seminar mater

14
BAB V PENUTUP Kesimpulan Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetrik berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.Beberapa peneliti melaporkan insidensi KPD berkisar antara 8 – 10 % dari semua kehamilan. Hal ini menunjukkan, KPD lebih banyak terjadi pada kehamilan yang cukup bulan dari pada yang kurang bulan, yaitu sekitar 95 %, sedangkan pada kehamilan tidak cukup bulan atau KPD pada kehamilan preterm terjadi sekitar 34 % semua kelahiran prematur. Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih kontroversial dalam kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan yang baku masih belum ada, selalu berubah. Protokol pengelolaan yang optimal harus mempertimbangkan adanya infeksi dan usia gestasi serta faktor-faktor lain seperti fasilitas serta kemampuan untuk merawat bayi yang kurang bulan. Meskipun tidak ada satu protokol pengelolaan yang dapat untuk semua kasus KPD, tetapi harus ada panduan pengelolaan yang strategis, yang dapat mengurangi mortalitas perinatal dan dapat menghilangkan komplikasi yang berat baik pada anak maupun pada ibu.

Upload: putra96528

Post on 18-Feb-2016

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

seminar mater

TRANSCRIPT

Page 1: Seminar Mater

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetrik berkaitan dengan

penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang

meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.Beberapa

peneliti melaporkan insidensi KPD berkisar antara 8 – 10 % dari semua kehamilan. Hal ini

menunjukkan, KPD lebih banyak terjadi pada kehamilan yang cukup bulan dari pada yang

kurang bulan, yaitu sekitar 95 %, sedangkan pada kehamilan tidak cukup bulan atau KPD pada

kehamilan preterm terjadi sekitar 34 % semua kelahiran prematur.

Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih kontroversial

dalam kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan yang baku masih belum ada, selalu berubah.

Protokol pengelolaan yang optimal harus mempertimbangkan adanya infeksi dan usia gestasi

serta faktor-faktor lain seperti fasilitas serta kemampuan untuk merawat bayi yang kurang bulan.

Meskipun tidak ada satu protokol pengelolaan yang dapat untuk semua kasus KPD, tetapi harus

ada panduan pengelolaan yang strategis, yang dapat mengurangi mortalitas perinatal dan dapat

menghilangkan komplikasi yang berat baik pada anak maupun pada ibu.

Ada beberapa pengertian dari ketuban pecah dini :

      Ketuban pecah dini adalah ketuban pecah spontan sebelum dimulainya proses persalinan

disertai keluar air-air dari jalan lahir dapat terjadi pada kehamilan preterm maupun aterm 

      Penyebab ketuban pecah dini dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain: infeksi pada ibu,

factor janin, dan faktor selaput ketuban itu sendiri.

      Pengaruh ketuban pecah dini dapat terjadi pada ibu dan janin sehingga meningkatkan

morbiditas dan mortalitas.

      Diagnosa dapat ditegakkan bila pasien mengalami keluarnya cairan seperti air kencing,

pemeriksaan inspekulo adanya air ketuban dari kanalis cervisis dan uji kertas lakmus menjadi

biru.

Page 2: Seminar Mater

      Ketuban pecah dini harus ditangani secara tepat untuk mencegah terjadinya infeksi intra

uterin dan asfiksia neonatorum. Menuju ke rumah sakit adalah tindakan yang tepat bila bidan

menghadapi pasien dengan ketuban pecah dini.

 Saran

Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan keluarganya. Bidan harus

membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang menyertai perkiraan kelahiran janin premature

serta risiko tambahan korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan

periode tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan dengan wanita dan

keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga merupakan hal yang penting untuk kelanjutan

kehamilan.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan beberapa saran :

1. Saran Untuk Bidana.

a. Diharapkan seorang bidan agar dapat lebih profesional dengan pengetahuan

dan ketrampilan yang dimiliki sehingga dapat mendeteksi dini kasus-kasus

yang patologi khususnya dalam kasus ketuban pecah dini agar tidak terjadi

komplikasi yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayinya.

b. Diharapkan seorang bidan harus lebih terampil dan selalu siap   dalam

memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam mendiagnosis suatu

masalah yang di hadapi pasiennya agar tindakan dan pengobatan cepat dan

tepat sesuai kebutuhan klien.

c. Diharapkan seorang bidan dalam melaksanakan tugasnya di perlukan adanya

kerjasama antar tim dan diperlukan ketersediaan dana dan prasarana yang

memadai dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan pada klien.

d. Penulis mengharapkan agar manajemen asuhan kebidanan dapat diterapkan

pada setiap tempat pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit DR.RAMELAN

SURABAYA,Rumah Bersalin, Puskesmas rawat inap dan lain sebagainya

dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Page 3: Seminar Mater

e. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan tindakan pendokumentasian harus

selalu digunakan mengingat hal tersebut bermanfaat untuk mengantisipasi

hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.

2.   Saran Untuk Rumah Sakit

Sebaiknya pihak Rumah Sakit DR.RAMELAN SURABAYA,dan Puskesmas

rawat inap dan Rumah Sakit laennya menempatkan bidan tetap yang bertugas di

ruang bersalin, nifas / perawatan ginekologi dan ruang bayi agar setiap klien

mendapatkan kualitas pelayanan yang profesional sesuai dengan disiplin ilmu yang

dimiliki petugasnya.

3.   Saran Untuk Istitusi

Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, penerapan asuhan kebidanan dalam

pemecahan masalah harus lebih ditingkatkan dan dikembangkan mengingat proses

tersebut sangat bermanfaat dalam membina tenaga bidan dan menciptakan sumber

daya manusia yang berpotensi dan profesional.

Page 4: Seminar Mater

BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan

Pada bab ini penulis membandingkan antara teori dengan kasus langsung pada klien Ny. B serta

menemukan kesenjangan pada klien yang penulis lakukan selama 3 hari dibandingkan dengan

teori yang telah penulis paparkan pada bab II.

1.      Pengkajian

Pada pengkajian secara teoritis ditemukan data, resiko tinggi, infeksi, nyeri, intoleransi

akifitas. Sedangkan pengkajian pada Ny. B juga terdapat pengkajian secara teoritis, hanya saja

tidak semua data pada pengkajian yang didapatkan pada Ny. B perbedaan tersebut penulis dapat

memberikan analisa bahwa terdapat resiko tinggi trauma maternal, resiko tinggi trauma fetal,

tidak ditemukan pada klien karena klien pada waktu hamil dengan keadaan ketuban pecah dini

janin belum lahir. Pada waktu melakukan pengkajian klien belum mengalami persalinan.

2.      Diagnosa Keperawatan

Secara teoritis diagnose yang mungkin timbul pada klien ketuban pecah dini adalah:

a.         Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecahn dini

b.        Resiko tinggi trauma maternal berhubungan dengan disfungsi persalinan

c.         Cemas berhubungan dengan ancaman kehilangan janin

d.        Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus

e.         Resiko tinggi dengan trauma fetal berhubungan dengan hypoxia

f.         Intoleran aktifitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik

g.        Gangguan pola tidur berhubungan dengan kehamilan

Sedangkan diagnose keperawatan yang muncul pada Ny. B adalah sebagai berikut :

a.              Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini

b.              Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus

c.              Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik

Page 5: Seminar Mater

Dari ketujuh masalah yang muncu, urutan masalah adalah :

a.       Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini. Karena terjadi

masalah ini berisiko terjadinya infeksi, untuk mencegah terjadinya infeksi perlu penanganan

yang baik dari perawat. Hal ini yang mendasari untuk ditegakan diagnose ini. Berdasarkan

analisa tersebut maka masalah ini menjadi prioritas pertama.

b.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus. termasuk

kedalamkebutuhan rasa nyaman dan aman. Berdasarkan analisa tersebut maka masalah ini

menjadi prioritas kedua.

c.       Intoleren aktifitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik. Karena tubuh yang lemah,

segala aktifitas pemenuhan kebutuhan diri akan tergantung pada orang lain, hal ini yang

mendasari ditegakan diagnose ini karena peran perawat dan keluarga sangat dominan untuk

membantu kebutuhan klien. Masalah ini menjadi prioritas ketiga.

Dari diagnose yang ditemukan pada Ny. B terdapat 3 diagnose keperawatan yang sesuai

dengan teoritis, sedangkan 4 diagnosa keperawatan secara teoritis tidak munculpada klien, alas

an yang dapat penulis berikan adalah :

a.       Pada diagnose keperawatan resiko tinggi trauma maternal dan fetal tidak muncul karena tidak

ada data senjang yang menunjang.

b.      Pada diagnose keperawatan ganggguan pola tidur tidak muncl karena klien sudah bisa tidur

setelah klien beberapa hari persalinan dapat istirahat.

Sedangkan diagnose keperawatan yang muncul pada klien tetapi tidak terdapat secara teoritis

yakni diagnose intoleran aktifitas. Diagnose ini ditegakan karena ada data senjang yang

menunjang. Sehingga perlu dilakukan intervensi.

3.      Perencanaan

Masalah keperawatan yang muncul pada kasus Ny.B selanjutnya berdasarkan :

a.    Kebutuhan dasrar menurut maslow

b.   Derjat masalah yang timbul berdasarkan SUN (Segera, Urgen, dan Non Urgen)

c.    Tingkat kebutuhan pengobatan atau prosedur medic

d.   Pertimbangan kemampuan dan kemauan pasien

e.    Kemungkinan masalah dapat diatasai dengan memperhatikan sarana dan prasarana yang ada

4.      Penatalaksanaan

Page 6: Seminar Mater

Penatalaksanaan adalah realisasi dari rencana tindakan. Tidak semua rencana dapat

dilakukan karena keterbatasan sumber-sumber, sarana, prasarana, tingkat kemampuan klien

sendiri.

Adapun pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan pada klien adalah sebagai berikut :

a.    Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini. Pelaksanaannya adalah

melakukan cuci tangan sebellum dan sesudah melakukan tindakan, periksa dalam dengan

memakai hand scone yang steril, mengganti perban dibawah bokong setiap dua jam sekali,

memantau vital sign, tindakan tersebut sesuai dengan konsep teoritis yang ada dan

pelaksanaannya tidak ada hambatan,

b.   Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus. Pelaksanaan tindakannya

adalah menganjurkan dan bantu klien untuk melakukan teknik relaksasi, mengobservasi vital

sign, memberikan analgetik jika dibutuhkan sesuai rasa yang dirasakan, tindakan ini susuai

dengan konsep dasar teoritis yang ada. Dalam melaksanakan penulis menemui hambatan, karena

tindakan tersebut mandiri dari perawat serta tidak tergantung alat-alat.

c.    Intoleransi aktifitas berhubungn dengan keterbatasan mobilitas fisik. Pelaksanaannya adalah

mengobservasi tingkat kemampuan mobilitas, membantu klien dalam pemenuhan kebutuhan

sehari-hari, memotifasi keluarga untuk selalu membantu dalam pemenuhan kebutuhan klien.

5.      Evaluasi

Langkah terakhir dari proses keperawatan adalah mengadakan evaluasi atau tindakan

yang telah dilakukan berikut ini hasil evaluasi untuk masing-masing diagnose:

a.        Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini

Evaluasi :

Tidak ada tanda-tanda infeksi

b.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus

Evaluasi :

1)      Klien mengatakan tidak nyeri lagi

2)      Klien tampak lebih nyaman

c.       Intoleran aktifitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik

Evaluasi :

Klien dapat melakukan aktifitas

Page 7: Seminar Mater

BAB IV

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Page 8: Seminar Mater

Kesimpulan dari asuhan keperawatan pada Ny. S ketuban pecah dini merupakan pecahnya

selaput ketuban secara spontan sebelum pembukaan 5 cm atau sebelum persalinan. Sedangkan

penyebab dari ketuban pecah dini belum diketahui. Adapun tanda dan gejala dari ketuban pecah

dini adalah perut ibu kelihatan membesar, ibu merasa nyeri diperut, persalinan lebih lama dari

biasanya dan waktu his terasa sakit.

Dari asuhan keperawatan yang diberikan pada klien Ny. S maka penulis dapat mengambil

kesimpulan :

1.      Pengkajian

Pengkajian pada Ny. S ditemukan data resiko tinggi terhadap infeksi, gangguan rasa nyaman

nyeri, intoleran aktivitas, dan pemeriksaan penunjang hanya pemeriksaan darah (HB dan

golongan darah).

2.      Diagnose keperawatan

Dari hasil pengkajian pada Ny. S dapat dirumuskan 7 diagnosa keperawatan, dimana 3 diagnosa

sesuai dengan teoritis yaitu resiko tinggi terhadap infeksi, gangguan rasa nyaman nyeri,

intoleransi aktivitas, sedangkan 4 diagnosa tidak sesuai dengan teoritis karena adanya data yang

menunjang yaitu resiko tinggi trauma maternal, resiko trauma fetal, gangguan pola tidur, dan

ansietas

3.      Perencanaan

Pada tahap perencanaan telah disusun masalah menurut prioritas sesuai dengan data kondisi klien

dengan berpedoman kepada kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dan tingkat

kepentingan.

4.      Pelaksanaan

Page 9: Seminar Mater

Dalam pelaksanaan tindakan pada klien Ny. S sesuai dengan rencana yang telah disusun dan

dilakukan oleh penulis sendiri, perawat ruangan dan keluarga klien.

5.      Evaluasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 hari, ada beberapa masalah teratasi sesuai

dengan tujuan, criteria hasil seperti masalah nyeri, gangguan psikologi cemas.

B.     Saran

1.      Untuk Rumah Sakit

a.       Meningkatkan mutu pendidikan baik tiap-tiap perawatnya dimana dalam hal ini tidak hanya

dibutuhkan skill dalam tiap tindakan yang akan dilakukan naming intelegensi tiap tindakan

hendaknya dilakukan juga.

b.      Mengadakan seminar-seminar yang berhubungan dengan ketuban pecah dini.

2.      Untuk Institusi Pendidikan

a.       Memperdalam materi pada setiap mahasiswa dalam pemahaman materi ketuban pecah dini.

b.      Memperbanyak literatul tentang ketuban pecah