sindroma metabolik

20
Obesitas dan Pengaruhnya pada Sindroma Metabolik Nur Adibah binti Zukelfali (102012488) Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna, No. 6, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Indonesia. [email protected] Abstrak Kajian ini dijalankan untuk membahaskan secara menyeluruh mengenai sindroma metabolik. Signifikannya tinjauan pustaka ini dilakukan untuk mengkaji dan memahami dasar terjadinya obesitas dan menentukan kriteria dari sindroma metabolik. Terdapat juga perbahasan mengenai anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, gejala klinis, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, prognosis, diagnosis banding, pengobatan, penatalaksanaan dan pencegahan yang terkait bagi obesitas. Metode yang digunakan dalam penghasilan tinjauan pustaka ini adalah dengan melakukan penelitian terhadap buku-buku dan jurnal-jurnal. Kata kunci: sindroma metabolik, obesitas, patofisiologi, pengobatan Abstract The study was conducted in order to debate the whole spectrum of metabolic syndrome. Significant of this literature review is to study and understand the basic of 1

Upload: nurhafiz-omar

Post on 27-Jan-2016

219 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

Page 1: Sindroma Metabolik

Obesitas dan Pengaruhnya pada Sindroma Metabolik

Nur Adibah binti Zukelfali (102012488)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna, No. 6, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Indonesia.

[email protected]

Abstrak

Kajian ini dijalankan untuk membahaskan secara menyeluruh mengenai sindroma

metabolik. Signifikannya tinjauan pustaka ini dilakukan untuk mengkaji dan memahami dasar

terjadinya obesitas dan menentukan kriteria dari sindroma metabolik. Terdapat juga perbahasan

mengenai anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, gejala klinis, etiologi,

epidemiologi, patofisiologi, prognosis, diagnosis banding, pengobatan, penatalaksanaan dan

pencegahan yang terkait bagi obesitas. Metode yang digunakan dalam penghasilan tinjauan

pustaka ini adalah dengan melakukan penelitian terhadap buku-buku dan jurnal-jurnal.

Kata kunci: sindroma metabolik, obesitas, patofisiologi, pengobatan

Abstract

The study was conducted in order to debate the whole spectrum of metabolic syndrome.

Significant of this literature review is to study and understand the basic of obesity and to

determine the criteria of metabolic syndrome. There is also debate about the anamnesis, physical

examination, clinical symptom, etiology, epidemiology, pathophysiology, prognosis, differential

diagnosis, treatment, medication and prevention of obesity. Method used in the production of this

literature review is to conduct research on books and journals.

Keywords: metabolic syndrome, obesity, pathophysiology, treatment

1

Page 2: Sindroma Metabolik

Pendahuluan

Sindroma metabolik merupakan hasil dari berbagai faktor resiko yang terjadi dari

resistensi insulin dan deposisi lemak yang abnormal dalam tubuh. Penyakit ini merupakan faktor

resiko kepada penyakit jantung koroner, diabetes, perlemakan hati dan beberapa tipe kanker.

Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI) dan American Heart

Association (AHA), pasien dapat didiagnosa menderita sindroma metabolik bila memiliki 3 dari

5 kriteria. Anatara kriterianya adalah gula darah puasa ≥ 100 mg/dL, tekanan darah ≥ 130/85 mm

Hg, trigliserida ≥ 150 mg/dL, HDL-C < 40 mg/dL pada laki- laki atau < 50 mg/dL pada

perempuan dan lingkar pinggang ≥ 102 cm pada laki- laki atau ≥ 88 cm pada perempuan. Jika

pada orang Asia, ≥ 90 cm pada laki- laki atau ≥ 80 cm pada perempuan. Kriteria International

Diabetes Federation (IDF) membenarkan penggunaan Indeks Massa Tubuh (IMT) > 30 kg/m2.

Data yang terkumpul menunjukkan pasien dengan kriteria- kriteria di atas memiliki

resiko yang lebih tinggi untuk menderita diabetes mellitus dan penyakit jantung coroner. Data

dari 37 studi yang melibatkan 170, 000 pasien memperlihatkan sindroma metabolik

meningkatkan resiko penyakit jantung koroner sebanyak 2 kali lipat. Selain itu, penyakit ini juga

meningkatkan resiko strok, penyakit perlemakan hati dan kanker.

Skenario

Seorang laki- laki berusia 45 tahun bekerja sebagai guru datang ke Klinik Obesitas untuk

menurunkan berat badannya yang dirasakan sangat mengganggu aktivitas dan penampilan

sehari- hari. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil tekanan darah 130/80 mm Hg, tinggi badan

150 cm, berat badan 80 kg, Lpe 95 cm Lpa 105 cm. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan

Hb 12 g%, GD puasa 100 mg/dL, Trigliserid 180 mg/dL, HDL 30 mg/dL, LDL 100 mg/dL.

Hipotesis

Laki- laki berusia 45 tahun bekerja sebagai guru dating ke Klinik Obesitas untuk

menurunkan berat badannya yang dirasakan sangat mengganggu aktivitas dan penampilan

sehari- hari diduga menderita sindroma metabolik.

2

Page 3: Sindroma Metabolik

Anamnesis

Anamnesis merupakan suatu tindakan untuk mengenalpasti keluhan utama pasien

disamping beberapa keluhan samping. Anamnesis yang benar dapat membantu dokter untuk

menegakkan diagnosis yang tepat. Pada kasus ini, anamnesis dapat dilakukan secara

autoanamnesis. Autoanamnesis merupakan anamnesis yang dilakukan dengan menanyakan

kepada pasien secara langsung. Bagi kasus ini, beberapa hal perlu diperhatikan saat anamnesis.

Identitas pasien

Nama, alamat dan usia

Pendidikan dan pekerjaan

Agama dan suku bangsa

Keluhan utama

Seorang laki- laki berusia 45 tahun ingin menurunkan berat badannya yang dirasakan

sangat mengganggu aktivitas dan penampilan sehari- hari.

Keluhan tambahan

Apakah ada keluhan lain selain ingin menurunkan berat badan

Riwayat penyakit sekarang

Berat badannya meningkat sejak kapan

Berat badan meningkat secara perlahan-lahan atau secara drastis

Berapa pertambahan berat badan dalam sebulan

Riwayat penyakit dahulu

Apakah pernah mengalami masalah berat badan sejak kecil

Apakah pernah mengalami keluhan seperti ini sebelum ini

Apakah mempunyai riwayat hipertensi, diabetes dan obesitas

Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada orang tua yang obesitas

Apakah ada keluarga yang obesitas

Riwayat pengobatan

Apakah pernah berobat ke dokter

Apakah pernah atau sedang menggunakan obat- obatan untuk obesitas atau penyakit

lain

3

Page 4: Sindroma Metabolik

Riwayat sosial

Bagaimana pola makan setiap hari

Bagaimana aktivitas fisik sehari- hari

Apakah sering stress

Apakah merokok dan minum minuman beralkohol

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : -

Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital

Tekanan Darah : 130/90 mm Hg prehipertensi (JNC 8)

Tabel 1: Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 8

Sumber: Management of Hypertension, American College of Physicians1

Tinggi Badan : 150 cm

Berat Badan : 80 kg

IMT : 80 ÷ (1.5)2 35,5

Lingkar Perut : 95 cm

Lingkar Panggul : 105 cm

Waist to Hip Ratio : 0,9

Status Gizi : Obesitas kelas 2

4

Page 5: Sindroma Metabolik

Tabel 2: Klasifikasi Obesitas Menurut IMT dan Lingkar Perut

Sumber: http://www.medscape.com/viewarticle/452831_2

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Pemeriksaan darah lengkap/ Complete blood counts (CBC)

Hemoglobin, SGOT, SGPT, gula darah puasa (GDP), HbA1C, kadar kolesterol,

trigliserid, HDL, ureum, kreatinin dan asam urat.

Tabel 3: Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Dasar Masalah Cutpoints Sindroma

Metabolik

GDP: 100 mg/dL GDP: ≥ 100 mg/dL

Trigliserid: 180 mg/dL

Kolesterol HDL: 30 mg/dL

Trigliserida: ≥ 150 mg/dL

Kolesterol HDL: < 40

mg/dL

5

Page 6: Sindroma Metabolik

Radiologi

Pemeriksaan radiologi tidak secara rutin diindikasikan pada diagnosis sindroma

metabolik. Walau bagaimanapun, pemeriksaan ini boleh dilakukan pada pasien yang mempunyai

gejala klinis yang terjadi akibat dari komplikasi dari sindroma metabolik seperti penyakit

kardiovaskular. Jika pasien mengeluh nyeri dada atau dyspnea boleh dilakukan pemeriksaan

tambahan berupa elektrokardiografi (EKG), ultrasonografi (USG) dan pemeriksaan radiologi

yang lain.

Working Diagnosis

Sindroma Metabolik

Kriteria diagnostik yang digunakan untuk menegakkan diagnosa:

Tabel 4: Kriteria Sindroma Metabolik

Sumber: Controversies Surrounding the Metabolic Syndrome, Bristol-Myers Squibb Company2

Menurut American Heart Association (AHA)/ National Heart, Lung and Blood Institute

(NHLBI), pasien harus memenuhi minimal 3 dari kriteria di atas untuk didiagnosa menderita

sindroma metabolik. Pasien laki- laki pada skenario ini sudah memiliki kesemua kriteria di atas,

maka pasien dikatakan menderita sindroma metabolik.

6

Page 7: Sindroma Metabolik

Differential Diagnosis

Sindroma Cushing

Sindroma Cushing merupakan sindroma yang disebabkan oleh pemaparan yang

berpanjangan terhadap glukokortikoid endogen dan eksogen yang meningkat. Pasien dengan

sindroma Cushing dapat dikenali dengan gejala hiperkortisolisme seperti obesitas sentral, moon

face, buffalo hump, akne dan striae jingga. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosa

penyakit ini adalah melakukan pemeriksaan laboratorium di mana kortisol serum (sampel pagi

dan tengah malam) meningkat, kortisol urin meningkat dan kortisol saliva lewat malam

meningkat.

Hiperplasia Adrenal Kongenital

Hiperplasia adrenal kongenital merupakan sekelompok kelainan autosomal resesif yang

mengcakup defisiensi enzim pada pembentukan kortisol, aldosteron atau kedua- duanya. Pasien

dengan kelainan ini datang dengan keluhan obesitas, resistensi insulin, hipertensi dan gejala

hipergonadisme (ambigus genitalia pada perempuan dan pubertas prekok pada laki- laki). Jika

tidak dirawat, kelainan ini dapat memburuk menjadi krisis adrenal yang mengancam jiwa seperti

muntah, diare dan shock. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosa kelainan ini adalah

dengan memeriksa tingkat 17-hydroxyprogesteron di mana hasinya akan menunjukkan

peningkatan.3

Epidemiologi

Prevalensi sindroma metabolik semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya kasus

obesitas. Di Amerika Syarikat, pada 2/3 populasi pasien obesitas, didapatkan ¼ daripadanya

memiliki kriteria diagnostik dari sidroma metabolik.4 Sindroma metabolik adalah kasus yang

terjadi di seluruh dunia dan menjadi perhatian global. Diperkirakan ¼ populasi orang Eropah

dewasa menderita sindroma metabolik. Prevalensi sindroma metabolik di Asia Timur termasuk

China, Jepun dan Korea bervariasi dari 8-13% pada laki- laki dan dari 2-18% pada perempuan,

tergantung dari populasi.5

7

Page 8: Sindroma Metabolik

Selain itu, prevalensi sindroma meabolik pada laki- laki (24%) kurang lebih sama pada

perempuan (23%). Walau bagaimanapun, beberapa hal unik yang harus diperkirakan pada

perempuan yang menderita sindroma metabolik seperti kehamilan, penggunaan kontrasepsi oral

dan memiliki sindroma ovari polikistik.6 Sindroma ovari polikistik memiliki ciri- ciri yang sama

seperti halnya resistensi insulin, maka sindroma ini berkongsi komplikasi yang sama juga.7

Prevalensi sindroma metabolik meningkat dengan bertambahnya usia, dengan kurang lebih 40%

pada pasien berusia 60 tahun ke atas memenuhi kriteria diagnostik sindroma metabolik.

Etiologi dan Faktor Resiko

Faktor resiko sindroma metabolik adalah faktor genetik, pola diet yang buruk dan

aktivitas fisik yang kurang. Sindroma metabolik dikatakan adalah akibat dari disfungsi jaringan

lemak dan resistensi insulin Disfungsi jaringan lemak memainkan peran yang penting dalam

pathogenesis resistensi insulin terkait obesitas. Resistensi insulin merupakan mediator utama

pada sindroma metabolik.8 Insulin mempromosi pengambilan glukosa dalam otot, lemak dan sel

hati dan boleh mempengaruhi lipolysis dan produksi glukosa oleh hepatosit.

Karakteristik psikologi termasuk marah, depresi dan sebagainya mungkin terkait dengan

resiko terjadinya sindroma metabolik.9 Walaubagaimanapun, penyakit psikologi terutama

anxietas mungkin merupakan komplikasi dari sindroma metabolik.10

Patofisiologi

Kerusakan organ target terjadi melalui berbagai mekanisme pada sindroma metabolik.

Pasien dengan sindroma metabolik dapat mengalami konsekuensi klinis yang buruk. Misalnya,

hipertensi pada sindroma metabolik dapat mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri dan gagal

ginjal.11 Walau bagaimanapun, resiko kumulatif dari sindroma metabolik telah mengakibatkan

disfungsi mikrovaskuler, di mana akan lebih memperhebat resistensi insulin dan mencetuskan

hipertensi.

Sindroma metabolik dapat mengakibatkan terjadinya penyakit jantung vaskuler melalui

beberapa mekanisme. Hal ini dapat meningkatkan trombogenetik dari sirkulasi darah dengan

meningkatkan aktivator plasminogen tipe 1 dan tingkat adipokin serta menyebabkan disfungsi

8

Page 9: Sindroma Metabolik

endothelial. Sindroma metabolik juga mungkin dapat meningkatkan resiko kardiovaskuler

dengan cara meningkatkan kekakuan pada pembuluh darah arteri.12

Gambar 1: Patofisiologi Sindroma Metabolik

Sumber: http://www.medscape.org/viewarticle/441282

Manifestasi Klinis

Pemeriksaan fisik pada pasien sindroma metabolik adalah sangat penting karena hasil

dari pemeriksaan yaitu peningkatan tekanan darah dan obesitas adalah 2 dari 5 kriteria sindroma

metabolik. Pengukuran dan dokumentasi dari lingkar perut adalah rutin yang penting pada

skrining sindroma metabolik.

Pemeriksaan fisik juga dapat memperlihatkan kriteria- kriteria yang lain. Misalnya,

pasien dengan resistensi insulin dan hiperglikemia atau dengan diabetes mellitus mungkin

akantosis nigricans, hirsutisme, neuropati perifer dan retinopati. Kemunculan bruit arteri

diramalkan dapat meningkatkan resiko terjadinya komplikasi kardiovaskuler. Manifestasi klinis

9

Page 10: Sindroma Metabolik

dari sindroma metabolik adalah hipertensi, hiperglikemia, hipertrigliseridemia, penurunan

kolesterol HDL, obesitas sentral (obesitas abdominal), nyeri dada dan kesukaran bernapas.13

Penatalaksanaan

Non Medikamentosa

Langkah awal dalam penanganan sindroma metabolik adalah modifikasi gaya hidup,

termasuklah mengatur diet dan aktivitas fisik sehari- hari. Malah terdapat bukti menunjukkan

bahawa diet, aktivitas fisik dan penggunaan farmakologi dapat mencegah sindroma metabolik

berlanjut menjadi dibetes mellitus.

Pada pasien sindroma metabolik, obestitas sentral yang dialami perlu dirawat. Penangan

obesitas sentral antara lain adalah diet rendah kalori dengan menurunkan asupan makanan

sebanyak 500- 1000 kcal/ hari. Diet tersebut haruslah mengandung komposisi karbohidrat

sebanyak 65% karbohidrat, 15% protein dan 20% lemak.

Aktivitas fisik dikatakan merupakan intervensi yang penting14 dan rekomendasi terkini

untuk pasien sindroma metabolik adalah dengan melakukan aktivitas fisik yang regular minimal

30 menit secara terus- menerus 5 kali seminggu (lebih ideal 7 kali seminggu). Studi dari

Batemen et al mengatakan bahwa latihan aerobik adalah aktivitas fisik yang paling efektif untuk

meningkatkan kesihatan kardiovaskuler.15 Latihan fisik (aerobik) terbagi kepada 3 kelompok.

Kelompok pertama adalah jalan kaki, jogging, lari dan berspeda. Kelompok kedua adalah senam

aerobik danrenang manakala kelompok ketiga adalah main bola basket, voli dan tenis lapangan.

Medikamentosa

1. Obat Anti-Obesitas

Antara obat terbaru anti-obesitas adalah orlistat. Orlistat menghalang sekresi lipase di jejunum

dan usus kecil yang akhirnya akan menghalang proses pemecahan dan absorpsi dari trigliserid.

Mekanisme ini dapat mengurangi pengambilan energi, seterusnya dapat mengurangi berat badan.

Walau bagaimanapun, orlistat dapat menimbulkan efek samping seperti feses menjadi lunak,

nyeri abdomen dan kolik, inkontinensia alvi dan mengganggu absorpsi vitamin larut lemak.

10

Page 11: Sindroma Metabolik

2. Terapi Hiperglikemi

Terapi farmakologi untuk hiperglikemi pada pasien sindroma metabolik biasanya bermula

dengan insulin sensitizing agent seperti metformin. Sebagian literatur mengatakan bahwa

metformin boleh menghalang patofisiologi sindroma metabolik dari terjadi. Hal ini termasuklah

bila dilakukan dengan perubahan gaya hidup.

3. Terapi preventif kardiovaskuler

Terapi aspirin dapat membantu dalam prevensi awal dari penyakit kardiovaskuler yang

diakibatkan oleh sindroma metabolik. Aspirin merupakan inhibitor yang kuat yaitu menginhibisi

aggregasi platelet dengan menginhibisi siklooksigenase. Hal ini kemudiannya dapat menginhibisi

konversi dari asam arachnoid menjadi prostaglandin 12 dan tromboksan. Aspirin yang digunakan

dalam dosis yang rendah dapat menginhibisi aggregasi platelet dan memperbaiki kompliasi dari

thrombosis. Aspirin juga dapat mengurangi resiko terjadinya strok.

Komplikasi

Komplikasi sindroma metabolik adalah sangat luas dan bervariasi. Sindroma metabolik

dihubungkan dengan komplikasi kardiovaskuler seperti penyakit jantung vaskuler, fibrilasi

atrium, gagal jantung, stenosis aorta dan strok iskemi. Data menunjukkan terdapat korelasi antara

sindroma metabolik dengan resiko terjadinya strok. Sindroma metabolik juga dapat dihubungkan

dengan neuropati akibat mekanisme hiperglikemik. Selain itu, kanker payudara dihubungkan

dengan sindroma metabolik, kemungkinan dikarenakan oleh disregulasi dari siklus plasminogen

activator inhibitor (PAI-1).16 Studi yang lain pula menghubungkan sindroma metabolik dengan

kanker kolon, kanker kantung empedu dan kanker ginjal.

11

Page 12: Sindroma Metabolik

Gambar 2: Komplikasi Sindroma Metabolik

Sumber: http://www.askdrray.com/kidney-disease-another-complication-of-metabolic-syndrome/

Pencegahan

In 2010, American Heart Association Stroke Association (AHA-ASA) merevisi panduan

untuk pencegahan utama pada penyakit strok. Untuk mencegah terjadinya hipertensi, dilakukan

skrining regular untuk tekanan darah, modifikasi gaya hidup dan terapi farmakologi. Resiko

terjadinya strok dan penyakit kardiovaskuler akan menjadi lebih rendah bila tekanan darah

<140/90 mm Hg. Pada pasien hipertensi, menurut panduan JNC-8 2014 targetnya menjadi

150/90 mm Hg pada pasien berusia 60 tahun ke atas dan 140/90 untuk populasi lain.

Selain itu, diet rendah sodium dan tinggi potassium direkomendasikan untuk menurunkan

tekanan darah. Memperbanyak konsumsi buah- buahan dan sayuran dapat membantu

mengurangkan tekanan darah dan mungkin dapat mengurangkan resiko terkena strok. Selain itu,

melakukan aktivitas fisik selama 30 menit sehari dapat juga mengurangkan resiko terkena strok.

12

Page 13: Sindroma Metabolik

Prognosis

Prognosis jangka panjang pada pasien yang menderita sindroma metabolik adalah baik

jika sindromnya dirawat. Karena sindroma metabolik ini merupakan kombinasi dari berbagai

prnyakit, melakukan perubahan gaya hidup yang baik dapat mencegah terjadinya penyakit

jantung, strok dan diabetes.17

Kesimpulan

Laki- laki berusia 45 tahun bekerja sebagai guru datang ke Klinik Obesitas untuk

menurunkan berat badannya yang dirasakan sangat mengganggu aktivitas dan penampilan

sehari- hari menderita sindroma metabolik. Hipotesis diterima.

13

Page 14: Sindroma Metabolik

Daftar Pustaka

14

Page 15: Sindroma Metabolik

1 Culpepper RM. Management of Hypertension. Alabama: American College of Physicians;

2014. Hal. 8

2 Haffner S. Controversies Surrounding the Metabolic Syndrome. United Kingdom: Bristol-

Myers Squibb Company; 2014.

3 Metabolic syndrome. Diunduh dari

http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/212/diagnosis/differential.html pada

15 September 2015

4 Grundy SM. Metabolic syndrome pandemic. Arterioscler thromb Vasx Biol. Apr 2011; Hal.

28

5 Nestel P, Lyu R, Low LP, et al. Metabolic syndrome: recent prevalence in East and

Southern Asian populations. Asia Pac J Clin Nutr. 2010; Hal. 362-7

6 Bentley-Lewis R, Koruda K, Seely EW. The metabolic syndrome in women. Nat Clin Pract

Endocrinol Metab. Oct 2010; Hal. 696-704

7 Essah PA, Wickham EP, Nestler JE. The metabolic syndrome in polycystic ovary syndrome.

Clin Obstet Gynecol. Mar 2010; Hal. 205-25

8 Lann D, LeRoith D. Insulin resistance as the underlying cause for the metabolic syndrome.

Med Clin North Am. Nov 2010; Hal. 1063-77

9 Goldbacher EM, Matthers KA. Are psychological characteristics related to risk of metabolic

syndrome? A review of the literature. Ann Behav Med. Nov-Dec 2010; Hal. 240-52

10 Sardinha A, Nardi AE. The role of Anxiety in Metabolic Syndrome. Medscape. Available at

http://www.medscape.com/viewarticle/755474_4. Accessed September 14, 2015.

11 Cuspidi C, Sala C, Zanchetti A. Metabolic syndrome and target organ damage: role of blood

pressure. J Clin Endocrinol Metab. Jun 2010; Hal. 731-43

12 Stehouwer CD, Henry RM, Ferreira I. Arterial stiffness in diabetes and the metabolic

syndrome: a pathway to cardiovascular disease. Diabetologia. Apr 2011; Hal. 527-39

13 Metabolic Syndrome: Symptoms, Causes and Prevention. Diunduh dari http://www.med-

health.net/Metabolic-Syndrome.html pada 14 September 2015

14 Roberts CK, Hevener AL, Barnard RJ. Metabolic syndrome and insulin resistance:

underlying causes and modification by exercise training. Compr Physiol. Jan 2013; Hal. 1-

58

15 Bateman LA, Slentz CA, Willis LH, et al. Comparison of Aerobic Versus Resistance

Exercise Training Effects on Metabolic Syndrome (from the Studies of a Targeted Risk

Reduction Intervention through Defined Exercise-STRRIDE-AT/RT). Am J Cardiol. Sep

2011; Hal. 838-44

Page 16: Sindroma Metabolik

16 Beaulieu LM, Whitley BR, Wiesner TF, et al. Breast cancer and metabolic syndrome linked

through the plasminogen activator inhibitor-1 cycle. Bioessays. Oct 2010; Hal.1029-38

17 What is the long term for metabolic syndrome? Diunduh dari

http://www.liversupport.com/metabolic-syndrome/what-is-the-long-term-prognosis-for-

metabolic-syndrome/ pada 15 September 2015