s_e5331_050159_chapter2

28
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sikap Kerja 1. Pengertian Sikap Kerja “Sikap diartikan sebagai kesiapan untuk bertindak”. (kamus Besar Bahasa Indonesia:2008:458). Dalam definisi “sikap diartikan sebagai suatu pembelajaran yang dilakukan untuk merespon sebuah objek dengan baik maupun tidak baik secara konsisten” (Arifamrizal , 2008:1). Sikap tubuh saat melakukan setiap pekerjaan dapat menentukan atau berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pekerjaan”(Administrator, 2008:1). “Sikap diartikan sebagai suatu konstruk untuk memungkinkan telihatnya suatu aktivitas” (Mar’at, 1984:10), dari uraian bermacam pengertian sikap muncullah berbagai problema yang berpangkal pada pembawaan-pembawaan salah satunya dari unsur kepribadian yaitu sikap yang berkaitan dengan motif dan mendasari tingkah laku seseorang. Diungkapkan lebih jauh, bahwa obyek psikologis itu berupa symbol ungkapan, semboyan, pendirian, dan idealisme yang berpengaruh terhadap individu, dimana individu yang bersangkutan cenderung mempunyai pandangan yang sama atau berbeda terhadap obyek tersebut, bila dibandingkan dengan individu lain. Sejalan dengan pendapat diatas, Newcomb dalam Mar’at (1981:11) berpendapat, bahwa ‘sikap merupakan suatu kesatuan 13

Upload: gun-gun-gunawan

Post on 29-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

skripsi

TRANSCRIPT

Page 1: s_e5331_050159_chapter2

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Sikap Kerja

1. Pengertian Sikap Kerja

“Sikap diartikan sebagai kesiapan untuk bertindak”. (kamus Besar Bahasa

Indonesia:2008:458).

Dalam definisi “sikap diartikan sebagai suatu pembelajaran yang dilakukan

untuk merespon sebuah objek dengan baik maupun tidak baik secara konsisten”

(Arifamrizal, 2008:1). “Sikap tubuh saat melakukan setiap pekerjaan dapat

menentukan atau berpengaruh terhadap keberhasilan suatu

pekerjaan”(Administrator, 2008:1).

“Sikap diartikan sebagai suatu konstruk untuk memungkinkan telihatnya

suatu aktivitas” (Mar’at, 1984:10), dari uraian bermacam pengertian sikap

muncullah berbagai problema yang berpangkal pada pembawaan-pembawaan

salah satunya dari unsur kepribadian yaitu sikap yang berkaitan dengan motif dan

mendasari tingkah laku seseorang. Diungkapkan lebih jauh, bahwa obyek

psikologis itu berupa symbol ungkapan, semboyan, pendirian, dan idealisme yang

berpengaruh terhadap individu, dimana individu yang bersangkutan cenderung

mempunyai pandangan yang sama atau berbeda terhadap obyek tersebut, bila

dibandingkan dengan individu lain. Sejalan dengan pendapat diatas, Newcomb

dalam Mar’at (1981:11) berpendapat, bahwa ‘sikap merupakan suatu kesatuan

13

Page 2: s_e5331_050159_chapter2

14

kognisi, afeksi dan konasi yang mempunyai valensi dan akhirnya berintegrasi

kedalam pola yang lebih luas’.

Sikap merupakan suatu kesatuan kognisi yang mempunyai valensi dan

akhirnya berintegrasi kedalam pola yang lebih luas. Hal ini dapat dilihat pada

bagan sebagai berikut:

Sasaran/tujuan yang bernilai terhadap mana berbagai pola sikap dapat disorganizer

Kesiapan secara umum untuk suatu tingkah

laku bermotivasi Kesiapan ditunjukkan pada sasaran dan

dipelajari untuk tingkah laku bermotivasi

Keadaan organism yang menginisiasikan

kecenderungan kearah aktivitas

Gambar 2.1 Hubungan antara nilai, sikap, motivasi dan dorongan Newcomb dalam Mar’at (1981:11)

Nilai

Sikap

Motivasi

Dorongan

Page 3: s_e5331_050159_chapter2

15

Diagram tersebut melukiskan perkembangan seleksi dan generasi tingkah

laku individu yang berpangkal pada dorongan dan akhirnya mencapai puncak

pada nilai. Nilai inilah yang menunjukkan konsistensi organisasi tingkah laku

individu. Telah diuraikan bahwa definisi sikap yang dirumuskan sebagian besar

sebagai kecenderungan, kesediaan yang diramalkan tingkah laku apa yang dapat

terjadi jika telah diketahui sikapnya. Dengan sendirinya tindakan yang diawali

melalui proses yang cukup kompleks dan sebagai titik awal untuk menerima

rangsangan adalah melalui alat indera seperti: penglihatan, pendengaran, alat raba,

rasa dan bau. Dalam diri individu sendirinya terjadi dinamika berbagai psikofisik

seperti kebutuhan, motivasi, perasaan, perhatian, dan pengambilan keputusan.

Semua proses ini sifatnya tertutup sebagai dasar pembentukan sikap yang

akhirnya melalui ambang batas terjadi tindakan yang bersikap terbuka, inilah yang

disebut tingkah laku. Jelasnya bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, tetapi berupa kecenderungan tingkah laku.

= Garis arah/kecenderungan dari sikap = Garis tanpa proses, seperti reaksi refleks.

Gambar 2.2 Skematik Sikap (Mar’at, 1981:12)

SIKAP (TERTUTUP)

PROSES RANGSANGAN

REAKSI TINGKAH LAKU (TERBUKA)

RANGSANGAN STIMULUS

Page 4: s_e5331_050159_chapter2

16

Dapat lebih dijelaskan bahwa sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi

terhadap obyek dilingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap obyek

tersebut, misalnya seseorang memiliki sikap untuk kecenderungan lari jika dikejar

anjing. Eksperimen ini dapat dikatakan adanya konsistensi dari reaksi. Melihat

adanya satu kesatuan dan hubungan atau keseimbangan dari sikap dan tingkah

laku, maka peneliti harus melihat sikap sebagai system dan interrelasi antar

komponen-komponen sikap.

Mar’at (1984:20-21) memberikan dimensi-dimensi sikap sebagai berikut:

a. attitudes are learned, yang berarti sikap tidaklah merupakan sesuatu yang dilahirkan, tetapi diungkapkan bahwa sikap dipandang sebagai hasil belajar diperoleh melalui pengalaman dan interaksi yang terus menerus dengan lingkungan.

b. Attitudes have reference, yang berarti bahwa sikap selalu dihubungkan dengan obyek seperti manusia, wawasan, peristiwa ataupun ide.

c. Attitudes are sosial learnings, yang berarti bahwa sikap diperoleh dalam berinteraksi dengan manusia lain, baik di rumah, sekolah, tempat ibadah ataupun tempat lainnya melalui nasihat, teladan atau percakapan.

d. Attitudes have readiness to respond, yang berarti adanya kesiapan untuk bertindak dengan cara-cara tertentu terhadap obyek.

e. Attitudes are affective, yang berarti perasaan dan afeksi merupakan bagian dari sikap. Akan tampak pada pilihan yang bersangkutan, apakah positif, negatif atau ragu.

f. Attitudes are very intensive, yang berarti tingkat intensitas sikap terhadap obyek tertentu kuat atau juga lemah.

g. Attitudes have time dimension, yang berarti sikap tersebut hanya mungkin cocok pada situasi yang sedang berlangsung, akan tetapi belum tentu sesuai pada saat lainnya. Karena itu sikap dapat berubah tergantung situasi.

h. Attitudes have duration factor, yang berarti sikap dapat bersifat relatif “konsisten” dalam sejarah hidup individu.

i. Attitudes are complex, yang berarti bahwa sikap merupakan bagian konteks persepsi ataupun kognisi individu.

j. Attitudes are evaluations, yang berarti bahwa sikap merupakan penilaian terhadap sesuatu yang merupakan penilaian terhadap sesuatu yang mungkin mempunyai konsekuensi tertentu bagi yang bersangkutan.

Page 5: s_e5331_050159_chapter2

17

k. Attitudes are inferred, yang berarti bahwa sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indikator yang sempurna atau bahwa yang tidak memadai.

Setelah mengetahui pengertian sikap, penulis memberikan gambaran

mengenai pengertian kerja. Kerja adalah aktivitas yang dilakukan pekerja baik

dalam bentuk tenaga maupun berbentuk pikiran yang tujuannya untuk

mempertahankan kelangsungan hidup. Sedangkan bekerja adalah sejumlah

aktivitas fisik dan mental yang dilakukan oleh seseorang untuk mengerjakan

seluruh pekerjaan.

Berdasarkan kedua pengertian diatas, maka pengertian sikap kerja adalah

kesiapan mental maupun fisik untuk bekerja dengan cara tertentu yang dapat

dilakukan dalam kecenderungan tingkah laku pekerja atau siswa dalam

menjalankan aktivitasnya sebagai upaya memperkaya kecakapan dan

kelangsungan hidup.

2. Ciri-Ciri Sikap Kerja

Adapun ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut:

a) Sikap menunjukkan adanya hubungan antara subjek dan obyek. Sikap dihubungkan dengan obyek, orang, tempat, peristiwa, gagasan yang abstrak, dan konsep-konsep dalam lingkungan seseorang. Hal ini menyebabkan perbedaan antara sikap seseorang dengan yang lainnya.

b) Sikap memiliki arah tertentu, sikap terarah dan berorientasi kearah obyek: orang, tempat, dan gagasan.

c) Sikap bercirikan suatu factor intensitas. Suatu sikap mengandung kekuatan atau kelemahan. Sikap yang intensitasnya tinggi tampak pada tingkah lakunya yang kuat pula.

d) Sikap itu diperoleh. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh berkat diskriminasi dan bereaksi terhadap stimulus lingkungannya.

e) Sikap ditandai oleh stabilitas dan konsistensi. Kestabilan dan keserasian suatu sikap tampak pada penafsiran dan reaksi terhadap lingkungannya. (Broto, 2009:1)

Page 6: s_e5331_050159_chapter2

18

Bila uraian diatas di artikan pada ciri-ciri sikap kerja, maka dapat di

uraikan sebagai berikut:

Sikap kerja menunjukkan hubungan antara subjek dan obyek kerja yang

bertujuan untuk melihat perbedaan antara sikap kerja seseorang (siswa) dengan

yang lain, sikap kerja memiliki arah yang jelas yaitu kepada obyek baik itu orang,

tepat ataupun gagasan, sikap kerja bercirikan suatu faktor keseriusan dalam

bekerja, kekuatan atau kelemahan pada saat bekerja, sikap kerja itu

diperoleh berkat adanya keseriusan pekerja sehingga pekerja dapat bekerja secara

maksimal di lingkungan kerja, sikap kerja juga ditandai oleh stabilitas dan

konsistensi dalam bekerja itu dapat dilihat pada reaksi pekerja pada saat berada di

lingkungan kerja.

3. Fungsi Sikap Kerja

Fungsi sikap menurut Mar’at (1981:28) menyebutkan sebagai berikut:

a) Membantu seseorang untuk mengerti sikapnya, yaitu dengan cara mengatur dan menyederhanakan input yang sangat rumit.

b) Melindungi harga diri seseorang dengan member mereka kemungkinan untuk menghindari kenyataan yang tidak menyenangkan mengenai diri mereka.

c) Memungkinkan seseorang untuk menyesuaikan diri di dunia yang rumit, dengan memberikan reaksi dapat meningkatkan penghargaan dari lingkungannya.

d) Menghindari seseorang untuk mengungkapkan nilai-nilai fundamentalnya.

Bila uraian diatas di artikan pada fungsi sikap kerja, maka dapat di uraikan

sebagai berikut:

Fungsi sikap kerja itu adalah untuk membantu pekerja atau siswa untuk

memahami lingkungan kerja sehingga pekerja tidak mengalami kesulitan dalam

beraktivitas di ruang kerja, sikap kerja juga berfungsi untuk melindungi diri

Page 7: s_e5331_050159_chapter2

19

pekerja atau siswa dari kemungkinan yang tidak menyenangkan atau

merendahkan martabat pekerja selain itu juga memungkinkan pekerja atau siswa

untuk beradaptasi di dunia kerja yang rumit.

4. Komponen Sikap Kerja

Menurut Broto (2009:1) menjelaskan, bahwa “komponen sikap terdiri

dari: Kepercayaan, ide dan konsep terhadap suatu obyek, kehidupan atau evaluasi

emosional terhadap suatu obyek kerja, serta kecenderungan untuk bertindak”.

Berdasarkan pendapat itu, maka komponen sikap dapat dikembangkan menjadi

komponen sikap kerja, yaitu:

a) Kepercayaan terhadap kerja.

b) Kehidupan atau evaluasi emosional terhadap kerja.

c) Kecenderungan untuk bekerja.

Penentuan sikap kerja, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi

memegang peranan penting, dalam berpikir komponen emosi dan keyakinan ikut

bekerja.

5. Pembentukan Sikap Kerja

Menurut Betti (2007:1) Sikap kerja dapat disebabkan oleh faktor-faktor

dari dalam, yaitu:

Hal-hal yang berkenaan dengan tindakan selektivitas atau minat perhatiannya atau menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar, pengaruh-pengaruh dari luar yaitu: Dalam interaksi kelompok, dimana terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia karena komunikasi dimana terdapat pengaruh-pengaruh dengan hubungan langsung dari satu pihak saja.

Page 8: s_e5331_050159_chapter2

20

Pendapat di atas mengungkapkan bahwa dalam suatu interaksi individu

pekerja atau siswa dalam kelompok kerja terdapat hubungan timbal balik

langsung antara individu pekerja atau siswa. Dengan hubungan langsung tersebut

maka menimbulkan pengaruh antara individu pekerja satu sama lain.

6. Ruang Lingkup Sikap Kerja

Ruang lingkup sikap kerja meliputi tata tertib kerja, keselamatan dan

kesehatan kerja serta pemeliharaan mesin atau alat kerja. Tata tertib kerja

berdasarkan informasi umum lomba kompetensi las tingkat SMK yaitu : seluruh

peserta harus bekerja secara mandiri, kerusakan alat karena kesengajaan menjadi

tanggung jawab peserta, bila ada keraguan/ketidak jelasan bertanyalah kepada

instruktur, kesalahan pengerjaan terhadap benda kerja tidak dapat diganti dengan

benda kerja baru, seluruh peserta wajib menjaga keutuhan dan kebersihan

alat/lingkungan sekitarnya, selama mengikuti praktek semua peserta diwajibkan

menggunakan pakaian praktek dengan identitas sebagai peserta dan

perlengkapan pengaman yang memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan kerja

dan seluruh peserta diwajibkan mentaati tata tertib yang berlaku baik secara

tertulis maupun tidak tertulis.

Prinsip-prinsip kesehatan dan keselamatan kerja sangat perlu diperhatikan

untuk menghindari kecelakaan dibengkel atau praktek lainnya. Kecelakaan kerja

adalah suatu tindakan pekerjaan yang tidak berhati-hati atau suatu akibat keadaan

yang tidak aman, mungkin juga kedua-duanya. Kecelakaan mengakibatkan luka

parah atau cacat badan dan sebagainya.

Page 9: s_e5331_050159_chapter2

21

Pada penelitian ini penulis menitik beratkan keselamatan kerja pada

pembelajaran kompetensi mengelas pada proses las busur metal manual. Ruang

lingkup keselamatan kerja tertuju pada aspek-aspek sebagai berikut:

a. Keselamatan mesin dan peralatan las busur metal manual

Mengetahui jenis mesin atau pesawat las dapat ditinjau berdasarkan jenis

arus yang keluar, yaitu:(l) Pesawat las Arus Bolak-balik (AC), (2) Pesawat las

Arus searah (DC), (3) Pesawat las DC-AC, Alat-alat kerja las umumnya

terdiri dari: Kamar las yang di dalamnya dilengkapi dengan Meja dan Kursi.

Meja las yang ada dilengkapi dengan alat penyedot terak di dalamnya dan

alat pemegang hasil lasan, di samping meja disediakan pendingin. Peralatan

penunjang yang belum disebutkan di atas seperti Apron (pakaian las), gerinda

tangan, sikat las, smitang, palu terak, kaca mata las, kaca mata bening, helm

atau kedok las, Sarung tangan , Palu konde, Mistar, dan Mesin potong plat.

b. Siswa

Keselamatan siswa secara spesifik ditinjau dari aspek pembelajaran

keterampilan, yaitu mulai dari tahap persiapan, proses kerja dan finishing.

Tahap persiapan, salah satunya siswa diwajibkan mempersiapkan alat K-3.

Pada tahap proses kerja, siswa diwajibkan memakai alat-alat K-3 dan mentaati

prosedur-prosedur pengelasan. Tahap finishing, salah satunya siswa

menyimpan kembali alat K-3 dengan benar

Page 10: s_e5331_050159_chapter2

22

c. Produk Praktek

Pada setiap pembelajaran, siswa dituntut harus tuntas dengan menghasilkan

produk praktikum. Produk tersebut tentunya disesuaikan dengan tingkatan

keahlian yang telah ditentukan kurikulum pembelajaran. Secara sederhana

produk yang dimaksud adalah berupa sambungan las dengan kampuh V yang

dilakukan pada posisi dibawah tangan.

d. Lingkungan praktek.

Lingkungan yang dimaksud dalam pembelajaran kompetensi mengelas pada

proses las busur metal manual adalah sirkulasi udara, kerapihan dan

kebersihan mesin dan peralatan las. Sirkulasi udara yang baik menciptakan

kenyamanan bagi pengguna ruangan las, kebersihan mendukung sikap atau

afeksi siswa, senang atau tidak senang. Kerapian penyimpanan mesin dan

peralatan mempermudah siswa dalam pemilihan dan pengambilan alat serta

pengoperasian mesin.

Pendekatan kesehatan kerja dapat ditinjau dari kesehatan secara medis,

indikator kesehatan kerja tersebut diidentifikasi pada saat dan setelah pengelasan

berlangsung. Mengetahui pengertian kesehatan kerja, Suma'mur P.K (1996:1-2).

mendefinisikan bahwa:

Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar peserta (siswa) atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik maupun mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum. Jelas sifat-sifat kesehatan kerja sasarannya adalah manusia dan bersifat medis

Page 11: s_e5331_050159_chapter2

23

Dalam definisi kesehatan kerja di atas, hal yang menjadi sasaran

kesehatan kerja adalah selamatnya siswa dari penyakit-penyakit atau gangguan-

gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pelaksanaan pembelajaran

kompetensi mengelas pada proses las busur metal manual dan lingkungannya

diukur secara medis. Penyakit atau gangguan kesehatan dalam pengelasan dapat

diidentifikasi berdasarkan bahaya yang muncul pada saat dan setelah pengelasan,

yaitu:

1) Gangguan pada mata dan kulit akibat cahaya dan sinar lasan

Cahaya yang berbahaya dalam pengelasan adalah cahaya ultra fiolet dan

cahaya yang tidak tampak, sinar dimaksud adalah sinar infra merah. Akibat

cahaya dan sinar tersebut dapat menimbulkan rasa sakit pada mata bahkan

kalau dibiarkan dapat menimbulkan kebutaan. Pada kulit bisa menimbulkan

iritasi. terutama kulit muka yang sensitif.

2) Gangguan pernafasan akibat debu dan gas dalam asap lasan

Debu asap las dapat menimbulkan gangguan pada paru-paru apabila ukuran

debu dalam asap di bawah 0,5 pm, maka bulu hidung dan pipa pernafasan

tidak dapat menahannya, sehingga debu dapat masuk ke paru-paru, sehingga

menimbulkan sesak napas atau asma. Gas dalam asap dapat diketahui

berdasarkan unsur atau senyawa kimianya, yaitu: Gas CO, CO2, O3, NO, dan

NO2. Konsentrasi gas-gas tersebut membahayakan siswa, apabila terhirup

dengan bebas, maka bersenyawa dengan hemoglobin (hb) darah sehingga

Page 12: s_e5331_050159_chapter2

24

darah kekurangan O2. Bahaya tersebut dapat menyebabkan gangguan pada

sistem syaraf.

3) Kematian atau kerusakan sistem syaraf atau akibat sengatan arus listrik

Besarnya kejutan arus listrik dapat menimbulkan bahaya dan cidera bagi tubuh

manusia. “Cedera yang di akibat listrik adalah kerusakan yang terjadi jika arus

listrik mengalir ke dalam tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun

menyebabkan terganggunya fungsi suatu organ dalam” (Mediacastore,

2009:1).

4) Bahaya lainnya pada manusia

Bahaya ledakan akibat tangki kotor dengan minyak, cat dan gas yang mudah

terbakar. Bahaya kebakaran akibat ruangan kotor dengan bahan-bahan yang

mudah terbakar seperti bensin, solar, minyak, cat kayu dan kain. Bahaya sinar

X dan γ terutama dalam pemeriksaan hasil lasan. Bahaya jatuh akibat

kecerobohan siswa dalam penyimpanan bahan dan alat kerja.

Meminimalisasi kemungkinan terjadinya kecelakaan dan gangguan

kesehatan pada siswa yang diakibatkan oleh kerja, maka pada saat pengelasan

siswa diwajibkan mempergunakan alat pernafasan, pelindung debu,

kaca mata las, sarung tangan. Ruang praktek las harus dilengkapi dengan

alat pengukur kandungan debu asap, di dalamnya dilengkapi kertas filter atau

pembauran sinar, alat pengukur konsentrasi gas yang dilengkapi tabung detekor.

Di samping siswa harus menggunakan alat-alat K-3, sebelum praktek

siswa pun harus meminum suplemen kesehatan seperti susu murni dan makanan

Page 13: s_e5331_050159_chapter2

25

bervitamin yang diajurkan oleh dinas kesehatan. Hal ini bermanfaat untuk

mencegah penyakit akibat kerja.

Pemeliharaan mesin atau alat-alat kerja, mesin dan peralatan kerja

dipelihara sesuai dengan ketentuan sehingga selalu dalam keadaan bersih, tertib

dan siap pakai. Keberhasilan pemeliharaan mesin atau alat-alat dapat ditentukan

oleh sikap siswa yang aman sebagai berikut:

1) Alat-alat harus ditempatkan pada tempat yang telah disediakan.

2) Kotoran-kotoran usahakan dibersihkan atau dikumpulkan pada satu

tempat.

3) Kabel listrik jangan dibiarkan bergantungan di atas meja.

4) Barang/benda-benda yang tidak digunakan sebaiknya ditempatkan di

gudang.

7. Sikap Kerja Pada Proses Las Busur Metal Manual

Menurut Depdiknas (2004:25) menjelaskan bahwa cara mengelas dengan

baik dan benar pada posisi pengelasan dibawah tangan dengan las busur metal

manual, yaitu sebagai berikut :

Pengelasan Sambungan Temu Posisi di Bawah Tangan a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran

1) Siswa dapat melakukan pengelasan sambungan temu dengan kampuh V pada posisi di bawah tangan sesuai standar operasional.

2) Melakukan tindakan keselamatan kerja pada pengelasan sambungan kampuh V posisi dibawah tangan.

3) Memahami tindakan pengamanan dan keselamatan kerja secara spesifik ketika menggunakan peralatan las busur metal.

b. Uraian Materi 1) Keselamatan kerja

a) Pakailah pakaian yang patut sebagai baju pelindung dikala

Page 14: s_e5331_050159_chapter2

26

mengelas b) Jagalah agar selalu aman dan area harus selalu bersih. c) Pastikan bahwa tidak ada material yang mudah terbakar didekat

area pengelasan d) Yakinkanlah bahwa selalu ada ventilasi untuk memberikan tiga

atau empat kali penukaran udara per jam. e) Jangan mengelas disekitar benda yang mudah meledak. f) Tidak boleh mengelas atau memotong pada area yang

dikhususkan bila tidak mempergunakan pelindung lengkap. g) Taruhlah semua peralatan lasan dengan baik.

2) Prosedur pengelasan sambungan temu posisi dibawah tangan.

a) Sebelum melaksanakan pengelasan sambungan kampuh V, siswa harus menguasai pembuatan jalur las, jalur lebar dan sambungan fillet posisi dibawah tangan terlebih dahulu.

b) Siapkan mesin las standar, alat keselamatan kerja, dua buah pelat 10 x 60 x 100 mm, elektroda E7018 dengan Ø 4 mm besar arus yang diizinkan sebesar antara 100 – 130.

c) Buat bevel ujung kedua pelat dengan sudut 350 dan gerida ujung lancip 3,2 mm. ( buat rootgap 3,2 mm)

d) Tackweld kedua ujung plat dalam posisi dibawah tangan sehingga membentuk kampuh V

e) Mulai mengelas dengan arah pengelasan dari depan kebelakang dengan sudut kemiringan elektroda ±15º, control kecepatan pengelasan sehingga membuat penembusan yang sempurna, gunakan ayunan melingkar dengan tetap menjaga kelurusan jalur pengelasan. (penetrasi harus sempurna disemua sisi sambungan)

f) Bersihkan terak, amati hasil penembusan dan pastikan sambungan sempurna tanpa ada sisi yang tidak tersambung. ( jika ada sambungan yang tidak sempurna lepaskan sambungan dan gerinda untuk melakukan pengelasan ulang)

g) Bila melakukan pengelasan ulang ikuti alur pengelasan dari poin a sampai dengan poin f.

h) Bila proses pengelasan telah selesai, laporkan hasil pengelasan kepada guru kemudian dikumpulkan.

8. Acuan Penilaian Sikap Kerja

Acuan penilaian sikap kerja dapat mencakup ruang lingkup sikap kerja,

yaitu: Tata tertib kerja, keselamatan dan kesehatan kerja serta pemeliharaan

mesin. Pada pelaksanaannya penulis menggunakan cara penilaian, yaitu

observasi sikap kerja psikologis dengan skala sikap dan pengamatan sikap kerja.

Page 15: s_e5331_050159_chapter2

27

Penilaian sikap kerja dengan skala sikap digunakan untuk menilai

kecenderungan sikap kerja siswa yang sulit untuk diperhitungkan dengan angka-

angka dalam bentuk kata nominal secara kuantitatif, melainkan hanya mungkin

dapat dipandang secara kontinum, sehingga mungkin sekali skala

penilaian sikap menggunakan jenis skala tertentu.

Jenis skala yang akan dipergunakan dalam penelitian ini:

a. Skala Nominal

Skala nominal adalah pengukuran yang paling rendah tingkatannya ini

terjadi apabila bilangan atau lambang-lambang lain digunakan untuk

mengklasifikasikan obyek, orang, hewan atau benda lain. Apabila bilangan atau

lambang-lambang lain digunakan untuk mengidentifikasikan kelompok dimana

beberapa obyek dapat dimasukkan kedalamnya maka bilangan atau lambang itu

membentuk suatu skala nominal (klasifikasi). Demikian pula pengelompokan

suatu kejadian menjadi dua kelompok yang dikenal dengan skala nominal

dikotonik dan biasanya diberi lambang himpunan (0 atau 1). Misalnya kejadian

mati dan hidup, sembuh dan sakit, tidak berhasil dan berhasil, tidak ditemukan

dan ditemukan.

b. Skala Ordinal (Ranking)

Skala ordinal terjadi bila obyek yang ada dalam satu kategori suatu skala

tidak hanya berbeda dengan obyek-obyek itu, tetapi juga mempunyai hubungan

satu dengan yang lain. Hubungan yang ada biasa kita jumpai diantara kelas-kelas

adalah: lebih tinggi, lebih disenangi, lebih sering, lebih sulit, lebih dewasa dan

Page 16: s_e5331_050159_chapter2

28

sebagainya. Pengukuran yang dilakukan dalam skala ordinal adalah obyek

dibedakan menurut persamaannya dan menurut urutannya. Jadi dapat dibuat

urutan atau rangking yang lengkap dan teratur diantar kelas-kelas. Sebagai contoh

kejadian bila seseorang melakukan sesuatu kegiatan/pekerjaan dimana dia sering

sekali, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah. Kejadian ini bisa dilihat dari

proses kerja sehingga hasil kerjanya dapat dikuantitatifkan dalam bentuk

persentase.

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Setiap siswa yang melakukan kegiatan belajar akan mengalami perubahan-

perubahan, baik perubahan dalam bentuk pengetahuan, sikap maupun

keterampilan. Perubahan tersebut dihasilkan siswa melalui pengalaman dalam

interaksinya dengan lingkungan dan hal tersebut disebut sebagai hasil belajar atau

prestasi belajar, seperti yang dikemukakan oleh Negoro A dalam Arianto

(2008:1), “prestasi adalah segala jenis pekerjaan yang berhasil dan prestasi itu

menunjukkan kecakapan suatu bangsa”. Kalau Menurut W.J.S Purwadarminto

dalam Arianto ( 1987: 767 ) menyatakan bahwa ‘prestasi belajar adalah hasil yang

dicapai sebaik - baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap

hal - hal yang dikerjakan atau dilakukan ‘.

Jadi prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut

kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta

perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan

Page 17: s_e5331_050159_chapter2

29

waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil

tes atau ujian.

Sejalan dengan pendapat-pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan ,

jadi prestasi belajar merupakan indikator dari perkembangan perilaku dalam

pengetahuan (penalaran), sikap (penghayatan), dan keterampilan (pengalaman).

Perkembangan yang berupa prestasi belajar ini memiliki kualifikasi besar, kecil,

tinggi, rendah, sedang, berhasil, gagal, lulus dan juga tidak lulus. Kualifikasi ini

juga biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka, sebagaimana yang biasa

dilakukan oleh para instruktur bahwa tinggi rendahnya hasil belajar dinyatakan

dengan nilai atau angka.

Prestasi belajar kompetensi mengelas pada proses las busur metal manual

yang dicapai siswa dalam suatu periode tertentu, baik caturwulan ataupun

semester dapat ditunjukkan dalam bentuk nilai-nilai dan dapat dilihat dari Kartu

Hasil Studi (KHS) tiap kompetensi, kemudian nilai tersebut diolah menjadi

laporan kemajuan akademik siswa yang disebut raport. Hal ini serupa dengan

pendapat yang dikemukakan oleh Winkel dalam sunarto (2009:1) mengemukakan

bahwa ‘prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh

seseorang’. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh

seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut

Gunarso A dalam sunarto (2009:1) mengemukakan bahwa ‘prestasi belajar adalah

usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha

belajar.’

Page 18: s_e5331_050159_chapter2

30

2. Fungsi Prestasi Belajar

Segala sesuatu yang diciptakan Tuhan pasti memiliki fungsi. Begitu juga

dengan prestasi belajar difungsikan dalam proses pendidikan karena memiliki

fungsi tertentu, seperti yang kita ketahui bahwa fungsi utama prestasi

belajar antara lain:

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas yang disukai siswa.

b. Prestasi belajar sebagai lambang penguasaan hasrat keingintahuan. c. Prestasi belajar sebagai informasi dan inovasi pendidikan. d. Prestasi belajar sebagai indikator interen dan eksteren bahan situasi

pendidikan. e. Prestasi belajar dapat dijadikan sebagai indikator terhadap daya serap

kecerdasan siswa.

Prestasi belajar kompetensi mengelas pada proses las busur metal

manual yang dicapai siswa juga berfungsi sebagai motivator terhadap kegiatan

belajar pada tahap berikutnya, apalagi hasil prestasinya itu tinggi.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Seorang Pelajar

Setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor - faktor

yang mempengaruhinya, baik yang cenderung mendorong maupun yang

menghambat. Demikian juga yang dialami pada saat belajar, faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa itu adalah sebagai berikut :

Menurut Arianto (2008:1) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi seorang pelajar adalah sebagai berikut:

a. Faktor yang berasal dari dalam diri sendiri (internal). 1) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh. Yang termasuk faktor ini adalah panca indra yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya seperti mengalami sakit, cacat tubuh

Page 19: s_e5331_050159_chapter2

31

atau perkembangan yang sempurna berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.

2) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas: a) Faktor intelektif yang merupakan faktor potensial, yaitu

kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki.

b) Faktor non-intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis. b. Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal).

l) Faktor sosial yang terdiri atas: a) Lingkungan keluarga. b) Lingkungan sekolah. c) Lingkungan masyarakat. d) Lingkungan kelompok.

2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu dan pengetahuan, teknologi dan kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar. 4) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.

Selain itu Usman dalam Arianto (2009:1) mengemukakan, bahwa: Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, yaitu:

a. Faktor lingkungan: l) Alami. 2) Sosial.

b. Faktor instrumental: 1) Sistem pengajaran. 2) Guru. 3) Bahan pengajaran. 4) Sarana / fasilitas.

c. Kondisi fisiologis: l) Kesegaran jasmani. Faktor-faktor yang masih dapat dirubah diantaranya faktor instrumental

dan motivasi. Prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan secara efektif dengan

memperhatikan kepada faktor instrumental dan motivasi, tetapi tidak

mengabaikan faktor-faktor yang lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Usman

dalam Arianto (2009:1) bahwa:

Page 20: s_e5331_050159_chapter2

32

Juga ada beberapa faktor yang dapat membentuk proses belajar siswa agar berlangsung secara efektif hingga melahirkan prestasi belajar yang tinggi, yaitu: a. Motivasi. b. Mengembangkan sistem penilaian yang efektif. c. Menyajikan materi secara efektif.

Munawar I (2009:1) menyatakan, bahwa “Tiga faktor utama yang

mempengaruhi hasil belajar, yaitu kemampuan kognitif motivasi berprestasi dan

kualitas pembelajaran”. Prestasi belajar kompetensi mengelas pada proses las

busur metal manual yang dicapai siswa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

hampir sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar pada

pelajaran umumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah

sebagai berikut:

a. Siswa, yang terdiri atas: Kemampuan dan kesiapan siswa mengikuti kegiatan belajar suatu mata pelajaran, sikap, minat, intelegensi, bakat, kondisi fisik dan kondisi psikis, yakni perhatian, pengamatan dan ingatan.

b. Pengajaran, yang terdiri dari: Kemampuan dalam menyampaikan teori suatu mata pelajaran, penguasaan materi, pengalaman, inovasi dan cara penyampaiannya, merupakan hal yang sangat penting bagi instruktur.

c. Prasarana dan sarana, yang terdiri dari: Ruangan, alat bantu, dan sumber belajar lainnya yang menunjang proses belajar mengajar suatu mata pelajaran.

d. Penilaian, yang berfungsi untuk merangsang siswa dan keberhasilan belajarnya, serta melihat proses belajar itu sendiri sehingga diharapkan dapat memperbaiki hasil belajar.

4. Pengukuran Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan produk pengukuran hasil belajar siswa yang

tidak terlepas dari peranan instruktur sebagai penilai. Tugas pokok setiap

instruktur adalah mengevaluasi sejauh mana taraf keberhasilan rencana dan

Page 21: s_e5331_050159_chapter2

33

pelaksanaan kegiatan belajar dan mengajar secara valid dan reliable sehingga

hasil yang didapat adalah hasil yang sesungguhnya.

Menurut pendapat yang tertera di atas, pada pelaksanaan evaluasi,

instruktur memerlukan informasi faktual yang didukung oleh data yang obyektif

dan memadai tentang level, indikator, teknik evaluasi dan alat pengukuran aspek-

aspek pembelajaran, antara lain:

a. Aspek kognitif

Hasil belajar yang tercakup dalam aspek kognitif memiliki enam tingkat,

yakni:

1) Pengetahuan

Pengetahuan adalah kemampuan mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa siswa

mengetahui tentang apa yang dipelajari dapat ditentukan dengan indikator:

Dapat mendefinisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasikan,

mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan, menyatakan dan

mereproduksi .

2) Pemahaman

Pemahaman adalah kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek

yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

benar. Siswa yang telah paham terhadap obyek dapat diketahui melalui

indikator: Dapat mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan,

Page 22: s_e5331_050159_chapter2

34

memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh,

menuliskan kembali, dan memperkirakan.

3) Aplikasi

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil. Siswa yang memiliki kemampuan

ini dapat diketahui dengan indikator: Dapat mengubah, menghitung,

mendemonstrasikan, menemukan, memanipulasikan, mengoperasikan,

meramalkan, menyiapkan, menghasilkan, menghubungkan, menunjukkan,

memecahkan, dan menggunakan.

4) Analisis

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek atau

obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu

struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan ini dapat dilihat melalui indikator: Dapat merincikan,

menyusun diagram, membedakan, mengidentifikasikan, mengilustrasikan,

menyimpulkan, menunjukkan, menghubungkan, memilih, memisahkan,

dan membagi.

5) Sintesis

Sintesis adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Untuk

mengetahui kemampuan ini dapat dilihat melalui indikator: Dapat

mengkategorikan, mengkombinasikan, mengarang, menciptakan, membuat

Page 23: s_e5331_050159_chapter2

35

desain, menjelaskan, memodifikasikan, mengoperasikan, menyusun

membuat rencana, mengatur kembali, merekontruksi, menghubungkan,

mereorganisasikan, merevisi, menuliskan kembali, menuliskan, dan

menceritakan.

6) Evaluasi

Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian atau justifikasi

terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian itu berdasarkan kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan yang telah ada. Untuk mengetahui

kemampuan ini dapat diketahui melalui indikator: Dapat menilai,

membandingkan, menyimpulkan, mempertahankan, mengeritik,

mendeskripsikan, membedakan, menerapkan, memutuskan, menafsirkan,

menghubungkan, dan membantu.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan tes lisan, misalnya

wawancara dan tes tulis (contohnya angket) yang menanyakan isi materi yang

ingin diukur dari subyek penelitian atau responden atau siswa. Kedalaman

pengetahuan yang ingin peneliti atau penilai ketahui atau ukur dapat disesuaikan

dengan tingkatan pengetahuan tersebut di atas.

b. Aspek afektif

Seperti halnya dengan kognitif, afektif ini terdiri dari berbagai tingkatan,

yakni:

Page 24: s_e5331_050159_chapter2

36

1) Penerimaan

Penerimaan artinya mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan

(obyek). Untuk mengetahuinya dapat dibantu dengan indicator: Dapat

menanyakan, memilih, mendeskripsikan, mengikuti, memberikan,

mengidentifikasikan, menyebutkan, menunjukkan, memilih, dan

menjawab.

2) Sambutan

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan. Indikator yang dipergunakan: Dapat menjawab,

membantu, mendiskusikan, menghormati, berbuat, melakukan, membaca,

memberikan, menghapal, melaporkan, memilih, menceritakan, dan

menulis.

3) Penghargaan

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang

lain tentang suatu masalah. Indikator yang dipergunakan: Dapat

melengkapi, menggambarkan, membedakan, menerangkan, mengikuti,

membentuk, mengundang, menggabungkan, mengusulkan, membaca,

melaporkan, memilih, bekerja, mengambil bagian, dan mempelajari.

4) Bertanggung jawab

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

resiko.

Page 25: s_e5331_050159_chapter2

37

c. Aspek psikomotor

Hasil belajar siswa dalam pembelajaran pada aspek psikomotor memiliki

empat tingkatan, yakni:

l) Persepsi

Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil adalah merupakan praktek pertama.

2) Respon terpimpin

Dapat melakukan sesuatu sesuai urutan yang benar atau sesuai dengan

contoh merupakan indikator praktek tingkat kedua.

3) Mekanisme

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah

mencapai praktek tingkat ketiga.

4) Adaptasi

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasinya sendiri

tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Indikator-indikator di atas merupakan bahan pertimbangan instruktur

dalam penilaian hasil belajar dalam bentuk nilai-nilai atau angka-angka yang akan

menghasilkan indeks prestasi belajar.

Page 26: s_e5331_050159_chapter2

38

5. Acuan Penilaian Prestasi Belajar

Acuan penilaian prestasi belajar tidak terlepas dari aturan penilaian hasil

belajar. Menghasilkan nilai-nilai atau angka-angka yang memiliki tingkat

kepercayaan tinggi, penilai memerlukan patokan atau standard baku. Penilai

mengenal dua aturan untuk menimbang taraf keberhasilan belajar dan mengajar,

yaitu apa yang disebut (1) Criterion Referenced, dan (2) Norm Referenced.

Criterion referenced evaluation (PAP = Penilaian Acuan Patokan)

merupakan cara mempertimbangkan taraf keberhasilan belajar siswa dengan

membandingkan hasil belajar yang dicapainya dengan kriteria yang telah

ditetapkan lebih dahulu. Kriteria yang dimaksud ialah ukuran minimal perilaku

yang dapat diterima yang dinyatakan dalam tujuan pembelajaran. Dalam PAP

angka batas lulus lazimnya dipergunakan angka 6 dalam skala l0 atau 60 dalam

skala 100, atau2+ dalam skala-4, atau C dalam skala A-E.

Norm referenced evaluation (PAN = Penilaian Acuan Norma), merupakan

cara mempertimbangkan taraf keberhasilan belajar siswa, dengan jalan

membandingkan hasil belajar individual siswa dengan rata-rata hasil belajar

temannya dalam kelompok. Dalam PAN, dapat dilakukan dengan berbagai cara,

misalnya dengan : (l) ukuran rata-rata hasil belajar kelompoknya, (2) ukuran

penyebaran nilai atau hasil belajar kelasnya, (3) ukuran penyimpangan dari

ukuran rata-rata hasil belajar kelompoknya.

Hasil penilaian berdasarkan aturan tersebut di atas akan diolah dan

dimasukan dalam format KHS kompetensi mengelas pada proses las busur metal

Page 27: s_e5331_050159_chapter2

39

manual. Setelah itu digabung dengan nilai kompetensi las asetilin, kemudian

diolah kembali dan dimasukan ke dalam buku raport siswa

C. Asumsi Dasar

Sebagai titik awal dimulainya penelitian ini penulis menganggap bahwa:

1. Adanya keragaman sikap kerja siswa terhadap pembelajaran kompetensi

mengelas pada proses las busur metal manual

2. Adanya kesenjangan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran kompetensi

mengelas pada proses las busur metal manual

3. Adanya ketentuan bahwa pembelajaran kognitif dan psikomotor di SMK

memiliki proporsi, yaitu 30% pembelajaran teori dan 70% pembelajaran

praktik, serta sikap kerja termasuk didalamnya.

D. Hipotesis Penelitian

Pada penelitian ini akan dikemukakan hipotesis yang berfungsi untuk

jawaban sementara dan pembuktiannya dilakukan melalui penelitian di lapangan.

Adapun rumusan hipotesis sebagai berikut :

1. Hipotesis penelitian : Terdapat hubungan yang positif dan kuat antara sikap

kerja dengan prestasi belajar siswa SMK Negeri 1 Karawang kelas X Jurusan

Teknik Permesinan pada semester genap tahun ajaran 2009/2010.

Page 28: s_e5331_050159_chapter2

40

2. Hipotesis statistika

Ho : ρ = 0 : Tidak terdapat hubungan antara sikap kerja dan prestasi belajar

pada proses las busur metal manual, siswa SMK Negeri 1

Karawang kelas X Jurusan Teknik Permesinan pada semester

genap tahun ajaran 2009/2010.

H1: ρ ≠ 0 : Terdapat hubungan antara sikap kerja dan prestasi belajar pada

proses las busur metal manual, siswa SMK Negeri 1 Karawang

kelas X Jurusan Teknik Permesinan pada semester genap tahun

ajaran 2009/2010.