ikan mas fix

59
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Analisis Enzim Pencernaan pada Usus Ikan Mas (Cyprinus carpio) Nama Kelompok : 1. Prima Lindi Taufiqoh 083204002 2. Eka Faizatin Nuricha 083204003 3. Ica Nur Indasari 083204014 4. Norma Indah Lis H. 063204028 1

Upload: etha-comical

Post on 31-Dec-2014

381 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ikan Mas Fix

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN

Analisis Enzim Pencernaan pada Usus Ikan

Mas

(Cyprinus carpio)

Nama Kelompok :

1. Prima Lindi Taufiqoh 083204002

2. Eka Faizatin Nuricha 083204003

3. Ica Nur Indasari 083204014

4. Norma Indah Lis H. 063204028

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

1

Page 2: Ikan Mas Fix

2011

2

Page 3: Ikan Mas Fix

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zat-zat makanan ialah zat yang berfungsi sebagai sumber energi metabolik yang

berfungsi untuk memperbaiki jaringan dan memelihara fungsi-fungsi tubuh. Zat-zat

makanan tersebut antara lain meliputi protein, lemak dan polisakarida. Protein digunakan

sebagai komponen struktural dari jaringan lemak dan sebagai enzim, lipid digunakan

sebagai cadangan energi. Lipid dapat menyediakan energi dua kali lipat dibanding

dengan karbohidrat dan protein, sedangkan karbohidrat sendiri dipergunakan sebagai

sumber energi utama.

Makanan akan mengalami proses pencernaan baik secara mekanik maupun

kimiawi di dalam tubuh yang dilakukan oleh sistem pencernaan. Pencernaan merupakan

proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih kecil. Proses

pemecahan senyawa tersebut menghasilkan energi yang penting bagi kebutuhan sel,

jaringan, organ dan makhluk hidup. Selama proses pencernaan zat-zat makanan yang

diperlukan oleh tubuh akan diserap oleh tubuh. Sebelum mengalami proses penyerapan

oleh tubuh, makanan akan mengalami berbagai macam proses yang melalui saluran dan

kelenjar pencernaan. Secara umum saluran pencernaan mempunyai 4 bagian utama yang

masing-masing memiliki fungsi, yaitu menerima, menyalurkan dan menyimpan,

mencerna dan mengabsorbsi, menyerap air dan defektan (Soewolo, 2000).

Pencernaan merupakan proses kimia. Proses kimia membutuhkan adanya enzim

untuk perubahan kimia bahan dasarnya. Enzim berperan dalam meningkatkan kecepatan

reaksi tanpa mempengaruhi hasil reaksi dan tidak ikut bereaksi. Dalam proses

pencernaan, enzim dihasilkan oleh berbagai organ, seperti usus halus, kelenjar ludah dan

lambung. Enzim bersifat spesifik dalam proses pemecahan bahan kompleks (karbohidrat,

protein, vitamin dan mineral) (Guyton,1992).

Proses pencernaan makanan, secara utama terjadi di dalam usus. Dimana

sebagian besar makanan diserap di usus halus (intestinum) kemudian sisanya masuk ke

dalam usus besar. Di sini terjadi penyerapan air dalam jumlah besar dan isi usus yang

setengah cair perlahan-lahan menjadi padat. Selama jangka waktu ini, banyak terjadi

aktivitas bakteri. Dengan fermentasi dan pembusukan, bakteri memproduksi berbagai

3

Page 4: Ikan Mas Fix

gas, seperti karbondioksida, metana, hidrogen, nitrogen, dan hidrogen sulfida, sebagian

asam asetat, laktat, dan butirat.

Cairan usus dihasilkan oleh kelenjar Brunner dan Lieberkhun dengan pengaruh

dari enterokinin. Cairan usus mengandung enzim-enzim yang penting dalam proses

pemecahan bahan makanan, misalnya enzim karbohidrase, amilase, dan peptidase.

Adapun enzim yang mampu memecah maltosa menjadi glukosa disebut enzim maltase.

Enzim sukrose mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa, dan enzim laktase

memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.

Glukosa hasil pencernaan kemudian diserap oleh usus halus yang kemudian

diedarkan ke seluruh tubuh peredaran darah. Protein akan diubah oleh pepsin di lambung

menjadi polipeptida yaitu proteosa dan pepton. Setelah diuraikan menjadi pepton maka

akan diubah lagi menjadi tripsin, kimotripsin dan erepsin menjadi asam amino. Asam

amino akan diserap oleh usus dan diedarkan ke seluruh tubuh. Sedangkan makanan yang

mengandung lemak terlebih dahulu akan dilarutkan (diemulsikan) oleh cairan empedu

menjadi butir-butir lemak (droplet lemak). Droplet lemak kemudian akan diuraikan oleh

enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak dan gliserol kemudian

diserap usus dan diedarkan melalui limfe menuju jantung.

Selain enzim-enzim yang disekresikan oleh dinding-dinding usus, terdapat organ

lain yang berperan dalam pencernaan yaitu kantong empedu. Kantong empedu

merupakan suatu kantong kecil berbentuk seperti buah pir. Di dalam kantung empedu

terdapat suatu cairan yang berwarna kuning kehijauan. Cairan ini berasal dari

hemoglobin yang merupakan penghancuran sel darah merah yang telah rusak yang

kemudian diubah menjadi bilirubin (pigmen empedu). Di dalam empedu terdapat garam

empedu yang berfungsi untuk meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin

yang larut dalam lemak sehingga dapat membantu penyerapan di usus.

Berdasarkan uraian di atas, maka kami melakukan uji terhadap keberadaan enzim

di usus ikan mas (Cyprinus carpio) dan menguji fungsi empedu dalam proses

pencernaan. Pengujian ini menggunakan ekstrak usus halus dan empedu ikan mas

(Cyprinus carpio) sebagai media pembuktian adanya berbagai enzim pencernaan berupa

amilase, maltase, dan tripsin serta untuk membuktikan bahwa cairan empedu dapat

mengikat lemak dengan baik. Pengujian dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan

mendeteksi hasil kerja dari enzim.

4

Page 5: Ikan Mas Fix

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:

a. Apa saja enzim-enzim pencernaan yang terdapat dalam usus ikan mas (Cyprinus

carpio)?

b. Apa fungsi empedu dalam pencernaan makanan?

C. Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui macam-macam enzim-enzim pencernaan yang terdapat dalam usus

ikan mas (Cyprinus carpio)

b. Untuk mengetahui fungsi empedu dalam pencernaan makanan

5

Page 6: Ikan Mas Fix

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Enzim

Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang berfungsi

sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam

suatu reaksi kimia. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul

zat-zat yang bereaksi dan dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan

terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan

mempermudah terjadinya reaksi. Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang

artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi

kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap.

Sebagai contoh, enzim α-amilase hanya dapat digunakan pada proses perombakan pati

menjadi glukosa. Enzim dipelajari dalam enzimologi (Campbell,1995).

Enzim membantu proses metabolisme di dalam tubuh. Enzim banyak terdapat

pada makanan segar karena enzim sangat sensitive terhadap panas dan akan rusak

dalam proses pemasakan dan pasteurisasi. Enzim berperan penting bagi kehidupan

dengan cara menjalankan seluruh metabolisme tubuh. Kita tidak dapat mencerna atau

menyerap makanan dan kita pun bisa mati jika tidak ada enzim dalam tubuh. Enzim

adalah biokatalisator spesifik yang bergabung dengan koenzim (vitamin dan mineral)

yang menjalankan roda kehidupan melalui metabolisme agar tubuh dapat berfungsi

dengan baik. Pada umumnya kita sudah mengetahui kegunaan vitamin dan mineral

bagi tubuh, akan tetapi kemungkinan besar Anda tidak menyadari bahwa vitamin

tidak akan diaktifkan dalam tubuh sampai bergabung dengan enzim (Campbell,1995).

Jumlah enzim yang kecil di dalam sel mempersulit pengukuran kadarnya di

dalam ekstrak jaringan atau cairan. Untungnya, aktivitas katalitis yang dimiliki enzim

dapat menjadi sarana pemeriksaan yang sensitive dan spesifik bagi pengukuran kadar

enzim itu sendiri. Kemampuan mengatalitis transformasi ribuan, puluhan ribu, atau

bahkan lebih molekul substat menjadi produk dalam periode waktu yang singkat

memberikan kepada setiap molekul enzim kemampuan untuk secara kimiawi

menguatkan keberadaannya (Lehninger, 1995).

Untuk mengukur kadar enzim di dalam sebuah sampel ekstrak jaringan atau

cairan biologik lain, kecepatan reaksi yang dikatalitis oleh enzim dalam sampel

6

Page 7: Ikan Mas Fix

tersebut harus ditentukan. Dalam kondisi yang tepat, hasil pengukuran kecepatan

reaksi harus sebanding dengan jumlah enzim yang ada. Karena jumlah molekul atau

massa enzim yang ada sukar ditentukan, hasil pengukuran tersebut dinyatakan dalam

unit enzim. Jumlah relatif enzim dalam berbagai ekstrak kemudian dapat

dibandingkan. International Union of Biocemistry mengartikan satu unit aktivitas

enzim sebagai 1 mikromol (1 mol; 10-6) substrat yang bereaksi atau produk yang

ditransformasikan per menit (Lehninger, 1995).

Susunan spasial dan kompartementalisasi enzim, substrat, serta kofaktor di

dalam sel mempunyai makna yang teramat penting. Sebagai contoh, di dalam sel-sel

hati, enzim untuk glikolisis terdapat di dalam sitoplasma sedangkan enzim untuk

siklus asam sitrat di dalam mitokondria. Distribusi enzim diantara berbagai organel

subselular dapat dipelajari setelah dilakukan fraksionasi homogenat sel melalui

sentrifugasi berkecepatan tinggi. Kandungan enzim pada setiap fraksi kemudian

diperiksa (http://id.wikipedia.org/wiki/Enzim \ ).

Penentuan lokasi suatu enzim tertentu di dalam sebuah sel atau jaringan pada

keadaan yang relatif tetap acapkali dilakukan dengan prosedur histokimiawi

(“histoenzimologi”). Sayatan tipis jaringan yang dibekukan (frozen section) dengan

ketebalan 2 hingga 10m diproses dengan substrat untuk suatu suatu enzim tertentu.

Di mana terdapat enzim, di situ akan terbentuk produk dari reaksi yang dikatalisis

enzim tersebut. Jika terwarna dan tidak larut, produk akan tetap berada di tempat

pembentukannya dan mengungkap lokasi enzim. Histoenzimologi menghasilkan

gambar grafik dan pola yang relatif bersifat fisiologik mengenai distribusi enzim

(http://id.wikipedia.org/wiki/Enzim \ ).

B. Sistem Pencernaan Pada Ikan

Secara anatomis, struktur alat pencernaan ikan berkaitan

dengan bentuk tubuh, kebiasan makanan, tingkah laku ikan dan

umur ikan. Sistem atau alat pencernaan pada ikan terdiri dari dua

bagian, yaitu saluran pencernaan (tractus digestivus) dan kelenjar

pencernaan (glandula digestoria).

7

Page 8: Ikan Mas Fix

Gambar 1. Sistem Pencernaan pada Ikan

Crayonpedia. 2008. Sistem Pencernaan Hewanhttp://www.crayonpedia.org/mw/3._Sistem_Pencernaan_Hewan_11.2

a) Saluran pencernaan (tractus digestivus)

Saluran pencernaan tersebut terdiri dari mulut, rongga mulut,

farings, esofagus, lambung, pilorus, usus, rektum dan anus.

1. Mulut

Bagian terdepan dari mulut adalah bibir, pada ikan-ikan

tertentu bibir tidak berkembang dan malahan hilang secara

total karena digantikan oleh paruh atau rahang (ikan famili

scaridae, diodotidae, tetraodontidae). Pada ikan belanak atau

tambakan, bibir berkembang dengan baik dan menebal,

bahkan mulutnya dapat disembulkan. Keberadaan bibir

berkaitan erat dengan cara mendapatkan makanan. Di sekitar

bibir pada ikan tertentu terdapat sungut, yang berperan

sebagai alat peraba. Mulut terletak di ujung hidung dan juga

terletak di atas hidung.

2. Rongga mulut

Di bagian belakang mulut terdapat ruang yang disebut rongga

mulut. Rongga mulut ini berhubungan langsung dengan

segmen faring. Secara anatomis organ yang terdapat pada

rongga mulut adalah gigi, lidah dan organ palatin. Permukaan

8

Page 9: Ikan Mas Fix

rongga mulut diselaputi oleh lapisan sel permukaan

(epitelium) yang berlapis. Pada lapisan permukaan terdapat

sel-sel penghasil lendir (mukosit) untuk mempermudah

masuknya makanan. Di samping mukosit, di bagian mulut

juga terdapat organ pengecap (organ penerima rasa) yang

berfungsi menyeleksi makanan, jenis tertentu memiliki gigi yang

berperan mengambil, mencengkram, merobek, memotong, atau

menghancurkan makanan, atau merupakan alat pencernaan makanan secara

mekanik.

3. Faring

Terdapat pada celah insang dan banyak mengandung lembaran-lembaran

insang yang terletak sebelah menyebelah, jenis ikan filter feeding proses

penyaringan makanan terjadi di faring karena tapis insang mengarah ke

segmen faring, kadangkala ditemukan organ pengecap. Lapisan

permukaan faring hampir sama dengan rongga mulut.

Sebagai tempat proses penyaringan makanan.

4. Esofagus

Permulaan dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti

pipa, merupakan lanjutan dari faring, mengandung lendir

untuk membantu penelanan makanan. Pada ikan laut,

esofagus berperan dalam penyerapan garam melalui difusi

pasif menyebabkan konsentrasi garam air laut yang diminum

akan menurun ketika berada di lambung dan usus sehingga

memudahkan penyerapan air oleh usus belakang dan rectum

(proses osmoregulasi).

5. Lambung (ventriculus)

Lambung merupakan segmen pencernaan yang diameternya

relatif lebih besar bila dibandingkan dengan organ

pencernaan yang lain. Besarnya ukuran lambung berkaitan

dengan fungsinya sebagai penampung makanan. Seluruh

permukaan lambung ditutupi oleh sel mukus yang

mengandung mukopolisakarida yang agak asam berfungsi

sebagai pelindung dinding lambung dari kerja asam klorida.

9

Page 10: Ikan Mas Fix

Sebagai penampung makanan dan mencerna makanan secara

kimiawi. Pada ikan-ikan herbivora terdapat gizard (lambung

khusus) berfungsi untuk menggerus makanan (pencernaan

secara fisik).

6. Pilorus

Pilorus merupakan segmen yang terletak antara lambung dan

usus depan. Segmen ini sangat mencolok karena ukurannya

yang mengecil/menyempit. Berfungsi sebagai pengatur pengeluaran

makanan (chyme) dari lambung ke segmen usus.

7. Usus ( intestinum)

Merupakan segmen yang terpanjang dari saluran pencernaan.

Intestinum berakhir dan bermuara keluar sebagai anus.

Merupakan tempat terjadinya proses penyerapan zat

makanan. Terdiri dari sel enterosit (memiliki villi berbentuk menyerupai

sarang tawon) dan mukosit (sel goblet penghasil lendir), segmen terpanjang

dari saluran pencernaan, bagian depannya terdapat dua saluran yang masuk

didalamnya yang berasal dari kantung empedu (ductus choledochus) dan

pancreas, jenis ikan tertentu yang pankreasnya menyebar pada organ hati

(hepatopankreas) hanya ada satu saluran yaitu ductus choledochus.

8. Rektum

Rektum merupakan segmen saluran pencernaan yang

terujung. Secara anatomis sulit dibedakan batas antara usus

dengan rektum. Namun secara histologis batas antara kedua

segmen tersebut dapat dibedakan dengan adanya katup

rektum. Berfungsi dalam penyerapan air dan ion, pada larva

ikan juga berfungsi dalam penyerapan protein.

9. Kloaka

Kloaka adalah ruang tempat bermuaranya saluran pencernaan

dan saluran urogenital. Ikan bertulang sejati tidak memiliki

kolaka, sedangkan ikan bertulang rawan memiliki organ

tersebut.

10. Anus

10

Page 11: Ikan Mas Fix

Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan

bertulang sejati anus terletak di sebelah depan saluran

genital. Pada ikan yang bentuk tubuhnya memanjang, anus

terletak jauh dibelakang kepala bedekatan dengan pangkal

ekor. Sedangkan ikan yang tubuhnya membundar, posisi anus

terletak jauh di depan pangkal ekor mendekati sirip dada.

b) Kelenjar pencernaan (glandula digestoria)

Kelenjar pencernaan berguna untuk menghasilkan enzim pencernaan yang

nantinya akan bertugas membantu proses penghancuran makanan. Enzim

pencernaan yang dihasilkan oleh ikan buas juga berbeda dengan ikan vegetaris.

Ikan buas pada umumnya menghasilkan enzim-enzim pemecah protein,

sedangkan ikan vegetaris menghasilkan enzim-enzim pemecah karbohidrat.

Kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan pankreas. Di samping itu, saluran

pencernaannya (lambung dan usus) juga berfungsi sebagai kelenjar pencernaan.

Hati merupakan organ penting yang mensekresikan bahan untuk proses

pencernaan. Organ ini umumnya merupakan suatu kelenjar yang kompak,

berwarna merah kecokelatan. Posisi hati terletak pada rongga tubuh bagian bawah,

di belakang jantung dan disekitar usus depan. Ada beberapa fungsi hati, antara

lain:

- menghasilkan empedu (sebagai kelenjar eksokrin) yang terkumpul dalam

kandung empedu

- menyimpan lemak dan glikogen serta albumin,

- mensintesis protein plasma darah,

- detoksifikasi zat-zat toksis,

- merombak eritrosit yang rusak,

- eliminasi asam amino menjadi urea, menyimpan vitamin A dan B dan

berperan dalam metabolisme karbohidrat dan lemak

- menghasilkan suatu hormone (Jasin,1992)

Di sekitar hati terdapat organ berbentuk kantong kecil, bulat, oval atau

memanjang dan berwarna hijau kebiruan, organ ini dinamakan kantung empedu

(vesica felea) yang fungsinya untuk menampung cairan empedu yang disekresikan

oleh organ hati. Empedu terdiri dari 97% air, pigmen empedu (biliverdin dan

11

Page 12: Ikan Mas Fix

bilirubin) serta garam-garam empedu. Fungsi garam empedu dalam usus halus,

antara lain:

emulsifikasi dan saponifikasi lemak, garam empedu mengemulsi globulus

lemak besar dalam usus halus yang kemudian menghasilkan globulus lemak

lebih kecil dan area permukaan yang lebih luas untuk kerja enzim

absorbsi lemak, garam empedu membantu absorbsi zat terlarut lemak dengan

cara memfasilitasi jalurnya menembus membran sel

pengeluaran kolestrol dari tubuh, garam empedu berikatan dengan kolestron

dan lesitin untuk membentuk agregasi kecil disebut micelle yang akan dibuang

melalui feses(Ethel Sloane, 2003).

merangsang peristaltis usus sehingga empedu bekerja sebagai laksatif alamiah.

(Roger Watson, 2002)

empedu adalah saluran untuk ekskresi pigmen dan substansi toksik dari aliran

darah, seperti alkohol dan bahan kimia lainnya (Roger Watson, 2002).

empedu juga berfungsi sebagai deodoran untuk feses, mengurangi bau yang

menyengat. Hal ini semata-mata dihubungkan dengan kenyataan bahwa

kekurangan garam-garam empedu berarti pencernaan lemak buruk, sehingga

lemak di dalam usus tetap berlebihan, melapisi makanan lain dan mencegah

pencernaan dan absorbsi. Akibatnya, protein dan lemak yang tidak tercerna

diserang oleh bakteri pembusuk dan mengalami dekomposisi yang

menghasilkan kelebihan hidrogen yang disulfurasi, yaitu gas yang

menyebabkan bau feses abnormal, drainase yang menyengat, dan berbau

seperti telur busuk (Roger Watson, 2002).

Pankreas merupakan organ yang mensekresikan bahan (enzim) yang

berperan dalam proses pencernaan. Pankreas ada yang berbentuk kompak dan ada

yang diffus (menyebar) di antara sel hati. Letak penkreas berdekatan dengan usus

depan sebab saluran pankreatik bermuara ke usus depan. Saluran pankreatik yaitu

saluran-saluran kecil yang bergabung satu sama lain dan pada akhirnya akan

terbentuk saluran yang keluar dari pankreas menuju usus depan.

(http://zaldibiaksambas.wordpress.com/2010/06/10/sistem-

pencernaan-ikan/)

C. Enzim Pencernaan

12

Page 13: Ikan Mas Fix

Enzim pencernaan adalah protein yang berfungsi untuk

mempercepat atau memperlambat proses pencernaan dalam tubuh.

Suatu reaksi kima yang melibatkan enzim, pada awalnmya akan

membentuk suatu sari pati, yang selanjutnya akan diubah menjadi

jenis molekul lain yang berbeda. Terdapat beragam enzim

pencernaan makanan dalam tubuh. Enzim pencernaan tersebut

terdapat dalam mulut, lambung, hingga usus, yang berfungsi untuk

membantu proses pencernaan makanan.

1. Enzim Pencernaan dalam Mulut

Mulut merupakan persinggahan pertama untuk makanan saat

melalui proses pencernaan. Dalam mulut terdapat enzim yang

membantu proses pencernaan secara mekanik, yang dilakukan

oleh gigi serta dibantu oleh lidah dan air ludah.

Dalam mulut makanan dikunyah secara mekanik oleh gigi-

gigi, juga dibantu oleh lidah yang berfungsi membolak-balikkan

makanan yang sedang dikunyah. Air ludah berfungsi untuk

memberikan kelembapan dalam mulut, sehingga proses

pengunyahan berlangsung lebih cepat.

Enzim yang berperan dalam membantu proses pencernaan

dalam mulut dikenal dengan nama enzim lipase dan enzim

amilase. Enzim lipase berfungsi untuk menguraikan zat gula

dalam makanan menjadi zat gula lainnya yang lebih sederhana

(monosakarida atau disakarida) dan enzim amilase berfungsi

untuk menguraikan zat tepung yang terdapat dalam rangkaian

makanan menjadi polisakarida.

2. Enzim pencernaan dalam Lambung dan Usus

Dalam lambung terdapat pula enzim yang membantu

pencernaan makanan diantaranya yaitu enzim pepsin. Enzim

pepsin berfungsi untuk memecahlan protein yang terkandung

didalam makanan, pada suhu dan tingkat keasaman lambung

tertentu dan dibantu oleh asam lambung agar tingkat keasaman

lambung menunjang kerja optimal enzim tersebut.

13

Page 14: Ikan Mas Fix

Kerja enzim pepsin memecahkan protein dalam makanan

hingga menjadi rangkaian protein dalam bentuk lebih sederhana

yang lebih mudah diserap oleh tubuh. Makanan yang sudah

melalui pencernaan dalam lambung akan mencapai bentuk

setengah larutan yang disebut chyme.

Setelah meninggalkan lambung makanan akan mencapai usus

halus dimana disana terdapat enzim, enzim-enzim yang terdapat

di dalam usus halus adalah enzim maltase, enzim sukrose dan

enzim laktase. Selain itu juga terdapat enzim tripsin, dan

kimotripsin yang juga merupakan enzim pemecah protein yang

membantu kerja pencernaan dalam usus halus agar makanan

dapat berubah menjadi molekul yang dapat diserap oleh kelenjar

limpa

Selanjutnya dari usus halus makanan mencapai usus besar

dimana terjadi proses fermentasi (melibatkan kerja enzim)

sehingga dapat dapat menyaring bakteri yang ada dalam

makanan

(http://www.anneahira.com/enzim-pencernaan.htm)

D. Mekanisme Pencernaan Makanan

Terdapat 2 type pencernaan dalam tubuh ikan yaitu

pencernaan secara fisik mekanik dan pencernaan secara kimiawi

1.Pencernaan secara fisik dan mekanik

Pencernaan secara fisik dan mekanik dimulai di bagian rongga

mulut yaitu dengan berperannya gigi pada proses pemotongan

dan penggerusan makanan. Pencernaan secara mekanik ini juga

berlangsung di segmen lambung dan usus yaitu melalui gerakan-

gerakan (kontraksi) otot pada segmen tersebut. Pencernaan

secara mekanik di segmen lambung dan usus terjadi lebih efektif

oleh karena adanya peran cairan digestif.

2.Pencernaan secara kimiawi

Pada ikan, pencernaan secara kimiawi dimulai di bagian

lambung, hal ini dikarenakan cairan digestif yang berperan dalam

14

Page 15: Ikan Mas Fix

proses pencernaan secara kimiawi mulai dihasilkan di segmen

tersebut yaitu disekresikan oleh kelenjar lambung. Pencernaan ini

selanjutnya disempurnakan di segmen usus. Cairan digestif yang

berperan pada proses pencernaan di segmen usus berasal dari

hati, pankreas dan dinding usus itu sendiri. Kombinasi antara aksi

fisik dan kimiawi inilah yang menyebabkan perubahan makanan

dari yang asalnya bersifat komplek menjadi senyawa sederhana

atau yang asalanya berpartikel makro menjadi partikel mikro.

Bentuk partikel mikro inilah makanan menjadi zat terlarut yang

memungkinkan dapat diserap oleh dinding usus yang selanjutnya

diedarkan ke seluruh tubuh.

(http://zaldibiaksambas.wordpress.com/2010/06/10/sistem-

pencernaan-ikan/)

E. Proses Pencernaan Makanan

Sebelum makanan di sambar dan ditelan, terlebih dahulu telah menimbulkan

rangsangan berupa nafsu untuk makan. Nafsu untuk makan ini dapat dirangsang

melalui penglihatan, bau dan rabaan. Begitu ada nafsu untuk makan, maka alat-alat

pencernaanya segera bersiap-siap untuk menerima makanan dan selanjutnat

mencernakannya. Setelah makanan digigit, untuk menelannya diperlukan bahan

pelicin yaitu air liur. Selai sebagai pelicin, air liur juga mengandung enzim ptialin

yang merupakan enzim pemecah karbohidrat menjadi maltosa yang kemudaian

dilanjutkan menjadi glukosa. Tapi karena ikan tidak mengunyah makanan, padahal

pemecahan karbohidrat membutuhkan waktu yang lama, maka ptialinnya baru dapat

bekerja aktif setelah makanan sampai di lambung. Selain mengandung enzim ptialin,

air liur juga mengandung senyawa penyangga derajat keasaman (buffer) yang berguna

untuk memecah terjadinya penurunan pH agar proses pencernaan dapat berjalan

normal.

Apabila makanan telah masuk ke dalam saluran pencernaan, maka dindng

saluran pencernaannya akan terangsang untuk menghasilkan hormon gastrin. Hormon

ini akan memacu pengeluaran asam klorida (HCl) dan pepsinogen. HCl akan

mengubah pepsinogen menjadi pepsin yang merupakan enzim pencernaan aktif, yaitu

15

Page 16: Ikan Mas Fix

sebagai pemecah protein menjadi pepton (polipeptida). Apabila makanannya banyak

mengandung lemak, maka akan dihasilkan juga hormon entergastron.

Di dalam usus, makanan itu sendiri akan merangsang keluarnya hormon

kolsistokinin. Hormon ini kemudian akan memacu keluarnya getah empedu dari hati.

Getah empedu itu sebenarnya dibuat dari sel-sel darah merah yang telah rusak di

dalam hati. Pengeluaran getah empedu tersebut melalui pembuluh hepatikus yang

kemudian ditampung di dalam kantong empedu. Fungsi getah empedu tersebut adalah

memeperhalus butiran-butiran lemak menjadi emulsi sehingga mudah larut dalam air

dan diserap oleh usus.

Dinding usus juga mengeluarkan hormon sekretin dan pankreozinin. Sekretin

akan memacu pengeluaran getah empedu dan pankreas. Getah penkreas ini

mengandung enzim amilase, lipase dan protase. Sedangkan hormon pankreozinin

menyebabkan rangsangan untuk mempertinggi produksi getah pankreas.

Enzim amilase akan memecah karbohidrat menjadi glukosa. Enzim lipase

memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Sedangkan protease memecah

protein menjadi asam amino. Ketiga enzim tersebut dapat mencapai puncak keaktifan

apabila kadar protein dalam makanan antara 40-60%. Apabila kadar proteinnya

berubah maka untuk mencapai puncak keaktifan, enzim-enzim tersebut membutuhkan

waktu untuk menyesuaikan diri.

(http://zaldibiaksambas.wordpress.com/2010/06/10/sistem-

pencernaan-ikan/)

1. Pencernaan Karbohidrat

Golongan karbohidrat yang paling banyak dicerna oleh manusia adalah pati,

polisakarida dan selulosa yang berasal dari tanaman, dan glikogen yang berasal dari

hewan. Pati dan glikogen dihidrolisis sempurna oleh aktivitas enzim yang terdapat di

dalam saluran pencernaan, menjadi molekul unit pembangunnya. yaitu D-glukosa

bebas. Proses penguraian ini dimulai dari mulut selama penguraian makanan, dengan

bantuan enzim amilase yang dikeluarkan oleh kelenjar ludah. Amilase pada air ludah

bekerja memutuskan sejumlah ikatan α (l —> 4) glikosida pati dan glikogen sehingga

dihasilkan campuran senyawa maltosa glukosa dan oligosakarida. Kue crackers

lambat laun terasa manis sewaktu kita mengunyahnya karena kandungan zat patinya.

yang semula tidak berasa, dihidrolisa enzimatik menghasilkan gula. Proses penguraian

pati, glikogen dan polisakarida lain menghasilkan D-glukosa berlangsung terus

disempurnakan di dalam usus halus, sebagian besar oleh kerja pankreatik amilase,

16

Page 17: Ikan Mas Fix

dibuat oleh pankreas dan disekresi melalui saluran pankreatik ke bagian atas usus

halus. Bagian usus halus ini, tempat terjadinya hampir seluruh proses pencernaan

disebut usus dua belas jari (duodenum) (Anonim,2008).

Disakarida diuraikan oleh enzim-enzim yang terletak di bagian luar lapisan

sel-sel epitel yang membatasi usus halus. Sukrosa (gula tebu) dihidrolisa menjadi D-

glukosa dan D-fruktosa oleh enzim sukrase atau disebut juga invertase; laktosa

dihidrolisis menjadi D-glukosa dan D-galaktosa oleh Iaktase atau disebut juga

invertase- atau disebut juga β-galaktosidase; maltosa dihidrolisis oleh enzim maltase

menjadi dua molekul glukosa. Manusia Asia dan Afrika dewasa pada umumnya tidak

dapat mencerna laktosa (laktosa intoleran). Hal ini disebabkan karena tiadanya

aktivitas enzim laktosa di dalam usus halus setelah masa bayi dan kanak-kanak. Pada

penderita laktosa-intoleran, laktosa yang masuk ke dalam makanan akan tetap tinggal

di dalam usus, di situ sebagian laktosa mengalami fermentasi oleh mikroorganisme

usus. Sebagai akibat dari fermentasi tersebut, orang yang bersangkutan akan

menderita diare dan terbentuk banyak gas di dalam perut (flatulensi) (Anonim,2008).

Di dalam sel epitel yang membatasi usus halus. D-fruktosa, D-galaktosa, D-

manosa diubah menjadi bagian-bagian glukosa. Campuran senyawa heksosa

sederhana yang dihas tersebut kemudian diserap ke dalam sel-sel epitelial yang

membatasi usus dan kemudian diangkut aliran darah menuju hati(Anonim,2008).

2. Pencernaan Protein

Protein yang masuk dihidrolisis secara enzimatik menjadi asam-asam amino

penyusunnya di dalam saluran pencernaan. Protein yang masuk ke dalam perut, akan

merangsang pengeluaran hormon gastrin yang selanjutnya merangsang pengeluaran

HC1 (asam lambung) oleh sel parietal kelenjar lambung, dan pepsinogen dari sel

kepala. pH asam lambung berada di antara 1,5 dan 2,5. Keasaman asam lambung akan

berfungsi sebagai antiseptik dan membunuh sebagian besar bakteri dan sel-sel lain. Di

mping itu, juga menyebabkan protein globular mengalami denaturasi atau terbuka

lipatannya pada pH yang rendah ini, menjadikan ikatan peptida dalam lebih terbuka

terhadap hidrolisis enzimatik. Pepsinogen erat molekul 40.000), suatu prekursor yang

tidak aktif atau zimopen diubah menjadi pepsin aktif di dalam cairan lambung oleh

aktivitas enzim pepsin itu sendiri, ini adalah contoh autokatalisis. Dalam proses ini, 42

residu asam amino dipindahkan dari amino yang paling ujung pada rantai polipeptida

pepsinogen sebagai campuran peptida-peptida kecil. Molekul pepsinogen sisanya

yang tetap utuh, adalah pepsin yang aktif sebagai enzim (berat molekul 33.000).

17

Page 18: Ikan Mas Fix

Dalam perut, pepsin menghidrolisis ikatan-ikatan peptida protein yang masuk,

terutama asam amino aromatik tirosin. fenilalanin dan triptofan, dengan demikian

memecah rantai panjang polipeptida menjadi campuran berbagai peptida-peptida yang

lebih kecil (Anonim,2008).

Dengan masuknya kandungan asam dari perut ke dalam usus halus, pH yang

rendah ini menyebabkan pengeluaran hormon sekretin ke dalam darah. Sekrefin

merangsang pankreas untuk mengeluarkan bikarbonat ke dalam usus halus untuk

menetralkan HC1 lambung. Dengan demikian pH meningkat dari 1,5-2,5 menjadi

kira-kira pH 7. Di dalam usus balus pencernaan protein berlanjut. Masuknya asam

amino dalam usus dua belas jari merangsang pengeluaran enzim proteolitik dan

peptidase, yang mempunyai pH optimum 7-8. Tiga di antaranya, tripsin. kimotripsin.

dan karboksipeptidase, dihasilkan oleh sel-sel eksokrin pankreas sebagai bentuk

zimogennya yang tidak aktif, tripsinogen. kimotripsinogen, dan prokarboksipeptidase.

Sintesis enzim-enzim ini sebagai prekursor yang tidak aktif melindungi sel-sel

eksokrin terhadap kerusakan akibat serangan enzim proteolitik. Setelah tripsinogen

memasuki usus halus molekul ini diubah menjadi bentuk aktifnya, tripsin oleh

enterokinase. enzim proteolitik khusus yang dikeluarkan oleh sel-sel usus. Bila

beberapa molekul tripsin bebas telah terbentuk, maka tripsin bebas tersebut dapat

mengkatalisis pengubahan tripsinogen menjadi tripsin. Pembentukan tripsin bebas

adalah akibat terlepasnya heksapeptida dari ujung amino rantai tripsinogen. Seperti

yang telah lihat, tripsin menghidrolisis ikatan-ikatan peptida dengan gugus karbonil

pada residu lisin dan arginin (Anonim,2008).

Kimotripsinogen mempunyai suatu rantai polipeptida dengan sejumlah ikatan-

ikatan disulfida antara rantai. Bila kimotripsinogen mencapai usus halus, moiekul ini

akan diubah menjadi kimotripsin oleh tripsin, yang memecah satu rantai panjang

polipeptida kimotripsinogen pada dua titik dengan cara memotong dipeptida.

Meskipun demikian, ketiga bagian yang terbentuk dari rantai kimotripsinogen asal

tetap terikat bersama oleh jembatan disuffida. Kimotripsin menghidrolisis ikatan-

ikatan peptida yang mengandung residu-residu fenilalanin. tirosin dan triptofan .

Dengan demikian tripsin dan kimotripsin menghidrolisis polipeptida-polipeptida yang

dihasilkan dari ditas pepsin di dalam perut, menjadi peptida-peptida yang lebih kecil.

Tahap pencernaan protein ini terjadi dengan sangat efisien sebab pepsin, tripsin dan

kimotripsin menghidrolisis rantai polipeptida pada asam-amino khusus

(Anonim,2008).

18

Page 19: Ikan Mas Fix

Degradasi peptida rantai pendek di dalam usus halus sekarang diselesaikan

oleh peptidase lainnya. Yang pertama adalah karboksipeptidase. suatu enzim yang

mengandung unsur seng, yang dibuat oleh pankreas sebagai zimogen yang tidak aktif,

yaitu prokarboksipeptidase. Karboksipeptidase melepaskan residu gugus ujung

karboksil secara berturut-turut dari peptida. Usus halus mengeluarkan suatu

aminopeptidase. yang dapat menghidrolisis residu amino bagian ujung secara

berurutan dari peptida-peptida pendek. Dengan kerja bertahap enzim-enzim

proteolitik dan peptidase tersebut, protein-protein yang termakan akhirnya dihidrolisis

untuk menghasilkan suatu campuran asam-asam amino bebas, yang kemudian

diangkut melalui sel-sel epitel yang melapisi usus halus. Asam 10 tersebut kemudian

masuk ke dalam pembuluh darah di dalam vili dan diangkut menuju hati

(Anonim,2008).

3. Pencernaan Lemak

Pencernaan senyawa-senyawa triasilgliserol dimulai di dalam usus halus. Ke

dalam organ inilah zimogen prolipase dikeluarkan oleh pankreas. Di dalam usus halus

tersebut, zimogen kemudian diubah menjadi lipase yang aktif, yang dengan adanya

garam-garam empedu (lihat di bawah) dan protein khusus yang disebut kolipase.

mengikat tetesan-tetesan senyawa triasilgliserol dan mengkatalisis pemindahan

hidrolitik atau dua residu asam lemak bagian luar sehingga dihasilkan suatu campuran

asam-asam lemak bebas sebagai senyawa sabun dengan Na+atau K+) dan senyawa 2-

monoasilgliserol. Sebagian keci1 dari senyawa triasilgliserol masih ada yang tetap

tidak dihidrolisis(Anonim, 2008).

Senyawa sabun asam lemak dan senyawa asilgliserol yang tidak terpecahkan

diemulsifikasi menjadi bentuk butir-butir halus oleh peristalsis, yaitu suatu gerakan

mengaduk pada usus. dibantu oleh garam-garam empedu dan monoasilgliserol, yang

merupakan molekul-molekul amfipatik dan memberikan efek deterrgen. Asam-asam

lemak dan senyawa-senyawa monoasilgliserol di dalam butir-butir cairan tersebut

diserap oleh sel-sel usus, di mana sebagian besar senyawa-senyawa tersebut dirangkai

kembali menjadi triasilgliserol. Senyawa-senyawa triasilgliserol tersebut tidak masuk

ke dalam pembuluh darah kapiler, tetapi masuk ke dalam lakteal. yaitu kelenjar

pembuluh limpa yang kecil di dalam vili. Limpa yang menyerap isi usus kecil ini

disebut khile (getah lemak) yang kelihatan seperti susu setelah makan makanan

berkadar lemak tinggi, akibat suspensi kilomikron, yaitu butiran dari triasilglisi yang

teremulsi baik dan bergaris tengah kira-kira 1 mm. Kilomikron dilapisi oleh

19

Page 20: Ikan Mas Fix

fosfolipida hidrofilik dan protein khusus, yang berfungsi untuk menjaga agar

kilomikron tetap tersuspensi. Kilornikron keluar dari saluran toraks menuju pembuluh

subklavi. Setelah makan makanan berlemak tinggi plasma darah menjadi terlihat

keruh oleh tingginya konsentrasi kilomikron. Akan tetapi warna keruh tersebut hilang

dalam waktu 1 atau 2 jam, ketika triasilgliserol di tarik dari darah terutama oleh

jaringan adiposa (Anonim,2008).

Emulsifikasi dan pencernaan lemak di dalam usus halus dimungkinkan dengan

adanya garam-garam empedu. Garam-garam empedu manusia yang terutama adalah

natrium-glikokolat dan natrium taurokolat turunan dari asam kolat, adalah empat jenis

asam empedu utama yang terdapat dalam jumlah besar. Garam-garam empedu

merupakan bahan pengemulsi kuat yang disekresikan oleh hati dalam empedu yang

selanjutnya mengeluarkan isinya ke bagian atas usus halus. Setelah asam-asam lemak

dan senyawa monoasilgliserol dari butir lemak yang teremulsi diserap di dalam bagian

bawah usus halus, garam-garam empedu yang membantu proses ini juga diserap

kembali. Garam-garam empedu tersebut kembali ke hati untuk kemudian digunakan

lagi berkali-kali. Dengan demikian garam-garam empedu secara tetap berdaur di

antara hati dan usus kecil (Anonim,2008).

Garam-garam empedu sangat penting di dalam penyerapan tidak hanya bagi

zat-zat triasilgliserol tetapi bagi semua makanan berlemak yang dapat larut. Apabila

terjadi kekurangan dalam pembentukan pengeluaran gararn-garam empedu yang

terjadi pada beberapa penyakit, lemak-lemak yang tidak tercerna dan tidak terserap

akan tampak pada tinja. Dalam keadaan-keadaan seperti itu, vitamin-vitamin yang

larut dalam lemak, A, D, E, dan K tidak terserap secara sempurna dan dapat

mengakibatkan kekurangan vitamin A (Anonim,2008).

F. Proses Penyerapan Sari Makanan

Makanan yang sudah dicerna halus sekali kemudian sari-sarinya akan diserap

oleh dinding usus. Sebenarnya di dalam lambung juga sudah mulai penyerapan, tapi

jumlahnya masih sangat sedikit. Penyerapan yang utama terjadi di dalam usus. Untuk

menyerap sari makanan tersebut, dinding usus mempunyai jonjot-jonjot agar

permukaannya lebih luas. Melalui pembuluh darah rambut pada jonjot usus tersebut,

sari makanan akan diserap ke dalam darah.

Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida, yaitu glikosa, galaktosa,

fruktosa dan lain-lain. Proses penyerapannya dipengaruhi oleh hormon insulin.

20

Page 21: Ikan Mas Fix

Hormon tersebut dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Lemak diserap dalam bentuk

asam lemak dan gliserol. Di dalam lapisan lendir dinding usus, asam lemak dan

gliserol bersatu lagi, untuk kemudian diedarkan keseluruh tubuh melalui limfe (70%)

dan melalui pembuluh darah (30%). Sedangkan protein diserap dalam bentuk asam

amino yang dibawa ke hati dulu untuk diubah menjadi protein lagi, akan tetapi yang

telah disesuaikan dengan kebutuhan tubuh ikan yang bersangkutan.

Zat-zat makanan yang telah diserap oleh darah kemudian diedarkan ke seluruh

tubuh untuk keperluan metabolisme, yaitu anabolisme dan katabolisme. Anabolisme

adalah pembentukan zat-zat yang lebih kompleks dari zat-zat yang lebih sederhana.

Misalnya pembentukan protein dan asam-asam amino. Sedangkan katabolisme adalah

pemecahan zat-zat yang merupakan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga.

Misalnya pemecahan karbohidrat menjadi tenaga, air dan karbondioksida.

Pada hewan-hewan darat, yang digunakan sebagai sumber tenaga pertama-

tama adalah karbohidrat kemudian disusul oleh lemak sebagai sumber nomor dua dan

terakhir protein. Sedangkan pada ikan adalah kebalikan dari hewan darat, yaitu

protein, lemak dan karbohidrat.

(http://zaldibiaksambas.wordpress.com/2010/06/10/sistem-

pencernaan-ikan/)

21

Page 22: Ikan Mas Fix

BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

Alat:

- Tabung reaksi 10 buah

- Gelas ukur 10ml 4 buah

- Botol warna gelap dan tutup 1 buah

- Mortar dan alu 1 buah

- Gelas piala 1 buah

- Pembakar spiritus 2 buah

- Penjepit tabung reaksi 2 buah

- Rak tabung reaksi 1 buah

- Pipet tetes 2 buah

- Corong kaca 1 buah

- Kertas saring secukupnya

- Papan seksi 1 buah

- Dissecting set 1 buah

Bahan:

- Ikan mas (Cyprinus carpio) 1 ekor

- Akuades secukupnya

- Toluen 4-5 tetes

- Larutan kanji

- Maltosa

- Albumin/ putih telur

- Minyak goreng secukupnya

- Gliserin 50% 20 ml

- Reagen biuret

- Reagen benedict

- Korek api

- Kertas karbon/ kresek hitam

22

Page 23: Ikan Mas Fix

B. Langkah Kerja

a. Membuat ekstrak usus

1. Membedah ikan mas pada bagian perutnya.

2. Memisahkan usus dari organ lainnya secara hati-hati. Mengambil usus halus

dengan cara memotongnya dari bagian akhir lambung hingga awal usus

besar.

3. Mengambil kantung empedunya dengan hati-hati dan usahakan jangan

sampai pecah.

4. Membuka usus halus dengan cara menyayatnya secara longitudinal.

5. Membersihkan usus dengan aquades, kemudian memasukkannya ke dalam

mortir.

6. Mengambil 20 ml gliserin 50% dan memasukkan ke dalam mortir,

kemudian menghaluskan usus. Mengambil 4-5 tetes toluen, menghaluskan

kembali usus. Setelah halus, memasukkan usus ke dalam botol, kemudian

menutup rapat-rapat dan membungkusnya dengan kertas karbon atau dengan

kresek hitam.

7. Menyimpan ekstrak usus tersebut di dalam ruangan gelap selama 6-7 hari.

8. Setelah 6-7 hari, menyaring ekstrak usus tersebut dengan menggunakan

kertas saring.

9. Melakukan tes terhadap larutan ekstrak usus yang telah disaring tersebut

yang meliputi tes pembuktian adanya amilase, maltase dan tripsin.

b. Tes pengaruh empedu terhadap lemak

1. Menyediakan dua tabung reaksi. Memberi label A dan B. Menuangkan isi

kantung empedu ke dalam tabung A dengan cara menggunting sedikit

permukannya.

2. Mengencerkan empedu dengan aquades sehingga volumenya menjadi 2 ml.

3. Memasukkan 2 ml aquades ke dalam tabung B sebagai kontrol.

4. Menambahkan ke dalam kedua tabung tersebut masing-masing 2 ml minyak

goreng. Mengocok keduanya kuat-kuat dan membiarkannya selama 5-10

menit. Mengamati apa yang terjadi pada kedua larutan dalam tabung

tersebut. Membandingkan besarnya gumpalan lemak dalam masing-masing

tabung.

23

Page 24: Ikan Mas Fix

c. Tes pembuktian adanya maltase

1. menyediakan dua tabung reaksi dan memberi label A dan menuangkan

reagen Benedict ke dalam tabung reaksi tersebut masing-masing 2 ml.

2. Menyiapkan dua tabung lain dan memberinya label C dan D.

3. Memasukkan larutan kanji matang encer masing-masing 2 ml ke dalam

tabung C dan D. Untuk tabung C tambahkan 1 ml ekstrak usus sedangkan

tabung D tambahkan 1 ml aquades. Menggoyang kedua tabung tersebut

selama 5-10 menit.

4. Meneteskan 5 tetes larutan dalam tabung C ke dalam tabung A, dan larutan

dalam tabung D ke dalam tabung B.

5. Memanaskan tabung A dan B selama 5 menit dan mengamati perubahan

warna yang terjadi pada larutan tabung A dan B.

d. Tes pembuktian adanya tripsin

1. Menyiapkan dua tabung reaksi dan memberi label A dan B. Memasukkan ke

dalam tabung masing-masing 1 ml putih telur yang telah diencerkan.

Kemudian memanaskannya sampai mendidih.

2. Mendinginkan kedua tabung tersebut, setelah dingin memasukkan 1 ml

ekstrak usus ke dalam tabung A dan 1 ml aquades untuk tabung B.

Mendiamkannya selama 5-10 menit.

3. Meneteskan masing-masing 5 tetes reagen Biuret ke dalam tabung A dan B.

Mengamati perubahan warna yang terjadi pada masing-masing tabung.

24

Page 25: Ikan Mas Fix

BAB IV

HASIL & PEMBAHASAN

A. Hasil

1)Pengaruh Empedu terhadap Lemak

Tabung Sebelum

Perlakuan

Sesudah

Perlakuan

A

Berwarna hijau, tidak

ada gumpalan lemak

Berwarna hijau

keruh, ada gumpalan

minyak kecil

BBening, tidak ada

gumpalan lemak

Keruh, ada gumpalan

minyak besar

2)Pembuktian Enzim Amilase

Tabung Sebelum

Perlakuan

Sesudah

Perlakuan

A Biru ++ Biru kehijauan

B Biru ++ Biru

3)Pembuktian Enzim Maltase

Tabung Sebelum

Perlakuan

Sesudah

Perlakuan

A Biru ++ Biru

B Biru ++ Biru kehijauan

4)Pembuktian Enzim Tripsin

Tabung Sebelum

Perlakuan

Sesudah

Perlakuan

A Bening Bening kecoklatan

B Bening Bening keunguan

B. Analisis

1) Pengaruh Empedu terhadap Lemak

25

Page 26: Ikan Mas Fix

Tabung A memiliki komposisi cairan empedu yang berwarna hijau dan minyak,

sedangkan tabung B terdiri dari akuades dan minyak. Setelah kedua tabung

dilakukan pengocokan selama 5-10 menit agar larutan di kedua tabung

bercampur, terjadi perubahan, yaitu pada tabung A larutan berwarna hijau keruh

serta ada gumpalan minyak yang berukuran kecil-kecil, terlihat minyak dan

empedu bercampur. Tetapi pada tabung B, larutan menjadi keruh, ada gumpalan

minyak yang berukuran besar.

2) Pembuktian Enzim Amilase

Tabung A memiliki komposisi reagen benedict, larutan kanji sebagai senyawa

karbohidrat dan ekstrak usus, sedangkan tabung B terdiri dari reagen benedict,

larutan kanji dan akuades. Benedict digunakan sebagai reagen bagi keberadaan

senyawa karbohidrat, diantaranya amilase. Larutan di tabung A berwarna biru (+

+), begitu pula dengan larutan di tabung B. Kemudian setelah kedua tabung diberi

perlakuan dengan memanaskan masing-masing tabung selama 5 menit,

pemanasan berperan untuk mempercepat reaksi. Setelah pemanasan, kedua

tabung menghasilkan perubahan yang berbeda. Pada tabung A, larutan menjadi

berwarna biru kehijauan, sedangkan pada tabung B larutan tetap biru, tidak

terjadi perubahan.

3) Pembuktian Enzim Maltase

Tabung A memiliki komposisi reagen benedict, maltosa sebagai senyawa

karbohidrat dan ekstrak usus, sedangkan tabung B terdiri dari reagen benedict,

maltosa dan akuades. Benedict digunakan sebagai reagen bagi keberadaan

senyawa karbohidrat. Larutan di tabung A berwarna biru (++), begitu pula

dengan larutan di tabung B. Kemudian setelah kedua tabung diberi perlakuan

dengan memanaskan masing-masing tabung selama 5 menit, pemanasan berperan

untuk mempercepat reaksi. Setelah pemanasan, kedua tabung menghasilkan

perubahan yang berbeda. Pada tabung A larutan tetap biru, tidak terjadi

perubahan, sedangkan pada tabung B larutan menjadi berwarna biru kehijauan.

4) Pembuktian Enzim Tripsin

Kedua tabung dimasukkan putih telur yang sudah diencerkan, putih telur bening

berfungsi sebagai sumber protein, kemudian kedua tabung dipanaskan hingga

mendidih untuk mempercepat reaksi. Saat mendidih, timbul gelembung dan buih

pada albumin. Setelah keduanya dingin, busa mulai menghilang, maka pada

tabung A dimasukkan ekstrak usus, sedangkan di tabung B dimasukkan akuades.

26

Page 27: Ikan Mas Fix

Setelah didiamkan selama 5-10 menit, masing-masing tabung ditetesi reagen

biuret. Biuret digunakan sebagai reagen bagi keberadaan protein. Setelah itu,

maka terjadi perubahan, yaitu pada tabung A menjadi bening kecoklatan,

sedangkan pada tabung B menjadi bening keunguan.

C. Pembahasan

Sistem pencernaan merupakan suatu proses pemecahan senyawa kompleks menjadi

molekul yang lebih sederhana. Praktikum sistem pencernaan kali ini lebih menekankan

pada analisis enzim pada usus ikan mas (Cyprinus carpio) yang bertujuan untuk

mengetahui macam-macam enzim pencernaan makanan yang terdapat pada usus ikan

mas (Cyprinus carpio) serta mengetahui fungsi empedu dalam proses pencernaan

makanan.

Secara umum, proses pencernaan ikan sama dengan vertebrata lainnya. Akan

tetapi, ikan memilki beberapa variasi, terutama dalam hubungannya dengan cara

memakan. Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan menggunakan mata.

Pembauan dan persentuhan digunakan untuk mencari makanan terutama oleh ikan

pemakan di dasar perairan yang kekurangan cahaya. Ikan pemakan plankton memiliki

mulut relatif kecil dan umumnya tidak dapat ditonjolkan ke luar. Rongga mulut bagian

dalam dilengkapi dengan jari-jari tapis insang yang panjang dan lemas untuk menyaring

plankton yang dimakan. Mekanisme tersebutlah yang digunakan ikan mas (Cyprinus

carpio) dalam mencari makanannya. Pada ikan pencernaan secara kimiawi dimulai di

lambung (untuk ikan karnivora/ herbivora cenderung karnivora) atau di bagian depan

usus halus (untuk ikan herbivora/omnivora cenderung herbivora), bukan di bagian

rongga mulut. Hal inilah yang menyebabkan ikan tidak memilki kelenjar air liur yang

dapat menghasilkan enzim saliva (Fujaya, 2004).

1.Pembuatan ekstrak usus

Pembuatan ekstrak usus dilakukan dengan membedah perut ikan mas (Cyprinus

carpio). Sebelum dibedah, ikan mas terlebih dahulu ditenangkan dengan menusuk

bagian depan (kepala) dan bagian belakang (ekor) dengan penusuk. Setelah ikan mas

tenang, maka dilakukanlah pembedahan. Pembedahan dimulai dari bagian ventral

kemudian mengarah ke bagian dorsal hingga daging perut membuka, hal ini untuk

mempermudah pengambilan usus dan empedu. Pembedahan dilakukan dengan hati-

hati agar pisau bedah tidak merobek organ bagian dalam ikan.

27

Page 28: Ikan Mas Fix

Setelah organ pencernaan terlihat, praktikan mencari usus ikan. Usus yang

ditemukan berupa saluran yang kecil dan panjang. Usus dipisahkan dari organ lainnya

yang menempel pada usus secara hati-hati. Kemudian mengambil usus halus, yaitu

usus yang terletak di antara bagian akhir lambung hingga awal usus besar dan

memotong usus secara longitudinal, setelah itu membersihkannya dengan akuades.

Setelah bersih, usus dimasukkan ke dalam mortar dan ditambahkan 20 ml

gliserin 50%. Gliserin berperan untuk menghilangkan lemak yang berada pada

permukaan usus serta dapat membantu proses peluruhan enzim pencernaan yang ada

di usus halus. Kemudian menghaluskan usus halus tersebut, penghalusan usus

bertujuan untuk mengeluarkan enzim-enzim pencernaan yang ada di dalamnya. Jika

sel rusak dan terbuka membrannya, maka zat yang berada di dalam sel akan keluar.

Dengan menghaluskan usus, enzim pencernaan yang berada di dalam usus akan

terekstrak keluar dari sel mukosa usus, setelah itu ditambahkan 5 tetes toluen. Toluen

merupakan senyawa kimia yang berfungsi dalam pengawetan usus tanpa merubah

struktur/konformasi senyawa yang diawetkan. Toluen akan menjaga agar usus tidak

busuk, toluen juga berperan sebagai pelarut materi organik.

Ekstrak usus yang telah menjadi suspensi lalu dimasukkan ke dalam botol gelap

berpenutup dan dibungkus plastik gelap (hitam). Penggunaan botol berpenutup agar

larutan yang berada di dalam botol tidak menguap dan menyebabkan usus menjadi

rusak. Penggunaan botol gelap bertujuan agar tidak terjadi reaksi oksidasi larutan

sehingga komponen enzim yang berupa protein menjadi terdenaturasi jika terkena

panas yang berlebih. Sedangkan penggunakan plastik gelap adalah untuk mencegah

cahaya masuk ke dalam botol.

Setelah botol ditutup dan dibungkus, maka botol disimpan selama 7 hari.

Penyimpanan bertujuan agar enzim yang dikeluarkan sel-sel usus adalah optimal dan

tidak rusak. Setelah 7 hari penyimpanan, ekstrak usus disaring untuk dilakukan uji

pembuktian adanya enzim amilase, maltase dan tripsin. Proses penyaringan larutan

usus bertujuan untuk mendapatkan ekstrak usus yang berisi enzim. Enzim yang

berada di dalam larutan berupa sekresi dari sel. Selain untuk mendapatkan ekstrak

enzim, penyaringan berfungsi untuk memisahkan larutan dari kotoran usus yang tidak

halus. Reaksi akan lebih mudah dilakukan jika enzim terdapat dalam larutan, bukan

dalam bentuk padat (sisa potongan usus yang kurang halus).

2.Pengaruh empedu terhadap lemak

28

Page 29: Ikan Mas Fix

Berdasarkan hasil praktikum pengaruh empedu terhadap lemak didapatkan hasil

bahwa tabung A (cairan empedu + minyak) berwarna hijau keruh dan ada gumpalan

minyak yang berukuran kecil, sedangkan tabung B (akuades + minyak) keruh dan ada

gumpalan minyak berukuran besar. Pada praktikum ini digunakan minyak sebagai

sumber lemak.

Hasil pengamatan tersebut diperoleh setelah tabung A dan B dilakukan

pengocokan dan didiamkan beberapa menit. Sebenarnya pada tabung A terdapat

beberapa lapisan, meskipun terlihat menyatu atau seperti larutan berwarna hijau

keruh. Pada bagian bawah terlihat cairan hijau (+++) bening yang merupakan sisa

empedu yang tidak ikut mengikat lemak, pada bagian tengah terdapat cairan berwarna

hijau (++) keruh dengan gelembung-gelembung minyak berukuran kecil yang

merupakan hasil emulsifikasi lemak oleh cairan empedu, pada bagian atas terdapat

busa berwarna hijau muda yang merupakan hasil reaksi pengikatan garam empedu

terhadap lemak.

Emulsifikasi merupakan proses pelapisan lemak untuk memperkecil ukuran

lemak sehingga memiliki luas permukaan yang lebih besar. Dengan luas permukaan

yang lebih besar ini enzim lipase akan lebih mudah menghidrolisis lemak dan lemak

dapat dengan mudah diedarkan ke seluruh tubuh. Pada percobaan ini pelapis lemak

adalah cairan empedu ikan mas sehingga dapat dikatakan bahwa cairan empedu

adalah emulgator dan lebih lanjut lagi dapat dikatakan bahwa empedu berfungsi untuk

membantu penyerapan lemak.

Cairan empedu terdiri dari garam-garam empedu, elektrolit, pigmen empedu,

kolesterol dan lemak. Fungsi empedu antara lain yaitu untuk membuang limbah tubuh

tertentu (terutama hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan

kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak.

Garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang

larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus. Garam-garam

empedu merupakan bahan pengemulsi kuat yang disekresikan oleh hati dalam empedu

yang selanjutnya mengeluarkan isinya ke bagian atas usus halus. Setelah asam-asam

lemak dan senyawa monoasilgliserol dari butir lemak yang teremulsi diserap di dalam

bagian bawah usus halus, garam-garam empedu yang membantu proses ini juga

diserap kembali. Garam-garam empedu tersebut kembali ke hati untuk kemudian

digunakan lagi berkali-kali. Dengan demikian garam-garam empedu secara tetap

berdaur di antara hati dan usus kecil (Anonim, 2008).

29

Page 30: Ikan Mas Fix

Terkait dengan fungsi empedu dan kandungan empedu yang terdiri dari garam

empedu yang dapat mengemulsi lemak, dapat dibuktikan dengan praktikum ini yang

menghasilkan emulsi lemak pada tabung yang diberi dengan ekstrak usus. Emulsi

lamak dimaksudkan untuk membuat lemak menjadi berukuran kecil dengan luas

permukaannya semakin luas sehingga memaksimalkan aktivitas enzim.

3.Uji pembuktian adanya amilase

Pada uji karbohidrat dengan menggunakan reagen benedict, reaksi positif

ditunjukkan dengan adanya endapan merah bata. Pereaksi benedict mengandung kupri

sulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu2+ dari

kupri sulfat menjadi ion Cu+ yang bereaksi dengan gula (pereduksi) akan menjadi

Cu2O yang ditandai dengan endapan merah bata.

Uji pembuktian adanya enzim amilase menunjukkan hasil bahwa tabung A

(kanji, ekstrak usus & Benedict) berwarna biru kehijauan sedangkan tabung B (kanji,

akuades, & Benedict) berwarna tetap biru. Pada praktikum ini tidak terbentuk

endapan merah bata, hanya perubahan warna dari biru menjadi biru kehijauan pada

tabung A. Perubahan warna ini menunjukkan adanya reaksi yang terjadi antara kanji

encer sebagai sumber amilum, ekstrak usus dan Benedict. Warna yang terbentuk

merupakan pelepasan ion Cu2+ oleh katalis. Amilum dalam larutan bereaksi dengan

enzim yang terdapat dalam ekstrak usus. Amilum dipecah oleh enzim menjadi

senyawa yang lebih sederhana. Hasil dari reaksi pemecahan tersebut bereaksi dengan

reagen Benedict dan menghasilkan perubahan warna.

Tidak terbentuknya endapan dimungkinkan terjadi karena konsentrasi enzim

yang kurang mencukupi untuk mengkatalis substrat (amilum) sehingga kurang

dihasilkan produk. Penyebab lain dapat disebabkan oleh proses penyimpanan ekstrak

usus yang kurang sesuai, kesalahan perlakuan terhadap bahan dan terlalu lamanya

waktu pemanasan larutan sehingga enzim terdenaturasi. Reaksi Benedict dan amilum

dapat diilustrasikan seperti di bawah ini:

Amilum + amilase disakarida + maltosa

R-CH (maltosa) + 2CuO R-COOH + Cu2O (endapan merah bata) tidak

terebentuk

Proses penguraian pati, glikogen dan polisakarida lain menghasilkan D-glukosa

berlangsung terus dan disempurnakan di dalam usus halus, sebagian besar oleh kerja

pankreatik amilase, dibuat oleh pankreas dan disekresi melalui saluran pankreatik ke

30

Page 31: Ikan Mas Fix

bagian atas usus halus. Bagian usus halus ini, tempat terjadinya hampir seluruh proses

pencernaan disebut usus dua belas jari (duodenum).

Pada tabung B, tidak terjadi perubahan warna (tetap biru) karena tidak terjadi

reaksi kimia antara akuades, kanji encer sebagai sumber amilum dan Benedict. Reaksi

yang terjadi hanya berupa reaksi pengenceran, sehingga warna Benedict menjadi biru

muda. Jadi dapat dikatakan bahwa enzim amilase ditemukan di dalam usus halus

karena dari pengujian adanya enzim amilase, ditunjukkan hasil positif dengan

terjadinya perubahan warna dari biru menjadi biru kehijauan meskipun tidak

terbentuk endapan merah bata karena beberapa sebab.

Penggunaan reagen benedict dikarenakan reagen ini digunakan pada setiap uji

biokimia untuk mendeteksi gula pereduksi dalam suatu larutan. Pada pengujian kali

ini gula pereduksi tersebut adalah hasil dari hidrolisis enzim amilase. Reagen

Benedict berwarna biru, jernih dan tidak berbau. Pemanasan berfungsi sebagai katalis

untuk mempercepat reaksi dan meningkatkan kerja enzim. Tabung reaksi dipanaskan

sambil digoyang agar reaksi panas lebih mudah menyebar ke seluruh bagian tabung.

Sumber amilum yang digunakan dalam praktikum ini adalah larutan kanji encer.

4.Uji pembuktian adanya maltase

Jika pati dihidrolisis dengan enzim amilase akan dihasilkan maltosa dan maltosa

akan dihidrolisis oleh enzim maltase menjadi galaktosa. Untuk membuktikan

keberadaan enzim maltase tersebut dilakukan pengujian yang prosedurnya sama

dengan proses pengujian keberadaan enzim amilase, hanya saja larutan kanji encer

diganti dengan maltosa.

Uji pembuktian adanya enzim maltase menunjukkan hasil bahwa tabung A

(maltosa, ekstrak usus & Benedict) tetap berwarna biru sedangkan tabung B (maltosa,

akuades, & Benedict) berubah warna dari biru menjadi biru kehijauan. Hasil ini tidak

sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jika terjadi reaksi antara maltosa, enzim

& Benedict dalam pengujian adanya enzim amilase menunjukkan terbentuknya

endapan merah sebagai indikasi terdapat enzim maltase pada usus. Namun pada hasil

praktikum ini menunjukkan hasil yang berkebalikan, reaksi antara maltosa, enzim dan

benedict ternyata tidak merubah warna, sedangkan reaksi antara maltosa, akuades &

benedict malah menunjukkan perubahan warna. Kesalahan hasil praktikum ini

disebabkan karena penyimpanan reagen benedict yang tidak sesuai. Warna biru

benedict merupakan karakteristik utama keberadaan atom tembaga. Atom ini mudah

bereaksi dengan oksigen dari disakarida atau gula sederhana lain pada gugus aldehid

31

Page 32: Ikan Mas Fix

atau keton membentuk tembaga (II) oksida. Dalam hal ini, atom tembaga yang berada

dalam bentuk ion Cu2+ akan membentuk ikatan ionik dengan oksigen (Vogel, 1998).

Jadi dapat dikatakan bahwa reaksi antara reagen benedict dengan oksigen dapat

merusak komponen reagen tersebut sehingga jika digunakan dalam uji deteksi

karbohidrat maka menunjukkan hasil yang salah.

Reaksi positif adanya enzim maltase pada ekstrak usus ditunjukkan dengan

adanya perubahan warna, warna menjadi agak merah. Perubahan warna ini

disebabkan karena adanya suatu reaksi, yaitu maltosa bereaksi dengan enzim yang

berada pada ekstrak usus dan hasil reaksi dideteksi oleh reagen Benedict membentuk

warna kemerahan.

Tidak terbentuknya endapan merah bata dan hasil yang berkebalikan dari

praktikum ini selain disebabkan oleh penyimpanan reagen yang tidak sesuai juga

dapat disebabkan karena kelebihan waktu pemanasan sehingga kerja enzim menjadi

tidak maksimal karena terdenaturasi serta kurangnya volume enzim yang digunakan

sehingga hasil reaksi kurang.

5.Uji pembuktian adanya tripsin

Tes pembuktian adanya enzim tripsin dilakukan dengan menyiapkan dua buah tabung

reaksi dan diberi label agar perlakuan lebih mudah. Pada tabung A dan B tersebut,

masing-masing ditambahkan 2ml putih telur yang telah diencerkan sebelumnya.

Pengenceran putih telur dilakukan dengan penambahan akuades dan diaduk dengan

spatula sampai bisa bercampur. Putih telur awalnya berupa larutan seperti lendir,

setelah dicampur dengan air dan diaduk denganakuades, timbul gelembung dan busa

pada tabung. Setelah dimasukkan ke dalam tabung, maka kedua tabung tersebut lalu

dipanaskan sampai mendidih. Selama proses pemanasan, gelembung yang terbentuk

dalam tabung bertambah dan putih telur menadi kental. Pemanasan ini dilakukan

untuk mendenaturasikan (menggumpalkan) protein yang menjadi bahan penyusun

utama albumin. Setelah dipanaskan sampai mendidih, tabung reaksi diangkat dari

penangas dan didinginkan. Fungsi proses pendinginan adalah untuk menurunkan suhu

albumin. Karena jika pada saat suhu panas, ekstrak usus diberikan,maka enzim pada

ekstrak usus akan rusak dan tidak dapat bekerja.

Setelah dingin, ditambahkan 1 ml ekstrak usus pada tabung reaksi A dan 1 ml akuades

sebagai kontrol pada tabung reaksi B. Setelah itu, didiamkan selama5-10 menit.

Pendiaman ini bertujuan untuk memberikan waktu bagi enzim untuk bekerja dan

mengkatalis reaksi pemecahan senyawa kompleks albumin menjadi senyawa yang

32

Page 33: Ikan Mas Fix

lebih sederhana(agar terjadi reaksi antara enzim tripsin dalam usus dengan albumin).

Larutan pada tabung reaksi A berwarna putih, kental. Larutan pada tabung reaksi B

terdapat fasa yang jelas antara telur dan air. Setelah 10 menit, diteteskan 1-2 tetes

reagen biured ke dalam masing-masing tabung reaksi dan diamati perubahan pada

tabung reaksi A dan B. Larutan biuret berwarna biru. Setelah penambahan biuret,

larutan pada tabung reaksi A menjadi berwarna biru, pada tabung B menjadibiru

muda.

Setelah penambahan biuret, tabung reaksi A terjadi perubahan warna menjadi ungu,

sedang pada tabung reaksi B warna menjadi merah muda mendekati orange. Warna

ungu pada tabung reaksi A timbul karena reagen Biuret bereaksi dengan gugus amin

yang terdapat pada asam amino. Biuret merupakan reagen yang bersifat basa,

sehingga gugus amin dari asam amino bertindak sebagai asam Dengan membentuk

NH4+. Reaksi menghasilkan senyawa basa NH4OH yang menyebabkan larutan

berwarna ungu. Larutan pada tabung raksi B berwarna orange atau merah muda

karena tidak terjadi reaksi penguraian protein albumin air sehingga hasil reaksi tidak

dapat bereaksi dengan reagen Biuret.

Enzim tripsin adalah enzim yang dihasilkan oleh pankreas yang dapat memecah

polipeptida menjadi asam-asam amino penyusunnya. Keberadaan enzim ini

diindikasikan de ngan pembentukan warna ungu dari reagen biuret yang ditambahkan.

pepsin tripsin, kimotripsin

Protein [proteosa, pepton, polipeptida]

peptidase

[polipeptida + asam amino] asam-asam amino

Penempatan botol selama penyimpananpun adalah ditempat gelap, hal ini bertujuan agar

tidak ada cahaya yang masuk dan bereaksi denganlarutan dalam botol. Cahaya yang masuk

akan bereaksi dengan kompleks toluen-gliserin-ekstrak usus yang dapat menghampat proses

sekresi enzim oleh sel. Setelah itu, botol disimpan di dalam laci meja laboratorium botani.

33

Page 34: Ikan Mas Fix

DISKUSI

a. Mengapa pada percobaan di atas harus menggunakan usus ikan yang masih segar?

Penggunaan usus ikan mas (Cyprinus carpio) yang masih segar dikarenakan agar

proses metabolisme masih berlangsung dan enzim-enzim yang ada di dalam usus halus

pun masih aktif (tidak mati).

b. Ciri-ciri apa yang dapat dikemukakan dari hasil percobaan ini sehingga terbukti

adanya enzim maltase, amialse dan tripsin?

Adanya enzim amilse, maltase dan tripsin dapat dilihat dari indikator perubahan warna

warnanya yang menandakan bahwa ada reaksi yang terjadi, yaitu:

- Amylase, perubahan warna dari biru menjadi biru kehijauan bening setelah

kanji (amilum) bereaksi dengan Benedict

- Maltase, perubahan warna dari biru menjadi biru kehijauan bening setelah

maltose bereaksi dengan Benedict meskipun dalam praktikum ini kami

mengalami kesalahan hasil praktikum

- Tripsin, perubahan warna dari biru menjadi ungu bening setelah putih telur

(albumin) bereaksi dengan reagen biuret meskipun dalam praktikum ini kami

mengalami kesalahan hasil praktikum

c. Apa pengaruh cairan empedu terhadap minyak, mengapa proses ini penting dalam

pencernaan lemak?

Di dalam empedu terdapat cairan empedu yang berfungsi dalam proses pengemulsian

lemak. Pengaruh cairan empedu terhadap minyak akan mengemulsi (sebagai

emulgator). Prosesnya pada dasarnya akan memecahkan ikatan lemak pada minyak

hingga menjadi bagian terkecil sehingga dapat larut dan mudah diserap.

Fungsi empedu adalah untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama pigmen hasil

pemecahan sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan

penyerapan lemak. Kandungan garam empedu dapat meningkatkan kelarutan

kolesterol, lemak, dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu

penyerapannya dari usus.

d. Mengapa ekstrak usus disimpan selama 1 minggu sebelum diuji?

34

Page 35: Ikan Mas Fix

Penyimpanan selama 1 minggu ini bertujuan agar enzim yang dikeluarkan sel-sel usus optimal dan tidak rusak.

e. Uraikan hidrolisa amilum!

Polisakarida disakarida monosakarida

35

Page 36: Ikan Mas Fix

BAB V

SIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai analisis enzim pencernaan

pada usus ikan mas (Cyprinus carpio), dapat diperoleh kesimpulan antara lain:

1. Pada usus halus terjadi pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein. Pencernan

karbohidrat diindikasikan dengan adanya enzim amilase (memecah zat tepung/amilum

menjadi disakarida dan maltosa) dan maltase (mengubah maltosa menjadi glukosa).

Pencernaan protein diindikasikan salah satunya dengan adanya enzim tripsin (memecah

protein menjadi peptida berantai pendek). Sedangkan pencernaan lemak membutuhkan

sekret dari empedu yang memecah trigliserida menjadi monogliserida; kemudian

monogliserida menjadi asam lemak dan gliserol.

2. Keberadaan enzim pencernaan diketahui secara tidak langsung dengan menggunakan

reagen Benedict untuk amilase dan maltase dan reagen Biuret untuk enzim tripsin.

Namun, dari praktikum yang dilakukan, terdapat hasil yangt tidak sesuai, diantaranya

pada praktikum amilase dan maltase yang tidak terbentuk endapan merah bata, pada

praktikum maltase dan tripsin menunjukkan hasil yang berkebalikan. Hal ini terjadi

karena konsentrasi dan volume enzim dan ekstrak usus yang kurang, penyimpanan

ekstrak usus yang kurang sesuai, penyimpanan reagen kimia yang tidak sesuai.

3. Empedu memilki fungsi untuk membantu penyerapan lemak oleh usus melalui proses

yang dinamakan emulsifikasi.

36

Page 37: Ikan Mas Fix

DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 2004. Biologi Jilid 3, Edisi Ke 5. Erlangga: Jakarta.

Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi II. Jakarta: EGC.

http://id.wikipedia.org/wiki/Enzim diakses tanggal 5 Mei 2011

http://labkesehatan.blogspot.com/2010/03/tes-glukosa-urin.html

http://Sistem pencernaan - Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.htm

diakses tanggal 5 Mei 2011

Lehninger.A.L, 1995. Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga, Jakarta

Pearce, Efelin C. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedic. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Poedjiadi, A., dan Supriyanti, F.M. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press : Jakarta

Raharjo, Nur K. dan Nur Q. 2007. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Laboratorium

Biologi UNESA.

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC

Soewolo, dkk. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.

Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Depdiknas

Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC.

Tim. 2011. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Surabaya: Unesa.

Wulangi, Kartolo. 1993. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. Bandung: ITB.

37

Page 38: Ikan Mas Fix

LAMPIRAN

38

Page 39: Ikan Mas Fix

39

Page 40: Ikan Mas Fix

40