sindroma metabolik
DESCRIPTION
okTRANSCRIPT
Obesitas dan Pengaruhnya pada Sindroma Metabolik
Nur Adibah binti Zukelfali (102012488)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna, No. 6, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Indonesia.
Abstrak
Kajian ini dijalankan untuk membahaskan secara menyeluruh mengenai sindroma
metabolik. Signifikannya tinjauan pustaka ini dilakukan untuk mengkaji dan memahami dasar
terjadinya obesitas dan menentukan kriteria dari sindroma metabolik. Terdapat juga perbahasan
mengenai anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, gejala klinis, etiologi,
epidemiologi, patofisiologi, prognosis, diagnosis banding, pengobatan, penatalaksanaan dan
pencegahan yang terkait bagi obesitas. Metode yang digunakan dalam penghasilan tinjauan
pustaka ini adalah dengan melakukan penelitian terhadap buku-buku dan jurnal-jurnal.
Kata kunci: sindroma metabolik, obesitas, patofisiologi, pengobatan
Abstract
The study was conducted in order to debate the whole spectrum of metabolic syndrome.
Significant of this literature review is to study and understand the basic of obesity and to
determine the criteria of metabolic syndrome. There is also debate about the anamnesis, physical
examination, clinical symptom, etiology, epidemiology, pathophysiology, prognosis, differential
diagnosis, treatment, medication and prevention of obesity. Method used in the production of this
literature review is to conduct research on books and journals.
Keywords: metabolic syndrome, obesity, pathophysiology, treatment
1
Pendahuluan
Sindroma metabolik merupakan hasil dari berbagai faktor resiko yang terjadi dari
resistensi insulin dan deposisi lemak yang abnormal dalam tubuh. Penyakit ini merupakan faktor
resiko kepada penyakit jantung koroner, diabetes, perlemakan hati dan beberapa tipe kanker.
Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI) dan American Heart
Association (AHA), pasien dapat didiagnosa menderita sindroma metabolik bila memiliki 3 dari
5 kriteria. Anatara kriterianya adalah gula darah puasa ≥ 100 mg/dL, tekanan darah ≥ 130/85 mm
Hg, trigliserida ≥ 150 mg/dL, HDL-C < 40 mg/dL pada laki- laki atau < 50 mg/dL pada
perempuan dan lingkar pinggang ≥ 102 cm pada laki- laki atau ≥ 88 cm pada perempuan. Jika
pada orang Asia, ≥ 90 cm pada laki- laki atau ≥ 80 cm pada perempuan. Kriteria International
Diabetes Federation (IDF) membenarkan penggunaan Indeks Massa Tubuh (IMT) > 30 kg/m2.
Data yang terkumpul menunjukkan pasien dengan kriteria- kriteria di atas memiliki
resiko yang lebih tinggi untuk menderita diabetes mellitus dan penyakit jantung coroner. Data
dari 37 studi yang melibatkan 170, 000 pasien memperlihatkan sindroma metabolik
meningkatkan resiko penyakit jantung koroner sebanyak 2 kali lipat. Selain itu, penyakit ini juga
meningkatkan resiko strok, penyakit perlemakan hati dan kanker.
Skenario
Seorang laki- laki berusia 45 tahun bekerja sebagai guru datang ke Klinik Obesitas untuk
menurunkan berat badannya yang dirasakan sangat mengganggu aktivitas dan penampilan
sehari- hari. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil tekanan darah 130/80 mm Hg, tinggi badan
150 cm, berat badan 80 kg, Lpe 95 cm Lpa 105 cm. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
Hb 12 g%, GD puasa 100 mg/dL, Trigliserid 180 mg/dL, HDL 30 mg/dL, LDL 100 mg/dL.
Hipotesis
Laki- laki berusia 45 tahun bekerja sebagai guru dating ke Klinik Obesitas untuk
menurunkan berat badannya yang dirasakan sangat mengganggu aktivitas dan penampilan
sehari- hari diduga menderita sindroma metabolik.
2
Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu tindakan untuk mengenalpasti keluhan utama pasien
disamping beberapa keluhan samping. Anamnesis yang benar dapat membantu dokter untuk
menegakkan diagnosis yang tepat. Pada kasus ini, anamnesis dapat dilakukan secara
autoanamnesis. Autoanamnesis merupakan anamnesis yang dilakukan dengan menanyakan
kepada pasien secara langsung. Bagi kasus ini, beberapa hal perlu diperhatikan saat anamnesis.
Identitas pasien
Nama, alamat dan usia
Pendidikan dan pekerjaan
Agama dan suku bangsa
Keluhan utama
Seorang laki- laki berusia 45 tahun ingin menurunkan berat badannya yang dirasakan
sangat mengganggu aktivitas dan penampilan sehari- hari.
Keluhan tambahan
Apakah ada keluhan lain selain ingin menurunkan berat badan
Riwayat penyakit sekarang
Berat badannya meningkat sejak kapan
Berat badan meningkat secara perlahan-lahan atau secara drastis
Berapa pertambahan berat badan dalam sebulan
Riwayat penyakit dahulu
Apakah pernah mengalami masalah berat badan sejak kecil
Apakah pernah mengalami keluhan seperti ini sebelum ini
Apakah mempunyai riwayat hipertensi, diabetes dan obesitas
Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada orang tua yang obesitas
Apakah ada keluarga yang obesitas
Riwayat pengobatan
Apakah pernah berobat ke dokter
Apakah pernah atau sedang menggunakan obat- obatan untuk obesitas atau penyakit
lain
3
Riwayat sosial
Bagaimana pola makan setiap hari
Bagaimana aktivitas fisik sehari- hari
Apakah sering stress
Apakah merokok dan minum minuman beralkohol
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : -
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/90 mm Hg prehipertensi (JNC 8)
Tabel 1: Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 8
Sumber: Management of Hypertension, American College of Physicians1
Tinggi Badan : 150 cm
Berat Badan : 80 kg
IMT : 80 ÷ (1.5)2 35,5
Lingkar Perut : 95 cm
Lingkar Panggul : 105 cm
Waist to Hip Ratio : 0,9
Status Gizi : Obesitas kelas 2
4
Tabel 2: Klasifikasi Obesitas Menurut IMT dan Lingkar Perut
Sumber: http://www.medscape.com/viewarticle/452831_2
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap/ Complete blood counts (CBC)
Hemoglobin, SGOT, SGPT, gula darah puasa (GDP), HbA1C, kadar kolesterol,
trigliserid, HDL, ureum, kreatinin dan asam urat.
Tabel 3: Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Dasar Masalah Cutpoints Sindroma
Metabolik
GDP: 100 mg/dL GDP: ≥ 100 mg/dL
Trigliserid: 180 mg/dL
Kolesterol HDL: 30 mg/dL
Trigliserida: ≥ 150 mg/dL
Kolesterol HDL: < 40
mg/dL
5
Radiologi
Pemeriksaan radiologi tidak secara rutin diindikasikan pada diagnosis sindroma
metabolik. Walau bagaimanapun, pemeriksaan ini boleh dilakukan pada pasien yang mempunyai
gejala klinis yang terjadi akibat dari komplikasi dari sindroma metabolik seperti penyakit
kardiovaskular. Jika pasien mengeluh nyeri dada atau dyspnea boleh dilakukan pemeriksaan
tambahan berupa elektrokardiografi (EKG), ultrasonografi (USG) dan pemeriksaan radiologi
yang lain.
Working Diagnosis
Sindroma Metabolik
Kriteria diagnostik yang digunakan untuk menegakkan diagnosa:
Tabel 4: Kriteria Sindroma Metabolik
Sumber: Controversies Surrounding the Metabolic Syndrome, Bristol-Myers Squibb Company2
Menurut American Heart Association (AHA)/ National Heart, Lung and Blood Institute
(NHLBI), pasien harus memenuhi minimal 3 dari kriteria di atas untuk didiagnosa menderita
sindroma metabolik. Pasien laki- laki pada skenario ini sudah memiliki kesemua kriteria di atas,
maka pasien dikatakan menderita sindroma metabolik.
6
Differential Diagnosis
Sindroma Cushing
Sindroma Cushing merupakan sindroma yang disebabkan oleh pemaparan yang
berpanjangan terhadap glukokortikoid endogen dan eksogen yang meningkat. Pasien dengan
sindroma Cushing dapat dikenali dengan gejala hiperkortisolisme seperti obesitas sentral, moon
face, buffalo hump, akne dan striae jingga. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosa
penyakit ini adalah melakukan pemeriksaan laboratorium di mana kortisol serum (sampel pagi
dan tengah malam) meningkat, kortisol urin meningkat dan kortisol saliva lewat malam
meningkat.
Hiperplasia Adrenal Kongenital
Hiperplasia adrenal kongenital merupakan sekelompok kelainan autosomal resesif yang
mengcakup defisiensi enzim pada pembentukan kortisol, aldosteron atau kedua- duanya. Pasien
dengan kelainan ini datang dengan keluhan obesitas, resistensi insulin, hipertensi dan gejala
hipergonadisme (ambigus genitalia pada perempuan dan pubertas prekok pada laki- laki). Jika
tidak dirawat, kelainan ini dapat memburuk menjadi krisis adrenal yang mengancam jiwa seperti
muntah, diare dan shock. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosa kelainan ini adalah
dengan memeriksa tingkat 17-hydroxyprogesteron di mana hasinya akan menunjukkan
peningkatan.3
Epidemiologi
Prevalensi sindroma metabolik semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya kasus
obesitas. Di Amerika Syarikat, pada 2/3 populasi pasien obesitas, didapatkan ¼ daripadanya
memiliki kriteria diagnostik dari sidroma metabolik.4 Sindroma metabolik adalah kasus yang
terjadi di seluruh dunia dan menjadi perhatian global. Diperkirakan ¼ populasi orang Eropah
dewasa menderita sindroma metabolik. Prevalensi sindroma metabolik di Asia Timur termasuk
China, Jepun dan Korea bervariasi dari 8-13% pada laki- laki dan dari 2-18% pada perempuan,
tergantung dari populasi.5
7
Selain itu, prevalensi sindroma meabolik pada laki- laki (24%) kurang lebih sama pada
perempuan (23%). Walau bagaimanapun, beberapa hal unik yang harus diperkirakan pada
perempuan yang menderita sindroma metabolik seperti kehamilan, penggunaan kontrasepsi oral
dan memiliki sindroma ovari polikistik.6 Sindroma ovari polikistik memiliki ciri- ciri yang sama
seperti halnya resistensi insulin, maka sindroma ini berkongsi komplikasi yang sama juga.7
Prevalensi sindroma metabolik meningkat dengan bertambahnya usia, dengan kurang lebih 40%
pada pasien berusia 60 tahun ke atas memenuhi kriteria diagnostik sindroma metabolik.
Etiologi dan Faktor Resiko
Faktor resiko sindroma metabolik adalah faktor genetik, pola diet yang buruk dan
aktivitas fisik yang kurang. Sindroma metabolik dikatakan adalah akibat dari disfungsi jaringan
lemak dan resistensi insulin Disfungsi jaringan lemak memainkan peran yang penting dalam
pathogenesis resistensi insulin terkait obesitas. Resistensi insulin merupakan mediator utama
pada sindroma metabolik.8 Insulin mempromosi pengambilan glukosa dalam otot, lemak dan sel
hati dan boleh mempengaruhi lipolysis dan produksi glukosa oleh hepatosit.
Karakteristik psikologi termasuk marah, depresi dan sebagainya mungkin terkait dengan
resiko terjadinya sindroma metabolik.9 Walaubagaimanapun, penyakit psikologi terutama
anxietas mungkin merupakan komplikasi dari sindroma metabolik.10
Patofisiologi
Kerusakan organ target terjadi melalui berbagai mekanisme pada sindroma metabolik.
Pasien dengan sindroma metabolik dapat mengalami konsekuensi klinis yang buruk. Misalnya,
hipertensi pada sindroma metabolik dapat mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri dan gagal
ginjal.11 Walau bagaimanapun, resiko kumulatif dari sindroma metabolik telah mengakibatkan
disfungsi mikrovaskuler, di mana akan lebih memperhebat resistensi insulin dan mencetuskan
hipertensi.
Sindroma metabolik dapat mengakibatkan terjadinya penyakit jantung vaskuler melalui
beberapa mekanisme. Hal ini dapat meningkatkan trombogenetik dari sirkulasi darah dengan
meningkatkan aktivator plasminogen tipe 1 dan tingkat adipokin serta menyebabkan disfungsi
8
endothelial. Sindroma metabolik juga mungkin dapat meningkatkan resiko kardiovaskuler
dengan cara meningkatkan kekakuan pada pembuluh darah arteri.12
Gambar 1: Patofisiologi Sindroma Metabolik
Sumber: http://www.medscape.org/viewarticle/441282
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan fisik pada pasien sindroma metabolik adalah sangat penting karena hasil
dari pemeriksaan yaitu peningkatan tekanan darah dan obesitas adalah 2 dari 5 kriteria sindroma
metabolik. Pengukuran dan dokumentasi dari lingkar perut adalah rutin yang penting pada
skrining sindroma metabolik.
Pemeriksaan fisik juga dapat memperlihatkan kriteria- kriteria yang lain. Misalnya,
pasien dengan resistensi insulin dan hiperglikemia atau dengan diabetes mellitus mungkin
akantosis nigricans, hirsutisme, neuropati perifer dan retinopati. Kemunculan bruit arteri
diramalkan dapat meningkatkan resiko terjadinya komplikasi kardiovaskuler. Manifestasi klinis
9
dari sindroma metabolik adalah hipertensi, hiperglikemia, hipertrigliseridemia, penurunan
kolesterol HDL, obesitas sentral (obesitas abdominal), nyeri dada dan kesukaran bernapas.13
Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
Langkah awal dalam penanganan sindroma metabolik adalah modifikasi gaya hidup,
termasuklah mengatur diet dan aktivitas fisik sehari- hari. Malah terdapat bukti menunjukkan
bahawa diet, aktivitas fisik dan penggunaan farmakologi dapat mencegah sindroma metabolik
berlanjut menjadi dibetes mellitus.
Pada pasien sindroma metabolik, obestitas sentral yang dialami perlu dirawat. Penangan
obesitas sentral antara lain adalah diet rendah kalori dengan menurunkan asupan makanan
sebanyak 500- 1000 kcal/ hari. Diet tersebut haruslah mengandung komposisi karbohidrat
sebanyak 65% karbohidrat, 15% protein dan 20% lemak.
Aktivitas fisik dikatakan merupakan intervensi yang penting14 dan rekomendasi terkini
untuk pasien sindroma metabolik adalah dengan melakukan aktivitas fisik yang regular minimal
30 menit secara terus- menerus 5 kali seminggu (lebih ideal 7 kali seminggu). Studi dari
Batemen et al mengatakan bahwa latihan aerobik adalah aktivitas fisik yang paling efektif untuk
meningkatkan kesihatan kardiovaskuler.15 Latihan fisik (aerobik) terbagi kepada 3 kelompok.
Kelompok pertama adalah jalan kaki, jogging, lari dan berspeda. Kelompok kedua adalah senam
aerobik danrenang manakala kelompok ketiga adalah main bola basket, voli dan tenis lapangan.
Medikamentosa
1. Obat Anti-Obesitas
Antara obat terbaru anti-obesitas adalah orlistat. Orlistat menghalang sekresi lipase di jejunum
dan usus kecil yang akhirnya akan menghalang proses pemecahan dan absorpsi dari trigliserid.
Mekanisme ini dapat mengurangi pengambilan energi, seterusnya dapat mengurangi berat badan.
Walau bagaimanapun, orlistat dapat menimbulkan efek samping seperti feses menjadi lunak,
nyeri abdomen dan kolik, inkontinensia alvi dan mengganggu absorpsi vitamin larut lemak.
10
2. Terapi Hiperglikemi
Terapi farmakologi untuk hiperglikemi pada pasien sindroma metabolik biasanya bermula
dengan insulin sensitizing agent seperti metformin. Sebagian literatur mengatakan bahwa
metformin boleh menghalang patofisiologi sindroma metabolik dari terjadi. Hal ini termasuklah
bila dilakukan dengan perubahan gaya hidup.
3. Terapi preventif kardiovaskuler
Terapi aspirin dapat membantu dalam prevensi awal dari penyakit kardiovaskuler yang
diakibatkan oleh sindroma metabolik. Aspirin merupakan inhibitor yang kuat yaitu menginhibisi
aggregasi platelet dengan menginhibisi siklooksigenase. Hal ini kemudiannya dapat menginhibisi
konversi dari asam arachnoid menjadi prostaglandin 12 dan tromboksan. Aspirin yang digunakan
dalam dosis yang rendah dapat menginhibisi aggregasi platelet dan memperbaiki kompliasi dari
thrombosis. Aspirin juga dapat mengurangi resiko terjadinya strok.
Komplikasi
Komplikasi sindroma metabolik adalah sangat luas dan bervariasi. Sindroma metabolik
dihubungkan dengan komplikasi kardiovaskuler seperti penyakit jantung vaskuler, fibrilasi
atrium, gagal jantung, stenosis aorta dan strok iskemi. Data menunjukkan terdapat korelasi antara
sindroma metabolik dengan resiko terjadinya strok. Sindroma metabolik juga dapat dihubungkan
dengan neuropati akibat mekanisme hiperglikemik. Selain itu, kanker payudara dihubungkan
dengan sindroma metabolik, kemungkinan dikarenakan oleh disregulasi dari siklus plasminogen
activator inhibitor (PAI-1).16 Studi yang lain pula menghubungkan sindroma metabolik dengan
kanker kolon, kanker kantung empedu dan kanker ginjal.
11
Gambar 2: Komplikasi Sindroma Metabolik
Sumber: http://www.askdrray.com/kidney-disease-another-complication-of-metabolic-syndrome/
Pencegahan
In 2010, American Heart Association Stroke Association (AHA-ASA) merevisi panduan
untuk pencegahan utama pada penyakit strok. Untuk mencegah terjadinya hipertensi, dilakukan
skrining regular untuk tekanan darah, modifikasi gaya hidup dan terapi farmakologi. Resiko
terjadinya strok dan penyakit kardiovaskuler akan menjadi lebih rendah bila tekanan darah
<140/90 mm Hg. Pada pasien hipertensi, menurut panduan JNC-8 2014 targetnya menjadi
150/90 mm Hg pada pasien berusia 60 tahun ke atas dan 140/90 untuk populasi lain.
Selain itu, diet rendah sodium dan tinggi potassium direkomendasikan untuk menurunkan
tekanan darah. Memperbanyak konsumsi buah- buahan dan sayuran dapat membantu
mengurangkan tekanan darah dan mungkin dapat mengurangkan resiko terkena strok. Selain itu,
melakukan aktivitas fisik selama 30 menit sehari dapat juga mengurangkan resiko terkena strok.
12
Prognosis
Prognosis jangka panjang pada pasien yang menderita sindroma metabolik adalah baik
jika sindromnya dirawat. Karena sindroma metabolik ini merupakan kombinasi dari berbagai
prnyakit, melakukan perubahan gaya hidup yang baik dapat mencegah terjadinya penyakit
jantung, strok dan diabetes.17
Kesimpulan
Laki- laki berusia 45 tahun bekerja sebagai guru datang ke Klinik Obesitas untuk
menurunkan berat badannya yang dirasakan sangat mengganggu aktivitas dan penampilan
sehari- hari menderita sindroma metabolik. Hipotesis diterima.
13
Daftar Pustaka
14
1 Culpepper RM. Management of Hypertension. Alabama: American College of Physicians;
2014. Hal. 8
2 Haffner S. Controversies Surrounding the Metabolic Syndrome. United Kingdom: Bristol-
Myers Squibb Company; 2014.
3 Metabolic syndrome. Diunduh dari
http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/212/diagnosis/differential.html pada
15 September 2015
4 Grundy SM. Metabolic syndrome pandemic. Arterioscler thromb Vasx Biol. Apr 2011; Hal.
28
5 Nestel P, Lyu R, Low LP, et al. Metabolic syndrome: recent prevalence in East and
Southern Asian populations. Asia Pac J Clin Nutr. 2010; Hal. 362-7
6 Bentley-Lewis R, Koruda K, Seely EW. The metabolic syndrome in women. Nat Clin Pract
Endocrinol Metab. Oct 2010; Hal. 696-704
7 Essah PA, Wickham EP, Nestler JE. The metabolic syndrome in polycystic ovary syndrome.
Clin Obstet Gynecol. Mar 2010; Hal. 205-25
8 Lann D, LeRoith D. Insulin resistance as the underlying cause for the metabolic syndrome.
Med Clin North Am. Nov 2010; Hal. 1063-77
9 Goldbacher EM, Matthers KA. Are psychological characteristics related to risk of metabolic
syndrome? A review of the literature. Ann Behav Med. Nov-Dec 2010; Hal. 240-52
10 Sardinha A, Nardi AE. The role of Anxiety in Metabolic Syndrome. Medscape. Available at
http://www.medscape.com/viewarticle/755474_4. Accessed September 14, 2015.
11 Cuspidi C, Sala C, Zanchetti A. Metabolic syndrome and target organ damage: role of blood
pressure. J Clin Endocrinol Metab. Jun 2010; Hal. 731-43
12 Stehouwer CD, Henry RM, Ferreira I. Arterial stiffness in diabetes and the metabolic
syndrome: a pathway to cardiovascular disease. Diabetologia. Apr 2011; Hal. 527-39
13 Metabolic Syndrome: Symptoms, Causes and Prevention. Diunduh dari http://www.med-
health.net/Metabolic-Syndrome.html pada 14 September 2015
14 Roberts CK, Hevener AL, Barnard RJ. Metabolic syndrome and insulin resistance:
underlying causes and modification by exercise training. Compr Physiol. Jan 2013; Hal. 1-
58
15 Bateman LA, Slentz CA, Willis LH, et al. Comparison of Aerobic Versus Resistance
Exercise Training Effects on Metabolic Syndrome (from the Studies of a Targeted Risk
Reduction Intervention through Defined Exercise-STRRIDE-AT/RT). Am J Cardiol. Sep
2011; Hal. 838-44
16 Beaulieu LM, Whitley BR, Wiesner TF, et al. Breast cancer and metabolic syndrome linked
through the plasminogen activator inhibitor-1 cycle. Bioessays. Oct 2010; Hal.1029-38
17 What is the long term for metabolic syndrome? Diunduh dari
http://www.liversupport.com/metabolic-syndrome/what-is-the-long-term-prognosis-for-
metabolic-syndrome/ pada 15 September 2015