mater individu

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Mioma uteri merupakan salah satu tumor jinak yang tumbuh pada miometrium. Penyebab pasti terjadi tumor mioma belum diketahui. Mioma uteri mulai tumbuh dibagian atas (fundus) rahim. Mioma mengakibatkan terganggunya fungsi dari uterus, diantaranya risiko abortus, perdarahan pada proses persalinan dan juga dapat menyebabkan infertilitas. Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak, karena wanita berkulit hitam memiliki lebih banyak hormon estrogen dibanding wanita kulit putih. Wanita setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 – 30% dari seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 – 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 – 45 tahun (kurang lebih 25%). Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan 1

Upload: ayu-listari

Post on 10-Nov-2015

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar belakangMioma uteri merupakan salah satu tumor jinak yang tumbuh pada miometrium. Penyebab pasti terjadi tumor mioma belum diketahui. Mioma uteri mulai tumbuh dibagian atas (fundus) rahim. Mioma mengakibatkan terganggunya fungsi dari uterus, diantaranya risiko abortus, perdarahan pada proses persalinan dan juga dapat menyebabkan infertilitas.Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak, karena wanita berkulit hitam memiliki lebih banyak hormon estrogen dibanding wanita kulit putih. Wanita setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 30% dari seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 45 tahun (kurang lebih 25%). Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali.1.2 Rumusan Masalaha. Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan mioma uteri?1.3 Tujuan Penulisana. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan mioma uteri.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 PengertianMioma uteri adalah penyakit kandungan yang merupkan neoplasma atau tumor jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, yang pada mulanya tumbuh sebagi bibit yang kecil didalam miometrium dan lambat laun akan membesar. Nama lain dari mioma uteri yaitu : Leimioma uteri, Fibromioma uteri, dan Uterin fibroid.2.2EtiologiSampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri. Diduga mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri:1. Estrogen Mioma uteri kaya akan reseptor estrogen. Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast, teori ini menyatakan bahwa untuk terjadinya mioma uteri harus terdapat dua komponen penting yaitu: sel nest ( sel muda yang terangsang) dan estrogen (perangsang sel nest secara terus menerus). Hormon estrogen dapat diperoleh melalui :a. penggunaan alat kontrasepsi yang bersifat hormonal (Pil KB, Suntikan KB, dan Susuk KB).b. Peranan estrogen didukung dengan adanya kecenderungan dari tumor ini menjadi stabil dan menyusut setelah menopause dan lebih sering terjadi pada pasien yang nullipara.

2. Progesteron Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang siklus menstruasi dan kehamilan. Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: a. Mengaktifkan 17 - Beta hidroxydesidrogenase, dan b. menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.

3. Ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu : a. Umur Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35 45 tahun.

b. ParitasLebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.c. Faktor ras dan genetikPada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian mioma juga tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma uteri. d. Fungsi OvariumDiperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarchee, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.2.3 Klasifikasi Mioma Uteri Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena1. Lokasi Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi. Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius. Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.

2. Lapisan Uterus Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga jenis yaitu :a. Mioma Uteri Subserosum Lokasi tumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan kearah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum, dan disebut sebagai mioma intraligamen. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneum sebagai suatu massa. Perlekatan dengan ementum di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai semakin mengecil dan terputus, sehingga mioma terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai mioma jenis parasitik. b. Mioma Uteri Intramural Disebut juga sebagai mioma intraepitalial, biasanya multiple. Apabila masih kecil, tidak merubah bentuk uterus, tapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. c. Mioma Uteri Submukosum Mioma yang berada di bawah lapisan mukosa uterus/endometrium dan tumbuh kearah kavum uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan besar kavum uteri. Bila tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat keluar dan masuk ke dalam vagina yang disebut mioma geburt. Mioma submukosum walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit dihentikan, sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.2.4Patofisiologi/pathways Pathways:Penyebab: belum diketahui

Faktor keturunanwanita nulipara dan kurang subur

Reseptor estrogen lebih banyakSel imatur uterus (otot polos & jaringan ikat)cemasTumor fibromatosa

Mioma subserosum tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum luteum menjadi mioma intra ligamenter.Mioma intramural-terdapat di dinding uterus diantara miometriumMioma submukosum-tumbuh bertangkai menjadi polip-dilahirkan melalui serviks

- Nyeri

Risiko tinggi kekurangan cairan- infertilitas- perdarahan abnormal-abortus spontan-gejala dan tanda penekanan sepertiretensio urine

Risiko tinggi infeksi

2.5Tanda dan GejalaGejala yang dikeluhkan tergantung letak mioma, besarnya, perubahan sekunder, dan komplikasi. Tanda dan gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:1. Perdaharahan abnormal seperti dismenore, menorhoeragia, metroragi.2. Adanya massa diperut bawah3. Rasa nyeri karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai nekrosis dan peradangan.4. Gejala dan tanda penekanan seperti retensio urine, hidronefrosis, hidroureter, poliuri.5. Abortus spontan karena distorsi rongga uterus pada mioma submukosum.6. Infertilitas bila sarang mioma menutup atau menekan pars interstitialis tuba.2.6Komplikasi1. Pertumbuhan leimiosarkoma.Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak membesar, sekonyong konyong menjadi besar apabila hal itu terjadi sesudah menopause.2. Torsi (putaran tangkai) Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomen akut.3. Nekrosis dan Infeksi Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan dari vagina, dalam hal ini kemungkinan gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.

2.7Penatalaksanaan Medis1. KonservatifBila terjadi pada wanita yang mendekati menopose: observasi tanda dan gejala. Jika myoma bertambah besar harus dioperasi.2. Radio therapy. Tujuannya adalah agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause. Radio terapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontraindikasi untuk tindakan operatif.3. Operasi:a. Myomectomi. Pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Apabila myomectomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak maka kemungkinan mempunyai anak 30-50 %.b. Hysterektomi. Pengangkatan uterus yang merupakan tindakan terpilih, hysterektomi dapat dilaksanakan perabdominam atau pervaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telur angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya.4.Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb: turun, Albumin : turun, Lekosit : turun / meningkat, Eritrosit : turun.b. USG : terlihat massa pada daerah uterus.c. Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan ukurannya.d. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.e. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat tindakan operasi.

f. ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan operasi.

2.8 Mioma Uteri dan KehamilanSalah satu penyebab infertilitas adalah karena mioma uteri yang terletak sedemikian rupa sehingga terjadi :a. Mendekati introitus tuba internum yang mengakibatkan tuba buntu dan mengahalangi pertemuan ovum dan spermatozoa;b. Servikal yang mengakibatkan migrasi spermatozoa sangat terhalang sehingga jumlah dan kualitasnya tidak cukup untuk mampu melaksanakan tugas konsepsi;c. Submukosa yang dapat mengganggu terjadinya nidasi atau terjadi abortus sehingga kehamilan gagal.1. Pengaruh mioma uteri pada kehamilana. Mengurangi kemungkinan kehamilan karena endometrium kurang baik.b. Kemungkinan abortus lebih besar.c. Dalam kehamilan, mioma kadang-kadang sangat membesar hingga menekan pada alat-alat sekitarnya. tingginya estrogen kehamilan, vaskularisasi ke uterus bertambah.d. Dapat menimbulkan kelainan letak dan inersia uteri.e. Dapat menyebabkan plasenta previa dan plasenta akreta.f. Jika letaknya dekat pada serviks, dapat menghalangi jalan lahir.2. Bahaya mioma terhadap kehamilana. Gangguan terhadap tumbuh kembang janin dalam rahim dan dapat menimbulkan abortus, persalinan prematuritas IUGR,b. Inpartu dapat menimbulkan gangguan kontraksi, atau terjadi gangguan perjalanan persalinan normal sehingga memerlukan tindakan operasi.c. Postpartum dapat terjadi Atonia uteri dan perdarahan Red degenerasi, karena gangguan dari aliran darah vena yang menimbulkan keadaan akut abdomen dan memerlukan tindakan operasi.2.9 Asuhan Keperawatan pada ibu dengan mioma uteriA. Pengkajian1. Data subyektif a. BiodataUmur 35-45 tahun mempunyai resiko terkena mioma uteri (20%) dan jarang terjadi setelah menopause, karena pada menopause estrogen menurun, suku bangsa kulit. Kulit hitam lebih banyak beresiko terkena mioma daripada kulit putih.b. Keluhan UtamaGejala awal yang dirasakan oleh penderita mioma uteri :1. Perdaharahan abnormal seperti dismenore, menorhoeragia, metroragi.2. Adanya massa diperut bawah3. Rasa nyeri dibagian abdomen bawah.4. tanda penekanan padakandung kemih.c. Riwayat kesehatan lalu dan sekarangMioma uteri sering ditemukan pada penderita yang sering mengalami perdarahan (hypermenorrhoe, menorrhagia, metrorrhagia) yang lama dan terus-menerus kadang-kadang disertai rasa nyeri pada perut bagian bawah.d. Riwayat kesehatan keluargaAdakah anggota keluarga pasien (ibu, kakak) yang menderita/pernah menderita penyakit yang sama seperti pasien yang berupa perdarahan terus-menerus dan lama karena predisposisi dari mioma adalah faktor keturunan. Pada keluarga adakah riwayat gangguan pembekuan darah yang dapat mengakibatkan perdarahan yang sulit berhenti.e. Riwayat KBKB hormonal dengan kadar estrogen yang tinggi merupakan pencetus terjadinya mioma karena estrogen lebih tinggi kadarnya daripada wanita yang menggunakan KB hormonal.1. Pola kebiasaan sehari-haria. Pola pemeliharaan kesehatan:Mengkonsumsi makanan yang mengandung pengawet.b. Pola nutrisi dan metabolik:Mual, muntah, suhu tubuh meningkat terutama daerah abdomen.c. Pola eliminasi: Retensi urine Konstipasid. Pola aktivitas dan latihanPusing, lemahe.Pola persepsi sensorik dan kognitifAdanya nyeri pada daerah abdomen.f.Pola persepsi diri dan konsep diriGangguan body imageg.Pola mekanisme copping dan toleransi terhadap stressCemas, ada reaksi penolakan terhadap prognosish. Pola reproduksi seksuala. Kebiasaan berganti pasanganb. Menorrhagic. Metrorragi

1. Pemeriksaan fisika. Pemeriksaan abdomen : uterus yang besar dapat dipalpasi, tumor teraba sebagai nodul irreguler dan tetap, area perlunakan memberi kesan adanya perubahan degeneratif.b. Pemeriksaan pelvik : serviks biasanya normal, namun pada keadaan tertentu mioma submukosa yang bertangkai dapat mengakibatkan dilatasi serviks dan terlihat pada ostium servikalis. Uterus cenderung membesar tidak beraturan dan noduler. Perlunakan tergantung pada derajat degenerasi dan kerusakan vaskular.B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul1. Nyeri berhubungan dengan gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma akibat nekrosis dan peradangan.2. Cemas berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.3. Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan kapasitas bladder berkurang akibat dari penekanan dari mioma uteri.4. Risiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan pervaginam berlebihan.5. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan tubuh akibat penurunan Hb.

C. Intervensi Keperawatan.1. Nyeri berhubungan dengan gangguan sirkulasi darah pada mioma akibat nekrosis dan peradangan. Ditandai:DO : Klien tampak gelisah, perilaku berhati-hati, ekspresi tegang, TTV.DS : Klien menyatakan ada benjolan di perut bagian bawah rasa berat dan terasa sakit, perut terasa mules.Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam.Kriteria Hasil:a. Klien menyatakan nyeri berkurang (skala 3-5)b. Klien tampak tenang, eksprei wajah rileks.c. Tanda vital dalam batas normal : 1. Suhu : 36-37 0C2. N : 80-100 x/menit3. RR : 16-24x/menit4. TD : Sistole : 100-130 mmHg Diastole : 70-80 mmHg Intervensi :1. Kaji riwayat nyeri, mis : lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas (kala 0-10) dan tindakan pengurangan yang dilakukan.2. Bantu pasien mengatur posisi senyaman mungkin.3. Monitor tanda-tanda vital4. Ajarkan pasien penggunaan keterampilan manajemen nyeri mis : dengan teknik relaksasi, tertawa, mendengarkan musik dan sentuhan terapeutik.5. Evaluasi/ kontrol pengurangan nyeri6. Ciptakan suasana lingkungan tenang dan nyaman.7. Kolaborasi untuk pemberian analgetik sesuai indikasi.2. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan. Ditandai:DO : Klien tampak gelisah, tegang, tidak kooperatif dalam mengikuti pengobatan, TTV.DS : Klien menyatakan takut dan tidak mengetahui tentang penyakitnya.Tujuan : Setelah 2 x 15 tatap muka pengetahuan klien tentang penyakitnya bertambah dan cemas berkurang.Kriteria Hasil :a. Klien mengatakan rasa cemas berkurangb. Klien kooperatif terhadap prosedur/ berpartisipasi.c. Klien mengerti tentang penyakitnya.d. Klien tampak rileks.e. Tanda-tanda vital dalam batas normal : Suhu : 36- 37 oC, Nadi : 80-100x/m, R: 16-24 x/m TD.: Sistole: 100-130 mmHg, Diastole : 70-80 mmHg

Intervensi :1. Kaji ulang tingkat pemahaman pasien tentang penyakitnya.2. Tanyakan tentang pengalaman klien sendiri/ orang lain sebelumnya yang pernah mengalami penyakit yang sama.3. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya4. Ciptakan lingkungan tenang dan terbuka dimana pasien meraa aman unuk mendiskusikan perasaannya.5. Berikan informasi tentang penyakitnya, prognosi, dan pengobatan serta prosedur secara jelas dan akurat.6. Monitor tanda-tanda vital.7. Berikan kesempatan klien untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas.8. Minta pasien untuk umpan balik tentang apa yang telah dijelaskan.9. Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila memungkinkan.

3. Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan kapasitas bladder berkurang akibat dari penekanan dari mioma uteri.DS : Klien mengatakan sering BAKDO : -Klien terlihat lemas -Klien terlihat sering ke kamar mandiTujuan : Gangguan pola eliminasi urine teratasikriteria hasil : Frekuensi BAK klien kembali normalIntervensi1. Lakukan palpasi terhadap adanya distensi kandung kemih2. Obsevasi dan catat jumlah/ frekuensi berkemih3. Anjurkan klien untuk BAK secara terjadwal4. Observasi intake dan output cairan.5. Berikan stimulus terhadap pengosongan urine dengan mengalirkan air, letakkan air hangat dan dingin secara bergantian pada daerah supra pubika.6. kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan parenteral7. lakukan kolaborasi untuk pemasangan kateter (katerisasi terhadap residu urine setelah berkemih sesuai kebutuhan).4. Risiko tinggi kekurngan volume cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan pervaginam berlebihan. Ditandai dengan :DO: adanya perdarahan pervaginamDS: badan klien lemas, keluar darah pervagina +Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam tidak terjadi kekurangan volume cairan tubuh.

Kriteria Hasil :a. Tidak ditemukan tanda-tanda kekuranga cairan. Seperti turgor kulit kurang, membran mukosa kering, demam.b. Pendarahan berhenti, keluaran urine 1 cc/kg BB/jam.c. Tanda-tanda vital dalam batas normal : Suhu : 36-370C, Nadi : 80 100 x/m, RR :16-24 x/m, TD : Sistole : 100-130 mmHg, Diastole : 70-80 mmHgIntervensi :1. Kaji tanda-tanda kekurangan cairan.2. Pantau masukan dan haluaran/ monitor balance cairan tiap 24 jam.3. Monitor tanda-tanda vital. Evaluasi nadi perifer.4. Observasi pendarahan5. Anjurkan klien untuk minum + 1500-2000 ,l/hari6. Kolaborasi untuk pemberian cairan parenteral dan kalau perlu transfusi sesuai indikasi, pemeriksaan laboratorium. Hb, leko, trombo, ureum, kreatinin.

5. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tidak adekuat akibat penurunan haemoglobin (anemia).DO: Kadar Haemoglobin kurang dari normal.DS: konjungtiva pucatTujuan : Infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2x 24 jam.Kriteria Hasil :a. Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi seperti rubor, calor, dolor dan fungsiolesia.b. Kadar haemoglobin dalam batas normal : 11-14 gr%c. Pasien tidak demam/ menggigil, suhu : 36-370 CIntervensi :1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi.2. Lakukan cuci tangan yang baik sebelum tindakan keperawatan.3. Gunakan teknik aseptik pada prosedur perawatan.4. Monitor tanda-tanda vital dan kadar haemoglobin serta leukosit.5. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan.6. Batasi pengunjung untuk menghindari pemajanan bakteri.7. Kolaborasi dengan medis untuk pemberian antibiotika.

E. EvaluasiEvaluasi dari ketiga diagnose diatas dapat dijabarkan seperti dibawah ini :Diagnosa I: Tujuan tercapai. Ditunjukan dengan nyeri berkurang yaitu 0-3.Diagnosa II: Tujuan tercapai. Ditunjukan denganklien tampak tenang dan rileks.Diagnosa III: Tujuan tercapai. Ditunjukan dengan klien dapat BAK dengan baik setelah di pasang kateter. Diagnosa IV: Tujuan tercapai. Ditunjukan dengantidak ditemukannya tanda-tanda kekurangan cairan. Seperti turgor kulit kurang, membran mukosa kering, demam.Diagnosa V: Tujuan tercapai. Ditunjukan dengan klien perdarahan tidak banyak keluar, wajah tidak pucat dan kadar Hb normal : 11-14 gr%.

BAB IIIPENUTUP3.1KesimpulanMioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid.Gejala yang khas dari myoma uteri adalah saat palpasi teraba massa pada abdomen bagian bawah umbilicus. Ada lima diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus dalam makalah ini, antara lain :1. Perdaharahan abnormal seperti dismenore, menorhoeragia, metroragi.2. Adanya massa diperut bawah3. Rasa nyeri karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai nekrosis dan peradangan.4. Gejala dan tanda penekanan seperti retensio urine, hidronefrosis, hidroureter, poliuri.5. Abortus spontan karena distorsi rongga uterus pada mioma submukosum.6. Infertilitas bila sarang mioma menutup atau menekan pars interstitialis tuba.3.2SaranMelalui makalah ini penulis menyarankan kepada pembaca khususnya untuk perempuan agar lebih mewaspadai diri dan lebih bisa mengatur pola hidup untuk menghindari diri dari mioma uteri. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan penbaca pada umumnya, serta diharapkan mampu memahami dan mendalami asuhan keperawatan yang baik bagi klien yang mengalami mioma uteri, yaitu dengan mempelajari dan menguasai keadaan abnormal yang terjadi.

6