silikat sekunder

10
Universitas Gadjah Mada 43 6) Silikat Sekunder 6.1) Struktur Struktur lempung silikat serupa dengan struktur silikat primer eg. silikat lembaran (sheet silicate). Mineral sekunder terdiri atas lembaran silikon tetrahedral, lembaran aluminium hidroksida, dan atau lembaran magnesium hidroksida. Pada kondisi pelapukan Iemah, mineral sekunder dapat merupakan warisan berupa fragmen berukuran koloid dari lapisan silikat primer sepert mika. Dibawah lingkungan pelapukan yang lebih kuat, mineral primer dapat mengalami transformasi menjadi mineral lempung sekunder, sebagaimana terbentuknva hidrous-mica dan vermicullite akibat terlindinya K (interlayer) dari mika primer. Neoformasi mineral lempung adalah pertanda akan pelapukan yang sangat intensif dimana mineral yang terbentuk samasekali berbeda dengan mineral semula. Berikut ini adalah beberapa mineral lempung terpenting di dalam tanah: Kaolinite Kaolinite terdiri atas satu tetrahedral berikatan dengan satu oktahedral dan karena itu digolongkan sebagai lempung silikat tipe 1:1. Dua permukaan dari mineral 1:1 terbentuk oleh ion yang berbeda. Satu terdiri atas oksigen tetrahedral dan yang lain adalah ion hidroksida kepunyaan lembaran oktahedra. Apabila lembaran 1:1 berada dalam satu tumpukan, ion OH - dari satu lembaran terletak berdampingan dan rapat dengan lapisan O 2- , tetangganya. Dengan pengaturan semacam ini, muatan positif dari ion H + di dalam lapisan OH - menimbulkan daya tarik kuat untuk oksigen negatif dari lembaran tetangga.

Upload: yopalim-zanstra-aritonang

Post on 19-Nov-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Silikat

TRANSCRIPT

  • Universitas Gadjah Mada 43

    6) Silikat Sekunder

    6.1) Struktur

    Struktur lempung silikat serupa dengan struktur silikat primer eg. silikat lembaran

    (sheet silicate). Mineral sekunder terdiri atas lembaran silikon tetrahedral, lembaran

    aluminium hidroksida, dan atau lembaran magnesium hidroksida. Pada kondisi pelapukan

    Iemah, mineral sekunder dapat merupakan warisan berupa fragmen berukuran koloid dari

    lapisan silikat primer sepert mika. Dibawah lingkungan pelapukan yang lebih kuat, mineral

    primer dapat mengalami transformasi menjadi mineral lempung sekunder, sebagaimana

    terbentuknva hidrous-mica dan vermicullite akibat terlindinya K (interlayer) dari mika primer.

    Neoformasi mineral lempung adalah pertanda akan pelapukan yang sangat intensif dimana

    mineral yang terbentuk samasekali berbeda dengan mineral semula. Berikut ini adalah

    beberapa mineral lempung terpenting di dalam tanah:

    Kaolinite

    Kaolinite terdiri atas satu tetrahedral berikatan dengan satu oktahedral dan karena itu

    digolongkan sebagai lempung silikat tipe 1:1. Dua permukaan dari mineral 1:1 terbentuk oleh

    ion yang berbeda. Satu terdiri atas oksigen tetrahedral dan yang lain adalah ion hidroksida

    kepunyaan lembaran oktahedra. Apabila lembaran 1:1 berada dalam satu tumpukan, ion OH-

    dari satu lembaran terletak berdampingan dan rapat dengan lapisan O2-, tetangganya.

    Dengan pengaturan semacam ini, muatan positif dari ion H+ di dalam lapisan OH-

    menimbulkan daya tarik kuat untuk oksigen negatif dari lembaran tetangga.

  • Universitas Gadjah Mada 44

    Dengan cara ini struktur kaolinite amat kuat dan rapat sehingga molekul air tidak

    mampu menerobos struktur. Hal inilah varg menyebabkan kolinite tergolong mineral yang

    tidak mengembang (non-expanding mineral). Sifat ini pula yang menjelaskan mengapa pada

    pembasahan kaolinite tidak mengembang dan pada pengeringan tidak mengerut. Kaolinite

    mempunyai ukuran (basal spacing) 0.72 nm. yang tergolong kecil dibandingkan dengan

    mineral lempung yang lain.

    Montmorillonit (kelompok smectite)

    Lempung silikat ini terbentuk oleh kristalisasi dari larutan yang mengandung silika

    dan magnesium tinggi. Montmorillonit mempunyai struktur lapisan 2:1. Semua tetrahedral

    mengandung ion Si4+. Aluminium biasanya terdapat pada lembaran tengah (oktahedral)

    tetapi lebih kurang 1/8 dari oktahedral ini mengandung Mg2+. Muatan negatif yang timbul

    akibat substitusi Al oleh Mg dinetralisir oleh berbagai kation terhidrat yang terjerap pada

    permukaan lembaran aktahedral. Kekuatan ikatan antara katian dan lembaran tadi tidak

    begitu kuat tergantung iumlah air yang tersedia. Dalam keadaan kering daya ikatan reklatif

    kuat. Tetapi pada kondisi basah, air akan menyusup kedalam ruang antar lapisan (interlayer

    space) yang menyebabkan lempung mengembang secara dramatis. Sifat khas

    montmorillonit adalah total luas permukaan yang tinggi sehingga daya serap air dan ion serta

    kapasitas pertukaran ion juga tinggi dimensi unit struktur pada kelompok smectite berkisar

    antara 0.98-1 8 nm atau lebih.

    STRUKTUR UMUM MONMORILLONIT

  • Universitas Gadjah Mada 45

    Vermiculite

    Lempung ini mempunyai struktur 2:1 serupa mika. Vermiculite mengandung salah

    satu Al3+ atau Mg2+ dan Fe2+ sebagai ion oktahedral, dan pada tetrahedral terdapat Al3+

    sebagai substitusi dari sebagian ion Si4+. Vermiculite berbeda dengan mika karena mineral

    lempung ini pada ruang antara lapisan (interlayer space) mengandung kation terhidrat bukan

    K+ sebagaimana pada mika. Ikatan lemah yang tercipta memungkinkan vermiculite untuk

    mengembang pada pembasahan. Pengembangan pada vermiculite tidak hebat pada

    monmorillonite. Tidak seperti montmorillonite dan kaolinite, vermiculite tidak terbentuk lewat

    kristalisasi dari larutan tetapi terbentuk lewat alterasi atau pergantian ion secara selektif di

    dalam struktur tanpa merusak struktur (e.g. mika mengalami alterasi menjadi vermiculite).

    Jarak unit struktur berkisar antara 1.0-1.5 nm atau lebih.

  • Universitas Gadjah Mada 46

    Illite (Hydrous mica)

    Illite dikenal juga sebagai mika-hidrat (hydrous mica) adalah mineral lempung tipe 2:1

    yang mengandung K+ pada ruang antara lapisan dalam jumlah cukup untuk membatasi

    pengembangan pada pembasahan. Kandungan K+ pada illite tidak setinggi pada mika.

    pembentukan illite sangat didukung pada kondisi pada sedimen kaya K. Proses

    pembentukan illite diawali K+ menggantikan kation interlayer pada montmorillonite atau

    vermiculite, dan disempurnakan bilamana terdapat panas dan tekanan yang menyebabkan

    terjadinya dehidrasi sehingga lempung beralih menjadi bentuk yang tidak rnengembang

    (non-expanding clay). Illite banyak dijumpai di dalam tanah dengan ketebalan (basal

    spacing) sekitar 1.0 nm.

  • Universitas Gadjah Mada 47

    Chlorite

    Kelompok ini mencakup serangkaian mineral yang mempunyai karakteristik utama

    yang sama mempunyai struktur 2:1, dan tidak mengembang (nonexpanding). Chlorite

    berbeda dengan mineral lempung 2:1 yang lain dalam satu sifat unik, yaitu stabil dan unit

    oktahedral bermuatan positif. Lembaran oktahedral terdiri atas dua lapisan ion OH- yang

    berikatan dengan Mg2+, Fe2+, atau Al3+ sebagai ion pusat sehingga lembaran oktahedral

    netto bermuatan positif. Karena chlorite mengandung dua lembaran oktahedral maka disebut

    juga mineral 2:1:1. Ketebalan lapisan chlorite adalah 1.4 nm.

  • Universitas Gadjah Mada 48

    Allophane

    Penggolongan allophane kurang begitu pasti, suatu ketika dikelompokan ke dalam

    mineral lempung tetapi pada kesempatan lain digolongkan ke dalam hidroksida. Struktur

    mineral lemah e.g. mempunyai karakteristik amorf dan mengandung silika dan hidroksida.

    Mineral ini banyak dijumpai di dalam tanah yang berkembang dari deposit abu volkan.

    Rumus struktur allophane dituliskan sbb: Si3Al4O12.nH2O, silikat lain yang serupa yaitu

    imogolite dengan rumus: Si2Al4O10.5H2O.

    Satu hal yang perlu diingat bahwa mineral lempung jarang sekali terdapat dalam bentuk

    murni tetapi berbaur dengan mineral-mineral lain yang telah dibahas di atas.

    6.2) Sifat-Sifat Silikat Sekunder

    Mineral lempung memperlihatkan perbedaan dalam kapasitas mengembang dan

    mengerut. Kaolinite, illite dan chlorite tergolong mineral lempung yang tidak mengembang

    (non-expanding), sedangkan yang lain termasuk golongan mineral lempung yang

    mempunyai sifat mengembang dan mengerut tinggi. Pada kaolinite ikatan (bonding) kuat

    karena ikatan kuat H-OH antar lapisan. Ikatan antar lapisan (interlayer) pada illite

    kebanyakan oleh ion K+ yang relatif kuat. Montmorillonite dan vermiculite mempunyai ikatan

    yang lemah sampai sangat lemah karena keterdapatan berbagai kation diruang antar

  • Universitas Gadjah Mada 49

    lembaran, dan oleh karenanya memperlihatkan pengembangan kuat terutama dalam kondisi

    basah. Pada chlorite ikatan sedang sampai kuat karena lapisan oktahedral bermuatan

    positif.

    Sifat mineral lempung diringkas dalam tabel 6.1. dibawah ini:

    Makin kecil ukuran partikel akan makin besar rasio permukaan terhadap volume. Ini berarti

    luas permukaan spesifik (specific surface area) semakin tinggi dengan makin kecilnya

    ukuran pertikel. Luas permukaan spesifik rendah untuk kaolinite dan illite, dan tinggi untuk

    montmorillonite, vermiculite dan allophane. Hal ini disebabkan luas permukaan spesifik

    sebenarnya terdiri atas luas permukaan luar ditambah luas permukaan antar lembaran yang

    disebut juga luas permukaan dalam (internal surface). Sebagai contoh, pasir kasar

    mempunyai luas permukaan spesifik sekitar 0.01 m2/g, pasir halus 0.1 m2/g, debu ~0.1-1

    m2/g, dan asam humat 800-1000m2/g (White, 1987).

    Kapasitas pertukaran kation (KPK) cukup beragam di dalam dan antar kelompok mineral.

    Sebagai contoh, KPK kaolinite, illite, dan chlorite rendah sedangkan KPK montmorillonite

  • Universitas Gadjah Mada 50

    dan vermiculite tinggi. Asam humat (humic acid) memperlihatkan KPK tertinggi sekitar 180-

    300 cmol/kg. Terdapat dua mekanisme yang menentukan KPK dimana keduanya berkaitan

    dengan muatan negatif lempung silikat. Mekanisme pertama disebabkan tidak

    terpuaskannya valensi pada tepi patahan lembaran silika dan alumina. Juga permukaan luar

    yang datar mempunyai gugus oksigen dan hidroksil yang tersingkap, yang berlaku sebagai

    tapak bermuatan negatif. Terutama pada pH tinggi, hidrogen dari hidroksil ini sedikit

    terdisosiasi dan permukaan koloid menjadi bermuatan negatif yang disandang oleh oksigen.

    Pada tanah masam sedang sampai sangat masam, hidrogen ternyata diikat dengan kuat

    dan tidak mudah ditukar oleh kation lain. Besarnya muatan tergantung pH ini berbeda

    tergantung tipe koloid lempung. Pada tipe mineral 1:1 hampir semua muatan tergantung pH,

    tetapi hanya sekitar seperempat pada tipe mineral lempung 2:1.

    Kapasitas pertukaran kation tanah yang kandungan mineral lempung 2:1 tinggi bersumber

    terutama dari substitusi isomorf. Tapak bermuatan negatif ini tidak terpengaruh pH dan

    menjadi sumber muatan permanen. Pada mineral lempung kaolinite dimana substitusi

    isomorf absen sehingga tapak pertukaran terbatas pada bagian tepi patahan kristal dan

    karena itu KPK kecil. Dilain pihak, pada montmorillonite dan vermiculite substitusi isomorf

    relatif tinggi menghasilkan tapak pertukaran yang besar sehingga KPK tinggi.

    Flokulasi dan dispersi

    Flokulasi dan dispersi merupakan sifat penting berikutnya bagi mineral lempung.

    Flokulasi adalah proses dimana partikel menggumpal membentuk aggregat. Tingkat dari

    ketahanan agregat tergantung jenis ion yang terdapat dalam partikel yang bersangkutan.

    Sebagai contoh, kalsium dan hidrogen cenderung untuk meningkatkan flokulasi. Dispersi

    ditakrifkan sebagai proses yang menyebabkan partikel tetap berada dalam keadaan terpisah

    satu dengan yang lain. Fungsi ini dilakukan oleh ion kalium dan natrium. Dengan demikian

    tergantung dari jenis kation yang dominan di dalam tanah, maka zarah-zarah tanah dapat

    berada dalam keadaan teraggregasi atau terdispersi. Lempung yang jenuh natrium

    mempunyai lapisan rangkap listrik (electric double layer) yang tebal mengelilingi ion, ini

    berarti lempung tetap tersuspensikan. Kalsium menekan lapisan rangkap dan dengan

    demikian mendorong flokulasi, sementara ion bervalensi tiga (tri-) atau empat (tetravalent)

    lebih efisien lagi dalam mendorong flokulasi. Translokasi lempung sangat erat kaitannya

    dengan flokulasi dan dispersi. Translokasi lempung hanya mungkin apabila lempung terlebih

    dahulu berada dalam keadaan terdispersi serta tetap berupa suspensi selama dalam proses

    transportasi mengikuti gerakan air dalam pori dan retakan tanah.

  • Universitas Gadjah Mada 51

    6.3) Pembentukan Lempung Silikat

    Pada umumnya kaolinite dan montmorillonite bersumber dari hasil pelapukan. Illite

    (hydrous mica) terbentuk karena alterasi vermiculite atau montmorillonite, demikian juga

    pembentukan vermiculite merupakan hasil alterasi mika atau mika hidrat. Chlorite terbentuk

    dari hasil alterasi vermiculite dan montmorillonite. Tahapan pelapukan disajikan dalam Tabel

    6.2.

    Dari tabel di atas jelaslah bahwa komposisi larutan tanah sangat tergantung dari jenis

    mineral yang mengalami pelapukan. Tahap pertama mineral primer terlapuk/ terlarutkan dan

    mineral sekunder dapat terbentuk daripadanya. Pelindian unsur misalnya kalsium,

    magnesium, natrium, kalium, dan silika mendukung proses transformasi berikutnya.

    Kehilangan silika terlarutkan secara berangsur mengakibatkan pembentukan dan

    menghilangnya lempung dengan urutan yang teratur, mulai dengan lempung yang

    mengandung silika tertinggi dan berakhir dengan lempung yang tidak mengandung silika e.g.

    oksida terhidrat. Dalam jangka waktu panjang terbukti lempung yang terbentuk pertama tidak

    stabil, mengalami dekomposisi dan digantikan oleh mineral lempung sekunder yang lebih

  • Universitas Gadjah Mada 52

    stabil. Pada umumnya, pertama kali terbentuk mineral lempung 2:1. Oksida besi mungkin

    juga timbul pada awal pelapukan dan karena stabilitas yang sangat tinggi mineral ini

    bertahan hampir selamanya pada lingkungan pelapukan. Dengan berlanjutnya pelapukan,

    lempung kaolinit muncul yang kemudian juga mengalami dekomposisi. Silika yang

    terbebaskan terlindi dan aluminium kemudian beralih bentuk menjadi oksida terhidrat,

    biasanya gibbsite (AlOOH). Mineral ini cenderung bertahan sebagai hasil akhir dari proses

    pelapukan intensif dan lempung silikat. Tahapan pelapukan merupakan proses yang terkait

    waktu, dimana kecepatan pelapukan terutama tergantung faktor iklim (temperatur dan curah

    hujan). Pelapukan mineral silikat dan sintesis lempung berlangsung terbatas pada kondisi

    iklim kering dan dingin, tetapi berlangsung cepat pada daerah hangat dan basah

    sebagaimana di daerah tropis. Rentang waktu yang diperlukan untuk berlangsungnya

    pelapukan sempurna disajikan pada tabel 6.2. di atas.

    Arti penting dalam pedologi

    Bentukan lempung (argillans) sering menunjukan warna yang berbeda dengan S-

    matriks pada gumpal tanah (ped). Selaput lempung ini mudah diamati pada tanah pasiran

    atau geluhan (loamy), tetapi sukar dibedakan dari permukaan cermin sesar (slickenside)

    pada tanah lempungan. Pada notasi horizon, akumulasi lempung silikat ditandai oleh huruf

    t yang menunjukkan ada selaput lempung pada permukaan ped dan/atau pori. Selaput

    lempung mungkin terbentuk oleh proses illuviasi atau migrasi didalam horizon yang

    bersangkutan. Apabila tendapat cermin sesar, yang terbentuk akibat gesekan (ped) pada

    saat tanah mengembang karena pembasahan (sifat vertik) maka diberi tanda dengan huruf

    ss.