hasil penelitian mater pembelajaran aktif pada sekolah menengah pertama

21
1 PEMBUATAN KIPAS ANGIN DAN TESPEN DARI BAHAN SEDERHANA SEBAGAI PENGEMBANGAN MATERI FISIKA DAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Nashril Abdillah, Siti Fadlila Universitas Gadjah Mada RINGKASAN Upaya pemerintah Indonesia untuk peningkatan kualitas pendidikan melalui berbagai cara, salahsatunya perbaikan kurikulum dan penerapan model pembelajaran aktif (active lerning). Selama ini, penerapan pembelajaran aktif terkendala oleh materi pembelajaran yang tidak semua kompetensi dasar dapat dilakukan dengan model eksperimen. Khususnya dalam matapelajaran fisika yang terkenal sulit dan membosankan bagi siswa. Kurangnya sarana dan prasarana juga menambah beban permasalahan tentang pembelajaran. Oleh karenanya, model pembelajaran aktif dengan bahan sederhana yang mudah didapatkan penting untuk dikembangkan. Salahsatu hal tersebut yakni melalui pembelajaran eksperimen pembuatan tespen dan kipas angin dari bahan sederhana. Selain itu, materi tersebut juga untuk pengenalan dan pemahaman konsep mind mapping (pemetaan pikiran) yang dapat membantu siswa dalam mengoptimalkan fungsi kerja otak. Pelaksanaan kegiatan tersebut dengan metode kaji tindak yang dilakukan oleh siswa kelas VIII SMP Diponegoro Sleman Yogyakarta. Hasil evaluasi nilai pretest dan postes siswa putri menunjukkan kenaikan nilai 100% , dengan rerata nilai pretest 44 dan nilai post tes 88, sedangkan siswa putra menunjukkan kenaikan nilai sebesar 87%, dengan rerata nilai pretest 43 dan nilai post test 80. Respons siswa antusias dan semangat saat melakukan aktivitas pembuatan kipas angin dan tespen. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa siswa termotivasi untuk belajar aktif dan menyenangkan.

Upload: nashril-abdillah

Post on 27-Dec-2015

24 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Tulisan ini berisi hasil penelitian kami mengenai ujicoba Pembuatan Tespen dan Kipas Angin sederhana dari bahan sederhana sebagai materi praktikum pada mapel Fisika di sekolah menengah pertama

TRANSCRIPT

1

PEMBUATAN KIPAS ANGIN DAN TESPEN DARI BAHAN

SEDERHANA SEBAGAI PENGEMBANGAN MATERI FISIKA DAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF DI SEKOLAH

MENENGAH PERTAMA

Nashril Abdillah, Siti Fadlila

Universitas Gadjah Mada

RINGKASAN

Upaya pemerintah Indonesia untuk peningkatan kualitas pendidikan

melalui berbagai cara, salahsatunya perbaikan kurikulum dan penerapan model

pembelajaran aktif (active lerning). Selama ini, penerapan pembelajaran aktif

terkendala oleh materi pembelajaran yang tidak semua kompetensi dasar dapat

dilakukan dengan model eksperimen. Khususnya dalam matapelajaran fisika yang

terkenal sulit dan membosankan bagi siswa. Kurangnya sarana dan prasarana juga

menambah beban permasalahan tentang pembelajaran.

Oleh karenanya, model pembelajaran aktif dengan bahan sederhana yang

mudah didapatkan penting untuk dikembangkan. Salahsatu hal tersebut yakni

melalui pembelajaran eksperimen pembuatan tespen dan kipas angin dari bahan

sederhana. Selain itu, materi tersebut juga untuk pengenalan dan pemahaman

konsep mind mapping (pemetaan pikiran) yang dapat membantu siswa dalam

mengoptimalkan fungsi kerja otak.

Pelaksanaan kegiatan tersebut dengan metode kaji tindak yang dilakukan

oleh siswa kelas VIII SMP Diponegoro Sleman Yogyakarta. Hasil evaluasi nilai

pretest dan postes siswa putri menunjukkan kenaikan nilai 100% , dengan rerata

nilai pretest 44 dan nilai post tes 88, sedangkan siswa putra menunjukkan

kenaikan nilai sebesar 87%, dengan rerata nilai pretest 43 dan nilai post test 80.

Respons siswa antusias dan semangat saat melakukan aktivitas pembuatan kipas

angin dan tespen. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa siswa termotivasi untuk

belajar aktif dan menyenangkan.

2

Simpulannya, pengembangan materi ajar berbasis model pembelajaran

aktif sangat menarik dan diperlukan, baik untuk peserta didik maupun pendidik.

Materi ajar yang menarik dan disampaikan secara sistematik akan meningkatkan

motivasi belajar dan kreativitas siswa, dan juga guru.

3

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada hakekatnya, pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan

kemamuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia

(UU No 20 tahun 2003). Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di

Indonesia, pemerintah melakukan perbaikan kurikulum dan model

pembelajaran. Pemerintah telah mencanangkan model pembelajaran aktif

untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di sekolah. Model pembelajaran

tersebut mengaktifkan berbagai aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan

psikomotor.

Peningkatan mutu pengajaran dapat dimulai dengan pembenahan

strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran berhubungan dengan cara

mengajar yang paling efektif dan efisien dalam memberikan pengalaman

belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan khusus pembelajaran

(Ahmadi, 1991). Pembelajaran Fisika yang sesuai dengan pembelajaran

aktif yaitu dengan aktivitas praktikum. Silberman (2006) menyatakan

bahwa pembelajaran aktif (active learning) adalah pembelajaran yang

mengajak siswa untuk melaksanakan kegiatan yang menggunakan

koordinasi antara otak kanan dan otak kiri untuk mempelajari masalah,

memecahkan masalah, dan menerangkan apa yang telah dipelajari.

Pembelajaran aktif adalah fase pembelajaran cepat, menyenangkan,

suportif dan melibatkan kemampuan individu ataupun kelompok.

Praktikum adalah suatu bentuk pembelajaran aktif melalui kegiatan

praktek.

Ada dua kelompok model pembelajaran yaitu pasif dan aktif.

Pelaksanaan pembelajaran pasif disebut dengan pembelajaran tradisional.

Pembelajaran pasif umumnya digunakan oleh guru, interaksi hanya terjadi

satu arah yaitu siswa hanya mendengarkan, dan guru menjelaskan.

Kelompok pembelajaran aktif yaitu terjadinya interaksi dua arah, siswa

4

aktif, sehingga cenderung peserta didik lebih mengingat materi ajar

(retention rate of knowledge). Oleh sebab itu, apabila ingin diperbaiki

kualitas kelulusan, pembelajaran aktif harus diterapkan. Penerapan

pembelajaran aktif sepenuhnya maupun pelengkap pembelajaran

tradisional akan meningkatkan kualitas pembelajaran (Bonwell, 1995).

Umumnya pelajaran fisika momok bagi siswa, atau sulit untuk

dipelajari, maka perlu strategi model pembelajaran yang praktis efektif dan

menyenangkan serta mampu meningkatkan kreativitas dan hasil belajar

siswa. Model pembelajaran aktif dapat mengajak siswa untuk

melaksanakan kegiatan yang menggunakan koordinasi antara otak kanan

dan otak kiri untuk memecahkan masalah dan menerangkan apa yang telah

dipelajari. Pembelajaran aktif adalah fase pembelajaran cepat,

menyenangkan, sportif dan melibatkan kemampuan individu dan

kelompok (Samadhi, 2006).

Model pembelajaran aktif umumnya terkendala oleh kurangnya

materi ajar yang dapat mendukung pembelajaran aktif. Mencari dan

mengembangkan bahan ajar yang mampu mendukung model pembelajaran

aktif sangatlah penting. Dengan demikian pengembangan materi perlu dan

terus ditingkatkan, salah satunya dengan penggunaan strategi

pembelajaran eksperimen, diharapkan proses pembelajaran secara aktif

pada peserta didik dapat tercapai. Terutama bagi sekolah-sekolah yang

kurang memiliki fasilitas laboratorium, pengembangan materi dengan

bahan dan metode yang sederhana serta mudah diperoleh diiperlukan

untuk mendukung pembelajaran aktif.

Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini, telah dikembangkan

beberapa materi pengajaran dari bahan-bahan sederhana untuk

menjelaskan konsep dasar tentang energi dan listrik pada mata pelajaran

Fisika. Materi ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan

dan penerapan model pembelajaran aktif.

2. Perumusan Masalah

5

Model pembelajaran aktif umumnya terkendala karena kurangnya materi

ajar yang dapat mendukung pembelajaran aktif. Materi ajar seperti apa yang

dapat digunakan untuk mengembangkan bahan ajar yang mampu mendukung

model pembelajaran aktif khususnya pada mata pelajaran fisika.

3. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai adalah memberikan keragaman materi ajar

bagi pengembangan materi pembelajaran aktif mata pelajaran fisika. Memberi

motivasi pada guru melalui pengkayaan materi pengajaran untuk pelaksanaan

model pembelajaran aktif. Selain itu, memberikan contoh materi ajar

eksperimen yang mudah dengan bahan sederhana pada guru untuk

peningkatan kreativitas system pendidikan baik dari pendidik maupun anak

didik (siswa).

Hal ini dalam upaya peningkatan kreativitas dan motivasi belajar

siswa, serta menekan rasa bosan dan sulit pada siswa dalam belajar khususnya

pelajaran fisika. Meningkatkan pemahaman konsep materi yang akan

disampaikan (listrik dan energi) sehingga diharapkan mampu meningkatkan

hasil belajar siswa, kreatifitas siswa dan kerjasama antar kelompok (team

work). Yang paling terpenting adalah memberikan motivasi siswa agar dapat

belajar dengan memproses diri, baik kognitif, afektif dan psikomotorik.

Target kegiatan yang akan dicapai pada penelitian ini ialah sebagai

berikut:

a) Pengenalan dan Penerapan model pembelajaran aktif pada siswa.

Model pembelajaran aktif yang dicanangkan pemerintah dalam upaya

peningkatan mutu pendidikan di Indonesia bukanlah sebuah hal yang bisa

secara langsung disadari, melainkan harus dikenalkan dan dipelajari oleh

insan-insan pendidik, baik oleh siswa maupun para guru.

Target dalam kegiatan ini untuk mengaplikasikan pengembangan materi

ajar dan model pembelajaran aktif, telah dijelaskan dalam bagian latar

belakang. Bentuk keaktifan yang ditargetkan adalah praktikum pembuatan

tespen dan kipas angin serbaguna yang keduanya dibuat dari bahan

6

sederhana. Praktikum ini dirancang sedemikian rupa sehingga dapat

membantu memahami mata pelajaran yang berhubungan dengan Fisika dalam

pokok bahasan energy dan kelistrikan.

b) Siswa dapat mudah memahami dan menggunakan konsep Mind Mapping.

Dalam mendukung model pembelajaran aktif dapat digunakan metode

peningkatan dan mengoptimalkan kerja otak. Metode yang dimaksud adalah

pengenalan dan pemahaman konsep mind mapping (pemetaan pikiran). Pada

kegiatan ini ditargetkan agar siswa dapat mengerti tentang mind mapping yang

dapat membantu siswa dalam mengoptimalkan fungsi otak seperti membantu

dalam proses mengingat serta membantu mencari benang merah pada setiap

materi ajar.

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kegiatan eksperimen merupakan salah satu model pembelajaran aktif,

tapi kegiatan eksperiman di Indonesia dikonotasikan sebagai kegiatan di

dalam laboratorium. Namun demikian, menurut Tarmiza (2005) bahwa

kegiatan laboratorium tidak selalu dalam laboratorium, tetapi dapat dilakukan

dengan demonstrasi, anak didik hanya memperhatikan cara-cara melakukan

praktikum yang dilakukan oleh seorang guru, atau dapat juga kegiatan

perorangan atau kelompok kecil. Dengan demikian siswa aktif melakukan

kegiatan yang telah direncanakan.

1. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran dikenal beberapa macam antara lain :

1. Ceramah, metode tersebut dikenal sebagai metode tradisional, dan

pasif

2. Diskusi, studi lapang dan tugas, dikenal dengan metode aktif.

Masing-masing metode tersebut ada kekurangan dan kelebihannnya.

Pada saat ini, kurikulum banyak dan hampir semua menggunakan metode

aktif ini. Oleh sebab itu, guru dituntut pandai membuat strategi dalam

pembelajaran khususnya dalam pelajaran fisika. Khusus pelajaran fisika,

metode eksperimen paling tepat karena siswa mudah menemukan konsep

sendiri secara langsung dalam melakukan eksperimen (Purwanto 2009). Lebih

lanjut dikatakan bahwa sekalipun guru menguasai segala macam teori belajar

dan materi pembelajaran dengan baik, tetapi cara penyampaian tidak menarik

sehingga siswa tidak termotivasi maka hasil belajar siswa dapat dipastikan

tidak memuaskan, dan berlaku sebaliknya. Dengan demikian, pengertian

belajar bagi siswa bukan lagi kewajiban, tetapi suatu kebutuhan yang

dilakukan dengan menyenangkan

8

.

2. Pembelajaran Aktif

Menurut Silberman (2006: 9) pembelajaran aktif (active learning)

adalah pembelajaran yang mengajak siswa untuk melaksanakan kegiatan

yang menggunakan koordinasi antara otak kanan dan otak kiri untuk

mempelajarai masalah, memecahkan masalah, dan menerangkan apa yang

telah dipelajari.

Siswa sebagai pusat dari kegiatan pembelajaran dan pembentukan

kompetensi harus didorong untuk menafsirkan informasi yang diberikan

oleh guru, sampai informasi tersebut diterima oleh akal sehat sehingga

dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berpangku tangan menerima

informasi dari guru, akan tetapi mereka ikut berperan aktif atau terlibat

interaksi di dalam kegiatan pembelajaran tersebut (Mulyasa 2004).

Menurut Silberman (2006) teknik-teknik pembelajaran aktif

dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Bagaimana menjadikan siswa aktif sejak awal, misalnya

pembentukan tim, penilaian mendadak, dan keterlibatan belajar

secara langsung.

2. Bagaimana membantu siswa mendapatkan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap secara aktif, misalnya, proses belajar satu

kelas penuh, diskusi kelas, pengajuan pertanyaan, kegiatan belajar

kolaboratif, pengajaran oleh teman sekelas, kegiatan belajar

mandiri, kegiatan belajar aktif dan pengembangan keterampilan.

3. Bagaimana menjadikan belajar tak terlupakan, misalnya,

peninjauan (review), penilaian diri, perencanaan masa mendatang

dan ungkapan perasaan terakhir.

Masing-masing bagian terdiri berbagai macam strategi pembelajaran.

Strategi pembelajaran aktif bertujuan untuk menumbuhkan jiwa kemandirian

9

dan kreativitas dalam belajar sehingga siswa mampu membuat inovasi-inovasi

(Trianto, 2007).

3. Praktikum/ Eksperimen

Praktikum dapat dilakukan kepada siswa setelah guru memberikan

arahan, aba-aba, petunjuk untuk melaksanakan. Kegiatan ini berbentuk praktik

dengan mempergunakan alat-alat tertentu, dalam hal ini guru melatih

keterampilan siswa dalam penggunaan alat-alat yang telah diberikan

kepadanya serta hasil dicapai mereka, kegiatan praktikum dapat dikatakan

pula aktivitas eksperimen (Yamin 2006).

Menurut Rustaman (1996) ada empat alasan mengenai pentingnya

kegiatan praktikum/eksperimen yaitu :

1. Praktikum membangkitkan motivasi belajar siswa. Belajar siswa di

pengaruhi oleh motivasi, siswa yang termotivasi untuk belajar akan

bersungguh-sungguh dalam mempelajari sesuatu.

2. Praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan

eksperimen. Untuk melakukan eksperimen ini diperlukan beberapa

keterampilan dasar seperti mengamati, mengestimasi, mengukur dan

memanipulasi peralatan Fisika

3. Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Para pakar

pendidikan IPA meyakini bahwa cara yang terbaik untuk belajar

pendekatan ilmiah adalah dengan menjadikan siswa sebagai Scientis.

4. Praktikum menunjang materi pelajaran. Kegiatan praktikum memberi

kesempatan bagi siswa untuk menemukan teori dan membuktikan

teori.

Kegiatan ilmiah mempunyai ciri yaitu melakukan penalaran disertai

dengan pengujian secara empirik. Penalaran merupakan kegiatan mental

dalam mengembangkan pikiran terhadap suatu fakta atau prinsip. Usaha

mengembangkan pikiran tersebut terdapat dalam bentuk menentukan

10

hubungan sebab akibat atau korelasi, membuat suatu keputusan, melakukan

prediksi, menyusun kesimpulan dan lain-lain (Margono, 2000).

4. Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan

menggunakan percobaan. Dalam proses belajar mengajar dengan metode

eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau

melakukan sendiri. Dengan melakukan eksperimen, siswa akan menjadi lebih

yakin atas suatu hal dari pada hanya menerima dari guru dan buku, dapat

memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah dan hasil belajar

akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa. Kekurangan metode

eksperimen ini adalah menuntut berbagai peralatan yang terkadang tidak

mudah diperoleh (Rutaman dkk, 2003:129)

11

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Metode Pelaksanaan

Penelitian dilakukan dengan metode kaji-tindak, dimana obyek yang

digunakan adalah siswa SMP Diponegoro, Sleman Yogyakarta. Pelaksanaan

diawali dengan observasi mengenai situasi dan kondisi serta sarana dan

prasarana yang ada disekolah sebagai obyek. Selanjutnya dilakukan dengan

penyusunan jadwal pelaksanaan pengajaran dan pendampingan siswa dalam

bereksperimen. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi untuk mengetahui

perkembangan melalui parameter yang dibuat dalam bentuk angket berisi hal

yang menyangkut materi energy dan listrik mata pelajaran fisika serta sikap

dan antusiasme mereka diberikan pada pra dan pasca penerapan model

pembelajaran aktif.

12

Diagaram Tahapan-tahapan pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan dimulai dari persiapan alat dan bahan yang

digunakan dalam bereksperimen, serta pengurusan izin pada pihak

sekolah. Sasaran siswa adalah kelas VII karena terkait mata pelajaran

fisika tentang energy dan listrik di Sekolah Menengah Pertama.

Pada tahap pelaksanaan, pemberian materi diberikan terlebih

dahulu sebelum memulai praktek, agar siswa mengetahui apa maksud dan

tujuan dari pembuatan tespen dan kipas angin sederhana ini. Hal ini juga

sebagai salah satu target yakni mengenalkan pembelajaran aktif.

Selanjutnya dilakukan pembelajaran melalui Mind Mapping dimana siswa

mampu menarik kesimpulan dan peta bayangan mengenai energy serta

listrik melalui pembelajaran aktif.

Pelaksanaan Program

Pelaksanaan dimulai tanggal 8 Februari hingga 20 Maret 2010.

SMP Pondok Diponegoro memiliki kelas terpisah bagi putra dan putrinya.

Sehingga model pembelajaran aktif dilakukan dua kali. Salah satu ciri dari

pembelajaran aktif adalah adanya interaksi antara siswa dan guru

(peneliti). Komunikasi ini diperoleh jika terjadi keakraban antara Guru dan

siswa. Oleh karenanya hal yang paling awal adalah saling mengenal.

Dilanjutkan dengan mengkaji dan memberikan materi dengan mengajak

siswa untuk berdiskusi memancing pertanyaan dan pendapatnya.

Pemberian materi energi dan listrik matapelajaran fisika yang

berhubungan dengan pembuatan kipasangin dan tespen merujuk pada

kegiatan praktikum dimana bahan dan alat serta modul (petunjuk)

praktikum telah diberikan. Media yang digunakan Laptop, LCD, dan layar

monitor. Pelaksanaan pemberian materi dilakukan dua kali pertemuan

untuk kelas putri dan putra (empat kali pemberian materi). Sebelum

pelaksanaan kegiatan tersebut, dilakukan pretest. Pelaksanaan praktikum

dilakukan dua kali pertemuan, pertemuan pertama diisi untuk

13

melaksanakan praktikum pembuatan kipas angin, sedangkan pertemuan

kedua diisi dengan praktikum pembuatan tespen. Yang terakhir dan

penutup adalah pengenalan mind mapping yang penting untuk mendukung

model pembelajaran aktif, dan tahap terakhir dilakukan evaluasi dalam

bentuk post tes, dengan mengisi kuis.

14

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan PKMM dilakukan dalam dunia pendidikan, sehingga

perlu adanya evaluasi untuk mengetahui respons siswa dan prestasi belajar

siswa, yang dapat digunakan keberlanjutan dalam program ini. Hasil

evaluasi dapat dilihat dalam tabel hasil pretest dan post test

Tabel . Hasil evaluasi pretest dan post test siswa SMP Diponegoro Sleman

Yogyakarta

Siswa Rerata nila pretest Rerata nilai postest Peningkatan Nilai

Putri 44 88 100%

Putra 43 80 87%

Dari tabel diatas dapat diketahu terjadinya peningkatan aspek

kognitif pada siswa siswi SMP Diponegoro, yakni peningkatan nilai hasil

pretest dan posttest. Aspek psikomotorik terlihat dari antusiasme juga

kreativitas siswa yang tinggi dalam membuat tespen dan kipasangin

serbaguna. Afektif siswa pun meningkat dengan sikap dan perilaku dari

hasil observasi. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran aktif

dapat dilaksanakan di SMP pondok diponegoro, Sembego, Sleman

Yogyakarta, yang sarana dan prasarana sekolah sangat minimalis.

Selain itu, hasil angket seluruh murid kelas VII SMP Pondok

Diponegoro menunjukkan bahwa mereka setuju penggunaan model

pembelajaran aktif dalam kegiatan belajar mengajar, tidak hanya dalam

bidang fisika (IPA) saja, namun juga mata pelajaran lain. Hasil observasi

saat kegiatan menunjukkan antusiasme serta motivasi murid dalam

kegiatan ini tinggi, terbukti dengan karya kreatif pembuatan kipas angin

serbaguna yang mereka buat. Dilihat dari pengembangan materi ajar,

15

materi pembuatan kipasangin dan testpen belum pernah dibuat meteri

pembelajaran, sehingga dapat terlihat adanya pengembangan materi untuk

memberikan konsep energi dan listrik matapelajaran IPA fisika. Hal

tersebut menunjukkan pengembangan materi yang diberikan dapat

mengembangkan aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif siswa.

Proses pembelajaran merupakan interaksi antara pendidik (Guru)

dan peserta didik (siswa). Pelaksanaan program ini dalam pembelajaran

Fisika direspons guru cukup baik, terlihat dari pertemuan awal, respon

guru sangat mendukung diadakannya sosialisasi dan pelaksanaan kegiatan

pembelajaran tersebut. Selain itu, disaat pelaksanaan kegiatan ikut serta

mendampingi kegiatan siswa dan memperhatikan secara seksama dalam

pelaksanaan kegiatan, sehingga dapat dikatakan bahwa guru merespon

positif kegiatan ini. Dengan keikutsertaan guru dalam mendampingi

kegiatan siswa dalam pelaksanaan proses pembelajran aktif, guru

termotivasi untuk lebih inovatif dan kreatif dalam hal kegiatan belajar

mengajar. Guru pun terlihat antusias saat mengikuti penyuluhan metode

mind mapping. Guru juga tidak segan mengutarakan penggunaan mind

mapping dalam kegiatan belajar mengajar selanjutnya. Hal ini

mengindikasikan keberhasilan dalam sosialisasi terhadap guru.

16

BAB V

PENUTUP

SIMPULAN DAN SARAN

Siswa siswi SMP Pondok Diponegoro sangat antusias dan termotivasi

dalam pelaksanaan model pembelajaran aktif dengan materi pembuatan

tespen dan kipas angin serbaguna dari bahan sederhana.

Kegiatan belajar mengajar berbasis pembelajaran aktif mampu

meningkatkan hasil belajar antara 80 – 100%, mengaktifkan dan memberi

motivasi siswa lebih kreatif.

Pengembangan materi ajar berhasil dilakukan dengan materi pembuatan

tespen dan kipas angin serbaguna

Aplikasi map mapping .membuat siswa dan Guru interest dalam

melaksanakan pembelajara aktif

17

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi 1991. Pembelajaran aktif dengan praktek dalam upaya meningkatkan

hasil belajar siswa.

Bonwell,CC. (1995). Active learning: Creating excitement in the classroom.

Center for Teaching and Learning. St. Louis College of Pharmacy.

Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Purwanto B 2009. Semesta Fenomena Fisika 1 kelas VII SMP dan MTs. Solo:

Tiga Serangkai.

Rustaman N. 1999. Pertanyaan, Teknik Bertanya, dan Keterampilan Bertanya.

Handout Mata Kuliah SBM: Tidak diterbitkan

Samadhi A, TMA. 2006. Pembelajaran active. Teaching improvement workshop.

Engineering education development project ADB Loan No 142-INO.

Silbermen, Melvin L. (2006). Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif

(Raisul Muttaqien. terjemahan). rev.ed. Bandung: Nusamedia dan Nuansa.

Buku asli diterbitkan tahun 1996

Tarmiza. 2005. Penerapan pembelajaran aktif dan kreatif serta efisien. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret

Yamin, Martinis. 2004. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta:

Gaung Persada.

18

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Ketua Peneliti

Nama Lengkap : Nashril Abdillah

NIM : 09/285380/TK/35763

Tempat dan Tanggal Lahir : Tuban, 15 April 1990

Pendidikan/Angkatan : S1 Teknik Fisika, FT UGM / 2009

Alamat Sekarang : Ds. Tapan RT01/01 No.10 Purwomartani,

Kalasan, Sleman. 55571

E-mail : [email protected]

Karya-karya Ilmiah yang pernah dibuat:

“Alat penghalau burung yang efektif dan efisien berbasis elektro-

akustika dengan energi terbarukan” ditulis sebagai Finalis pada Lomba

AgroTeknologi IPB, Bogor. 2010 (sebagai ketua tim)

“Introduction and Prospect of Biogas Power Generation in Java as

the Renewable Energy Sources and Satellite Project in Indonesia ” ditulis

sebagai paper Konferensi Ilmiah Internasional di Thailand. 2012.

Anggota Peneliti

Nama Lengkap : Siti Fadlila Ekayati

NIM : 09/285380/TK/35763

Tempat dan Tanggal Lahir :

Pendidikan/Angkatan : S1 Teknik Fisika, FT UGM / 2009

Alamat Sekarang : Jalan Argoluwih 3 RT8/I Ringinawe Ledok

Salatiga

E-mail : [email protected]

Karya-karya Ilmiah yang pernah dibuat:

-

19

LAMPIRAN

Gambar 1. Hasil Pelaksanaan Program

Gambar 2 . Alat dan bahan yang digunakan pemuatan kipasangin dan

tespen sederhana

20

Gambar 3. Pengkajian pengembangan materi Energi dan Kelistrikan di

kelas

Gambar 4. Guru ikut aktif dalam Pendampingan pelaksanaan program

dikelas

21