bab ii sediaan parenteral volume kecil

23
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini berbagai bentuk sedi aan obat dapat dijumpai dipasaran. Diantaranya adalah sediaan injeksi yang termasuk sediaan steril. Produk steril adalah sediaan teraseptis dalam bentuk terbagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan unik diantara bentuk sediaan obat terbagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke bagian dalam tubuh. Dan kemudian langsung menuju reseptor. Sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik serta harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi dan luar  biasa. Dalam injeksi intravena memberikan beberapa keuntungan antara lain efek terapi lebih cepat didapat., dapat memastikan obat sampai pada tempat yang diinginkan, cocok unyuk keadaan darurat, untuk obat   obat yang rusak oleh cairan lambung Sediaan injeksi merupakan sediaan yang sangat penting bagi dunia kesehatan. Karena pada keadaan sakit yang dianggap kronis, pemberian obat minum sudah tidak maksimal lagi , sehingga perlu dan sangat penting untuk di berikan sediaan injeksi, karena akan sangat membantu untuk mempercepat mengurangi rasa sakit pada pasien, sebab sediaan injeksi bekerja secara cepat, dimana obat langsung masuk ke dalam pembuluh darah dan akan bekerja secara optimal pada bagian yang sakit. Sediaan injeksi merupakan salah satu contoh sediaan steril , jadi keamanan dan kebersihan sediaan juga telah di uji. 1.2 Tujuan 1. Mahasiswa memahami pengertian sediaan steril, 2. Mahasiswa mengetahui penegertian sediaan injeksi atau parenteral, 3. Mahasiswa mengetahui rute pemberian sediaan parenteral.

Upload: tammy-monoarfa

Post on 30-Oct-2015

1.674 views

Category:

Documents


92 download

TRANSCRIPT

7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 1/23

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini berbagai bentuk sediaan obat dapat dijumpai dipasaran.

Diantaranya adalah sediaan injeksi yang termasuk sediaan steril. Produk steril

adalah sediaan teraseptis dalam bentuk terbagi yang bebas dari

mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan unik 

diantara bentuk sediaan obat terbagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui

kulit atau membran mukosa ke bagian dalam tubuh. Dan kemudian langsungmenuju reseptor.

Sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari

komponen toksik serta harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi dan luar 

 biasa. Dalam injeksi intravena memberikan beberapa keuntungan antara lain

efek terapi lebih cepat didapat., dapat memastikan obat sampai pada tempat

yang diinginkan, cocok unyuk keadaan darurat, untuk obat  – obat yang rusak 

oleh cairan lambung

Sediaan injeksi merupakan sediaan yang sangat penting bagi dunia

kesehatan. Karena pada keadaan sakit yang dianggap kronis, pemberian obat

minum sudah tidak maksimal lagi , sehingga perlu dan sangat penting untuk 

di berikan sediaan injeksi, karena akan sangat membantu untuk mempercepat

mengurangi rasa sakit pada pasien, sebab sediaan injeksi bekerja secara cepat,

dimana obat langsung masuk ke dalam pembuluh darah dan akan bekerja

secara optimal pada bagian yang sakit. Sediaan injeksi merupakan salah satu

contoh sediaan steril , jadi keamanan dan kebersihan sediaan juga telah di uji.

1.2 Tujuan 

1.  Mahasiswa memahami pengertian sediaan steril,

2.  Mahasiswa mengetahui penegertian sediaan injeksi atau parenteral,

3.  Mahasiswa mengetahui rute pemberian sediaan parenteral.

7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 2/23

2

4.  Mahasiswa dapat mengetahui keuntungan sediaan parenteral

5.  Mahasiswa dapat mengetahui kerugian sediaan parenteral

1.3 Manfaat

1. Mampu menerapkan cara membuat sediaan injeksi yang baik dan benar 

untuk meminimalisir kesalahan pada sediaan injeksi.

2. Mampu mengetahui kelarutan obat yang tepat dalam pembuatan injeksi.

7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 3/23

3

BAB II

ISI

2.1 Sejarah

Sediaan parenteral merupakan sediaan steril. Sediaan ini diberikan

melalui beberapa rute pemberian yaitu intravena, intraspinal, intramuskuler,

subkutis dan intradermal. Apabila injeksi diberikan melalui rute

intramuscular, seluruh obat akan berada di tempat itu. Dari tempat suntikan

itu obat akan masuk ke pembuluh darah di sekitarnya secara difusi pasif, baru

masuk ke dalam sirkulasi. Cara ini sesuai utnuk bahan obat , baik yang

 bersifat lipofilik maupun yang hidrofilik. Kedua bahan obat itu dapat

diterima dalam jaringan otot baik secara fisis maupun secara kimia. Ahkan

 bentuk sediaan larutan, suspensi, atau emulsi juga dapat diterima lewat

intramskuler, begitu juga pembawanya bukan hanya air melainkan yang non

air juga dapat. Hanya saja apabila berupa larutan air harus diperhatikan pH

larutan tersebut.

Istilah parenteral berasal dari kata Yunani para dan enteron yang berari

disamping atau lain dari usus. Sediaan ini diberikan dengan cara

menyuntikkan obat di bawah atau melalui satu atau lebih lapisan kulit atau

membrane mukosa. Karena rute ini disekitar daerah pertahanan yang sangat

tinggi dari tubuh, yaitu kulit dan selaput/membrane mukosa, maka

kemurniaan yang sangat tinggi dari sediaan harus diperhatikan. Yang

dimaksud dengan kemurnian yang tinggi itu antara lain harus steril.

Obat suntik hingga volume 100 ml disebut sediaan parenteral volume

kecil sedangkan apabila lebih dari itu disebut sediaan parenteral volume besar,

yang biasa diberikan secara intravena.

Produk parenteral, selain diusahakan harus steril juga tidak boleh

mengandung partikel yang memberikan reaksi pada pemberian juga

diusahakan tidak mengandung bahan pirogenik. Bebas dari mikroba (steril)

7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 4/23

4

dapat dilakukan dengan cara sterilisasi dengan pemanasan pada wadah akhir,

namun harus diingat bahwa ada bahan yang tidak tahan terhadap pemanasan.

Untuk itu dapat dilakukan teknik aseptic.

Larutan yang mengandung bakteri gram positif-negatif dapat saja

memberikan reaksi demam atau pirogenik walaupun larutan injeksi tersebut

steril. Reaksi demam atau pirogen ini disebabkan oleh adanya fragmen

dinding sel bakteri yang disebut ―endotoksin‖. Adanya endotoksin yang

ditandai dengan reaksi demam itu merupakan pertanda bahwa selama proses

 produksi terjadi kontaminasi mikroba pada produk. Oleh sebab itu dalam

 proses produksi sediaan parenteral diisyaratkan hal-hal sebagai berikut:

1.  Personil yang bekerja pada bagian produk steril harus memiliki moral dan etik 

 professional yang tinggi.

2.  Setiap personil mendapat latihan tentang sediaan steril secara lengkap.

3.  Memiliki teknik spesialisasi untuk memproduksi sediaan steril.

4.  Bahan yang digunakan harus bermutu tinggi.

5.  Kestabilan dan kemanjuran produk harus terjamin.

6.  Program pengontrolan (quality control) harus baik untuk memastikan mutu

 produk dan harus memenuhi keabsahan prosedur produksi.

2.3 Pengertian 

Injeksi atau parenteral (FI) adalah sediaan streil berupa larutan, emulsi

atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih

dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan

ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lender injeksi. Injeksi dibuat

dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat ke

dalam sejumlah pelarut dan disisipkan dalam wadah takaran tunggal atau

ganda.

7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 5/23

5

2.4 Rute Pemberian 

Rute pemberian sedian parenteral atau injeksi dimuat dalam beberapa pustaka,

antara lain Farmakope Indonesia, Formularium Nasional kedua pustaka

tersebut di dalam antara kurung dan lain sebagainya. Pengetahuan tentang rute

 pemebrian ini bukan dimaksudkan agar dapat menyuntikkan dengan benar,

tetapi untuk farmasis lebih ditekankan pada persyaratan produk ditinjau secara

farmasis

Persyaratan farmasetik yang dimaksud antara lain pemilihan wadah

dengan ukuran yang tepat, penentuan pH, pemilihan bahan pengawet dan

 penetapan tonisitas. Untuk jelasnya dapat diikuti uraian masing-masing rute

 pemberian injeksi.

1.  Pemberian Subkutis (Subkutan)

Lapisan ini letaknya persis dibawah kulit, yaitu lapisan lemak (lipoid)

yang dapat digunakan untuk pemberian obat antara lain vaksin, insulin,

skopolamin, dan epinefrin atau obat lainnya. Injeksi subkutis biasanya

diberikan dengan volume samapi 2 ml (PTM membatasi tak boleh lebih dari 1

ml) jarum suntik yang digunakan yang panjangnya samapi ½ sampai 1 inci (1inchi = 2,35 cm)

Cara formulasinya harus hati-hati untuk meyakinkan bahwa sediaan

(produk) mendekati kondisi faal dalam hal pH dan isotonis. FN (1978)

mensyaratkan larutannya isotoni dan dapat ditambahkan bahan vasokontriktor 

seperti Epinefrin untuk molekulisasi obat (efek obat)

Cara pemberian subkutis lebih lambat apabila dibandingkan cara

intramuskuler atau intravena. Namun apabila cara intravena volume besar 

tidak dimungkinkan cara ini seringkali digunakan untuk pemberian elektrolit

atau larutan infuse i.v sejenisnya. Cara ini disebut hipodermoklisis, dalam hal

ini vena sulit ditemukan. Karena pasti terjadi iritasi maka pemberiannya harus

7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 6/23

6

hati-hati. Cara ini dapat dimanfaatkan untuk pemberian dalam jumlah 250 ml

sampai 1 liter.

2.  Pemberian intramuskuler 

Intramuskuler artinya diantara jaringan otot. Cara ini keceparan

absorbsinya terhitung nomor 2 sesudah intravena. Jarum suntik ditusukkan

langsung pada serabut otot yang letaknya dibawah lapisan subkutis.

Penyuntikan dapat di pinggul, lengan bagian atas. Volume injeksi 1 samapi 3

ml dengan batas sampai 10 ml (PTM — volume injeksi tetap dijaga kecil,

 biasanya tidak lebih dari 2 ml, jarum suntik digunakan 1 samai 1 ½ inci.

Problem klinik yang biasa terjadi adalah kerusakan otot atau syaraf, terutama

apabila ada kesalahan dalam teknik pemberian (ini penting bagi praktisi yang

 berhak menyuntik). Yang perlu diperhatikan bagi Farmasis anatara lain

 bentuk sediaan yang dapat diberikan intramuskuler, yaitu bentuk larutan

emulsi tipe m/a atau a/m, suspensi dalam minyak atau suspensi baru dari

 puder steril. Pemberian intramuskuler memberikan efek ―depot‖ (lepas

lambat), puncak konsentrasi dalam darah dicapai setelah 1-2 jam. Faktor yang

mempengaruhi pelepasan obat dari jaringan otot (im) anatar lain : rheologi

 produk, konsentrasi dan ukuran partikel obat dalam pembawa, bahan

 pembawa, volume injeksi, tonisitas produk dan bentuk fisik dari produk.

Persyaratan pH sebaiknya diperhatikan, karena masalah iritasi, tetapi dapat

dibuat pH antara 3-5 kalau bentuk suspensi ukuran partikel kurang dari 50

mikron.

3.  Pemberian intravena

Penyuntikan langsung ke dalam pembuluh darah vena untuk 

mendapatkan efek segera. Dari segi kefarmasian injeksi IV ini boleh dikata

merupakan pilihan untuk injeksi yang bila diberikan secara intrakutan atau

intramuskuler mengiritasi karena pH dan tonisitas terlalu jauh dari kondisi

fisiologis. Kelemahan cara ini adalah karena kerjanya cepat, maka pemberian

antidotum mungkin terlambat. Volume pemberian dapat dimulai Dari 1 ml

7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 7/23

7

hingga 100 ml, bahkan untuk infus dapat lebih besar dari 100 ml. Kecepatan

 penyuntikan samapi 5 ml diberikan 1 ml/10 detik, sedangkan untuk di atas 5

ml kecepatannya 1 ml/20 detik. Intravena hanya terbatas untuk pemberian

larutan air, kalau merupakan bentuk emulsi harus memenuhi ukuran partikel

tertentu. Kalau dapay diusahakan pH dan tonisitas sesuai dengan keadaan

fisiologis.

4.  Pemberian intrathekal-intraspinal

Penyuntikan langsung ke dalam cairan serebrospinal pada beberapa

temapt. Cara ini berbeda dengan cara spinal anastesi. Kedua pemberian ini

mensyaratkan sediaan dengan kemurniaannya yang sangat tinggi, karena

dearah ini ada barier (sawar) darah sehingga daerahnya tertutup.

Sediaan intraspinal anastesi biasanya dibuat hiperbarik yaitu cairannya

mempunyai tekanan barik lebih tinggi dari tekanan barometer. Cairan sediaan

akan bergerak turun karena gravitasi, oleh sebab itu harus pada posisi pasien

tegak.

5.  Intraperitoneal

Penyuntikan langsung ke dalam rongga perut, dimana obat secara cepat

diabsorbsi. Sediaan intraperitoneal dapat juga diberikan secara intraspinal,

im,sc, dan intradermal

6.  Intradermal

Capa penyuntikan melalui lapisan kulit superficial, tetapi volume pemberian

lebih kecil dan sc, absorbsinya sangat lambat sehingga onset yang dapat

dicapai sangat lambat.

7.  Intratekal

Digunakan khusus untuk bahan obat yang akan berefek pada cairan

serebrospinal. Digunakan untuk infeksi ssp seperti meningitis, juga untuk 

anestesi spinal. Intratekal umumnya diinjeksikan secara langsung pada lumbar 

spinal atau ventrikel sehingga sediaan dapat berpenetrasi masuk ke dalam

daerah yang berkenaan langsung pada SSP.

7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 8/23

8

2.5 Keuntungan dan kerugian

Keuntungan

  Respon fisiologis obat dicapai, jika diperlukan sehingga merupakan

 pertimbangan khusus untuk pasien jantung, asma, shcok, pingsan.

  Terapi parenteral menemukan obat-obatan yang bukan hanya efektif melalui

mulut atau dirusak oleh saluran cerna seperti insulin, hormon dan antibiotik.

  Obat-obatan yang tidak kooperatif menimbulkan mual, muntah atau pasien

tidak sadar harus diberikan IV

  Bila diinginkan terapi parenteral memberikan kesempatan kepada dokter 

utnuk mengontrol obat tersebut sehingga pasien harus kembali utnuk 

 pengobatan selanjutnya.

  Dapat memberikan efek local seperti pada pembedahan gigi dan anestesi

  Dalam kasus dimana diinginkan efek obat diperpanjang, bentuk steroid yang

 berefek lambat secara intraartikular dan golongan penisilin yang berefek lama jika diberiakn secara i.m

  Juga merupakan cara pemberian yang sangat baik untuk cairan-cairan dan

untuk keseimbangan elektrolit.

  Bila bahan makanan tidak dapat diberikan melalu mulut maka total nutrisi

dapat diberikan secara parenteral

Kerugian

  Sediaan parenteral mempunyai dosis yang harus ditentukan lebih teliti waktu

dan cara pemberian harus diberikan oleh tenaga yang sudah terlatih.

  Bila obat diberikan secara parenteral maka sulit dikembalikan efek 

fisiologisnya

7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 9/23

9

  Sediaan parenteral merupakan sediaan mahal karena preparasi dan pembuatan

secara khusus seperti menggnakan kemasan yang khusus dengan dosis yang

sudah diatur sesuai kebutuhan

  Terapi parenteral akan menimbulkan komplikasi dari beberapa penyakit

seperti infeksi jamur, bakteri sehingga interaksinya tidak bisa dikendalikan

  Kemajuan dalam manufaktur atau pabrikasi atau kemasan

menimbulkan beberapa masalah dalam sterilitas, partikulasi, pirogenitas,

sterilisasi dll.

2.6 Formulasi

Sediaan parenteral volume kecil biasanya diperlakukan sebagai larutan

volume kecil dalam vial atau ampul, dengan bentuk sediaan dan sistem

 pengemasan yang bermacam-macam.

2.6.1 Cairan

SVP biasanya merupakan larutan air. Beberapa produk 

diperdagangkan berupa larutan minyak, atau menggunakan pelarut campur 

yang terdiri atas campuran air dan kosolven tercampur air (umumnya pelarut

organik).

2.6.1.1 Larutan air

 Aqua pro injectionem merupakan pelarut pilihan untuk pelarut sediaan

 parenteral volume kecil, dibuat secara destilasi atau teknologi reverse-osmosis 

(RO) (USP), sedangkan menurut FE hanya dibuat secara destilasi.

Pirogen adalah hasil sampingan metabolisme pertumbuhan mikroba

yang tidak dapat dirusak dengan cara sterilisasi konvensional.

Larutan air dibuat dengan cara penyaringan produk ke dalam kemasan

dan sterilisasi terminal produk jadi. Untuk obat yang secara fisika atau kimia

tidak tahan temperatur tinggi dan sterilisasi terminal, obat dilarutkan dalam air 

untuk injeksi steril (farmakope), kemudian disaring secara aseptik dan

diisikan ke dalam kemasan akhir.

2.6.1.2 Pelarut Nonair

7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 10/23

10

Beberapa sediaan parenteral volume kecil menggunakan pelarut

minyak. Minyak yang digunakan selalu minyak nabati (sesamie, olif ataubiji

kapas) karena keamanan, kemurnian relatif, dan biokompatibilitasnya.

Persyaratan minyak untuk injeksi (USP) harus memenuhi :

1.  Uji parafin padat (ukuran kejernihan minyak 

2.  Bilangan penyabunan antara 185-200

3.  Bilangan iodium antara 79-128

4.  Pengujian zat tidak tersabunkan

5.  Asam lemak bebas

Pembuatan injeksi pearut minyak :

1.  Dilakukan sterilisasi secara terpisah antara minyak dan sediaan

2.  Pelarut minyak disterilkan melalui oven, panas dan kering

3.  Bahan obat disterilkan secara panas kering atau gas, seperti etilen oksida

4.  Obat steril dan pelarut steril dicampurkan secara aseptik 

Sterilisasi terminal tidak dapat dilakukan untuk injeksi dengan pelarut

atau pembawa minyak karena ketidakadaan kelembaban daam produk yang

diperlukan untuk menghasilkan uap air di bawah tekanan, untuk 

menghancurka mikroba organisme.

2.6.1.3 Kosolven

Sejumlah sediaan parenteral volume kecil menggunakan sistem

kosolven. Kosolven digunakan untuk meningkatkan kearutan obat dalam air 

dan meminimalkan atau mencegah penguraian obat oeh air.

Prinsip kerja kosolven adalah menurunkan konstanta dielektrik air 

sehingga meningkatkan kelarutan zat yang sukar arut daam air. Produk yang

mengandung kosoven dapat disterilkan mengguanakan autoklaf atau secara

aseptik melalui penyaringan, bergantung pada stabilitas obat.

Masalah utama penggunaan kosolven daan injeksi adalah potensi

terjadinya lisis sel darah merah apabila diberikan secara i.v. oleh karena itu,

 penambahan kosolven ke dalam formulasi injeksi harus diteliti betul

7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 11/23

11

keamanan dan efek toksikologinya, disamping kemungkinan terjadinya

kristalisasi.

2.6.2 Suspensi

Pada suspensi parenteral, bahan aktf obat disuspensikan dalam

 pembawa cair, baik dalam bentuk siap guna maupun sebagai suspensi untuk 

direkonstitusi.

Tabel suspensi sediaan parenteral volume kecil

Produk Manufaktur Bahan pensuspensi

Aristocort Lederle Propilen glikol 4000

Bicillin C-R WyethLesitin, CMC

(karboksimetilselulosa)

Decadron L-A Merck CMC

(karboksimetilselulosa)

Depo-Medrol Upjohn PEG 3350(polietilenglikol)

Duracillin Lilly Garam pokain

Hydeltra - TBA Merck Garam tebulat

 NPH – Insulin Lilly, Novo Protamin

Obat diformulasi dalam bentuk suspensi karena kelarutan dalam air 

terbatas atau karena diperlukan untuk memperpanjang pelepasan sistem

 penghantaran obat. Produk suspensi dibuat dengan mencampur pembawa

steril dan serbuk steril secara aseptis atau dengan cara lain dimana larutan

obat tidak larut dalam larutan, dan obat mengendap keluar dari larutan.

2.7 Masalah Besar dari Suspensi Sediaan parenterla Volume Kecil

7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 12/23

12

1. Resuspendabilitas obat dalam pembawa yang memungkinkan pengisian

 produk secara homogen ke dalam kemasan dan dosis yang homogen.

2. ‖Caking ‖ atau sedimentasi obat menghasilkan produk yang secara fisik 

tidak stabil, dan

3. Siringeabilitas (kemampuan untuk mengeluarkan dosis yang homogen

dari vial ke dalam alat suntik) dan injektabilitas (kemampuan

mengeluarkan produk melalui jarum pada jaringan pasien).

2.8 Komponen Formulasi

Larutan SVP mengandung air, bahan aktif, dan 3-5 bahan tidak aktif 

(eksipien). Padatan svp mengandung bahan aktif dan 1-2 bahan tidak aktif.

Diperlukan kehati-hatian dalam memilih bahan tidak aktif (eksipien), selain

 pertimbangan keamanan. Contoh : hanya terdapat 8 pengawet mikroba yang

dapat diterima untuk svp.

2.8.1 Pelarut

Yang paling luas digunakan adalah air untuk injeksi (farmakope). Air 

untuk injeksi steril digunakan untuk rekonstitusi padatan svp sebelum

digunakan. Air bakteriostatik untuk injeksi digunakan sebagai pembawa untuk 

rekonstitusi produk takaran ganda. Bakteriostatik yang biasa digunakan

adalah benzil alkohol. Minyak sesami dan minyak biji kapas digunakan

sebagai pembawa zat tidak larut dalam air, seperti kortikosteroid dan beberapa

vitamin.

2.8.2 Pensolubilitasi

Pensolubilitasi untuk obat yang kelarutannya dalam air terbatas,

meliputi bahan-bahan berikut (dengan mekanisme peningkatan kelarutan air 

yang berbeda) :

a.  Kosolven

Gliserin

PEG 300 dan 400

Propilenglikol

7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 13/23

13

Etonol

 b.  zat aktif permukaan

Polisorbat 80; 0,1%-0,5%

Pluronik 68; 0,05%-0,25%

c.  Zat pengomplek 

Beta-siklodekstrin

Polivinil pirolidon (PVP)

2.8.3 Pengawet antimikroba

Pengawet antimikroba dalam SVP (Tabel 9.2).

Tabel 9.2 Pengawet yang digunakan dalam SVP.

BahanRentang

konsentrasi (%)Produk 

Fenol 0,065-0,500Humulin N, Zantak, Tensilon, Tagamet,

Fenergan, Imferon.

m. Kresol 0,160-0,300Humulin N, Humulin R, Humatrope,

Demerol

Metilparaben 0,050-0,180 Dekadron, Elavil, ProstigminPropilparaben 0,011-0,035 Garamycin, Prolixin, Bicillin

Klorobutanol 0,500-0,550 Epitrate, Bentyl, Dopram

Benzil alkohol 0,750-2,000Valium, Protropin, Geopen, Compazine,

Pronestyl, Cleocin

Benzalkonium

Klorida0,010-0,025 Sebagian besar produk ophtalmik 

Timerosal 0,0075-0,01 Neosporin, Rhogam, Wydase

2.8.4 Dapar

Sistem dapar yang biasa digunakan dalam SVP (lihat Tabel 9.3).

Tabel 9.3 Sistem dapar yang digunakan dalam SVP.

7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 14/23

14

 pH Sistem dapar Konsentrasi (%)

3,5-5,7 Asam asetat-asetat 1-2

2,5-6,0 Asam sitrat-sitrat 1-5

6,0-8,2 Asam fosfat- fosfat 0,8-2

8,2-10,2 Asam glutamat-glutamat 1-2

2.8.5 Antioksidan

Antioksidan yang biasa digunakan dalam SVP dapat dilihat pada Tabel 9.4.

Tabel 9.4 Antioksidan yang biasa digunakan dalam SVP.

Antioksidan Rantang konsentrasi (%)

Larut air 

Garam asam belerang

 Na-bisulfit 0,05-1,0

 Na-sulfit 0,01-0,2

 Na-metabisulfit 0,025-0,1

 Na-tiosulfat 0,1-0,5

 Na-formalemo sulfoksilat 0,05-0,15

Isomer asam askorbat

L dan D asam askorbat 0,02-1,0

Turunan tiol

Asetilsistein 0,1-0,5

Sistein 0,1-0,5

Tiogliserol 0,1-0,5

As tioglikolat As tiolaktatTiourea

Ditio tretol 0,001-0,05

Glutation

Larut minyak 

7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 15/23

15

Propilgalat 0,05-0,1

BHA 0,005-0,02

BHT 0,005-0,02

Askorbil palmitat 0,01-0,02

Asam norhidroguaiaretik 0,01-0,05

Α tokoferol 9 0,05-0,075

2.8.6 Penstabil protein

Protein dan peptida terapeutik penting dalam formulasi SVP, sangat

reaktif dengan air, komponen formulasi lain, komponen kemasan, dan udara

dalam kemasan. Selain itu, protein dan peptida sangat peka terhadap

 perubahan kondisi lingkungan, seperti temperatur, pH, cahaya, kelembaban

dan perlakuan mekanik selama proses. Reaksi penguraian berlangsung, baik 

secara fisika maupun kimia.

Protein akan membentuk agregat pada temperatur berlebihan (panas

dan dingin) atau karena pengocokan dan penanganan. Agregasi protein tidak 

hanya secara potensial mempengaruhi potensi kimia, tapi juga penampilanfisik dan kualitasnya.

Beberapa komponen digunakan untuk meminimalkan penguraian

 protein dalam svp. Penstabil yang menonjol adalah serum albumin, asam

amino, seperti glisin, lisin, dan glutamin; surfaktan terutama polaxamer 188

(pluronik 68) dan polisorbat 80, alkohol polihidrat, seperti sorbitol, gliserol,

dan polietilen glikol; karbohidrat, seperti sukrosa, laktosa, dan maltosa;

antioksidan, agen penghelat, pvp, pva, dekstran, dan gelatin.

2.8.7 Pengatur tonisitas

Bermacam bahan digunakan untuk mengtur tonisitas SVP. Bahan yang

 biasa digunakan adalah elektrolit, seperti NaCL dan garam natrium lain, serta

nonelektrolit, seperti gliserin dan laktosa. Biasanya formulator SVP pertama

7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 16/23

16

memperhatikan konsentrasi obat dan komponen formulasi lain yang

diperlukan untuk kelarutan, stabilitas atau tujuan spesifik lainnya. Begitu hal

ini telah tercapai, dilakukan pengukuran osmolaritas. Jika hipotonik, maka

ditambahkan agen pengatur tonisitas, jika formulasi hipertonik dan dalam

keadaan hipertonik yang tidak dapat diterima untuk tujuan pemberian, maka

formulasiperlu diencerkan atau bahan penambah dikurangi.

2.8.8 komponen lain

a. Pembentuk massa (bulking agents) digunakan dalam sediaan proses kering-

 beku untuk meningkatkan kandungan padat setelah melewati proses liofilisasi.

Krio dan lioprotektan digunakan dalam sediaan kering beku, terutama untuk 

 protein yang peka terhadap proses pembekuan dan pengeringan. Bahan ini

menstabilisasi dan mencegah penguraian protein selama proses kering-beku

dan penyimpanan.

 b. Zat pensuspensi menjaga supaya zat tersuspensi dalam pelarut sesudah

 pengocokan dan diresuspensi. Zat pengemulsi menurunkan tegangan

antarmuka sehingga memungkinkan pencampuran minyak dan pelarut air 

dalam formulasi.

c. Agen semisolida

Bahan semisolida membantu dispersibilitas dari obat dalam salap mata dan

 berfungsi pula sebagai basis salap.

Contoh dari bahan tersebut:

1.  Pembentuk masa untuk sediaan kering-beku

Manitol, laktosa

Sukrosa

Dekstran

2.  Zat pensuspensi

CMCNa

Gelatin

Sorbitol

7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 17/23

17

3.  Krio dan lioprotektan

Sukrosa

PVP

Metilselulose

Gelatin

4.  Basis salap okulenta

Vaselin

2.9 Karakteristik dasar SVP

1. Sterilitas

2. Bebas pirogen

3. Bebas dari partikel partikulat

4. Stabilitas

Stabilitas fisika dan kimia

5. Isotonisitas

SVP harus isotonis dengan darah, air mata, dan cairan biologi dalam

otot, jaringan, dan cairan spinal, dimana produk disuntikan.

Kemasan berbentuk:

1. Gelas

2. Karet

3.  Plastik  

2.10 Panduan dalam Memformulasi Sediaan Injeksi

Hal berikut perlu diperhatikan dalam mempersiapkan pembuatan

sediaan parentral.

1.  Penggunaa nama generik 

Bila lebih dari satu BA dalam formulasi, komponen ditulis dalam urutan

 bjad. Bila terdapat bermacam BA, seperti formulasi B-kompleks, maka

komponen secara keseluruhan ditulis dibawah kategori generik, misal vitamin

B-komplek. Individual vitamin diurut sesuai dengan nama pertama. Sebagai

contoh, vitamin C ditulis sebagai asam askorbat, vitamin E sebagai alfa

7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 18/23

18

tokoferol, dan vitamin D sebagai retinol. Formulasi Veteriner didentifikasi

dan didaftarkan terpisah dari formulasi untuk manusia. Sebagai contoh:

vitamin B kompleks Veteriner berbeda dengan vitamin B kompleks jika tanpa

indikasi untuk tujuan manusia

2.  Penimbangan material

Penimbangan material berbentuk presentasi tabular, skala, dan kualitas

material yang digunakan. Skala (penimbangan) biasanya dipresentasikan

sebagai kualitas per millimeter (perlu diperhatikan mengenai perbedaan skala:

 produk liofilisasi spesifikasinya dapat per vial dan dalam kasus kemasan

 premik farmasi spesifikasinya per 50 ml, misalnya).

Penimbangan bahan secara multipel sering ditemukan pada produk yang

sama; yang dapat tampil sama atau hanya berbeda dalam kadar saja. Hanya

adakalanya dibutuhkan eksipien atau metode pembuatan yang sama atau

 berbeda sehingga sering ada perbedaan formulasi, tetapi semuanya sangat

 berguna.

3.  Arahan Manufaktur 

Arahan manufactur meliputi metodologi manufakturing produk secara

 bertahap (step by step) pada skala komersial. Untuk menghindari kelebihan

(kesalahan) atau untuk menghemat ruang untuk setiap tipe produk harus ada

instruksi secara rinci mengenai ampul, vial, infus, volume besar, obat tetes

(drops), sedian nasal, atau obat tetes mata,. Ada tahap yang sama dan ada pula

yang berbeda pada masaing-masing bentuk sediaan.

Walaupun pembuatan sediaan berlangsung beberapa tahap, prosedur 

sterilisasi setiap bentuk sediaan, sperti penggunaan filter membran berukuran

0,22 µm, prosedur pemindahan ke dalam tangki antaraa, sterilisasi penyaring,

 pengujian penyaring menurut cara gelembung (bubble), autoklaving, atau

sterilisasi panas adalah sama untuk kebanyakan sediaan. Jika diperlukan

tindakan pengamanan zat beracun, zat yang sangat peka (misalterhadap udara

dan cahaya), atau zat yang memerulkan penanganan khusus, maka pada

7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 19/23

19

 paragraf pertama harus ada peringatan tertulis sebelum melakukan tahap

manufaktur. Manufaktur harus memahami betul ketentuan tentang cGMP.

Menurut ketentuan cGMP, harus ada rekaman rinci dari semua tahapan

 proses ini. Dalam dokumen proses harus ada tanda tangan perihal kesesuaian

semua pengamatan, termasuk nama operator, waktu mulai proses dan waktu

akhir proses, seta pengamatan yang dilakukan. Sebaliknya rekaman ini juga

diparaf oleh supervisior yang bertanggung jawab.

Cara pembuatan obat yang baik adalah melakukan kualifikasi kualitas

air pada tahap awal operasi manufaktur. Contoh kualifikasi proses misalnya

dengan mengukur pH dan konduktifitas bukanlah merupakan indikator 

sterilitas. Dalam beberapa hal, direkomendasikan untuk mengalirkan gas

 Nitrogen dalam waktu cukup lama, dan lamanya tergantung pada kapisitas

tangki preparatif, pada umumnya minimal 20 menit. Disarankan tangki

 berpenutup sehingga tertutup dan dapat mempertahankan kadar Nitrogen

dalam larutan. Perhatikan pula temperatur tangki preparasi. Jika dinyatakan

 pada suhu kamar, maka definisi suhu kamar harus diliihat dan diacu dari

Farmakope.

Dalam kebanyakan hal, medium formulasi adalah air untuk injeksi

(derajat farmakope). Pengalaman menunjukkan bahwa air sering merupakan

sumber kontaminasi logam berat yang berasala dari kikisan pipa (dari baja

tahan karat yang mengandung metal angat reaktif). Perlu diperhatikan bahwa

air destilasi sangat korosif. Walaupun biasanya tidak memacu pertumbuhan

 bakteri, air mampu membawa bakteri. Formulasi dapat secara spesifik 

memerlukan air destilasi yang mendidih segar (freshly boilled distilled water),

atau dengan spesifikasi yang sama bertujuan untuk menjamin bahwa tidak ada

residu atau endotoksin yang terbentuk selama penyimpanan.

Tahap filtrasi merupakan tahap kritis, dan harus berhati-hati sekali,

tidak hanya dalam pemilihan filter yang tepat (berdasarkan sifat dielektrik dari

7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 20/23

20

sediaan), tetapi juga dalam melakukan validasi penggunaan suatu filter,

terutama jika filter tidak diganti pada setiap siklus operasi.

Pengujian gelembung (bubble point) sebelum dan sesudah pengisian

 perlu dilakukan selama penggunaan filter. Daya retentif dan filter juga

merupakan hal yang penting, dan sebagian ditentukan oleh sifat produk 

(seperti viskositas, polaritas, dan sebagainya). Akan tetapi prefiltrasi dengan

filter berukuran 0,45µm sangat direkomendasikan, diikuti penyaringan dengan

filter berukuran 0,22 µm(untuk sterilisasi). Apakah suatu produk akan

disterilisasi secara terminal atau tidak. Sasaran utama selam proses adalah

untuk mengurangi kadar endotoksin dalam produk.

Formulator mempunyai beberapa opsi pilihan dalam menggunakan filter 

untuk produksi sediaan steril. Panduan untuk produk yang diisikan secara

aseptik memerlukan persyaratan validasi filter, dan kebutuhan untuk 

mengembangkan validasi dari sistem tidak boleh diabaikan. Rangkain filter 

disterilkan sebelum digunakan dalam otoklaf, dan tidak boleh terdapat (ada)

 pelanggaran dalam penggunaan rangkain unit filter. Kompatibilitas antara

 produk dan pipa yang digunakan untuk transfer yang sering merupakan hal

yanh penting. Dalam beberapa hal digunakan tabung spesifik seperti “Tygon”.

Pengemas secara keseluruhan, sperti vial, ampul, penutup karet, dan

 penyegel aluminium, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari

 produk. Integrasi kesatuan ini diperlukan untuk menjamin tidak adanya

kontaminasi dari sumber eksternal dan tidak ada pelepasan bahan kimia dari

 bahan pengemas ke dalam produk.

Untuk produk steril, pada pengujian selama proses produk, mendapat

 perlakukan yang sangat berlebihan (keras), dengan alasan pertama tidaklah

mungkin menyelamatkan suatu bets begitu sudah dikemas. Kedua, produk 

mengalami pengujian visual 100% (yang sekarang dilakukan secara

automatik) dan karena itu disyratkan untuk melakukan validasi dari prosedur 

7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 21/23

21

 pengujian, walaupun hal tidak dinyatakan dalam farmakope dan buku teks

lain.

7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 22/23

22

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan isi makalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :

1.  Produk steril adalah sediaan teraseptis dalam bentuk terbagi yang bebas

dari mikroorganisme hidup.

2.  Injeksi atau parenteral (FI) adalah sediaan streil berupa larutan, emulsi

atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan

terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara

merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lender 

injeksi. 

3.  Sediaan parenteral ini diberikan melalui beberapa rute pemberian yaitu

intravena, intraspinal, intramuskuler, subkutis, intraperitonial dan

intradermal. 

4.  Keuntungan sediaan parenteral yaitu :

  Respon fisiologis obat dicapai, jika diperlukan sehingga

merupakan pertimbangan khusus untuk pasien jantung, asma,shcok, pingsan. 

  Terapi parenteral menemukan obat-obatan yang bukan hanya

efektif melalui mulut atau dirusak oleh saluran cerna seperti

insulin, hormon dan antibiotik.

  Obat-obatan yang tidak kooperatif menimbulkan mual, muntah

atau pasien tidak sadar harus diberikan IV

5.  Kerugian sediaan parenteral yaitu :

  Sediaan parenteral mempunyai dosis yang harus ditentukan lebih

teliti waktu dan cara pemberian harus diberikan oleh tenaga yang

sudah terlatih.

7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 23/23

23

  Bila obat diberikan secara parenteral maka sulit dikembalikan efek 

fisiologisnya.

3.2 Saran

Saran kami, sebaiknya pengetahuan tentang sediaan parenteral / injeksi

lebih banyak diberikan kepada para mahasiswa farmasi, agar para mahasiswa

dapat lebih memahami obat – obat yang diberikan melalui injeksi.