seminar jiwa ppt

31
Seminar Oleh: Kelompok F Probolinggo Puri Hidayati, S.Ked Pembimbing: Astri Melinda P., AssocDegBus, S.Ked dr. Hendro Riyanto, Sp.KJ, MM. I Wayan AgusWira S., S.Ked Rifqi Ardi Firmansyah, S.ked I Putu Yogi Sastrawan, S.Ked. Maria T., S.Ked HOMOSEKSUAL

Upload: apaelongan

Post on 11-Feb-2016

36 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Seminar Jiwa Ppt

TRANSCRIPT

Page 1: Seminar Jiwa Ppt

Seminar

Oleh:Kelompok F Probolinggo Puri Hidayati, S.Ked

Pembimbing:Astri Melinda P., AssocDegBus, S.Ked dr. Hendro Riyanto, Sp.KJ, MM.I Wayan AgusWira S., S.KedRifqi Ardi Firmansyah, S.kedI Putu Yogi Sastrawan, S.Ked.Maria T., S.Ked

HOMOSEKSUAL

Page 2: Seminar Jiwa Ppt

PENDAHULUAN

Wacana homoseksual sudah menjadi suatu fenomena yang banyak dibicarakan di dalam masyarakat, baik di berbagai negara maupun di Indonesia. Di Indonesia sendiri homoseksual masih menjadi suatu fenomena seksual yang masih terbilang tabu dan dianggap aneh oleh sebagian masyarakat. Adanya penyimpangan perilaku seksual atau homoseksualitas tidak dibenarkan baik menurut norma-norma ataupun ajaran agama yang ada di Indonesia.

Page 3: Seminar Jiwa Ppt

PENDAHULUAN (2)

Homoseksual sendiri telah dihapus dari DSM-IV pada tahun 1973 karena bukan bentuk kelainan jiwa atau gangguan psikopatologis, melainkan karena suatu pandangan bahwa homoseksual merupakan gaya hidup alternatif.Sadarjoen secara sederhana juga menyebutkan homoseksualitas dapat diartikan sebagai suatu kecendrungan yang kuat akan daya tarik erotis seseorang justru terhadap jenis kelamin yang sama. Freud menyebut hal ini sebagai Homofobia. Menurut Supratiknya, homoseksual atau gay adalah laki-laki yang mempunyai orientasi seksual terhadap laki-laki

Page 4: Seminar Jiwa Ppt

PengertianHomoseksualitas adalah kesenangan yang terus menerus terjadi dengan pengalaman erotis yang melibatkan sesama jenis, yang dapat atau mungkin saja tidak dapat dilakukan dengan orang lain atau dengan kata lain, homoseksualitas membuat perencanaan yang disengaja untuk memuaskan diri dan terlibat dalam fantasi atau perilaku seksual dengan sesama jenis. Dalam PPDGJ III, homoseksualitas dimasukkan dalam kategori gangguan psikoseksual dan disebut sebagai orientasi seksual egodistonik, yaitu “identitas jenis kelamin atau preferensi seksual tidak diragukan, tetapi individu mengharapkan yang lain disebabkan oleh gangguan psikologis dan perilaku serta mencari pengobatan untuk mengubahnya.”

Page 5: Seminar Jiwa Ppt

Penyebab Homoseksual

• Pendekatan Biologis Penyebab homoseksual dalam pendekatan biologis dapat dikarenakan oleh:• Faktor genetik• Faktor hormon• Faktor fisiologi

Page 6: Seminar Jiwa Ppt

Pendekatan Biologis 1. Faktor Genetik• Pada 1991, 2 periset Dr Michael Bailey & Dr Richard

Pillard melakukan penelitian untuk membuktikan apakah homoseksual diturunkan alias bawaan. Ringkasnya, riset itu menyimpulkan adanya pengaruh genetik dalam homoseksualitas.

• 1999 Prof George Rice menyatakan hasil penelitian terbaru tak mendukung adanya kaitan gen X yang dikatakan mendasari homoseksualitas pria. Proff Rice menyatakan mereka dapat meniadakan segala kemungkinan adanya gen di Xq28 yang berpengaruh besar secara genetik terhadap timbulnya homoseksualitas.

Page 7: Seminar Jiwa Ppt

Pendekatan Biologis 2. Faktor Hormon• Ellis, dkk berpendapat bahwa stress selama kehamilan

dapat memicu pembentukan janin homoseksual. • Dari lima studi yang membandingkan tingkat hormon

pada lesbian dan wanita heteroseksual, tiga di antaranya tidak menemukan perbedaan tingkat testosteron, estrogen, atau hormon lain, sementara dua lainnya menemukan tingkat testosteron yang 10 lebih tinggi pada lesbian dan satu menemukan tingkat estrogen yang lebih rendah.

Page 8: Seminar Jiwa Ppt

Pendekatan Biologis 3. Faktor Fisiologi• Dua studi pada tahun 1990 memfokuskan pada hipotalamus

yang berperan penting pada dorongan seksual dan menemukan daerah tertentu pada hipotalamus pria homoseksual berbeda (lebih besar maupun lebih kecil) dengan pria heteroseksual. Gallo juga menemukan perbedaan struktural pada hipotalamus dalam hubungannya dengan orientasi seksual.

• Melalui studi panjang jari, Brown dan Williams menemukan bahwa lesbian memiliki panjang jari yang lebih mirip jari pria secara umum – jari telunjuk lebih pendek daripada jari manis, hal mendukung ide bahwa lesbian mungkin memiliki tingkat testosteron yang lebih tinggi daripada wanita heteroseksual pada awal kehidupannya .

Page 9: Seminar Jiwa Ppt

Pendekatan Psikologis 1. Freud dan Psikoanalitis • Freud memandang heteroseksualitas pria sebagai hasil

pendewasaan yang normal dan homoseksualitas pria sebagai akibat oedipus complex yang tidak terselesaikan. Kelekatan pada ibu yang intens ditambah dengan ayah yang jauh, dapat membawa anak laki-laki pada ketakutan akan balas dendam ayah melalui kastrasi. Setelah masa pubertas, anak berpindah dari ketertarikan pada ibu menjadi identifikasi ibu, dan mulai mencari objek cinta yang akan dicari oleh ibunya , yaitu seorang pria.

Page 10: Seminar Jiwa Ppt

Pendekatan Psikologis • Sandor Rado yang mengatakan bahwa manusia tidak

biseksual secara lahiriah dan homoseksualitas adalah keadaan psikopatologis. Pandangan inilah yang kemudian menjadi standar bagi profesi psikiater hingga tahun 1970-an.

• Beiber dkk mengemukakan bahwa semua anak laki - laki memiliki ketertarikan erotik yang normal terhadap wanita. Akan tetapi, beberapa anak laki-laki yang memiliki ibu posesif yang terlalu dekat dan juga terlalu intim serta menggoda secara seksual. Sebaliknya, ayah mereka tidak bersahabat atau absen. Hal ini mendorong anak untuk berada di pihak ibu dan menghambat perkembangan maskulin normalnya dan menimbulkan ketakutan akan heteroseksualitas pada diri anak.

Page 11: Seminar Jiwa Ppt

Ketidaknyamanan Peran Gender

Secara umum ditemukan bahwa pria gay lebih bersifat feminine daripada pria heteroseksual, sementara lesbian lebih bersifat maskulin.• Green menemukan bahwa anak laki-laki yang ‘sissy boy’

memakai pakaian lawan jenis, tertarik pada busana wanita, bermain boneka, menghindari permainan kasar, berkeinginan menjadi perempuan, dan tidak ingin menjadi seperti ayahnya sejak kecil. ¾ dari mereka tumbuh menjadi homoseksual atau biseksual, sedangkan hanya satu dari anak laki-laki maskulin yang tumbuh menjadi biseksual

Page 12: Seminar Jiwa Ppt

Ketidaknyamanan Peran Gender

• Menurut Zucker, sissy boy tersebut juga cenderung dianianya, ditolak, dan diabaikan oleh teman sebayanya, lebih lemah daripada anak laki-laki lainnya, dan memiliki lebih banyak kasus psikopatologi

Page 13: Seminar Jiwa Ppt

Interaksi Kelompok Teman Sebaya

Storm berpendapat bahwa orang – orang yang tumbuh lebih cepat mulai tertarik secara seksual sebelum mereka mengalami kontak yang signifikan dengan lawan jenis. Anak laki-laki yang dewasa pada usia 12 tahun masih bermain dan berinteraksi secara umum dengan kelompok dari jenis kelamin yang sama, sehingga kemungkinan perasaan erotis yang muncul berfokus pada anak laki-laki juga.Teori ini didukung oleh fakta bahwa homoseksual cenderung melaporkan kontak seksual yang lebih cepat dibandingkan heteroseksual. Selain itu, dorongan seksual pria biasa muncul lebih cepat daripada wanita.

Page 14: Seminar Jiwa Ppt

Pendekatan Behavioural

Teori behavioural tentang homoseksual menganggap bahwa perilaku homoseksual adalah perilaku yang dipelajari, diakibatkan perilaku homoseksual yang mendatangkan hadiah atau penguat yang menyenangkan atau pemberian hukuman terhadap perilaku heteroseksual. Bahkan pada masa dewasa, beberapa pria dan wanita bergerak menuju perilaku dan hubungan sesama jenis jika mereka mengalami hubungan heteroseksual yang buruk dan hubungan homoseksual yang menyenangkan .

Page 15: Seminar Jiwa Ppt

Tahap Perkembangan Kebanyakan aktivitas seksual selama masa remaja adalah ekspresi dari pencarian seseorang akan identitas dan pada dasarnya melayani diri sendiri. Menurut Carl Gustav Jung, tahap pemuda ditandai dengan meningkatnya kegiatan, kematangan seksual dan tumbuhnya kesadaran bahwa masa kanak-kanak telah hilang. Pada tahap ini individu juga harus mampu membuat keputusan, mengatasi hambatan dan memperoleh kepuasan bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain

Page 16: Seminar Jiwa Ppt

Orientasi dan Identitas Seksual Kaum Gay

• Orientasi seksual terbentuk mulai saat hormon – hormon seksual berkembang, yaitu pada saat seseorang memasuki usia remaja. Sebelum masa tersebut, ketertarikan kepada orang lain masih belum dapat dianggap sebagai ketertarikan seksual

• Identitas seksual berarti bagaimana seseorang memandang dirinya, baik sebagai laki-laki ataupun sebagai perempuan.

Page 17: Seminar Jiwa Ppt

Orientasi dan Identitas Seksual Kaum Gay

Bila seorang anak, yang pada saat dilahirkan diperlakukan menurut identitas seksualnya yang berbeda dari jenis kelamin biologisnya, maka ia akan tumbuh sesuai dengan identitas seksual yang diberikan kepadanya 21.Kaum gay masih tetap merasa dan menganggap dirinya sebagai laki-laki. Dalam mewujudkan seksualitasnya, ada yang bertindak sebagai pihak pasif (seperti peran perempuan dalam hubungan seksual) dan ada yang bertindak sebagai pihak aktif (seperti peran laki-laki), tetapi masing-masing tetap menganggap diri sebagai laki-laki, baik secara fisik maupun psikis.

Page 18: Seminar Jiwa Ppt

Konsep Gender dan Seksualitas

Bicara masalah seksualitas gay maka tidak terlepas dari konsep gender. Untuk memahami konsep gender, harus ada pembedaan antara konsep gender itu sendiri dengan konsep jenis kelamin (sex). Menurut Fakih, jenis kelamin (sex) merupakan pembagian dua jenis kelamin pada laki-laki dan perempuan yang ditentukan secara biologis dan memiliki sifat-sifat permanen yang tidak dapat berubah dan ditukarkan antara keduanya.Dalam kaitannya dengan ilmu sosial, menurut Macdonald, gender adalah pembedaan antara laki-laki dan perempuan dalam bentuk sosial yang tidak disebabkan oleh perbedaan biologis yang menyangkut jenis kelamin .

Page 19: Seminar Jiwa Ppt
Page 20: Seminar Jiwa Ppt
Page 21: Seminar Jiwa Ppt
Page 22: Seminar Jiwa Ppt
Page 23: Seminar Jiwa Ppt
Page 24: Seminar Jiwa Ppt
Page 25: Seminar Jiwa Ppt
Page 26: Seminar Jiwa Ppt
Page 27: Seminar Jiwa Ppt
Page 28: Seminar Jiwa Ppt
Page 29: Seminar Jiwa Ppt
Page 30: Seminar Jiwa Ppt
Page 31: Seminar Jiwa Ppt