seminar jiwa

37
 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan. (Stuart & Sundeen , 1998). Ketidakseimbangan kondisi p sikologis  pada penderita gangguan jiwa tersebut dapat dirasakan dalam bentuk terganggunya fungsi psikologis, seperti fungsi pikiran, perasaan, dan tingkah laku. Penderita gangguan jiwa sering mendapat stigma dan diskriminasi yang lebih besar dari masyarakat di sekitarnya bahkan dalam beberapa kasus oleh keluarganya sendiri. Mereka sering mendapat perlakuan yang tidak manusiawi seperti perlakuan keras. Perlakuan ini disebabkan ketidaktahuan atau  pengertian yang salah dari keluarga atau anggota masyarakat. Hal inilah yang biasanya menyebabkan penderita gangguan jiwa untuk sulit sembuh dan sering kambuh kembali (Stuart dan Laraia, 2001). Berdasarkan Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2007,  prevalensi penderita tekanan psikologis ringan adalah 20-40%, dan mereka tidak membutuhkan pertolongan spesifik. Prevalensi penderita tekanan psikologis sedang sampai berat yaitu 30-50%, membutuhkan intervensi sosial dan dukungan  psikologis dasar, sedangkan gangguan jiwa ringan sampai sedang (depresi, dan gangguan kecemasan) yaitu 20%, dan gangguan jiwa berat (depresi berat, gangguan psikotik) yaitu 3-4% memerlukan penanganan kesehatan jiwa yang dapat diakses melalui pelayanan kesehatan umum dan pelayanan kesehatan jiwa komunitas (Kaplan, 2002). Hasil Penelitian Hatfield (1998) menunjukkan bahwa sekitar 72% pasien gangguan jiwa yang mengalami isolasi sosial dan 64% tidak mampu memelihara diri sendiri. Umumnya keterampilan sosial pasien buruk, umumnya disebabkan karena onset dini penyakitnya. Penilaian yang salah terhadap interaksi sosial, kecemasan yang tinggi dan gangguan pemprosesan informasi.

Upload: agustian-ian-s

Post on 19-Oct-2015

89 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jiwa

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangGangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan. (Stuart & Sundeen, 1998). Ketidakseimbangan kondisi psikologis pada penderita gangguan jiwa tersebut dapat dirasakan dalam bentuk terganggunya fungsi psikologis, seperti fungsi pikiran, perasaan, dan tingkah laku. Penderita gangguan jiwa sering mendapat stigma dan diskriminasi yang lebih besar dari masyarakat di sekitarnya bahkan dalam beberapa kasus oleh keluarganya sendiri. Mereka sering mendapat perlakuan yang tidak manusiawi seperti perlakuan keras. Perlakuan ini disebabkan ketidaktahuan atau pengertian yang salah dari keluarga atau anggota masyarakat. Hal inilah yang biasanya menyebabkan penderita gangguan jiwa untuk sulit sembuh dan sering kambuh kembali (Stuart dan Laraia, 2001).

Berdasarkan Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2007, prevalensi penderita tekanan psikologis ringan adalah 20-40%, dan mereka tidak membutuhkan pertolongan spesifik. Prevalensi penderita tekanan psikologis sedang sampai berat yaitu 30-50%, membutuhkan intervensi sosial dan dukungan psikologis dasar, sedangkan gangguan jiwa ringan sampai sedang (depresi, dan gangguan kecemasan) yaitu 20%, dan gangguan jiwa berat (depresi berat, gangguan psikotik) yaitu 3-4% memerlukan penanganan kesehatan jiwa yang dapat diakses melalui pelayanan kesehatan umum dan pelayanan kesehatan jiwa komunitas (Kaplan, 2002). Hasil Penelitian Hatfield (1998) menunjukkan bahwa sekitar 72% pasien gangguan jiwa yang mengalami isolasi sosial dan 64% tidak mampu memelihara diri sendiri. Umumnya keterampilan sosial pasien buruk, umumnya disebabkan karena onset dini penyakitnya. Penilaian yang salah terhadap interaksi sosial, kecemasan yang tinggi dan gangguan pemprosesan informasi.1

Isolasi Sosial Menarik diri merupakan suatu sikap di mana individu menghidari diri dari interaksi dengan orang lain.individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan. ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi pengamatan dengan orang lain (Balitbang, 2007). Menarik diri juga dapat diartikan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan maupun komunikasi dengan orang lain (Rawlins, 2011). Merupakan upaya untuk menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karna merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan denga mengisolasi diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup berbagi pengalaman (Balitbang, 2009).Pengertian psikotik sendiri merupakan gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh.Sementara itu gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid (Kartika, 2012). Faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa bervariasi tergantung pada jenis- jenis gangguan jiwa yang dialami. Secara umum gangguan jiwa disebabkan karena adanya tekanan psikologis yang disebabkan oleh adanya tekanan dari luar individu maupun tekanan dari dalam individu. Beberapa hal yang menjadi penyebab adalah ketidaktahuan keluarga dan masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa ini, serta ada beberapa stigma mengenai gangguan jiwa ini (Hawari,2001). Karakteristik pasien yang mengalami gangguan dalam berhubungan dengan orang lain dapat dijumpai karakteristik berupa ketidaknyamanan dalam interaksi sosial, ketidakmampuan untuk menerima pendapat orang lain, gangguan interaksi dengan teman-teman dekat, keluarga, dan orang-orang terdekat lainnya. Jika perilaku manipulatif tidak teratasi maka akan terjadi perilaku menarik diri yaitu usaha untuk menghindari interaksi dengan orang lain dan kemudian menghindari berhubungan sebagai suatu pertahanan terhadap ansietas yang berhubungan sebagai suatu stresor/ancaman (Tucker, dkk. 1998). Penanganan gangguan jiwa harus dilakukan secara komprehensif melalui multi-pendekatan, khususnya pendekatan keluarga dan pendekatan petugas kesehatan secara langsung dengan penderita, seperti bina suasana, pemberdayaan penderita gangguan jiwa dan pendampingan penderita gangguan jiwa agar mendapatkan pelayanan kesehatan yang terus-menerus. Salah satu upaya penting dalam penyembuhan dan pencegahan kekambuhan kembali adalah dengan adanya dukungan keluarga yang baik. Keluarga merupakan sumber bantuan terpenting bagi anggota keluarga yang sakit, keluarga sebagai sebuah lingkungan yang penting dari pasien, yang kemudian menjadi sumber dukungan sosial yang penting. Menurut Friedman (1998) dukungan sosial dapat melemahkan dampak stress dan secara langsung memperkokoh kesehatan jiwa individual dan keluarga, dukungan sosial merupakan strategi koping penting untuk dimiliki keluarga saat mengalami stress. Dukungan sosial keluarga juga dapat berfungsi sebagai strategi preventif untuk mengurangi stress dan konsekwensi negatifnya.

1.2TUJUAN 1.2.1TUJUAN UMUM1. Menjelaskan tentang pasien dengan gangguan psikotik akut .2. Menjelaskan tentang pasien dengan masalah keperawatan menarik diri.1.2.2TUJUAN KHUSUS1. Menjelaskan definisi menarik diri2. Menjelaskan factor predisposisi menarik diri3. Menjelaskan factor preseipitasi menarik diri4. Menjelaskan manifestasi klinis menarik diri5. Menjelaskan proses terjadinya klien dengan masalah menarik diri6. Menjelaskan definisi psikotik akut7. Menjelaskan etiologi psikotik akut8. Menjelaskan patofisiologi psikotik akut9. Menjelaskan factor predisposisi psikotik akut10. Menjelaskan manifestasi klinis psikotik akut11. Menjelaskan criteria diagnostic psikotik akut12. Menjelaskan tata laksana klien dengan psikotik akut

1.3MANFAATMakalah ini diharapkan mampu memnejlaskan asuhan keperawatan pada klien dengan maslaah keperawatan utama menarik diri pada diagnisa medis gangguan psikotik akut.

4

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MenarikDiri2.1.1 Definisi menarik diriMenarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993).Menurut Townsend, M.C (1998) Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. Sedangkan menurut Dekes RI (1989) Penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian ataupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.Jadi menarik diri adalah keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan dan menghindari interaksi dengan orang lain secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.Perilaku yang teramati pada respon social maladaptive mewakili upaya individu untuk mengatasi ansietas yang berhubungan dengan rasa kesepian, rasa takut, kemarahan, malu, rasa bersalah, dan merasa tidak aman. Seringkali respon yang terjadi meliputi manipulasi, narkisisme, dan impulsive. Berikut ini gambar yang akan menyajikan ringkasan prilaku yang berhubungan dengan respon tersubut.

Gambar :Rentang Respon Sosial Respon adaptif Respon maladaptif

Solitut Kesepian Manipulasi Otonomi Menarik diri Impulsif Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme

Saling ketergantungan5

2.1.2 Faktor PredisposisiBeberapa faktor predisosisi (pendukung) terjadi gangguan hubungan sosial yaitu:1. Faktor PerkembanganKemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari orang tua/pengasuh akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa tidak percaya.2. Faktor BiologisGenetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.3. Faktor Sosial BudayaFaktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari orang lain (lingkungan sosialnya).2.1.3 Faktor Presipitasi1. Stressor Sosial BudayaStressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang labil, yang dirawat di rumah sakit.2. Stressor PsikologisTingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan (menarik diri).

2.1.4 Tanda dan Gejala1. Kurang spontan2. Apatis (acuh tak acuh terhadap lingkungan)3. Ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih)4. Afek tumpul5. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri6. Komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat7. Mengisolasi diri (menyendiri)8. Tidak atau kurang sadar dengan lingkungan sekitarnya.9. Pemasukan makan dan minuman terganggu10. Retensi urin dan feses11. Aktivitas menurun12. Kurang energi13. Harga diri rendah14. Menolak berhubungan dengan orang lain15. Posisi tidur seperti janin

2.1.5. Proses Terjadinya Masalah1. Penyebab dari Menarik DiriSalah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.Gejala Klinis 1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.2. Akibat dari Menarik DiriKlien dengan perilaku menarik diri dapat berakita adanya terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/ rangsangan eksternal. Gejala Klinis :1. bicara, senyum dan tertawa sendiri2. menarik diri dan menghindar dari orang lain3. tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata4. tidak dapat memusatkan perhatian5. curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut6. ekspresi muka tegang, mudah tersinggung3. Pohon MasalahResiko Perubahan Sensori-persepsi : Halusinasi

Isolasi sosial : menarik diri (Core Problem)

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Koping individu inefektif

Penolakan dari lingkungan2.2 Psikotik Akut2.2.1 Definisi gangguan psikotik akutPsikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh.Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid.

2.2.2 EtiologiPenyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai pada pasien dengan gangguan kepribadian. Hal ini mungkin karena pasien dengan gangguan kepribadian memiliki kerentanan biologis atau psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat, seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi juga menyebutkan bahwa kerentanan genetik juga dapat memicu terjadinya gangguan psikotik singkat.

2.2.3 PatofisiologiMenurut definisinya, perjalanan penyakit gangguan psikotik singkat adalah kurang dari satu bulan. Perkembangan gangguan psikiatrik dapat pula menyatakan kerentanan mental pada pasien. Beberapa pasienyang semula di klasifikasikan menderita gangguan psikotik singkat/akut selanjutnya menunjukkan sindroma psikiatrik kronis, seperti skizofrenia dan gangguan mood. Tetapi, pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik singkat/akut memiliki prognosis yang baik, dan penelitian diEropa telah menyatakan bahwa 50 sampai 80 persen dari semua pasien tidak memilki masalah psikiatrik berat lebih lanjut.Lamanya gejala akut sering kali hanya beberapa hari. Kadang-kadang, gejala depresif juga menyertai gejala psikotik. Bunuh diri merupakan salah satu masalah yang dapat muncul pada fase psikotik maupun fase depresif pascapsikotik.2.2.4 Faktor Predisposisi Gangguan Psikotik akutAdapun faktor faktor penyebab gangguan psikotik antara lain :1. Faktor organo biologik1) Genetik (heredity)Adanya kromosom tertentu yang membawa sifat gangguan jiwa (khususnya pada skizofrenia). Hal ini telah dipelajari pada penelitian anak kembar, dimana pada anak kembar monozigot (satu sel telur) kemungkinan terjadinya skizofrenia persentase tertinggi 86,2%, sedangkan pada anak kembar dengan dua sel telur (heterozigot) kemungkinannya hanya 14,5%.2) Bentuk Tubuh (konstitusi)Kretschmer (1925) dan Sheldon (1942), meneliti tentang adanya hubungan antara bentuk tubuh dengan emosi, temperamen dan kepribadian (personality).Contohnya, orang yang berbadan gemuk emosinya cendrung meledak ledak, ia bisa lompat kegirangan ketika mendapat hal yang menyenangkan baginya dan sebaliknya.3) Terganggunya Otak Secara OrganikContohnya, Tumor, trauma (bisa disebabkan karena gagar otak yang pernah dialami karena kecelakaan), infeksi, gangguan vaskuler, gangguan metabolisme, toksin dan gangguan cogenital dari otak.4) Pengaruh Cacat CogenitalContohnya, Down Syndrome (mongoloid).5) Pengaruh NeurotrasmiterYaitu suatu zat kimia yang terdapat di otak yang berfungsi sebagai pengantar implus antar neuron (sel saraf) yang sangat terkait dengan penelitian berbagai macam obat obatan yang bekerja pada susunan saraf.Contohnya, perubahan aktivitas mental, emosi, dan perilaku yang disebabkan akibat pemakaian zat psikoaktif.2. Faktor Psikologik1) Hubungan Intrapersonala. Inteligensi.b. Keterampilanc. Bakat dan minat.d. Kepribadian.2) Hubungan Interpersonala. Interaksi antara kedua orang tua dengan anaknya.b. Orang tua yang over protektif.c. Orang tua yang terlalu sibuk dengan dunianya sendiri.d. Peran ayah dalam keluarga.e. Persaingan antar saudara kandung.f. Kelahiran anak yang tidak diharapkan.g. Faktor Sosio Agama

2.2.5 Manifestasi KlinisAdapun ciri ciri gangguan psikotik antara lain :1. Memiliki labilitas emosional.2. Menarik diri dari interaksi sosial.3. Tidak mmpu bekerja sesuai fungsinya.4. Mengabaikan penampilan dan kebersihan diri.5. Mengalami penurunan daya ingat dan kognitif parah.6. Berpikir aneh, dangkal, berbicara tidak sesuai keadaan.7. Mengalami kesulitan mengorientasikan waktu, orang dan tempat.8. Sulit tidur dalam beberapa hari atau bisa tidur yang terlihat oleh keluarganya, tetapi pasien mesrasa sulit atau tidak bisa tidur.9. Memiliki keengganan melakukan segala hal, mereka berusaha untuk tidak melakukan apa-apa bahkan marah jika diminta untuk melakukan apa-apa.10. Memiliki perilaku yang aneh misalnya, mengurung diri di kamar, berbicara sendiri, tertawa sendiri, marah berlebihan dengan stimulus ringan, tiba-tiba menangis, berjalan mondar mandir, berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas.

2.2.6 Kriteria DiagnostikUntuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai berikut :1. Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya, mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada bendanya).2. Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang lain).3. Agitasi atau perilaku aneh4. Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)5. Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)Kriteria diagnostik untuk gangguan psikotik singkat meliputi adanya satu (atau lebih) gejala berikut :1. Waham2. Halusinasi3. Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoherensi)4. Perilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik

2.2.7 PenatalaksanaanMemberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang psikotik akut berikut hak dan kewajibannya.1. Informasi yang perlu untuk pasien dan keluarga1) Episode akut sering mempunyai prognosis yang baik, tetapi lama perjalanan penyakit sukar diramalkan hanya dengan melihat dari satu episode akut saja.2) Agitasi yang membahayakan pasien, keluarga atau masyarakat, memerlukan hospitalisasi atau pengawasan ketat di suatu tempat yang aman. Jika pasien menolak pengobatan, mungkin diperlukan tindakan dengan bantuan perawat kesehatan jiwa masyarakat dan perangkat desa serta keamanan setempat3) Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya:a. Keluarga atau teman harus mendampingi pasien.b. Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum, eliminasi dan kebersihan).c. Hati hati agar pasien tidak mengalami cedera.2. Konseling pasien dan keluarga1) Membantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan pengobatan psikiatrik antara lain hak pasien, kewajiban dan tanggung jawab keluarga dalam pengobatan pasien.2) Mendampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak dengan stresor.3) Memotivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari hari setelah gejala membaik.3. PengobatanProgram pengobatan untuk psikotik akut :1) Berikan obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik, haloperidol 2 5 mg, 1 3 kali sehari, atau Chlorpromazine 100 200 mg 1 3 kali sehari.Dosis harus diberikan serendah mungkin untuk mengurangi efek samping, walaupun beberapa pasien mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi.2) Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan neuroleptika untuk mengendalikan agitasi akut (misalnya : lorazepam 1 2 mg, 1 3 kali sehari).3) Obat antipsikotik selama sekurang kurangnya 3 bulan sesudah gejala hilang.Apabila menemukan pasien gangguan jiwa di rumah dengan perilaku di bawah ini, lakukan kolaborasi dengan tim untuk mengatasinya.1) Kekakuan otot (distonia atau spasme akut), bisa ditanggulangi dengan suntikan benzodiazepine atau obat antiparkinson.2) Kegelisahan motorik berat (akatisia), bisa ditanggulangi dengan pengurangan dosis terapi atau pemberian beta bloker.3) Gejala parkinson (tremor atau gemetar, akinesia), bisa ditanggulangi dengan obat antiparkinson oral (misalnya, trihexyphenidil 2 mg 3 kali sehari).

6

BAB 3 GAMBARAN KASUS3.1Pengkajian Kasus Ruangan rawat: Ruang Jiwa SejahteraTanggal dirawat : 03-12-2013

I. Identitas klien:Initial: Ny. S.P (P)Tanggal pengkajian : 04-12-2013Umur: 19 thRM No. : 12-29-39-XX Informan: Ibu. MStatus pendidikan: Tamat SMPStatus pekerjaan: Ibu Rumah tanggaStatus penikahan: Sudah Menikah

II. Alasan masuk :Pasien sering tertawa dan menangis tanpa sebab seorang diri dan menyebut-nyebut nama anaknya. Sehari sebelum MRS pasien tidak mau keluar dari kamarnya, pasien juga tidak mau makan ataupun minum dan lebih suka menyendiri serta tidak mau berinteraksi dengan siapapun.

III. Faktor predisposisi1. Ny. P tidak pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu. 2. Riwayat kejadian masa lalu yang tidak menyenangkanSemenjak tinggal bersama suami di rumah mertuanya, pasien sering kali disalahkan dan tidak ada yang membela. Lalu pasien memutuskan untuk keluar dari rumah mertuanya dua minggu sebelum MRS, namun mertuanya melarang pasien membawa anaknya, sehingga pasien sempat pingsan di tempat akibat pertengkaran dengan mertuanya.3. Masalah keperawatan: koping individu infektif

IV. FISIK 1. Tanda vital TD: 110/70mmHg N : 84/menit

S : 36015

RR : 21x/mnt2. UkurTB: 156 cm BB : 42 kg3. Kelainan fisik : Tidak Ada4. Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah

V.PSIKOSOSIAL1. Genogram :

Keterangan :a. : Laki-Laki

b. : Meninggal

c. : Perempuan

d. : Klien

2. Konsep diria. Gambaran diri : Pasien tidak menyukai bentuk tubuhnya yang kurus dibandingkan dengan tetangganya yang sering dibicarakan oleh suami pasien.b. Identitas: Pasien merasa tidak dihargai dalam kegiatan rumah tangga seperti memasak,belanja, dan bersih-bersih. c. Peran: pasien sehari hari sebagai ibu rumah tangga dengan kegiatan bersosialisasi minimal (arisan).d. Ideal diri : pasien berharap suami pasien dapat melindugi dan percaya pada pasien dari tuduhan selingkuh.e. Harga diri : rasa bersalah yang dialami pasien dikarenakan tingkah laku mertuanya, sehingga pasien malu bergaul dengan tetangga sekitar. f. Masalah Keperawatan: gangguan konsep diri Harga Diri Rendah

3. Hubungan sosial :a. Orang yang berarti : anaknya. pasien datang ke IRD dan sampai masuk ke ruangan , pasien terus memanggil nama anaknya.b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat : arisan kampung (tanpa peran). c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : pasien menjadi tertutup dengan orang di sekitarnya semenjak mengalami berbagai masalah di dalam rumah tangga nya. Hubungan pasien dengan suami tidak akur semenjak mertua pasien sering menyalahkan dan menuduhnya selingkuh. Selama dirawat di rumah sakit, pasien menolak untuk keluar kamar dan berinteraksi dengan pasien lain. Pasien lebih memilih menghabiskan waktunya di kamar.d. Masalah keperawatan : isolasi sosial : menarik diri4. Spiritual a. Nilai dan keyakinan :Pasien meyakini adanya Allah SWT yang memiliki kuasa atas segala yang terjadi dalam kehidupannya.b. Kegiatan ibadah : Sebelum sakit pasien menjalankan sholat lima waktu, namun saat sakit pasien tidak melakukan kegiatan ibadah sama sekalic. Masalah keperawatan : Distress spiritual

VI. STATUS MENTAL1. Penampilan : Tidak rapiJelaskan: pakaian bersih, tetapi kancing ada yang lepas karena aktifitas di tempat tidur.

2. Pembicaraan : Lambat dan tidak mampu memulai pembicaraanJelaskan : pasien cenderung diam apabila tidak diajak berbicara, dan berbicara lambat saat merespon pertanyaan perawaat3. Aktivitas Motorik : Lesu Jelaskan : Pasien hanya suka duduk atau tiduran di atas ranjang dan tidak melakukan aktivitas lain4. Alam Perasaan : Sedih Jelaskan : pasien menangis setiap dirinya teringat anaknya, lalu pasien terus memanggil nama anaknya.5. Afek : Tidak sesuaiJelaskan : pasien sering tertawa dan menangis sendiri tiba tiba tanpa sebab secara berulang ulang.6. Interaksi selama wawancara: Tidak kooperatifJelaskan : pasien cenderung lebih suka berdiam diri atau memanggil-manggil nama anaknya dan jarang merespon pertanyaan perawat.Masalah keperawatan ( 1-6 ) : 7. Persepsi: Pendengaran Jelaskan : Terkadang pasien merasa mendengar suara anaknya pada saat dirinya teringat dan rindu dengan anaknya.Masalah keperawatan : Resiko Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi8. Proses Pikir: Pengulangan pembicaraan/ PerseverasiJelaskan : pada saat interaksi pasien terus memanggil-manggil nama anaknya di sela-sela pembicaraan.9. Isi Pikir : tidak ada wahamMasalah Keperawatan : ( 8-9) : Gangguan proses pikir10. Tingkat kesadaran : disorientasiJelaskan : Pasien tidak tahu sedang berada dimana, sekarang hari apa, tanggal berapa.Masalah Keperawatan : 11. Memori : Gangguan daya ingat jangka pendekJelaskan : Pasien tidak ingat kapan dan mengapa pasien dibawa ke rumah sakit.12. Tingkat konsentrasi dan berhitung: tidak mampu berhitung sederhanaJelaskan : pasien tidak mengerti ketika dipancing untuk berhitung13. Kemampuan penilaian : tidak dapat terkajiJelaskan : pasien tidak mampu menilai hanya bisa tertawa tanpa sebab.14. Daya tilik diri: Mengingkari penyakit yang diderita Jelaskan : Pasien menyakal dirinya sakit. Masalah Keperawatan ( 10-14) : Resiko Gangguan Persepsi Sensori :Halusinasi

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG1. Kemampuan klien memenuhi / menyediakan kebutuhanNy. P dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti makan, keamanan, tempat tinggal, pakaian, dengan bantuan minimal dari keluarga.2. Kegiatan hidup sehari- haric. Perawatan diriNy. P mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene seperti mandi, BAK/BAB, kebersihan, ganti pakaian.d. Nutrisi pasien sudah dapat memenuhi kebutuhannya dengan mandiri.Frekuensi makan Ny. P sebanyak 3 kali, frekuensi udapan 2 kali sehari. Nafsu makan ny. P baik sehingga selama dirawat BB naik 2kg menjadi 44 kg c. Kebutuhan tidur Ny. P cukup dari jam 21.00 04.30 WIBVIII. MEKANISME KOPINGAdaptifMaladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat / berlebih

Teknik relaksasi Bekerja berlebihan

Aktifitas konstruktif Menghindar

Olah raga Mencederai diri

Linnya.............. Lainnya :murung dan mengurung diri di kamar

Masalah keperawatan : isolasi sosial : menarik diriIX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik suaminya dan keluarganya tidak mau peduli dengan kondisi pasien saat ini namun keluarganya pasien sangat mendukung penuh kesembuhan pasien Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik pasien menjadi orang yang tertutup dan lebih memilih menyendiri dan menghindari interaksi dengan orang lain semnjak ada masalah dengan mertuanya Masalah dengan pendidikan, spesifik pasien lulusan SLTA Masalah dengan pekerjaan, spesifik tidak lulus SMA terus dibandingkan dengan tetangganya oleh suaminya. Masalah dengan perumahan, spesifik pasien menjadi bahan gunjingan tetangganya semenjak ada masalah dengan mertuanya sehingga pasien lebih memilih menghabiskan waktu di rumah saja Masalah ekonomi, spesifik pasien tidak bekerja sebelum dan selama sakit, biaya hidup pasien sebelum sakit ditanggung oleh suaminya dan selama sakit ditanggung penuh oleh keluarganya Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik pasien Masalah Keluarga, spesifik pasien sering bertengkar dengan suaminya semenjak mertuanya sering menyalahkan atas apapun yang dilakukannyaMasalah keperawatan : X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG Penyakit jiwa Sistem pendukung Faktor presipitasi Penyakit fisik Koping Obat- obatan Lainnya ...........................................Masalah keperawatan : tidak ada masalahXI. ASPEK MEDIKDiagnosa medik: gangguan psikotik akut dan sementara lainnyaTerapi medik: Risperidone 1 mg Merlopam 1 mgXII.DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN (semua masalah keperawatan yang muncul)1. Koping individu infektif2. Gangguan konsep diri harga diri rendah3. Isolasi sosial menarik diri4. Distress Spirirual5. Resiko gangguan persepsi sensori halusinasiANALISA DATADATA DATAMASALAH KEPERAWATAN

Data Subjektif :Pasien mengatakan minder karena dibandingkan dengan tetangganya yang gemuk dan kuliah oleh suaminya. Pasien merasa kehilangan karena anaknya tidak boleh dibawa oleh mertuanya.Data Objektif : Pasien teringat ingat oleh anaknya. Jika membicarakan anaknya dia merasa sedih hingga menangis.Isolasi sosial :menarik diri

Data Subyektif : pasien mengatakan bila dirumah suaminya tidak menghargai pasien, jika memasak ibu dan ayah mertua pasien tidak mau makan makanannya.Data Obyektif : menunjukkan tanda-tanda depresi (tidak makan, hanya tidur)Gangguan Konsep diri : harga diri rendah

Data Subyektif : pasien mengatakan sering terbayang bayang wajah dan suara anaknya. Data Obyektif : pasien menunjukkan perubahan perilaku/pola komuikasi. DisorientasiResiko Gangguan Persepsi Sensori :Halusinasi

DS : Keluarga mengatakan selama sakit pasien tidak mau melakukan kegiatan ibadahDO : pasien tidak melakukan kegiatan ibadah sama sekaliDistress spiritual

Pohon Masalah

Resiko halusinasi perubahan persepsi sensori : halusinasi

isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Koping individu inefektif

3.8 Diagnosa Keperawatan1. Isolasi sosial menarik diri2. Resiko gangguan sensori persepsi : Halusinasi 3. Gangguan konsep diri harga diri rendah4. Koping individu infektif29

5.

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWAPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNAIRRSUD Dr. SOETOMOerwerDIAGNOSISRENCANA TINDAKAN KEPERAWATANRASIONAL

TUJUAN JANGKA PANJANGTUJUAN JANGKA PENDEKINTERVENSI

Isolasi sosial menarik diri

Tidak terjadi perubahan sensori persepsi1. Klien dapat membina hubungan saling percaya1. Bina hubungan saling percaya dengan:a. Beri salam setiap interaksib. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat c. Jelaskan tujuan interaksid. Ciptakan lingkungan yang tenange. Buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topik yang dibicarakan, tempat dan waktu)2. Berikan perhatian dan penghargaan : a. Temani klien walau klien tidak menjawabb. Katakan saya akan duduk di samping anda, jika ingin mengatakan sesuatu, saya siap mendengarkan

c. Jika klien menatap perawat katakan ada yang ingin anda katakan?

3. Dengarkan klien dengan empati, beri kesempatan bicara (jangan diburu-buru), tunjukkan perawat mengikuti pembicaraan klien1. Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya

2. Memberi perhatian dapat membuat pasien merasa dihargai dan dianggap penting

3. Memberi kesempatan klien bicara telah mendukung hubungan saling percaya

2. Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri4. 1. Bicarakan dengan klien penyebab tidak ingin bergaul dengan orang lain2. Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri1. dapat membantu mengurangi stres dari penyebab perasaaan menarik diri.2. Memberi pandangan pada klien agar tertarik untuk membuka diri

3.Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial1 Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain

2. Bantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki oleh klien untuk bergaul1. Untuk mengetahui keuntungan dari bergaul dengan orang lain.2. Meningkatkan rasa percaya diri klien saat berinteraksi

4.Klien dapat melaksanakn hubungan sosial secara bertahap : Klien perawatKlien perawat klien/perawat Klien kelompokKlien keluarga1 Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien ( jika mungkin perawat yang sama)

2.Motivasi atau temani klien untuk berinteraksi atau berkenalan dengan klien/ perawat lain/ beri contoh cara berkenalan.3. Tingkatkan interaksi klien secara bertahap (satu klien, dua klien, satu perawat, dua perawat, dst.)4. Libatkan klien dalam Terapi Aktivitas Kelompok sosialisasi

5. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan

6. Fasilitasi hubungan klien dengan keluarga secara terapeutik

1. Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku menarik diri yang biasa dilakuka2. Meningkatkan kepercayaan diri klien dalam memulai interaksi dengan orang lain

3. Memperluas interkasi dan hubungan klien dengan orang lain4. Meningkatkan kemampuan klien dalam bersosialisasi5. meningkatkan kemampuan klien bersosialisasi secara bertahap6. memberi dukungan dalam proses berinteraksi dengan keluarga.

5. Klien mampu mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain1 Diskusikan dengan klien tentang perasaannya setelah berhubungan sosial

2 Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya1.Dapat membantu klien dalam menemukan cara yang dapatmenyelesaikan masalah2.Meningkatkan rasa percaya diri

6. Klien dapat memberdayakan sitem pendukung 1. Berikan pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan individu secara rutin dan pertemuan keluarga2 Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku menarik diri3.Beri motivasi keluarga agar membantu klien untuk bersosialisasi1. Meningkatkan pengetahuan keluarga.

2. Meningkatkan kemandirian keluarga untuk mengatasi masalah klien3. Meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam membantu kesembuhan klien

7. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat1. Diskusikan denagn klien tentang prinsip 5 benar (benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu dan benar klien)2. Diskusikan efek samping dari obat yang dirasakan dan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter1. Obat dapat mempercepat proses penyembuhan klien

2. Penanganan dini efek samping

IMPLEMENTASI DAN EVALUASITINDAKAN KEPERAWATAN JIWAPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNAIRRSUD DR. SOETOMO

DIAGNOSA /TUKIMPLEMENTASIEVALUASI/ SOAP

Resiko gangguan sensori persepsi : Halusinasi berhubungan dengan sislasi sosial menarik diri.Rabu / 4 Desember 2013TUK 11. Mengenalkan diri dengan ramah2. Menyapa klien dengan ramah3. Mengajarkan klien cara berkenalan dengan menyebutkan namanya dan cara berjabat tangan4. Mengajarkan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya : cara makan, cara minim5. Membantu untuk mengingat dirinya, dan orang sekitarnyaS = klien hanya menyebutkan nama : dek nouval dek nauval dan kartini-kartinO=kontak mata (-) gangguan komunikasi verbalA=Masalah belum teratasiP= Lanjutkan intervensi

Kamis , 5 Desember 2013TUK 21. Menyapa klien dengan ramah2. Menanyakan perasaan klien saat ini3. Menanyakan orang yang tinggal serumah4. Menanyakan orang yang terdekat dengan klien5. Apa penyebab klien tidak dekat dengan orang tersebut6. Memberi kesempatan klien untuk mengungkapkan penyebab tidak mau bergaul7. Memberi pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannyaS= Pasien mencurahkan isi hatinya dengan gangguan ringanO= kontak mata(-) pasien lemas TD= 110/60A= masalah teratasi sebagianP= lanjutkan intervensi

Jumat , 6 Desember 2013TUK 21. Menyapa klien dnegan ramah2. Menanyakan keadaan klien3. Menanyakan perkembangan klien S= budhe pasien mengatakan pasien sudah bisa makan dan tidur nyenyakO=Pasien tidurA= masalah teratasi sebagianP= Lanjutkan intervensi

Senin, 9 desember 2013TUK 31. Menyapa klien dengan ramah2. Berdiskusi tentang : manfaat berhubungan dengan orang lain, kerugian juka tidak berhubungan dengan orang lain3. Memberi kesempatan klien mengungkapkan perasaanya4. Memberikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannyaS= Pasien mengatakan senang jika dikunjungi oleh teman SMA nyaO= pasien merasakan kangen dan ekspresi memikirkan rencana kegiatan yang akan dilakukan dirumahA= masalah teratasiP=Hentikan intervensi

Selasa, 10 Desember 2013TUK 4 & 51. Menyapa klien dengan ramah2. Mengajak teman sekamar untuk berkenalan dengan klien3. Mengajak klien berkenalan dengan teman perawat4. Mengajak klien berkenalan dengan keluarga klien depan kamar5. Melibatkan klien dalam terapi kelompok6. Membuat jadwal harian yang dapat meningkatkan sosialisasiS= pasien merasa senang jika bisa berkenalan dengan pasien depan kamarO= pasien menganggukkan kepala ketika diberi motivasi tentang komunikasiA= masalah teratasi sebagianP= lanjutkan intervensi

Rabu, 11 Desember 2013TUK 6 & 71. Menyapa klien dengan ramah2. Berdiskusi tentang kemampuan keluarga untuk mengatasi menarik diri3. Berdiskusi memberi solusi bersama tentang kemampuan menyelesaikan masalah dengan bantuan keluargaS= Pasien mengatakan mengerti tentang obat dan waktu kontrolO= ada kontak mata.pasien sadar penuh, pasien menegerti tentang riwayatnya dan apa yang dialaminyaA= masalah teratasiP= hentikan intervensi, pasien pulang.

Rabu, 11 Desember 20131. Menyapa keluarga dengan ramah2. Berdiskusi bersama untuk merawat klien dirumah3. Memberi motivasi keluarga agar mambantu klien bersosialisasi4. Memberi pujian kepada keluarga dalam keterlibatannya merawat klien dirumah5. Mengingatkan keluarga akan pentingnya obat dan ketepatan minum dirumah6. Mengingatkan keluarga untuk jadwal kontrol klienS= keluarga mengerti tindakan yang harus dilakukan, mengajak bersosialiasi dengan tetangga, memberikan hiburan ,memasak, menuruti apa maunya pasien, mengajak berceritaO= keluarga dapat menyebutkan hal hal yang mengakibatkan pasien mengalami isolasi sosialA= masalah teratasiP= hentikan intervensi, pasie pulang

BAB 4 PEMBAHASAN

Pada penderita psikotik, individu mengalami gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh. Psikotik terjadi dalam waktu 1 hari sampai kurang dari 1 bulan sehingga dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid. Kasus dalam pengkajian ini merupakan salah satu kasus dengan psikotik yaitu perilaku kacau atau aneh, lebih cenderung menunjukkan gejala menarik diri. Perilaku kacau atau aneh merupakan bentuk dari gangguan kepribadian, hal ini mungkin karena pasien dengan gangguan kepribadian memiliki kerentanan biologis atau psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Sehingga tingkat toleransi biologis dan psikologis yang dimiliki oleh klien tidak seperti orang pada umunya, mereka lebih mudah menunjukkan perilaku aneh ketika terpapar oleh stimulus yang membuatnya kambuh.Stimulus-stimulus tersebut dapat berupa stres berat seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kehiangan orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti. Perihal tersebut diatas mampu memicu psikosis reaktif singkat. Klien dalam kasus yang telah dikaji terstimulus oleh peristiwa traumatis berupa konflik keluarga dimana sang suami yang selalu membandingkan tingkat pendidikan dan bentuk tubuhnya dengan tetangganya, kemudian dari ihak mertua diperlakukan selayaknya pembantu bahkan hingga tidak diberi makan. Saat ini klien sedang mengalami faktor berduka dan kehilangan dikarenakan klien dipisahkan oleh anak kandungnya yang masih balita.

Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain (Townsend, 1998). Sedangkan menurut Depkes RI (1989) penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian ataupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap. Pada klien Ny P sesuai stimulus yang dialami, dia kesulitan dalam membina hubungan yang harmonis dengan keluarga kecilnya dan keluarga pihak mertua terkait dengan gunjingan para tetangga juga, sehingga klien melepaskan diri baik perhatian ataupun minatnya terhadap lingkungan sosial. Semua masalah kian lama kian terakumulasi dengan pilihan koping yang tidak efektif yaitu menarik diri akan semakin membuat klien berperilaku aneh seperti yang terungkapkan pada alasan klien masuk rumah sakit yaitu klien mulai bicara melantur sejak 1 hari sebelum MRS. Tiba30

tiba klien melompat dan memeluk ibunya sambil tertawa sendiri dan menyebut-nyebut nama anaknya nouval..nouval.... sambil memeluk bantal kemudian tersenyum sendiri, kartini jahat dan diulang-ulang. Terkadang menangis sendiri tanpa sebab.Alasan MRS tersebut memperkuat tindakan kacau yang ditampilkan pada dampak psikologis klien yang tertekan. Perilaku yang teramati pada respon sosial maladaptif mewakili upaya klien untuk mengatasi ansietas yang berhubungan dengan rasa kesepian dan ancaman terhadap rasa aman yang dirasakan klien.Beberapa faktor predisposisi (pendukung) yang terjadi pada gangguan hubungan sosial yang dialami klien berupa faktor perkembangan yaitu kegagalan dalam membina hubungan yang sehat pada masa lalu. Klien sudah lama tidak mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah karena ayahnya meninggal, hingga sedikit banyak bisa menimbulkan masalah ketidaksuksesan dalam melaksanakan tugas perkembangan. Selain itu dipicu dengan usia saat menikah yang terlalu dini, hingga klien memutuskan sekolahnya, dan pada usia 19 tahun sudah harus mengurus anak. Faktor yang kedua yaitu faktor biologis, sesuai hasil anamnesa yang dijelaskan tidak terdapat faktor genetik atau faktor keturunan yang memicu keadaan tersebut, termasuk tidak ada riwayat masa lalu klien yang menjelaskan bahwa klien pernah mengalami gangguan jiwa. Faktor ketiga yaitu faktor sosial budaya, terutama hubungan dengan orang lain. seudah banyak dijelaskan diatas keadaan klien yang banyak mengalami tekanan akibat perlakuan suami dan mertua sehingga dia menarik diri dari lingkungan tetangga agar tidak mendapatkan gunjingan dari pihak luar.Faktor predisposisi ada dua yaitu stressor sosial budaya dan stressor psikologis. Pada stressor sosial budaya klien dituntut dan dibandingkan dengan para tetangga dari segi pendidikan hingga bentuk tubuhnya. Segi stressor psikologis klien mengalami intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan klien dalam mengatasi masalah sehingga diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan, sering disebut dengan isolasi sosial menarik diri.Proses pengkajian pada klien dengan masalah kesehatan jiwa akan memberikan tanda dan gejala yang jelas dan dapat dinilai dari objektivitas perawat. Budi Anna Keliat, dkk (2006), menjelaskan bahwa terdapat 14 pembagian pada data pengkajian yang mungkin akan didapatkan pada klien dengan gangguan kesehatan jiwa, dimulai dari penampilan, pembicaraan, aktivitas motorik, alam perasaan, afek, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri. Data tersebut didapatkan dari hasil observasi dan wawancara kepada klien atau keluarga. Pengambilan data awal dalam pengkajian harus melibatkan kemampuan perawat yang menilai akan objektivitas klien dengan gangguan psikotik yang nantinya akan menentukan masalah keperawatan, diagnosis dan rencana intervensi yang akan diimplementasikan kepada klien. Pengkajian secara komperhensif harus diterapkan ketika perawat mengkaji dan mengambil data awal dari klien dengan gangguan psikotik. Stuart & Laria, 2001 dalam Budi Anna Keliat, dkk (2006) menjelaskan bahwa kemampuan perawat yang diperlukan dalam merumuskan diagnosis adalah kemampuan pengambilan keputusan yang logis, pengetahuan tentang batasan adaptif atau ukuran normal, kemampuan memberi justifikasi atau pembenaran, kepekaan sosial budaya. Ketidakmampuan indvidu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh karena dipicu dari perilaku klien yang cenderung menarik diri dari peran sosial di lingkungan keluarga atau masyarakatnya. Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993). Perilaku tersebut sering ditandai dengan sifat klien yang aneh misalnya, mengurung diri di kamar, berbicara sendiri, tertawa sendiri, marah berlebihan dengan stimulus ringan, tiba-tiba menangis, berjalan mondar-mandir, berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas. Kedepannya, klien akan bersifat acuh tak acuh terhadap lingkungan, tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri, penurunan aktivitas hingga komunikasi verbal klien menurun bahkan tidak bercakap-cakap dengan orang lain di lingkungannya. Pengkajian dan pengambilan data awal yang dilakukan pada klien Ny.P didapatkan bahwa terdapat tanda-tanda yang sesuai dengan kondisi menarik diri. Ny. P cenderung memiliki labilitas emosional, berekspresi wajah sedih dan sering menangis, dan pada saat pengkajian, klien tidak kooperatif dengan perawat. Menarik diri yang dilakukan Ny.P didukung dengan peran suami dan keluarganya yang tidak tinggal satu atap dengan klien, dan fungsi masyarakat yang kurang kooperatif dengan klien. Akibatnya, Ny.P cenderung mendengar suara anaknya dan selalu murung bahkan menangis pada kesehariannya. Pada kasus Ny.P didapatkan bahwa klien mengalami ketidaksesuaian harapan dengan kenyataan yang ada sehingga klien menarik diri dari lingkungannya. Klien yang menarik diri akan cenderung berperilaku yang tidak sesuai dengan peran dan fungsinya di keluarga dan masyarakat. Beberapa diantaranya akan mulai mengabaikan penampilan dan kebersihan diri. Seringkali hal tersebut akan memicu orang di sekitarnya untuk menghardik klien yang mempunyai tanda-tanda demikian. Padahal dalam kesehariannya, klien dengan menarik diri akan membutuhkan dukungan sosial yang optimal, tidak hanya dari keluarga tetapi juga dari masyarakat. Apabila hal tersebut teracuhkan dan dukungan sosial klien tidak maksimal, maka tidak menutup kemungkinan klien akan semakin terjun kedalam dunianya sendiri, mengalami halusinasi bahkan nantinya akan berefek kepada resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri yang digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan. Perasaan tidak dihargai oleh keluarga suami klien dan selalu dibanding-bandingkan dengan tetangga klien, sehingga klien merasa tidak percaya diri, merasa tidak dihargai oleh keluarga dan klien juga merasa kehilangan semangat hidup karena dijauhkan dari anaknya. Ideal diri yang terlalu tinggi atau sukar dicapai ini menyebabkan timbulnya perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai keinginan. Ideal diri yang tidak dapat dicapai ini dapat menyebabkan timbulnya gangguan harga diri pada klien, sehingga klien cenderung menarik diri karena perasaan tidak puas pada dirinya dan orang di sekitarnya, seperti yang dilakukan klien yang cenderung lebih senang tidur saja dikamar dan tidak mau makan. Klien dengan perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain yang dapat berakibat terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (Rawlins, 1993). Keadaan seperti ini dapat menyebabkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri dan kegiatan sehari-hari hampir terabaikan. Hal seperti ini cenderung menyebabkan seseorang sangat beresiko mengalami perubahan sensori persepsi (halusinasi), karena berdiam diri dan menyendiri ini menyebabkan klien lebih rentan melamun dan cenderung akan memikirkan perasaan ketidakpuasan akan apa yang sedang klien alami. Klien sering merasa mendengar suara anaknya dan terbayang-bayang wajah anaknya karena perasaan sedih yang mendalam, ini sangat beresiko untuk timbulnya halusinasi. Hal seperti ini dapat menyebabkan timbulnya orientasi realitas yang maladaptif, dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus atau rangsangan eksternal, hal ini juga cenderung akan menyebabkan perubahan perilaku/pola komunikasi klien terganggu.33

BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan Kasus dalam pengkajian merupakan salah satu kasus dengan psikotik yaitu perilaku kacau atau aneh, dengan menunjukkan gejala menarik diri. Perilaku kacau atau aneh merupakan bentuk dari gangguan kepribadian sehingga mereka lebih mudah menunjukkan perilaku aneh ketika terpapar oleh stimulus tertentu yang membuatnya kambuh. Klien dengan psikotik mengalami fase akut terjadi dalam waktu 1 hari sampai kurang dari 1 bulan namun dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid. Pengkajian dan pengambilan data awal yang dilakukan pada klien didapatkan tanda-tanda yang sesuai dengan kondisi menarik diri. Ny. P cenderung memiliki labilitas emosional, berekspresi wajah sedih dan sering menangis, dan pada saat pengkajian, klien tidak kooperatif dengan perawat. Menarik diri yang dilakukan Ny.P didukung dengan peran suami dan keluarganya yang tidak tinggal satu atap dengan klien, dan fungsi masyarakat yang kurang kooperatif dengan klien. Keadaan seperti ini menyebabkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri dan kegiatan sehari-hari hampir terabaikan. Hal seperti ini cenderung menyebabkan seseorang sangat beresiko mengalami perubahan sensori persepsi (halusinasi), karena berdiam diri dan menyendiri ini menyebabkan klien lebih rentan melamun dan cenderung akan memikirkan perasaan ketidakpuasan akan apa yang sedang klien alami. Apabila hal tersebut teracuhkan dan dukungan sosial klien tidak maksimal, maka tidak menutup kemungkinan klien akan semakin terjun kedalam dunianya sendiri, mengalami halusinasi bahkan nantinya akan berefek kepada resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan2. SaranPasien dengan gangguan psikotik dan menarik diri hendaknya mendapat dukungan dan motivasi dari keluarga serta lingkungan. Peran keluarga akan sangat dibutuhkan dalam proses kesembuhan pasien. Jadi, keluarga merupakan fungsi primer dalam proses penyembuhan klien dengan menarik diri.

34

Data pengkajian dalam kasus ini didapatkan dengan hanya mewawancarai dari keluarga pasien selain pengkajian langsung kepada klien. Akan lebih optimal jika heteroanamnesis dilakukan kepada lebih dari satu orang yang berhubungan secara langsung kepada klien. Perawat dan dokter hendaknya tidak menyepelekan hal-hal kecil ketika klien mendapat perawatan dan terapi di rumah sakit. Jika ditinjau dari hal yang paling kecil, seperti tersenyum dan mengucapkan salam, bagi sebagian orang, itu adalah menjalankan peran sosial yang sesuai dengan peran orang lain untuk berhubungan dengannya. Fungsi sosial akan sangat berpengaruh bagi sifat dan perilaku seseorang dalam hidupnya, terutama kepada klien dengan gangguan psikotik dan kesehatan jiwa

37

DAFTAR PUSTAKA

Antai otong (1994)Psychiatric Nursing:Biological and Behavioral Concepts.Philadelpia: W B Saunders CompanyAntai Otong Deborah (1995).Psychiatric Nursing. Philadelphia : W.B. CompanyBudi Ana Keliat,Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa, Buku Kedokteran, 1992Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.Clinton and Nelson,Mental Health Nursing Practice,Prentice hall Australia, Pty Ltd. 1996FIK UNPAD (2008). Gangguan Hubungan Sosial. Diakses 13 desember2013, dari web sitehttp://sehatjiwa-6.blogspot.com/2008/04/gangguan-hubungan-sosial.htmlGestrude K. Mc. Farland (1991).Psychiatric Mental Health Nursing. Philadelphia : J. B. Lippincot CompanyHidayat, Ahmad Nuril. (2011). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Harga Diri Rendah.http://www.nurseid.web.id/2011/01/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan.htmldiaksespadatanggal13 desember2013.http://bungkapit21artikel.blogspot.com/2008/06/skizofrenia.htmlHunsberg and Abderson (1989).Psychiatric Mental Health Nursing,Philadelphia : W.B. Saunders Company.Hurlock, 1999,Psikologi Perkembangan, Erlangga, JakartaJohn Santrock,Psychology The Sciences of Mind and behavior, University of dallas, Brown Publiser , 1999Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.Khaidir muhaj (2009). Askep Menarik Diri. Diakses 13 desember2013, dari Tempat Asuhan Keperawatan dan Materi Kuliah Keperawatan, web site http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/05/askep-menarik-diri.htmlLefley (1996).Family Caregiving in Mental Illness. London : SAGE PublicationMaccoby, E, 1980,Social Development, Psychological Growth and the Parent Child Relationship,Harcourt Jovanovich, NewyorkMahnum Lailan Nasution (2004). Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran. Diakses 9 Mei 2011, dari Digitized by USU digital library, web site http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3582/1/keperawatan-mahnum2.pdfPieter, Herri Zan. 2010. Pengantar Psikologi dalam Keperawatan. Medan : Kencana.Shanti.(2010). Penatalaksanaan Keperawatan pada Pasien Harga Hiri Rendah.http://shanti.staff.umy.ac.id/?p=9diaksespadatanggal13 desember2013.Stuart danSundeen.(1995). BukuSakuKeperawatanJiwa.Edisi 3. EGC: Jakarta.Stuart GW Sundeen, 1995,Principle and practice of Psychiatric Nursing,Mosby Year Book, St. Louis, ,Stuart Sundeen,Pocket Guide to Psychiatric Nursing, Mosby year 1995Stuart Sundeen,Psychiatric Nursing, Mosby year, 1995Suryanto, Novie B. (2009). HargaDiriRendah. http://spkepjiwa.blogspot.com/2009/01/harga-diri-rendah.htmldiaksespadatanggal 6 Mei 2011 pukul 20.25.Sutrisno (2008). Menarik Diri. Diakses 6 Mei 2011, dari web site http://trisnoners.blogspot.com/2008/02/pojok-jiwa.htmlW.E., Maramis,Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga Press, Surabaya, 1990Yoedhas.(2010). Asuhan Keperawatan Pasien dengan Harga Diri Rendah.http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-harga.htmldiaksespadatanggal13 desember2013Friedman, Marilyn M. 1998, Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik, edisi 3, EGC, Jakarta.Gail Wiscart Stuart & Sandra J. Sundeen. Keperawatan Jiwa edisi 3. alih bahasa Achir Yani S Hamid. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1998Hawari, Dadang. 2001. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta : Fakultas. Kedokteran Universitas Indonesia. Hurlock, Elizabeth. Stuart & Laraia. (2001). Principles and practice of psychiatric nursing. USA: Mosby Company.Wiramihardja, Sutardja A. Pengantar psikologi abnormal. Bandung: PT Refika Aditama; 2007