sediaan parenteral dan tablet.docx

27
SEDIAAN PARENTERAL Definisi/type Suatu sediaan parenteral adalah suatu produk yang diberikan pada tubuh dengan cara disuntikan. Ketika suatu injeksi telah melewati mekanisme pertahanan tubuh normal, adalah penting produk tersebut disiapkan dengan perhatian dan perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan sediaan oral dan produk topikal rutin lainnya. Produk akhir harus bebas dari mikroorganisme (steril), bebas dari bakteri endotoksin dan pyrogen (nonpyrogenic) dan bebas dari senyawa-senyawa luar yang tidak larut. Karena sifat alaminya yang rentan, produk steril harus disiapkan pada kondisi lingkungan yang terkontrol. Campurannya steril, non pyrogenic, dan terutama lagi kebebasannya dari kemungkinan perubahan campurannya. Untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya serta khasiat yang sebesar-besarnya diperlukan pemikiran yang mendalam. Menurut Gstirner pembuatan obat suntik didasarkan pada tiga macam pertimbangan: kimiawi, teknis, dan fisiologis (farmakologis). Pertimbangan kimia meliputi persoalan tercamput tidaknya bahan obat dengan zat pembantu. Pertimbangan teknis yang meliputi teknis pembuatan yang sebaiknya yang akan menghasilkan suatu produk yang terbaik, pertimbangan farmakologis meninjau apakah produk yang dihasilkan akan menghasilkan absorbsi dan khasiat yang sesuai dengan yang dikehendaki. Type larutan parenteral Ada 2 type sediaan parenteral, yaitu: 1. Sediaan yang dimasukkan dalam jumlah relatif kecil untuk terapeutik dan tujuan deagnosa 2. Sediaan yang dimasukkan dalam jumlah volume yang relatif banyak untuk mengembalikan keseimbangan kalori dan elektrolit tubuh. Dimana masing-masing type dari sediaan membutuhkan akurasi dan perhatian yang sangat tinggi di dalam pembuatannya. Komposisi Ketika sediaan parenteral dibuat, ada satu hal yang perlu diperhatikan yaitu kehadiran berbagai zat penambah. Zat penambah ini termasuk pembawa, penambah kelarutan, Buffer,

Upload: ampunna-haris

Post on 19-Jan-2016

230 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

farmasetika

TRANSCRIPT

Page 1: SEDIAAN PARENTERAL dan TABLET.docx

SEDIAAN PARENTERAL

Definisi/typeSuatu sediaan parenteral adalah suatu produk yang diberikan pada tubuh dengan

cara disuntikan. Ketika suatu injeksi telah melewati mekanisme pertahanan tubuh normal, adalah penting produk tersebut disiapkan dengan perhatian dan perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan sediaan oral dan produk topikal rutin lainnya. Produk akhir harus bebas dari mikroorganisme (steril), bebas dari bakteri endotoksin dan pyrogen (nonpyrogenic) dan bebas dari senyawa-senyawa luar yang tidak larut. Karena sifat alaminya yang rentan, produk steril harus disiapkan pada kondisi lingkungan yang terkontrol. Campurannya steril, non pyrogenic, dan terutama lagi kebebasannya dari kemungkinan perubahan campurannya.

Untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya serta khasiat yang sebesar-besarnya diperlukan pemikiran yang mendalam. Menurut Gstirner pembuatan obat suntik didasarkan pada tiga macam pertimbangan: kimiawi, teknis, dan fisiologis (farmakologis). Pertimbangan kimia meliputi persoalan tercamput tidaknya bahan obat dengan zat pembantu. Pertimbangan teknis yang meliputi teknis pembuatan yang sebaiknya yang akan menghasilkan suatu produk yang terbaik, pertimbangan farmakologis meninjau apakah produk yang dihasilkan akan menghasilkan absorbsi dan khasiat yang sesuai dengan yang dikehendaki.

Type larutan parenteralAda 2 type sediaan parenteral, yaitu:

1. Sediaan yang dimasukkan dalam jumlah relatif kecil untuk terapeutik dan tujuan deagnosa

2. Sediaan yang dimasukkan dalam jumlah volume yang relatif banyak untuk mengembalikan keseimbangan kalori dan elektrolit tubuh.

Dimana masing-masing type dari sediaan membutuhkan akurasi dan perhatian yang sangat tinggi di dalam pembuatannya.Komposisi

Ketika sediaan parenteral dibuat, ada satu hal yang perlu diperhatikan yaitu kehadiran berbagai zat penambah. Zat penambah ini termasuk pembawa, penambah kelarutan, Buffer, pengawet, antioksidan, gas inert, surfactans, zat kompleks (Mis EDTA), dan pengkelat.

Zat pembawa

Air adalah pembawa yang paling umum digunakan pada saat ini. Jika sebuah oabt sangat tiadk larut dalam air sejumlah penambah kelarutan dapat digunakan misalnya etanol 1% - 50%, PEG 1% - 50%, Propylenglikol 1 % - 60 %

Surfaktan dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan dari obat di dalam pembawa berair. Perlu diperhatikan kemungkinan kehadiran suatu surfaktan akan meningkatkan kecepatan penguraian obat.

System Buffer

Untuk memperoleh pH yang diinginkan didalam suatu larutan selain untuk kelarutannya juga untuk kestabilannya maka banyak preparat mengandung system Buffer. Kapasitas Buffer (kethanan terhadap perubahan setelah penambahan suatu asam atau basa) umumnya

Page 2: SEDIAAN PARENTERAL dan TABLET.docx

rendah sehingga system tidak akan mempengaruhi pH atau cairan tubuh setelah penyuntikan. Buffer haruslah cukup kuat sehingga dapat menahan perubahan pH pada penyimpanan dan penggunaan.

Pengawet

Produk yang dikemas dalam vial dosis ganda membutuhkan kandungan suatu pengawet untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin masuk ketika wadah dikemas. Bagaimanapun juga tidak semua pengawet yang ada kompetibel dengan kloramfenikol natrium suksinat, paraben dan fenol tidak kompetibel dengan Nitrofurantoin dan lain-lain

Ketika pengenceran produk serbuk kering untuk injeksi dengan suatu air untuk injeksi yang mengandung bakteriostatik adalah penting suatu produk itu harus kompetibel dengan pengawetnya. Selain itu pengawet juga harus kompetibel dengan wadah dan penutup dari sediaan.

Pengawet merkuri dan surfaktan kationik konsentrasi maksimum sebagai pengawet adalah 0,1%, untuk klorbutanol, kreosol, dan phenol maksimal 0,5% dosis tunggal dan infus tidak membutuhkan pengawet karena volume infus yang besar mengakibatkan pengawet yang dibutuhkan juga banyak. Pengawet yang banyak ini akan mengakibatkan efek toksik

Antioksidan dan gas inert digunakan untuk menjaga kestabilan, prinsip kerja antioksidan bahwa senyawa tersebut harus lebih muda dioksidasi ketimbang zat yang dilindungi. Senyawa yang paling banyak digunakan sebagai antioksidan adalah natrium dan kalium Metabisulfit

Senyawa kompleks dan pengkelat dapat juga digunakan untuk menjaga kelarutan dan kestabilan produk. Garam EDTA (0,01%-0,075%) adalah contoh darai zat penambah ini

Pembuatan air untuk injeksi

Perlu diperhatikan bahwa air untuk injeksi adalah beda dengan air steril untuk injeksi

Didalam FI ed 111 diterangkan bahwa air untuk injeksi adalah dibuat dengan menyuling

Kembali air suling segar dengan alat kaca yang netral atau wadah logam yang cocok yang diperlengkapi dengan labu percik. Hasil sulingan pertama dibuang. Sulingan selanjutnya ditampung dalam wadah yang cocok dan segera digunakan

Pemeriksaan air untuk injeksi

N0 Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan standart Kesimpulan

1 Ph, dan reaksi

2 Cu,Fe,Pb 0

3 Kalsium 0

4 Chlorida 0

5 Nitrat 0

6 Sulfat 0

Page 3: SEDIAAN PARENTERAL dan TABLET.docx

7 Ammoniak 0

8 Nitrat 0

9 Co2 0

10 Amonik albumin 0

11 Zat Pereduksi 0

12 Sisa Penguapan

13 Seng 0

1.1. IsotonisLarutan yang isotonis tidak akan menyebabkan suatu jaringan membengkak atau berkontraksi bila mereka berkontak dan juga tidak akan menyebabkan rasa yang tidak enak bila diteteskan ke mata, saluran hidung, darah atau jaringan tubuh lainnya. Satu contoh sediaan farmasi semacam itu adalah larutan NaCl isotonis 0,9 %.Jika larutan mempunyai konsentrasi garam yang sama dan tekanan osmotic yang sama dengan konsentrasi garam yang dan tekanan osmotic sel darah merah maka larutan itu dikatakan isotonis dengan darah.Jika sel darah disuspensikan dengan larutan Natrium Klorida 2 % (> 0,9%), air dalam sel akan keluar melalui membran sel untuk mengencerkan larutan garam disekeliling sel tersebut sampai konsentrasi garam di dua sisi membran etitrosit identik. Keluarnta air dari dalam sel menyebabkan sel mengkerut dan mengecil atau crenated dalam hal ini larutan disebut hipertonis dengan sel darah. Jika darah dicampur dengan natrium klorida 0,2% (< 0,9%) atau air suling maka air akan memasuki sel darah merah untuk mengencerkan konsentrasi dari eritrosit hingga konsentrasinya identik dengan di luar sel akibatnya sel itu akan membengkak dan pecah dengan melepaskan hemoglobin. Gejala ini dikenal dengan peristiwa hemolisis, larutan garam lemah atau air ini disebut hipotonis dengan darah.Salah satu pembanding pertama untuk penentuan titik beku darah dan air mata (yang diperlukan agar didapat larutan isotonis dengan cairan tubyh tersebut) adalah menurut Lumiere dan Chevrotier yang mendapat hasil titik beku kedua larutan tersebut masing- masing adalah 0,560C dan – 0,800C tetapi kemudian Pederson- Bjegaard dan kawan- kawan mendapatkan hasil besarnya titik beku darah dan air mata sama-sama 0,52C. Temperatur ini sama dengan temperatur beku larutan NaCl 0,9 hingga dikatakan larutan NaCl 0,9 isotonis dengan darah dan air mata.Metode pengaturan tonisitas dan Ph

metode yang ada dibagi dalam dua golongan. Pada metode golongan I ditambahkan NaCl atau zat lain agar tercapai titik beku larutan sebesar - 0,52 dan larutan obat menjadi isotonis dengan cairan tubuh. Metode krioskopik dan metode ekuivalen NaCl termasuk golonga I inin. Golongan II, sejumlah larutan pengisotonis ditambahklan ke larutan obat agar larutan tersebut isotonik, METODE White-Vincent dan metode Sprowls termasuk dalam metode golongan ini.

Metode golongan I

Page 4: SEDIAAN PARENTERAL dan TABLET.docx

I.1. Metode krioskopik (penurunan titik beku)

PTB sejumlah larutan obat yang ditentukan berdasarkan hasil eksperiment atau perhitungan teoritis. Untuk larutan obat yang PTB nya tidak dapat ditentukan dengan eksperiment atau tidak terdapat pada daftar yang tersedia maka dapat ditentukan dengan

menggunakan perhitunganteoritis bila diketahui BM obat tersebut danLiso dari tipe

ionnya.

∆ T f = Liso molar zat aktif

∆ T f = Liso wx 1 ooo

Mxv

Dimana :

∆ T f = penurunan titik beku yang disebabkan oleh i% b/v zat berkhasiat

Liso = penurunan titik bekuy dari larutan senyawa-senyawa dalam bentuk ionnya

dan

pada konsentrasi C yang isotonis dengan cairan tubuh

w = berat 1 g zat aktif

M = bobot molekul zat aktif dalam gram/mol

Contoh

Berapakah penurunan titik beku dari 1% larutan natrium propionat ? BM = 96

Jawab

Karena Na propionate adalah larutan elektrolit yang uni-univalent maka nilai Liso adalah 3,4 maka

ΔTf = Liso wx 1000

Mxv

ΔTf = 3,4 x 1 x 1000096 x 100

= 0,350

Perhitungan ini berdasarkan kenyataan bahwa penurunan titik beku molal sebanding dengan perbandingan penurunan titik beku zat terlarut dan kadar molalnya.

Contoh:

Berapa banyak natrium klorida yang diperlukan agar 100 ml larutan apomorfin HCL 1% isotonis dengan serum darah?

Page 5: SEDIAAN PARENTERAL dan TABLET.docx

Dari table didapat bahwa PTB apomorfin 0,080 agar diperoleh larutan yang isotonis sejumlah NaCL harus ditambahkan untuk menurunkan titik bekunya sebesar 0,050 – 0,080 = 0,440 dari table diperoleh PTB NaCL 1% = 0,580 dengan menggunakan perbandingan diperoleh:

1%X

=0,580,44

X = 0,76 %

Jadi NaCLyang ditimbang =0,76% x 100 ml = 0,76 g

Pembuatan larutan dilakukan dengan melarutkan 1,0 g apomorfin HCL dan 0,76 g NaCL secukupnya hingga diperoleh volume akhir 100 ml

Didalam farmakope Indonesia dan dianjurkan oleh Codex Pharmaceuthichal Inggris dan melibatkan penggunaan dari 0,52 sebagai titik beku darah dan cairan mata maka terdapat persamaan untuk menghitungnya yaitu :

B = 0,52−b1 C

b 2

Dimana :

B = bobot dalam gram xzat pengisotonis yang ditambahkan dalam 100 ml hasil akhir.

B1 =PTB air yang disebabkan penambahan 1 % b/v zat aktif

B2 = PTB air yang disebabkan penambahan 1 % zat pengisotonis

C = Kadar zat aktif dalam % b/v

Contoh pengerjaan dengan soal yang sama

B=0,52−b1C

b2

B=0,52 – 0,08 ×1 %0,576

B=0,76 g

I.2. Metode ekuivalen NaCl

Metode lain yang digunakan untuk menghitung tonisitas larutan farmasi dikembangkan oleh Mellen dan Seltzer adalah ekuivalen NaCl yaitu banyaknya NaCl yang ekuivalen (mempunyai pengaruh osmotic yang sama ) dengan 1 g (atau satuan lain) obat tersebut . Nilai E untuk beberapa oabt tercantum dalam FI ed IV atau pada buku-buku lainnya namun bila tidak terdapat pada daftar maka dapat dihitung dengan Liso berdasarkan rumus yang diturunkan oleh Goyang dan kawan-kawan

PTB NaCl = PTB zat

Page 6: SEDIAAN PARENTERAL dan TABLET.docx

PTB untuk NaCl adalah

∆ T f=Liso NaClE

BM=

Liso

BM

3,4E

58,45=

Liso

BM

3,4 E × BM senyawa=58,45 Liso

E=58,4353

×Liso

BM

E=17,19×Liso

BM

Contoh

Hitunglah nilai E untuk natrium propionate (96)

Jawab:

Karena obat ini merupakan garam uni-univalen maka Liso nya 3,4

E = 17,94 x 3,496

= 0.608

Perhitungan untuk menentukan jumlah natrium klorida atau zat inert lainnya agar isotonis secara mudah dapat dihitung dengan mengalikan gram (banyaknya) masing-masing obat dalam resep dengan ekuivalen NaCl nya dan konsentrasi natrium klorida yang isotonis dengan cairan tubuh yaitu sebesar 0.9 g / 100 ml dikurangi dengan hasil tersebut

Contoh

Berapa banyak natrium klorida yang diperlukan agar 100ml larutan apomorfin HCl 1% isotonis dengan serum darah ?

Jawab

Apomorfin HCl = 1g x 0,14 = 0,14 g

Apomorfin menghasilkan berat zat yang nilai osmotiknya sama dengan 0,14 g NaCl karena diperlukan NaCl sebanyak 0,9 g agar suatu larutan menjadi isotonis maka harus ditambahkan NaCl sebanyak (0,9 – 0,14) = 0,76 g

Bila zat pengisotonis ingin diganti dengan glukosa maka 1g glukosa setara dengan 0,16 g

NaCl maka 0,76 NaCl setara dengan 0,760,16

x 1g glukosa = 4,75 g glukosa

Didalam farmakope Indonesia juga terdapat table kesetaraan NaCl tetapi perlu diperhatikan bahwa table tersebut memuat data tentang jumlah NaCl 0,9 % yang setara dengan 1% bahan obat. Sehingga jika kita ingin membuat 2% bahan apomorfin HCl maka E (FI ed III) = 0,76

Page 7: SEDIAAN PARENTERAL dan TABLET.docx

0,9 g – 0,76 g = 0,14 g

Untuk 2% = 0,9g – (0,14g x 2 )

= 0,62 g NaCl yang perlu ditambahkan untuk membuat isotonis 2 % larutan Apomorfin HCl

Didalam farmakope Belanda edisi VI terdapat cara menghitung isotonis dengan menggunakan faktor disiosiasi yang mula-mula diusulkan oleh Nicola.

Rumusya sebagai berikut :

h=M ht h

x [0.28−( FaMa

xa+ FbMb

x b+…)]dimana :

0.28 =faktor penisotonis dengan serum PTB darah/ tetapan krioskopik air 0,52/1,86=0.2796 0.28

H = berapa NaCl pengisotonis

Ma,Mb = BM zat terlarut

a, b = kadar zat dalam garam per liternya

Mh = BM zat pengisotonis

Fh, Fa, Fb = faktor disiosiasi dengan harga sebagai berikut :

Zat-zat yang tak terdisiosiasi (glukosa, gliserin) 1

Basa –basa dan asam – asam lemah 1,5

Basa- basa dam asam- asam kuat 1,8

M hF h

= harga untuk pengisotonis

Natrium klorida 32

Glukosa 198

Natrium Nitrit 47

Gliserin 81

Spiritus fort 43

Contoh :

Page 8: SEDIAAN PARENTERAL dan TABLET.docx

Berapa banyak natrium yang diperlukan agar 100 ml larutan apomorfin HCl 1 % isotonis dengan serum darah ?

Jawab :

Subtitusikan nilai tersebutdalam rumus diatas

32 x [0.28− 1,8312,79

x10 ] 32 x [0,28−0,0157 ]=7.12

Halaman 11-12

=7,12 g per 1 liter

Untuk 100 ml / 1000 ml x 7,12 = 0,712 g

W = {F - (% WV

MX K ) } X

M 'K '

Dimana : W = berat NaCL Yang dibutuhkan per 100 ml Larutan

F = factor isotonis NaCL darah terhadap darah

=partikel dari molekul zat terlarut x %w /v

BM zat terlarut

=2 x 0,958,5

=0,31

% w/v = persen kekuatan dari zat dalam gram / 100 ml

M = BM zat

K = factor disosiasi zat

M’ = BM zat pengisotonis

K’ = factor disosiasi zat pengisotonis

Contoh

Siapkan 100 ml larutan 1 % procain HCL dan buat isotonis dengan NaCL

Penyelesaiannya :

Page 9: SEDIAAN PARENTERAL dan TABLET.docx

W = {0,31 - ( 1272,77

X 2) } X 58,5

2

= {0,31 - (0,00733 )

} X 29,25

= 0,69 g

Metode golongan II

I.1. Metode White-Vincent

Metode ini melibatkan penambahan air dalam larutan obat agar diperolah larutan yang isotonis diikuti penambahan larutan pengencer isotonis atau dapar isotonis sampai volume akhir.

Contoh :

Buatlah 30 ml larutan Apomorfin HCl 1 % yang isotonisnya mula-mula kalikan berat bahan obat dengan ekuivalen NaCl Nya

0,3 g X 0,14 = 0,042 g

Jumlah tersebut menunjukan banyaknya NaCl yang ekuivalen dengan 0,3 g Apomorfin HCl pada tekanan osmotiknya.

Telah diketahui larutan isotonis NaCl adalah 0,9 g dalam 100 ml

Volume larutan isotonis yang dapat dibuat dari 0,042 g adalah 0,042 g

0,9 gx100 ml=4,67 ml

Jadi pada pembuatan larutan obat tersebut maka obat dilarutkan dengan air 4,67 ml lalu di tambahkan larutan isotonis NaCl untuk memperoleh larutan obat yang isotonis higga 30 ml

Harga perbandingan 100 ml / 0,9 g = 111,1

Dengan demikian persamaan ini dapat dipersederhanakan

V = W x E x 111,1

Dimana :

V = volume larutan isotonis yang ditambahkan untuk memperoleh larutan obat yang isotonis

W = berat bahan obat dalam g

E = ekuivalen NaCl

Sehingaa soal yang lalu dapat diselesaikan

Page 10: SEDIAAN PARENTERAL dan TABLET.docx

V = 0,3 g x 0,16 x 111,1

= 4,67 ml

Contoh lainnya

Buatlah larutan yang isotonis dari campuran zat berikut

Fenacetin HCl……………………………………………………………………..…0,06 g

Asam borat…………………………………………………………………………...0,03 g

Aqua………………………………………………………………………..……………ad 100 ml

V = [(0,06 g x 0,16) + (0,03 g x 0,5)] x 111,1 = 17,7 ml

Jadi pada pembuatan larutan obat tersebut maka obat dilarutkan dengan air 17,7 ml lalu ditambahkan larutan isotonis untuk memperoleh larutan obat yang isotonis hingga 100 ml.Jika kita menggunakan NaCl kristal maka perlu ditambahkan NaCl kristal sebanyak

(100−17,7 )ml100 ml

x 0,9 g

0,7407 g lalu dicukupkan volumenya hingga 100 ml.

Metode III. Dengan Menggunakan KurvaPenggambaran secara gravik cocok untuk banyak bahan yang dilaporkan dalam beberapa farmakope. Mereka memberikan beberapa perbandingan antara konsentrasi bahan obat dan penurunan titik beku. Selain itu, di dalamnya digambarkan suatu kurva NaCl (kurva pengatur) darinya dapat dibaca jumlah NaCl yang di masukkan dalam larutan untuk memperoleh larutan isotonis.ContohAkan dibuat larutan etilmorfin HCl 2% sebanyak 500 ml tentukan berat NaCl yang dibutuhkan agar mencapai larutan isotonis.Penyelesaian1. Buatlah grafik dengan absis (konsentrasi) dan koordinat (PTB)2. Hubungkanlah konsentrasi etilmorfin dengan PTB-nya pada grafik3. Tariklah garis sejajar terhadap absis untuk konsentrasi NaCl isotonis terhadap PTB-nya4. Titik potong dengan ordinat memberikan konsentrasi NaCl yang diperlukan untuk

pengisotonis tersebut.Dapar adalah senyawa – senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan pH terhadap penambahan sedikit asam atau basa. Peniadan perubahan pH ini dikenal dengan sebagai aksi dapar.

Persamaan dapar

Persamaan dapar atau persamaan Henderson-Hasselbach

Page 11: SEDIAAN PARENTERAL dan TABLET.docx

p H=pKa+log[garam ][asam ]

Persamaan dapar penting untuk menyiapkan larutan dapar farmasi; hasil tersebut dikatakan baik jika larutan berada dalam trayek pH 4 sampai 10 (Martin)

Factor factor yang mempengaruhi pH larutan Dapar

1. Penambahan garam – garam netral 2. Pengenceran (penambahan air dalam jumlah cukup) 3. Temperature, koltof dan tekelenburg menyatakan istilah koefisien temperature yaitu

perubahan pH akibat pengaruh temperature misalnya dapar asetat

Obat – obat sebagai dapar, penting juga bagi kita untuk mengetahui bahwa larutan obat merupakan larutan elektrolit lemah juga dapat memperlihatkan kerja seperti dapar. Larutan asam salisilat dalam botol kaca lunak dipengaruhi oleh kebebasan gelas itu. Semula diduga bahwa reaksi tersebut akan menyebabkan nilai pH naik; ternyata ion natrium dari kaca lunak bersenyawa dengan ion salisilat membentuk Natrium Salisilat akibatnya larutan asam salisilat dan natrium salisilat membentuk larutan dapar yang mencegah terjadinya perubahan pH

Indikator pH, larutan indikator dapat dikatakan sebagai suatu asam lemah atau basah lemah yang dapat bertindak seperti dapar dan menghasilkan perubahan warna karena derajat disosiasinya berubah sesuai dengan perubahan pH

Karena dapat bercampur hingga mencakup trayek pH yang lebar, maka beberapa indikator dapat pula dikombinasikan hingga membentuk suatu indikator yang disebut indikator universal. Dalam Merck Index disebutkan suatu indikator semacam itu yang Merupakan campuran metil kuning, metil merah, brontimol biru, timol biru dan fenolftalein yang mencakup trayek pH dari 1 sampai 11

Kapasitas dapar, adalah besarnya penahanan perubahan pH oleh dapar yang disimbolkan β atau efisiensi dapar, indeks dapar atau nilai dapar

Rumus (Van Slyke) dapat digunakan untuk mengghitung kapasitas dapar

β =2,3C × Ka ¿¿

dimana : C adalah konsentrasi dapar total yaitu jumlah konsentrasi molar asam dan garamnya

contoh

Buatlah dapar dengan kapasitas 0,02 dan pH larutan 5

Penyelesainnya

1. Pilihlah suatu asam dengan pKa 5 atau mendekatinya…. →pKa asam asetat 4,762. Hitunglah perbandingan garam dan asamnya…..

Page 12: SEDIAAN PARENTERAL dan TABLET.docx

pH = pKa + log [Garam][asam]

5,00 = 4,76 + log [Garam][asam]

Log [Garam][asam]

= 5,00 – 4,76

Log [Garam][asam]

= 0.24

[Garam][asam]

= antilog 0,24 = 1,74

Sehingga perbandingan [Garam][asam]

=¿1,74 : 1

Total garam + asam = 1,74 + 1= 2,74

Hal. 16

Wadah

Penyiapan wadah

1. Pencucian wadahWadah gelas sebaiknya dicuci dengan menggunakan suatu senyawa detergen

sistetic. Sabun sebaiknya tidak digunakan karena cenderung untuk meningkatkan pengendapan lapisan film dari sabun kalsium dan magnesium pada permukaan glass. Detergen yang biasa digunakan adalah natrium lauril sulfat, fatty sulfas alkohol (duponol®, dreft®, dll) suatu aryl sulfonat dll dengan hasil yang memuaskan.

Wadah mulut besar dapat dibersihkan dengan mengocoknya dalam larutan detergen panas selama 15 menit hingga 30 menit. Kemudian diikuti dengan membilasnya pertama dengan air bersih lalu terakhir dengan air destilasi segar.

Untuk memindahkan senyawa alkali dari permukaan gelas. Pencucian dengan asam disarankan. Ini dilakukan dengan mengisi wadah dengan larutan panas dari asam klorida 0,1 N dibiarkan selama 30 menit dan dibilas seperti cara diatas.

2. Tutup karetPembersihan tutup karet untuk menghilangkan sulfur dan pengotoran lainnya.

Tutup karet dimasak selama 15 menit di dalam larutan 2 % natrium karbonat yang mengandung 0,1 % dari detergen. Tutup kemudian dibilas seperti cara diatas. (Wattimena)

3. Sterilasasi wadahtabel yang disarankan untuk metode pensterilan.

Page 13: SEDIAAN PARENTERAL dan TABLET.docx

Item Oven Autoclave Gass Penyaring bakteri

Peralatan gelas170˚selama 2

jam121˚selama 20

menit

Bahan yang tidak mudah menguap,

serbuk tahan panas

170˚selama 2 jam

Peralatan metal121˚selama 30

menitLarutan berair dalam

wadah121˚selama 30

menit

Serbuk thermolabile

Cara pengerjaan

Pencampuran

Bahan-bahan obat yang digunakan harus murnih dan bersih, ditimbang dengan saksama, dengan mengambilnya dari dalam botol bagian bawah. Setelah larut kemudian sesuaikan PH-nya dengan PH optimal dari bahan obat kemudian dicukupkan volumenya, untuk larutan dengan volume sekali penyuntikan melebihi 10 ml, maka larutan tersebut harus dibebaskan dari pyrogen dengan cara pengocokkan selagi hangat atau dihangatkan bila perlu, dengan norit 0,1-0,3 % selama 15 menit. Perlu diperhatikan bahwa beberapa bahan dapat ikut teradsorbsi dengan penambahan norit sehingga kadarnya akan berkurang.

Penyaringan

Larutan yang terbentuk kemudian disaring dengan menggunakan penyaring yang sesuai, baik dengan menggunakan penyaring gelas, asbes atau dengan kertas. Kertas saring biasanya meninggalkan serat pada larutan bila digunakan, kecuali beberapa jenis kertas saring yang ada misalnya kertas saring bebas abu (Waatman). Penyaring bakteri adalah pilihan yang paling tepat dalam menyaring larutan injeksi. Beberapa macam penyaring bakteri adalah :

Filter gelas G5

Filter seitz, filter asbes

Filter candle (silikat)

Filter mandler (campuran silikat, asbes dan calsium sulfat)

Penyaringan dilakukan berulang ulang hingga larutan jernih dan bebas dari partikel dengan mengamati pada latar yang kontras.

Pengisian larutan

Larutan yang diisikan kedalam wadah selalu dalam jumlah yang berlebih karena pada saat pengambilan larutan dari wadah maka masih tersisa sejumlah cairan yang melekat pada

Page 14: SEDIAAN PARENTERAL dan TABLET.docx

dinding wadah. Oleh karena itu beberapa farmakope menyarankan volume penambahan sepeti yang tertera pada table:

Volume pada etiket(ml)

Volume tambahan yang dianjurkan untuk jenis cairan:Encer(ml)

Kental(m)

0,5 0,10 0,121,0 0,10 0,152,0 0,15 0,255,0 0,30 0,5010,0 0,50 0,7020,0 0,60 0,9030,0 080 1,2050,0 atau lebih 2% 3%

Pengisian larutan kedalam wadah yang dilakukan dengan menggunakan penakar yang memiliki ketelitian yang tinggi (buret),dimana ujungnya mampu masuk melewati leher dari ampul. Pengisian dapat dilakukan secara manual atau dengan menggunakan mesin yang dapat mengisi secara otomatis.

Setelah laruta diisikan kedalam wadah maka sebelum wadah tersebut ditutup,kedalamnya dialiri uap air,yang akan membilas kebawah sisa-sisa tetesan larutan tersebut yang mungkin masih melekat pada dinding leher ampul, pengaliran uap ini diperlukan terutama untuk obat suntik yang mengandung zat-za organiknya yang bila tidak dikerjakan demikian maka pada saat wadah ditutup akan mengarang.

Hal.20-hal.23

Biasanya merupakan bahan hidrophob Contohnya talk, tepung jagung, dll sebaiknya dalam konsentrasi yang kecil.

Metode pembuatan Tablet

Pada dasarnya tiap bahan yang akan dibuat menjadi tablet harus memiliki dua karakteristik

1. Kemampuan mengalir2. Kemampuan untuk dicetak

Berdasarkan hal tersebut maka metode pembuatan dapat dibagi menjadi :

1. Cetak langsung2. Granulasi kering3. Granulasi basah

Cetak Langsung (Direct Compression)

Terutama digunakan untuk bahan-bahan yang memiliki adesi dan kohesi yang baik, terutama bahan-bahan yang berbentuk kristal, seperti KBr, NH4Br, Asetosal (Aspirin), dll

Page 15: SEDIAAN PARENTERAL dan TABLET.docx

Cara pembuatan : bahan obat dan bahan tambahan (bila ada) dicampur dan dihaluskan lalu langsung dicetak

Granulasi basah

Untuk bahan yang tidak memiliki sifat yang dapat dicetak langsung Untuk bahan-bahan yang tahan terhadap adanya air dan pemanansan Bahan aktif dan bahan penambah dicampur bersama-sama lalu dihaluskan dibuat

granul dengan bahan pembasah, diayak, dieringkan, diayak lagi kemudian dicetak

Nomor pengayak yang digunakan disesuaikan dengan ukuran die

Tablet dengan diameter <0,8 cm menggunakan mesh 20 Tablet dengan diameter 0,8 cm - 0,9 cm menggunakan mesh 16 Tablet dengan diameter 0,9 cm – 01,0 cm menggunakan mesh 14 Tablet dengan diameter >1 cm menggunakan mesh 12

Granulasi kering

Terutama untuk bahan-bahan yang tidak memiliki kemampuan untuk dicetak langsung, tetapi juga tidak tahan dengan air dan pemanasan

Komponen tablet dikempa dengan mesin tablet atau mesin khusus. Massa ini disebut slug prosesnya slugging, slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan bentuk granul, bila belum memuaskan dapat diulang

Contoh formula tablet

Parasetamol 500 mg

Lar. Gelatin 10 % (Pengikat) 20%

Pati Jagung (Penghancur) 10%

Mg stearat (pelicin) 1%

Talc (pelincir) 1%

Lactosum (Pengisi) ad 100%

Cara perhitungan Bahan

Mis. Untuk membuat 100 tablet dengan berat normal tablet @ 650 mg

Parasetamol : 100 x 500 mg = 50.000 mg

Pasta pati 10% : 20% x (650 x 100 tab) = 13.000 mg

Pati : 10% x 13.000 mg = 1.300 mg

Pati manihot : 10% x (650 x 100 tab) 1 = 6.500 mg

Mg. Stearat : 1% x (650 x 100 tab) = 650 mg

Talc : 1% x (650 x 100 tab) = 650 mg

Page 16: SEDIAAN PARENTERAL dan TABLET.docx

Lactosum : (650 x 100 tab) – ( 50.000 + 1300 + 6.500 + 650 mg + 650 mg )

: 65.000 – 59.100 = 5,9 g

Pembuatan larutan pasta pati

1. Timbang pati jagung 1.300 mg tambahkan air 3 ml. Aduk hingga hoogen.2. Panaskan air sebanyak 95 ml hingga mendidih 3. Masukkan campuran pertama aduk hingga terbentuk larutan bening dan homogen.4. Turunkan dinginkan lalu timbang hingga beratnya 100 g

Pembuatan Granul Tablet

1. Timbang parasetamol, pati manihot, dan lactosum, gerus hingga halus dan homogenkan lalu ayak

2. Basahkan campuran pertama dengan pasta pati hingga massa granul yang baik3. Ayak dengan pengayak no4. Timbang granul yang terbentuk lalu keringkan pada suhu 80 derajat C selama 8 jam5. Timbang granul kering, campur dengan Mg stearat dan talc6. Cetak7. Lakukan pengujian Granul

Pengujian Granul

Pengujian Granul dilakukan untuk menentukan sifat – sifat granul yang dapat memberikan gambaran kepada kita tenatng sifat tablet yang akan terbentuk sehingga kita dapat melakukan antisipasi untu menghasilkan tablet baik

Pengujian granul terdiri atas :

1. Pengujian Kadar AirUji kadar air ditentukan dengan menimbang granul basah dan dalam keadaan basah setelah kering. Kadar air dinyatakan sebagai MC (Moisture Content) atau LoD ( Loost on drying)Kadar sekitar 2% - 3%Prosedur Kerja

a. Timbang sampel granul basah (setlah granulisasi awal sebelum dikeringkan) secukupnya (A gram)

b. Timbang granul yang telah dikeringkan (B gram)c. Hitung bobot air dengan menggunakan rumus MC dan LoD

% MC = Bobot granul basah ( A )−bobot granul kering (B )

Bobot granul kering(B)x100 %

%LoD = Bobot granul basah ( A )−Bobot garnul kering(B)

bobot granul basah (A )x100 %

2. Pengujian Daya alirPenentuan aliran granul dilakukan untuk mengetahui konsistensi granul sebelum digunakan dalam proses pembuatan tablet. Beberapa pengujian granul yang dapat

Page 17: SEDIAAN PARENTERAL dan TABLET.docx

digunakna sebagi parameter granul yang memenuhi persyaratan dalam proses pembuatan sediaan tablet adalah :

a. Uji sudut diam (angle of repose)Untuk menentukan sifat aliran dilakukan uji sudut kemiringan yang ditunjukan jika suatu zat berupa serbuk mengalir bebas dari sebuah corong ke atas suatu dasar membentuk kerucut yang sudut kemiringannya diukur, semakin datar kerucut, artinya sudut kemiringan semakin kecil, maka sifat aliran serbuk makin baik untuk sebagian besar serbuk farmasi memiliki sudut kemiringan dengan range 34° - 48°

Hal.27

Hubungan antara angle of repose (θ) dan aliran serbuk

Angle of repose( θ ¿(derajat)

Aliran

<2525 – 30*30 – 40

>40

Sangat BaikBaik

Agak BaikSangat kurang

*penambahan glidan dapat meningkatkan aliran (0,2% Aerosil)

b. uji BJ sebenarnya (sejati)

Pengujian bobot jenis sebenarnya atau sejati merupakan bobot jenis dari senyawa yang sebenarnya dimana ruang antar partikel dihilangkan sehingga volume granul dapat dihitung. Metode ini menggunakan suatu senyawa cairan yang tidak dapat melarutkan ataupun bereaksi dengan senyawa yang diuji serta cairan tersebut tidak boleh masuk atau menyerap ke dalam pori-pori granul contoh cairan tersebut adalah air raksa atau paraffin cair.

Prosedur

a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan yaitu piknometer (25 ml), paraffin cair, termometer

b. Timbang piknometer kosong dengan penutup yang telah bersih dan kering (A gram)

c. Isi piknometer dengan paraffin liq. sampai penuh (bila ditutup cairan akan keluar, tidak boleh ada gelembung udara) lalu tutup bersihkan dan timbang (B gram)

d. Bersihkan granul dari fines, timbang dalam piknometer sebanyak 1 gram, lalu masukkan parafin liq kedalamnya hingga penuh dan bebas gelembung udara lalu timbang (C gram)

e. Hitung bobot sebenarnya

BJ=B−A ( gram )

volume piknometer yang digunakan (ml )= xg

ml

BJ sebenarnya= 1 g

25 ml−[ (C−A )−1 gBJ paraffin ]

= xgml

Page 18: SEDIAAN PARENTERAL dan TABLET.docx

c. Uji BJ Nyata

Bobot jenis nyata ( pα )diperoleh dengan membagi berat dari sampel dengan

volume bulkProsedur Kerja : 1. Gunakan gelas ukur yang sesuai dengan jumlah granul yang akan di ukur

(misalkan 50 ml)2. Timbang granul yang akan di uji, masukkan dalam gelas ukur, catat volume

awalnya (Vo )3. Lakukan pengetukan gelas ukur tersebut pada permukaan kayu dengan

ketinggian 1 inchi dengan interval waktu 2 detik, catatlah volume pengetukan setelah pengetukan yang ke 2,4,6,8,10,12,15,20,30, dan 50

(V 50)4. Hitung BJ sebelum pengetukan (fluff density) dan BJ nyatanya

BJFluff =Berat Granul (g)

V 0

BJ nyata=Bobot granul(g)

Volumeak h ir granul(ml)5. Hitung rasio Hausner = BJ nyata/BJ Fluff dan persen pemadatannya (indeks

Carr)

% pemadatan=BJ nyata−BJ FluffBj nyata

x100 %

6. Tentukan sifat alirannyauntuk rasio Hausner < 1,25 mengindikasian aliran yang baik

> 1,5 mengindikasian aliran yang kurang

% pemadatan=BJ nyata−BJ FluffBj nyata

x100 %

Interpretasi untuk aliran (By Carr indeks)

Persen Pemadatan (%) Aliran

5 – 1512 – 16*18 – 21*23 – 3533 – 38

>40

Sangat BaikBaikAgak BaikKurangSangat KurangPraktis sangat kurang

*penambahan lubrican dapat meningkatkan aliran (mis 0,2 % Aerosol)

d. Uji porositasUji porositas dapat dilakukan dengan beberapa cara

Porositas=volume nyata−BJ sebenarnya

Volumenyata x 100%

Atau

porositas =[1− BJ nyataBJ Sebenarnya ] x 100%

Page 19: SEDIAAN PARENTERAL dan TABLET.docx

Porositas yang baik terletak antara range 2-10 %, rendahnya porositas menunjukkan ketidakmudah patahnya tablet dan rendahnya keausan

e. Uji kecepatan alir (Rate of flow Factor)Pengujian ini ingin melihat apakah dengan penambahan suatu pelincir akan meningkatkan kecepatan waktu alir atau tidak

Prosedur1. Timbang granul tanpa pelincir (A gram)2. Masukkan granul tanpa pelincir ke dalam corong/hopper kemudian alirkan

dengan waktu yang telah ditentukan (mis 10 detik) dengna menggunak berat granul yang jatuh (Can stopwatch timbang granul yang jatuh (B gram)

3. Timbang bobot granul lalu tambahkan pelincir yang sesuai lalu masukkan granul dengan pelincir ke dalam corong/hopper kemudian alirkan dengan waktu yang telah ditentukan (mis 10 detik) dengan menggunakan stopwatch timbang berat granul yang jatuh (C jatuh)

4. Hitung faktor kecepatan alir granul

f =Bobot ( g ) granul dengan pelincirBobot (g ) granul tanpa pelincir

KEKERASAAN

Menggunakan alat penguji kekerasan seperti mosanto tester, stoches, pfizer, hardness tester dll

Tablet bagus harus memiliki kekerasaan 4-8 kg/cm2

WAKTU HANCUR

Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan oleh tablet untuk hancur dan partikelnya mampu melewati mesh 10

Diuji menggunakan alat desintegrator tester Syaratnya untuk tablet tidak bersalut harus hancur tidak lebih dari 15 menit Tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula atau salut selaput

Medium Pengujian

Aqua destilasi = tablet tidak bersalut Cairan lambung buatan = tablet bersalut Larutkan 2,0 g NaCl P dan 3,2 g pepsin P dalam 7,0 HCL P dan air secukupnya

hingga 1000 ml Larutan mempunyai pH lebih kurang 1,2 Cairan usus buatan = tablet bersalut enterik Larutkan 6,8 g kalium fosfat monobasa P dalam 250 ml air, campur dan tambahkan

190 ml NaOH 0,2 N dan 400 ml air. Tambahkan 10,0 g pankreatin P, campur dan atur pH hingga 7,5 ± 0,1dengan NaOH 0,2 N, encerkan dengan air hingga 1000 ml

Cara kerja

Tablet tidak bersalut gula

Masukkan 1 tablet pada masing-masing tabung keranjang Masukkan 1 cakram pada siap tabung dan jalankan

Page 20: SEDIAAN PARENTERAL dan TABLET.docx

Gunakan air bersuhu 370 C ± 20 C sebagai media, kecuali dinyatakan lain pada monografi

Semua tablet harus hancur sempurna Bila ada tablet yang tidak hancur, ulangi dengan menggunakan 12 tablet Tidak kurang dari 16 dari 18 tablet harus hancur sempurna