sinopsis

2
RELASI ANTARA FUNGSI, BENTUK, DAN MAKNA ARSITEKTUR Kasus Studi : Gedung DPRD Provinsi Jawa Barat 1.1 Latar Belakang Sejak awal diciptakan, manusia selalu mencari cara untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Hal ini kemudian melahirkan ide atau gagasan bersifat abstrak yang kemudian disebut dengan istilah kebudayaan. Gagasan ini kemudian dinyatakan dalam bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, serta arsitektur. Arsitektur pada awalnya lahir untuk memenuhi kebutuhan manusia akan tempat berlindung dari cuaca, panas matahari, maupun hujan. Ketika kebutuhan utama telah terpenuhi, arsitektur kemudian menjadi media untuk mengek spresikan dirinya lewat ikon tradisional. Dari pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa antara kebudayaan manusia dan arsitektur tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Seiring dengan  berjalannya waktu, perkem bangan yang terjadi dalam kebudayaa n manusia juga berpengaruh terhadap ilmu arsitektur. Dewasa ini, globalisasi merupakan salah satu fenomena yang tidak dapat dihindari. Fenomena ini dapat membawa dampak positif, seperti kemajuan dalam hal teknologi maupun  pembang unan. Sayangnya, kemudahan memperole h informasi lewat internet saat ini cenderung membua t para arsitek Indonesia cenderung meniru arsitektur yang ada di negara lain. Masalahnya,  bentuk arsitektur tersebut begitu saja ditiru tanpa memperhatikan iklim maupun budaya tempat  bangunan tersebut berdiri. Pada akhirnya, sulit diidentifikasi apakah bangunan ini berada di Indonesia yang beriklim tropis atau justru bangunan yang berada di negara yang beriklim subtropis. Apalagi jika menilai lebih jauh bagaimana kinerja kenyamanan fungsi bangunan tersebut ketika berhadapan dengan iklimnya. Demikian pula halnya tentang bagaimana suatu ikon tradisi dapat terpancar kuat dari tampilan bangunan tersebut.  Kencenderungan meniru arsitektur luar, dapat disebabkan karena langkanya publikasi  penelitian yang mengulas secara mendalam bagaimana kinerja bangunan-banguna n yang mengikuti trend tadi dalam jangka waktu yang panjang. Yang banyak dan mudah didapat justru  publikasi yang mengajak untuk merancang mengikuti trend bangunan as ing. Sering ka li bangunan yang dianggap baik, entah karena dianugerahi awards, menjadi pemenang sayembara, atau masuk majalah arsitektur dan menuai pujian, kemudian dijadikan acuan oleh masyarakat. Padahal belum tentu bangunan tersebut dapat berfungsi dengan baik. Terlepas dari konsep dan bentuk yang unik, suatu bangunan harus dapat memenuhi kewajibannya sebagai wadah dari suatu aktivitas. Dengan kata lain, suatu bangunan tidak dapat dilepaskan dari aspek fungsi. Bentuk bangunan, apapun itu, harus sesuai dengan fungsinya. Hal ini tidak berarti bentuk bangunan merupakan hasil dari fungsi, akan tetapi lebih menuju pada  pemaham an bahwa karya arsitektur adalah sebuah karya yang digunakan terus-menerus untuk aktivitas manusia, sehingga fungsi sebuah bangunan itu harus dapat diakomodasi oleh bentuknya.

Upload: dahgataulagilah

Post on 09-Oct-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dd

TRANSCRIPT

  • RELASI ANTARA FUNGSI, BENTUK, DAN MAKNA ARSITEKTUR

    Kasus Studi : Gedung DPRD Provinsi Jawa Barat

    1.1 Latar Belakang

    Sejak awal diciptakan, manusia selalu mencari cara untuk memenuhi kebutuhan dan

    keinginannya. Hal ini kemudian melahirkan ide atau gagasan bersifat abstrak yang kemudian

    disebut dengan istilah kebudayaan. Gagasan ini kemudian dinyatakan dalam bahasa, peralatan

    hidup, organisasi sosial, religi, seni, serta arsitektur. Arsitektur pada awalnya lahir untuk

    memenuhi kebutuhan manusia akan tempat berlindung dari cuaca, panas matahari, maupun hujan.

    Ketika kebutuhan utama telah terpenuhi, arsitektur kemudian menjadi media untuk

    mengekspresikan dirinya lewat ikon tradisional. Dari pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa

    antara kebudayaan manusia dan arsitektur tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Seiring dengan

    berjalannya waktu, perkembangan yang terjadi dalam kebudayaan manusia juga berpengaruh

    terhadap ilmu arsitektur.

    Dewasa ini, globalisasi merupakan salah satu fenomena yang tidak dapat dihindari.

    Fenomena ini dapat membawa dampak positif, seperti kemajuan dalam hal teknologi maupun

    pembangunan. Sayangnya, kemudahan memperoleh informasi lewat internet saat ini cenderung

    membuat para arsitek Indonesia cenderung meniru arsitektur yang ada di negara lain. Masalahnya,

    bentuk arsitektur tersebut begitu saja ditiru tanpa memperhatikan iklim maupun budaya tempat

    bangunan tersebut berdiri. Pada akhirnya, sulit diidentifikasi apakah bangunan ini berada di

    Indonesia yang beriklim tropis atau justru bangunan yang berada di negara yang beriklim

    subtropis. Apalagi jika menilai lebih jauh bagaimana kinerja kenyamanan fungsi bangunan

    tersebut ketika berhadapan dengan iklimnya. Demikian pula halnya tentang bagaimana suatu ikon

    tradisi dapat terpancar kuat dari tampilan bangunan tersebut.

    Kencenderungan meniru arsitektur luar, dapat disebabkan karena langkanya publikasi

    penelitian yang mengulas secara mendalam bagaimana kinerja bangunan-bangunan yang

    mengikuti trend tadi dalam jangka waktu yang panjang. Yang banyak dan mudah didapat justru

    publikasi yang mengajak untuk merancang mengikuti trend bangunan asing. Sering kali bangunan

    yang dianggap baik, entah karena dianugerahi awards, menjadi pemenang sayembara, atau masuk

    majalah arsitektur dan menuai pujian, kemudian dijadikan acuan oleh masyarakat. Padahal belum

    tentu bangunan tersebut dapat berfungsi dengan baik.

    Terlepas dari konsep dan bentuk yang unik, suatu bangunan harus dapat memenuhi

    kewajibannya sebagai wadah dari suatu aktivitas. Dengan kata lain, suatu bangunan tidak dapat

    dilepaskan dari aspek fungsi. Bentuk bangunan, apapun itu, harus sesuai dengan fungsinya. Hal

    ini tidak berarti bentuk bangunan merupakan hasil dari fungsi, akan tetapi lebih menuju pada

    pemahaman bahwa karya arsitektur adalah sebuah karya yang digunakan terus-menerus untuk

    aktivitas manusia, sehingga fungsi sebuah bangunan itu harus dapat diakomodasi oleh bentuknya.

  • Terkait dengan fungsi bangunan, gedung pemerintahan yang sifatnya publik serta

    merupakan representasi dari suatu daerah akan menjadi ikon bagi lingkungan tersebut, sehingga

    ekspresi yang ditampilkan oleh bangunan ini menjadi penting. Salah satu contoh bangunan

    dengan fungsi pemerintahan adalah Gedung DPRD, yang sangat erat kaitannya dengan hirarki

    dan simbolisasi. Oleh karena itu ekspresi arsitektur yang ditampilkan oleh bangunan ini juga

    menjadi penting karena tampilan bentuknya tentu harus dapat dengan jelas mewakili fungsinya

    sebagai gedung pemerintahan.

    Sebagai bangunan publik yang memiliki fungsi penting, pada perkembangannya sebuah

    Gedung DPRD akan menjadi perhatian masyarakat luas dan bukan tidak mungkin, akan dijadikan

    acuan bagi bangunan sejenis lainnya di kemudian hari. Terkait dengan hal tersebut, maka

    dianggap perlu adanya studi secara empirik dan akademik mengenai arsitektur Gedung DPRD

    agar bangunan ini dapat dinilai secara objektif, bukan saja berdasarkan opini mayoritas.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap relasi yang terjalin antara fungsi, bentuk, dan

    makna pada bangunan dengan fungsi pemerintahan, yaitu Gedung DPRD Jawa Barat. Berdasar

    tujuan tersebut jika ternyata tampilan bangunan sesuai dengan fungsi serta ekspresi yang

    ditampilkan sesuai dengan konteks lokal budayanya, maka bangunan tersebut dapat dijadikan

    acuan dalam merancang bangunan sejenis. Sebaliknya jika tingkat kesesuaian rendah, hasil pen

    elitian akan tetap dapat menjadi gambaran ketidak sesuaian yang terjadi. Dengan demikian, hasil

    penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif pilihan yang dapat digunakan dalam merancang

    bangunan.

    1.2 Kasus Studi

    Penelitian ini akan berfokus pada kasus studi yaitu Gedung

    Pemerintahan DPRD Provinsi Jawa Barat. Bangunan ini baru mulai

    digunakan pada pertengahan bulan Agustus 2013 saat bertugasnya

    pemerintahan daerah periode baru 2013 - 2018. Pembangunan

    gedung baru ini bertujuan untuk menciptakan sarana baru yang

    mewadahi aktivitas dan fungsi pemerintahan secara khusus anggota

    DPRD yang berlokasi dekat dengan gedung DPRD lama.

    Kriteria pemilihan kasus studi :

    1. Kelayakan bangunan untuk dianalisis. Bangunan ini merupakan

    juara pertama sayembara yang diselenggarakan oleh Sekretariat

    Dewan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.

    2. Bangunan mempunyai nilai simbolik yang signifikan. Gedung

    ini merupakan representasi formal dari suatu daerah spesifik,

    yakni Jawa Barat.