semiotika jihad fi sabilillah ‘ibnu battutah dalam...

119
SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAHDALAM FILM JOURNEY TO MECCA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) Oleh Nurmalisa Nazaroni NIM: 1110051000114 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Upload: doanthien

Post on 01-Apr-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU

BATTUTAH’ DALAM FILM JOURNEY TO MECCA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi

Islam (S. Kom. I)

Oleh

Nurmalisa Nazaroni

NIM: 1110051000114

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009
Page 3: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009
Page 4: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya, yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu (S. 1) di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan tiruan hasil karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 19 Desember 2014

Nurmalisa Nazaroni

Page 5: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

i

ABSTRAK

Nurmalisa Nazaroni

Semiotika Jihad fi Sabilillah ‘Ibnu Battutah’ dalam Film Journey to Mecca.

Film Journey to Mecca merupakan film yang menceritakan tentang sosok

yang bernama Ibnu Battutah dalam melakukan perjalanan sucinya ke tanah suci

Mekah. Ibnu Battutah dinobatkan sebagai seorang petualang muslim terbesar abad

ke-14. Prestasi perjalanan yang telah ditempuhnya yaitu sejauh 73.000 mil dan

melampaui 44 negara jika dilihat pada peta dunia saat ini. Perjalanan ke Mekah

merupakan rute pertama petualangannya dengan misi menunaikan ibadah haji.

Pemuda asal Maroko ini melakukan perjalanan ke Mekah seorang diri yang ketika

itu usianya 21 tahun. Banyak penolakan ketika ia meminta izin dari berbagai

pihak, terutama orang tua, saat ia berpamitan ingin melaksanakan perjalanan suci

tersebut. Namun berkat tekad dan harapan yang kuat untuk bisa melihat Masjidil

Haram akhirnya ia memutuskan untuk berangkat pada saat itu. Di tengah

perjalanannya ia banyak sekali menghadapi berbagai hambatan, seperti

fatamorgana, tidak sadarkan diri, badai gurun, bahkan ia nyaris mati akibat

serangan bandit di gurun.

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut:

Pertama, bagaimana sign dan code Jihad fi Sabilillah Ibnu Battutah dalam film

Journey to Mecca? Kedua, bagaimana elemen Jihad fi Sabilillah Ibnu Battutah

dalam film Journey to Mecca? Dan ketiga, bagaimana convetion Jihad fi

Sabilillah Ibnu Battutah dalam film Journey to Mecca?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menggunakan metode

semiotika Roland Barhtes yaitu dengan cara mencari makna denotasi, konotasi

dan mitos yang dikemas melalui pemaknaan sign dan code, elemen dan convetion

yang menjelaskan semiotika pada dasarnya hendak memperlajari bagaimana

kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Artinya, semua yang hadir

dalam kehidupan manusia dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus diberi

makna.

Film Journey to Mecca menampilkan perjuangan Jihad fi sabilillah Ibnu

Battutah, terutama dalam adegan ketika Ibnu Battutah sedang melakukan

perjalanan dari Kairo menuju Mekah. Di sana banyak divisualisasikan perjuangan

keras Ibnu Battutah dalam menghadapi kerasnya sebuah perjuangan menuju ridha

Allah. Karena, banyak sekali simbol-simbol dan kode-kode yang menurut peneliti

memunculkan interpretasi dan pesan simbolik. Karena hal itulah, menurut peneliti

film Journey to Mecca perlu ditelisik menggunakan kajian semiotika.

Jadi, film ini berhasil menampilkan perjuangan Jihad fi Sabilillah yang

dilakukan oleh Ibnu Battutah dalam memperjuangkan rukun Islam yang kelima.

Kode yang muncul terdapat ketika perjalanan dari Kairo menuju Mekah. Melalui

unsur sinematik film, peneliti menemukan ada 13 elemen penting yang dapat

membangun makna di dalam film sebagai representasi makna Jihad fi Sabilillah.

Konvensi terdapat dalam beberapa sekuen dan adegan dalam durasi-durasi

tertentu.

Keyword: Ibnu Battutah, Jihad fi Sabilillah, Mekah, film, Semiotik, Journey to

Mecca.

Page 6: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT karena sampai pada saat ini telah

diberikan nikmat sehat oleh-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah dalam rangka

mendapatkan gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) pada program studi

Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis banyak melibatkan bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Tanpa bantuan dari semua pihak tersebut

mustahil penulis dapat menyelasaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan hormat

tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. H. Arif Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Dr. Suparto, M. Ed, Ph. D, selaku Wakil Dekan I bidang

Akademik, Drs. Jumroni, M. Si, selaku Wakil Dekan II bidang

Administrasi Umum, dan Dr. H. Sunandar Ibnu Noor, M.A, selaku Wakil

Dekan III bidang Kemahasiswaan.

2. Dr. Rulli Nasrullah, M.Si, Dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan

meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan inspirasinya yang

sangat berharga.

3. Rachmat Baihaky, M.A, selaku Ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran

Islam.

Page 7: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

iii

4. Fita Fathurokhmah, M. Si, Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam.

5. Prof. Dr. Murodi, MA, Dosen Penasihat Akademik Jurusan Komunikasi

dan Penyiaran Islam (KPI D).

6. H. Zakaria, MA. Selaku dewan penguji yang memberikan arahan dan

masukan untuk perbaikan kualitas skripsi ini.

7. Dr. Sihabudin Noor, MA. Selaku dewan penguji yang mengarahkan

peneliti untuk memperbaiki skripsi ini.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak

ilmu kepada saya.

9. Segenap jajaran pegawai tata usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

10. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Dedyk Haryono dan Ibunda Maysah

yang telah menjadi orang tua hebat yang tak henti-hentinya memberikan

kasih sayang, doa, dan motivasinya untuk penulis. Kasih sayangmu begitu

berarti bagiku.

11. Kakakku tersayang Ayi Saepudin, Jojo Septianto, Mahlin, dan adikku

Bayu Prasetyo, selalu memberikan motivasi, dukungan moril maupun

materil, serta kasih sayang yang tak terhingga.

12. Mas Danang Budi Utomo, kamu hadir di waktu yang tepat, terimakasih

untukmu yang memberiku semangat setiap hari, motivasi, doa, canda dan

tawa di saat penulis merasa jenuh. “Selalu ada jalan kalau kita mau

berusaha.”

Page 8: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

iv

13. Sahabatku, Intan Purwatih, Isyana Tungga Dewi, Karlia Zainul, Nurul

Fazriah, Shofa Mayonia Jeric, Kawan-kawan KPID, dan Kawan-kawan

KKN MOZAIK, kebersamaan dengan kalian memahamiku tentang banyak

hal berharga.

14. Kepada Muhammad Dhiya Ulhaq, yang telah bersedia memberikan

banyak referensi kepada penulis.

Semoga segala partisipasi, dukungan dan motivasi serta doa kepada

penulis dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda. Harapan

penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

selanjutnya.

Jakarta, 19 Desember 2014

Penulis

Page 9: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PENGESAHAN PANITIA PENGUJI

LEMBAR PENYATAAN

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................. 5

C. Tujuan dan Manfaat penelitian....................................................... 6

D. Metodologi Penelitian .................................................................... 7

E. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 10

F. Sistematika Penulisan .................................................................... 11

BAB II KERANGKA TEORITIS ................................................................ 13

A. Tinjauan Umum Film ..................................................................... 13

B. Semiotika ....................................................................................... 33

C. Representasi Jihad fi sabilillah ...................................................... 41

BAB III GAMBARAN UMUM FILM JOURNEY TO MECCA ............... 48

A. Profile Bruce Neibaur sebagai Sutradara Film Journey to Mecca . 48

B. Sinopsis Film Journey to Mecca .................................................... 50

C. Tim Produksi Film Journey to Mecca ............................................ 53

Page 10: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

vi

BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN ........................................ 54

A. Adegan dalam Film Journey to Mecca .......................................... 54

B. Narasi Adegan yang diteliti ............................................................ 75

C. Semiotik dalam Adegan “Perjalanan dari Kairo ............................ 81

D. Interpretasi...................................................................................... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 102

A. Kesimpulan .............................................................................. 102

B. Saran ......................................................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 104

LAMPIRAN

Page 11: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.2 Skema Gende Film Induk Primer dan Induk Sekunder ............ 25

Tabel 2.2 Tabulasi Analisis Film .............................................................. 39

Tabel 1.4 Adegan Awal mula Perjalanan Ibnu Battutah .......................... 56

Tabel 2.4 Ikon, Indeks, dan Simbol dalam Adegan Awal Mula Perjalanan

Ibnu Battutah ............................................................................ 58

Tabel 3.4 Adegan Perampokan ................................................................. 63

Tabel 4.4 Ikon, Indeks, dan Simbol dalam Adegan Ketika Ibnu Battutah

Menghadapi Bahaya yang Mengancam ................................... 65

Tabel 5.4 Adegan Keteguhan Hati Mempertahankan Prinsip .................. 70

Tabel 6.4 Ikon, Indeks, dan Simbol dalam Adegan Keteguhan Hati

Mempertahankan Prinsip ......................................................... 72

Tabel 7.4 Analisis Tanda Denotasi dan Konotasi dalam Skenario ........... 82

Tabel 8.4 Ikon, Indeks, dan Simbol dalam Adegan Perjalanan Ibnu Battutah

dari Kairo Menuju Mekah ........................................................ 83

Tabel 9.4 Visualisasi shot dari Adegan Perjalanan dari Kairo ................ 84

Tabel 10.4 Analisis Adegan Utama Melalui Tabulasi Analisis Film Stave

Campsall ................................................................................... 94

Tabel 11.4 Konvensi dalam Adegan Utama ............................................... 97

Page 12: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Film Journey to Mecca merupakan film hasil garapan sutradara asal

Amerika, Bruce Neibaur. Film ini merupakan salah satu film bergendre

dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009 lalu. Journey to

Mecca manampilkan catatan sejarah penting mengenai seorang tokoh

petualang muslim terbesar sepanjang masa menyusuri belahan dunia pada

abad 14, Abdullah ibn Muhammad ibn Ibrahim al-Lawati ibn Battutah (Ibnu

Batutah) asal Maroko.

Dalam film ini, Bruce mencoba menampilkan sebuah makna yang

tersirat dari perjuangan pemuda asal Maroko tersebut (yang ketika itu berusia

21 tahun) dalam perjalanannya menuju tanah suci Mekah untuk melaksanakan

ibadah haji. Pesan-pesan yang ingin ditampilkan dalam film ini tergambar

jelas pada beberapa adegan dan sign. Pesan-pesan tersebut banyak

merepresentasikan makna sebuah perjuangan yang tulus di jalan Allah, atau

disebut dengan jihad fi sabilillah.

Mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), haji ialah

kegiatan melaksanakan rukun Islam kelima (kewajiban ibadah) yang harus

dilakukan oleh orang Islam yang mampu, dengan mengunjungi Baitullah atau

Ka’bah pada bulan Haji dan mengerjakan amalan haji, seperti ihram, tawaf,

sa’i, dan wukuf.1

1Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online.

Page 13: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

2

Ibadah haji merupakan salah satu kewajiban yang paling sakral di

antara semua kewajiban Islam. Tercatat, ibadah haji dikatakan sebagai simbol

agama teragung dan merupakan ibadah teristimewa di antara keempat ibadah

Islam lainnya dan termasuk salah satu rukun utama di antara kelima rukunnya.

Amalan-amalan haji yang sangat agung ini mampu menyatukan segala

perbedaan seperti, ras, bahasa, asal negara, serta tingkatan sosial, dan lain-lain.

Selain itu, ibadah haji mampu menyatukan semuanya dalam satu kesatuan,

sehingga semuanya merasa sama di mata Allah.

Pesan-pesan inilah yang coba ditanamkan dalam film Journey to

Mecca. Film ini mencoba memvisualisasikan perjuangan Ibnu Battutah

menunaikan rukun Islam kelima, yakni pergi berhaji. Dalam perjalanan

hajinya Ibnu Battutah kerapkali menghadapi kerasnya berbagai tantangan dan

rintangan. Bahkan ia nyaris kehilangan nyawanya ketika datang para

perampok saat menempuh perjalanan di padang pasir. Tantangan dan

rintangan kian hadir silih berganti, tetapi berkat tekat keimanan dan keteguhan

hatinya, ia mampu melewati segala cobaan yang menderanya. Perjalanan ini

merupakan bukti pencapaian ibadah haji yang merupakan perintah langsung

dari Allah.

Journey to Mecca memunculkan kembali sejarah perjuangan keras

pada saat itu. Film ini berhasil memvisualisasikan perjalanan berhaji yang

merupakan potret atau gambaran perjalanan ke Mekah pada abad ke-14.

Page 14: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

3

Terbukti, Film ini berhasil mendapatkan penghargaan Most Popular Film di

La Geode Film Festifal, Paris pada tahun 2009 lalu dengan durasi 45 menit.2

Di Indonesia, film ini diputar di Teater IMAX Keong Emas, Taman

Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta. Di dalam film ini kemudian muncul

berbagai simbol-simbol dan tanda-tanda yang merepresentasikan perjuangan

‘jihad di sabilillah’ yang tercermin melalui tokoh Ibnu Battutah yang

diperankan oleh Chems Eddine Zinoun.

Film memiliki pengaruh yang cukup besar sebagai media penanaman

nilai dan ideologi. Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk

menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta

menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian teknis lainnya

kepada masyarakat umum.3

Film merupakan sebuah karya yang mengandung unsur audio visual

sehingga muncul berbagai interpretasi di dalamnya. Inilah yang menarik

perhatian peneliti yaitu ingin mengetahui lebih jauh tanda serta simbol yang

dapat mempengaruhi penontonnya dalam film ini terhadap paradigma jihad.

Untuk menganalisis film ini lebih kritis lagi, pendekatan semiotika

menjadi sangat penting. Karena semiotika merupakan kajian tentang

pemaknaan sebuah tanda. Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari

Yunani semeion (tanda). Tanda tersebut kemudian dimaknai sebagai suatu hal

2 http://cakrawala-senja.blogspot.com/2009/05/journey-to-mecca.html, diunduh pada

Sabtu, 1 Maret 2014. 3 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa; Suatu Pengantar, (Jakarta: Penerbit

Erlangga, 1991), Cet. Ke-2, h.13.

Page 15: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

4

yang merujuk adanya hal lain. Contohnya asap menandai adanya api, sirene

mobil yang keras meraung-raung menandai adanya kebakaran di sudut kota.4

Secara terminologis, semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu

yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh

kebudayaan sebagai tanda.5

Salah seorang tokoh semiotik yang cukup terkenal dalam

mempraktikkan model linguistik dan semiologi milik Saussure yakni Roland

Barthes. Barthes berpendapat bahwa bahasa ialah sebuah sistem tanda yang

mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam kurun

waktu tertentu.6

Teori Barthes mengenai signifikasi dua tahap (two order of

signification), seperti yang disebut Fiske, Barthes menemukan bahwa di dalam

sebuah tanda mengandung dua unsur pemaknaan yang signifikan. Pemaknaan

ini yang kemudian disebut sebagai denotative dan conotative sign.7

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis memberi judul pada

penelitian ini “Semiotika Jihad fi Sabilillah „Ibnu Battutah‟ dalam Film

Journey to Mecca.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas bahwa apa yang

menjadi sorotan dalam film ini yakni bagaimana pengorbanan serta

4 Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotik, Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006). 6 Indiawan Seto Wahyu, Semiotika Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011).

6 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-4,

h.63. 7 Indiawan Seto, Semiotika Komunikasi, h, 16.

Page 16: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

5

perjuangan Ibnu Battutah dalam menempuh perjalanan menuju Mekah

dalam rangka menunaikan ibadah haji, maka penulis membatasi penelitian

pada pesan tanda atau simbol dalam rangkaian gambar yang mengandung

aspek jihad fi sabilillah dalam adegan perjalanan Ibnu Battutah dari Kairo

menuju Mekah pada durasi 18:58 sampai durasi 31:50 melalui film

Journey to Mecca karya Bruce Neibaur.

2. Perumusan Masalah

Agar tidak terlalu meluas pembahasan dalam penelitian ini, maka

peneliti memfokuskan pada tiga hal berikut diantaranya:

1. Bagaimana sign dan code jihad fi sabilillah ‘Ibnu Battutah’ dalam

film Journey to Mecca?

2. Bagaimana elemen jihad fi sabilillah ‘Ibnu Battutah’ dalam film

Journey to Mecca?

3. Bagaimana convention jihad fi sabilillah ‘Ibnu Battutah’ dalam film

Journey to Mecca?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana sign dan code jihad fi sabilillah ‘Ibnu

Battutah’ dalam film Journey to Mecca.

b. Untuk mengetahui bagaimana elemen jihad fi sabilillah ‘Ibnu

Battutah’ dalam film Journey to Mecca.

Page 17: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

6

c. Untuk mengetahui bagaimana convention jihad fi sabilillah ‘Ibnu

Battutah’ dalam film Journey to Mecca.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu sebagai

bahan informasi dan dokumentasi ilmiah perkembangan ilmu

pengetahuan, serta memberikan pandangan tentang analisis semiotika

sebagai sebuah metode penelitian dalam analisis media.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pencerahan bagi para

praktisi perfilman untuk mengetahui bagaimana membuat film sarat

makna sebagai media dakwah Islam. Sedangkan untuk praktisi

komunikasi, diharapkan penelitian ini dapat menjadi khazanah

keilmuan dan literatur baru untuk mengetahui serta menggali makna

yang terkandung dalam sebuah produk media massa, khususnya

penelitian film menggunakan analisis semiotika.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menggunakan

metode semiotika Roland Barthes yaitu dengan cara mencari makna

denotasi, konotasi dan mitos yang dikemas melalui pemaknaan sign dan

Page 18: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

7

code, elemen, dan convetion yang menjelaskan semiotika atau semiologi

pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity)

memaknai hal-hal (things).8 Artinya, semua yang hadir dalam kehidupan

manusia dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus diberi makna.

a. Objek Penelitian dan Unit Analisis

Objek penelitian ini adalah film. Sedangkan unit analisisnya

adalah mengkhususkan pada gambaran perjalanan haji abad ke-14

dalam film Journey to Mecca dalam adegan-adegan visual, audio, atau

narasi dalam film Journey to Mecca yang berkaitan dengan rumusan

permasalahan penelitian.

b. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data-data dikumpulkan melalui observasi,

yaitu mengamati langsung secara mendalam data-data yang sesuai

dengan pertanyaan penelitian. Berikut instrumen penelitiannya:

1. Data Primer

Data primer berupa dokumen elektronik, yaitu berupa DVD film

Journey to Mecca. Penulis mengamati simbol-simbol yang ada dalam

film tersebut serta menganalisis sesuai dengan model penelitian yang

digunakan.

2. Data Sekunder

8 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet. Ke-

4, h. 15.

Page 19: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

8

Data sekunder berupa dokumen tertulis, yakni penulis

mengumpulkan data-data melalui telaah dan mengkaji berbagai

literatur yang sesuai dengan materi penelitian untuk dijadikan

argumentasi.

3. Teknik Analisis Data

Setelah data primer dan sekunder terkumpul, kemudian dikaitkan

dengan rumusan masalah. Selanjutnya dilakukan analisis data

menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Bartes

mengembangkan semiotika menjadi dua, yakni denotasi dan konotasi

yang menghasilkan tanda secara objektif yaitu untuk memahami

makna yang tersirat dalam Film “Journey to Mecca”. Selain itu

menggunakan teknik analisis semiotika film Christian Metz yaitu

dengan cara mencari makna dalam film yang akan diteliti, serta

menggunakan tabulasi analisis film Steve Campsall sebagai pelengkap

dari unsur-unsur film. Berikut indikatornya:

a. Sign

Unit makna terkecil yang dapat kita jumpai di manapun kita

berada, dapat kita dengar, kita rasa, kita hirup, dapat pula kita

tafsirkan dan turut menentukan makna keseluruhan.

b. Code

Sekumpulan tanda yang nampak secara alami dan membentuk

makna keseluruhan.

c. Elements

Page 20: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

9

Seluruh aspek dan komponen dalam produksi film dan dapat

memunculkan berbagai representasi makna.

d. Denotative Sign

Terdapat pada signifikasi tahap pertama, yaitu kata yang bersifat

umum dan secara langsung menunjukkan makna yang sebenarnya.

e. Conotative Sign

Istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi

tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika

tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari penonton serta

nilai-nilai dari kebudayaannya.

f. Convention Sign

Merupakan rujukan dalam menilai suatu pekerjaan atau kebiasaan

yang sudah umum di dalam masyarakat dan biasanya eksistensinya

muncul dalam sebuah kesepakatan bersama.

E. Tinjauan Pustaka

Pada penelitian ini banyak persamaan dan perbedaan dengan skripsi-

skripsi sebelumnya khususnya yang mengkaji tentang semiotika yang

menggunakan pisau analisis semiotika Roland Barthes. Tujuannya sebagai

bahan rujukan bagi penulis dalam merumuskan masalah, tapi tentunya

ditunjang pula dengan literatur lainnya seperti buku, artikel, internet, dll.

Adapun penelitian yang serupa diantaranya yaitu, Semiotika

Perjuangan ‘Said Nursi’ Menulis Kitab Risalah Nur dalam Film Hur Adam

Page 21: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

10

oleh Uray Noviandy Taslim, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Model

semiotika yang digunakan Uray sama dengan peneliti yaitu sama-sama

menggunakan model semiotika Roland Barthes. Dalam skripsinya, Uray

mengkaji mengenai interpretasi dakwah bil qalam atau jihad dengan kata-kata

di balik jeruji besi yang dilakukan oleh tokoh penting di Turki yaitu

Bediuzzaman Said Nursi.9

Semiotika Mati Syahid dalam Film Death in Gaza, oleh Muhammad

Dhiyaa Ulhaq tahun 2013, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Tidak jauh

berbeda dari penelitian semiotika terdahulu, Ulhaq menggunakan pisau

analisis semitika Roland Barthes. Wacana yang ingin dibangun pada

penelitian tersebut yaitu menggambarkan fakta-fakta mengenai bagaimana

visualisasi dalam merepresentasikan pandangan Islam terhadap anak-anak

Palestina dalam menyikapi jihad.10

Semiotika Arti Kasih Ibu dalam Film Semesta Mendukung, oleh Ania

Febriani Fasha tahun 2013, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Penelitian

tersebut menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, wacana yang diangkat

yakni membatasi permasalahan penelitian pada pesan tanda atau simbol yang

mengandung aspek makna kasih ibu pada film tersebut.11

9 Uray Noviandy Taslim, “Semiotika Perjuangan ‘Said Nursi’ Menulis Kitab Risalah Nur

dalam Film Hur Adam,” Skripsi S1 (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012). 10

Muhammad Dhiyaa Ulhaq, “Semiotika Mati Syahid dalam Film Death in Gaza,”

Skripsi S1 (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013). 11

Ania Febriani Fasha, “Semiotika Arti Kasih Ibu dalam Film Semesta Mendukung,”

Skripsi S1(Jakarta: Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013).

Page 22: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

11

Persamaan dari skripsi-skripsi terdahulu dengan penelitian ini yaitu

sama-sama menggunakan pisau analisis semiotika Roland Barthes.

Perbedaannya terletak pada wacana yang coba dibangun oleh peneliti yaitu

ketabahan hati perjuangan ibnu Battutah dalam perjalanan ke Mekah untuk

menunaikan ibadah haji serta peneliti mengkaji tentang jihad fi sabilillah yang

dilakukan Ibnu Battutah dalam film Journey to Mecca.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terarah maka penulis

membagi pembahasannya ke dalam lima bab yang dibagi kedalam sub-sub

bab sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan

Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika

Penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORI

Dalam bab ini menjelaskan tentang tinjauan umum film yang berisi

seputar definisi film, struktur film, jenis dan klasifikasi film,

sejarah perkembangan film, film sebagai media komunikasi dan

sebagai media dakwah. Tinjauan umum semiotika meliputi konsep

dasar semiotika, konsep semiotika Barthes dan Metz, tabel analisis

Steve Campsall. Tinjauan umum jihad fi sabilillah meliputi definisi

Page 23: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

12

jihad, drajat jihad, perintah berjihad dalam Al-qur’an. Profil Ibnu

Battutah.

BAB III: GAMBARAN UMUM FILM

Pada bab ini berisikan tentang profil sutradara dan penghargaan

film Journey to Mecca, gambaran umum film Journey to Mecca,

dan tim produksi film.

BAB IV: ANALISIS SEMIOTIKA FILM JOURNEY TO MECCA

Dalam bab ini menjelaskan tentang temuan penelitian dan hasil

penelitian dari analisis judul film, pengantar adegan yang diteliti

dan narasi yang diteliti dalam film Journey to Mecca.

BAB V: PENUTUP

Pada bab akhir ini, penutup terdiri dari kesimpulan, saran, daftar

pustaka dan lampiran.

Page 24: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

13

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Tinjauan Umum Film

1. Definisi Film

Film, menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBI) didefinisikan sebagai

selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan

dibuat potret). Di samping itu, film juga merupakan media untuk tempat

gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop), dan film diartikan sebagai

lakon (cerita) gambar hidup.1 Kemudian, menurut UU No. 23 Tahun 2009

tentang perfilman Pasal 1 menyebutkan bahwa film merupakan karya seni

budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang

dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat

dipertunjukkan.2

Film merupakan salah satu bagian dari media massa. Film berperan

sebagai sarana komunikasi yang digunakan untuk penyebaran hiburan,

menyajikan cerita, peristiwa, drama, dan sajian teknis lainnya kepada

masyarakat. Secara etimologis, film disebut sebagai Moving Images (gambar

bergerak). Awalnya film lahir sebagai bagian dari perkembangan teknologi.

Film ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-prinsip fotografi dan

proyektor. Thomas Edison, untuk kali pertamanya mengembangkan kamera

1Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa,

2008), h. 414. 2Undang-U ndang No. 23 Tahun 2009 tentang perfilman, Pasal 1.

Page 25: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

14

citra bergerak pada tahun 1888 ketika itu ia membuat film berdurasi sepanjang

15 detik.3

Menurut Prof. Dr. Azhar Arsyad, M. A, film atau gambar hidup

merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame

diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar

terlihat gambar itu hidup. Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga

memberikan daya tarik tersendiri.4 Selain itu, film memiliki hubungan yang

sangat erat dengan kebudayaan. Seperti apa yang dikatakan oleh James

Monaco, bahwa memahami film adalah memahami bagaimana setiap unsur,

baik sosial, ekonomi, politik, budaya, psikologi dan estetis film masing-

masing mengubah diri dalam hubungan yang dinamis.5

Dalam pembuatan film diperlukan proses pemikiran dan proses teknik.

Proses pemikiran berupa pencarian ide, gagasan, dan cerita yang akan digarap.

Proses teknik berupa keterampilan artistik untuk mewujudkan ide dan gagasan

menjadi sebuah film yang siap ditonton. Pencarian ide dan gagasan ini dapat

berasal dari mana saja, seperti novel, cerpen, puisi, dongeng, bahkan dari

sejarah masa lampau.6

Sebagai karya seni, film memiliki kemampuan kreatif. Film

mempunyai kesanggupan untuk menciptakan suatu realitas rekaan sebagai

bandingan terhadap realitas. Realitas yang ditampilkan dalam film adalah

realitas yang dibangun oleh pembuat film dengan mengangkat nilai-nilai atau

3Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotik Media, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h.

132. 4Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), cet. Ke-5, h.

48. 5Teguh Trianton, Film Sebagai Media Belajar, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 49.

6Ekky Imanjaya, Why Not: Remaja Doyan Nonton, (Bandung: PT Mizan Bunaya

Kreativa, 2004), h. 10.

Page 26: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

15

unsur-unsur budaya yang terdapat di dalam lapisan masyarakat. Ataupun

sebaliknya, realitas yang ditampilkan dalam film kemudian menjadikan

sebuah bentukan „budaya‟ yang diikuti oleh penonton.

Seperti halnya karya sastra, film adalah karya seni budaya yang

terbentuk dari berbagai unsur. Secara umum struktur film sama dengan

struktur karya sastra yaitu terbentuk oleh unsur-unsur intrinsik dan unsur

ekstrinsik. Oleh karena itu, untuk dapat memahami segala pesan yang

disampaikan dalam film kita harus mampu menganalisis atau mengkaji

berbagai unsur-unsur pembangun film tersebut.

Mengkaji unsur intrinsik artinya kita dapat menganalisis satu demi satu

secara objektif dengan totalitas berbagai unsur yang terkandung di dalam

karya tersebut. Lalu, yang dimaksud dengan totalitas yakni bahwa berbagai

unsur yang dianalisis dan diurai satu persatu tadi tetap saling dihubungkan

dalam rangka mendapatkan makna dan pesan yang utuh dari keseluruhan

karya. Sedangkan mengkaji unsur ekstrinsik artinya kita dapat

menghubungkan makna dan pesan yang telah diperoleh dari unsur intrinsik

dengan berbagai hal yang berada di luar karya yang dinilai memiliki bubungan

erat dengan penciptaan dan penyerapan informasi atau pesan dalam sebuah

film menjadi lebih komprehensif dan lengkap.

Dalam kajian semiotika, film adalah salah satu prodak media massa

yang menciptakan atau mendaur ulang tanda untuk tujuannya sendiri. Caranya

adalah dengan mengetahui apa yang dimaksudkan atau direpresentasikan oleh

sesuatu, bagaimana makna itu digambarkan dan mengapa ia memiliki makna

sebagaimana ia tampil.

Page 27: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

16

Pada tingkat penanda, film adalah teks yang memuat serangkaian citra

fotografi yang mengakibatkan adanya ilusi gerak dan tindakan dalam

kehidupan nyata. Pada tingkat petanda, film merupakan cermin kehidupan

metaforis. Jelas bahwa topik film menjadi sangat pokok dalam semiotika

media karena di dalam genre film terdapat sistem signifikasi yang ditanggapi

orang-orang masa kini dan melalui film mereka mencari reaksi, inspirasi, dan

wawasan pada tingkat interpretasinya.7

Untuk dapat memahami film secara utuh, kita harus memahami unsur-

unsur pembentuk film terlebih dahulu. Secara umum, unsur pembentukan film

terbagi menjadi dua macam, yakni unsur naratif dan unsur sinematik.

1. Naratif

Unsur naratif film berhubungan dengan aspek cerita atau tema

film. Unsur ini meliputi tokoh, masalah, konflik, lokasi, dan waktu.

a. Tokoh

Dalam film cerita, terdapat dua tokoh penting, yakni tokoh utama dan

tokoh pendukung. Tokoh utama acapkali diistilahkan sebagai

protagonis, sedangkan tokoh pendukung biasa disebut dengan tokoh

antagonis yang biasanya bertintak sebagai pemicu konflik.

b. Masalah dan Konflik

Masalah di dalam film dapat diartikan sebagai penghalang yang

dihadapi oleh tokoh protagonis dalam meraih tujuannya. Permasalahan

ini yang kemudian memicu konflik (konfrontasi) fisik atau batin dari

luar ataupun dari dalam diri tokoh protagonis (konflik batin).

7Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, h. 134.

Page 28: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

17

c. Lokasi

Tempat atau lokasi di dalam film biasanya berfungsi sebagai

pendukung narasi di dalam skenario. Pemilihan lokasi dapat

membangun cerita sehingga cerita dapat menjadi lebih realistis.

d. Waktu

Waktu dalam narasi film merupakan salah satu aspek penting dalam

membangun cerita. Pagi, siang, sore, dan malam hari dalam film

memiliki makna sendiri sebagai pembangun suasana narasi film.

2. Sinematik

Adapun unsur sinematik meliputi aspek-aspek teknis dalam

produksi sebuah film. Seperti mise en adegan (scene), sinematografi,

editing, dan suara.

a. Mise en Scene

Segala hal yang berada di depan kamera. Tujuannya untuk

menimbulkan efek dramatis tertentu. Empat elemen pokok Mise en

Scene yaitu, setting atau latar, tata cahaya, kostum dan make-up, serta

acting dan pergerakan pemain.

b. Sinematografi

Sinematografi berasal dari bahasa Yunani “kinema” yang berarti

gerakan dan “graphein” yaitu merekam. Artinya, pengaturan

pencahayaan dan kamera ketika merekam gambar fotografis untuk

suatu sinema. Sinematografi sangat erat hubungannya dengan seni

fotografi tetap. Perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan

kamera dengan objek yang diambil.8

8Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 107.

Page 29: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

18

1) Jarak

Dalam sinematografi terdapat beberapa teknis sudut pengambilan

gambar serta ukuran gambar dalam sebuah frame. Salah satu aspek

Framing yang terdapat dalam sinematografi yaitu jarak kamera

terhadap objek (type of shot), diantaranya:

a) Extreme Long Shot

Extreme Long Shot merupakan jarak kamera yang paling jauh

dari objeknya. Wujud fisik manusia nyaris tidak tampak.

Teknik ini umumnya menggambarkan sebuah objek yang

sangat jauh yang memperlihatkan panorama yang luas.

b) Long Shot

Pada teknik long shot tubuh fisik manusia telah tampak jelas

namun latar belakang suatu tempat masih dominan. Teknik ini

seringkali digunakan sebagai establishing shot, yakni shot

pembuka sebelum digunakan shot-shot yang berjarak lebih

dekat.

c) Medium Long Shot

Dengan menggunakan teknik Medium Long Shot, tubuh

manusia terlihat dari bawah lutut sampai ke atas. Tubuh fisik

manusia dan lingkungan relaitif seimbang. Sehingga semua

terlihat netral.

d) Medium Shot

Pada jarak ini kamera memperlihatkan gambar tubuh manusia

dari pinggang ke atas. Gesture serta ekspresi wajah mulai

tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam frame.

Page 30: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

19

e) Medium Close-up

Pada teknik ini, kamera memperlihatkan tubuh manusia dari

dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan

latar belakang tidak lagi menjadi dominan. Seperti yang

digunakan dalam adegan percakapan normal.

f) Close-up

Teknik close-up pada umumnya memperlihatkan wajah, tangan

dan kaki, atau objek kecil lainnya. Teknik ini mampu

memperlihatkan ekspresi wajah dengan jelas serta gesture yang

mendetail.

g) Extreme Close-up

Pada jarak terdekat ini mampu memperlihatkan lebih mendetail

bagian dari wajah, seperti telinga, mata, hidung, dan lainnya,

atau bagian dari sebuah objek.

2) Sudut Kamera (Angle)

Sudut kamera ialah sudut pandang kamera dalam mengambil

gambar terhadap objek yang berada dalam frame. Secara umum, sudut

kamera dibagi menjadi tiga, di antaranya:

a) Low Angle

Pengambilan gambar dengan low angle yaitu, posisi kamera

berada lebih rendah dari objek. Hal ini mengakibatkan objek

berada lebih dominan.

b) High Angle

High angle mengakibatkan dampak sebaliknya dari low angle,

yaitu objek akan terlihat lebih imperior atau tertekan.

Page 31: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

20

c) Eye Level

Pada sudut pengambilan gambar ini yakni subjek sejajar

dengan lensa kamera. Ini merupakan sudut pengambilan

normal sehingga posisi subjek terlihat netral, tidak ada

intervensi khusus pada subjek.

c. Editing

Transisi sebuah gambar (shot) ke gambar (shot) lainnya.

d. Suara

Seluruh suara yang keluar dari gambar, yakni dialog, musik, dan efek

suara.

2. Struktur Film

Esensi dari struktur film terletak pada pengaturan berbagai unit

cerita atau ide yang sedemikian rupa sehingga mudah untuk dipahami.

Struktur adalah kerangka desain yang menyatukan berbagai unsur film

dan merepresentasikan jalan pikiran dari si pembuat film. Struktur

terdapat dalam semua bentuk karya seni. Pada film mengikat aksi

(action) dan ide menjadi satu kesatuan yang utuh.9 Adapun struktur

film, di antaranya:

a. Shot

Shot adalah hasil sebuah rekaman secara visual dan audio yang

dimulai dari kamera yang diaktifkan sampai dihentikan aktifitasnya.

Berapapun lamanya kamera dioperasikan jika tidak diinterupsi maka

9D. A. Peransi, Film/Media/Seni, (Jakarta: FFTV IKJ Press, 2005), h. 8.

Page 32: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

21

hasil rekamannya adalah sebuah shot. Sekalipun kamera digerakkan

untuk mengcover subjek dari angle yang berbeda namun tidak disertai

dengan penghentian operasional maka itu berupa satu shot.

Dalam kenyataannya, film memerlukan banyak shot. Berapa

jumlah shot dalam film adalah relatif, yang terpenting adalah dengan

banyaknya shot maka akan bervariasi angle dan ukuran type of shot.

Shot yang variatif akan memberi kemungkinan variasi penglihatan

pada audience sehingga semakin banyak yang bisa dilihat dan diserap.

b. Scene

Scene (adegan) adalah kejadian yang berlangsung di satu

tempat dalam kurun waktu tertentu. Scene bisa terdiri dari beberapa

shot, namun bisa saja hanya satu shot berapa pun panjangnya shot itu.

Skenario telah mengelompokan scene sesuai dengan urutan kejadian

atau cerita, secara jelas dicantumkan scene melalui pergantian tempat

dan waktu dari scene pertama hingga berikutnya.

c. Sequence

Sequence adalah satu segmen besar yang memperlihatkan satu

peristiwa yang utuh. Sebuah sequence umumnya terdiri atas beberapa

adegan yang mengelompokkan kejadian yang berurutan. Misalnya

seorang pemeran berangkat menuju rumah, sampai pemeran tersebut

berada dalam rumah. Jika dua atau lebih adegan tersebut berlangsung

secara berurutan maka adegan-adegan tersebut dikelompokkan dalam

sebuah sequence.10

10

Himawan Pratista, Memahami Film, h. 29.

Page 33: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

22

3. Jenis dan Klasifikasi Film

Seiring berkembangnya dunia perfilman, semakin banyak film

yang diproduksi dengan corak yang berbeda-beda. Secara garis besar, film

dapat diklasifikasikan berdasarkan cerita, orientasi pembuatan, dan

berdasarkan genre.

Namun, secara umum Himawan Pratista membagi film menjadi 3

jenis, yaitu: Dokumenter, Fiksi, dan Eksperimental. Pembagian ini

didasarkan atas cara bertutur film tersebut, yakni naratif dan non-naratif.

Film fiksi memiliki struktur narasi yang jelas, sementara film

dokumenter dan film eksperimental tidak memiliki struktur naratif yang

jelas.11

Adapun definisinya menurut Himawan, sebagai berikut:

a. Film Dokumenter

Jenis film ini biasanya berhubungan dengan orang-orang, tokoh,

peristiwa atau kejadian, dan lokasi yang nyata. Film dokumenter tidak

menciptakan peristiwa, tetapi merekamnya. Film ini juga dibuat

dengan struktur bertutur yang sederhana. Tujuannya agar penonton

lebih mudah memahami dan mempercayai fakta-fakta yang disajikan.

b. Film Fiksi

Film fiksi dibuat dengan menggunakan cerita rekaan dan

adegan yang sudah dirancang sejak awal. Jenis film ini jauh berbeda

dengan jenis film dokumenter dan eksperimental karena cerita pada

jenis film ini terikat oleh plot, serta struktur filmnya pun terikat dengan

hukum kausalitas atau sebab-akibat.

11

Himawan Pratista, Memahami Film, h. 29-30.

Page 34: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

23

c. Film Eksperimental

Berbeda dengan film dokumenter dan fiksi, jenis film ini tidak

memiliki plot namun tetap memiliki struktur yang dipengaruhi oleh

insting subjektifitas sineas, seperti gagasan, ide, emosi, serta

pengalaman batin. Film eksperimental umumnya tidak bercerita

tentang apapun, bahkan terkadang menentang kausalitas, film

eksperimental umumnya berbentuk abstrak dan tidak mudah dipahami

karena menggunakan simbol-simbol personal yang diciptakan pihak

sineas sendiri.

Kemudian berdasarkan orientasi pembuatannya, film dapat

digolongkan dalam dua kategori yaitu film komersial dan

nonkomersial. Film komersial, orientasi pembuatannya adalah bisnis

dan mengejar keuntungan. Dalam klasifikasi ini, film memang

dijadikan sebagai komoditas industrialisasi. Sehingga film dibuat

sedemikian rupa agar memiliki nilai jual dan menarik untuk disimak

oleh berbagai lapisan khalayak. Film komersial biasanya lebih ringan,

atraktif, dan mudah dimengerti. tujuannya agar lebih banyak orang

yang berminat untuk menyaksikan film.

Berbeda dengan film komersial, jenis film non-komersial

merupakan film yang digolongkan bukan film yang berorientasi

bisnis. Dengan kata lain, film non-komersial ini dibuat bukan dalam

rangka mengejar target keuntungan dan azasnya bukan untuk

menjadikan film sebagai komoditas, melainkan murni sebagai seni

dalam menyampaikan suatu pesan dan sarat akan tujuan. Karena bukan

Page 35: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

24

dibuat atas dasar kepentingan bisnis dan keuntungan, maka biasanya

segmentasi penonton film non-komersial juga terbatas. Contoh film

non-komersial misalnya berupa film propaganda, yang dibuat dengan

tujuan mempengaruhi pola pikir massal agar sesuai dengan pesan yang

berusaha disampaikan.

Genre

Salah satu cara kunci di mana film dikembangkan dan dipasarkan adalah

melalui genre.12

Istilah genre memiliki asal usul dalam sejarah seni. Awalnya,

digunakan untuk merujuk pada lukisan-lukisan populer (sebagai lawan dari

lukisan-lukisan berselera tinggi atau berseni tinggi). Sampai sekarang, genre

merupakan istilah yang masih dipakai dalam industri penerbitan untuk

membedakan buku-buku massal dari buku-buku sastra.

Dalam kajian-kajian film, penelitian genre mengkaji film dengan

mengaitkannya pada film-film lain dalam genre yang sama. Film-film kerap

dipelajari menurut genrenya.

Fungsi genre sendiri adalah untuk mempermudah kita dalam

mengklasifikasikan dan memilih beberapa bentuk film yang saat ini mungkin

sudah berjumlah jutaan atau bahkan lebih. Pada era Hollywood klasik, kurang

lebih pada tahun 1930-1960, Bordwell, Thompson, dan Sraiger membuat film-

film untuk masing-masing genre, seperti Western, musikal, dan komedi guna

menjamin jumlah khalayak yang maksimal untuk keseluruhan sinema mereka.

12

Jane Stokes, How To Do Media and Cultural Studies: Panduan untuk Melaksanakan

Penelitian dalam Kajian Media dan Budaya, (Yogyakarta: Bentang, 20060, h. 89.

Page 36: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

25

Beberapa studio menspesialisasikan diri pada genre-genre tertentu.13

Jadi, genre

sangat membantu bagi para penikmat film untuk memilih bentuk film yang dicari.

Genre juga merupakan sebuah kategori semiotik karena di dalamnya

terdapat kode-kode dan konvensi-konvensi yang dimiliki oleh film-film dalam

sebuah genre yang sama. Misalnya, unsur-unsur seperti lokasi, gaya, dan mise en

scene seluruhnya merupakan bagian dari sistem terkode yang dapat diidentifikasi

melalui analisis semiotika.

Mengacu pada kategori genre sebagaimana disebutkan di atas yaitu untuk

mempermudah melihat dan mengklasifikasikan film, berikut skema genre film

yang dibagi berdasarkan pengaruh dan sejarah serta perkembangannya.

Tabel 1.2.14

Skema Genre Film Induk Primer dan Induk Sekunder.

Genre Induk Primer Genre Induk Sekunder

Aksi

Drama

Epik Sejarah

Fantasi

Fiksi-ilmiah

Horor

Komedi

Kriminal dan Gangster

Musikal

Petualangan

Perang

Western

Bencana

Biografi

Detektif

Film noir

Melodrama

Olahraga

Perjalanan

Roman

Superhero

Supernatural

Spionase

Thriller

1. Genre Induk Prime

Genre ini merupakan genre-genre pokok yang sudah ada dan

populer sejak awal berkembangnya sinema di era 1900-an sampai 1930-

13

Jane Stokes, How To Do Media and Cultural Studies, h. 90. 14

Pratista, Memahami Film, h. 13.

Page 37: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

26

an. Hanya saja, beberapa yang populer dari bentuk genre ini, di antaranya

seperti genre aksi, drama, komedi, horor, serta fiksi imiah yang populer

hingga kini. Namun, adapula genre yang jauh lebih populer dan sukses di

masa lalu, yakni genre seperti musikal, epik sejarah, perang, serta western.

Di samping itu, satu-satunya genre yang tampaknya tidak pernah tersingkir

dari industri perfilman adalah komedi, mungkin karena genre komedi

begitu fleksibel.

2. Genre Induk Sekunder

Bentuk genre ini merupakan pengembangan dari genre induk

primer yang memiliki karakter dan ciri-ciri khusus dibandingkan dengan

genre induk primer.

4. Sejarah Singkat Perkembangan Perfilman

Film adalah media komunikasi massa yang kedua muncul di dunia

setelah surat kabar, mempunyai masa pertumbuhan pada akhir abad ke-19.

Pada awal perkembangannya, film tidak seperti surat kabar yang mengalami

unsur-unsur teknik, politik, ekonomi, sosial dan demografi yang merintangi

kemajuan surat kabar pada masa pertumbuhannya pada abad ke-18 dan

permulaan abad ke-19.15

Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan

hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita,

15

Alex Sobur, Semiotika komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), h. 126.

Page 38: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

27

peristiwa, musik, drama, lawak, dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat

umum.

Berbicara mengenai sejarah film, berarti tidak bisa lepas dari awal

mula munculnya fotografi. Dan sejarah fotografi tidak bisa lepas dari peralatan

pendukungnya, seperti kamera. Kamera pertama di dunia ditemukan oleh Ibnu

Haitham.16

Seorang ilmuan Islam yang ahli dalam bidang sains, falak

(astronomi), matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Pertama kali ia

menemukan Kamera Obscura yakni dengan dasar kajian ilmu optik

menggunakan bantuan energi cahaya matahari. Teori beliau telah membawa

pengaruh kepada penemuan film yang kemudian disambung-sambungkan dan

dimainkan kepada para penonton sebagaimana yang dapat kita lihat pada masa

kini.

Kemudian, proses pengembangan selanjutnya diteruskan pada tahun

1877 oleh Eadweard Muybridge dengan membuat film bergerak. Pembuatan

film ini merupakan gambar gerak pertama di dunia, di mana pada masa itu

belum diciptakan kamera yang bisa merekam gerakan dinamis.17

Pembuatan

film dilakukan dengan cara merekam 16 frame gambar kuda yang sedang

berlari. Dari 16 frame gambar kuda yang sedang berlari tersebut, kemudian

dibuat rangkaian gerakan secara urut sehingga gambar kuda terkesan sedang

berlari. Dan terbuktilah bahwa ada satu momen di mana kaki kuda tidak

menyentuh tanah ketika kuda tengah berlari kencang.

16

Biografi Ibnu Haitham, Sang Penemu Kamera Obscura, tersedia di

http://indonesiaindonesia.com/f/90467-ibnu-haitham-penemu-kamera-obscura/, diakses pada,

Minggu, 11 Oktober 2014. 17

Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa jilid 1 Edisi 5: Melek Media dan

Budaya, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008), h. 211.

Page 39: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

28

Setelah penemuan gambar bergerak oleh Muybridge, inovasi kamera

mulai berkembang ketika Thomas Alfa Edison mengembangkan fungsi

kamera gambar biasa menjadi kamera yang mampu merekam gambar gerak

pada tahun 1888, sehingga kamera mulai bisa merekam objek yang bergerak

secara dinamis. Maka dimulailah era baru sinematografi, yakni sebuah alat

yang secara bersamaan dapat memfoto dan memproyeksikan gambar yang

ditandai dengan diciptakannya sejenis film dokumenter singkat oleh Lumière

Bersaudara.

Film yang diakui sebagai sinema pertama di dunia tersebut diputar di

Boulevard des Capucines, Paris, Prancis dengan judul Workers Leaving the

Lumière's Factory pada tanggal 28 Desember 1895 yang kemudian ditetapkan

sebagai hari lahirnya sinematografi.

Pada awal lahirnya film, memang tampak belum ada tujuan dan alur

cerita yang jelas. Namun ketika ide pembuatan film mulai tersentuh oleh ranah

industri, mulailah film dibuat lebih terkonsep, memiliki alur dan cerita yang

jelas. Meskipun pada era baru dunia film gambarnya masih tidak berwarna

alias hitam-putih, dan belum didukung oleh efek audio. Ketika itu, saat orang-

orang tengah menyaksikan pemutaran sebuah film, akan ada pemain musik

yang mengiringi secara langsung gambar gerak yang ditampilkan di layar

sebagai efek suara.

Kemudian, film bicara yang pertama muncul pada tahun 1927 di

Broadway, Amerika Serikat, meskipun dalam keadaan belum sempurna

sebagaimana dicita-citakan. Baru pada tahun 1935 film bicara boleh dikatakan

mencapai kesempurnaan. Waktu pemutarannya cukup lama dan ceritanya

Page 40: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

29

panjang, karena film pada masa itu banyak yang berdasarkan novel dari buku

dan disajikan dengan teknik yang baik.

Diawali pada tahun 1945 film mengalami kemerosotan yang cukup

tajam. Hal ini disebabkan karena munculnya televisi.18

Pada tahun-tahun sejak

rumah-rumah penduduk terdapat pesawat televisi, film telah surut peminatnya.

Amerika Serikat mengalami kemerosotan jumlah pengunjung sampai lebih

dari setengahnya. Demikian pula dengan negara-negara lain.

Lalu, pada tahun 1952 Fred Waller memperkenalkan sistem

“Cinerama”. Layarnya yang enam kali lebih besar dari layar yang biasa, tidak

bisa digunakan secara umum karena mahalnya biaya dan karena kesukaran

teknik dalam pemutarannya di gedung-gedung bioskop. Penelitian pun

dilanjutkan. Pada tahun 1953 sistem “tiga dimensi” ditemukan. Penonton tidak

hanya melihat gambar yang rata seperti biasanya, melainkan menonjol ke luar,

seolah-olah apa yang disaksikan itu adalah kenyataan. Akan tetapi, sistem ini

pun mengalami kesukaran teknik sehingga tidak dapat dengan mudah

disajikan kepada publik.

Kemudian, pada tahun 1953 publik yang sekian lama terpesona oleh

TV berhasil ditarik kembali ke gedung-gedung bioskop. Hal itu disebabkan

penemuan “Cinemascope” oleh perusahaan film 20th Century Fox. Layarnya

yang lebar yang meskipun tidak menandingi Cinerama, tetapi dapat disajikan

kepada publik. Publik menyambut dengan antusias. Hal itu ditandingi

perusahaan film Paramount, dengan memperkenalkan sistem Vista Vision

dengan sukses pula. Layar untuk Vista Vision tidak selebar layar untuk

18

Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 126.

Page 41: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

30

Cinemascope, tetapi layarnya dapat menampilkan gambar-gambar yang tajam

dan dapat memuaskan penonton.19

5. Film sebagai Media Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan komunikasi melalui media massa yang

ditujukan kepada sejumlah khalayak yang besar. Proses komunikasi massa

melibatkan aspek komunikasi interpersonal, komunikasi intrapersonal,

komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi. Teori komunikasi massa

umumnya memfokuskan pada struktur media, hubungan media dan

masyarakat, hubungan antar media dan khalayak, aspek budaya dan

komunikasi massa, serta dampak atau hasil komunikasi massa terhadap

individu.20

Littlejohn, menyatakan bahwa komunikasi massa merupakan:

“The process whereby media organizations produce and transmit

messages to large publics and the process by which those messages are

sough, used, understood, and influences.”21

Komunikasi massa, proses di mana organisasi-organisasi media

memproduksi dan menyampaikan pesan-pesan kepada khalayak luas dan

proses di mana pesan-pesan dicari, digunakan, dipahami, dan dipengaruhi oleh

khalayak.

Seperti kita ketahui bersama bahwa media massa seperti surat kabar,

televisi, film, radio, dan juga internet, serta proses komunikasi massa (peran

yang dimainkannya) semakin banyak dijadikan sebagai objek studi. Gejala ini

19

Onong Uchjana Effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 2007), h. 204-205. 20

Eko Harry Susanto, Komunikasi Manusia: Esensi dan Aplikasi dalam Dinamika Sosial

Ekonomi Politik, (Jakarta: Mitra Wacana Media penerbit, 2010), h. 9. 21

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara,

2008), Cet. Ke-2, h. 16.

Page 42: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

31

seiring dengan meningkatnya peran media massa itu sendiri sebagai suatu

institusi penting dalam masyarakat.

Media sering kali berperan sebagai wahana pengembangan

kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan

simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya

hidup dan norma-norma. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja

bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga

bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media masa selaku sumber

kekuatan (alat kontrol), manajemen, dan inovasi dalam masyarakat dapat

didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya.

Film dinilai sebagai salah satu media komunikasi masa yang efektif.

Selain membawa pesan persuasi, film sudah melekat dalam kehidupan

masyarakat modern dan dianggap sebagai sumber berita maupun hiburan yang

dibutuhkan oleh masyarakat. Selain itu, pemanfaatan film sering kali dijadikan

sebagai alat propaganda. Hal tersebut berkenaan dengan pandangan yang

menilai bahwa film memiliki jangkauan realisme, pengaruh emosional, dan

popularitas yang hebat.

Upaya membaurkan pengembangan pesan dengan hiburan memang

sudah lama diterapkan dalam kesusastraan dan drama, namun unsur-unsur

baru dalam film memiliki kelebihan dalam segi kemampuannya memanipulasi

kenyataan yang tampak dengan pesan fotografis, tanpa kehilangan kredibilitas.

6. Film sebagai Media Dakwah

Ditinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab “da‟wah”.

mempunyai tiga huruf asal, yaitu dal, „ain, dan wawu. Dari ketiga huruf asal

Page 43: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

32

ini, terbetuk beberapa kata dengan ragam makna. Makna-makna tersebut di

antaranya berarti memanggil, mengundang, minta tolong, meminta, memohon,

menamakan, menyuruh datang, mendorong, menyebabkan, mendatangkan,

mendoakan, menangisi dan meratapi.22

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah

kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk

beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syariat dan akhlak

Islam.

Menurut M. Natsir dalam pemikirannya mengenai dakwah Islam,

memberikan pengertian bahwa dakwah Islam merupakan ajakan yang berisi

amar ma‟ruf nahi munkar. Menurutnya ajakan tersebut tidak cukup dengan

lisan, melainkan juga dengan bahasa, perbuatan dan kepribadian mulia secara

nyata.23

Seiring perkembangan teknologi komunikasi, komunikasi dakwah

juga memanfaatkan penggunaan media modern. Sebagaimana komunikasi

pada umumnya, berdakwah melalui media memiliki keunggulan utama soal

efisiensi dan efektifitas penyebaran pesan. Dalam artian, komunikasi yang

berhasil mencapai tujuan, mengesankan, dan mampu menghasilkan perubahan

sikap (attitude change) pada komunikan. Sedangkan, pengertian media

dakwah sendiri adalah alat yang menjadi perantara penyampaian pesan

dakwah kepada mitra dakwah.

Aktifitas dakwah niscaya menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari

seorang muslim. Kesadaran akan kewajiban berdakwah harus ada pada diri

22

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), cet. Ke-2, h. 6. 23

Thohir Luth, M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta, Gema Insani Press, 1999),

h. 80.

Page 44: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

33

setiap muslim. Berdakwah sama wajibnya dengan ibadah ritual seperti shalat,

zakat, puasa dan haji.

Salah satu alternatif dakwah yang cukup efektif adalah melalui media

film, karena dengan kemajuan teknologi di zaman sekarang pemanfaatan

media tersebut cukup efektif, sebagaimana kita ketahui pada saat sekarang ini

dunia perfilman semakin maju dan berkembang disertai dengan sangat

antusiasnya animo masyarakat dalam menikmati produksi film.

Film adalah bagian kehidupan sehari-hari kita dalam banyak hal.

Bahkan, cara kita berbicara pun sangat dipengaruhi oleh metafora film.24

Itulah sebabnya orang terpesona oleh film sejak awal penciptaan film.

Film dapat memengaruhi emosi penonton. Adapun keunikan film

sebagai media dakwah di antaranya yaitu, Pertama, secara psikologis,

penyuguhan secara hidup dan tampak yang dapat berlanjut dengan animation

memiliki keunggulan daya efektifnya terhadap penonton. Sehingga dakwah

dapat disuguhkan kepada khalayak lebih baik dan efisien dengan media ini.

Selanjutnya, media film yang menyuguhkan pesan hidup dapat mengurangi

keraguan yang disuguhkan, lebih mudah diingat dan mengurangi kelupaan.25

B. Semiotika

1. Konsep Dasar Semiotika

Istilah semiotics atau semiotika pertamakali diperkenalkan oleh

Hippocrates (460-377 SM), ia merupakan seorang penemu ilmu medis Barat,

24

John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: kencana, 2008), h. 160. 25

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 426.

Page 45: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

34

seperti ilmu gejala-gejala. Gejala, menurut Hippocrates dalam bahasa Yunani

merupakan semeon, yang berarti “penunjuk” (mark) atau “tanda” (sign) fisik.26

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji

tanda.27

Semiotika, seperti kata John Lechte dalam Sobur, adalah teori tentang

tanda dan penandaan. Lebih jelasnya lagi, semiotika adalah suatu disiplin yang

menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana signs

„tanda-tanda‟ dan berdasarkan pada sign system (code) „sistem tanda‟.

Semiotika menjadi salah satu kajian yang bahkan menjadi tradisi

dalam teori komunikasi. Teori semiotika terdiri atas sekumpulan teori tentang

bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi,

perasaan dan kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri.

Tanda, yakni apapun yang memproduksi makna. Secara umum, tanda

menurut Tony Thwaites ialah, tanda bukan sekadar ulasan tentang dunia,

tetapi dengan sendirinya merupakan ihwal (things) khususnya dalam dunia

sosial. Tanda tidak hanya menyampaikan makna, tetapi memproduksinya.

Tanda memproduksi banyak makna, namun bukan sekadar satu makna

petanda.28

Semiotik bertujuan untuk mengetahui makna-makna yang terkandung

dalam sebuah tanda atau menafsirkan makna tersebut sehingga diketahui

bagaimana komunikator mengkonstruksi pesan. Konsep pemaknaan ini tidak

terlepas dari perspektif atau nilai-nilai ideologis tertentu serta konsep kultural

yang menjadi ranah pemikiran masyarakat di mana simbol tersebut diciptakan.

26

Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 6. 27

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 15. 28

Tony Thwaites, Introducing Cultural and Media Studies; sebuah Pendekatan Semiotik,

(Yogyakarta: Jalasutra, 2009), h. 13-14.

Page 46: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

35

Kode kultural yang menjadi salah satu faktor konstruksi makna dalam

sebuah simbol menjadi aspek yang penting untuk mengetahui konstruksi

pesan dalam tanda tersebut. Konstruksi makna yang terbentuk inilah yang

kemudian menjadi dasar terbentuknya ideologi dalam sebuah tanda. Sebagai

salah satu kajian pemikiran dalam cultural studies, semiotik tentunya melihat

bagaimana budaya menjadi landasan pemikiran dari pembentukan makna

dalam suatu tanda.

Ketika kita berbicara mengenai sebuah kajian ilmu atau sebuah teori,

maka tidak bisa terlepas dari tokoh-tokoh yang mencetuskan kajian tersebut.

Semiotika tentunya memiliki tokoh-tokoh yang menjadi pemikir terbentuknya

sebuah tradisi semiotik itu sendiri, ada empat tokoh semiotika yang cukup

terkenal dengan teorinya, di antaranya, pertama, Charles Sander Pierce, ia

menemukan tipologi tanda yaitu indeks, ikon, dan simbol. Teori Pierce

dikenal dengan grand theory yang membagi sistem tanda menjadi tiga unsur

yaitu representmen, interpretant, dan objek. Kedua, Ferdinand de Saussure,

tokoh ini lebih berfokus pada semiotika linguistic, setidaknya Saussure telah

menemukan dua komponen dalam studi semiotika yaitu signifier (penanda)

dan signified (petanda).29

Kemudian barulah muncul tokoh-tokoh selanjutnya

seperti Roland Barthes dan Cristian Metz. Semiotika sendiri menurut Sobur

terbagi menjadi dua jenis, di antaranya:

a. Semiotika Komunikasi

Semiotika ini menekankan pada teori tentang tanda, salah satu di

antaranya yaitu mengansumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi,

29

Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media,2011), h. 13-15.

Page 47: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

36

yakni pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran

komunikasi, dan acuan (hal yang dibicarakan).

b. Semiotika Signifikasi

Semiotika ini lebih memberikan tekanan pada teori tanda dan

pemahamannya dalam suatu konteks tertentu. Pada jenis ini, tidak

dipersoalkan adanya tujuan berkomunikasi. Sebaliknya, yang diutamakan

adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada

penerima tanda lebih diperhatikan daripada proses komunikasinya.30

2. Konsep Semiotika Roland Barthes

Roland Barthes menjadi tokoh yang begitu identik dengan kajian

semiotika. Pemikiran semiotika Barthes banyak digunakan sebagai rujukan

penting dalam penelitian, khususnya di Indonesia. Konsep pemikiran Barthes

terhadap semiotik dikenal dengan konsep mitologi dan semiologi yang

merupakan pendalaman dari teori linguistik dan semiologi milik Saussure.31

Sebagai penerus dari pemikiran Saussure, Roland Barthes menekankan

interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya,

interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan

diharapkan oleh penggunanya. Di mata Barthes, suatu teks merupakan

sebentuk konstruksi belaka. Bila hendak menemukan maknanya, maka perlu

dilakukan rekonstruksi dari teks itu sendiri.

Barthes menjelaskan bahwa kunci dari analisisnya ada pada konotasi

dan denotasi. Ia mendefinisikan sebuah tanda (sign) sebagai sebuah sistem

30

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 15. 31

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 63.

Page 48: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

37

yang terdiri dari sebuah ekspresi (E) atau signifier dalam hubungannya (R)

dengan isi (signified) (C).32

Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”,

mencakup denotasi, yaitu makna ganda yang lahir dari pengalaman cultural

dan personal. Hal ini merupakan distingsi antara Saussure dan Barthes,

meskipun Barthes tetap menggunakan istilah signifier (ekspresi) dan signified

(isi) yang diusung oleh Saussure.

3. Konsep Semiotika Christian Metz

Christian Metz adalah seorang teoritikus film yang terkenal sebagai

pelopor penerapan teori semiotika dari Saussure ke dalam film. Tokoh ini lahir

di Beziers, Prancis bagian selatan, pada tahun 1931. Pada periode 1970-an,

pemikirannya mengenai film sangat memengaruhi perkembangan film di

Prancis, Inggris, Amerika Latin, dan Amerika Serikat.33

Bukunya yang

berjudul Languange and Cinema memberikan pemahaman mengenai film

sebagai satuan bahasa yang berbeda dari bahasa tutur. Semua komponen

dalam film merupakan serangkaian kode yang merepresentasikan sebuah

budaya, sejarah dan nilai-nilai. Bagi Metz, teori film adalah teori yang

mengkaji wacana-wacana sejarah film, masalah ekonomi film, estetika film

dan semiotika film.34

Menurut Metz, film merupakan sekumpulan tanda dan bahasa yang

tercipta melalui gerakan gambar serta kode-kode yang ditampilkan di dalam

32

Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi, h. 16. 33

http://jurnalfootage.net/v4/artikel/peranan-teori-filem-di-dalam-ilmu-filem, diakses pada

Jumat, 10 Oktober 2014. 34

Zuzana M.Pick, Cinema As Sign and Languange, h. 200.

Page 49: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

38

film. Baginya, sebuah film bagi penontonnya hanyalah “ilusi tentang realitas”

yang mungkin lebih tepat disebut “impresi tentang realitas”.

Metz secara khusus tertarik dengan bagaimana penanda film,

dibandingkan dengan media lainnya (penanda-penanda lainnya), ia berhasil

memberikan suatu narasi (diagesis), intrik, deskripsi, drama, dan sebagainya.

Di sinilah faktor kunci penentunya, berkaitan dengan cara bagaimana film

memberikan suatu struktur naratif, bukan dengan cara bagaimana film-film

tertentu berkembang dan ditafsirkan dalam kerangka perkembangan ini.

Menjelang pertengahan tahun 1970-an, Metz mulai menyadari bahwa

pendekatan semiotik terhadap film cenderung mengistimewakan tataran

struktur diskursus film dan mengabaikan kondisi penerimaan film terhadap

aspek pandangan para penonton.35

4. Tabel Analisis Film Steve Campsall

Steve Campsall merupakan salah seorang pengajar studi bahasa Inggris

dan media di The Beauchamp College. Dalam tabel analisis filmnya yang

diadopsi dari pemikiran Metz, Steve campsall melihat film sebagai kesatuan

bahasa dan makna. Ini kemudian dipahami oleh Campsall sebagai Moving

Image Texts: “Film Languange”. Semiotika film dapat direalisasikan dengan

berbagai komponen dan elemen yang dapat menjelaskan teknik semiotika film

secara mendetail melalui tabel berikut:

35

John Lechte, 50 Filsuf Kontemporer: Dari Strukturalisme sampai Posmodernitas,

(Yogyakarta: Kanisius, 2001), h. 131-134.

Page 50: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

39

Tabel 2.2.36

Tabulasi Analisis Film

Analysis Moving ImageTexts: “Film Languange”

Signs, Code and

Conventions

Semiotika, merupakan sebuah jalan untuk

menjelaskan bagaimana tanda itu diciptakan. di

dalam film, tanda-tanda tersebut diciptakan oleh

para sineas film atau sutradara. Apa yang kita

dengar, kita rasakan, merupakan sesuatu yang

dapat kita persepsikan dan mengandung sebuah

ide. Ide tersebutlah yang kemudian disebut dengan

„meaning‟.

Salah satu contoh pemaknaan penting,

misalnya kata-kata pengecut, memiliki lawan

heroic. Situasi ini memungkinkan penafsir

memiliki pendapat yang berbeda, dan ini

dinamakan Binary Opposite. Ada beberapa

komponen dalam memahami semiotika film. Di

antaranaya:

- Signs (tanda): unit makna terkecil yang bisa

kita tafsirkan dan turut menentukan makna

keseluruhan.

- Code (kode): dalam semiotika, sebuah kode

merupakan sekumpulan tanda yang Nampak

“pas” sekaligus “alami” dalam membentuk

makna keseluruhan.

- Convention (konvensi): istilah konvensi itu

penting. Ia merujuk pada suatu cara yang

sudah umum dalam mengerjakan sesuatu.

Dan kita sering mengaitkan sesuatu yang

konvensional dengan hasil yang pasti dan

menganggapnya natural.

Perlu diketahui pula bahwa tipe tanda dan

kode setidaknya terbagi menjadi tiga, yaitu:

- Ikon: tanda dank ode yang dibuat untuk

menunjukkan sesuatu yang melekat atau

identik pada sesuatu.

- Indeks: system penandaan yang

menggunakan unsure kausalitas atau sebab

akibat.

- Simbol: pemaknaan terhadap sesuatu yang

melepaskan secara total makna denotasi pada

sesuatu terssebut.

36

Stave Campsall – 27/06/2005; 14:18:24) Media – GCSE Film Analysis Guide (3) –

SJC.

Page 51: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

40

Hal lain yang juga penting untuk memahami

tanda adalah melaui konvensi. Konvensi

merupakan suatu kesepakatan umum yang melekat

dalam masyarakat dan dijadikan jalan dalam

melakukan suatu pekerjaan. Biasanya konvensi

terwujud dalam suatu perbuatan.

Mise-En-Adegan Mise-En-Adegan menjawab beberapa

pertanyaan penting di dalam sebuah film.

Pertanyaan tersebut meliputi efek apa? Mengapa

dia memproduksi? Dan apa tujuan yang ingin

dicapai? Namun, sebenarnya Mise-En-Adegan

merupakan segala sesuatu yang dihadirkan para

sutradara ke dalam adegan-adegan dan rekaman-

rekaman yang terbuat di dalam kamera melalui

aspek Setting, Kostum, Tata Rias, dan

Pencahayaan.

Editing Editing merupakan suatu proses memotong

dan menggabungkan beberapa potongan film

menjadi satu. Membuat film tersebut menjadi cerita

yang bersambung, dapat dipahami, realistis,

mengalir dan naratif.

Shot Types Shot merupakan pengambilan gambar untu

membangun sebuah potongan gambar yang naratif

dan memberikan makna tersendiri terhadap

objeknya. Biasanya shot terkait dengan

pengambilan kamera. Seperti Close Up (CU), Point

of View (POV) dan Middle Shot (MS).

Camera Angle Sudut kamera, biasanya selalu menciptakan

makna-makna yang signifikan dengan kondisi atau

situasi objek. Seperti sudut kamera POV high angle

shot yang mencerminkan superioritas atau

kekuasaan.

Camera

Movement

Pergerakan kamera merupakan suatu bentuk

penciptaan makna yang dinamis. Perpindahan dari

zoom out ke zoom in misalnya, memiliki nilai dan

dinamika makna tersendiri.

Lighting Pencahayaan merupakan salah satu aspek

penting dalam film. Pencahayaan dapat

menimbulkan suasana dan mood yang menegaskan

makna. Kegelapan di hutan misalnya menciptakan

makna ketakutan dan kengerian.

Dieges and

Sound

Dieges atau diagenic sound di dalam film

merupakan „dunia film‟. Yang mana merupakan

bagian dari setiap aksi yang dijalankan aktor.

Misalnya, suara musik yang yang mengiringi

jalannya aktor dan lainnya.

Visual SFX merupakan gambar generasi computer

(CGI) yang bertujuan untuk menciptakan realitas

Page 52: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

41

Effects/SFX dan makna melalui efek-efek gambar dan suara.

Narrative Narrative merupakan unsur film yang memuat

cerita dan kisah khusus di dalam film.

Genre Genre adalah ragam dari naratif yang sedang

dibicarakan di dalam film.

Iconography Ikonografi merupakan aspek penting dari

genre. Hal inilah yang demikian akan menjadi

symbol-simbol pendukung genre. Seperti padang

pasir yang mendukung karakter koboi.

The Star System Bintang-bintang film tertentu bisa menjadi

bagian penting dalam ikonografi dan menjadi

penegas makna. Bisa menjadi penegas karakter dan

aksi.

Realism Media dapat menyuguhkan tingkat realitas

yang sangat tinggi, sehingga sesuatu terkesan

benar-benar nyata. Dengan layar yang jernih, jelas,

sound yang kuat, dan ruang yang sengaja dibuat

gelap, pemirsa dapat merasakan atmosfer realitas

yang tinggi.

Demikianlah berbagai komponendan elemen yang dapat merealisasikan

film melalui teknis semiotika yang mana peneliti akan mengkaji lebih dalam

sistem tanda yang terkait di dalam film berdasarkan tabel tersebut.

C. Representasi Jihad fi Sabilillah

1. Definisi Jihad fi Sabilillah

Secara etimologi, jihad fi sabilillah dikenal sebagai jihad berjuang di

jalan Allah. Secara terminologi, jihad fi sabilillah yaitu, setiap perbuatan

ditegakkan atas dasar kebaikan dengan harapan ridha dari Allah. Yakni

melindungi dan memelihara agama serta meninggikan kalimat tauhid, seperti

berperang, berdakwah, berusaha menerapkan hukum Islam, menolak fitnah-

fitnah yang ditimbulkan oleh musuh-musuh Islam, membendung arus-arus

pemikiran yang bertentangan dengan Islam. Jihad tidak mengharapkan harta

Page 53: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

42

rampasan perang, atau mendapatkan usaha pada kehidupan dunia. Bagi Islam,

diwajibkan kepada setiap muslim untuk menerapkan setiap nilai dan norma

Islam bagi setiap dimensi kehidupannya. Usaha dan perjuangan untuk

mencapai cita-cita dan tujuan Islam yang luas dan mulia ini disebut “jihad fi

sabilillah” (berjuang di jalan Allah).37

Dalam melaksanakan jihad fi sabilillah, selain memerlukan kebulatan

tekad yang utuh, memerlukan ilmu dan keterampilan yang memadai, tetapi

juga harus mengenal medan yang dihadapi. Dengan mengenal medan, akan

memperoleh keterangan betapa banyak rintangan-rintangan dan tantangan

yang dihadapi dalam melaksanakan jihad fi sabilillah. Ketika jihad fi sabilillah

disebutkan, maka itu berarti upaya sungguh-sungguh dengan mengerahkan

segala kemampuan untuk selalu berada di jalan Allah.

2. Derajat Jihad fi Sabilillah

a. Harus senantiasa mempunyai ruhul jihad

Ruhul jihad secara umum diartikan sebagai semangat juang atau

kerja keras. Adapun pengertian secara terminologi (istilah) adalah

mencurahkan segenap kemampuan dan tenaga secara lahir batin untuk

berjuang di jalan Allah, agar tercapai kedamaian dan ketentraman dalam

naungan dan ridha-Nya.

Ruhul jihad atau semangat perang ini harus terus dipupuk dan

dimantapkan di kalangan umat Islam untuk dijadikan dinamo penggerak di

dalam perjuangan, terutama di dalam menghadapi rintangan dan tantangan

37

Abdul Zadir Djaelani, Jihadd fi Sabilillah dan tantangan-tantangannya, (Jakarta: CV.

Pedoman Ilmu Jaya, 1995), h. 1

Page 54: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

43

dari musuh-musuh Islam. Oleh karena itu, Rasulullah saw memberi

jaminan bagi setiap umatnya (kaum muslimin) yang melakukan jihad fi

sabilillah itu, pasti akan mendapatkan salah satu di antara dua kehormatan

yang tinggi. Yakni berupa kemenangan dan kebahagiaan duniawi atau

mati syahid dengan syurga jannatun na‟im di akhirat yang kekal

selamanya.38

Firman Allah SWT dalam surat An-Nisa [4] ayat 84:

“Maka berperanglah di jalan Allah, tidak diberatkan atasmu melainkan

dirimu, tetapi bangkitkanlah semangat orang mukmin. Mudah-mudahan

allah menyingkirkan kegagalan (kesombongan) orang-orang kafir, karena

Allah terlebih Gagah dan sangat keras siksa-Nya.”

Memang melakukan jihad fi sabilillah untuk menegakkan agama

Islam dan membela kehormatan kaum muslimin merupakan suatu pekerjaan

yang sangat mulia dan tinggi serta sulit untuk dibandingkannya dengan

pekerjaan-pekerjaan lainnya.

b. Mati syahid

Syahid menurut bahasa artinya hadir, lawan dari ghaib. Asy-Syahid

artinya orang yang menyaksikan apa yang dilihat dan didengarnya. Sedangkan

arti mati syahid menurut isilah agama adalah orang yang terbunuh di jalan

Allah karena membela agama dan menolak permusuhan terhadap Islam dan

kaum muslimin dengan niat semata-mata li‟ila I kalimatillah (meninggikan

kalimat Allah).

38

Abdul Zadir Djaelani, Jihad fi Sabilillah dan tantangan-tantangannya, h. 35.

Page 55: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

44

Allah berfirman dalam surat At-Taubah [2] ayat 111:

“sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman diri

dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka

berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh, itu

telah menjadi janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-

Qur‟an.”

Ada perkara yang dapat dikelompokkan ke dalam jihad, di antaranya

mengajak kepada yang baik dan melarang kepada yang munkar. Di dalam

hadits dikatakan, “Sesungguhnya jihad yang paling besar adalah menegakkan

kalimat yang benar dihadapan pemimpin yang jahat.” Akan tetapi sesuatu

darinya tidak menjadikan pelakunya mendapatkan syahid yang paling besar

atau mendapatkan pahala orang-orang yang berjihad, kecuali jika ia

membunuh atau terbunuh di jalan Allah.39

3. Perintah Berjihad dalam Al-Qur’an

Jihad merupakan salah satu istilah pokok di dalam al-Qur‟an.

Pembahasan jihad di dalam al-Qur‟an cukup mewarnai sebagian ayat-ayat al-

Qur‟an yang diturunkan di Mekah dan Madinah. Hal ini menunjukkan urgensi

jihad dalam sejarah pembentukan dan perkembangan syariat Islam. Islam

datang membawa nilai-nilai kebaikan dan menganjurkan manusia agar

39

Al-Imam Abu al-A‟la al-Maududi, dkk, Jihad Bukan Konfrontasi: meluruskan Makna

Jihad Islam dalam Realitas Kehidupan Masyarakat Modern, (Jakarta: CV. Cendekia Sentra

Muslim, 2001), h. 112.

Page 56: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

45

memperjuangkan hal tersebut hingga mengalahkan kebatilan. Tetapi hal itu

tidak dapat terlaksana dengan sendirinya, kecuali melalui perjuangan jihad.

Firman Allah SWT dalam surat Al-Furqaan [25] ayat 52, yang berbunyi:

“Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah

terhadap mereka dengan Al-Qur‟an dengan jihad yang besar.”

Allah mewajibkan jihad pada setiap muslim sebagai suatu kewajiban

yang tegas. Allah memberikan seruan ajakan yang paling besar untuk jihad,

memberikan pahala yang paling utama bagi para mujahid (orang yang

berjuang membela agama Islam) dan syuhada (orang-orang yang mati syahid).

Tidak ada yang dapat menyertai mereka dalam hal pahala kecuali orang yang

melakukan jihad. Allah akan memberikan mereka keistimewaan-keistimewaan

rohani dan amaliah di dunia dan di akhirat yang tidak pernah keistimewaan itu

diberikan kepada selain mereka. Allah akan menjadikan darah-darah mereka

yang suci sebagai catatan di dunia serta tanda kemenangan dan keberuntungan

di akhirat.40

D. Profil Ibnu Battutah

Muhammad bin Abdillah bin Muhammad bin Ibrahim Al-Lawati At-

Thanji Abu Abdullah Ibnu Battutah (Ibnu Battutah) adalah seorang tokoh

terkemuka pada abad ke 14. Ia dijuluki sebagai petualang (pelancong) muslim

terbesar sepanjang masa. Ia dikenal dengan berbagai macam kisah

perjalanannya mengelilingi dunia. Lahir di kota Thanjah (Tangier), Maroko

40

Al-Imam Abu al-A‟la al-Maududi, dkk, Jihad Bukan Konfrontasi: meluruskan Makna

Jihad Islam dalam Realitas Kehidupan Masyarakat Modern, h. 77-78.

Page 57: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

46

pada tahun 1304.41

Ibnu Battutah dibesarkan dalam keluarga yang taat

menjaga tradisi Islam. Ia juga merupakan seorang pemuda sekaligus pelajar

yang sangat berbakat. Selama masa remajanya Ibnu Battutah telah

memperoleh nilai-nilai dan kepekaan seorang pemuda yang berpendidikan.

Terbukti ia berhasil menyelesaikan studinya di sekolah Sunni Maliki yang

mengajarkan perihal hukum Islam yang dominan di Afrika Utara pada saat itu.

Nama Ibnu Battutah telah dicatat dalam kepustakaan-kepustakaan

sejarah dunia, khususnya sejak abad pertengahan sampai zaman modern.

Namanya masyur di mata para ilmuan Muslim maupun Barat. Banyak buku

atau karya ilmiah disusun bersumber dari memoarnya, Rihlah Ibnu battutah.

Judul asli memoar itu, yang merupakan catatan perjalanan sebagaimana yang

didiktekan kepada Ibnu Juzai Al-Kalbi adalah Tuhfah an Nuzhar fi Gharabil

Amshar wa‟Ajaibil asfar (Hadiah Berharga dari Pengalaman Menyaksikan

Negeri-negeri Asing dan Menjalani Perjalanan-perjalanan Ajaib). Karya

besarnya itu kini sudah diterjemahkan ke beberapa bahasa dunia, salah satunya

dalam bahasa Indonesia.

Ibnu Battutah memulai perjalanan pada usia 21 tahun untuk

menunaikan ibadah haji menuju ke Tanah Suci Mekah. Perjalanan tersebut

berlangsung selama 18 bulan. Perjalanan ditempuh melalui jalur darat. Ia

berjalan menyusuri pantai Utara Afrika melewati Aljazair, Tunisia, Tripoli,

Alexandria, Kairo, Jarusalem, singgah di Damaskus, Madinah, hingga sampai

pada tujuannya yakni Mekah. Ia melakukan perjalanan ini seorang diri tanpa

ada teman yang mengiringi. Ia bertekad meninggalkan orang-orang yang

41

Muhammad bin Abdullah bin Battutah, Rihlah Ibnu Bathuthah: Memoar Perjalanan

Keliling Dunia di Abad Pertengahan, (Pustaka Al-Kautsar: Jakarta, 2009), h. v.

Page 58: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

47

dicintainya, laki-laki maupun perempuan. Hal ini didorong oleh tekad yang

sangat kuat dan kerinduan yang mendalam terhadap ma‟had yang mulia

(Mekah dan Madinah).42

Selama karier hidup perjalanannya yang merentang hampir selama tiga

puluh tahun, ia telah melintasi kawasan Dunia Timur mengunjungi kurang

lebih 44 negara zaman modern, dan menempuh jarak sejumlah kira-kira

73.000 mil atau sama dengan 117.000 kilometer. Sejarawan Barat, George

Sarton, mencatat jarak perjalanan yang ditempuh Ibnu Battutah tiga kali lebih

jauh dari perjalanan Marco Polo. Kisah tersebut merupakan kisah perjalanan

yang luar biasa. Di dalam rihlah, ia mendeskripsikan kondisi spiritual, politik,

dan sosial setiap negeri yang disinggahinya. Bahkan ia berhasil merekam

peradaban Timur Tengah pada abad pertengahan. Manuskrip catatan ini

tersimpan di Bibliotheque Nationale, Paris. Hal inilah yang menjadikan sosok

Ibnu Battutah dianggap sebagai pahlawan Islam. Ibnu Battutah meninggal

dunia pada tahun 1368.43

42

Muhammad bin Abdullah bin Battutah, Rihlah Ibnu Bathuthah, h. 7. 43

Ross E Dunn, Petualangan Ibnu Battutah Seorang Musafir Muslim Abad ke-14,

(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995), h. xxxviii.

Page 59: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

48

BAB III

GAMBARAN UMUM FILM

A. Bruce Neibaur Sebagai Sutradara Film Journey to Mecca

Bruce Neibaur, lahir di Idaho, Boise, Amerika Serikat pada tahun

1956. Bruce pernah mengemban ilmu di Utah State University dan Brigham

Young University. Bukan hal baru baginya berkecimpung di dunia perfilman

dan pertelevisian, kiprahnya sebagai seorang sutradara pembuatan film

dimulai sejak tahun 1991.

Berkat kontribusinya di dunia perfilman, ia berhasil memenangkan

kategori di antarnya yakni, Won the Best Feature Film and Best

Cinematography untuk film The Ghosts of Dickhens’ Past. Penghargaan

tersebut diberikan oleh Santa Clarita International Film Festival dalam

rangka festifal pendamping untuk Academy Award. Selain itu, ia juga

mendapatkan penghargaan pada film Friendship Field yaitu dengan

memenangkan Children's Jury Award untuk film terbaik yang diberikan oleh

Liv Ullman Peace Prize at the Chicago International Children's Film Festival.

Terakhir, Bruce membuat film dengan judul Journey to Mecca yang

juga mendapatkan respon yang baik dari para penonton. Bagi Bruce, film yang

secara khusus dibuat dalam format IMAX ini merupakan sebuah visusalisasi

pengakuan dunia kepada sosok Ibnu Battutah atas prestasi perjalannya dengan

menempuh jarak 73.000 mil pada tahun 1325 M dengan melintasi 44 negara

(menurut peta dunia pada saat ini).

Page 60: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

49

Journey to Mecca karya sutradara Amerika ini menceritakan

petualangan Ibnu Battutah menuju Mekah. Film ini menjadi film Islam

pertama dalam format IMAX. Dalam film ini Bruce menjadi seorang sutradara

sekaligus penulis naskah. Film ini rilis pada tahun 2009. Dalam sebuah

wawancara singkat Bruce Neibaur mengatakan:

“It’s really everything that an IMAX film should be, because

audiences go with the expectations learning things and they’re going

to learn things in this film. Western audiences in particular that will

that think believe their mosque”.1

Menurutnya, Asal-usul film Journey to Mecca menceritakan tentang

kisah yang luar biasa dari Ibnu Battutah, mempromosikan pemahaman yang

lebih baik tentang Islam di Barat, dan untuk menyajikan jantung Islam kepada

dunia Muslim. Selain itu, film ini juga sarat akan nilai filosofi dan pesan di

dalamnya.

Film Journey to Mecca merupakan karya debutnya di bidang

perfilman. Terbukti, film ini berhasil mendapatkan berbagai penghargaan,

diantaranya, La Prix Du Public, Most Popular Film di La Geode Film Festival,

Paris, 2009.

Penonton diajak merasakan betapa beratnya perjalanan haji dan

suasana Masjidil Haram pada abad ke-14. Kerumunan jamaah melakukan

tawaf, sa’i, bermalam di Arafah, dan lontar jumrah di Mina. Pemandangan

yang mengundang haru menyaksikan kebesaran Tuhan mengumpulkan

umatnya di Baitullah, ditambah layar IMAX membuat semua tampilan di

layar terasa mengesankan.

1https://www.youtube.com/watch?v=wSaRWZ8OvIo, diakses pada 3 Agustus 2014.

Page 61: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

50

Selain itu, adalah suatu kekaguman ketika tim produksi berhasil

mendapat izin untuk mengambil gambar di Mekah, terutama di dalam

Masjidil Haram. Produksi film ini dilakukan pada bulan Oktober 2007. Awak

produksi seluruhnya berjumlah 93 orang, di antaranya, 85 orang Muslim dan 8

orang lainnya non-Muslim. Sutradara Bruce Neibaur dan produser merupakan

awak produksi yang beragama non-Muslim, mereka hanya bisa melambaikan

tangan ketika pengambilan gambar dilakukan pada saat prosesi haji tanggal 17

Desember 2007.

B. Sinopsis Film

Sekali dalam seumur hidup, umat Islam dipanggil untuk melaksanakan

perjalanan yang luar biasa. Setiap tahun mereka berkumpul di kota Mekah

untuk menjalankan serangkaian ibadah memperingati jejak Nabi Ibrahim,

ibadah tersebut disebut Haji. Kegiatan haji selalu menarik perhatian banyak

pihak, baik bagi orang yang menunaikannya maupun yang tidak, termasuk

dari kalangan non-Muslim. Pertahunnya tidak kurang dari empat juta muslim

tumpah ruah di Mekah untuk melaksanakan ibadah haji.2 Ibadah haji

merupakan salah satu kewajiban yang paling sakral di antara semua kewajiban

Islam. Haji merupakan suatu simbol agama yang teragung, suatu ibadah

istimewa di antara keempat ibadah Islam yang lainnya dan merupakan salah

satu rukun utama di antara kelima rukunnya. Dalil yang menunjukkan

kewajiban ibadah haji ialah berasal dari Al-Qur’an Al-Karim.3

2Sumber Artilel dari http://www.abufida.com/2012/10/journey-to-makkah.html, diakses

pada Senin, 27 Oktober 2014. 3Yusuf Al-Karadhawi, 100 Tanya-Jawab Haji dan Umrah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,

2013), h. 10.

Page 62: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

51

Haji telah melahirkan berjuta-juta inspirasi, tekad dan semangat. Sebab

di dalamnya mengandung banyak hikmah dari sebuah pengorbanan dan

perjuangan. Pengorbanan harta, waktu, fisik, keikhlasan hati, kekhusuan

beribadah, kesabaran terhadap diri sendiri, sabar kepada sesama, dan tentunya

yang paling utama yaitu sabar kepada Allah SWT.

Begitu pula yang dikisahkan dalam film Journey to Mecca yang

menceritakan tentang perjalanan religi seorang pemuda bernama Ibnu Battutah

yang lahir di Tangier, Maroko, pada tahun 1304. Ia dibesarkan dalam keluarga

yang taat menjaga tradisi Islam. Ibnu Battutah begitu tertarik untuk mendalami

ilmu-ilmu hukum Islam (fikih), sastra dan syair Arab. Kelak, ilmu yang

dipelajarinya semasa kecil hingga dewasa itu banyak membantunya dalam

melalui perjalanan panjangnya. Ketika Ibnu Battutah tumbuh menjadi seorang

pemuda, dunia Islam terbagi-bagi atas kerajaan-kerajaan dan dinasti. Ia sempat

mengalami kejayaan Bani Marin yang berkuasa di Maroko pada abad ke 14.

Secara detail, setiap kali mengunjungi sebuah negara, Ibnu Battutah mencatat

mengenai penduduk, pemerintahan, dan ulama. Ia juga mengisahkan tentang

kedukaan yang dialami selama diperjalanan, seperti ketika berhadapan dengan

penjahat, hampir tidak sadarkan diri bersama kapal yang karam dan nyaris

dihukum penggal oleh pemerintah yang zalim.

Ibnu Battutah memulai perjalanan pada usia 21 tahun untuk

menunaikan ibadah haji menuju ke Tanah Suci Mekah. Dengan penuh

kesedihan, ia meninggalkan orang tua serta sahabat-sahabatnya di Tangier.

Tekadnya sudah bulat untuk menunaikan rukun Islam yang kelima.

Perjalannya menuju Baitullah telah membawanya berpetualang dan

Page 63: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

52

menjelajahi dunia. Seorang diri, ia mengarungi samudra dan menjelajah

daratan demi sebuah tujuan mulia.

Pada hari keberangkatannya, ayahnya memberikan kuda, emas, dan

doa untuk Ibnu Battutah, sedangkan ibunya memberikan pakaian ihram.

Perjalanan ke Mekah ini merupakan awal dari perjalanannya menempuh jarak

ribuan mil dimulai dari Tangier, Maroko, Damaskus, dan kemudian Madinah

hingga ke Mekah. Medan yang dilalui cukup berbahaya dan sangat rawan

gangguan keamanan. Ia melintasi Gurun Sahara, pegunungan, dan sungai Nil.

Di tengah-tengah perjalanan di gurun pasir, Ibnu Battutah bertemu dengan

sekelompok perampok. Ketika diserang oleh beberapa perampok Ibnu

Battutah sempat melakukan perlawanan. Namun, berhubung ia hanya seorang

diri, ia akhirnya tumbang juga. Kemudian ia kembali melanjutkan

perjalanannya, rintangan datang bertubi-tubi kepadanya. Namun ia tetap

berserah diri kepada Allah. Ibnu Battutah percaya apa yang pernah dikatakan

oleh seorang musafir:

“Bahaya mengintai disetiap kesempatan dalam perjalanan menuju

Mekah. Namun aku percaya orang yang berani menghadapi bahaya

terbesar, akan mendapat ganjaran terbesar dari Allah.”4

Kondisi inilah yang membuat Ibnu Battutah memilih untuk berjuang

di jalan Allah (jihad fi sabilillah). Film ini, secara implisit mengisahkan ulang

tentang perjuangan yang ditempuh oleh Ibnu Battutah. Perjuangan tersebut,

kemudian menjadikan Ibnu Battutah tetap dikenal hingga saat ini. Sebuah

perjalan besar yang tercatat dalam sebuah memoar yang berjudul rihlah Ibnu

Battutah.

4terdapat pada durasi 08:12.

Page 64: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

53

Tim Produksi Film Journey to Mecca

Director : Bruce Neibaur

Producer : Dominic Cunningham-Reid, Taran Davies, Jonathan

Barker

Executive Producer : Jake Eberts

Line Producer : Daniel Ferguson

Co-Producer : Al Zain Al Sabah

Supervising Producer : Diane Robert

Original Music : Michael brook

Sinematografi : Afshin Javadi

Ghasem Ebrahimian

Rafey Mahmood

Editorial Film : Jean-Marie Drot

Penulis Naskah : Carl Knutson, Bruce Neibaur, dan Tahir Shah.

Pemain : Chems Eddine Zinoune sebagai Ibnu Battutah

Hassam Ghancy sebagai Highwayman (penyamun)

Nabil Elouahabi sebagai Hamza

Nadim Sawalha sebagai Ibnu Mustapha

Produced by : SK Films, National Geographic, Derest Door Productions,

Cosmic Pictures, Eagle VisionMedia Group

Budget : $13 million5

5Jouney to Mecca (2009) crew, diakses dari

http://moviespictures.org/movie/Journey_to_Mecca_(2009), Rabu 27 April 2014, pukul 4:45.

Page 65: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

54

BAB IV

TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Adegan dalam film Journey to Mecca

Film yang diteliti oleh penulis berjudul Journey to Mecca. Film ini secara

umum bercerita tentang perjalanan haji Ibnu Battutah pada abad ke 14. Di

dalam film yang berdurasi 45 menit ini, terdapat beberapa tampilan adegan

perjalanan Ibnu Battutah dalam menghadapi kerasnya tantangan alam dan

tentu saja tantangan dari berbagai macam ujian yang dihadapinya. Banyak

adegan yang terdapat dalam film ini yang berkenaan langsung dengan fokus

penelitian. Sebelum itu peneliti juga akan meneliti adegan-adegan penting

yang berhubungan dengan adegan utama, yaitu tentang perjuangan Ibnu

Battutah dalam menjalankan rukun Islam yang ke-5 yakni berhaji di mana

dikatakan dalam agama, haji sebagai pilar penting dalam Islam. Berawal dari

mimpi, perampokan, badai gurun pasir, lembah neraka, sampai pada akhirnya

Ibnu Battutah melaksanakan prosesi haji di Mekah. Namun, peneliti

membatasi penelitian ini pada perjalanannya.

Peneliti kemudian mencoba menarasikan dan mendeskripsikan alur cerita

film dengan menyertakan komponen analisis film dan sedikit unsur semiotika.

Dari sini selanjutnya barulah secara detail akan dipaparkan bagaimana unsur

film dan semiotika menjadi sesuatu yang naratif. Sebagai salah satu media

penelitian, narasi film biasanya muncul di dalam skenario dan percakapan

yang dilakukan oleh para pemain di dalam film. Adapun berikut ini

merupakan pengantar adegan yang akan diteliti.

Page 66: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

55

1. Adegan 1 (Awal Mula Perjalanan Ibnu Battutah)

Adegan 1 memperlihatkan situasi ketika Ibnu Battutah menjelaskan

kepada sahabatnya, Hamzah, mengenai mimpi yang ia alami. Dalam

mimpinya itu, ia seakan merasakan terbang di atas sayap burung raksasa

menuju Kairo. Kemudian perjalanan dilanjutkan melewati berbagai macam

tempat, termasuk melewati Laut Merah menuju Mekah. Setelah itu, ia

bertekad untuk merealisasikan mimpi itu dengan melaksanakan ibadah haji ke

Mekah.

Pada bagian awal adegan Ibnu Battutah bergegas melaksanakan

perjalanannya seorang diri, Sutradara menghadirkan beberapa shot yang

berhubungan dengan keyakinan dan tekad kuat mengapa Ibnu Battutah sangat

bersikukuh melanjutkan mimpinya tersebut. Dimulai dari visualisasi

perjalanan yang akan ia tempuh, memperlihatkan gambaran peta abad 14.

Pada zaman dahulu, orang-orang melakukan perjalanan hanya untuk membuat

peta sebagai petunjuk rute terbaik untuk menempuh perjalanan ke Mekah.

Namun, Ibnu Battutah melakukan perjalanan bukan hanya untuk membuat

rute ke Mekah saja. Hal ini yang menyebabkan konteks perjalanan yang

dilalui menjadi lebih luas.

Selanjutnya memperlihatkan adegan ketika Hamzah berpesan kepada

Ibnu Battutah untuk menemui Ibnu Muzaffar seorang alim ulama yang tidak

lain merupakan kerabatnya. Dalam adegan ini, waktu plot yang digunakan

sangat pendek dan ringkas sangat berbeda dengan cerita aslinya yang ada di

Rihlah. Alur narasi yang divisualisasikan cenderung linier, di mana plot

disusun berdasarkan kronologis peristiwa yang sebenarnya.

Page 67: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

56

Sejak kecil Ibnu Battutah dibesarkan oleh keluarga yang taat menjaga

tradisi Islam. Untuk itu dalam Islam diajarkan bagaimana seorang anak

menghormati orang tuanya. Terlebih, ketika sang anak ingin meminta izin

melakukan perjalanan jauh. Itu pula yang dilakukan oleh Ibnu Battutah ketika

berpamitan kepada orangtuanya, yakni dengan cara mencium tangan

keduanya. Ketika diberi restu oleh kedua orangtuanya, kemudian Ibnu

Battutah menunaikan ibadah hajinya yang pertama, tepat pada tanggal 14 Juni

1325. Di dalam film, sang Ayah membekalinya dengan emas, kuda dan sedikit

uang. Dan Ibunya memberikan sepasang baju Ihram untuk dikenakan Ibnu

Battutah ketika menjalani prosesi haji kelak. Ibnu Battutah divisualisasikan

dengan berbagai atribut simbolik. Begitu juga aksi yang ditampilkan, sebagai

representasi agama.

Tabel 1.4.

Adegan Awal mula Perjalanan Ibnu Battutah

Adegan Visualisasi Verbal dan Non verbal Pemain Interpretasi Simbolik

1

Ibnu

Battutah

Mimpi yang didasari

dari sebuah pergolakan

batin sampai

menghantarkannya

kepada niat mulia.

Page 68: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

57

2

Ibnu

Battutah

Menampilkan gambaran

peta abad ke 14

perjalanan yang akan

dilalui Ibnu Battutah

menuju Mekah.

3

Ibnu

Battutah

dan

Hamzah

Menunjukan peringatan

Hamzah kepada Ibnu

Battutah agar tidak

bepergian ke Mekah

seorang diri.

4

Ibnu

Battutah

dan

Hamzah

Menampilkan keadaan

di mana Hamzah sedang

berpesan kepada Ibnu

Battutah agar menemui

kerabatnya yang berada

di Kairo.

5

Ibnu

Battutah

Menunjukkan kondisi

perasaan yang sedih dan

sangat berat

meninggalkan keluarga

tercinta.

Page 69: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

58

6

Ibnu

Battutah

Kondisi di mana

keluarga melepas

kepergian Ibnu Battutah

menunaikan ibadah haji.

Tabel 2.4.

Ikon, Indeks, dan Simbol dalam adegan “Awal Mula Perjalanan Ibnu

Battutah”

Ikon Ikon pada adegan ini terdapat pada beberapa setting tempat yang

digunakan, memperlihatkan situasi Tangier. Visualisasi gambaran peta

abad ke 14.

Indeks Indeks dalam adegan ini adalah, kata-kata Ibnu Battutah kepada Hamzah

yang siap mati dalam perjalanan menuju Mekah menunjukkan niat

mulianya menunaikan ibadah haji.

Simbol Simbol terdapat pada Ibnu Battutah yang divisualisasikan sebagai

seorang alim yang teguh terhadap pendirian.

Secara teknis, adegan-adegan di atas memiliki beberapa unsur

sinematografi. Pada adegan pertama, terlihat kondisi Ibnu Battutah yang

sedang tertidur dan sedang mengalami mimpi melaksanakan perjalanan ke

Mekah. Hal yang sama pula dialami oleh Nabi Muhammad saw, beliau

bermimpi memasuki kota Mekah dengan aman dan sentosa. Tidak lama

berselang Nabi pun bersama dengan para sahabatnya melakukan perjalanan ke

Mekah untuk melaksanakan umrah. Adegan ini menunjukkan lambang iman

seseorang kepada Allah. Pada adegan ini jarak kamera yang digunakan yaitu

medium shot.

Selanjutnya pada potongan adegan kedua terlihat sebuah gambaran

peta. Jarak kamera yang digunakan yaitu Close-Up sang sutradara ingin

Page 70: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

59

menonjolkan gambaran peta rute perjalanan Ibnu Battutah, khususnya pada

abad ke 14. Digambarkan di dalam peta tersebut bahwa wilayah yang akan

menjadi rute perjalanan Ibnu Battutah didominasi oleh gurun pasir.

Pada potongan adegan selanjutnya digambarkan Ibnu Battutah sedang

meyakinkan Hamzah bahwa ia akan tetap melakukan perjalanan mulianya ke

Mekah. Adegan ini menggunakan jarak kamera long shot, sutradara ingin

menampilkan suasana Tangier pada saat itu.

Pada potongan shot selanjutnya, memperlihatkan Hamzah sedang

berpesan kepada Ibnu Battutah untuk menemui kerabatnya di Kairo.

Penggunaan shot pada adegan ini menggunakan jarak kamera long shot, di

mana visualisasi ingin menampakkan objek yang dimaksud yakni percakapan

antara Ibnu Battutah dan Hamzah. Selain itu, memperlihatkan kondisi

lingkungan sekitar yang berada di pantai Afrika Utara.

Adegan selanjutnya, menunjukkan kondisi perasaan yang sedih dan

sangat berat meninggalkan keluarga tercinta. Menggunakan jarak kamera

medium shot, di mana sutradara ingin memvisualisasikan ekspresi wajah

perasaan sedih yang dirasakan oleh Ibnu Battutah.

Kemudian potongan adegan selanjutnya memvisualisasikan Ibnu

battutah yang sedang melaju pergi dengan kudanya meninggalkan seluruh

keluarga menuju perjalanan panjang ke tanah suci Mekah. Jarak kamera yang

digunakan yaitu long shot, sutradara ingin memperlihatkan rasa empati

keluarga, khusunya orang tuanya ketika ditinggal berkelana oleh anak tercinta.

Secara keseluruhan, adegan di atas memiliki beberapa karakter

sinematografi. Jarak kamera yang digunakan adalah medium shot, close up,

Page 71: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

60

long shot. Pencahayaan yang digunakan cenderung menggunakan sumber

cahaya key lighting. Setting yang digunakan pada seluruh adegan adalah shot

on location. Aspek suara dalam adegan di atas memakai dieges sound dan non

dieges sound. Kemudian, teknik editing menggunakan tipe montase dan cut in

yang diiringi dengan musik instrumental.

Berikut adalah percakapan Ibnu Battutah dan sahabatnya, Hamzah,

tentang mimpi yang dialami Ibnu Battutah sekaligus keinginan dari hati agar

bisa mencapai Mekah:

Ibnu Battutah : “Aku terbang di atas sayap burung raksasa menuju

Kairo sampai sungai Nil. Kemudian menyebrangi

Laut Merah menuju Mekah.”

Hamzah : “Kau terbang ke Mekah? di atas sayap burung?”

Ibnu Battutah : “Ya.”

Hamzah : “Orang tak bisa terbang, temanku. Ke Mekah

ataupun ke tempat lain! Kenapa kau bersikeras

melaksanakan haji sekarang? Usiamu saja 21 tahun.

Pikirkan tentang apa yang kau korbankan. Karirmu di

bidang hukum baru saja dimulai.”

Ibnu Battutah : “Apa yang akan kupelajari hanya bisa membantu

karirku.

Hamzah : “Kau bersikeras melakukan perjalanan sendiri, dan

tidak seorangpun bepergian sendirian!”

Ibnu Battutah : ”Jika aku harus mati, biarlah terjadi dalam

perjalanan ke Mekah.1

Dalam percakapan yang dilakukan oleh Ibnu Battutah dan Hamzah di

atas memberikan gambaran bahwasannya Ibnu Battutah merupakan sosok

seorang pemuda yang siap merelakan hidupnya demi berjuang di jalan Allah

dalam situasi apapun. Disamping itu dari petikan percakapan tersebut

menggambarkan keteguhan hati dan dan keyakinan seorang Ibnu Battutah

1Percakapan ini dapat dilihat pada durasi 04:27 sampai durasi 05:10.

Page 72: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

61

untuk mencapai tujuannya, Mekah. Allah berfirman, dalam surat Al-Qur’an

surat An-Nisaa’ ayat 100:

“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, Niscaya mereka (manusia)

mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang

melimpah. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud

berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian

menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dimaksud), maka

sesungguhnya telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan Allah adalah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Dari ayat di atas dapat dilihat bahwa, Ibnu Battutah mencoba

mewujudkan esensi dari ayat tersebut melalui sikap dan keteguhan hatinya

pada saat melakukan percakapan dengan Hamzah. Walau dihadapkan pada

bahaya terbesar sekalipun ia tetap pada prinsipnya. Sesungguhnya Al-Qur’an

memberikan petunjuk kepada manusia untuk menempuh jalan yang lurus.

2. Adegan 2 (Adegan Ketika Ibnu Menghadapi Bahaya yang

Mengancam)

Setelah peristiwa dialog di adegan pertama, Ibnu Battutah akhirnya

memantapkan hati pada pendiriannya, yaitu melaksanakan perjalanan ke

Mekah seorang diri. Dalam adegan ini, sutradara mencoba memvisualisasikan

bagaimana kerasnya sebuah perjalanan suci yang dilakukan seorang Ibnu

Battutah tanpa adanya pengamanan khusus melewati berbagai medan yang

berbahaya. Bagian lain adalah alat navigasi yang kemudian digunakan Ibnu

Battutah sebagai penuntun perjalanannya. Bagian ini memperlihatkan betapa

Page 73: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

62

Ibnu Battutah yakin terhadap jalan yang dipilihnya menuju ke Mekah sesuai

mimpi yang ia alami. Padahal sebenarnya ia bisa saja dengan sangat mudah

bepergian aman bersama dengan karafan haji lainnya, tetapi ia tetap memilih

sendiri jalan yang akan dilaluinya.

Di tengah perjalanan, kemudian datang sekelompok perampok yang

menghadang. Lalu Ibnu Battutah sempat melakukan pembelaan saat

sekawanan perampok tersebut melakukan penyerangan. Dikarenakan Ibnu

Battutah hanya seorang diri dan ia tidak memiliki kemampuan berperang, ia

akhirnya tumbang ketika melawan para perampok tersebut. Ia nyaris dibunuh,

namun kemudian datang seorang ketua dari kelompok penyerang tersebut dan

menghentikan peperangan yang sedang berlangsung. Bukan tanpa alasan ketua

perampok (penyamun, dalam film ini) menghentikan peperangan, ia

mengambil perbekalan Ibnu Battutah seperti emas, uang dan air. Uang yang

diambilnya kemudian diberikan kepada kawanan perampok yang memerangi

Ibnu Battutah. kemudian, ketika sang penyamun melihat baju ihram dan peta

perjalanan yang dibawa Ibnu Battutah, sang penyamun tadi menyadari bahwa

Ibnu Battutah adalah jamaah haji. kemudian Ibnu Battutah pun dibiarkan

pergi.

Setelah adegan perampokan selesai, kemudian shot berpindah dengan

editing cut pada Perjalanan Ibnu Battutah melewati Gurun Sahara yang tandus.

Gurun ini merupakan sebuah padang pasir terbesar di dunia. Sahara terletak di

utara Afrika dan berusia 2,5 juta tahun. Luas padang pasir ini sekitar

9.000.000 kilometer.2 Adegan ini juga memperlihatkan keteguhan hati Ibnu

2http://wonders4u.wordpress.com/fantastic-world/gurun-sahara-afrika/, diakses pada

Sabtu, 13 Desember 2014.

Page 74: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

63

Battutah menghadapi berbagai cobaan dan tantangan, ia tetap bersikap tenang

dan menyerahkan sepenuhnya kepada allah SWT.

Di dalam film, terdapat perbedaan yang sangat kontras pada kostum

yang dikenakan oleh Ibnu Battutah dan Penyamun tersebut. Ibnu Battutah

mengenakan pakaian berwarna putih bergaris, namun putih yang sudah lusuh

dikarenakan akibat terkena debu di perjalanan. Dan ia juga mengenakan

sorban berwarna putih yang kemudian melilitkan ekor sorban ke lehernya. Di

sini dapat dilihat penggunaan sorban pada saat itu di Maroko cukup panjang,

jadi ketika mengenakannya masih menyisakan ekor yang menjuntai ke

punggung pemakainya, sehingga perlu dililitkan kembali keleher atau kepala.

Sedangkan sang penyamun mengenakan pakaian berwarna hitam dan sorban

dengan warna yang senada. Hal itu menunjukkan bahwa tidak semua yang

identik dengan warna hitam berarti memiliki kararter antagonis. Sang

sutradara mencoba memvisualisasikan warna hitam yang dikenakan oleh

penyamun diartikan sebagai sosok yang berjiwa mulia.

Tabel 3.4.

Adegan Perampokan

Adegan Visualisasi Verbal dan Non verbal Pemain Interpretasi Simbolik

1

Ibnu

Battutah

Pegunungan dan kuda

merupakan salah satu

saksi perjuangan Ibnu

Battutah untuk

mencapai tujuannya,

Mekah.

Page 75: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

64

2

Ibnu

Battutah

Perjalanan panjang ke

Mekah sebagai bentuk

manifestasi perjuangan

jihad fi sabilillah.

3

Ibnu

Battutah

Menunjukkan mimik

muka tegang dan

waspada pada bahaya

yang mengintai.

4

Ibnu

Battutah

dan

Kawana

n

perampo

k

Situasi di mana terjadi

ancaman perampok

yang mengintai dalam

perjalanan.

5

Kawana

n

perampo

k

Kawanan perampok

yang menghadang Ibnu

Battutah di tengah

perjalanan.

Page 76: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

65

6

Penyam

un

Memperlihatkan

Penyamun sedang

memeriksa perbekalan

Ibnu Battutah.

7

Gurun

pasir

Gurun yang gersang

menjadi saksi bisu

perjuangan Jihad fi

sabilillah Ibnu Battutah.

Tabel 4.4.

Ikon, Indeks, dan Simbol dalam adegan “Ketika Ibnu Menghadapi Bahaya

yang Mengancam”

Ikon Ikon dalam adegan ini adalah sekelompok bandit atau perampok yang

siap membunuh para pelancong perjalanan yang tengah berada di gurun

pasir, tujuannya untuk merampas perbekalan yang dibawa oleh sang

pelancong.

Indeks Indeks dalam adegan ini yaitu, Banyak rintangan yang datang bertubi-

tubi menghampiri perjalanan Ibnu Battutah. Namun, rintangan-rintangan

tersebut membuat ketetapan hati Ibnu Battutah semakin kuat mencapai

tanah suci Mekah.

Simbol Uang yang dicuri oleh para perampok, serta pakaian hitam dan putih

yang dikenakan oleh Ibnu Battutah dan perampok.

Aspek sinematografi dalam adegan ini akan dijelaskan secara teknis,

terlihat Pada potongan adegan pertama menunjukkan Ibnu Battutah yang

Page 77: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

66

sedang melihat alat navigasinya untuk menentukan arah menuju Mekah. Jarak

kamera yang digunakan yaitu long shot, di mana sutradara memvisualisasikan

kondisi medan sekitar objek.

Adegan selanjutnya berpindah setting yang berada di gurun,

memperlihatkan perjuangan Ibnu Battutah menempuh perjalanan yang tidak

mudah, perjalanan tetap dilalui sekalipun di waktu siang dan malam. Dalam

adegan ini jarak kamera yang digunakan adalah extreme long shot.

Selanjutnya, pada potongan shot ketiga meperlihatkan Ibnu Battutah

sedang menunjukkan reaksi wajah waspada terhadap suasana di sekeliling

pada bahaya yang mengintai. Adegan ini divisualisasikan dengan jarak kamera

medium shot. Sang sutradara ingin menampikan mitos yang berkembang di

masyarakat bahwasannya ketika melakukan perjalanan panjang di sebuah

padang pasir akan banyak bahaya yang mengancam, di antaranya terdapat

sekumpulan bandit perampok yang siap kapanpun menyerang. Adegan ini

berhasil terviasualisasi secara natural dan berhasil pula memunculkan mood

yang efektif bagi penonton. Menggunakan pencahayaan key lighting, di mana

matahari sebagai sumber pencahayaan langsung dalam adegan ini.

Pada potongan shot selanjutnya, memperlihatkan di mana Ibnu

Battutah sedang disergap oleh kawanan bandit. Penggunaan shot dalam adegan

ini menggunakan jarak kamera long shot. Dengan visualisasi latar yang sama,

yakni di sebuah perbukitan gurun yang tandus.

Potongan adegan selanjutnya memvisualisasikan pasca penyergapan

Ibnu Battutah yang berhasil dihentikan oleh penyamun karena melihat Ibnu

Battutah yang hampir dibunuh para perampok. Jarak kamera yang digunakan

Page 78: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

67

yaitu medium shot. Sutradara ingin menampilkan sosok penyamun yang lebih

dominan dan berhasil memberikan pengaruh kuat terhadap para perampok

tersebut.

Kemudian potongan adegan selanjutnya memvisualisasikan sang

penyamun sedang memeriksa perbekalan yang dibawa Ibnu Battutah dan

mengambilnya untuk diberikan kepada para bandit yang menyergap Ibnu

Battutah. Jarak kamera yang digunakan dalam adegan ini yaitu medium shot,

di mana jarak kamera ini memperlihatkan gestur serta ekspresi wajah yang

mulai tampak pada objek. Jarak kamera yang mendominasi di dalam adegan

ini adalah jarak long shot yang memperlihatkan kondisi Ibnu Battutah yang

sangat terpuruk dan nyaris kehilangan nyawanya setelah mengalami

penyergapan bandit tadi. Sutradara berhasil memperlihatkan sebuah situasi

yang nyata tentang suasana batin yang sedang terpuruk.

Jarak kamera extreme long shot diperlihatkan pada adegan selanjutnya

yang memperlihatkan medan perjalanan yang mereka lalui di gurun pasir. Di

mana sutradara jelas memperlihatkan situasi medan yang sulit untuk dilalui.

Secara keseluruhan, adegan ini memiliki aspek sinematografi di

dalamnya. Jarak kamera yang digunakan di antaranya yakni medium shot, long

shot dan extrere long shot. Untuk pencahayaan masih didominasi oleh sumber

pencahayaan natural key lighting, di mana matahari sebagai sumber

pencahayaan langsung. Aspek suara yang digunakan dalam adegan di atas

adalah dieges sound dan non dieges sound dengan menggunakan editing oleh

tipe montase, establishing atau reestablishing shot dan cut in yang diiringi

dengan musik instrumental.

Page 79: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

68

3. Adegan 3 (Keteguhan Hati Ibnu Battutah dalam Mempertahankan

Prinsip)

Adegan selanjutnya ialah bagaimana perjuangan Ibnu Battutah

mempertahankan keteguhan hatinya agar terus bertahan sampai pada

tujuan yang ingin dicapai, yakni Mekah. Dalam keadaan kondisi batin

yang tertekan, tidak ada persediaan air setetespun pada perbekalannya kali

ini karena dirampok oleh para bandit gurun. Di tengah teriknya padang

pasir ia merasakan halusinasi tipuan mata dengan munculnya fatamorgana,

hal itu disebabkan karena dehidrasi akut. Kemudian Ibnu Battutah teringat

oleh ucapannya yaitu “Jika aku mati biarlah dalam perjalanan ke Mekah”

itulah kata-kata yang sempat diutarakan kepada sahabatnya, Hamzah.

Lamunan tersebut mengindikasikan bahwa Ibnu Battutah pada saat itu

sedang mengalami gejolak batin. Karena rasa haus yang luar biasa dan

sakit tubuhnya akibat serangan bandit atau perampok, akhirnya Ibnu

Battutah tidak sadarkan diri. Kemudian penyamun datang dengan melihat

kondisi Ibnu Battutah yang tidak berdaya, akhirnya ia memutuskan untuk

membawa Ibnu Battutah ke perkemahannya yang letaknya tidak jauh dari

tempat kejadian.

Setelah shot di gurun selesai, kemudian shot berpindah dengan

editing cut kepada wajah Ibnu Battutah dengan menggunakan tipe Medium

shot yang berfungsi untuk memperlihatkan ekspresi wajah yang mulai

tampak pada objek. Dalam adegan tersebut, Ibnu Battutah diperlihatkan

sedang terbaring baru sadarkan diri dari pingsangnya siang hari tadi.

Kemudian ia mamaksakan diri keluar tenda untuk melihat keadaan sekitar.

Page 80: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

69

Ada beberapa keluarga yang bermukim di lokasi tersebut, dan Ibnu

Battutah disambut ramah di sana. Tidak lama datang penyamun tadi dan

melakukan percakapan dengan Ibnu Battutah. Berikut adalah

percakapannya:

Penyamun : “Kau ingin kembali ke Tangier sekarang?”

Ibnu Battutah : “Aku tidak akan kembali sampai aku mencapai

Mekah, sampai aku menjalankan ibadah haji.”

Penyamun : “Para bandit penyergap di sepanjang jalan. Kau

membutuhkan perlindungan.”

Ibnu Battutah : “Darimu? Dan gerombolan pencurimu?”

Penyamun : “Aku bepergian sendirian, sama seperti dirimu.”

Ibnu Battutah : “Kau pasti menganggap aku bodoh.”

Penyamun : “Aku tidak melakukan penilaian. Aku hanya

menawarkanmu perlindungan, dan kau bisa

membayarku setelah tiba dengan aman di Kairo.”

Ibnu Battutah : “Kau mencuri uangku.”

Penyamun : “Aku memberikannya pada orang miskin.”

Ibnu Battutah : “Bagaimana caraku membayarmu?”

Penyamun : “Kau punya teman-teman kaya di Kairo.”

Ibnu Battutah : “Aku lebih suka mati di sini di padang pasir!”

Penyamun : “Semoga damai menyertaimu. (Assalamu‟alaikum).

Ibnu Battutah : “Tunggu!”

Penyamun : “Katakan, apa yang dilakukan pemuda seperti dirimu

berharap bisa menemukan Mekah?”

Ibnu Battutah : “Haji adalah sebuah jalan untuk menjumpai tanah

yang baru. Untuk mencapai Mekah dan melihat

Ka‟bah yang terbaik dari semua perjalanan.”

Penyamun : “Dan untuk ini kau mebahayakan hidupmu?”

Ibnu Battutah : “Itu tertulis dalam Al-Qur‟an,” “Jika Allah

memberikan pertolongan kepadamu, maka tidak ada

yang dapat mengalahkanmu.” (QS. Ali Imran

[3]:160).”

Penyamun : “Dan, jika Allah membiarkanmu, maka siapa yang

dapat menolongmu (selain) dari Allah sesudah itu?”

(QS. Ali Imran [3]: 160).”

“Banyak hikmah yang terkandung dalam Al-Qur‟an.

Kita berangkat saat fajar.”3

Dalam dialog di atas, tergambar jelas tekad kuat seorang Ibnu

Battutah mengarungi perjalanan ke Mekah. Di dalam Al-Qur’an tertulis,

3Percakapan ini dapat dilihat pada durasi 15:19 sampai 17:03.

Page 81: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

70

Allah ta’ala mengajarkan hamba-Nya melalui Rasulullah saw bahwa

apabila di dalam diri seseorang sudah ada tekad yang kuat dibarengi

dengan usaha yang maksimal dan tidak menyimpang dari syariat Allah,

maka hal yang harus dilakukan setelah itu adalah bertawakal kepada Allah.

Karena Allah mencintai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.

Niscaya pertolongan dari-Nya pasti akan datang dan segala kesulitanpun

akan dimudahkan. Oleh karena itu pada surat Ali Imran ayat 160, Allah

menjelaskan bahwa salah satu kunci kemenangan adalah tawakal atau

berserah diri kepada Allah secara benar. Karena pada hakekatnya

kemenangan dan kekalahan adalah dari Allah. Maka orang mukmin harus

menyadarkan segalanya hanya kepada Allah.

Tabel 5.4.

Adegan Keteguhan Hati Mempertahankan Prinsip

Adegan Visualisasi Verbal dan Non verbal Pemain Interpretasi Simbolik

1

Ibnu

Battutah

Menunjukkan sebuah

kondisi batin yang

sedang tertekan dan

merasakan sakit yang

luar biasa.

Page 82: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

71

2

Ibnu

Battutah

Menunjukkan keadaan

Ibnu Battutah setelah

sadar dari pingsannya.

3

Penyamun Kewibawaan dan

kebijaksanaan sang

penyamun menawarkan

perlindungan untuk

keselamatan Ibnu

Battutah dalam

perjalanan.

4

Ibnu

Battutah

Keteguhan hati dan

ketegasan dalam

mempertahankan

prinsip.

5

Ibnu

Battutah

dan

penyamu

n

Memperlihatkan medan

perjalanan yang terjal

dilalui Ibnu Battutah

dan sang penyamun.

Page 83: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

72

6

Ibnu

Battutah

Situasi pelik yang tetap

diterima sebagai

konsekuensi perjuangan

dan jihad.

Tabel 6.4.

Ikon, Indeks, dan Simbol dalam adegan “Keteguhan Hati Mempertahankan

Prinsip”

Ikon Ikon dalam adegan ini adalah setting lokasi perkemahan yang terletak di

gurun untuk tempat tinggal para penduduk nomaden. Kehidupan yang

sangat keras dan getir di gurun pasir menyebabkan penduduknya

mempunyai kebiasaan buruk, yakni mencuri. Namun dalam film ini,

divisualisasikan uang hasil curiannya akan diberikan kepada orang

miskin.

Indeks Indeks dalam adegan ini yaitu percakapan antara Ibnu Battutah dan

penyamun, di mana Ibnu Battutah secara keras mempertahankan prinsip

yang dipilihnya dan menolak saran bijak dari penyamun. Bertekat untuk

melanjutkan perjalanannya tanpa bantuan siapapun. Tetapi pada akhirnya

Ibnu Battutah menyetujui saran dari penyamun dengan beberapa

pertimbangan.

Simbol Simbol dalam adegan ini adalah sosok Ibnu Battutah yang melakukan

sesuatu atas dasar tuntunan ayat suci Al-Qur’an. Dan menunjukkan

kepribadian yang shaleh, di mana ia bersikukuh bertahan sampai titik

darah penghabisan untuk melaksanakan haji ke Tanah suci Mekah.

Simbol-simbol agama pada adegan di atas sangat kental akan karakter

Ibnu Battutah sebagai seorang alim yang shaleh.

Secara teknis, adegan ini memiliki beberapa unsur sinematografi.

Potongan adegan pertama, memperlihatkan kondisi yang tampak pada

Ibnu Battutah sedang mengalami masa sulit di mana ia merasakan tekanan

batin dan merasakan sakit yang luar biasa pada tubuhnya akibat kejadian

perampokan. Dalam adegan ini, terdapat teknik dissolve to di mana terjadi

Page 84: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

73

adegan flash back ketika Ibnu Battutah terbayang apa yang pernah ia

utarakan kepada Hamzah, yakni “Jika aku mati biarlah terjadi dalam

perjalanan ke Mekah.” Jarak kamera yang digunakan dalam potongan

gambar ini yaitu long shot, di mana sutradara ingin menampilkan keadaan

sekitar untuk mendukung adegan yang sedang dimainkan sehingga

menampilkan mood yang efektif.

Potongan shot selanjutnya, jarak kamera yang dipakai yaitu

medium shot, di mana sutradara ingin memvisualisasikan Ibnu Battutah

yang baru saja sadar dari pingsannya dan berusaha mengingat apa yang

telah terjadi pada dirinya. Diperlihatkan pula ia telah berada di sebuah

perkemahan milik penyamun.

Kemudian potongan adegan selanjutnya memperlihatkan

penyamun sedang melakukan percakapan dengan Ibnu Battutah. Dalam

adegan ini hal yang diperbincangkan yaitu membahas tentang bagaimana

risiko yang akan diterima Ibnu Battutah bilamana ia tetap bersikukuh

melakukan perjalanan seorang diri. Dan penyamun dengan

kebijaksanaannya menawarkan diri untuk bersedia menemani perjalanan

Ibnu Battutah sampai ke Damaskus, yaitu tempat di mana karafan haji

berkumpul di sana dan melakukan perjalanan secara kolektif. Jarak kamera

yang digunakan adalah medium shot, di mana sang sutradara ingin

memperlihatkan karakter kuat dari penyamun.

Adegan keempat, memvisualisasikan Ibnu Battutah yang dengan

sikap konsistennya mengatakan akan melakukan perjalanan suci ke Mekah

untuk berhaji. Dengan mimik muka serius dan dengan tegas ia mengatakan

Page 85: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

74

ia akan lebih suka mati di padang pasir daripada harus kembali pulang ke

Maroko sebelum berhaji. Hal ini menegaskan bahwa Ibnu Batutah

memiliki karakter sifat yang keras dan teguh terhadap pendirian. Jarak

kamera yang digunakan pada potongan adegan ini yaitu medium shot, di

mana mood yang coba dibangun memperlihatkan karakter Ibnu Battutah

serta suasana perkemahan yang persis dengan gambaran yang didirikan

oleh suku nomaden di gurun pada saat itu. Di tambah dengan

memperlihatkan adanya api unggun di tengah mereka agar terlihat lebih

natural.

Adegan selanjutnya, memvisualisasikan kondisi medan yang

ditempuh melewati berbagai perbukitan gurun pasir yang terkadang sulit

untuk ditempuh. Namun hal itu tidak lantas membuat mereka berkecil hati

untuk melanjutkan perjalanan. Perjalanan dilanjutkan dengan semangat

pantang menyerah dari keduanya. Jarak kamera yang digunakan adalah

long shot.

Kemudian potongan shot selanjutnya memperlihatkan kondisi saat

badai pasir di gurun. Keadaan di mana gambaran ini merupakan bahaya

yang mengancam saat melewati gurun sehingga menyebabkan kuda yang

ditunggangi harus dijatuhkan dan ditenangkan oleh pemiliknya. Adegan

ini berhasil divisualisasikan oleh Ibnu Battutah dengan memeluk kudanya.

Jarak kamera yang digunakan adalah long shot.

Secara keseluruhan adegan di atas memiliki beberapa karakter

sinematografi. Jarak kamera yang digunakan dalam adegan tersebut di

antaranya yaitu long shot dan medium shot. Untuk pencahayaan cenderung

Page 86: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

75

menggunakan sumber pencahayaan top lighting yang fungsinya sekadar

ingin menunjukkan jenis pencahayaan buatan dalam sebuah adegan, yakni

dengan menggunakan cahaya lilin dan api unggun. Selain itu juga tetap

menggunakan cahaya utama (key light). Setting yang digunakan di dalam

adegan keseluruhan adalah shot on location. Aspek suara dan editing di

dalam adegan ini memakai dieges sound dan non dieges sound dengan

editing di dominasi oleh tipe montase (rangkaian gambar), establishing

atau reestablishing shot dan cut in yang diiringi pula dengan musik

instrumental.

B. Narasi Adegan yang Diteliti

Sebelum menganalisis secara detail bagaimana narasi dalam adegan

khusus yang menampilkan perjalanan Ibnu Battutah, berikut peneliti akan

memaparkan komponen-komponen naratif yang dapat dijadikan acuan dalam

memahami adegan khusus berdasarkan unsur naratif film.

1. Tokoh

Tokoh utama dalam film Journey to Mecca adalah Ibnu Battutah. Di

dalam film, divisualisasikan Ibnu Battutah sebagai seorang tokoh yang

protagonis, ambisius, pantang menyerah, dan tegas. Meskipun banyak

menghadapi rintangan dan hambatan dalam perjalanannya, namun ia tetap

konsisten melaksanakan niatnya untuk berhaji ke Mekah. Dedikasi yang

tinggi, membuat ia menemukan jati dirinya ketika melaksanakan

perjalanan yang panjang. Dalam keadaan apapun ia tidak henti-hentinya

memohon pertolongan kepada Allah, ini merupakan bentuk Jihad fi

Page 87: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

76

Sabilillah yang dilakukan oleh Ibnu Battutah. Adapun tokoh heroik, yaitu

penyamun. Dengan karakter heroik dan tegasnya itu, dalam beberapa shot

penyamun divisualisasikan sebagai pemicu konflik batin dalam diri Ibnu

Battutah. Selain itu ada Hamzah yang divisualisasikan sebagai sahabat

Ibnu Battutah. Hamzah, divisualisasikan sebagai sahabat yang

berseberangan pendapat dengan Ibnu Battutah saat tahu bahwa Ibnu

Battutah ingin ke Mekah seorang diri. Hamzah kurang menyetujui

kawannya itu melaksanakan haji seorang diri pada usia 21 tahun, namun

kemudian ia merestui kepergian sahabatnya itu. Dan ada pula kawanan

perampok yang menghadang Ibnu Battutah saat di gurun pasir.

2. Masalah dan konflik

Masalah yang muncul pada adegan perjalanan dari Kairo adalah ketika

Ibnu Battutah menemui Ibnu Muzaffar di Kairo dan menceritakan mimpi

yang dialaminya, ketika Penyamun memperingatkan Ibnu Battutah

melewati rute Damaskus dan bergabung dengan kafilah haji namun Ibnu

Battutah tetap mempertahankan keputusannya melewati Laut Merah,

ketika pasca peperangan yang berlangsung di Laut Merah, dan ketika Ibnu

Battutah dilanda demam setelah selama 40 hari berada di padang pasir.

Konflik yang muncul dalam adegan ini adalah konflik batin, di mana

Ibnu Battutah tetap mempertahankan prinsipnya pada rute perjalanan yang

ia lalui yakni melewati Laut Merah walaupun sudah diperingatkan oleh

penyamun untuk memenpuh jalur Damaskus. Kemudian ketika sampai di

Laut Merah ia melihat kapal-kapal laut yang hancur akibat perang yang

Page 88: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

77

berlangsung dan sudah pasti tidak dapat menghantarkan ia menyebrangi

laut tersebut.

3. Lokasi

Lokasi utama dalam adegan ini adalah gurun pasir. Gurun pasir,

sebagai setting utama divisualisasikan dengan cukup apik. Setting latar

yang yang memadai yang cukup menghadirkan sebuah realisme ketika

berada di sebuah padang gurun.

4. Waktu

Penggunaan waktu dalam setiap adegan di film ini dijelaskan

sebagai berikut: Siang, di mana diperlihatkan sebagian besar konflik dan

masalah muncul di waktu siang hari serta pada saat itu pula perjalanan

panjang yang ditempuh Ibnu Battutah. Malam, di waktu ini Ibnu Battutah

mengalami mimpi terbang di atas sayap burung raksasa melewati Laut

Merah menuju Mekah. Kemudian mimpi tersebutlah yang menghantarkan

Ibnu Battutah berambisi untuk menunaikan ibadah haji ketika itu.

Adegan Ibnu Battutah mencapai Kairo bermula dari Hamzah yang

memberitahukan untuk menemui Ibnu Muzzafar di Kairo. Kemudian,

pesan dari sahabatnya itu ia penuhi, sesampainya di Kairo Ibnu Battutah

langsung menemui Muzzafar dan menceritakan mimpi yang ia alami. Ibnu

Muzzafar memberikan tanggapan yang baik perihal mimpi yang

diceritakan oleh Ibnu Battutah. Muzzafar lantas mengatakan “Rasulullah

bersabda: Tuntutlah ilmu walaupun itu sampai ke negeri Cina.” Adegan

Page 89: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

78

ini berada pada durasi 19:41 sampai 20:45. Kata-kata itu membuat tekad

dan keyakinan Ibnu Battutah semakin kuat untuk memenuhi panggilan

batinnya, berhaji. Ibnu Muzzafar divisualisasikan sebagai alim ulama pada

saat itu, yang tidak lain merupakan kerabat dari Ibnu Battutah. Setting

pada adegan ini berada di Universitas Al-Azhar Kairo.

Kemudian, setelah itu setting berpindah pada suasana pasar yang

menjual barang-barang antik. Di sana divisualisasikan antara Ibnu Battutah

dan penyamun terjadi cekcok karena keputusan Ibnu Battutah yang tetap

memilih jalur Laut Merah sebagai jalan menuju ke Mekah karena baginya

ini merupakan jalur terpendek menuju Mekah padahal penyamun selalu

mengingatkan bahwa ada jalur aman yang dilewati oleh para rombongan

haji melewati Damaskus.4

Tidak menggubris pesan dari penyamun, Ibnu Battutahpun pergi

menunggangi unta menuju Laut Merah dengan tekad dan keyakinan kuat

bisa menemui Mekah melalui jalur yang ia pilih. Namun, sesampainya di

Laut Merah, dengan raut muka yang sangat kecewa dari kejauhan Ibnu

Battutah melihat banyak kapal-kapal laut yang menepi dalam keadaan

yang sangat memprihatinkan. Kapal-kapal tersebut rusak parah akibat

perang yang berlangsung dan menyebabkan lalulintas pelayaran tertunda.

Seketika, Ibnu Battutahpun meminta ampun kepada Allah dan menyesali

perbuatannya yang merasa sombong tidak mau mendengarkan saran orang

lain. Ia meminta kepada-Nya agar bisa tetap sampai ke Mekah. Pada

adegan ini, visualisasi dan narasi dibatasi hanya pada Ibnu Battutah.

4Kota Damaskus merupakan salah satu kota yang dihuni tetua di dunia, selain Al-Fayyum

dan Gaziantep. Populasinya saat ini diperkirakan sekitar 3.67 juta jiwa.

Page 90: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

79

Sedangkan, hal lain sebagai pendukung cerita dapat dilihat dari aspek mise

en adegan dan unsur sinematografi.

Tidak sampai beberapa menit terdengar suara unta dibelakangnya.

Tidak disangka oleh Ibnu Battutah ternyata sang penyamun mengikuti

perjalanannya ke Laut Merah. Penyamun tersebut menyarankan Ibnu

Battutah agar melewati jalur yang umum dilewati oleh para kafilah haji,

yakni Damaskus.

Shot berpindah ke Damaskus, di sana divisualisasikan Ibnu

Battutah dan penyamun sedang melakukan percakapan. Penyamun

mengembalikan upah jasa perjalanan kepada Ibnu Battutah dan minta

dibelikan hewan kurban baginya untuk dipersembahkan kepada Allah.

Ibnu Battutah mengajaknya bersama-sama ke Mekah, namun penyamun

menolaknya dan mengatakan suatu saat ia akan kesana Insya Allah.5

Penduduk Damaskus bersikap rendah hati. Orang asing yang memiliki

maksud baik akan mendapatkan perlindungan yang selayaknya dari

penduduk Damaskus. Mereka yang memiliki keterampilan tertentu akan

mendapat pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya. Bagi yang ingin

mencari ilmu atau fokus dalam beribadah, mereka mendapat pelayanan

yang baik.6 Kemudian Ibnu Battutah bersama kafilah haji yang berjumlah

10.000 orang menyusuri perjalanan dengan satu tujuan, Mekah. Di antara

mereka ada yang berprofesi sebagai arsitek, ahli fisika, penyair, dan juga

peternak lebah.

5Percakapan ini muncul pada durasi 25:39.

6Ibnu Battutah, Rihlah Ibnu Battutah: Memoar Perjalanan Keliling Dunia di Abad

Pertengahan, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012), h. 109.

Page 91: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

80

Kemudian pada sekuen terakhir, ada satu tempat yang harus

mereka lalui yang dikenal sebagai “Lembah Neraka.” Dalam satu tahun,

lembah mendidih ini telah merenggut ribuan nyawa. Hal itu membuat para

kafilah haji terpaksa melanjutkan perjalanan menuju Madinah tanpa

istirahat. Dalam adegan ini terlihat beberapa orang meninggal dunia akibat

dilanda demam tinggi karena suhu panas yang sangat menyengat melebihi

gurun terkenal Sahara. Selama 40 hari perjalanan di padang pasir,

membuat kondisi tubuh kafilah lemah. Begitu pula dengan Ibnu Battutah,

tubuhnya dilanda demam. Tetapi ia bertekad tidak akan menyerah dan

terus melanjutkan perjalanan walaupun dalam keadaan yang sangat lemah

sekalipun. Tidak lama kemudian terdengar seruan dari kejauhan “Aku

melihat Madinah.” Dari seorang penunjuk jalan yang menunggangi kuda

dengan membawa tongkat dan terdapat bendera putih yang berada tepat

diujung atas tongkat, itu menandakan bahwa suatu cara untuk

menunjukkan kedamaian atau tidak keikutsertaan seseorang dalam

peperangan. Dalam kondisi lemah, mendengar seruan tersebut Ibnu

Battutah merasa seakan ada angin segar yang merasuki sela-sela jiwanya.

Hal itu menuntunnya untuk melanjutkan kembali perjalanan menuju

gerbang Madinah.

Dari paparan narasi di atas, dapat peneliti kaji bahwasannya mitos

yang ingin dibangun di dalam narasi tersebut adalah melalui sosok Ibnu

Battutah. Melalui setting atau latar di mana adegan diambil, melalui narasi

yang digunakan di dalam setiap adegan dan monolog yang dilakukan para

Page 92: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

81

pemain. Adapun penjelasan mitos secara lebih detail dapat dilihat pada

tabel konvensi, denotasi dan konotasi.

C. Semiotik dalam Adegan “Perjalanan dari Kairo”

1. Tanda-tanda dan Kode

Di dalam sebuah film, kita pasti banyak ditampilkan tanda-tanda dan kode,

terutama pada sebuah adegan. Tanda-tanda dan kode tersebut secara alami

pasti memiliki makna tertentu. Akan tetapi makna yang akan terbentuk

pastilah berbeda-beda pada setiap kode yang ditampilkan. Tanda dan kode

tersebut merupakan hasil dari representasi dari kita sebagai peneliti. Tidak asal

memberi asumsi dari makna pada kode yang ditampilkan dalam adegan, tapi

sebagai peneliti harus membutuhkan pengetahuan seputar konvensi yang

sudah berlaku sebelumnya dan dalam wilayah-wilayah tertentu.

Pada penelitian kali ini, peneliti mencoba mencari unsur tanda dan kode

pada adegan perjalanan Ibnu Battutah dari Kairo dengan mengklasifikasikan

tanda-tanda yang memiliki makna lain yang bersifat subjektif dan melekat

pada suatu kata ataupun frase, atau yang disebut sebagai konotasi. Pada

adegan ini hanya dipilih berdasarkan tingkat relevansinya dengan tujuan

penelitian. Adapun denotasi dan konotasi pada adegan utama penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Page 93: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

82

a. Denotasi dan Konotasi

Tabel 7.4.

Analisis Tanda Denotasi dan konotasi dalam skenario

Tanda Denotasi Tanda Konotasi dan Mitos

Kuda Salah satu hewan peliharaan yang telah memegang peranan

penting dalam pengangkutan orang dan barang selama

ribuan tahun. Dalam berbagai kebudayaan dianggap sebagai

simbol kejantanan, kebebasan, kecerdasan, dan kekuatan.

Unta Mamalia yang sangat kuat dan tahan terhadap kondisi

lingkungan gurun pasir yang paling ganas sekalipun.

Hitam Warna yang identik dengan hal yang negatif yang dapat

menimbulkan persepsi orang berbeda-beda.

Putih Menunjukkan kedamaian, spiritualitas, kesederhanaan dan

kebersihan hati.

Mimpi Pengalaman alam bawah sadar atau gambaran aktifitas

kejadian yang terjadi pada saat seseorang tidur.

Shalat berjamaah Aktifitas di mana manusia bersama-sama meraih derajat

yang lebih tinggi di sisi Allah.

Padang Pasir Suatu daerah yang hanya menerima curah hujan yang sedikit

dan kelembapan udara yang sangat rendah.

Sorban Kesalehan yang disertai intensitas ibadah yang tinggi serta

keistimewaan dalam pribadi.

Haji Ajang berkumpulnya umat Islam dalam jumlah besar pada

waktu yang sama, di tempat yang sama, untuk melakukan

hal yang sama, dengan pakaian yang sama, dengan tujuan

yang sama, dan dengan seruan yang sama pula, yakni:

“Labbaikallahumma labbaik; labbaika la syarika laka

labbaik; innal-hamda wan-ni‟mata laka wal-mulka la

syarika lak.” Yang semuanya itu bermuara semata-mata

mengharapkan ridha Allah.

Perang Sebuah aksi fisik antara dua atau lebih kelompok untuk

Page 94: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

83

melakukan dominasi di wilayah yang dipertentangkan.

Kafilah Rombongan haji berkendaraan unta di padang pasir.

Upah Imbalan yang dibayarkan sebagai pembalas jasa atau

sebagai pembayar tenaga yang sudah dikeluarkan.

Demam Panas badan atau suhu tubuh yang lebih tinggi dari biasanya.

Ka’bah Rumah suci sebagai pusat bagi manusia.

Kain Ihram Simbol bahwa sesungguhnya manusia diciptakan dengan

status yang sama yakni sebagai khalifah di bumi. Maka

manusia dibebaskan dari status-status yang bersifat duniawi.

Berkurban Manifestasi dari rasa syukur seorang mukmin atas

pemberian rahmat dari Allah.

Bercukur atau tahallul Menanggalkan kesombongan yang menjadi seseorang tinggi

hati dari orang lain.

Islam Iman keagamaan muslim yang percaya bahwa hanya ada

satu Tuhan, yaitu Allah. Allah lah yang menurunkan wahyu

Al-Qur’an kepada Muhammad.

Mekah Situs paling suci dalam Islam dan merupakan tujuan ibadah

haji.

b. Ikon, Indeks dan Simbol dalam Adegan “Perjalanan Ibnu

Battutah dari Kairo Menuju mekah.”

Tabel 8.4.

Ikon Mekah merupakan kota yang identik dengan sejarah Nabi Ibrahim yang

membangun tempat ibadah pertama untuk umat Islam. Prosesi haji yang

dilakukan Ibnu Battutah merupakan bentuk rasa cinta kepada Allah dan

mengharapka ridha dari-Nya. Kain ihram yang melambangkan kesetaraan

manusia. Kuda dan unta sebagai kendaraan perjalanan Ibnu Battutah.

Serta padang pasir yang menjadi saksi bisu perjuangan Ibnu Battutah

menuju Mekah.

Indeks Perkataan, ucapan yang memiliki unsur kausalitas terhadap sebuah

peristiwa. Di dalam adegan ini khususnya telah terangkum dalam sebuah

teks dalam percakapan maupun narasi. Terdapat beberapa indeks yang

muncul dan cukup dominan pada adegan tersebut. Yang pertama terletak

pada sikap yang tegas dari Ibnu Battutah yang senantiasa

mempertahankan keputusannya untuk melewati jalur Laut Merah,

Page 95: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

84

padahal sudah diperingatkan bahwa di sana sedang terjadi perang.

Melihat keadaan yang tidak memungkinkan untuk melewati jalur

tersebut, kemudian ia mengucapkan : “Ampuni kebodohan hamba.

Ampuni kesombongan hamba. Izinkan hamba mencapai Mekah dan

berdiri di atas Jabal Rahmah (Gunung Arafat).”7 Setelah memanjatkan

doa, terdengar suara unta di belakangnya. Ternyata penyamun mengikuti

perjalanan Ibnu Battutah, dan kemudian mengajaknya untuk melewati

rute Damaskus. Kemudian mereka kembali melanjutkan perjalanan

menuju Damaskus.

Simbol Tekad kuat dan keteguhan hati Ibnu Battutah melaksanakan ibadah haji

dan menentukan jalur perjalanan sendiri yang diilhami dari mimpinya.

Bergabungnya Ibnu Battutah dengan Kafilah haji. sikap tenang dan sabar

sebagai simbol keteguhan. Serta Lembah Neraka, lembah ini setiap

tahunnya merenggut ribuan nyawa, mendesak kafilah untuk melanjutkan

perjalanan tanpa beristirahat.

2. Tabulasi Analisis Elemen Adegan

Sebelum masuk kepada penelitian elemen film, peneliti mencoba

memunculkan beberapa potongan shot yang berhubungan langsung dengan

pokok permasalahan dalam penelitian ini, berikut adalah visualisasinya:

Tabel 9.4.

Visualisasi shot dari Adegan “Perjalanan dari Kairo”

Visualisasi Verbal dan Non Verbal

Visualisasi Verbal dan Non verbal Interpretasi Simbolik

7Berada pada durasi 23:55.

Page 96: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

85

19:46

21:38

22:56

23:39

Page 97: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

86

23:57

26:00

27:34

28:16

Page 98: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

87

28:51

29:15

30:15

32:00

Page 99: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

88

33:32

39:19

39:48

40:47

3. Analisis Narasi dan Simbolik Antara Adegan Utama dan Pendukung

Pada Tabel 9.4.

Page 100: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

89

Tabel di atas menunjukkan serangkaian adegan dan narasi yang

masing-masing saling berhubungan. Peneliti akan menganalisis dari kacamata

analisis film Cristian Metz. Banyak simbol yang mengandung makna tentang

sebuah perjuangan Jihad fi Sabilillah pada perjalanan panjang Ibnu Battutah

dari Kairo menuju Mekah.

Pada kolom pertama di baris pertama, potongan adegan di atas

memperlihatkan Ibnu Battutah dan penyamun sedang melakukan perjalanan.

Adegan ini menunjukkan perjuangan perjalanan rohani meninggalkan tanah

kelahiran menuju tanah suci Mekah. Sutradara cukup apik memvisualisasikan

sebuah perjalanan yang tampak seperti alami. Adegan ini diambil

menggunakan jarak kamera long shot yang bertujuan untuk menampilkan

kondisi sekitar. Potongan adegan kolom kedua baris pertama,

memvisualisasikan perjalanan menyebrangi sungai Nil menggunakan perahu

bersama dengan penyamun. Adegan ini menunjukkan rasa bahagia setelah

sekian lama berada di gurun pasir sehingga membuat perjalanan ini terasa

nikmat. Ibnu Battutah menyampaikan rasa syukurnya dalam bentuk sajak

sebagai berikut:

“Setelah beberapa bulan di padang gurun, kami akhirnya sampai di

sungai Nil. Melebihi dalam manisnya rasa dan khazanah yang

terbentang di dasarnya. Ibu dari semua kota tiada tara dalam

keindahan dan karunia sebuah keajaiban pengetahuan dan

pengalaman: Kairo.”

Adegan selanjutnya pada scane pendukung kedua kolom kedua.

sesampainya di Kairo Ibnu Battutah langsung menemui Ibnu Muzzafar dan

menceritakan mimpi yang dialaminya. Bagi Ibnu Battutah, mimpinya seolah

memberi petunjuk kepadanya untuk sesegera mungkin melakukan ibadah haji

Page 101: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

90

ke Mekah walaupun jalur yang akan dilaluinya merupakan jalur yang paling

jarang ditempuh oleh para kafilah haji. Berikut petikan yang dikatakan Ibnu

Muzzafar:

“Kau harus mencapai tujuanmu jika kau ingin mengenali hikmah

orang-orang di sekitarmu. Nabi Muhammad saw, bersabda:

„Tuntutlah ilmu, sekalipun kau sampai ke negeri Cina.”8

Negeri Cina atau Tiongkok adalah negeri mahakarya tradisi, seni, dan

budaya. Berkembang jauh sebelum kebudayaan Barat merambah dan

mendominasi budaya masyarakat masa kini, negeri Cina telah lebih dulu

dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan. Negeri ini melahirkan berbagai

penemuan, mulai dari pengolahan masakan, pakaian, kertas, pengetahuan

agama, budaya, dan filsafat. Keunggulanya mendapat pengakuan dari berbagai

penjuru dunia, menembus dan melintasi batas-batas geografis, kultural dan

agama. Untuk itu nabi Muhammad pernah menyatakan kekagumannya dengan

mengatakan “Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina.”9 Demikianlah

penjelasan mengenai hadist tersebut. Hadist tersebut kemudian menginspirasi

Ibnu Battutah untuk meneruskan perjalanannya menjelajahi negeri-negeri

Muslim lainnya.

Adegan pendukung selanjutnya adalah Ibnu Battutah sedang

melakukan percakapan dengan penyamun. Adegan ini memperlihatkan upaya

penyamun mengingatkan Ibnu Battutah agar tidak melewati Laut merah,

karena pada saat itu sedang terjadi perang di sana. Namun Ibnu Battutah teguh

pada pendirian memilih untuk melewati jalurnya dan melanjutkan perjalanan

seorang diri. Dalam percakapannya ia mengatakan:

8Percakapan dapat dilihat pada durasi 20:04 sampai 12:34.

9Rasti Suryadani, Anekdot Cina, (Yogyakarta: Indonesia Tera, 2008), h. v.

Page 102: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

91

“Haji tak bisa menunggu! Aku akan menyebrangi Laut Merah! Aku

sudah membuat keputusan.”

Adegan selanjutnya memvisualisasikan keadaan di Laut Merah. Benar

saja apa yang dikatakan oleh penyamun, sedang terjadi perang di Laut Merah.

Sesampainya di sana, dengan raut muka yang sangat kecewa dari kejauhan

Ibnu Battutah melihat banyak kapal-kapal laut yang menepi dalam keadaan

yang sangat memprihatinkan. Kapal-kapal tersebut rusak parah akibat perang

yang berlangsung dan menyebabkan lalulintas pelayaran tertunda. Seketika,

Ibnu Battutahpun meminta ampun kepada Allah dan menyesali perbuatannya

yang merasa sombong tidak mau mendengarkan saran orang lain. Ia kemudian

meminta kepada-Nya agar bisa tetap sampai ke Mekah. Hal ini menandakan

bahwa Allah menguji ketetapan hati orang beriman dengan banyak cara, di

antaranya memberi mereka permasalahan pada waktu-waktu tertentu atau

membuat mereka mengalami penderitaan. Diterangkan pula dalam surat Al-

Baqarah [02]: 155 yang berbunyi:

“Dan sesungguhnya kami akan mengujimu dengan suatu cobaan, seperti

ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Namun

gembiralah orang-orang yang sabar.”

Adegan pendukung selanjutnya, memperlihatkan Ibnu Battutah sedang

memeluk penyamun. Secara denotasi, adegan ini menandakan sebuah

perwujudan dari kepedulian tulus dan sederhana antar sahabat.

Page 103: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

92

Adegan selanjutnya berpindah setting ke padang gurun,

menampilkan Ibnu Battutah yang sedang memulai perjalanan dari Damaskus

bersama kafilah haji. Di antara mereka ada yang berprofesi sebagai arsitek,

ahli fisika, penyair, dan juga peternak lebah. Adegan ini menunjukkan bahwa

dalam memenuhi panggilan Allah, status sosial bukan lagi menjadi

penghalang dalam perjalanan.

Adegan selanjutnya memperlihatkan keadaan perjalanan dalam cuaca

ekstrim. Ada satu tempat yang harus dilalui yang dikenal sebagai “Lembah

Neraka.” Dalam satu tahun, lembah mendidih ini telah merenggut ribuan

nyawa. Karena keadanaan wilayah tersebut yang tidak memungkinkan untuk

beristirahat, mendesak para kafilah untuk menuju Madinah tanpa beristirahat.

Karena alasan itu, di sana Ibnu Battutah kelelahan dan mengalami demam.

Walaupun demikian, ia tetap tidak menyerah dan melanjutkan perjalananya

itu. Hal inilah yang kemudian dilihat sebagai sebuah perjuangan Jihad fi

Sabilillah betapa perjalanan ke Mekah sangatlah jauh melewati padang pasir

tandus yang luar biasa panasnya.

Adegan selanjutnya memperlihatkan di mana Ibnu Battutah dan para

kafilah sedang melaksanakan shalat berjamaah. Adegan ini memberi makna

bahwa shalat merupakan lambang kekuatan dan kesatuan umat, serta

merupakan simbol terpenting dari perilaku dalam menjaga keberadaan dan

keharmonisan ukhuwwah islamiyah.

Adegan selanjutnya berpindah setting ke Masjidil Haram. Adegan ini

memperlihatkan mimik Ibnu Battutah yang terkesima melihat apa yang

diimpikannya berada di depan mata. Impian yang telah lama didoakan selama

Page 104: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

93

hidupnya, Ka’bah yang suci. Mempertontonkan keadaan Masjidil Haram yang

dipenuhi sesak oleh para jamaah haji yang sedang melakukan tawaf (bergerak

mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali), jamaah tersebut berasal dari berbagai

penjuru yang berjumlah ribuan bahkan jutaan manusia dalam satu tempat. Di

mana tawaf bermakna bahwa gerak hidup setiap manusia bukanlah sekedar

untuk hidup itu sendiri, melainkan segala gerak hidup itu terjadi dan menuju

kepada Allah. Allah lah sebagai pusat pusaran gerak manusia.

Adegan selanjutnya memperlihatkan Ibnu Battutah sedang membeli

sekawanan domba untuk dikurbankan kepada orang miskin. Hal itu karena ia

memngingat jasa penyamun yang membimbingnya dalam perjalanan.

Adegan selanjutnya mencukur rambut atau tahallul. Hal ini

menandakan bahwasannya keluar dari keadaan ihram karena telah selesai

melaksanakan amalan haji. Tahallul ditandai dengan mencukur rambut,

minimal 3 helai. Hal ini bermakna, menanggalkan kesombongan yang menjadi

seseorang tinggi hati dari orang lain.

Adegan selanjutnya memperlihatkan Ibnu Battutah bersama dengan

para kafilah sedang dalam perjalanan meninggalkan Mekah. Namun, bukan

Tangier tujuan selanjutnya setelah berhaji. Ia teringat oleh kata-kata Ibnu

Muzzafar yang pernah mengatakan “Tuntutlah ilmu sekalipun kau sampai ke

negeri Cina.” Kata-kata itulah yang kemudian menginspirasi Ibnu Battutah

untuk terus mengemban ilmu hingga ke lebih dari 40 negara.

Tabel 10.4.

Analisis Adegan Utama Melalui Tabulasi Analisis Film Stave Campsall

No Elemen Temuan Analisis

1. Mise En Scene What:

Ibnu Battutah merupakan salah satu tokoh asal suku Berber. Suku berber

Page 105: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

94

merupakan suku penduduk asli yang mendiami wilayah Afrika Utara. Dalam

film ini, kostum yang dikenakan oleh Ibnu Battutah merupakan pakaian khas

Maroko, yakni burnoose atau selham. Jenis pakaian ini, merupakan pakaian

luar sebagai pelngkap penampilan kaum laki-laki yang bertujuan sebagai

pelindung dingin. Kostum yang dikenakan oleh Ibnu Battutah seperti jubah

dan sorban yang dikenakannya itu, serta jenggot yang merupakan

representasi dari simbol keagungan seorang manusia pemberani, kuat, hebat,

dan memiliki solidaritas tinggi.

Penyamun yang idealnya menjadi sosok yang jahat dan kejam, dalam

film ini diperankan berbeda. Ia diperankan sebagai sosok heroik yang

menemani Ibnu Battutah dalam perjalanan. Padang pasir yang tandus, kuda

dan unta yang menjadi kendaraan saat berada di padang pasir. Dan sorban

yang digunakan untuk menutup setengah wajahnya dari hidung sampai dagu,

bertujuan untuk melindungi wajah dari panas pasir gurun yang bertebaran.

Perang di Laut Merah terjadi akibat perang Byzantium pada waktu itu,

menyebabkan lalu lintas penyebrangan tidak berjalan.

What Effect:

Effect yang muncul dalam adegan ini yaitu shot on location yang

menggunakan lokasi langsung seperti padang pasir, sungai Nil, Masjidil

Haram, dan lain-lain. Penggunaan lokasi ini bertujuan untuk memunculkan

aspek realism dalam film. Cahaya yang dihasilkan pada adegan ini

menggunakan cahaya natural yang berasal dari matahari.

What Meaning:

Sistem makna yang ditampilkan adalah melalui pendekatan denotasi dan

konotasi. Denotasi yang muncul dalam adegan ini yaitu, hitam, putih, haji,

shalat berjamaah, perang, kuda, bercukur. Adapun penjelasan makna

konotasi dan denotasi pada adegan sudah dijelaskan di atas.

How:

Dalam membangun aspek mise en scene yang relevan dengan narasi

film pada adegan ini sutradara berfokus pada aspek setting dan pemain, di

mana melalui property yang dimunculkan dalam adegan ini dapat

membangun mood penonton.

Purpose:

Tujuan sutradara menampilkan adegan ini nampaknya adalah untuk

memvisualisasikan sosok Ibnu Battutah dengan berbagai atributnya,

membangun karakter pemain, dan yang terrpenting adalah untuk

merepresentasikan sejarah tokoh terkenal pada masanya.

2. Editing Unsur editing yang digunakan adalah cut, di mana cut ini merupakan

transisi dari shot satu ke shot lainnya secara langsung yang menimbulkan

editing kontinu pada suatu rangkaian adegan dialog atau aksi pada

umumnya. Ada beberapa aspek yang diperhatikan peneliti dalam melakukan

teknik editing, yaitu aspek kontinuitas grafik, aspek ritmik, aspek spasial dan

aspek temporal. Namun, pada scene ini menggunakan tempo editing yang

cepat dengan durasi shot yang hanya beberapa detik.

3. Shot Types Dalam adegan ini terdapat beberapa shot, di antaranya: Pertama,

medium shot. Medium shot digunakan ketika Ibnu Battutah melakukan

percakapan dengan Ibnu Muzzafar. Di tempat lain diperlihatkan pula ketika

Ibnu Battutah dan penyamun berada di Damaskus. Kedua adalah long shot.

Page 106: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

95

Long shot digunakan pada saat memperlihatkan keadaan Laut Merah pasca

perang, selain itu memperlihatkan adegan di mana Ibnu Battutah sedang

melakukan perjalanan bersama penyamun.

Ketiga adalah cloce up. Close up digunakan ketika Ibnu Battutah sampai

di Laut merah dan melihat keadaan porak poranda di hadapannya. Adegan

ini memperlihatkan mimik kekecewaan Ibnu Battutah. Kemudian Exreme

long shot. Extreme long shot digunakan pada saat prosesi haji dilaksanakan

secara menyeluruh, selain itu pada saat selesainya berhaji memperlihatkan

Ibnu Battutah dan para kafilah melanjutkan perjalanan. Dan kemudian

exreme long shot juga digunakan untuk memperlihatkan medan perjalanan

yang ditempuh Ibnu Battutah di Padang Gurun.

4. Camera Angle Sudut kamera.

Tipe sudut.

Tipe sudut kamera yang tampak pada adegan ini adalah tipe high angle, di

mana objek diperlihatkan tampak lebih kecil daripada setting. Hal ini

memunculkan kesan bahwa seseorang terlihat rendah, kecil, kehilangan

dominasi, lemah, dan terintimidasi.

Kemiringan.

Dalam adegan ini, teknik kemiringan kamera tidak digunakan. Hal ini bisa

menimbulkan makna bahwa narasi dan kisah dalam adegan ini masih stabil.

Ketinggian.

Dalam adegan ini, ketinggian kamera digunakan oleh sutradara untuk

mempelihatkan medan perjalanan yang rumit Ibnu Battutah dan para kafilah

haji pada saat di padang gurun.

5. Camera

Movement

Pergerakan kamera pada adegan ini didominasi oleh teknik panning dan

tilting. Teknik penning digunakan dengan cara menggeser kamera ke kanan

ataupun ke kiri, dengan maksud melihat objek lain yang berada di sisi kanan

atau sisi kiri objek. Sedangkan teknik tilting digunakan dengan cara

menggerakan kamera secara vertikal, gerakannya mendongak ke atas (tilt up)

atau menunduk ke bawah (tilt down). Teknik penning tampak ketika prosesi

haji berlangsug, yakni ketika para jamaah sedang melakukan tawaf.

Sedangkan teknik tilting tampak ketika Ibnu Battutah dalam perjalanan dari

Damaskus bersama para kafilah haji.

6. Lighting Ada beberapa aspek yang harus dilihat dalam menjelaskan lighting, di

antaranya:

1. Kualitas

Kualitas cahaya yang ditampilkan pada adegan ini adalah soft light

atau dengan kata lain disebut sebagai cahaya lembut yang cenderung

menyebarkan cahaya sehingga menghasilkan bayangan yang tipis.

2. Arah Pencahayaan

Arah pencahayaan pada adegan ini adalah frontal lighting, di mana

sutradara ingin menghapus bayangan dan menegaskan bentuk sebuah

objek atau wajah karakter dari objek tampak jelas.

3. Sumber Cahaya

Sumber cahaya dalam adegan ini menggunakan key light, dimana

sumber cahaya utama dan paling kuat menghasilkan cahaya. Adapun

cahaya utama yang digunakan dalam adegan ini adalah cahaya

matahari.

Page 107: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

96

7. Dieges and

Sound

Suara yang digunakan dalam adegan ini adalah tipe suara dieges sound.

Tipe ini memberi pemahaman bahwa sumber suara berasal langsung dari

objeknya. Selain itu terdapat tipe suara non dieges sound, yaitu suara musik

yang mengilustrasikan suatu kondisi semangat, di mana terdapat dalam

adegan ketika Ibnu Battutah dan kafilah memulai perjalanan dari Damaskus.

8. Visual Effect /

SFX

Tidak terdapat visual effek dalam film ini. Hal ini menandakan bahwa

film ini merupakan jenis film yang tidak banyak diintervensi unsur teknologi

komputer.

9. Narrative Secara singkat jenis narasi ini menggunakan pola narasi linier, di mana

waktu berjalan sesuai dengan urutan aksi peristiwa tanpa adanya interupsi

waktu yang signifikan.

10. Genre Film ini bergenre dramatic adventure atau dokumenter. Sutradara ingin

menampilkan perjalanan dramatis seorang tokoh yang sudah melakukan

sebuah perjalanan besar dan sudah cukup dikenal oleh masyarakat luas.

11. Iconoghraphy Ikonografi merupakan sebuah system yang mendukung genre.

Ikonografi dalam film ini di antaranya adalah padang pasir, Damaskus,

mekah, kain ihram, sorban, pakaian, unta, kuda, dan kafilah haji. hal ini yang

mendukung perjuangan Ibnu Battutah dalam perjalanannya menuju Mekah.

12. The Star System Sutradara memilih bintang film Chems Eddine Zinoun sebagai pemeran

Ibnu Battutah karena dinilai ia memiliki karakter kuat dalam memerankan

tokoh tersebut.

13. Realism Realitas yang dibangun dalam adegan ini cukup apik dan relevan dengan

kondisi sosial pada waktu itu. Dengan penggunaan layar IMAX,

menciptakan mood efektif bagi penonton karena dikemas dengan unsur mise

en scene yang membuat perjalanan berbahaya seperti melintasi gurun sahara,

pegunungan, dan sungai nil, serta kafilah haji yang jumlahnya ribuan seolah

menjadi nyata.

4. Konvensi

Penjelasan mengenai konvensi, sebetulnya sudah tertera dalam elemen di

bagian akhir. Namun, untuk mempermudah penelitian, berikut unsur konvensi

yang lebih detail.

Tabel 11.4.

Tanda-tanda Simbolik Pemain Konvensi

Cara mempertahankan

argument.

Ibnu Battutah Bersikap dan bertutur baiksudah

dipahami semua orang sebagai suatu

Page 108: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

97

budaya positif yang membawa seseorang

bisa diangkat derajatnya di mata manusia

dan di mata Tuhan.

Berserah diri kepada Allah

ketika mengalami kesusahan.

Ibnu Battutah Menyandarkan diri dan takdir dengan

sungguh-sungguh kepada Allah

merupakan ciri khusus yang dimiliki

orang mukmin. Orang mukmin, yakni

manusia yang memiliki sisi keimanan

yang mendalam serta mampu melihat

kekuasaan Allah. Karena Allah

menciptakan semua peristiwa dengan

tujuan ilahiyah.

Cara berterima kasih kepada

orang lain.

Ibnu Battutah Manifestasi terkait hubungannya dengan

sesama manusia. Kebaikan seseorang

dalam wujud rasa terima kasihnya kepada

sesama merupakan ukuran tingkat

syukurnya seorang hamba.

Cara bersyukur. Ibnu Battutah Anggota tubuh melaksanakan ketaatan

kepada Allah. Dalam hal ini anggota

badan dijadikan sebagai sarana untuk taat

kepada Allah dan mencegah dari maksiat

kepada-nya. Ibnu Battutah justru

merepresentasikan rasa syukurnya

dengan melaksanakan ibadah haji ke

tanah suci Mekah dan berkurban di sana.

Cara berbusana. Ibnu Battutah Dalam hal ini Ibnu Battutah ingin

menampilkan kebudayaan khas dari

Maroko dengan tampilan yang ia

kenakan. Busana yang dikenakannya

merepresentasikan sosok seorang

manusia pemberani, kuat, dan memiliki

solidaritas yang tinggi.

Cara melukiskan perasaan. Ibnu Battutah Dalam hal ini, Ibnu Battutah

mengutarakan isi hatinya akan

kekaguman sebuah wilayah dan

keajaiban Tuhan dengan sajak yang

indah.

D. Interpretasi

Film Journey to Mecca merupakan film yang menceritakan tentang

kisah luar biasa dari sosok Ibnu Battutah. Film yang sarat akan pesan dan

Page 109: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

98

filosofi ini merupakan film bergenre dokumenter/dramatic adventure. Bruce

Neibaur selaku sutradara film, secara khusus membuat film ini dalam format

IMAX yaitu layar yang berukuran 21,5 meter x 29,3 meter. Baginya, hal ini

merupakan sebuah visusalisasi pengakuan dunia kepada sosok Ibnu Battutah

atas prestasi perjalannya dengan menempuh jarak 73.000 mil pada tahun 1325

M dengan melintasi 44 negara (menurut peta dunia pada saat ini).

Pesan yang coba disampaikan dalam film ini adalah hikmah dari

sebuah pengorbanan dan perjuangan. Pengorbanan dan perjuangan yang

dimaksud adalah pengorbanan harta, waktu, perjuangan fisik, keikhlasan hati,

kekhusuan beribadah, kesabaran terhadap diri sendiri, sabar kepada sesama,

dan tentunya yang paling utama yaitu sabar kepada Allah SWT.

Jika dilihat dari kontennya, film ini mencoba merepresentasikan

sebuah bentuk jihad yang dilakukan setulus hati dan tanpa paksaan dari pihak

manapun. Ini mengindikasikan bahwa sebaiknya dalam melaksanakan

perintah Allah harus dengan hati yang ikhlas walaupun banyak kendala yang

dihadapi dalam menjalankannya.

Ibnu Battutah divisualisasikan sebagai seseorang yang konsisten dan

pantang menyerah. Penonton seolah diajak melintasi padang pasir yang tandus

dan panas menyilaukan. Menyaksikan peribadatan menakjubkan saat tiga juta

manusia dari seluruh dunia setiap tahun mengelilingi Hajar Aswad. Film ini

khususnya, telah membangun sebuah dimensi yang berbeda dalam kegiatan

jihad fi sabilillah. Dominasi tokoh dalam film ini, memberikan sebuah stimuli

agar sebaiknya berjuang di jalan Allah harus sepenuh hati melibatkan seluruh

jiwa raga.

Page 110: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

99

Ibnu Battutah adalah pemuda Maroko yang ingin menunaikan ibadah

haji karena mimpinya. Kedua orang tuanya sangat mengkhawatirkan dan

berusaha mencegahnya mengingat usia Ibnu Battutah masih sangat muda

untuk melakukan perjalanan seorang diri. Namun, karena keinginan yang

sudah tidak terbendung, ia tetap bersikukuh untuk melaksanakan perjalanan ke

Mekah pada saat itu. Ayahnya memberikan seekor kuda, sedangkan ibunya

memberikan pakaian ihram. Pakaian ini yang kelak menyelamatkannya dari

sergapan para bandit di gurun.

Pada adegan 2, terjadi fenomena perampokan saat Ibnu Battutah

tengah melakukan perjalanan disebuah perbukitan gurun. Di sana ia dikepung

oleh kawanan bandit yang mencoba menghadangnya untuk merampas

perbekalan yang dibawa oleh Ibnu Battutah. Kemudian, entah mengapa ketika

Ibnu Battutah hampir dibunuh oleh para bandit, tiba-tiba ketua tokoh nomaden

yang bermukim di gurun tersebut datang dan menghentikan kejadian itu. Hal

ini mengindikasikan bahwa seperti yang dikatakan dalam Al-qur’an janji

Tuhan tidak akan ingkar kepada hambanya yang sepenuh hati berjuang di

jalan Allah. Terbukuti, Tuhan masih melindungi Ibnu Battutah dari bahaya

yang mengancam dengan cara mendatangkan penyamun untuk melindunginya

dari sergapan para bandit gurun. Selain itu terdapat pula adegan pada saat di

mana Ibnu Battutah merasakan kesulitan, sang penyamun selalu hadir untuk

membantu dan menuntunnya dalam perjalanan.

Film yang diproduksi Cosmic Picture ini banyak menceritakan

pengalaman Ibnu Battutah pada saat ia berinteraksi dengan peradaban bangsa

lain, seperti pada saat ia melakukan perjalanan dari Damaskus bersama para

Page 111: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

100

kafilah yang notabene berasal dari berbagai suku dan negara berkumpul di

sana untuk melakukan perjalanan bersama-sama. Selain itu, film ini mampu

menyajikan gambaran perjalanan haji yang sangat menuntut kesiapan mental

untuk menghadapi segala rintangan yang melelahkan secara fisik maupun

mental.

Sineas menampilkan adegan-adegan tertentu sebagai pesan simbolik.

Pada adegan khusus perjalanan Ibnu Battutah dari Kairo menuju Mekah,

pesan-pesan tersebut dibangun berdasarkan narasi dan bahasa skenario.

Sebagaimana pemahaman yang dilontarkan Metz, bahwasannya bahasa film

berbeda dengan bahasa tutur. Bahasa film yang dimaksud adalah serangkaian

aspek dan komponen yang mendukung terjadinya proses produksi tanda di

dalam film tersebut.

Pada adegan perjalanan Ibnu Battutah dari Kairo menuju Mekah,

sineas sudah cukup jeli melihat simbol-simbol dan kode-kode itu. Terbukti

dengan pemilihan lokasi setting, situasi psikis, properti, dan hal lain yang

terlibat di dalam bahasa film, terangkum dalam sebuah aksi drama yang linier

dan tidak membingungkan, sehingga keberlangsungan cerita tersusun rapi,

membuatnya menjadi sebuah kemasan yang saling berkaitan antara ikon,

indeks, simbol.

Hal ini dapat dilihat ketika Ibnu Battutah sedang melakukan perjalanan

panjang dari Damaskus bersama para kafilah haji. ini menunjukkan, kondisi

yang mendukung dan bangunan setting yang dapat mendukung mood

penonton. Jubah, unta, sorban, gurun pasir, kafilah haji sebagai pendukung

ikonografi yang cukup relevan.

Page 112: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

101

Di sisi lain, tokoh antagonis dalam film ini tidak banyak dimunculkan.

Hanya sekali, ketika Ibnu Battutah disergap oleh para bandit di gurun pasir

dan mencuri barang bawaannya. Dalam film ini, menurut peneliti, tantangan

terbesar yang menjadi hambatan perjalanan Ibnu Battutah adalah keadaan

alam yang ekstrim di mana banyak spot yang menunjukkan cuaca panas yang

teramat terik. Unsur sinematografinya sangat natural, sehingga tidak terkesan

dibuat-buat.

Page 113: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

102

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penjelasan bab-bab terdahulu dan untuk mengakhiri pembahasan

dalam skripsi ini, penulis membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Sign dan Code (tanda-tanda dan kode) yang terdapat pada perjuangan jihad

fi sabilillah adalah tanda-tanda verbal maupun non verbal di dalam adegan

perjalanan ke Mekah yang tervisualisasi dalam pertengahan cerita.

Pemilihan sign dan code berfokus pada adegan ketika perjalanan yang

ditempuh Ibnu Battutah dari Kairo menuju Mekah. Melalui kajian

semiotika, peneliti menemukan kurang lebih 19 tanda dan kode yang

signifikan terhadap tujuan penelitian dalam adegan perjalanan dari Kairo

menuju Mekah yang dirangkum dalam tebel denotasi dan konotasi.

2. Elemen yang terdapat dalam perjuangan jihad fi sabilillah terdapat 13

komponen penting dalam penelitian ini. Pertama, aspek mis en scene yang

menjelaskan makna melalui kostum, tata rias, setting, dan pencahayaan

yang ditampilkan di depan kamera yang berfungsi sebagai penunjuk status

sosial, citra dan penunjuk ruang dan waktu. Selanjutnya pemaknaan

melalui editing dapat dilihat dari bagaimana pengemasan berbagai shot

dalam sebuah adegan. Kemudian shot types yang menampilkan makna

melalui jarak dan sudut kamera, ketinggian dan kemiringan kamera, serta

camera angle, aspek ini menanmkan makna melalui berbagai sudut

kemera secara khusus.

Selain itu, ada pula camera movement yang bertujuan menghadirkan

sebuah pesan melalui gerakan kamera secara dinamis. Lighting

Page 114: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

103

memberikan makna tertentu dalam setiap adegan pemain film dan juga

mood dan efek tertentu. Diges and sound menghidupkan makna melalui

suara-suara tertentu. Efek visual, memberikan makna seakan terlihat nyata.

Narrative bekerja dalam scenario film. Genre pada film ini adalah

dramatic adventure, karena film ini menceritakan sebuah perjalanan yang

dramatis dan ikonografinya memiliki kesamaan yang sangat dekat dengan

genre. The star system menyesuaikan pemeran dengan cerita film. Dan

yang terakhir realism, komponen ini menampilkan situasi yang terlihat

realistis.

3. Convention (konvensi) dalam film ini bisa dilihat sebagaimana gambaran

suasana sebuah perjalanan ke Mekah pada abad ke 14. Perampokan dan

hambatan hambatan yang dihadapi dalam perjalanan setidaknya dapat

memberikan sebuah gambaran kecil kepada penonton.

B. Saran

Journey to Mecca, merupakan film yang memiliki plot cerita yang

berusaha menampilkan sebuah perjuangan keras menuju tanah suci Mekah

seorang Ibnu Battutah. Namun, setiap kejadian atau hambatan yang

ditampilkan dalam film ini terlalu singkat, sehingga perjalanan yang

membahayakan itu terkesan wajar-wajar saja.

Film ini ada baiknya diputar juga di bioskop-bioskop pada umumnya,

karena dapat menjangkau segmentasi kalangan manapun yang ingin menonton

film ini. Di Indonesia khususnya, layar IMAX pada saat itu hanya terdapat di

TMII, sehingga sulit terjangkau untuk kalangan yang berada di luar Jakarta.

Page 115: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

104

DAFTAR PUSTAKA

Al-Karadhawi, Yusuf. 100 Tanya-Jawab Haji dan Umrah. Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar, 2013.

Al-Maududi, Al-Imam Abu al-A‟la, dkk. Jihad Bukan Konfrontasi: meluruskan

Makna Jihad Islam dalam Realitas Kehidupan Masyarakat Modern.

Jakarta: CV. Cendekia Sentra Muslim, 2001.

Arsyad, Azhar. Media Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.

Aziz, Moh. Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana, 2009.

Baran, Stanley J. Pengantar Komunikasi Massa jilid 1 Edisi 5: Melek Media dan

Budaya. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008.

Battutah, Muhammad bin Abdullah. Rihlah Ibnu Bathuthah: Memoar Perjalanan

Keliling Dunia di Abad Pertengahan. Pustaka Al-Kautsar: Jakarta, 2009.

Campsall, Stave. – 27/06/2002 (Rev. 17/12/2005; 14:18:24) Media – GCSE Film

Analysis Guide (3) – SJC.

Danesi, Marcel. Pengantar Memahami Semiotik Media. Yogyakarta: Jalasutra,

2010.

Danesi, Marcel. Pesan, Tanda, dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra, 2010.

Djaelani, Abdul Zadir. Jihadd fi Sabilillah dan tantangan-tantangannya. Jakarta:

CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1995.

E Dunn, Ross. Petualangan Ibnu Battutah Seorang Musafir Muslim Abad ke-14.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995.

Effendi, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti, 2007.

Fasha, Ania Febriani. “Semiotika Arti Kasih Ibu dalam Film Semesta

Mendukung,” Skripsi S1. Jakarta: Perpustakaan Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

2013.

Imanjaya, Ekky. Why Not: Remaja Doyan Nonton. Bandung: PT Mizan Bunaya

Kreativa, 2004.

Lechte, John. 50 Filsuf Kontemporer: Dari Strukturalisme sampai Posmodernitas.

Yogyakarta: Kanisius, 2001.

Page 116: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

105

M.Pick, Zuzana. Cinema As Sign and Languange, Christian Metz. Languange and

Cinema, translated by Donna Jean Umiker-Sebeok, Mouton: Thee Hague

Paris, 1974.

McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa; Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit

Erlangga, 1991.

Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara,

2008.

Peransi, D. A. Film/Media/Seni. Jakarta: FFTV IKJ Press, 2005.

Pratista, Himawan. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik, Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.

Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Stokes, Jane. How To Do Media and Cultural Studies: Panduan untuk

Melaksanakan Penelitian dalam Kajian Media dan Budaya. Yogyakarta:

Bentang, 2006.

Suryadani, Rasti. Anekdot Cina. Yogyakarta: Indonesia Tera, 2008.

Susanto, Eko Harry. Komunikasi Manusia: Esensi dan Aplikasi dalam Dinamika

Sosial Ekonomi Politik. Jakarta: Mitra Wacana Media penerbit, 2010.

Taslim, Uray Noviandy. “Semiotika Perjuangan „Said Nursi‟ Menulis Kitab

Risalah Nur dalam Film Hur Adam,” Skripsi S1. Jakarta: Perpustakaan

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2012.

Thohir Luth, M. Natsir. Dakwah dan Pemikirannya. Jakarta, Gema Insani Press,

1999.

Thwaites, Tony. Introducing Cultural and Media Studies; sebuah Pendekatan

Semiotik. Yogyakarta: Jalasutra, 2009.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat

Bahasa, 2008.

Trianton,Teguh. Film Sebagai Media Belajar. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.

Ulhaq, Muhammad Dhiyaa. “Semiotika Mati Syahid dalam Film Death in Gaza,”

Skripsi S1. Jakarta: Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2009 tentang perfilman, Pasal 1.

Page 117: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

106

Vivian, John. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: kencana, 2008.

Wibowo, Indiawan Seto Wahyu. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana

Media, 2011.

Website

http://cakrawala-senja.blogspot.com/2009/05/journey-to-mecca.html

http://indonesiaindonesia.com/f/90467-ibnu-haitham-penemu-kamera-obscura/

http://jurnalfootage.net/v4/artikel/peranan-teori-filem-di-dalam-ilmu-filem,

http://moviespictures.org/movie/Journey_to_Mecca_(2009)

http://wonders4u.wordpress.com/fantastic-world/gurun-sahara-afrika/

http://www.abufida.com/2012/10/journey-to-makkah.html

Page 118: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

Lampiran 1: Cover DVD Film Journey to Mecca

Page 119: SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH ‘IBNU BATTUTAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26730/1... · dramatic adventure yang rilis pada akhir April tahun 2009

Lampiran 2: Rihlah Ibnu Battutah