senin, 25 oktober 2010 | media indonesia bus trans … filelima tersangka korupsi pengadaan alat...

1
Megapolitan | 5 SENIN, 25 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA LINTAS BERITA Penghuni Kos Tewas dengan Dua Tusukan SARAH Octaviani, 28, ditemukan tewas menge- naskan dengan dua luka tusukan di leher dan dada kirinya di kamar kosnya di Jalan Raya Pondok Gede, RT 05/01, No 7, Kelurahan Pinang Ranti, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, ke- marin. Kepala korban tampak memar, seperti dibenturkan berkali-kali. Korban yang sudah tinggal setahun di ka- mar kos milik Mega itu tewas dalam kondisi terbaring menyamping. Korban diduga dalam keadaan mengandung karena kondisi perutnya yang agak gendut. Ahmad Riza, penjaga keamanan tempat kos Sarah, mengatakan awalnya Ani, penjual pulsa ke penghuni kos curiga karena berkali-kali Sarah tak menjawab SMS dan telepon. (Faw/J-2) Kejari Bekasi Tetapkan 5 Tersangka Korupsi Sains SD KEJAKSAAN Negeri (Kejari) Bekasi tetapkan lima tersangka korupsi pengadaan alat peraga sains (KIT) sekolah dasar (SD) negeri. ‘‘Akibat ulah para pelaku, negara merugi hingga Rp500 juta,’’ kata Kepala Seksi Pidana Khusus (Pidsus) Kejari Bekasi Andre Abraham Aruan di Bekasi, kemarin. Empat tersangka berasal dari empat perusa- haan berbeda, sedangkan satu lainnya adalah panitia lelang, PNS Pemkot Bekasi. Para tersangka, yakni BM (CV Estetika Agung), PAP (CV Two Contraktor), RL (PT Menara Soft), WS (PT Indolab), dan DS (PNS Pemkot Bekasi). Kelima pelaku ditengarai melakukan rekayasa dengan membuat replika alat peraga KIT guru biologi pada IPA dinas pendidikan. (GG/J-2) P ARA pengguna jasa transportasi bus Trans-Jakarta harus meningkatkan ke- sabaran untuk menanti giliran terangkut bus itu. Pasalnya, operasional bus Trans-Jakarta terganggu seiring dengan ditutupnya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBBG) Kampung Rambutan hingga 31 Oktober mendatang karena stok gas yang dimiliki SPBBG itu telah habis. Penam- bahan stok, bila dilakukan saat ini, akan dikenai harga baru, yakni 300% dari harga saat ini Rp2.562 per liter setara pre- mium (lsp) atau sekitar Rp7.680 per liter. Akibatnya bus Trans-Jakarta yang biasa mengisi di SPBBG itu harus mengalihkan pengi- sian gas ke SPBBG lainnya. Dari lima SPBBG yang ada, dua SPBBG mematok harga lebih mahal, yakni Rp3.600 per lsp. Dengan begitu, bus Trans- Jakarta akan menyerbu SPBBG Pesing, Pancoran, dan Pemuda yang masih menjual gas de- ngan harga Rp2.562 per lsp. “Jadi pada 22 Oktober sam- pai 31 Oktober sebenarnya hanya tiga SPBBG yang ber- operasi. Dari total 339 armada yang kita operasikan, hanya 91 armada yang pakai solar. Sisanya pakai gas semua,” kata Manajer Operasional Trans- Jakarta Susilo Dewanto. Umumnya waktu untuk pengisian gas hanya sekitar 10 menit hingga 20 menit. Namun, karena antrean bertambah ser- ta jarak tempuh antara SPBBG dan koridor yang dilayani makin jauh, berarti dibutuhkan waktu lebih panjang lagi. Oto- matis itu akan mempengaruhi tersedianya bus Trans-Jakarta yang bisa melayani rute-rute yang ada. Dampaknya waktu kedatangan antarbus jadi se- makin panjang. Keterlambatan tersebut dibe- narkan beberapa pengguna jasa Trans-Jakarta dalam kesehari- annya. Misalnya saja Nalia, 29, warga Kampung Melayu yang bekerja di kawasan Harmoni. Dia pun harus lebih bersabar menunggu bus di halte. “Jurusan PGC Kampung Melayu dari Harmoni selama ini memang lama, tapi Jumat- Sabtu kemarin saya nunggu bus di halte sampai 1 jam lebih. Sudah lama, padat banget,” kata Nalia Hal senada diungkapkan Syarif, 24, yang biasa menggu- nakan Trans-Jakarta jurusan Lebak Bulus-Grogol. “Saya kerja di Kebon Jeruk, biasa berangkat dari halte Grogol tujuan Lebak Bulus. Biasanya juga bisa nunggu sampai sete- ngah jam, ini nunggu sampai 1 jam,” keluhnya. Butuh terobosan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) melihat kesu- litan operator bus Trans-Jakarta dalam mengisi BBG dapat meningkatkan ketidakpua- san konsumen terhadap pe- layanannya. Hal tersebut tentunya me- rugikan konsumen yang mem- percayai bus Trans-Jakarta untuk berkendaraan. “Oleh karena itu, pemerintah harus mengambil sikap dalam mengatasi permasalahan ini,” ujar Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi. Tulus menambahkan, pihak operator juga sepatutnya membenahi kerja sama yang dilakukan dengan pihak pe- nyalur bahan bakar. “Kontrak kerja harus jelas,” tandasnya. Ia melihat diperlukannya solusi dalam mengatasi kesu- litan proses pengisian BBG. Kendala tidak strategisnya le- tak SPBBG, menurutnya, harus diminimalisasi dengan peng- adaan infrastruktur pengisian BBG yang berjalan. “Harus ada terobosan baru. Misalnya, sediakan tangki- tangki BBG yang ditaruh di terminal-terminal bus Trans- Jakarta yang tingkat penum- pangnya tinggi seperti halte Kota, Lebak Bulus. (J-2) [email protected] Bus Trans-Jakarta bakal Sering Telat Penumpang bisa antre hingga 1 jam untuk menunggu bus Trans-Jakarta. Nesty Trioka Pamungkas KELUARGA miskin dan ku- rang mampu masih sulit men- dapatkan pelayanan kesehatan. Padahal pelayanan itu hak mereka yang dibiayai dari Ang- garan Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta sebesar Rp635 miliar. “Jangan harap mendapat perlakuan sopan dan dilayani. Kami sering dilempar-lempar,” ujar Ani di Puskesmas Kedoya, Jakarta Barat, kemarin. Ani merasa dipersulit me- ngurus surat keterangan tidak mampu (SKTM) sebagai syarat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Para keluarga pemohon pe- layanan kesehatan itu kerap mendapat perlakuan kasar se- perti kata-kata kasar. Bahkan, tidak jarang mereka mendapat penghinaan. Belum lagi ke- luarga pemohon itu dicurigai pura-pura sakit. “Siapa yang mau bohong. Siapa yang mau disuntik dan dicuci darah, kalau memang tidak sakit,” ujar Rani, pasien lainnya di Puskesmas Kedoya. Begitu pula Arman dan dua rekannya, Titi dan Mimi, yang mengurus persyaratan untuk pelayanan kesehatan di Di- nas Kesehatan, Jakarta Pusat. Dia juga menerima perlakuan kasar. Titi yang minta bertemu Kepala Tata Usaha (TU) Dinas Kesehatan, ditolak. Mereka mendapat kata-kata tidak sopan dari petugas setem- pat. Titi dan Arman yang sudah menjelaskan akan mengurus SKTM yang dijanjikan pejabat di Pemprov DKI akhirnya ti- dak mendapat pelayanan dari pihak tata usaha itu. Titi dan Arman yang men- derita sakit ginjal itu diusir satpam kantor tersebut. “Kami biasa tertindas sih. Padahal itu kan uang rakyat, dia seharus- nya tidak kasar kepada warga,” ujar Arman. Asri warga Cempaka Putih juga mengaku sering diper- lakukan kasar. “Bahkan, adik saya sakit enggak diterima di rumah sakit karena dalam daftar cara penulisan namanya agak beda,” ujar Asri. Asri harus mengurus ulang lagi surat-surat persyaratan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan keluarga miskin. Dia harus berurusan lagi ke puskes- mas dan dinas kesehatan. “Sudah dua hari saya urus ini, tapi dioper dari wilayah ke pusat. Dari pusat dioper lagi ke wilayah,” ujar Asri. (San/J-5) Narkoba di Rutan Polda Coreng Citra Polisi KAPOLDA Metro Jaya Sutar- man Irjen Sutarman harus bisa dengan segera menuntaskan kasus ditemukannya narkoba di Rumah Tahanan (Rutan) Direktorat Narkoba Polda Me- tro Jaya. Hal itu penting untuk me- ngembalikan citra polisi yang otomatis tercoreng dengan ada- nya kasus itu. Apalagi dalam beberapa kasus terakhir, polisi kerap kali terlibat dalam bisnis narkoba (lihat gras). “Adanya narkoba di rutan polda menurunkan keperca- yaan masyarakat terhadap po- lisi sebagai lembaga penegak hukum. Ini harus menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan kapolda yang baru,” kata anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompol- nas) La Ode ketika dihubungi, kemarin. Hal senada diungkapkan juga oleh anggota Kompolnas Novel Ali. Ia berpendapat ke- jadian itu sangat memalukan bagi institusi kepolisian. Ia menambahkan, intelijen kepolisian sebenarnya bisa mencegah hal semacam itu ter- jadi. Tapi, hal itu urung terjadi karena intel kepolsian saat ini menjadi titik paling lemah di kepolisian. Mereka dinilai belum bisa mengoptimalkan sarana dan prasarana yang dimiliki serta belum memi- liki jaringan yang baik. Pada- hal akses intel itu sebenarnya terbuka amat lebar. “Kejadian seperti yang sekarang ini yang membukti- kan polisi tidak menjalankan fungsi preventifnya. Saya harap kapolda maupun Ka- polri yang baru tidak tinggal diam karena banyak masalah di internal kepolisian sendi- ri yang harus diperbaiki,” tandasnya. Sementara itu, Ketua Pre- sidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengaku prihatin dengan pe- ristiwa tersebut. “Saya prihatin dengan ada- nya kasus ini. Saya berharap hal tersebut dapat diluruskan polda dan ditindaklanjuti,” katanya. Neta berharap polisi tidak menutup-nutupi informasi tersebut guna konsistensi pem- berantasan narkoba, tidak saja di luar, tapi juga di internal polisi. Masyarakat berharap besar akan kinerja polisi karena me- rekalah yang berwenang untuk menangkap pelaku kejahatan narkoba. (*/J-2) ANTREAN PENUMPANG: Ratusan calon penumpang bus Trans-Jakarta mengantre di Halte Senen, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu. Sulitnya Dapatkan Pelayanan Kesehatan MI/ROMMY PUJIANTO Tulus Abadi Pengurus Harian YLKI MI/RAMDANI

Upload: nguyenhuong

Post on 24-Jul-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Megapolitan | 5SENIN, 25 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA

LINTAS BERITA

Penghuni Kos Tewas dengan Dua TusukanSARAH Octaviani, 28, ditemukan tewas menge-naskan dengan dua luka tusukan di leher dan dada kirinya di kamar kosnya di Jalan Raya Pondok Gede, RT 05/01, No 7, Kelurahan Pinang Ranti, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, ke-marin. Kepala korban tampak memar, seperti dibenturkan berkali-kali.

Korban yang sudah tinggal setahun di ka-mar kos milik Mega itu tewas dalam kondisi terbaring menyamping. Korban diduga dalam keadaan mengandung karena kondisi perutnya yang agak gendut.

Ahmad Riza, penjaga keamanan tempat kos Sarah, mengatakan awalnya Ani, penjual pulsa ke penghuni kos curiga karena berkali-kali Sarah tak menjawab SMS dan telepon. (Faw/J-2)

Kejari Bekasi Tetapkan5 Tersangka Korupsi Sains SDKEJAKSAAN Negeri (Kejari) Bekasi tetapkan lima tersangka korupsi pengadaan alat peraga sains (KIT) sekolah dasar (SD) negeri. ‘‘Akibat ulah para pelaku, negara merugi hingga Rp500 juta,’’ kata Kepala Seksi Pidana Khusus (Pidsus) Kejari Bekasi Andre Abraham Aruan di Bekasi, kemarin.

Empat tersangka berasal dari empat perusa-haan berbeda, sedangkan satu lainnya adalah panitia lelang, PNS Pemkot Bekasi.

Para tersangka, yakni BM (CV Estetika Agung), PAP (CV Two Contraktor), RL (PT Menara Soft), WS (PT Indolab), dan DS (PNS Pemkot Bekasi). Kelima pelaku ditengarai melakukan rekayasa dengan membuat replika alat peraga KIT guru biologi pada IPA dinas pendidikan. (GG/J-2)

PARA pengguna jasa t r a n s p o r t a s i b u s Trans-Jakarta harus meningkatkan ke-

sabaran untuk menanti giliran terangkut bus itu.

Pasalnya, operasional bus Trans-Jakarta terganggu seiring dengan ditutupnya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBBG) Kampung Rambutan hingga 31 Oktober mendatang karena stok gas yang dimiliki SPBBG itu telah habis. Penam-bahan stok, bila dilakukan saat ini, akan dikenai harga baru, yakni 300% dari harga saat ini Rp2.562 per liter setara pre-mium (lsp) atau sekitar Rp7.680 per liter.

Akibatnya bus Trans-Jakarta yang biasa mengisi di SPBBG itu harus mengalihkan pengi-sian gas ke SPBBG lainnya. Dari lima SPBBG yang ada, dua SPBBG mematok harga lebih mahal, yakni Rp3.600 per lsp. Dengan begitu, bus Trans-Jakarta akan menyerbu SPBBG Pesing, Pancoran, dan Pemuda yang masih menjual gas de-ngan harga Rp2.562 per lsp.

“Jadi pada 22 Oktober sam-pai 31 Oktober sebenarnya hanya tiga SPBBG yang ber-operasi. Dari total 339 armada yang kita operasikan, hanya 91 armada yang pakai solar. Sisanya pakai gas semua,” kata Manajer Operasional Trans-Jakarta Susilo Dewanto.

Umumnya waktu untuk pengisian gas hanya sekitar 10 menit hingga 20 menit. Namun, karena antrean bertambah ser-ta jarak tempuh antara SPBBG dan koridor yang dilayani makin jauh, berarti dibutuhkan waktu lebih panjang lagi. Oto-matis itu akan mempengaruhi tersedianya bus Trans-Jakarta yang bisa melayani rute-rute yang ada. Dampaknya waktu kedatangan antarbus jadi se-makin panjang.

Keterlambatan tersebut dibe-narkan beberapa pengguna jasa Trans-Jakarta dalam kesehari-annya. Misalnya saja Nalia, 29, warga Kampung Melayu yang bekerja di kawasan Harmoni. Dia pun harus lebih bersabar menunggu bus di halte.

“Jurusan PGC Kampung Melayu dari Harmoni selama ini memang lama, tapi Jumat-Sabtu kemarin saya nunggu bus di halte sampai 1 jam lebih. Sudah lama, padat banget,” kata Nalia

Hal senada diungkapkan Syarif, 24, yang biasa menggu-

nakan Trans-Jakarta jurusan Lebak Bulus-Grogol. “Saya kerja di Kebon Jeruk, biasa berangkat dari halte Grogol tujuan Lebak Bulus. Biasanya juga bisa nunggu sampai sete-ngah jam, ini nunggu sampai 1 jam,” keluhnya.

Butuh terobosanYayasan Lembaga Konsumen

Indonesia (YLKI) melihat kesu-litan operator bus Trans-Jakarta dalam mengisi BBG dapat meningkatkan ketidakpua-san konsumen terhadap pe-layanannya.

Hal tersebut tentunya me-rugikan konsumen yang mem-percayai bus Trans-Jakarta untuk berkendaraan.

“Oleh karena itu, pemerintah harus mengambil sikap dalam mengatasi permasalahan ini,” ujar Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi.

Tulus menambahkan, pihak operator juga sepatutnya membenahi kerja sama yang dilakukan dengan pihak pe-nyalur bahan bakar. “Kontrak kerja harus jelas,” tandasnya.

Ia melihat diperlukannya solusi dalam meng atasi kesu-litan proses pengisian BBG. Kendala tidak strategisnya le-tak SPBBG, menurutnya, harus diminimalisasi dengan peng-adaan infrastruktur pengisian BBG yang berjalan.

“Harus ada terobosan baru. Misalnya, sediakan tangki-tangki BBG yang ditaruh di terminal-terminal bus Trans-Jakarta yang tingkat penum-pangnya tinggi seperti halte Kota, Lebak Bulus. (J-2)

[email protected]

Bus Trans-Jakartabakal Sering Telat

Penumpang bisa antre hingga 1 jam untuk menunggu bus Trans-Jakarta.

Nesty Trioka Pamungkas

KELUARGA miskin dan ku-rang mampu masih sulit men-dapatkan pelayanan kesehatan. Padahal pelayanan itu hak mereka yang dibiayai dari Ang-garan Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta sebesar Rp635 miliar.

“Jangan harap mendapat perlakuan sopan dan dilayani. Kami sering dilempar-lempar,” ujar Ani di Puskesmas Kedoya, Jakarta Barat, kemarin.

Ani merasa dipersulit me-ngurus surat keterangan tidak mampu (SKTM) sebagai syarat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

Para keluarga pemohon pe-layanan kesehatan itu kerap mendapat perlakuan kasar se-perti kata-kata kasar. Bahkan, tidak jarang mereka mendapat penghinaan. Belum lagi ke-luarga pemohon itu dicurigai pura-pura sakit.

“Siapa yang mau bohong. Siapa yang mau disuntik dan dicuci darah, kalau memang tidak sakit,” ujar Rani, pasien lainnya di Puskesmas Kedoya.

Begitu pula Arman dan dua rekannya, Titi dan Mimi, yang mengurus persyaratan untuk pelayanan kesehatan di Di-nas Kesehatan, Jakarta Pusat.

Dia juga menerima perlakuan kasar. Titi yang minta bertemu Kepala Tata Usaha (TU) Dinas Kesehatan, ditolak.

Mereka mendapat kata-kata tidak sopan dari petugas setem-pat. Titi dan Arman yang sudah menjelaskan akan mengurus SKTM yang dijanjikan pejabat di Pemprov DKI akhirnya ti-dak mendapat pelayanan dari pihak tata usaha itu.

Titi dan Arman yang men-derita sakit ginjal itu diusir satpam kantor tersebut. “Kami biasa tertindas sih. Padahal itu kan uang rakyat, dia seharus-nya tidak kasar kepada warga,”

ujar Arman. Asri warga Cempaka Putih

juga mengaku sering diper-lakukan kasar. “Bahkan, adik saya sakit enggak diterima di rumah sakit karena dalam daftar cara penulisan namanya agak beda,” ujar Asri.

Asri harus mengurus ulang lagi surat-surat persyaratan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan keluarga miskin. Dia harus berurusan lagi ke puskes-mas dan dinas kesehatan.

“Sudah dua hari saya urus ini, tapi dioper dari wilayah ke pusat. Dari pusat dioper lagi ke wilayah,” ujar Asri. (San/J-5)

Narkoba di Rutan PoldaCoreng Citra Polisi

KAPOLDA Metro Jaya Sutar-man Irjen Sutarman harus bisa dengan segera menuntaskan kasus ditemukannya narkoba di Rumah Tahanan (Rutan) Direktorat Narkoba Polda Me-tro Jaya.

Hal itu penting untuk me-ngembalikan citra polisi yang otomatis tercoreng dengan ada-nya kasus itu. Apalagi dalam beberapa kasus terakhir, polisi kerap kali terlibat dalam bisnis narkoba (lihat grafi s).

“Adanya narkoba di rutan polda menurunkan keperca-yaan masyarakat terhadap po-lisi sebagai lembaga penegak

hukum. Ini harus menjadi pe kerjaan rumah yang harus diselesaikan kapolda yang baru,” kata anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompol-nas) La Ode ketika dihubungi, kemarin.

Hal senada diungkapkan juga oleh anggota Kompolnas Novel Ali. Ia berpendapat ke-jadian itu sangat memalukan bagi institusi kepolisian.

Ia menambahkan, intelijen kepolisian sebenarnya bisa mencegah hal semacam itu ter-jadi. Tapi, hal itu urung terjadi karena intel kepolsian saat ini menjadi titik paling lemah di

kepolisian. Mereka dinilai belum bisa mengoptimalkan sarana dan prasarana yang dimiliki serta belum memi-liki jaringan yang baik. Pada-hal akses intel itu sebenarnya terbuka amat lebar.

“Kejadian seperti yang sekarang ini yang membukti-kan polisi tidak menjalankan fungsi preventifnya. Saya harap kapolda maupun Ka-polri yang baru tidak tinggal diam karena banyak masalah di internal kepolisian sendi-ri yang harus diperbaiki,” tandasnya.

Sementara itu, Ketua Pre-sidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane

mengaku prihatin dengan pe-ristiwa tersebut.

“Saya prihatin dengan ada-nya kasus ini. Saya berharap hal tersebut dapat diluruskan polda dan ditindaklanjuti,” katanya.

Neta berharap polisi tidak menutup-nutupi informasi tersebut guna konsistensi pem-berantasan narkoba, tidak saja di luar, tapi juga di internal polisi.

Masyarakat berharap besar akan kinerja polisi karena me-rekalah yang berwenang untuk menangkap pelaku kejahatan narkoba. (*/J-2)

ANTREAN PENUMPANG: Ratusan calon penumpang bus Trans-Jakarta mengantre di Halte Senen, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Sulitnya Dapatkan Pelayanan Kesehatan

MI/ROMMY PUJIANTO

Tulus AbadiPengurus Harian YLKI

MI/RAMDANI