah aku mati-matian

membelanya- aku melunakkan suaraku. Sekali ini!

Tak ada salahnya kucoba lagi! Dan bukankah

berdakwah memang harus ada yang dikorbankan?

Kali ini, aku berkorban perasaan barangkali. Aku

menyeringai, menertawakan diriku sendiri.”

Masenja sangat marah dan hampir

menghardik dengan kasar.

Masenja sudah sangat marah dan

ingin menhardik Bunga dengan

kasar akan tetapi ia menyimpan

perkataannya itu karena takut

menyinggung perasaan orang lain.

Masenja rela berkorban perasaanya

demi menjungjung tinggi

profesinya yang ditutut untuk

berdakwa dalam mengajar

siswanya.

4. SC/PS/R/81 “Kali ini aku agak kesal. Namun berbicara kasar

hanya akan membuat kami renggang.

Hubunganku dengannya sejak kasus Bunga Malasari

agak berjarak. Tapi bagaimanapun, aku tetap

menghargainya sebagai guru senior. Seperti kemarin-

kemarin. Terlalu banyak bersitegang di kantor

sungguh tidak nyaman sebab bertemu orang-orang di

kantor tak sebentar. Hampir separuh hari aku

Masenja agak kesal dengan ucapan

Mam Nina.

Masenja menyimpan rasa kesal

dalam dirinya. Ia tak sampai untuk

mengeluarkan kata-kata kasar pada

guru senior karena menghargainya.

Ia juga memikirkan bahwa waktu

yang dihabiskan hampir setengah

hari di sekolah tak ingin dibuat

semakin tidak nyaman dengan

Page 6: Lampiran 1 SINOPSIS

62

bersama mereka” adanya peristiwa ini.

5. SC/PS/R/205 “Nah, Ibu tunggu sampai esok hari, satu kali dua

puluh empat jam, siapa yang mencuri harus

menghadap ibu dan mengakui kesalahannya.

Imbalannya, ibu akan merahasiakan kelalaian itu,

dan nama baik kalian akan terjaga”

Masenja mengatakan kepada anak-anak

untuk mengaku dan imbalannya adalah

merahasiakan kejadian yang dilakukan.

Masenja mau bersabar dengan

merahasiakan siapa yang mencuri

dikelas. Apabila ada siswa yang

berani menghadap kepadanya dan

mengakui kesalahannya karena

telah mencuri uang Bunga.

6. SC/PS/R/219 “Namun aku masih enggan menceritakan masalah-

masalah di sekolahku”

Masenja tidak mau menceritakan

masalah disekolah.

Masenja bersabar dengan tidak

mau menceritakan masalah

disekolah, dia hanya ingin menjadi

pendengar dan memberikan

komentar yang ia anggap penting.

7. SC/PS/R/223 “Ingin kuhardik Tiara Alamanda dengan

kejujurannya yang meski pahit namun telah

menentramkan hatiku tapi kuurungkan demi

melihat penyesalan diwajahnya”

Masenja ingin menghardik Tiara namun

niatnya diurungkan.

Masenja bersabar dengan

menyimpan perkataannya yang

ingin menghardik Tiara karena

kejujurannya telah mencuri uang

Bunga, tetapi niat itu

diurungkannya karena melihat

penyesalan diwajah Tiara.

8. SC/PS/R/226 “Dan ini adalah rahasia antara wali kelas dan Tuhan,

walau kadang-kadang diketahui pihak ketiga, guru

BK”

Membicarakan kesalahan siswa yang

hanya diketahui oleh Tuhan, wali kelas,

dan guru BK.

Masenja bersabar dengan

merahasiakan pelanggaran yang

dilakukan siswa disekolah

walaupun sebenarnya pelanggaran

siswa juga diketahui oleh Tuhan

dan guru BK.

9. SC/PS/E/21 “ Bunga, saat ini kita berada di Rumah Allah. Ini

rumah yang paling suci. Di sini kita hanya memuji

dan mengagungkan Nya. Tak ada tipu daya, tak ada

amarah, tak ada benci. Ya, kau paham, bukan?” Aku

memandangnya tanpa meminta jawaban. Ia masih

dalam isaknya.”

Masenja menginterograsi Bunga di

tempat ibadah sekolah.

Masenja dapat bersabar dengan

cara menahan emosinya saat

menjelasakan pada Bunga tentang

permasalahan ini. Masenja

mengajak Bunga ke rumah Allah

dengan harapan, ia tak perlu

bersusah payah untuk meminta

Page 7: Lampiran 1 SINOPSIS

63

jawaban. Bunga diharapakn

mampu tersentuh dengan perkataan

Masenja untuk jujur mengakui

kesalahannya.

10. SC/PS/E/77 “Aku tak mampu menahan amarahku pada dua sosok

yang duduk di hadapanku. Dadaku berderap.

Inginku tampar kedua pipi mereka, namun

teriakan HAM yang selalu bergaung hingga sudut-

sudut semesta mengurungkanku. Aku menelan ludah

pahit.”

Hampir saja Masenja menampar Tiara

dan Iwan karena berbuat mesum di

sekolah.

Masenja ingin menampar pipi

murid yang telah melakukan

tindakan mesum di sekolah. Tetapi

ia bersabar dengan menahan emosi

dan mengurungkan niatnya karena

mengingat HAM.

11. SC/PS/E/83 “Penasaran? Segampang itu alasannya berlaku tak

senonoh di belakang sekolah, dekat toilet siswa?

Refleks, telapak tanganku menghantam bahunya.

Suaranya yang keras membuatku terkaget-kaget.

Ingin kutampar mulutnya yang berbicara

sembarangan namun kuurungkan. Lelaki tanggung

itu meringis, memandangku sejenak lalu cepat-cepat

menunduk. Riuh suara di ruang guru terhenti. Semua

mata memandang ke arahku. Dan aku yang serasa

baru siuman dari pingsan terlonjak menyadari

tingkahku”.

Hampir saja Masenja menampar Iwan

karena alasannya melakukan tindakan

mesum disekolah karena dia penasaran.

Masenja menyadari bahwa

tindakannya secara tak sengaja

menghantam bahu anak itu

membuat anak itu mengeluarkan

kat-kata yang keras. Ucapannya

membuatnya kaget hingga ingin

menampar mulut laki;laki itu.

Seketika ia sadar bahwa

tindakannya salah dan memilih

menahan kekesalan di dalam

dirinya.

12. SC/PS/E/85 “Kata-katamu tidak sopan,” suaraku melunak.

Cemas pemberitaan di surat kabar telah membuatku

lemah. Belum lagi statusku masih CPNS- calon

pegawai- rawan untuk ditunda menjadi pegwai tetap

bila belum dipandang belum layak. Dan

membayangkan wajah ibu bapakku yang begitu

bangga pada kelulusanku, membuat mata kembali

berkabut”.

Masenja mengecilkan suaranya saat

berbicara.

Masenja ingin berbicara dengan

nada yang keras karena mendengar

ucapan Iwan, namun karena

kesabarannya menahan emosi serta

mengingat berbagai pemberitaan di

surat kabar membuat Masenja

mengecilkan nada bicaranya.

13. SC/PS/E/140 “Marah itu sesuatu yang lumrah. Wajar. Tidak salah.

Namun menyikapi marah pun tak mesti dengan

cara yang kasar. Dengan sindiran kurasa lebih baik

Indar Astuti memberitahu Masenja

bahwa marah adalah sesuatu yang

lumrah dan tidak perlu dengan tindakan

Indar Astuti menasehati Masenja

perilah marah kepada murid. Ia

mengatakan bahwa marah kepada

Page 8: Lampiran 1 SINOPSIS

64

dan, ehm…lebih elegan. Lebih berwibawa” yang kasar. murid adalah suatu hal yang wajar.

Namun menyikapi marah tidak

selalu dengan tindakan yang kasar,

cukup dengan bersabar dan

menahan emosi atau dengan cara

menyindir itu lebih elegan dan

berwibawa.

14. SC/PS/E/202 “Aku menghela napas. Mencoba menahan diriku

yang hampir saja memarahinya sebab tak mampu

menjaga uang itu, juga memarahi peristiwa

kehilangan yang terjadi dikelasku”

Hampir saja Masenja marah kepada

Bunga karena menghilangkan uang

pemberiannya.

Masenja berusaha bersabar

menahan emosinya untuk tidak

marah kepada Bunga karena tidak

menjaga dengan baik uang yang

telah diberikannya.

15. SC/PS/E/222 “Ingin kuhardik Tiara Alamanda dengan

kejujurannya yang meski pahit namun telah

menentramkan hatiku tapi kuurungkan demi

melihat penyesalan di wajahnya.

Masenja ingin menghardik Tiara

Alamanda namun dibatalkannya karena

kejujuran Tiara Alamanda

Masenja dapat menahan emosinya

ketika ingin menghardik Tiara

Alamanda karena kejujurannya

yang telah mencuri uang Bunga

karena Ia cemburu atas berbedanya

perlakuan Masenja kepada dirinya.

16. SC/PS/P/23 “Iya, Bu. Maafkan saya. Maafkan saya, Bu,”

ucapnya di sela tangisnya. Tubuhnya berguncang

hebat.

Kerja yang bagus! Aku menghela. Ya, aku telah

mendapatkan kebenaran dan ini patut kurayakan.

Aku merasa tugasku beres dan dalam hati kusyukuri

ini”.

Bunga meminta maaf karena telah

mencuri di kelas 9 B.

Bunga bersabar dengan meminta

maaf kepada Masenja atas

kelakuannya yang mencuri dikelas

9 B, Ia meminta maaf sambil

menangis terisak-isak, menunduk,

dan mencium tangan Masenja.

17. SC/PS/P/45 “Teringat kesepaktanku dengan Bunga Malasari agar

ia mencuci baju pakaian yang ia curi,

menyetrikanya, lalu membungkusnya dengan rapi

dan menyerahkannya padaku. Aku yang akan

menyerhkan langsung pada Farid, ditambah uang

lima belas ribu dari kantongku, sambil dengan

sungguh-sungguh meminta pengertiannya

memaafkan Bunga Malasari”

Masenja meminta maaf kepada

bapaknya Farid karena kelakuan Bunga

yang mencuri seragam Farid.

Masenja berusaha meminta

Pengertian dari Bapaknya Farid

untuk bersabar dan memaafkan

kesalahan yang dilakukan Bunga.

Page 9: Lampiran 1 SINOPSIS

65

18. SC/PS/P/52 “Ehm… jadi begini Bapaknya. Saya atas nama

Bunga Malasari, anak yang mencuri pakaian Farid

memohon maaf pada Bapak. Saya harap bapak mau

mengerti, bahwa anak ini anak orang miskin. Dia

mencuri karena pakaiannya sobek. Jadi, kalau mau

mengganti baju itu rasanya tidak mungkin, Pak, ” aku

menjelaskan. Kutatap Bapaknya yang duduk

dihadapanku. Ia tampak jengah”.

Masenja mewakili Bunga meminta maaf

kepada bapaknya Farid.

Masenja mewakili Bunga dengan

ikhlas meminta maaf pada orang

tua Farid. Ia juga sabar

menjelaskan kondisi mengapa

Bunga bias sampai melakukan itu.

Hal ini dilakukan agar orang tua

Frid mengeti kondisinya dan tidak

memperpanjag permasalahan

pencurian ini.

19. SC/PS/P/82 “Saya memaafkan Bunga Malasari ada alasannya

Ibu. Dia mencuri karena terpaksa. Kalau berciuman,

saya rasa bukan karena terpaksa, kan Ibu? Iya kan,

Nak? Kupandang anak itu dengan perasaan entah.

Tak ada yang menjawab”

Masenja memiliki alasan untuk

memaafkan Bunga atas tindakannya

yang mencuri seragam temannya Farid.

Masenja bersabar dengan

memaafkan kelakuan Bunga yang

ketahuan mencuri baju Farid

dikelas 9 B, setelah mendengarkan

alasan Bunga mencuri karena baju

putih miliknya sobek dan ia kerap

diejek beberapa temannya.

20. SC/PS/P/125 “Maaf kata-kata Ayuk terlampau kejam, barangkali.

Tapi egois itu yang membuat senior merasa kau

remehkan atau kau langkahi. Mereka yang sudah

bekerja bertahun-tahun, mengabdi hingga lupa pada

apa yang telah terjadi pada orang-orang muda dan

baru luar sana, merasa tidak berarti sejak

kedatanganmu. Ehm…kau marah?”

Indar Astuti meminta maaf kepada

Masenja karena ucapannya.

Indar Astuti bersabar dengan

meminta maaf kepada Masenja

atas ucapannya yang mengatakan

bahwa Masenja adalah orang yang

egois dalam mengambil keputusan

pada saat menangani kasus

pencurian Bunga dan ia juga tidak

melibatkan guru-guru senior dalam

menghadapi kasus tersebut.

21. SC/PS/P/128 “Kalau kata-kataku terlampau kasar tadi, aku minta

maaf”

Indar Astuti meminta maaf kepada

Masenja karena ucapannya.

Indar Astuti bersabar dengan

meminta maaf kepada Masenja

jika kata-katanya sangat kasar.

22. SC/PS/P/146 “Dan aku mampu memaafkan kata-katanya di

malam itu dan bahkan setelahnya berterima kasih

ketika ia mengucapkan dengan tajam keburukkanku

Masenja memaafkan Indar Astuti

karena ucapan kasarnya.

Masenja bersabar dengan

memaafkan Indar Astuti atas

ucapannya yang begitu kasar

Page 10: Lampiran 1 SINOPSIS

66

yang membuatku bagai kepiting direbus hidup-

hidup!”

mengenai sikap Masenja yang

egois dalam mengambil keputusan.

23. SC/PS/P/174 “Sejak kejadian pencurian yang membuat

keputusanku untuk membelanya menjadi kontroversi

dan kecaman beberapa senior, ia lebih terkendali. Ia

hilangkan keraguan, kecemasan, dan gelisahku

padanya setelah aku membulatkan tekad

memaafkannya”

Masenja membulatkan tekad untuk

memafkan Bunga

Masenja bersabar dengan

memaafkan Bunga atas

kelakuannya yang mencuri.

24. SC/PS/P/207 “Secara pribadi aku telah meminta maaf, sebab

sebagai rekan kerja tentu aku tak ingin

menjatuhkannya di mata anak-anak”

Masenja sudah meminta maaf kepada

Ibu Trisna.

Masenja bersabar dengan meminta

maaf kepada Ibu Trisna jika

sebagai teman kerja ada sikapnya

yang membuat Ibu Trisna

didemonstrasi anak-anak kala itu.

25. SC/PS/P/225 “Termasuk tentang pencurian ini, kau mesti

mengatakannya di depan kawan-kawan sekelasmu.

Meminta maaf, dan menjelaskan bahwa kau telah

mengembalikan uang itu”

Masenja meminta Tiara untuk meminta

maaf kepada teman-temannya.

Masenja meminta kepada Tiara

untuk bersabar dengan meminta

maaf kepada teman-teman

sekelasnya atas kesalahannya yang

telah mencuri uang Bunga dan

menjelaskan bahwa uang yang

telah Ia curi sudah dikembalikan.

26. SC/PS/P/229 “Maaf Ibu Masenja. Saya turut bersedih.

Sebenarnya pemerataan ini bagus, tapi menurut saya

seharusnya ini dilakukan pada guru-guru yang telah

lama bertugas agar mendapatkan susana belajar yang

baru,” ucap Kepala TU perlahan”

Kepala TU meminta maaf kepada

Masenja.

Kepala TU bersabar dengan

meminta maaf kepada Masenja

bahwa dia bersedih mendengar

kabar kalau Masenja dipindahkan

tugas ke sekolah lain dan Ia juga

mengatakan a bahwa pemerataan

bagus akan tetapi seharusnya

ditujukan untuk para guru yang

telah lama bertugas agar

mendapatkan suasana belajar yang

baru.

Page 11: Lampiran 1 SINOPSIS

67

Kode :

SC : Satuan Cerita

PS : Perwujudan Sabar

R : Rahasia

E : Emosi

P : Pemaaf

23 : Nomor Halaman Novel

Page 12: Lampiran 1 SINOPSIS

68

INSTRUMEN PENELITIAN

NILAI-NILAI KESABARAN

DALAM NOVEL AKU MASENJA KARYA RUMASI PASARIBU

(KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA)

ALASAN TOKOH BERSABAR

No Kode Data Konteks Interpretasi

1. SC/DP/TJ/59 “Aku akan berdiam diri, bertafakur,

merenungi segala kejadian, mengingat

apa yang telah kulakukan , mencoba

menyimpulkan sebab akibat, dan

menarik benang merah, lalu

menyimpulkan langkah apa yang mesti

kulakukan berikutnya”.

Masenja merenungi segala kejadian

yang menimpanya dengan berdiam diri

dan bertafakur.

Masenja memiliki potensi didalam

dirinya berupa dimensi kekuatan

dan daya tahan jiwa dimana

Masenja berdiam diri dan

bertafakur, merenungi segala

kejadian yang menimpa dirinya

lalu mencoba menyimpulkan sebab

akibatnya agar dapat menentukan

langkah apa yang harus dilakukan

berikutnya.

2. SC/DP/TJ/65 “Duhai Allah, berikanlah aku

kemampuan untuk menjadi seseorang

guru. Seseorang yang digugu dan ditiru.

Seseorang yang turut membentuk

karakter manusia. Seseorang yang

mampu mengubah dunia dengan ilmunya.

Seseorang yang didengar dan menjadi

perantara titah-Nya, meski tak

sepadah jika disandingkan dengan

nabi-Nya. Ini juga sebagaian dari

dakwah, sebab yang kubinaa dalah

Masenja meminta pertolongan kepada

Allah dengan cara berdo’a.

Masenja mempercayakan semua

pada Allah. Ia meminta agar

jalannya berdakwa menjadikan

pribadi yang lebih baik lagi.

Masenja ingin menjadi perantara

yang mampu memberikan

kebaikan bagi orang lain. Hal ini

membuatnya memiliki potensi jiwa

pada dirinya.

Page 13: Lampiran 1 SINOPSIS

69

sikap dan kepribadian mereka”.

3. SC/DP/TJ/76 “Astaghfirullah! Dan begitu tersadar,

aku berteriak bagai auman harimau.

Hentikan!

“Astaghfirullah,” berulang kali aku

istighfar.

Masenja berulang kali istighfar ketika

melihat muridnya berbuat mesum di

sekolah.

Masenja beristighfar berulang kali

ketika melihat muridnya

melakukan tindakan mesum di

sekolah yang membuktikan bahwa

Masenja memiliki potensi didalam

dirinya berupa dimensi kekuatan

dan daya tahan jiwa.

4. SC/DP/ TJ/83 “Aku istighfar. Berkali-kali. Dalam hati.

Kukira wajahku menjadi pias dan

badanku gemetar, namun tetap

kusembunyikan agar anak itu tak

melihatku merasa bersalah sehingga ia

besar kepala”.

Masenja bersabar dengan beristighfar. Masenja memiliki potensi didalam

diri berupa dimensi kekuatan dan

daya tahan jiwa dimana dia bisa

bersabar dengan beristghfar

berkali-kali didalam hati.

5. SC/DP/TJ/112 “Agak lama aku bertafakur di musolah

ini. Kau pasti paham, tak ada tempat

paling damai selain rumah Tuhan. Disini

kau cukup mengabarkan kedatanganu,

dan biarkan Ia bekerja, mencabut seluruh

derita yang telah membuat egomu

menjerit-jerit”

Masenja merenung di musolah. Masenja merenung di musolah dan

memasrahkan diri kepada Allah

untuk mencabut segala derita yang

ia hadapi selama mengajar di

daerah perkebunan kelapa sawit di

Bengkulu Utara. Hal yang

dilakukan Masenja ini mengarah

pada potensi dalam dirinya berupa

kekuatan serta tahan jiwanya.

6. SC/DP/TJ/120-121 “Sudah lima hari kami Diklat Prajabatan.

Rutinitas padat dimulai dari salat subuh

berjamaah, olahraga pagi berjalan

Rutinitas Masenja dimulai dengan

melaksanakan salat subuh berjamaah.

Masenja melakukan kegiatan

sholat berjamaah yang membangun

daya jiwa untuk memulai aktivitas.

Page 14: Lampiran 1 SINOPSIS

70

mengelilingi bundaran Fatmawati yang

mulai ramai penerbangannya, apel pagi

dan malam, serta seharian bergulat

dengan materi dari widyaiswara tentang

bela negara, etos kerja, dan berbagai hal

tentang kepegawaian serta keperibadian.

Aku mulai lupa ketegangan-ketegangan

di sekolah”

Selain sholat, ia juga berolahraga

untuk memberikan kekuatan

menjalani hari. Kegiatan yang

dilakukan ini mampu membuatnya

melupakan sejenak permasalahan

yang asa di sekolah.

7. SC/DP/TJ/121 “Ia mengganti batiknya dengan pakaian

tidur. Sementara aku baru saja selesai

salat isya dan melepas mukena”.

Masenja baru selesai melaksanakan

salat isya.

Masenja memiliki potensi didalam

diri berupa dimensi kekuatan dan

daya tahan jiwa dimana Masenja

melakukan ibadah salat isya

dimana itu merupakan kekuatan

yang bersumber didalam jiwa

manusia.

8. SC/DP/TJ/230 “Aku berisitgfar. Tak semestinya

berprasangka atas segala kejadian dan

peristiwa yang kualami. Takdir-Nya telah

terjadi. Segalanya telah Ia siapkan

dengan matang sebelum ini”.

Masenja bersabar dengan cara

beristigfar.

Masenja memiliki potensi didalam

diri berupa dimensi kekuatan dan

daya tahan jiwa dimana dia bisa

bersabar dengan berisitghfar.

9. SC/DP/K/24 “Aku tinggal memikirkan langkah

selanjutnya yang harus kulakukan.

Masalah ini harus kutuntaskan. Dan

segenap murid serta Mam Nina yang

menggelandang Bunga Malasari

menghadapku tentu harus diberitahu,

Masenja bersyukur dalam hati. Masenja memikirkan langkah

selanjutnya menyelesaikan

permasalahan ini. Ia bertencana

memberitahu Mam Nina dan anak-

anak untuk menyelesaikan masalah

Bunga dengan pemikiran tenang.

Page 15: Lampiran 1 SINOPSIS

71

pasti mereka akan mencari tahu.” Hal ini menujukkan bahwa

Masenja cerdas dalam mengambil

keputusan dengan memberitahukan

pemikirannya pada Mam Nina dan

anak-anak agar tidak terjadi

permasalahan dikemudian hari.

10. SC/DP/K/25 “Kau tahu, aku selalu sekolah di

sekolah-sekolah favorit, mendapat

juara, dan menjadi mahasiswa lulusan

terbaik yang membuat bapak dan ibu

menitikkan air mata begitu aku

mendapat piagam penghargaan dan

foto bersama rektor universitas ketika

wisuda”.

Masenja orang yang pintar dalam hal

akademis.

Masenja memiliki kecerdasan

terbukti bahwa ia mampu

bersekolah disekolah-sekolah

favorit, mendapat juara, serta

menjadi mahasiswa lulusan terbaik

dan mendapatkan piagam

penghargaan dari universitas ketika

ia wisuda.

11. SC/DP/K/25 “Dapatkah kau bayangkan, di tengah isu

KKN pada pengangkatan pegawai di

republik ini, saat mustahil rasanya aku

lulus tanpa korupsi, kolusi, juga

nepotisme? Takdir telah berjalan seperti

yang telah ditetapkan-Nya”.

Masenja lulus murni tes pegawai tanpa

Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

(KKN).

Kutipan tersebut menggambarkan

ketidakpercayaan Masenja akan

kecerdasannya yang mampu

melawan KKN dalam

penggangkatan pegawai. Tapi ia

sadar bahwa takdir akan membawa

kebaikan jika dilakukan dengan

baik.

12. SC/DP/K/26 “Gemetar, kuserahkan surat kabar itu

pada kakakku Gadis Utami untuk

membaca ulang. Dan kakakku terpekik

haru, sujud syukur berterima kasih pada

Gadis Utami kakaknya Masenja

bersyukur atas keberhasilan adiknya

Masenja.

Gadis Utami memiliki potensi

didalam dirinya berupa kecerdasan

dengan cara bersyukur (sujud

syukur) berterima kasih kepada

Page 16: Lampiran 1 SINOPSIS

72

Penggenggam Takdir”. Allah atas keberhasilan adiknya

Masenja lulus tes pegawai di

Kabupaten Bengkulu Utara.

13. SC/DP/K/27 “Betapa bahagia wajah ibu yang langsung

mengadakan acara syukuran hari itu

juga, mengundang para tetangga dan

sanak keluarga”.

Ibu Masenja bersyukur atas

keberhasilan Masenja.

Ibunya Masenja memiliki potensi

didalam dirinya berupa kecerdasan

dengan cara bersyukur

(mengadakan acara syukuran)

dengan mengundang tetangga dan

sanak keluarga atas keberhasilan

anaknya Masenja yang telah lulus

murni saat tes pegawai negeri di

Kabupaten Bengkulu Utara.

14. SC/DP/K/98 “Berulangkali aku menarik napas dengan

mata berbinar. Mendengar cerita

bapaknya Iwan, diam-diam aku berucap

syukur. Darah ku tiba-tiba mengalir

keseluruh tubuh, membuat pucat di

wajahku lenyap. Hangat menyergap,

mengusir beku yang menyelimuti

jemariku sedari tadi. Pemikiran bahwa

apa yang ku khawatirkan tentang HAM

sungguh tak terbukti. Ini membuat panas

dingin ditubuhku menguap”.

Masenja bersyukur karna

kekhawatirannya tentang HAM tidak

terbukti.

Masenja memiliki potensi didalam

dirinya berupa kecerdasan dengan

cara bersyukur (berucap syukur)

karna kekhawatirannya tentang

HAM tidak terbukti. Setelah

mendengar cerita dari Bapanya

Iwan, bahwa Bapaknya Iwan telah

menghajar Iwan habis-habisan

setelah mengetahui kelakuan Iwan

yang melakukan tindakan mesum

di sekolah.

15. SC/DP/K/115 “Ah. Terima kasih, Allah. Waktu dua

minggu ikut Diklat di Badiklat Provinsi

kukira sebagai cara-Nya meredakan

Masenja bersyukur dengan mengucap

terima kasih kepada Allah.

Masenja memiliki potensi didalam

dirinya berupa kecerdasan dengan

cara berterima kasih kepada Allah

Page 17: Lampiran 1 SINOPSIS

73

ketegangan-keteganganku”. (Bersyukur) karena telah

memberikan kesempatan untuk

mengikuti diklat selama dua

minggu dan meredakan

ketegangannya terhadap masalah-

masalah yang ada disekolah.

16. SC/DP/K/121 “Saya dengar kamu lulusan terbaik

dikampus. Dan prajabatan kali ini kamu

adalah peserta termuda, entah kenapa,

Ibu Indar mengatakan hal itu ketika kami

berada di kamar kelelahan sepulang dari

apel malam”.

Masenja adalah mahasiswa lulusan

terbaik dikampusnya.

Masenja memiliki potensi didalam

dirinya berupa kecerdasan terbukti

Ia menjadi mahasiswa lulusan

terbaik dikampusnya.

17. SC/DP/K/124 “Dan kadang-kadang dunia kerja tidak

membutuhkan ijazah lulusan terbaik,

Dik. Bukan berarti ijazahmu tidak

berguna bukan! Sebab dengan ijazah itu

kau bisa lulus murni”

Masenja adalah mahasiswa lulusan

terbaik dikamusnya.

Masenja memiliki potensi didalam

dirinya berupa kecerdasan dimana

ia menjadi lulusan terbaik dan

dapat lulus murni saat tes pegawai

negeri.

18. SC/DP/K/127 “Aku bersyukur setelah menyadari

bahwa pikiranku meleset”.

Masenja bersyukur bahwa apa yang ia

pikirkan salah.

Masenja memiliki potensi didalam

dirinya berupa kecerdasan dengan

cara bersyukur bahwa apa yang ia

pikirkan tentang Indar Astuti salah.

19. SC/DP/K/237 “Penerimaan akan takdir telah kumulai di

pagi-pagi setiap kubuka kedua mata dan

hanturkan syukur pada-Nya”.

Masenja bersyukur. Masenja memiliki potensi didalam

dirinya berupa kecerdasan dengan

cara bersyukur karena telah

menerima takdir yang telah Allah

berikan dimulai pagi hari ketika

Page 18: Lampiran 1 SINOPSIS

74

membuka mata.

20. SC/DP/Ss/15

“Mobil berguncang-guncang. Jalanan

dipenuhi bebatuan sebesar kepalan

tangan. Begini seterusnya hingga tiba

di sekolah. Bila mengenakan motor, aku

yakin takkan kuat untuk

mengendalikanya, sebab guncangan amat

berat dan bisa membuat ban sepeda

motor bercericit lari. Akibatnya tentu

akan terjatuh. Dan perjalanan ini harus

ditempuh selama hampir lima kilo.”

Masenja bersabar ketika mobil menuju

sekolah berguncang.

Masenja memiliki potensi didalam

diri berupa dimensi sosial dimana

dia dapat bersabar menjalani

hidupnya sebagai guru yang setiap

harinya harus menempuh

perjalanan hampir lima kilo

menggunakan mobil yang

berguncang-guncang selama

perjalan kesekolah karena jalanan

yang dipenuhi dengan bebatuan

besar.

21. SC/DP/ Ss/28 “Aku mengontrak sebuah rumah kos di

pasar Unit 6, Kecamatan Padang Jaya.

Bersebelahan dengan pemilik rumah

yang bekerja sebagai petani sawit, yang

kebunnya searah dengan sekolahku.

Agak jauh memang dari sekolah tapi

tak mengapa.”

Masenja bersabar walaupun mengontrak

rumah.

Masenja memiliki potensi didalam

diri berupa dimensi sosial dimana

dia dapat bersabar hidup

mengontrak disebuah rumah kos di

pasar unit 6 dan untuk kesekolah

tempatnya mengajar jaraknya juga

agak lumayan jauh.

22. SC/DP Ss/33 “Tak ada surat keluar sekolah untuk

Bunga. Tak ada panggilan orang tua.

Juga tak ada caci maki dan hukuman di

depan seluruh warga sekolah sebagai

shock theraphy, seperti saran beberapa

senior. Bagai kertas putih, tak ada

coretan sama sekali. “Bapak tahu saya

Masenja bersabar saat dihujat Bapak

dan Ibu guru serta beberapa orang tua.

Masenja memiliki potensi didalam

diri berupa dimensi sosial dimana

dia bisa bersabar saat dihujat oleh

Bapak dan Ibu guru, siswa kelas 9

B, serta beberapa orang tua yang

mengetahui bahwa Masenja

membela Bunga (anak yang

Page 19: Lampiran 1 SINOPSIS

75

dihujat oleh bapak dan ibu guru, serta

siswa kelas 9, serta beberapa orang

tua siswa yang tahu kejadian itu,

sebab keputusan saya kemarin?”.

ketahuan mencuri di kelas 9).

23. SC/DP/Ss/55 “Kali ini darahku mendidih hingga

hampir-hampir aku menghardiknya

dengan kasar. Tapi teringat janji pada

diriku sendiri, janji pada seluruh dewan

guru, juga rasa malu yang mesti

kutanggung bila ternyata aku gagal

setelah mati-matian membelanya aku

melunakkan suaraku”.

Masenja bersabar dengan melunakkan

suaranya.

Masenja memiliki potensi didalam

diri berupa dimensi sosial dimana

dia bisa bersabar dengan tidak

menghardrik kasar Bunga yang

telah membuat malu jika Masenja

gagal setelah mati-matian membela

Bunga yang ketahuan mencuri di

kelas 9.

24. SC/DP/ Ss/65 “Guru-guru tak begitu lagi tertarik untuk

turut campur, dan beberapa sempat

mencibir, “kita lihat nanti” atau “kita

lihat saja apa yang akan dilakukannya!”

Tapi aku tak perlu menggubrisnya,

membuat anggapan-anggapan juga

praduga-praduga yang merusak isi

kepalaku”.

Masenja bersabar dengan tak

menggubris omongan guru-guru lain.

Masenja memiliki potensi didalam

diri berupa dimensi sosial dimana

dia bisa bersabar dengan tidak

mempedulikan omongan guru-guru

yang membicarakannya.

25. SC/DP/Ss/84 “Mataku berembun. Namun rasa malu

bila tampak lemah dengan menangis

membuatku menahan-nahan perasaan

sedihku. Aku harus kuat. Sebab disini

aku tak tahu bagaimana rekan-rekan

sejawat menerima kehadiran dan

Masenja bersabar dengan menahan rasa

sedihnya.

Masenja memiliki potensi didalam

diri berupa dimensi sosial dimana

dia bisa bersabar dengan tidak

menunjukan kesedihannya dan dia

harus kuat menghadapi rekan kerja

yang tidak suka dengan kelakuan

Page 20: Lampiran 1 SINOPSIS

76

tindakanku”. Masenja yang membela Bunga

yang telah mencuri di kelas 9.

26. SC/DP/Ss/111 “Aku tak habis pikir, Ibu Yanusa yang

kukira akan membelaku atau bersama-

sama denganku memberi penjelasan pada

kepala sekolah, melimpahkan

kesalahan itu sepenuhnya padaku.

Bahkan ia menyerangku. Disela rintik

air mata yang jatuh di lembah wajah, aku

teringat mam Nina yang terang-terangan

menentangku”.

Masenja bersabar walaupun Ibu Yanusa

melimpahkan kesalahan kepadanya.

Masenja memiliki potensi didalam

diri berupa dimensi sosial dimana

dia bisa bersabar walaupun Ibu

Yanusa menyalahkan Masenja

yang tidak memberikan surat

panggilan resmi kepada orangtua

Tiara Alamanda sehingga orangtua

Tiada Alamanda tidak datang ke

sekolah.

27. SC/DP/ Ss/114 “Aku harus kuat. Segalanya harus

kuhadapi meski seorang diri. Aku akan

menemukan jalan untuk keluar dari

situasi ini. Keteganggan-ketegangan ini,

pasti akan berakhir. Aku menguatkan

hatiku yang sudah tak berbentuk lagi”.

Masenja menguatkan dirinya dalam

menghadapi berbagai masalah.

Masenja memiliki potensi didalam

diri berupa dimensi sosial dimana

dia bisa bersabar setelah

menghadapi berbagai

permasalahan yang menimpanya

selama mengajar di daerah

perkebunan kelapa sawit di

Bengkulu Utara. Dia berpikir apa

yang dijalaninya sekarang akan

berakhir dan berganti dengan

kebahagiaan.

28. SC/DP/ Ss/125 “Aku menghela. Kencang. Dadaku

berderap mendengar kata-katanya.

Seorang Indar Astuti yang baru kukenal

beberapa hari, yang stok senyum teramat

Masenja bersabar walaupun mendengar

ucapan Indar Astuti.

Masenja memiliki potensi didalam

diri berupa dimensi sosial dimana

dia bisa bersabar setelah

mendengar ucapan dari Indar

Page 21: Lampiran 1 SINOPSIS

77

banyak disela bibirnya, mengucapkan

kata-kata yang membuatku bagai

persakitan. Aku lemas. Marah, sedih,

juga malu yang bercampur-campur,

mengobrak-abrik kesadaranku”.

Astuti yang telah mengobrak-abrik

perasaan Masenja.

29. SC/DP/ Ss/148 “Kurasakan mereka masih menampakkan

ekspresi yang sama seperti hari-hari dulu.

Tapi sudahlah masa sebelum

prajabatan kuanggap masa lalu sebab

aku merasa belum cerdas waktu itu.

Masa-masa sebelum prajabatan adalah

masa-masa jahiliyah, dan aku bertekad

hijrah”.

Masenja bersabar meskipun guru-guru

menampakkan ekspresi tidak suka

dengannya.

Masenja memiliki potensi didalam

diri berupa dimensi sosial dimana

dia bisa bersabar meskipun guru-

guru menampakkan ekspresi tidak

suka kepada Masenja karena

merasa tidak dihargai oleh

Masenja.

30. SC/DP/ Ss/160 “Aku tetap tenang. Aku tonggak bagi

anak-anakku. Dan aku telah berjanji

dalam hati sejak demontrasi itu, aku akan

berada di depan, di tegah, sekaligus di

belakang mereka. Terkadang

kegelisahan dan benturan-benturan

membuat seseorang menjadi terbiasa

dan tak gubris. Aku telah kenyang

dengan ketegangan”.

Masenja bersabar dengan segala

kegelisahan dan benturan-benturan yang

membuat dirinya terbiasa.

Masenja memiliki potensi didalam

diri berupa dimensi sosial dimana

dia bisa bersabar dengan segala

permasalahan yang dihadapinya

dan membuat Masenja menjadi

terbiasa.

31. SC/DP/ Ss/161 “Wajahnya kusust. Ia menatapku dengan

tajam, seakan hendak menerkam dan

mencabik-cabik kulit serta dagingku

untuk dilahap. Aku tetap tenang dan

Masenja besabar dengan bersikap

tenang terhadap kemarahan Ibu Trisna.

Masenja memiliki potensi didalam

diri berupa dimensi sosial dimana

dia bisa bersabar dengan bersikap

tenang terhadap kemarahan Ibu

Page 22: Lampiran 1 SINOPSIS

78

menganggap kemarahannya sebagai

kewajaran”.

Trisna yang menganggap Masenja

menjadi dalang Ibu Trisna

didemonstrasi oleh murid-murid.

32. SC/DP/Ss/165 “Jangan turutkan nafsu yang

mengajakmu membenci pula, Sayang.

Semuanya wajar. Guru-guru marah, itu

wajar. Kau sedih pun wajar. Menandakan

bahwa kau adalah makhluk sosial. Kau

membutuhkan orang lain. Tetap sapa,

senyum, dan salam rekan-rekanmu.”

Masenja adalah makhluk sosial yang

memerlukan orang lain.

Masenja harus menahan

kebencian, bagaimana pun ia harus

beradaptasi dengan kondisi dan

siatuasi yang ada di sekolah.

Walaupun ia benci, tapi tak bisa

selamanya. Ia akan memerlukan

orang lain untuk hidupnya kelak.

33. SC/DP/Ss/183 “Dan akhir-akhir ini, pemahamanku

tentang kehidupan serta tentang

kehampaan yang kurasakan membuatku

mulai menyederhanakan jiwaku. Aku

telah belajar menerima segalanya

sebagai siklus yang harus kulewati,

sebagaimana ketegangan-ketegangan

yang bermula di tahun ini—setelah aku

menjadi guru, seorang yang mestinya

memiliki sikap dan keteladanan lebih

dibandingkan profesi lain—yang satu

persatu kulalui”.

Masenja bersabar dengan belajar

menerima segala permasalahan sebagai

siklus yang harus dilewati.

Masenja memiliki potensi didalam

diri berupa dimensi sosial dimana

Ia telah belajar menerima segala

permasalahan yang menimpanya

selama mengajar sebagai siklus

yang memang harus dilewati.

34. SC/DP/Ss/185 “Tapi sudahlah! Seperti yang telah

kukataan, aku telah terbiasa dengan

ketegangan dan gelisah. Tak akan lagi

Masenja bersabar karena telah terbiasa

dengan ketegangan dan gelisah.

Masenja memiliki potensi didalam

diri berupa dimensi sosial dimana

dia bisa bersabar dan merasa telah

Page 23: Lampiran 1 SINOPSIS

79

kubiarkan ia merobek-robek

kesadaranku, jiwa, dan hidupku” .

terbiasa dengan ketegangan dan

gelisah yang menimpanya.

35. SC/DP/Ss/186 “Aku menertawakannya kala itu,

menolaknya agar tak menangis, sebab

tradisi menyatakan bahwa lelaki tak

boleh cengeng. Lelaki tak boleh gentar,

meski perempuan juga mestinya tak

boleh gentar dalam mengarungi hidup.

Sebab kesabaran dan kegigihan dalam

menjalani hidup tak pernah

dibedakan antara lelaki dan

perempuan” .

Masenja memiliki potensi didalam

diri berupa dimensi sosial dimana

dia bisa bersabar karena kegigihan

dalam menjalani hidup tidak

pernah dibedakan antara laki-laki

dan perempuan.

36. SC/DP/Ss/195 “Ah, semua kejadian telah membuatku

getir. Sekolah terlampau nyaman, meski

guru tak respek dan beberapanya

kuhindari agar tak bersitatap atau

bicara dengannya”.

Masenja bersabar dengan cara

menghindari.

Masenja memiliki potensi didalam

diri berupa dimensi sosial dimana

dia bisa bersabar dengan cara

menghindari bersitatap atau bicara

dengan Mam Nina, Ibu Yanusa,

dan Ibu Trisna yang tidak

menyukai Masenja.

37. SC/DP/Ss/195 “Tapi sungguh, aku tak memusuhi

mereka. Kau mestinya lebih paham,

bahwa pertemuan dengan berbagai

manusia adalah proses mendewasakan

hidup. Tetap bersuka cita dengan apa

yang ditampakkan orang lain adalah

tanda kearifan.”

Masenja bersabar dengan tidak

memusuhi guru-guru lain.

Masenja paham bahwa di dunia ini

ia akan menemui berbagai macam

orang. Orang-orang yang datang

itulah yang akan mendewasannya.

Hal ini menunjukkan bahwa dia

harus memiliki jiwa sosial yang

peka terhadap lingkungan sekitar.

Kode :

Page 24: Lampiran 1 SINOPSIS

80

SC : Satuan Cerita

DP : Dimensi Potensial

TJ : Tahan Jiwa

K : Kecerdasan

Ss : Sosial

83 : Nomor Halaman Novel

Page 25: Lampiran 1 SINOPSIS

81

INSTRUMEN PENELITIAN

NILAI-NILAI KESABARAN

DALAM NOVEL AKU MASENJA KARYA RUMASI PASARIBU

(KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA)

DAMPAK KESABARAN

No Kode Data Konteks Interpretasi

1. SC/DK/KD/10 “Ah, tidak apa-apa,” ucapanku

perlahan dengan dada hampir

meledak. Tanganku tiba-tiba dingin dan

tubuhku gemetar . Aku kehilangan kata.

Ku ambil minum dan buru-buru

meludeskannya untuk meredakan

jantungku yang berlompatan”.

Masenja mengontrol dirinya agar tidak

ketahuan bahwa perasaannya senang

mendengar nama Habil Sanjaya.

Masenja digambarkan mengontrol

emosinya dengan minum. Hal ini

dilakukan agar emosinya tidak

meluap kepada sesuatu yang tidak

baik bagi dirinya maupun orang

lain. Apa yang diucapkan tidak

sesuai dengan apa yag dilakukan

oleh Masenja saat emosinya

memuncak.

2. SC/DK/KD/20 “Tujuh bulan yang lalu, tepatnya setelah

tiga bulan aku berada di sekolah yang

teramat tenang ini, aku ditunjuk menjadi

wali kelas. Agak terkejut, namun aku

tak menolak. Kusambut dengan

sumiringah, sambil mengira-ngira apa

saja yang harus kulakukan sebagai ibu

kedua bagi anak-anakku”.

Masenja terkejut saat mengetahui

bahwa dirinya ditunjuk menjadi wali

kelas setelah ia 3 bulan ditugaskan

mengajar di sekolah.

Masenja menerima dengan senang

hati apa yang ada. Mungkin

awalnya sulit, namun ia tetap

optimis dengan tugasnya.

Senyuman itu menanndakan dia

mau mengontrol keterkejutannya

dalam menghadapi situasi.

Page 26: Lampiran 1 SINOPSIS

82

3. SC/DK/KD/33 “Bimbang yang kerap hadir dalam diri

seorang perempuan yang mengedapankan

perasaan. Namun keptusanku untuk

tetap mempertahankan Bunga

Malasari dan membinanya, adalah

logika yang kudapatkan dari bergelut

dengan ilmu dan matematika”.

Masenja bimbang saat memutuskan

untuk membela Bunga yang ketahuan

mencuri dikelas 9 B.

Masenja mengontrol diri dengan

tetap pada keputusannya untuk

membantu Bunga. Apapun

hasilnya nanti, ia akan menerima

konsekuensinya. Ia juga dapat

mengontrol kebimbangan pada

dirinya.

4. SC/DK/KD/40 “Hari ini Tiara Alamanda duduk manis

dihadapanku. Rambutnya tergerai lurus.

Indah, namun terlihat kaku. Kurasa ia

telah meluruskannya. Wajahnya manis

sebenarnya, tapi teralu dini dipoles

membuat keantikannya terlampau dibuat-

buat dan tampak norak untuk anak

seusianya. Keremajaan kulitnya dipaksa

dewasa”.

“Kamu tahu kenapa Ibu panggil?”

“Wajah dihadapanku ini menggeleng

sambil memandangku”

Dandananmu berlebihan untuk anak usia

SMP,” ucapku langsung dan tegas.

Aku terbiasa berkata-kata tanpa basa-

basi.”

Masenja menasehati Tiara Alamanda

yang berdandan berlebihan saat di

sekolah secara langsung dan tegas tanpa

basa-basi.

Masenja dapat mengontrol

ucapannya saat mengatakan bahwa

Tiara terlalu berlebihan dalam

berdandan, mengingat usianya

yang masih remaja. Ia langsung

mengucapkannya dengan tegas

tanpa perlu basa-basi terlebih

dahulu.

5. SC/DK/KD/44 “Saya tahu, Ibu. Saya mengerti. Saya

baru menjadi guru. Dan saya juga baru

Masenja meyakinkan guru-guru untuk

membina Bunga yang ketahuan mencuri

Masenja dapat mengontrol diri

dengan memilih suatu tindakan

Page 27: Lampiran 1 SINOPSIS

83

mengenal lingkungan di sini. Saya masih

butuh bimbingan Bapak dan Ibu. Tapi,

untuk kasus Bunga Malasari, izinkan

saya membinanya”.

di kelas 9 B. yang diyakininya didepan guru-

guru dan meminta bimbingan

untuk membina Bunga siswa yang

ketahuan mencuri di kelas 9 B.

6. SC/DK/KD/53 “Aku mengakui, sebenarnya alasan guru-

guru yang menolak keputusanku, juga

alasan yang disampaikan Bapak Farid tak

mampu kubantah. Sebab semuanya logis

dan tidak salah. Tapi aku, juga

mempunyai alasan yang tepat dan juga

masuk akal meski dari sudut pandang

berbeda”.

Masenja mempunyai alasan untuk

membela Bunga yang ketahuan

mencuri.

Masenja mengontrol diri dengan

mengelola informasi penting atau

tidak penting dalam memilih suatu

tindakan yang diyakininya untuk

membela Bunga karena Masenja

mempunyai alasan yang tepat dan

masuk akal walaupun dari sudut

pandang yang berbeda.

7. SC/DK/KD/55 “Semula ingin kupanggil ia di jam

istirahat, namun ramainya ruang guru

membuatku tak akan leluasa berbicara

dengannya. Maka keputusanku

memanggilnya di saat jam belajar.

Resiko terburuk ias tertinggal sedikit

materi pelajaran, namun baiknya aku

bisa bicara tanpa didengar guru lain”.

Masenja memutuskan memanggil

Bunga saat jam pelajaran agar

pembicaraannya tidak didengar guru-

guru lain.

Masenja mengontrol diri dengan

mengelola informasi penting atau

tidak penting dalam memilih suatu

tindakan yang diyakininya untuk

memanggil Bunga pada saat

belajar agar lebih leluasa berbicara

walaupun keputusannya berakibat

Bunga ketinggalan sedikit materi

pelajaran.

8. SC/DK/KD/57 “Analisisku ia mencuri karena tak punya

uang, maka ia harus dibantu dengan

uang agar tak mencuri lagi”

Masenja menganalisis bahwa Bunga

mencuri karena tidak punya uang dan ia

membantu Bunga dengan uang.

Masenja mengontrol diri dengan

mengelola informasi penting atau

tidak penting dalam memilih suatu

tindakan yang diyakininya bahwa

Page 28: Lampiran 1 SINOPSIS

84

Bunga mencuri karena tidak punya

uang dan Masenja membantu

dengan memberikan uang kepada

Bunga agar ia tidak mencuri lagi.

9. SC/DK/KD/65 “Guru-guru tak begitu lagi tertarik untuk

turut campur, dan beberapa sempat

mencibir, “kita lihat nanti,” atau “kita

lihat saja apa yang akan dilakukannya!”

Tapi aku tak mengubrisnya, membuat

anggapan-angapan juga praduga-

praduga yang merusak isi kepalaku”.

Masenja tidak menghiraukan omongan-

omongan guru-guru agar tidak terjadi

anggapan serta praduga yang merusak

pikiran Masenja.

Masenja mengontrol diri dengan

mengelola informasi penting atau

tidak penting dalam memilih suatu

tindakan yang diyakininya untuk

tidak menghiraukan cibiran guru-

guru saat Masenja menangani

kasus Bunga yang mencuri di kelas

9 B dan membelanya.

10. SC/DK/KD/74 “Tiba-tiba aku teringat pada seragam

putih yang terbungkus kertas koran yang

diserahkan Bunga Malasari tadi pagi. Ah,

aku lupa menyerahkannya pada Farid,

murid kelas 9 B itu. Aku Kembali ke

ruang guru dan mengambilnya. Setelah

itu aku berjalan menuju ruang kelas 9 B,

untuk menyerahkannya pada Farid.

Namun diperjalanan aku ragu . Tak

baik rasanya menyerahkan pakaian itu

didepan teman-teman Farid, sebab ini

sama saja dengan memberitahukan

mereka bahwa Bunga Malasari-lah

pencurinya”

Bunga menyerahkan pakaian yang ia

curi kepada Masenja untuk diberikan

lagi kepada Farid.

Masenja mengontrol diri dengan

mengelola informasi penting atau

tidak penting dalam memilih suatu

tindakan yang diyakininya untuk

tidak menyerahkan pakaian Farid

yang dicuri Bunga didepan teman-

teman Farid agar Bunga tidak

ketahuan mencuri di kelas 9 B.

Page 29: Lampiran 1 SINOPSIS

85

11. SC/DK/KD/86 “Besok bawa orang tua kalian kesini.

Ingat, harus orang tua, tak boleh

diwakilkan.” Ucapku akhirnya.

Kesadaranku untuk berpikir cepat

membuatku segera mengambil

keputusan”.

Masenja berpikir cepat dalam

mengambil keputusan.

Masenja mengontrol diri dengan

mengelola informasi penting atau

tidak penting dalam memilih suatu

tindakan yang diyakininya untuk

mengambil keputusan dengan

memanggil kedua orang tua Tiara

Alamanda dan Iwan agar datang ke

sekolah dan tidak boleh diwakilkan

untuk memberitahukan kelakuan

mesum Tiara dan Iwan di sekolah.

12. SC/DK/Rs/84 “Mataku berembun. Namun rasa malu

bila tampak lemah dengan menangis

membuatku menahan-nahan perasaan

sedihku. Aku harus kuat. Sebab disini

aku tak tahu bagaimana rekan-rekan

sejawat menerima kehadiran dan

tindakkanku”

Masenja menahan perasaan sedih dan

menyakinkan bahwa dirinya kuat.

Masenja dapat bersabar dalam

menghadapi masalah dan bangkit

dari situasi yang sulit (resiliensi)

karena Masenja kuat dan tidak

menunjukan kesedihannya didepan

orang lain.

13. SC/DK/Rs/96 “Aku benar-benar khawatir. Namun

ketegangan-ketegangan yang bertubi

pada akhirnya membuatku pasrah dan

bepikir apa pun yang akan terjadi,

terjadilah. Aku melangkah ke ruang BK,

sambil mengingat doa di waktu sepertiga

malam setelah bermimpi yang semoga

diijabah-Nya”.

Masenja pasrah saat menghadapi

masalah yang bertubi-tubi karena ia

berpikir bahwa apupun yang terjadi

akan tetap terjadi.

Masenja dapat tabah dalam

menghadapi masalah yang bertubi-

tubi karena Masenja sudah pasrah

dan berpikir apapun yang terjadi

maka tetap akan terjadilah.

Page 30: Lampiran 1 SINOPSIS

86

14. SC/DK/Rs/114 “Aku harus kuat, Segalanya akan

kuhadapi meski seorang diri. Aku

akan menemukan jalan keluar dari

situasi ini. Ketegangan-ketegangan ini

pasti akan berakhir. Aku menguatkan

hatiku yang sudah tak berbentuk lagi”

Masenja menghadapi segala

permasalahan seorang diri dan

menyakini bahwa semuanya akan

berakhir.

Masenja dapat tabah dalam

menghadapi masalah dengan

menguatkan hatinya dalam

menghadapi segala masalah dan

mencoba mencari jalan keluar dari

masalah yang ada.

15. SC/DK/Rs/161 “Wajahnya kusut. Ia menatapku dengan

tajam, seakan hendak menerkam dan

mencabik-cabik kulit serta dagingku

untuk dilahap. Aku tetap tenang dan

menganggap kemarahannya sebagai

kewajaran”.

Masenja tetap tenang dan menganggap

kemarahan Ibu Trisna adalah sebuah

kewajaran.

Masenja dapat tabah dalam

menghadapi masalah dan bangkit

dari situasi yang sulit (resiliensi)

karena Masenja menganggap

marahnya Ibu Trisna adalah suatu

kewajaran.

Kode :

SC : Satuan Cerita

DK : Dampak Kesabaran

KD : Kontrol Diri

Rs : Resiliensi

10 : Nomor Halaman Novel