shigellosis.doc
TRANSCRIPT
SHIGELLOSIS
Shigellosis adalah penyakit bakteri akut yang menyerang usus besar dan
bagian distal usus halus ditandai dengan diare disertai demam, nausea dan
kadang-kadang toksemia, muntah, kram dan tenesmus. (1)
Pada kasus-kasus yang khas kotoran mengandung darah dan lendir
(disenteri) sebagai akibat adanya ulcerasi pada mukosa usus, terbentuknya koloni
kripte mikroabses yang konfluen disebabkan oleh invasi organisme, tetapi
kebanyakan kasus datang dengan diare cair. Konvulsi mungkin merupakan
kompliksi yang sering terjadi pada anak-anak. Bakteriemia jarang terjadi. Ada
juga kasus ringan dan tanpa gejala. Penyakit akan sembuh dengan sendirinya rata-
rata setelah 4 – 7 hari. Berat ringannya penyakit dan “case fatality rate”
merupakan fungsi dari inang (umur dan status gizi dari inang) serta sero tipe dari
Shigella. Shigella dysenteriae 1 (Shiga bacillus) sering menyebabkan penyakit
serius dan komplikasi berat seperti toksix megakolon dan sindroma uremia
hemolitik; angka kematian rata-rata dari kasus berat mencapai 20% dari kasus
yang dirawat dirumah sakit tahun belakangan ini. Sebaliknya banyak infeksi oleh
S. Sonnei menimbulkan penyakit dengan gejala klinik yang pendek dan hampair
tidak dan kematian kecuali pada orang dengan masalah kekebalan tubuh. Strain
tertentu dari S. flexnery dapat menyebabkan Reactive arthropathy (sindroma
Reiter) khususnya pada orang yang secara genetis mempunyai antigen HLA-B27.
(1,3,4)
Penyebab
Penyebab penyakit adalah genus Shigella yang terdiri dari 4 spesies atau
sero grup: grup A, S. Dysenteriae; group B, S. flexneri; group C, S. boydii; group
D, S.sonnei.
Grup A, B, C dan D selanjutnya dibagi dalam 12, 14 dan 18 serotipe dan sub tipe,
masing-masing ditulis dengan bilangan arab dan huruf kecil (contoh S. flexneri
2a). Sebaliknya S. sonei terdiri dari hanya satu sero tipe. Tingkat virulensi spesifik
dari plasmid sangat menentukan tingkat kemampuan invasif dari Shigella. Dosis
yang diperlukan untuk menimbulkan kesakitan pada manusia cukup rendah yaitu
10 – 100 bakteri, dibuktikan melalui percobaan pada sukarelawan. (1,5)
Bakteri penyebab diare Shigella terjadi melalui salah sau mekanisme yang
berhubungan dengan pengaturan transport ion dalam sel-sel usus. (4)
Patogenesis
Patogenesis terjadinya diare oleh shigella spp. ialah disebabkan oleh
kemampuan shigella mengadakan invasi ke epitel sel mukosa usus, berkembang
biak di daerah invasi tersebut serta mengeluarkan eksotoksin yang selain
merangsang terjadinya perubahan system enzim di dalam sel mukosa usus halus
( adenil siklase) juga mempunyai sifat sitotoksik. daer ah yang sering diserang
adalah daerah ileum terminalis dan usus besar, akibat dari invasi bakeri ini terjadi
infiltrasi sel-sel polimorfonuklear dan menyebabkan matinya sel-sel epitel
tersebut, sehingga terjadilah tukak-tukak kecil di daerah invasi yang menyebabkan
sel-sel darah merah dan plasma protein ke luar dari sel dan masuk ke lumen usus
serta akhirnya ke luar bersama tinja.(2,3)
Bakteri Shigella yang mengadakan invasi (menembus) sel mukosa usus
halus sehingga dapat menyebabkan reaksi sistemik (demam, kram perut). Toksin
Shigella spp juga dapat masuk kedalam serabut saraf otak dan juga menyebabkan
kejang. (4)
Cara penularan
Cara penularan utama adalah secara langsung atau tidak langsung melalui
rute oro fekal dari penderita dengan gejala atau dari asymptomatic carrier jangka
pendek. Penularan terjadi setelah menelan organisme dalam jumlah yang sangat
kecil (10-100). Mereka yang bertanggung jawab terjadinya penularan penyakit
adalah mereka yang tidak memotong kuku dan tidak mencuci tangan setelah
buang air besar. Mereka dapat menularkan penyakit kepada orang lain secara
langsung dengan kontak fisik atau tidak langsung melalui kontaminasi makanan
dengan tinja; air dan susu dapat menjadi sumber penularan karena terkontaminasi
langsung dengan tinja; serangga dapat menularkan organisme dari tinja ke
makanan yang tidak tertutup. (1,4)
Pemeriksaan laboratorium.
1. Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis
pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest,
bila diduga terdapat intoleransi gula.
Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah, dengan
menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan
analisa gas darah menurut ASTRUP.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor
dalam serum (terutama pada penderita diare dengan kejang).
5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit
secara kualitatif dan kuantitatif, terutama pada diare kronik. (2)
Pengobatan
Dasar pengobatan diare adalah:
Pemberian cairan
Dietetik (Pemberian makanan)
Obat-obatan
Pemberian cairan
1. Jenis cairan
a. cairan rehidrasi oral (oral rehidrasi salts)
formula lengkap mengandung NaCL, NaHCO3, KCL dan glukosa.
b. Cairan Parenteral
2. Jalan pemberian cairan
Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak
mau minum serta kesadaran baik.
Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi
anak tidak mau minum, atau kesadaran menurun.
Intravena untuk dehidrasi berat
3. Jumlah cairan
Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg.
Jenis makanan:
- Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
asam lemak tidak jenuh)
- Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim) bila
anak tidak mau minum susu karena di rumah sudah biasa diberikan
makanan padat
- Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa atau susu dengan
asam lemak berantai sedang/tidak jenuh, sesuai dengan kelainan yang
ditemukan.
Untuk anak diatas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg .
Jenis makanan :
- Makanan padat atau makanan cair/susu sesuai dengan kebiasaan makanan
di rumah
Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui
tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepus beras dan sebagainya).
1. Obat anti sekresi
a. Asetosal
Dosis : 25mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg.
b. Klorpromazin
Dosis 0,5-1 mg/kgbb/hari
2. Obat anti spasmolitik
Pada umumnya obat anti spasmolitk seperti papeverine,beladona tidak
diperlukan untuk mengatasi diare akut.
3. Obat pengeras tinja
Obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal, tabonal dan
sebagainya tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare.
4. Antibiotika
Pada umumnya antibiotika tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut,
kecuali bila penyebabnya jelas seperti:
- Kolera, diberikan tetrasiklin 25-50mg/kgbb/hari
- Campylobacter, diberikan eritromisin 40-50 mg/kgbb/hari.
Pemilihan antimikroba yang tepat juga tergantung kepada gambaran resistensi
setempat. Misalnya dibanyak tempat prevalensi Shigella yang resisten terhadap
TMP-SMX, ampisilin dan tetrasiklin sangat tinggi sehingga orang beralih ke
derivat fluoroquinolones seperti ciprofloxacin untuk pengobatan lini pertama.
Penggunaan spasmolitika seperti loperamide merupakan kontra indikasi pada
anak-anak dan tidak dianjurkan untuk digunakan pada orang dewasa karena akan
memperpanjang lamanya sakit. (2)
Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat
terjadi berbagai macam komplikasi :
1. Dehidrasi ( ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipoglikemia
4. Hipokalemia
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa usus halus.
6. kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.(2)
Pencegahan
1) Segera laporkan kepada Dinkes setempat, bila ditemukan sekelompok
penderita diare akut walaupun belum diketahui penyebabnya.
2) Lakukan investigasi terhadap makanan, air susu yang mungkin
tercemar dan terapkan prinsip-prinsip umum dari sanitasi lingkungan
dan kebersihan perorangan.
3) Pencegahan menggunakan antibiotika tidak dianjurkan
4) Sebar luaskan kepada masyarakat tenang manfaat mencuci tangan
dengan air dan sabun setelah defekasi. Sediakan sabun dan air yang
cukup serta kertas tissue di WC/toilet. (1)
DAFTAR PUSTAKA
1. Http:/ www.Ditjen Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan -
Departemen Kesehatan R.I.com. 22 Oktober 2006. Shigellosis
2. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak
1 Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-UI, 1995
3. Hendra Rahardja, Buku ajar Ilmu Penyakit dalam, Jilid I Edisi 3. Jakarta :
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI. 1996.
4. Soegijanto, Soegeng, Ilmu Penyakit Anak. Jakarta : Salemba Medika.2002.
5. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita Selekta
Kedokteran Ilmu Kesehatan Anak, Jilid II edisi 3. Jakarta : Media Asclapeus
FK-UI, 2000
Daftar hadir pembacaan PKMRS
Judul : Shigellosis Tempat : RS
WS
Hari/tanggal : Kamis 24 oktober 2007
No Nama Alamat TTD
Pembimbing Coass
dr. H. M. Rizqa Hanan
Zubaidi
Halaman pengesahan
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Hanan Zubaidi
STB : C 111 03 042
Universitas : Hasanuddin
Adalah benar telah menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik dengan judul
PKMRS Shigellosis pada bagian ilmu kesehatan anak fakultas kedokteran
universitas Hasanuddin
Makassar, Oktober
2007
Mengetahui
Pembimbing Coass
dr. H. M. Rizqa Hanan
Zubaidi
Bagian Radiologi PKMRS Fakultas Kedokteran November 2007Universitas Hasanuddin
INTRACEREBRAL HEMATOMA
Oleh :
Hanan ZubaidiC 111 03 042
Pembimbing :dr. Rahmayanti Arief
Konsulen:dr. Junus A.B. BAAN, Sp.Rad
Peguji:
dr. Ahmad Dala,Sp. Rad
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan KlinikBagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas HasanuddinMakassar
2007
Daftar isi
Sampul
Halaman pengesahan
Daftar isi
Pendahuluan
Penyebab
Pemeriksaan laboratorium
Pengobatan
Komplikasi
Pencegahan
Daftar Pustaka
Daftar Hadir
Lampiran