sebaran ikan mas

28
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan yang dibudidaya para pembudidaya ikan di Sulawesi Utara. Namun beberapa tahun yng lalu terjadi serangan penyakit KHV yang menyebabkan kematian pada ikan mas sehingga menyebabkan trauma bagi petani ikan mas dan untuk mengembalikan minat masyarakat untuk kembali mau memelihara ikan mas maka pemerintah perlu kiranya untuk bisa memproduksi benih yang sehat, pertumbuhannya cepat, tahan penyakit dan harganya terjangkau oleh para petani ikan. Oleh sebab itu Balai Budi daya Air Tawar Tatelu mempunyai kewajiban untuk menyediakan benih yang diperoleh dari induk-induk yang jelas keturunannya dengan kualitas benih yang dihasilkan dapat memenuhi kriteria sebagai benih sebar yang bermutu sehingga perkembangan budidaya ikan mas dapat ditingkatkan setiap tahunnya. 1.2 Tujuan Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan benih ikan mas (kelas benih sebar) yang bermutu. 1

Upload: 13134t

Post on 26-Jun-2015

784 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sebaran Ikan Mas

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan yang dibudidaya

para pembudidaya ikan di Sulawesi Utara. Namun beberapa tahun yng lalu terjadi serangan

penyakit KHV yang menyebabkan kematian pada ikan mas sehingga menyebabkan trauma

bagi petani ikan mas dan untuk mengembalikan minat masyarakat untuk kembali mau

memelihara ikan mas maka pemerintah perlu kiranya untuk bisa memproduksi benih yang

sehat, pertumbuhannya cepat, tahan penyakit dan harganya terjangkau oleh para petani

ikan. Oleh sebab itu Balai Budi daya Air Tawar Tatelu mempunyai kewajiban untuk

menyediakan benih yang diperoleh dari induk-induk yang jelas keturunannya dengan

kualitas benih yang dihasilkan dapat memenuhi kriteria sebagai benih sebar yang bermutu

sehingga perkembangan budidaya ikan mas dapat ditingkatkan setiap tahunnya.

1.2 Tujuan

Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan benih ikan mas (kelas benih sebar)

yang bermutu.

1.3 Target

Target yang hendak dicapai dalam kegiatan ini adalah untuk mendapatkan benih

ikan mas (kelas benih sebar) berukuran 3-5 cm sebanyak 500.000 ekor.

1

Page 2: Sebaran Ikan Mas

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan Mas (Cyprinus carpio)

2.1.1 Klasifikasi

Menurut Khairuman et al., (2005) klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut :

Phyllum : Chordata

Sub phyllum : Vertebrata

Super class : Pisces

Class : Osteichthyes

Sub class : Actinopterygii

Ordo : Cypriniformes

Sub ordo : Cyprinoidea

Family : Cyprinidea

Sub family : Cyprininea

Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus carpio, L.

2.1.2 Morfologi

Secara morfologi bentuk tubuh ikan mas agak memanjang dan memipih tegak

(compressed). Mulutnya teletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktif).

Bagian ujung mulut memiliki dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat gigi

kerongkongan (pharyngeal teeth) yang tersusun dari tiga baris gigi geraham. Secara umum,

hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik, kecuali beberapa varietas yang memiliki

2

Page 3: Sebaran Ikan Mas

sedikit sisik. Sisik ikan mas yang berukuran relatif besar digolongkan ke dalam sisik tipe

lingkaran (sikloid) dan terletak beraturan (Rochdianto, 2005).

Selain itu, tubuh ikan mas dilengkapi juga dengan sirip. Sirip punggung (dorsal)

memanjang dan bagian belakangnya berjari keras. Sementara itu, ketiga dan keempatnya

bergerigi. Letak sirip punggung berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip

dubur (anal) mempunyai ciri seperti sirip punggung, yakni berjari keras dan bergerigi. Garis

rusuk atau gurat sisi (linea literalis) pada ikan mas berada di pertengahan tubuh dengan

posisi melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Khairuman et al.,

2005). Induk ikan mas dapat dilihat pada gambar 1. berikut ini.

Gambar 1. Induk ikan mas strain Majalaya (Sucipto,2005).

2.1.3 Habitat dan Penyebarannya

Menurut Susanto dan Rochdianto (1999) di alam aslinya, ikan mas sering ditemui di

pinggiran sungai, danau atau perairan tawar lainnya yang airnya tidak terlalu dalam dan

alirannya tidak terlalu deras.

Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk

memudahkan pengairan kolam secara gravitasi. Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi

pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-1000 m diatas permukaan laut (dpl).

Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mas harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar

3

Page 4: Sebaran Ikan Mas

bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Ikan mas dapat berkembang pesat

di kolam, sawah dan sungai air deras. Kolam dengan sistem pengairannya yang mengalir

sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan mas. Debit air untuk kolam air

tenang 8-15 liter/detik, sedangkan untuk pembesaran di kolam air deras debitnya 100

liter/menit. Keasaman air (pH) yang baik untuk pemeliharaan adalah antara 7 - 8. Suhu air

yang baik berkisar antara 20 oC sampai 25 oC (Menegristek, 2003).

Arsyad (1989) menyatakan di dalam sungai, danau dan rawa-rawa, ikan mas berpijah

sepanjang tahun tanpa mengenal musim, namun demikian pemijahan ini biasa terjadi pada

awal musim penghujan. Perairan yang ditumbuhi tanaman air atau rumput merupakan

habitat yang disukai oleh ikan mas untuk berpijah, karena tanaman air merupakan tempat

untuk penempelan telur.

Djarijah (2005) menyatakan di daerah subtropis, ikan mas mencapai tingkat

kedewasaan pada umur 2 - 5 tahun dan panjang tubuhnya berkisar antara 25 – 40 cm. Ikan

mas jantan mencapai dewasa kelamin pada umur 2 - 3 tahun atau panjang tubuhnya

berkisar antara 25 - 30 cm. Sedangkan ikan mas betina mencapai matang kelamin pada

umur 4 – 5 tahun atau panjang tubuhnya mencapai 30 – 40 cm. Di wilayah beriklim tropis,

ikan mas mencapai tingkat kedewasaan pada usia muda, yaitu sekitar umur 1 – 2 tahun.

Proses matang kelamin ikan mas berlangsung relatif lamadan pelan-pelan. Perkembangan

gametnya sangat dipengaruhi oleh temperatur lingkungan. Tetapi, perkembangan telur dan

sperma induk ikan masyang hidup di daerah tropis relatif lebih cepat dibandingkan dengan

kawasan subtopis.

2.1.4 Pakan dan Kebiasaan Makan

4

Page 5: Sebaran Ikan Mas

Djarijah (2005) berpendapat bahwa di perairan alami, ikan mas memakan aneka

makanan alami berupa organisme hewani maupun nabati, misalnya invertebrata air, udang-

udangan renik, larva dan serangga air, kerang-kerangan dan macam-macam tanaman air.

Ikan ini juga lahap makan berbagai jenis biji-bijian, misalnya padi, jagung jawawut (jelai),

jagung dan gandum yang dicampurkan sebagai suplemen makanan buatan (artificial food).

Bahkan, ikan mas seringkali memakan bahan-bahan organik berupa detritus dan pucuk

tanaman keras yang tumbuh atau tertimbun di dasar perairan. Sumber protein, vitamin,

lemak dan mineral sebagai sumber energi metabolisme tubuh dan pertumbuhan diperoleh

dari makanan renik berupa plankton (phytoplankton dan zooplankton).

Larva ikan mas dibekali makanan cadangan berupa kuning telur (yolk) yang

menggantung di bawah permukaan perut. Makanan ini merupakan sumber energi sebelum

organ pencernaan larva berkembang dan mapu menelan makanan yang diperoleh dari

media atau habitat disekitarnya. Makanan cadangan ini cukup untuk mensuplai kebutuhan

energi dalam mempertahankan kelangsungan hidup larva selama 3–4 hari. Macam makanan

yang dapat ditelan larva muda berumur sekitar 5 hari adalah organisme renik berupa

plankton. Larva ikan mas memakan plankton nabati (phytoplankton) yang berukuran 100–

300 mikron. Meskipun larva ikan mas menyukai pakan alamai berupa plankton, namun

kebiasaan ini bisa berubah seirama dengan pertumbuhan dan perkembangannya (Djarijah,

2005). Ikan mas dewasa dikenal hewan air pemakan segala.

2.2 Produksi Benih

2.2.1 Persiapan Bak Pemijahan

Tujuan persiapan bak pemijahan adalah menciptakan (membuat) lingkungan bak

pemijahan sesuai dengan persyaratan hidup ikan. Menurut Khairuman et al., (2005) kolam

5

Page 6: Sebaran Ikan Mas

pemijahan sebaiknya berupa kolam yang dasarnya terbuat dari tembok, sehingga mudah

dalam pengeringan dan pengisian air. Luas kolam pemijahan 20–50 m2 dan ketinggian air

rata-rata 75 cm. Kolam dikeringkan selama 2-3 hari untuk merangsang atau mempercepat

proses pemijahan. Setelah pemasangan kakaban, selanjutnya kolam diisi air yang bersih

dan jernih sampai setinggi 75 cm. Air kolam pemijahan harus benar-benar bersih dan jernih,

supaya kotoran tidak menempel pada telur-telur ikan mas yang ada di kakaban dan substrat

penempel telur lainnya.

2.2.2 Persiapan Kolam Pemeliharaan Larva

Menurut (Djarijah, 2005) kegiatan persiapan kolam pemeliharaan larva meliputi

pengeringan, rehabilitasi kolam, pemupukan, pengapuran, dan pengairan. Pengeringan pada

musim kemarau relatif singkat antara 2-4 hari. Bersamaan dengan pengeringan kolam dapat

dilakukan rehabilitasi pematang, saluran air, pintu air dan pengolahan tanah dasar kolam.

Pematang dan saluran air yang bocor atau rusak ditambal dan diperbaiki. Saringan air

dicopot, dibersihkan dan diperbaiki kemudian dipasang kembali.

Setelah kering, kolam dipupuk untuk menumbuhkan pakan alami yang sangat

dibutuhkan ole benih ikan mas. Pakan alami yang sangat disukai benih ikan mas adalah

plankton, misalnya daphnia, rotifera dan moina. Pemupukan dapat menggunakan pupuk

kandang dari kotoran ayam dan bisa juga ditambahkan dengan pupuk buatan berupa urea

dan TSP. Jumlah dan dosis disesuaikan dengan tingkat kesuburan perairan. Sebagai

patokan, umumnya petani menggunakan pupuk kotoran ayam dengan takaran 250-500

gram/m2, TSP dan urea masing-masing 8-10 gram/ m2 dan kapur sebanyak 15-25 gram/m2.

Kapur tersebut berfungsi untuk menaikkan derajat keasaman tanah dan membunuh bibit

penyakit (Khairuman et al., 2005).

6

Page 7: Sebaran Ikan Mas

2.2.3 Seleksi Induk

Untuk memastikan apakah seekor induk ikan mas telah mencapai kematangan gonad

(adanya sperma atau telur dormant) dan memilihnya untuk dikembangkan secara artifisial,

perut dan genital papilla harus diteliti dengan cermat. Seekor betina yang matang gonad

perutnya membulat dan sedikit lunak bahkan lunak sekali, genital papilla mengembang dan

berwarna kemerahan, lubang anusnya melebar dan menonjol. Seekor jantan yang matang

gonad, bila perutnya ditekan sedikit akan mengeluarkan sperma, perutnya tidak gemuk

melainkan ramping, pada kepalanya ada penebalan kulit (Horvarth et.,al 1985).

Menurut Lingga (2004) seleksi induk dapat dilakukan secara individu atau dalam

kelompok (massa). Seleksi individu ialah memilih calon induk yang baik dari hasil

perkawinan masing-masing induk yang dipijahkan. Seleksi massa yaitu memilih beberapa

induk yang memenuhi syarat sebagai induk. Seleksi massa sangat penting dilakukan karena

dengan seleksi ini dapat dipilih sifat-sifat yang dikehendaki langsung dari banyak individu

ikan.

Beberapa hal yang digunakan sebagai pertimbangan untuk melakukan seleksi induk

adalah ukuran berat ikan, umur ikan dan tingkat kematangan kelaminnya (gonada).

Sekalipun ikan mas di daerah tropis cenderung cepat matang gonad, tetapi umur ideal yang

layak dan produktif untuk dipijahkan adalah berkisar 2–4 tahun. Pada musim hujan, induk

ikan mas yang umurnya kurang dari satu tahun sudah dapat dipijahkan, tetapi pada musim

kemarau, induk-induk sebaiknya dirawat seara intensif dalam kolam perawatan induk

(Djarijah, 2005).

Suseno (2003) menyatakan untuk mengetahui daya menurunnya sifat induk

(heretabilitas) dapat dilihat dari keturunannya. Apabila heretabilitas ikan rendah maka seleksi

7

Page 8: Sebaran Ikan Mas

ikan tersebut tidak ada manfaatnya. Seleksi induk merupakan salah satu cara yang efektif

untuk memperoleh heretabilitas tinggi.

2.2.4 Pemeliharaan dan Pematangan Gonad

Menurut Djarijah (2005) kegiatan pemeliharaan induk merupakan kegiatan awal

dalam mata rantai proses pembenihan. Tujuan dalam pemeliharaan induk adalah untuk

mendapatkan induk matang gonad atau induk yang siap dipijahkan untuk menghasilkan

telur. Proses penyediaan telur untuk menjamin kontinyuitas pembenihan tergantung dari

tersedianya calon induk yang cukup, baik jumlah maupun kualitas dan keseragamannya.

Secara genetik kualifikasi benih ikan mas sangat ditentukan oleh kualitas induknya. Induk

yang baik akan menghasilkan keturunan yang sebagian besar sama atau identik dengan

induknya. Untuk pemilihan calon induk dilakukan pada saat ikan masih burayak atau

seukuran jari. Calon induk yang telah terpilih biasanya diberi tanda berupa pemotongan sirip

atau pemasangan anting.

Keberhasilan pemijahan ikan sangat ditentukan oleh tingkat kematangan gonad atau

telur induk. Induk yang dipelihara di dalam kolam pematangan induk selama 1,5 bulan

biasanya sudah mengalami matang gonad dan telur. Bobot induk jantan 0,5–2 kg/ekor dan

bobot induk betina antara 1,5–4 kg/ekor. Ciri induk betina yang sudah matang telur antara

lain bagian perutnya tampak gemuk dan tampak menggelambir jika dilihat dari atas. Apabila

diraba, perutnya terasa lembek dan di sekitar lubang urogenitalnya tampak memerah dan

akan keluar telurnya jika dipijit. Induk jantan yang sudah matang kelamin biasanya ditandai

dengan keluarnya sperma yang berwarna putih jika daerah urogenitalnya diurut atau dipijit.

Selama pemeliharaan, induk diberi pakan dengan kandungan protein 30 - 35 %, lemak 6 - 7

% dan energi 5.560 kkal per kg pakan. Selain itu, diperlukan juga vitamin E sebanyak 10 g

8

Page 9: Sebaran Ikan Mas

per 100 kg pakan yang diberikan sebanyak 3 % dari berat total ikan setiap hari. Kadar

oksigen air di dalam kolam pemeliharaan induk cenderung berpengaruh pada jumlah telur

dan frekuensi pemijahan. Apabila pemeliharaan induk dilakukan dengan sistem resirkulasi

berkadar oksigen air sekitar 7 ppm, induk ikan mas yang dipelihara dapat dipijahkan setiap

bulan selama enam bulan berturut-turut (Khairuman et al., 2005).

2.2.5 Pemijahan

Pemijahan adalah upaya mengawinkan induk jantan dan betina didalam kolam yang

telah disediakan. Setiap induk akan melakukan pemijahan setelah mencapai puncak

kematangan kelamin dan menemukan pasangan (opposite sex) serta tempat pemijahan

(spawning ground) yang cocok. Pemijahan ikan mas secara intensif dapat dilakukan melalui

dua cara, yakni secara alami dan secara buatan dengan teknik hipofisasi (Djarijah, 2005).

Pemijahan secara alami biasanya dilakukan di dalam kolam pemijahan, baik

menggunakan hapa maupun tidak menggunakan hapa yang sebelumnya dikeringkan dahulu

selama tiga hari. Tipe kolam pemijahan disesuaikan dengan sistem pemijahannya. Hal

terpenting adalah dasar kolam tidak boleh berlumpur atau berbatu. Air kolam jernih atau

sedikit keruh dan mengandung cukup oksigen. Perlengkapan utama yang diperlukan dalam

pemijahan ikan mas adalah kakaban, yakni tempat untuk menempelkan telur. Kakaban

dipasang di kolam pemijahan setelah induk jantan dan induk betina dimasukkan ke dalam

kolam tersebut. Jumlah kakaban yang dipasang untuk setiap kilogram induk adalah 5–7

buah (Djarijah, 2005).

Ukuran kolam pemijahan yang digunakan untuk pemijahan secara alami dengan

menggunakan hapa adalah 3 x 5 x 1 m. Kolam tersebut dapat diisi hapa sebanyak tiga buah

dengan ukuran 1 x 1 x 1 m atau 1 x 2 x 1 m. Induk jantan dan induk betina terpilih yang telah

9

Page 10: Sebaran Ikan Mas

matang gonad dimasukkan ke dalam hapa pada sore hari. Perbandingan bobot induk jantan

dan betina adalah 1 : 1. Jika hapa berukuran 1 x 2 x 1, jumlah kakabannya sebanyak 6–8

buah. Biasanya, ikan mas berpijah pada malam hari. Faktor lingkungan yang mempengaruhi

proses pemijahan adalah suhu air, pH, aliran air, kecerahan dan kandungan oksigen. Pagi

harinya induk yang telah memijah diangkat dari hapa dan dikembalikan lagi ke dalam kolam

induk. Induk yang belum memijah ditunggu satu malam lagi. Namun, jika sudah dua hari

tidak memijah, induk tersebut memang tidak mau memijah dan harus dipindahkan ke dalam

kolam induk (Lingga, 2004).

2.2.6 Penetasan Telur

Khairuman et al., (2005) menyatakan di kolam pemijahan, kakaban yang sudah

dipenuhi telur dibiarkan selama 2–3 hari. Hal ini biasanya terjadi pada pemijahan alami

dengan menggunakan hapa. Selama selang waktu itu, biasanya telur-telur akan menetas.

Setelah telur menetas, kakaban diangkat dan larvanya dibiarkan dalam hapa sampai kuning

telur hilang. Setelah lima hari larva siap ditebar dalam kolam. Telur ikan mas juga dapat

ditetaskan dengan menggunakan hapa di kolam penetasan. Luas minimum kolam yang

digunakan 500 m2. Kolam tersebut dikeringkan selama 3–4 hari hingga dasarnya retak. Jika

terjadi kebocoran, pematang harus diperbaiki. Perlu juga dipastikan bahwa saluran tengah

atau kamalir dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Menurut pengalaman beberapa petani, setiap 1 kg induk betina yang dipijahkan

diperoleh hasil sebanyak 35.000 – 40.000 butir telur dengan syarat induk yang dipijahkan

berkualitas unggul (Khairuman et al., 2005).

10

Page 11: Sebaran Ikan Mas

2.2.7 Pemeliharaan Larva

Untuk menumbuhkan pakan alami yang dibutuhkan larva, kolam harus dipupuk

menggunakan pupuk organik dan pupuk anorganik. Jumlah pupuk yang digunakan

disesuaikan dengan tingkat kesuburan perairan. Pupuk organik berupa kotoran ayam yang

digunakan sebanyak 500 gram/m2. Sementara itu, pupuk anorganik berupa TSP dan urea

yang digunakan masing-masing sebanyak 10 gram/m2. Kedua pupuk anorganik tersebut

dicampur dengan kapur sebanyak 15 gram/m2. Selanjutnya campuran pupuk dan kapur

tersebut diaduk merata dan ditebarkan keseluruh permukaan tanah dasar kolam.

Pemupukan dilakukan bersamaan dengan saat pemijahan induk agar pada saat telur

menetas, makanan alami yang diperlukan larva sudah tersedia di dalam kolam. Kemudian

kolam diisi air secara bertahap hingga ketinggian mencapai 75 cm dari dasar kolam. Selama

pemeliharaan, benih diberi pakan tambahan berupa tepung pelet sebanyak 2-3 kali per hari

pada pagi dan sore hari dengan cara menyebarkan merata keseluruh kolam (Khairuman et

al., 2005).

Untuk memperoleh pakan alami yang tidak tercampur oleh jenis plankton dan

tanaman air lainnya, dapat dilakukan dengan cara kultur muni. Bahkan cara ini biasa

dilakukan untuk produksi satu jenis plankton atau tumbuhan air saja. Pelaksanaan isolasi

plankton dalam kultur ini hanya dapat dilakukan didalam laboratorium atau tempat khusus,

tetapi untuk pelaksanaan produksi massal dapat dilakukan di kolam atau perairan lain

(Djarijah, 2003).

2.2.8 Pemberian Pakan

Jangkaru (2004) menyatakan pemberian pakan yang dilakukan setiap hari harus

sesuai dengan persentase dari bobot tubuh ikan. Oleh karena itu bobot tubuh ikan

11

Page 12: Sebaran Ikan Mas

mengalami pertambahan setiap hari maka jumlah pakan yang diberikan tentu bertambah

walaupun besaran ransumnya tetap. Perkiraan berat total populasi ikan dalam sebuah kolam

dilakukan dengan cara menimbang beberapa ikan sebagai sampel untuk memperoleh bobot

individu rata-rata kemudian dikalikan dengan jumlah ikan dalam kolam setelah dikurangi

dengan ikan yang mati selama selang waktu pemeliharaan.

Lebih lanjut Djarijah (2005) berpendapat bahwa waktu pemberian pakan berkaitan

erat dengan suhu air, jumlah pakan dan frekuensi pemberian pakan. Suhu air optimal yang

merupakan puncak selera makan bagi ikan yaitu sekitar 27-28 0C.

2.3 Kualitas Air

Sumberdaya air yang memenuhi persyaratan serta ketersediaan air secara kuantitatif

maupun kualitatif merupakan persyaratan untuk bisa melakukan kegiatan budidaya (Effendi,

2004).

Menurut Horvarth et.,al (1985) suplai air untuk benih ikan mas dapat diperoleh dari

sumur atau dari periran alami yang bebas pencemaran. Air yang diperoleh dari perairan

umum harus diendapkan lebih dahulu dalam bak pengendapan. Dari bak air itu dapat

dipompa melalui saringan pasir kedalam bak reservoir (tandon). Bila air diperoleh dari sumur

dapat dipompa langsung ke dalam tandon.

Djarijah, (2005) menyatakan air untuk penetasan telur sebaiknya dialirkan melalui bak

pengendapan (filter) dan dialirkan secara kontinu melalui pintu air yang kapasitas dan

debitnya dapat diatur. Suhu air selama penetasan telur dipertahankan pada kisaran 22 oC

sampai 24 oC. Kecepatan aliran air akan menentukan konsentrasi oksigen terlarut yang

dibutuhkan sebagai sumber energi dalam perkembangan embrio. Semakin cepat aliran air

12

Page 13: Sebaran Ikan Mas

berarti konsentrasi oksigen terlarut semakin tinggi. Tetapi, aliran air yang terlalu cepat akan

menghanyutkan larva yang masih lemah sehingga mudah stres dan mati.

Menurut Khairuman et al., (2005) kandungan oksigen terlarut untuk kegiatan

pembenihan ikan mas adalah lebih besar dari 2 mg/l, derajat keasaman (pH) berkisar antara

6,5 - 8,5 dan suhu air berkisar antara 26 0C – 28 0C.

Usaha pembenihan dan pendederan ikan mas dapat menggunakan air hujan, air

waduk, air sungai, mata air, air saluran irigasi, air permukaan, air sumur terbuka dan sumur

artesis. Dari berbagai sumber air tersebut, air waduk dianggap yang terbaik karena

endapannya cukup sedikit dan kandungan oksigen serta unsur hara yang diperlukan untuk

pertumbuhan pakan alami cukup tinggi.

2.4 Hama dan Penyakit

Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu penyebab gagalnya usaha

budidaya ikan mas. Hama juga merupakan sumber penyakit karena membawa jasad

patogen. Populasi hama yang banyak dalam kolam akan membuat kualitas air menurun.

Tidak jarang, ikan mas yang akan dipanen mengalami kematian akibat serangan penyakit.

Pada dasarnya penyakit pada ikan dapat digolongkan menjadi penyakit bakteri dan penyakit

parasiter (Suseno, 2003).

Hama adalah organisme yang mampu menimbulkan gangguan terhadap ikan yang

dipelihara. Hama dapat menyebabkan terjadinya serangan penyakit, baik langsung maupun

tidak langsung. Hama dapat berupa pemangsa (predator), penyaing (kompetitor), perusak

sarana budidaya dan pencuri. (Kordi, 2004)

Menurut Khairuman et al., (2005) jenis hama yang umum menyerang ikan mas adalah

biawak, ular, linsang, kodok, dan beberapa jenis burung. Pengendalian hama dapat

13

Page 14: Sebaran Ikan Mas

dilakukan secara mekanis, yakni membunuh langsung hama yang ditemukan di tempat

pemeliharaan ikan. Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan adalah memasang perangkap

dan melokalisir seluruh areal kolam dengan pagar tembok sehingga hama tidak dapat

masuk.

Penyebab penyakit pada ikan ada dua, yakni jasad hidup dan bukan jasad hidup.

Jasad hidup yang menyebabkan penyakit pada ikan adalah parasit, seperti virus, jamur,

bakteri, protozoa, cacing dan udang renik. Sementara itu, penyebab penyakit yang bukan

termasuk jasad hidup adalah sifat fisika air, sifat kimia air dan pakan yang kurang cocok

untuk kehidupan ikan mas. Sifat fisika air yang menyebabkan sakit pada ikan adalah suhu

(Khairuman et al., 2005).

Kenaikan atau penurunan suhu secara mendadak dapat menyebabkan stres pada

ikan mas. Selain suhu, kandungan oksigen yang terlarut juga berpengaruh terhadap

kehidupan ikan mas. Jika kandungan oksigen yang terlarut sangat rendah, akan berakibat

menurunnya nafsu makan ikan. Adanya kandungan zat - zat beracun, seperti amonia, asam

belerang dan pestisida yang terlalu tinggi juga bisa menyebabkan penyakit pada ikan. Faktor

lain yang dapat menyebabkan ikan sakit adalah kualitas pakan yang rendah. Kualitas pakan

yang kurang baik bisa menyebabkan radang pada usus saluran makanan (Khairuman et al.,

2005).

2.5 Panen

Khairuman et al., (2005) menyatakan pemanenan dilakukan setelah benih mencapai

ukuran yang siap untuk didederkan di tempat lain, biasanya setelah benih berumur 2–3

minggu dari saat penebaran. Pemilihan waktu panen harus tepat, karena bisa menyebabkan

ikan stres, terutama akibat sengatan panas matahari. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada

14

Page 15: Sebaran Ikan Mas

suhu masih rendah, yaitu pada pagi dan sore hari. Jika panen belum selesai tetapi suhu

udara sudah terlanjur panas, sebaiknya kegiatan panen dihentikan dan dilanjutkan keesokan

harinya, tetapi kolam harus dialiri kembali hingga penuh. Jumlah benih yang dihasilkan

sangat tergantung dari beberapa faktor, antara lain kualitas benih, teknik pemeliharaan,

kuantitas dan kualitas pakan yang diberikan dan serangan hama dan penyakit

Menurut Djarijah (2005) panen benih ikan dilakukan secara manual. Pemanenan

dilakukan dengan cara mengurangi volume air kolam pelan-pelan. Debit air pada pintu

pengeluaran ditambah, sementara pada pintu pemasukan dikurangi. Panen benih dalam

pemijahan secara konvensional tidak dapat dilakukan setiap saat. Waktu pemijahan induk

yang tidak serempak sangat menyulitkan pelaksanaan panen benih. Pada pembenihan ikan

secara konvensional di dalam kolam yang luas, panen dilakukan setelah benih mampu

berenang dan menyelamatkan diri. Pelaksanaan panen benih pada pembenihan secara

konvensional selalu dibarengi dengan penangkapan induk. Induk yang tertangkap segera

dipindahkan ke kolam perawatan atau penampungan induk. Panen benih ikan yang

dipijahkan secara konvensional sebaiknya dilakukan pada umur 2 bulan atau lebih.

Penentuan waktu panen harus memperhatikan umur ikan, bobot per individu ikan, dan

waktu panen. Penentuan panen yang tepat sangat penting karena petani harus dapat

menyesuaikan dengan pasar (Cahyono, 2001).

15

Page 16: Sebaran Ikan Mas

III. BAHAN, ALAT DAN METODE

3.1 Bahan dan Alat

3.1.1. Wadah percobaan

Wadah yang digunakan berupa kolam permanen dinding beton.Kolam berukuran ± 300-

1000 m² untuk pendederan sebanyak 7 kolam.

3.1.2. Ikan

Ikan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah induk Ikan Mas yang terdapat di Balai

BAT Tatelu sebanyak 15 ekor induk betina dengan berat rata-rata 2,5 Kg dan 30 ekor induk

jantan dengan berat rata-rata 2 Kg.

3.1.3. Pakan

Pakan yang digunakan adalah pakan komersil dengan kadar protein 30%.

3.1.4. Pupuk dan Kapur

Pupuk yang dipakai adalah pupuk organik dan pupuk anorganik.Pupuk organik yang

digunakan berupa kotoran ayam, sedangkan untuk pupuk anorganik menggunakan pupuk

NPK dan Kapur yang digunakan adalah kapur pertanian.

3.1.5. Alat

Alat yang digunakan selama pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut :

- scop-net - Hapa - Arco dan lain-lain

- waring - Kakaban

16

Page 17: Sebaran Ikan Mas

- ember - Tagaho

- Alat ukur kualitas air - Skop

3.2. Metode

3.2.1. Persiapan kolam

- Kolam dikeringkan dan dijemur selama 5-7 hari

- Kolam dibersihkan kemudian tanah dasar kolam diolah dengan cara dicangkul atau

dibajak kemudian diratakan.

- Dasar kolam dikapur dengan dosis 25 gram/ m2

- Dilakukan pemupukan dengan pupuk organik dengan dosis 500-1000 gram/ m2 dan

disebar secara merata dipermukaan dasar kolam.

- Jika perlu ditambahkan pupuk anorganik berupa urea dengan dosis 10 gram/ m2.

- Air dimasukkan sedikit saja,cukup menutupi dasar kolam dengan kedalaman

kurang lebih 30 cm,kemudian dibiarkan selama 3 hari sampai pakan alami tumbuh

dengan baik,kemudian ketinggian air ditambah perlahan –lahan hingga pada hari

kelima mencapai kurang lebih 60 cm.

3.2.2. Pemeliharaan

- Larva yang telah siap ditebar ,dipindahkan kekolam pendederan pertama yang

telah diolah,dengan tingkat kepadatan 80 ekor/m2.Lama pemeliharaan di

pendederan I adalah 16-21 hari,larva diberi pelet halus dengan dosis 1 kg/100.000

larva.frekuensi pemberian pakan sebanayak 3 kali sehari.

- Pada tahap pendederan II proses pengelolaan kolam sama seperti pada

pendederan I.

17

Page 18: Sebaran Ikan Mas

- Tingkat kepadatan 50 ekor/ m2,frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari sebesar

20% Biomas dan Lama pemeliharaan selama 30 hari.

- Pada kolam pendederan ketiga ditebar dengan kepadatan 25 ekor/m2,dipelihara

selama 30 hari.

- Kualitas air harus selalu dikontrol mulai pada tahap pemijahan sampai pada tahap

pendederan I-III.

3.3. Waktu dan Tempat

Kegiatan ini dilaksanakan di Balai Budidaya Air Tawar Tatelu,dimulai dari bulan

Februari sampai dengan bulan Desember.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada pelaksanaan produksi benih sebar ikan mas yang bermutu yang dilakukan

tahun 2009 telah hasilkan larva sebanyak 6.000.000 ekor dengan jumlah pemijahan

sebanyak 20 kali.

Pada pendederan pertama dihasilkan secara keseluruhan ukuran 2-3 cm sebanyak

600.000 ekor dan pada pendederan kedua dihasilkan jumlah benih dengan ukuran 3-5

cm sebanyak 150.000 ekor.

Rendahnya persentase survival rate yang dihasilkan disebabkan oleh beberapa faktor

yang pertama adalah tingkat kesuburan kolam yang rendah sehingga kelimpahan

plankton tidak bertahan lama namu, yang kedua yaitu adanya hama seperti larva capung

dan burung.

18

Page 19: Sebaran Ikan Mas

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, H., (1999). Penuntun Praktis Budidaya Perikanan (Suatu Rangkuman). PD. Mahkota. Jakarta.

Cahyono, B. (2001). Budidaya Ikan di Perairan Umum. Kanisius. Yogjakarta.

Djarijah, A. S., (2003). Pakan Ikan Alami. Kanisius. Yogjakarta.

(2005). Pembenihan Ikan Mas. Kanisius. Yogjakarta.

Effendie, M.I. (1979). Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Effendi, I., (2004). Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Horvarth, L., G. Tamas and A. G. Choce (1985). Mass Production of Advance Fry and Fingerlings. Diterjemahkan oleh Rachmatun, S.R., (1987) Ikan Mas (Common carp) Produksi Telur dan Burayak Secara Massal dalam INFIS Manual Seri No. 40, 1987. Direktorat Jenderal Perikanan. Jakarta.

Jangkaru, Z., (2004) Memelihara Ikan di Kolam Tadah Hujan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kordi K., M.G.H., (2004). Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Bina Adiaksara. Jakarta.

Khairuman, Sudenda D., dan Gunadi B., (2005) Budidaya Ikan Mas Secara Intensif. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Lingga, P., (2004) Ikan Mas Kolam Air Deras. Penebar Swadaya. Jakarta.

Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (2003). Mas (Cyprinus carpio L.). http://warintek.progresio.or.id

Mulyanto, (1999). Transportasi Ikan Hidup dan Pengamatan Transportasi Benih Nila Gift Dari Waduk Cirata ke Lab. Basah STP. Jurnal STP vol. 2 no. 1 tahun 1999. Jakarta.

Rahardi F., R. Kristiawanti, Nasaruddin. 2001. Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta.

1.1. Rochdianto, A (2005). Ikan Karper (Cyprinus carpio) Sistematika dan

Morfologi. http://id.wikipedia.org.

19

Page 20: Sebaran Ikan Mas

Soeharto I. (1997). Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional. Erlangga. Jakarta.

Sucipto A. (2005). Pembenihan Ikan Mas di BBAT Sukabumi. Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Sukabumi.

Sudarto (2000). Plasma Nutfah Ikan Mas (Cyprinus Carpio). Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar (BRPBAT). Bogor.

Susanto, H., dan Rochdianto A. (1999). Kiat Budidaya Ikan Mas di Lahan Kritis. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suseno, D., (2003) Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas. Penebar Swadaya. Jakarta.

20