sastra dalam peradaban islam

48
Sastra dalam Peradaban Islam Posted in Indahnya Islam  by Leila Amra on the May 3 1st, 2008 Sastra dalam bahasa Inggris dikenal sebagai liter ature. Menurut Oxford English Dictionary, sastra berasal dari kata „litterayang artinya tulisa n yang bersifat pribadi. Sedangkan dalam  bahasa Arab, sastra disebut adab yang berasal dari sebuah kata yang berarti „me ngajak seseorang untuk makandan menyiratkan kesopanan, budaya, dan pengayaan.  Sastra menempati posisi yang terbilang penting dalam sejarah peradaban Islam. Sejarah sastra Islam dan sastra Islami tak lepas dari perkembangan sastra Arab. Sebab, bahasa Arab merupakan bahasa suci Islam dan Alquran. Bahasa Arab dalam bentuk klasiknya atau bentuk Qurani mampu memenuhi kebutuhan religius, sastra, artistik dan bentuk formal lainnya. Sastra Arab atau Al- Adab Al-Arabi tampil dalam beragam bentuk prosa, fiksi, drama, dan  puisi. Lalu bagaimanakah dunia sastra berkembang dalam peradaban masyarakat Islam? Sejatinya sastra Arab mulai berkembang sejak abad ke-6 M, yakni ketika masyarakat Arab masih  berada dalam peradaban jahiliyah. Namun, karya sastra tertulis yang tumbuh era itu  jumlahnya masih tak terlalu banyak. Paling tidak , ada dua karya sastra penting yang terkemuka yang ditulis sastrawan Arab di era pra- Islam. Keduanya adalah Muallaqat dan Mufaddaliyat. Orang pertama yang mengenalkan dunia Barat dengan sastra Arab jahili adalah William Jones (1746 M -1794 M), dengan bukunya Poaseos Asiaticae Commen tarii Libri Sex atau  penjelasan Muallaqaat As-Saba yang diterbitkan tahun 1774 M. Sastra Arab jahili memiliki ciri-ciri yang umumnya yang menggambarkan suatu kebanggaan terhadap d iri sendiri (suku), keturunan, dan cara hidup. Sastra Arab memasuki babak baru sejak agama Isla m diturunkan di Jazirah Arab yang ajarannya disampaikan melalui Alquran. Kitab suci umat Islam itu telah memberi pengaruh yang amat besar dan signifikan terhadap bahasa Arab. Bahkan, Alquran tak hanya memberi  pengaruh terhadap sastra Arab, namun juga terhadap k ebudayaan secara keseluruhan. Bahasa yang digunakan dalam Alquran disebut bahasa Arab klasik. Hingga kini, bahasa Arab klasik masih sangat dikagumi dan dihormati. Alquran merupakan firman Allah SWT yang sangat luar biasa. Terdiri dari 114 surat dan 6666 ayat, Alquran berisi tentang perintah, larangan, kisah, dan cerita perumpamaan itu begitu memberi pengaruh yang besar bagi  perkembangan sastra Arab. Sebagian orang menyebut Alquran sebagai karya sastra terbesar. Namun, sebagian kalangan tak mendudukan Alquran sebagai karya sastra, karena merupakan firman Allah SWT yang tak bisa disamakan dengan karya manusia. Teks penting lainnya dalam agama Islam adalah hadits atau sunnah. Penelitian serta penelusuran terhadap masa-masa kehidupan Nabi Muhammad SAW telah memicu para sarjana Muslim untuk mempelajari bahasa Ar ab. Atas dasar pertimbangan itu

Upload: harraf-ain

Post on 29-Oct-2015

202 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

islam

TRANSCRIPT

Page 1: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 1/48

Sastra dalam Peradaban Islam 

Posted in Indahnya Islam  by Leila Amra on the May 31st, 2008

Sastra dalam bahasa Inggris dikenal sebagai literature. Menurut Oxford English Dictionary,

sastra berasal dari kata „littera‟ yang artinya tulisan yang bersifat pribadi. Sedangkan dalam

 bahasa Arab, sastra disebut adab yang berasal dari sebuah kata yang berarti „mengajak 

seseorang untuk makan‟ dan menyiratkan kesopanan, budaya, dan pengayaan. 

Sastra menempati posisi yang terbilang penting dalam sejarah peradaban Islam. Sejarah sastra

Islam dan sastra Islami tak lepas dari perkembangan sastra Arab. Sebab, bahasa Arab

merupakan bahasa suci Islam dan Alquran. Bahasa Arab dalam bentuk klasiknya atau bentuk 

Qurani mampu memenuhi kebutuhan religius, sastra, artistik dan bentuk formal lainnya.

Sastra Arab atau Al- Adab Al-Arabi tampil dalam beragam bentuk prosa, fiksi, drama, dan puisi.

Lalu bagaimanakah dunia sastra berkembang dalam peradaban masyarakat Islam? Sejatinya

sastra Arab mulai berkembang sejak abad ke-6 M, yakni ketika masyarakat Arab masih

 berada dalam peradaban jahiliyah. Namun, karya sastra tertulis yang tumbuh era itu

 jumlahnya masih tak terlalu banyak. Paling tidak, ada dua karya sastra penting yang

terkemuka yang ditulis sastrawan Arab di era pra-Islam. Keduanya adalah Mu‟allaqat dan

Mufaddaliyat.

Orang pertama yang mengenalkan dunia Barat dengan sastra Arab jahili adalah William

Jones (1746 M -1794 M), dengan bukunya Poaseos Asiaticae Commen tarii Libri Sex atau penjelasan Mu‟allaqaat As-Sab‟a yang diterbitkan tahun 1774 M. Sastra Arab jahili memiliki

ciri-ciri yang umumnya yang menggambarkan suatu kebanggaan terhadap diri sendiri (suku),

keturunan, dan cara hidup.

Sastra Arab memasuki babak baru sejak agama Islam diturunkan di Jazirah Arab yang

ajarannya disampaikan melalui Alquran. Kitab suci umat Islam itu telah memberi pengaruh

yang amat besar dan signifikan terhadap bahasa Arab. Bahkan, Alquran tak hanya memberi

 pengaruh terhadap sastra Arab, namun juga terhadap kebudayaan secara keseluruhan.

Bahasa yang digunakan dalam Alquran disebut bahasa Arab klasik. Hingga kini, bahasa Arab

klasik masih sangat dikagumi dan dihormati. Alquran merupakan firman Allah SWT yangsangat luar biasa. Terdiri dari 114 surat dan 6666 ayat, Alquran berisi tentang perintah,

larangan, kisah, dan cerita perumpamaan itu begitu memberi pengaruh yang besar bagi

 perkembangan sastra Arab.

Sebagian orang menyebut Alquran sebagai karya sastra terbesar. Namun, sebagian kalangan

tak mendudukan Alquran sebagai karya sastra, karena merupakan firman Allah SWT yang

tak bisa disamakan dengan karya manusia. Teks penting lainnya dalam agama Islam adalah

hadits atau sunnah.

Penelitian serta penelusuran terhadap masa-masa kehidupan Nabi Muhammad SAW telah

memicu para sarjana Muslim untuk mempelajari bahasa Arab. Atas dasar pertimbangan itu

Page 2: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 2/48

 pula, para intelektual Muslim mengumpulkan kembali puisi-puisi pra-Islam. Hal itu

dilakukan untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya kehidupan Rasulullah sampai

akhirnya menerima wahyu dan menjadi Rasul.

Jejak dan perjalanan hidup Muhammad SAW yang begitu memukau juga telah mendorong

 para penulis Muslim untuk mengabadikannya dalam sebuah biografi yang dikenal sebagaiAl-Sirah Al-Nabawiyyah. Sarjana Muslim yang pertama kali menulis sejarah hidup Nabi

Muhammad adalah Wahab bin Munabbih. Namun, Al-Sirah Al-Nabawiyyah yang paling

 populer ditulis oleh Muhammad bin Ishaq.

Studi bahasa Arab pertama kali sebenarnya telah dilakukan sejak era Kekhalifahan Ali RA.

Hal itu dilakukan setelah khalifah melakukan kesalahan saat membaca Alquran. Dia lalu

meminta Abu Al-Aswad Al- Du‟ali untuk menyusun tata bahasa (gramar) bahasa Arab.

Khalil bin Ahmad lalu menulis Kitab al- Ayn - kamus pertama bahasa Arab. Sibawaih

merupakan sarjana Muslim yang menulis tata bahasa Arab yang sangat populer yang berjudul

al-Kitab.

Sejarah mencatat, sastra sangat berkembang pesat di era keemasan Islam. Di masa

kekhalifahan Islam berjaya, sastra mendapat perhatian yang amat besar dari para penguasa

Muslim. Tak heran, bila di zaman itu muncul sastrawan Islam yang terkemuka dan

 berpengaruh. Di era kekuasaan Dinasti Umayyah (661 M - 750 M), gaya hidup orang Arab

yang berpindah-pindah mulai berubah menjadi budaya hidup menetap dan bergaya kota.

Pada era itu, masyarakat Muslim sudah gemar membacakan puisi dengan diiringi musik.

Pada zaman itu, puisi masih sederhana. Puisi Arab yang kompleks dan panjang

disederhanakan menjadi lebih pendek dan dapat disesuaikan dengan musik. Sehingga puisi

dan musik pada masa itu seperti dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan.

Sastra makin berkilau dan tumbuh menjadi primadona di era kekuasaan Daulah Abbasiyah -

yang berkuasa di Baghdad pada abad ke-8 M. Masa keemasan kebudayaan Islam serta

 perniagaan terjadi pada saat Khalifah Harun Ar-Rasyid dan puteranya Al-Ma‟mun berkuasa.

Pada era itu, prosa Arab mulai menempati tempat yang terhormat dan berdampingan dengan

 puisi. Puisi sekuler dan puisi keagamaan juga tumbuh beriringan.

Para sastrawan di era kejayaan Abbasiyah tak hanya menyumbangkan kontribusi penting bagi

 perkembangan sastra di zamannya saja. Namun juga turut mempengaruhi perkembangan

sastra di Eropa era Renaisans. Salah seorang ahli sastrawan yang melahirkan prosaprosa

 jenius pada masa itu bernama Abu ?Uthman ?Umar bin Bahr al- Jahiz (776 M - 869 M) -cucu seorang budak berkulit hitam.

Berkat prosa-prosanya yang gemilang, sastrawan yang mendapatkan pendidikan yang

memadai di Basra. Irak itu pun menjadi intelektual terkemuka di zamannya. Karya terkemuka

Al-Jahiz adalah Kitab al-Hayawan, atau ?Buku tentang Binatang‟ sebuah antologi anekdot-

anekdot binatang - yang menyajikan kisah fiksi dan non-fiksi. Selain itu, karya lainnya yang

sangat populer adalah Kitab al-Bukhala, ?Book of Misers‟, sebuah studi yang jenaka namun

mencerahkan tentang psikologi manusia.

Pada pertengahan abad ke-10 M, sebuah genre sastra di dunia Arab kembali muncul. Genre

sastra baru itu bernama maqamat Sebuah anekdot yang menghibur yang diceritakan olehseorang pengembara yang menjalani hidupnya dengan kecerdasan. Maqamat ditemukan oleh

Page 3: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 3/48

Badi‟ al- Zaman al-Hamadhani (wafat tahun 1008 M). Dari empat ratus maqamat yang

diciptakannya, kini yang masih tersisa dan bertahan hanya 42 maqamat. heri ruslan

(republika) 

===

Beragam Bentuk Kesusasteraan Khas Arab

Puisi Sebagian besar kesusasteraan Arab sebelum abad ke-20 M didominasi oleh puisi. Bahkan

 bentuk prosa pun pada periode itu kerap diwarnai dengan puisi atau prosa bersajak. Tema

 puisi Arab berkisar antara sanjungan dan puji- pujian terhadap seseorang sampai ?menyerang‟

orang lain. Selain itu, tema yang kerap kali ditampilkan dalam puisi Arab tentang keagamaan

dan mistik hingga puisi yang mengupas tentang seks dan anggur.

Sasta non-fiksi 

Di akhir abad ke-9 M, Ibnu Al-Nadim - seorang penjual buku terkemuka di Baghdad -mengoleksi hasil studi sastra Arab. Koleksi karya sastra Arab yang berkembang saat itu

dituliskannya dalam sebuah katalog yang berjudul Kitab Al-Fihrist. Salah satu bentuk sastra

non-fiksi yang berkembang di era kekhalifahan Abbasiyah berbentuk kompilasi.

Kompilasi itu memuat rangkuman fakta, gagasan, kisah-kisah seperti pelajaran, syair dengan

topik tertentu. Selain itu bisa pula merangkum tentang rumah, taman, wanita, orangorang

tuna netra, binatang hingga orang kikir. Tiga kompilasi yang termasyhur ditulis oleh Al-

Jahiz. Koleksi yang ditulis Al-Jahiz itu terbilang sangat penting bagi siapa saja, mulai dari

orang rendahan hingga pengusaha atau orang terhormat.

Biografi dan geografi Selain menulis biografi Nabi Muhammad SAW, karya sastra Arab lainnya yang berhubungan

dengan biografi ditulis oleh Al-Balahudri lewat Kitab Ansab Al-Ashraf atau Buku Geneologi

Orang-Orang Terhormat. Selain itu, karya kesusateraan Arab lainnya dalam bentuk biografi

ditulis oleh Ibnu Khallikan dalam bentuk kamus biografi. Lalu disempurnakan lagi oleh Al-

Safadi lewat Kitab Al-I‟tibar yang mengisahkan Usamah bin Munqidh dan pengalamannya

saat bertempur dalam Perang Salib.

Karya sastra lainnya yang berkembang di dunia Arab adalah buku tentang perjalanan. Ibnu

Khurdadhbih merupakan orang pertama yang menulis buku perjalanannya sebagai seorang

 pegawai pos di era kekhalifahan. Buku perjalanan lainnya juga ditulis oleh tokoh-tokohterkemuka lainnya seperti Ibnu Hawqal, Ibnu Fadlan, Al-Istakhri, Al-Muqaddasi, Al-Idrisi

dan yang paling terkenal adalah buku perjalanan Ibnu Batutta yang berjudul Ar-Rihla.

Buku harian Catatan harian Arab pertama kali ditulis sebelum abad ke-10 M. Penulis diari yang paling

terkemuka adalah Ibnu Banna di abad ke-11 M. Buku harian yang ditulisnya itu disusun

sangat mirip dengan catatan harian modern.

Sastra fiksi Di dunia Arab, terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara al-fusha (bahasa berkualitas)

dengan al-ammiyah (bahasa orang biasa). Tak banyak penulis yang menuliskan ceritanya

Page 4: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 4/48

dalam al-ammiyah atau bahasa biasa. Hal itu bertujuan agar karya sastra bisa lebih mendidik 

ketimbang menghibur.

Kesusasteraan epik  Karya sastra fiksi yang paling populer di dunia Arab adalah kisah Seribu Satu Malam. Inilah

salah satu karya fiksi yang paling besar pengaruhnya tehadap budaya Arab maupun non-Arab. Meski begitu, kisah yang sangat populer itu biasa ditempatkan dalam genre sastra epik 

Arab.

Maqamat Maqamat merupakan salah satu genre sastra Arab yang muncul pada pertengahan abad ke-10

M. Maqama merupakan sebuah anekdot yang menghibur yang diceritakan oleh seorang

 pengembara yang menjalani hidupnya dengan kecerdasan. Maqamat ditemukan oleh Badi‟ al-

Zaman al- Hamadhani (wafat tahun 1008 M). Dari empat ratus maqamat yang diciptakannya,

kini yang masih tersisa dan bertahan hanya 42 maqamat. Sastrawan lainnya yang

mengelaborasi genre maqamat adalah Al-Hariri (wafat tahun 1122 M). Dengan menggunakan

format yang sama, Al-Hariri menciptakan gaya maqamatnya sendiri.

Syair romantis 

Salah satu syair romantis yang paling terkenal dari dunia kesusasteraan Arab adalah Layla

dan Majnun. Puisi romantis ini membawa kenangan di era Kekhalifahan Abbasiyah padaabad ke-7 M. Kisah yang diceritakan dalam syair itu, konon telah menginspirasi lahirnya

kisah percintaan yang tragis yakni Romeo dan Juliet. hri (republika) 

Islam di NusantaraIslam di Nusantara bermula apabila delegasi yang dikirim oleh Khalifah Othman ibn Affan

RA untuk memperkenalkan Daulah Islam ke China pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi,

iaitu lebih kurang 20 tahun setelah wafatnya Rasulullah SAW. Delegasi ini telah singgah di

Kepulauan Nusantara yang terletak di tengah-tengah perjalanan dari Negara Arab dan Negara

China . Dan dalam tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pengkalan perniagaan di

 pantai barat Sumatera.

Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan

 pedagang Muslim terus mengunjungi pengkalan perniagaan tersebut, berabad-abat pula

lamanya. Mereka berdagang di sini sambil berdakwah. Setelah itu dikatakan terjadinya

migrasi secara besar-besaran dari tanah Arab, antara adalah dari Hadramaut, Yaman.

Kesinambungan dari penghijrahan ini, maka ramailah orang-orang Arab yang berkahwindengan penduduk tempatan. Selain dari dakwah Islamiah, Islam juga tersebar melalui

 perkahwinan dan tanpa sebarang pertumpahan darah.

Bangsa Eropah menguasai kepulauan yang makmur ini pada akhir abad ke-15 Masehi.

Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam,

agama seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali

mereka menundukkan suatu daerah. Mereka memerangi Islam, dengan bekerja sama dengan

kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu / Budha.

Setelah menguasai Melaka pada tahun 1511, Portugis berkerjasama dengan Kerajaan Sunda

Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Tetapi hasrat Portugis inigagal setelah pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa datang

Page 5: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 5/48

membantu menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini

dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai,

yang lebih terkenal dengan nama, Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga

kerajaan Islam Jawa, iaitu Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah telah berguru di Makkah.

Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani.

Kesusasteraan

Setiap kesusasteraan di dunia dianggap sebagai salah satu cabang penting kebudayaan,

 bahkan ada ahli falsafah yang menganggap sebagai cabang yang terpenting daripada semua

cabang kebudayaan itu. Ini boleh dilihat pada pengiktirafan dunia terhadap keagungan

kesusasteraan sesuatu bangsa sebagai pengakuan keagungan kebudaayan bangsa itu.

Terdapat banyak kajian untuk memajukan kesusasteraan Melayu agar kesusasteraan Melayu

itu mendapat pengiktirafan dunia sebagai salah satu kesusasteraan yang agung di dunia. Yang

dimaksudkan di sini dengan kesusasteraan Melayu di atas adalah segala karya tulisan dan

lisan orang Melayu dalam Bahasa Melayu yang mengandungi nilai yang agung dan abadi

dalam pengertian yang luas. Ia mencerminkan keagungan kebudayaan Melayu. KesusasteraanMelayu di atas adalah karya sastera klasik dan karya sastera moden yang berupa novel,

cerpen, drama dan puisi.

Kebanyakkan karya kesusasteraan Melayu yang lahir pada abad 16 – 18 adalah berkisarkan

tentang hukum-hakan dan ajaran Islam, corak politik dan pemerintahan. Ini dapat dilihat

melalui tinggalan-tinggalan manuskrip lama yang dihasilkan oleh tokoh-tokoh sasterawan

nusantara yang terkenal seperti Hamzah Fansuri dan Raja Ali Haji serta sasterawan yang

seangkatan dengan mereka.

Sasterawan-sasterawan ini berperanan besar dalam mencorakkan minda dan pemikiran

Melayu di rantau ini. Karya serta hasil seni mereka dalam berbahasa telah menjadi satu

 pendekatan yang sangat berkesan dalam mendalami ilmu keagamaan.

Seperti kisahnya dengan Syair Kitab al-Nikah tulisan Raja Ali Haji, dalam ritma yang

 bersahaja dan jenaka hukum nikah-kahwin telah disampaikan. Melalui syair atau pantun

usikan begini hukum itu lebih mudah disebarkan dan diingati.

Sastera Kitab dan Sastera HikayatKitab-kitab sastera melayu lama ini boleh dibahagikan kepada beberapa kategori:

Sastera kitab – dipelajari dengan serius atau dihafal.

Sastera hikayat – sebagai hiburan.

Terdapat juga kitab yang dikatakan mempunyai kedua-dua kriteria, seperti Syair Kitab Al-

 Nikah karangan Raja Ali Haji tersebut.

Syair agama disamping memberikan hiburan, ia juga memberi pengajaran. Syair-syair ini

tidak memberikan butiran terperinci seperti kitab agama. Seperti halnya dengan syair-syair 

Raja Ali Haji dimana beliau menyatakan bahawa syairnya itu adalah ringkasan sahaja. Syair 

serta gurindam ini bukanlah satu rujukan lengkap, segala maksud tersirat perlulah merujuk 

kepada Al-Quran dan Hadis sebagai dalil Naqli bagi pesanan serta nasihat yang terdapat didalam bait-bait syair tersebut.

Page 6: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 6/48

Seperti contoh pada rangkap yang ke 79 Syair Kitab al-Nikah:

Seekor kambing sekurang-kurangnya

dimasakkan dia diperjamuan orang 

wajiblah pergi jemputannya

 jika tiada mana melarang 

Kenyataan di atas adalah berdasarkan hadis Nabi s.a.w. yang diriwayatkan oleh Bukhari dan

Muslim, yang bermaksud:

“Sabda  Nabi S.A.W. kepada „Abul Rahman ibn'Auf sewaktu dia nikah. Adakanlah perayaan

sekalipun hanya memotong seekor kambing.”

“Apabila salah seorang diantara kamu diundang ke perayaan mempelai, maka hendaklah ia

datang.” (Lihat Sahih Bukhari, Bab Nikah, halaman 72).

Bab 1. Zaman Kedatangan Islam

Ugama Islam mulai bertapak dalam alam Melayu ialah dalam kurum Masihi yang ke-XIII.

Daerah-daerah yang mula-mula sekali penduduk-penduduknya memelok ugama Islam ialah

Perlak, Pasai dan Samudera, iaitu daerah-daerah yang sekarang ini menjadi bahagian-

 bahagian negeri Acheh, di Sumatra Utara.

Marco Polo, ahli pengembara bangsa Italy yang termashor itu, dalam pengembaraannya telah

mendapati bahwa dari semenjak T.M. 1292 lagi pendudok-pendudok Perlak telah memeluk 

ugama Islam. Sultan Maliku's Salleh (Merah Silu) Raja Pasai yang mula-mula sekali

memeluk ugama Islam telah mangkat pada T.M. 1297. sungguh pun pada pertengahan kurun

Masehi yang ke-XIV kerajaanHindu Majapahit telah menakluki beberapa bahagian pulau

Sumatra termasuk juga negeri Pasai itu, tetapi keyakinan dan perpegangan kukuh anak-anak 

negeri itu akan uagama Islam tetap tidak berubah.

Seorang ahli pelayaran China meriwayatkan bahawa dalam tahun 1409 lagi penduduk-

 penduduk negeri Melaka sudah sedia memeluk ugama Islam; demikian juga telah didapatinya

 penduduk-penduduk dalam bebeerapa buah daerah dalam Sumatra iaitu Aru, Pidir dan Lamri

telah juga berugama Islam. Ada pun bangsa yang mula-mula membawa ugama Islam ke

daerah-daerah di bahagaian Sumatra Utara itu ialah saudagar-saudagar dari Gujerat, sebuah

daerah di selatan Bombay . Sesudah itu dibantu pula oleh saudagar-saudagar Keling serta

 pengembang-pengembang ugama Islam atau ulama-ulama bangsa Parsi. Maka daripadadaerah-daerah Sumatra Utara dan negeri Melaka itu berkembanganlah ugama Islam ke pulau

Jawa, mula-mula ke daerah-daerah Gerisek, Demak, Sedayu dan Tuban di Jawa Timor .

Ugama Islam semakin tinggi mutunya di alam Melayu apabila kerajaan Majapahit yang

mashyur itu dialahkan oleh Radin Patah bersama-sama dengan sembilan orang ulama Islam,

yang terkenal dengan gelaran Wali Sanga ya'ani Wali yang sembilan. Kemudian ugama Islam

 berkembang pula ke Sumatra Tengah dan Kalimantan . Dari Jawa Timor berkembanglah pula

ugama Islam ke daerah-daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat, terus ke Pulau Maluku.

Daripada Sumatra Barat ya'ani Minangkabau, ugama Islam telah menyeberang pula ke

tanahBugis. Ada pun perkembangan ugama Islam kea lam Melayu ini telah berlaku dalam

kurun Masehi yang ke-XV, iaitu bolehlah dikattakan beriring-iring dengan kedatangan kuasa-kuasa Barat.

Page 7: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 7/48

Mula-mula cara ulama-ulama itu mengembangkan ajaran-ajaran ugama Islam haruslah

dengan jalan pertutoran; huruf Jawi yang berasaskan huruf Arab itu hanya dapat

dilengkapkan sesudah disertakan huruf-huruf tambahan menurut kaedah huruf-huruf Parsi,

iaitu huruf-huruf cha, nga, ga, dan nya. Kemudian daripada itu baharulah disusun kaedah-

kaedah ejaan Jawi dan usaha-usaha pun dimulailah terutamanya dalam bahagian menterjemah

kitab-kitab yang berkenaan dengan ugama seperti kitab-kitab risalat mengandongi huraiankalimat shahadat, rukun Islam yanglima perkara; rukum Iman yang enam perkara, sifat dua

 puluh, demikian juga segala yang wajib diketahui oleh orang-orang Islam.

Selain daripada kitab risalat yang tersebut itu bolehlah ditentukan kitab-kitab yang

mengiringinyaialah jenis-jenis yang berhubung dengan ajaran-ajaran dan aturan-aturan

 perjalanan ugama Islam.

Sebagaimana yang telah kita maklumkan bahawa kesusasteraan Hindu sudah sedia terkenal

disisi orang-orang Melayu semenjak beberapa lama dahulu daripada kedatangan Islam. Cerita

Pendawa Lima yakni kisah kejayaan keluarga Pandu dalam Kitab Mahabharata, demikian

 juga cerita Seri Rama berperang dengan Maharaja Ravana Dalam Kitab Ramayana itumemang telah sedia diketahui mereka dari mulut tukang-tukang cerita demikian juga

menerusi wayang kulit. Sekarang marilah pula kita tinjau bagaimana caranya kesusasteraan

Islam mula dikembangkan bagi menggantikan tempat kesusasteraan Hindu itu.

Usaha-usaha mengembangkan kesusasteraan Islam 

Sesungguhnya usaha-usaha menterjemahkan kitab-kitab, risalah-risalah perukunan dan

sebagainya itu belumlah memadai bagi mengenalkan kesempurnaan dan kebesaran agama

islam kepada orang-orang yang baru hendak mengenal dan cuba hendak menyakini ajaran-

ajarannya, satu jalan yang amat memberi kesan dalam perkara in ialah menerusi

kesusasteraan. Memang dengan mudahnya dapat kita pastikan bahawa pengembang-

 pengembang agama islam telah banyak menggunakan lapangan kesusasteraan ini bagi

memperkenalkan riwayat-riwayat seperti yang berkenaan dengan nabi-nabi, pahlawan-

 pahlawan islam pada zaman islam mula berkembang dan sebagainyan. Cerita-cerita atau

riwayat-riwayat seumpama ini sudah barang tentulah amat menarik perhatian dan segera

tersebar disisi orang-orang yang baru mulai hendak memahamkan ajaran-ajaran agama islam

itu.

Diantara hasil-hasil kesusasteraan tua melayu yang bercorak islam ialah seperti Hikayat Nabi

Muhammad, hikayat Nabi Bercukur, Hikayat Nabi Muhammad mengajar anaknya Fatimah,

Hikayat Puteri Selamah mengadap Nabi Muhammad bercakap berkenaan kewajipan isteri,Hikayat Nabi Yusuf, Nabi Ibrahim, Nabi Daud dan hikayat beberapa orang nabi-nabi lagi

yang kemudiannya dihimpunkan kedalam sebuah kitab dinamakan Kessasul Anbia` yakni

kisah nabi-nabi. Kisah-kisah kegagahan pahlawan islam dalam peperangan pada zaman itu

adalah terjumlah kepada cerita-cerita yang amat digemari oleh orang-orang melayu maka

dengan hal yang demikian bolehlah diagak bahawa hikayat-hikayat seperti Hikayat amir 

Hamzah, HIkayat Muhammad Ali Hanafiah, Hikayat Raja Hendak yang meriwayatkan peri

kegagahan Sayyidina Ali dan Hikayat Raja Bandar, adalah diantara hikayat-hikayat yang

mula-mula sekali diterjemahkan kebahasa melayu.

Haruslah pada zaman mula-mula kedatangan Islam dahulu, banyak bilangan hikayat-hikayat

dari jenis yang tersebut diatas itu telah diterjemahkan kebahasa melayu terutamanya daripada bahasa Parsi, dan menurut buku sejarah Melayu adalah terbukti dengan sahnya bahawa dua

Page 8: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 8/48

 buah hikayat, iaitu Hikayat Amir Hamzah dan Hikayat Muhammad ali Hanafiah( kedua-

duanya terjemahan daripada bahasa Parsi), telah ada dan telah sedia digemari oleh orang-

orang melayu membacanya sebelum kejatuhan Melaka ketangan Feringgi pada tahun 1511

itu, alasan ini sedia terhurai didalam buku sejarah Melayu iaitu berkenaan kisah pada malam

sesudah Feringgi melancarkan serangannya yang pertama keatas Melaka, seperti yang

tersebut dibawah ini

Maka Sultan ahmad pun menghimpunkan orang, dan suruh berhadir senjata. Maka hari pun

malamlah, maka segala hulubalang dan segala anak tuan-tuan semuanya bertunggu dibalai

rong. Maka kata segala anak tuan-tuan itu, Apa kita buat bertunggu dibalai rong diam-diam

sahaja? Baik kita membaca hikayat perang, supaya kita beroleh faedah daripadanya. Maka

kata Tun Muhammad Onta, benar kata tuan-tuan itu, baiklah Tun Indera Sagara pergi

memohonkan Hikayat Muhammad Hanafiah, sembahkan mudah-mudahan dapat patik-patik 

itu mengambil faedah daripadanya. Kerana Feringgi akan melanggar esok hari. Maka Tun

Indera Sagara pun masuk mengadap Sultan Ahmad. Maka segala sembah orang itu semuanya

dipersembahkannya kebawah duli Sultan Ahmad. Maka oleh Sultan Ahmad dianugerahi

Hikayat Amir Hamzah, maka titah Sultan Ahmad pada Tun Indera Sagara, katakana kepadasegala anak tuan-tuan itu, hendak pun kita anugerahkan Hikayat Muhammad Hanafiah, takut

tiada akan ada berani segala tuan-tuan itu seperti Muhammad Amir Hamzah pun padalahmaka kita beri Hikayat Hamzah. Maka Tun Indera Sagara pun keluarlah membawa Hikayat

Hamzah, maka segala titah Sultan Ahmad itu semuanya disampaikannya pada segala anak 

tuan-tuan itu, maka semuanya diam, tiada menyahut. Maka kata Tun Isap pada Tun Indera

Sagara, persembahkan kebawah duli yang dipertuan, seperti Muhammad Hanafiah, patik-

 patik itu adalah seperti hulubalang Benair. Maka oleh Tun Indera Sagara segala kata Tun Isap

itu semuanya dipersembahkannya kepada Sultan Ahmad, maka baginda pun tersenyum maka

titah Sultan Ahmad, benar katanya itu. Maka dianugerahi pula Hikayat Muhammad Hanafiah.

Sebuah lagi hikayat Melayu yang boleh dihitung tertua ialah Hikayat Iskandar Dzul Karnain (

Alexander the Great ) yang dipercayai tersalin kebahasa Melayu daripada bahasa Arab.

Hikayat ini asalnya disusun di Iskandariah dalam kurun Masehi yang ke-11

Sungguhpun tidak dapat ditentukan dengan sahnya adakah Hikayat Iskandar Dzul Karnain

dalam bahasa Melayu itu telah ada pada zaman sebelum kerajaan Melayu Melaka ditakluki

oleh feringgi ( T.M. 1511 ), iaitu seperti Hikayat Amir Hamzah dan Hikayat Muhammad Ali

Hanafiah, tetapi tidaklah boleh disyak lagi bahawa cerita-cerita atau riwayat berkenaan

dengan kemasyhuran bijaksana dan gagah perkasanya Iskandar Dzul Karnain itu telah sampai

kepengetahuan orang-orang Melayu Hampir sesama dengan kedatangan Islam.

Didalam buku Sejarah Melayu Iskandar Dzul Karnain telah dihubungkan bahawa raja

Melayu yang asal turun di Bukit Siguntang Maha Miru itu, ialah keturunan Raja Iskandar 

Dzul Karnain itu. Perkara seperti ini tidaklah boleh dihairankan kerana banyak diantara

gulungan raja-raja mengaku bahawa mereka ialah keturunan Raja Iskandar Dzul Karnain.

Pengaruh Parsi 

Bagaimana pun dapat kita pastikan dengan nyatanya bahawa hasil-hasil kesusasteraan lama

Melayu, yakni kesusasteraan pada zaman islam mulai berkembang dialam Melayu ini,

 bahagian yang terbesarnya telah disalin atau pun disador daripada cerita-cerita Parsi dan juga

 banyak mencontoh cara karangan Parsi. Sesungguhnya saudagar-saudagar dari Gujeratlahyang telah membukakan jalan bagi pengaruh Parsi meresap masuk kedalam penghidupan

Page 9: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 9/48

orang-orang Melayu sehingga bukan sahaja dalam lapangan kesusasteraan lama bahkan

dalam adapt istiadat raja-raja Melayu, bahasa serta lapangan agama pun ada juga didapati

 perkataan-perkataan Parsi.

Dalam istiadat raja-raja Melayu boleh kita pastikan dari semenjak Sultan Melaka yang

 pertama, iaitu Sultan Iskandar Shah hinggalah kezaman ini, raja-raja Melayukebanyakkannya masih lagi memakai gelaran Shah, iaitu suatu gelaran yang berasal dari

Parsi. Ada beberapa lagi perkataan-perkataan yang berkenaan dengan raja dan pentadbiran

didapati berasal dari perkataan-berkataan Parsi, umpamanya istana, dewan, bakshish, lashkar,

shahbandar, nobat (daripada perkataan Parsi naubat ), termasuklah juga alat-alat nobat itu

seperti nafiri dan rebab ialah daripada bahasa Parsi.

Ada juga lagi beberapa perkataan dari Parsi asalnya yang lekat dan masih dipakai dalam

 bahasa Melayu iaitu seperti perkataan saudagar, nakhoda, kelasi, sakhlat, gandum, anggur,

 badam dan nama jenis-jenis senjata juga ada diantaranya yang dipinjam daripada bahasa Parsi

seperti perkataan-perkataan cokmar, khanjar, samsir dan sebagainya.

Dalam pada itu bolehlah dikatakan bahawa meski pun dalam kesusasteraan lama Melayu

 perkataan-perkataan Parsi itu hanya sedikit digunakan tetapi sungguh pun demikian perkara

ini berguna juga dalam usaha menyiasat dan memastikan daripada bahasa apakah asalnya

diterjemah sebuah buku itu kebahasa Melayu.

Kesan aliran gaya-gaya karangan Parsi dan kesusasteraan Melayu bolehlah dipastikan

contohnya daripada permulaan kata buku Sejarah Melayu ( naskah Shellabear ) iaitu bercorak 

atau mencontohi aliran bentuk Mathnawi ( Mesnewi ), sejenis syair Parsi yang ditunjukkan

 bagi memuji-muji lazimnya dimulai dengan mukadimah atau permulaan kata memuji Allah

dan rasulnya. Kemudian daripada itu diikuti pula dengan dengan menyembut salasilah

keturunan seseorang orang besar, lazimnya sultan yang memerintah dan kepadanyalah

ditunjukkan buah ciptaan itu. Terkadang-kadang pula pengarang itu menghuraikan karangan

itu, puncanya keraplah dengan dorongan permintaan atau dengan kehendak seseorang sahabat

yang dimuliakannya.

Daripada permulaan kata buku Sejarah Melayu itu dapat kita pastikan bentuk seperti yang

tersebut diatas, iaitu dimulai dengan ayat-ayat dalam bahasa Arab mengandungi berbagai

 pujian bagi Allah dan Rasulnya serta dengan terjemahannya kebahasa melayu. Kemudian

diterangkan pula oleh pengarangnya hal ehwal yang menyebabkan ia memulai usaha

mengarang buku itu, biasanya ialah dengan permintaan seseorang sahabat, berkenaan dengan

 buku Sejarah Melayu itu Tun Seri Lanang menulis demikian:

……..Pada suatu masa bahawa fakir duduk pada suatu majlis dengan orang besar -besar 

 bersenda gurau. Pada antara itu ada seorang orang besar, terlebih mulianya dan terlebih besar 

mertabatnya daripada yang lain, maka berkata ia kepada fakir, Hamba dengar ada hikayat

Melayu dibawa oleh orang dari Goa, barang kita perbaiki kiranya dengan istiadatnya, supaya

diketahui oleh segala anak cucu kita yang kemudian daripada kita, dan boleh diingatkannya

oleh segala mereka itu, shahadan adalah beroleh faedah ia daripadanya.

Sesudah itu barulah pengarangnya menerangkan namanya dengan berkata: Setelah fakir 

mendengar demikian, jadi beratlah fakir alladhi huwa murakkabun ala jahli Tun Muhammad

namanya, Tun Seri Lanang timang-timangnya. Paduka Raja gelarannya, Bendahara, anak 

Page 10: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 10/48

orang kaya Paduka Raja…….( seterusnya diterangkannya susur galor keturunannya hingga

kepada baginda Mani Purindan serta nama negerinya yang asal ).

Kemudian pengarannya itu menerangkan pula peristiwa yang menguatkan lagi kemahuannya

mengarang buku itu dengan menyebutkan satu persatu tarikh, tahun, hari bahkan hingga saat

ketikanya:

Tatkala hijratu l-nabiyyi salla LLahu alaihi wa`salamu seribu dua puluh satu tahun, kepada

tahun Dal, pada dua belas hari bulan Rabi`ilawwal, kepada hari khamis, waktu al-dhoha, pada

ketika shamsu, pada zaman kerajaan marham yang mangkat di Acheh, Sultan Alauddin

Riayat Shah zillu LLahi filalam anak sultan Iajalli abdi Jalil Shah……… (seterusnya titisan

keturunan baginda hingga kepada Sultan Mudzaffar Shah).

Maka sesudah itu barulah disebutkannya nama orang besar yang ditunjuknya buah usahanya

itu, demikian tulisnya:

Sedang baginda ( Sultan Alauddin Riwayat Shah ) bernegeri di Pasai, dewasa itulah datangRaja Dewa Said kepada hamba Seri Nara Wangsa yang bernama Tun Bambang, anak Seri

Akar Raja Patani, menjunjungkan titah Yang di Pertuan di Hilir, Sultan Abdullah Ma`ayah

Shah ibni Sultan ajallah Abdil Jalil Shah ( diikuti dengan pujian-pujian serta doa dalam

 bahasa Melayu ). Demikian bunyi titah yang maha mulia itu, bahawa beta minta perbuatkan

hikayat pada Bendahara, peri persetua dan peraturan segala raja-raja Melayu denganistiadatnya sekali supaya diketahui oleh segala anak cucu kita yang kemudian daripada kita,

diingatkannya oleh meraka itu, shahadan beroleh faedahlah ia daripadanya.

Sebagai menunaikan kehendak ini Tun Seri Lanang menulis demikian:…………. Maka fakir 

karangkanlah hikayat ini kama samitu min jaddi wa`abi supaya akan menyukakan duli

hadhrat baginda. Maka fakir nama hikayat itu Sulalatu I-Salatin yakni peraturan segala raja-

raja…….. 

Demikianlah susunan permulaan kata Sejarah Melayu yang dapat dipastikan sebagai

mencontohi aliran karangan Parsi itu. Meski pun buku Sejarah Melayu itu ada juga

dipengaruhi corak kesusasteraan Parsi, tetapi tiadalah begitu banyak jika dibandingkan

dengan dua buah lagi buku yang boleh dikatakan sejenis dengannya, iaitu Taj ul Salatin atau

Mahkota raja-raja dan Bustan ul Salatin atau taman Raja-raja.

Ada beberapa buah lagi buku-buku lama Melayu yang bercorak Parsi jika tidak pun sadoran

daripada kesusasteraan Parsi. Antara buku-buku jenis ini ialah:

Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Bakhtiar, serta beberapa cerita-cerita yang terkandung di

dalam Hikayat 1001 Malam.

Tingkat-tingkat perkembangan sastera lama 

Perkembangan kesusasteraan lama Melayu yang berpengaruh Islam sama ada bercorak Parsi

atau pun Arab bolehlah dibahagikan kepada tiga zaman seperti yang tersebut di bawah ini:

Zaman Kerajaan Pasai T.M. 1280-1400

Zaman Kerajaan Melaka T.M. 1400-1511

Page 11: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 11/48

Zaman Kerajaan Acheh dan Johor T.M. 1511-1650

Kesusasteraan lama Melayu telah mulai berkembang dinegeri Pasai, negeri yang mula-mula

sekali didalam Melayu menerima agama Islam itu bersifat keagamaan dan bahagian yeng

terbesar daripadanya ialah mengikut corak Parsi.

Apabila negeri Melaka telah terbuka dan kerajaannya makin lama bertambah besar maka

negeri Melaka itulah pula yang menjadi tumpuan pengembang-pengembang agama dan

ulama-ulama Islam. Pada zaman itu semakin bertambahlah bilangan hasil-hasil kesusasteraan

Melayu, bukan sahaja cerita-cerita yang berkaitan dengan agama, atau hikayat-hikayat yang

disalin daripada kesusasteraan Arab dan Parsi, bahkan harus pada zaman itulah usaha-usaha

telah dijalankan bagi menyalin atau menjawikan daripada tulisan Kawi beberapa cerita dari

kesusasteraan Hindu, terutamanya daripada kita-kitab Mahabharata dan Ramayana.

Sesungguh pun demikian usaha-usaha yang telah dijalankan bagi kemajuan dan

 perkembangan sastera pada zaman Kerajaan Melayu Melaka itu, tetapi zaman kemajuan

gemilang bagi kesusasteraan lama Melayu ialah pada pertengahan yang pertama kurunMasehi yang keXV11 yakni berhubung dengan zaman Kerajaan Acheh meningkat kepuncak 

kebesarannya, iaitu sesudah kejatuhan Kerajaan Melayu Melaka pada T.M.1511. Beberapa

 buah buku-buku yang tinggi mutunya telah tercipta pada zaman itu, diantaranya Sejarah

Melayu atau Sulalatu Salatin telah mulai disusun dalam tahun 1612, Taj ul Salatin tercipta

 pada tahun 1603 dan Bustan ul Salatin dalam tahun 1638.

Bab 2. Naskah-naskah Kesusasteraan Lama Melayu 

Ahli-ahli penyelidik hal ehwal berkenaan kesusateraan Melayu yang berpeluang menyelidik 

naskah-naskah kesusteraan lama Melayu yang terkumpul sama ada dikutub-kutub khanah

atau di muzium yang besar-besar atau pun dalam simpanan seseorang adalah sukar hendak 

mendapati sesebuah naskah asal yang bertarikh terdahulu daripada T.M. 1600.

Diantara naskah-naskah kesusateraan lama Melayu yang tertuanya sekali dipercayai ialah

Hikayat Raja-raja Pasai yang dikatakan ada tertulis dibelakangnya tarikh hikayat itu disusun,

iaitu pada pertengahan kurun yang ke-XV yakni T.M 1450. Hikayat ini telah dicetak dan

diterbitkan oleh seorang ahli bahasa Perancis, Dulaurier namanya. Hikayat berkenaan negeriPasai, iaitu sebuah sebuah negeri Melayu yang telah ditakluk oleh Acheh dalam T.M 1524 itu

 bukan sahaja menarik perhatian oleh tertua umurnya daripada hikayat-hikayat Melayu yang

lain, bahkan adalah ternyata bahawa kandungan buku Sejarah Melayu benyak mencontohi

dan menggunakan petikan daripadanya.

Dari kandungan Hikayat raja Pasai itu dapat dipastikan tuanya umur hikayat itu daripada

 bentuk bahasa serta gaya susunan ayat-ayatnya berbeza dengan hikayat-hikayat lama Melayu

yang lain-lain, tambahan lagi bahasa Arab jarang-jarang didapati didalamnya tidak seperti

lain-lain hikayat Melayu yang terkarang dalam masa terkemudian daripadanya. Adapun

 perkara yang menyebabkan demikian ialah kerana pada zaman Hikayat Raja-raja Pasai itu

dikarang belumlah berapa luas pengetahuan orang tentang bahasa Arab.

Page 12: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 12/48

Bagi membicarakan perkara naskah-naskah yang tertua dari kesusasteraan Melayu maka

tidaklah boleh dikecualikan kepingan atau helai naskah buku-buku tua yang tiada lengkap,

demikian juga surat-surat lama yang ada tersimpan dibeberapa buah kutub khanah dinegeri

dinegei-negeri Eropah, umpama ada kepingan dari naskah Hikayat Muhammad Ali Hanafiah

di Universiti Of Cambridge, kepingan ini telah didapati oleh seorang Belanda pelajar bahasa

Arab, Erpenius namanya daripada Peter Willemsz van Elbinck yang melawat negeri Acheh pada T.M 1604. Dengan adanya kepingan atau helai tersebut maka terbuktilah dengan nyata

lamanya umur Hikayat Muhammad Ali Hanafiah itu, iaitu bolehlah dipercayai bahawa

hikayat itu telah sedia adanya pada hujung kurun Masihi yang ke XV atau pun pada

 permulaan kurun yang ke XV1

Sebuah lagi naskah hikayat lama Melayu yang tertua umurnya ialah Hikayat Nabi Allah

Yusuf yang telah diperolehi dan tersimpan di Cambridge Universiti pada T.M 1601. menilik 

kepada bentuk serta bahasa yang terkandung didalamnya haruslah hikayat ini pun berasal dari

kesusasteraan Parsi. Selain daripada itu ada sebuah naskah asal Hikayat Nur Muhammad

 bertarikh pada T.M 1668, tetapi hikayat itu serta kesah yang terkandung didalamnya

dikatakan sudah sedia terkenal pada zaman itu.

Diantara beberapa buah naskah-naskah buku lama Melayu yang ada didalam simpanan

Preussische Staatsbibliothek, Berlin ada sebuah naskah yang menarik perhatian iaitu naskah

Cerita Maharaja Ravana cerita ini ialah salinan daripada Hikayat Seri Rama, tetapi ada

tentangnya berbeza dengan dua buah Hikayat Seri Rama dari naskah Rooda van Eysinga dan

Shellabear yang telah disebutkan dalam bab yang terdahulu ( Penggal yang pertama ).

 Naskah Maharaja Ravana itu tiada bertulis apa-apa tarikh yang boleh ditentukan umurnya

tetapi menilik kepada beberapa kekhilafan ejaan-ejaannya bolehlah dipercayai bahawa

naskah ini telah disalin atau ditiru daripada sebuah naskah yang lain oleh seorang penyalin

yang cuai dan tiada mengambil berat hendak menyemaknya semula. Ejaan-ejaandalam

naskah cerita ini berbeza dengan ejaan melayu yang lazim dan lebih hampir kepada ejaan

mengikut lighat Minangkabau, misalnya perkataan “beri” dieja dengan “bari” demikian juga

 beberapa perkataan yang lain-lain. Ada juga beberapa perkataan Jawa digunakan didalamnya

seperti gegaman, anom, likor, ilat, siwalan, Ratu Mas, Raden dan sebagainya.

Perkara yang lebih-lebih menarok hati berkenaan dengan naskah cerita Maharaja Ravana

yang yang tersimpan di Berlin itu ialah tentang tambahan-tambahan didalamnya yang nyata

mengikut corak Melayu, khasnya tentang Seri Rama dan Sita Dewi bercumbu-cumbuan

dengan berbalas-balas pantun.

Tatkala Sita diatas peraduannya melayani perasaan asyik berahi dan rindu dendamnya akan

Seri Rama maka ia pun berpantun kepada dayang-dayangnya demikian:

Dari mana terbangnya merak 

Permata jatuh keapi

Dari mana mulanya hendak?

Dari mata turun ke hati.

Kemudian tatkala Seri Rama dan Laksamana duduk ditempat persiraman dalam taman Sita,

maka Sita minta kepada inangnya Dang Lela Suganda, supaya membawa puannya yang berisi

surat dan sebentuk cincinnya kepada Seri Rama. Surat itu mengandungi pantun demikian bunyinya:

Page 13: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 13/48

Orang kerekut di pinggir laut,

Temu-temu didalam puan,

Sakit ini antara maut,

Hendak bertemu padamu tuan.

Pantun ini diikuti dengan serangkap lagi:

Jika sulasih menyulasih,

Rakit-rakit di batang bemban,

Kekanda kasih, adinda kasih,

Meminta ubat hati yang dendam

Apabila membaca surat Sita itu maka Seri Rama pun menangis air matanya bercucuran

seperti mutiara putus dari karangannya, maka Dang Lela Suganda pun tersenyum sambil

 berpantun:

Rakit-rakit didalam petiJelitung daun angsana

Jangan tuan bersakit hati

Petang hari pergi kesana

Maka Seri Rama pun menjawab demikian;

Sulasih daun angsana

Julutung padang di padang temu

Badan kasih, pergi kesana

Petang hari kita bertemu

Lalu Dang Lela Suganda membalas pantun mengingatkan Seri Rama demikian bunyinya:

Jikalau las diatas geta

Gunjai dikarang akan destar 

Luslas tuan berkata

Jangan hilang nama raja besar 

Sesudah itu maka Seri Rama pun berjanji hendak datang mendapatkan Sita. Pada petang itu

Seri Rama pun berjanji hendak datang mendapatkan Sita. Pada petang itu Seri Rama diiringi

oleh Laksamana pergi kesebuah rumah berhala dan disitu ia telah bertemu dengan Sita.Tatkala bercumbu-cumbuan antara keduanya itu maka Seri Rama pun berpantun demikian

 bunyinya:

Sireh puan cerana puan

Legundi di rumah Dang Lela

Sebab tuan, kerana tuan

Hilang budi menjadi gila

Dengan senyum Sita menjawab:

Kain celari panjang puncanyaDi pakai budak turun mandi

Page 14: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 14/48

Laki-laki sahajakan dusta

Ketika hendak turutkan mati

Dengan adanya pantun disulamkan kedalam cerita Maharaja Ravana, ini maka ternyatalah

 bahawa naskah cerita itu bersalin beberapa lama sesudah kedatangan Islam, tetapi bagaimana

 pun kandungannya adalah mengikut aliran kitab tua Hindu itu juga.

Naskah-naskah di Jerman 

Menurut keterangan Tuan Overbeck didalam Journal Jilid IV Bahagian II Malayan Branch

Royal Asiatic Society bertarikh October tahun 1926, ada hampir seratusbuah naskah-naskah

kesusasteraan Melayu tersimpan didalam kutub-kutub negeri Jerman seperti di Berlin,

Dresden, Munich dan Hamburg. Sekiranya library- library itu tiada musnah oleh bahana

 peperangan dan jika dalam jagaan baik maka haruslah naskah-naskah itu dapat di saksikan

lagi hingga kemasa ini.

Diantara nama buku-buku dalam senarai yang disebutkan oleh Tuan Hans Overbeck itusebahagian besar daripadanya tiada diketahui adanya oleh kebanyakkan orang Melayu,

kecualilah mereka yang berpeluang menyaksikannya sendiri. Sebagai contoh naskah-naskah

 buku yang namanya jarang didengar itu diantaranya ialah seperti tersebut di bawah ini:

Ceritara Raja Banjar dan Raja Kota Ringi, ceritera tatkala permulaan orang mendapat raja di

negeri Kutai Kerta Negara, ceritera daripada setengah pendita yang arif budiman akan

menceritakan daripada asal bangsa jin dan segala dewa-dewa, Hikayat Aranda Kasina,

Ceritera Maharaja Boma, Hikayat Krisna, Hikayat Sultan Mahmud Guznawi, Hikayat

Unggas Bayan dan Bujangga Ariffin, Hikayat Indera Nata, Hikayat Sema`un, Hikayat Raga

Singasayah, Hikayat Puteri Salamah, Hikayat Asal Raja-raja Sambas, Sha`er Kupu-Kupu,

Sha`er Mekah, Sha`er Melayu Palembang, Pantun berkait sakit hati, Pantun Bima ( Sumbawa

), pelbagai cerita tua iaitu antaranya ialah cerita Batu Nago dengan Pulau Aur dan Orang

Sikolambai di Sawang Painan, cerita Si Bujang Lenggong menjadi Batu, cerita batu

 bertembok di kampung Pandung dalam negeri Salida dan Cerita Bukit Chumaning dan Bukit

Ikan dalam nagari Sungai Jarnih, Hikayat Dewa Mandu, dan beberapa buah lagi naskah-

naskah lama antaranya berupa undang-undang dan peraturan mengandungi 44 fasal berkaitan

dengan adapt istiadat dan hukum-hukum negeri.

Di London, Brussels dan Hague 

Selain dari yang tersebut diatas itu ada beberapa banyak lagi naskah-naskah asalkesusasteraan lama Melayu tersimpan didalam kutub-kutub khanah beberapa buah negeri di

Eropah seperti di England iaitu antaranya ialah kutub khanah Royal Asiatic Society, Bodleian

Library, Oxford, Cambridge University Library, Library of the India Office, di British

Museums dan didalam kutub khanah The Scholl of Oriental Studies.

Dalam negeri Balanda ada juga tersimpan beberapa buah naskah-naskah asal kesusasteraan

Melayu dalam kutub-kutub khanah seperti di Leiden, di Hague dan di Amsterdam. Selain dari

itu ada juga naskah-naskah asal kesusasteraan Melayu tersimpan di Brussels dan di Paris.

Dr R.O Winstedt telah mencatitkan di dalam Journal Straits Branch Royal Asiatic Society

 bertarikh September 1920, nama-nama sejumlah lebih seratus naskah buku-buku melayuyang tersimpan didalam kutub-kutub khanah di London, Brussels, Hague. Diantaranya

Page 15: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 15/48

termasuklah nama buku-buku lama Melayu yang terkandung di dalam daftar buku yang

disusun oleh H.N van de Tuuk dan ada tersimpan di dalam Library of the India Office,

London.

Selain dari buku-buku yang mengandungi undang-undang negeri, risalah-risalah dan kitab-

kitab yang berkenaan dengan agama Islam maka banyak juga didapati nama hikayat-hikayatlama Melayu di antaranya ialah seperti yang disebutkan di bawah ini:

Hikayat Mesa Tandraman, Hikayat Pendawa Jaya, Hikayat Isma Yatim. Hikayat Indera Jaya

Pati, Hikayat Ular Nankawang, Hikayat Dewa Mandu atau Kangsa Indera Pikrama Raja,

Hikayat Raja Dewa Maharupa, Hikayat Parang Putting, Hikayat Shah-I Mardan atay Hikayat

Indera Jaya, Sha`er Jaran Tamasa, Babat Sekandar, dan lain-lain lagi.

Di dalam British Museum, London ada juga tersimpan beberapa naskah hikayat-hikayat lama

Melayu, diantaranya ialah seperti yang disebut di bawah ini:

Hikayat Bahari Kala, Hikayat Kera Mas atau Misa Kemetar Ismu Rencana, Hikayat CarangMengindera Cuaca, Hikayat Misa Taman Jayeng Kesuma, Hikayat Dalang Wesa Purba,

Hikayat Simbu(Lembu) Mangkurat, Hikayat Raja Babi, sha`er Sultan Maulana.

Didalam kutub khanah Brussels pula didapati naskah-naskah Taj ul-Salatin, Hikayat Kalilah

dan Daminah, Hikayat Indera Putera, Hikayat Dewa Asmara Jaya, Hikayat Maharaja

Bikrama Sakti, Bustan ul-Salatin.

 Naskah buku-buku lama Melayu yang tersimpan di dalam kutub khanah Hague adalah di

dapati kebanyakkan naskah-naskah yang berkaitan dengan sejarah seperti buku sejarah

Melayu, Surat Tambo Raja atau Undang-undang Minangkabau, Cerita bangka, Sejarah raja-

raja Riau, Hikayat Salasilah Perak, Hikayat negeri Jambi, Cerita Adipati Wira tanah Datar,

kedatangan Islam ke Preanger, Cerita Siam, Salasilah Raja-raja di dalam negeri Palembang,

Aturan Raja-raja di dalam negeri Palembang, turunan Raja Luwu dan raja Soppeng.

Hikayat-hikayat yang tersimpan di dalam di dalam kutub khanah di Hague itu antaranya ialah

Hikayat Ahmad Muhammad, Hikayat Sultan Ibrahim, Hikayat sang Bima, Hikayat Abu

Samah, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Nabi Wafat, Hikayat Mahmud Badruddin, Cerita

Menggarai. Selain dari itu ada pula beberapa buku undang-undang berkenaan dengan negeri-

negeri Minangkabau, Palembang , Moko-moko, Bangkahulu, Musi Hilir, Malang dan lain-

lain.

Selain dari beberapa buah lagi naskah-naskah yang mengandungi pengetahuan agama islam

maka ada tersimpan di dalam kutub khanah Hague itu sebuah naskah yang berkenaan dengan

ilmu kejadian alam yang bernama Awang lagi Awang, belum ada jadi arash kursi.

Hasil-hasil kesusasteraan Melayu sebelum T.M. 1736 

Werndly, seorang Belanda sarjana bahasa Melayu, telah menyusun daftar buku-buku Melayu

di dalam buku nahu Melayunya yang telah di cetak di Amsterdam dalam T.M 1736. Daftar 

itu mengandungi nama-nama 69 buah hikayat-hikayat, kitab-kitab agama islam dan

sebagainya. Di antara hikayat-hikayat dan buku-buku berkenaan dengan ketata negaraan dan

sejarah yang tersebut di dalam daftar itu ialah seperti di bawah ini:

Page 16: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 16/48

Selalatu I-Salatin atau Sejarah Melayu, Taj ul-Salatin atau Mahkota Raja-raja, Bustan ul-

Salatin atau Taman Raja-raja, Hikayat Acheh, Hikayat Dzul Karnain, Hikayat Isma Yatim,

Hikayat Ambon, Hikayat Amir ul-Mu`minin Omar, Hikayat Indera Sakti, Hikayat Indera

Putera, Hikayat Bayan, Hikayat Bakhtiar, Hikayat Burung Pingit, Hikayat Tanah Hitu,

Hikayat Jauhar Ma`nikam, Hikayat Hamzah, Hikayat Datia Perjangga, Hikayat Dewa Raja,

Hikayat Raja Busman dan Lokman, Hikayat Raja Tambikbaya, Hikayat Raja Sulaiman,Hikayat Raja Ajami Azbakh, Hikayat Raja Kuripan, Hikayat Raja Kemboja, Hikayat Raja

 Nila Datia Kuacha, Hikayat Rangga Rari, Hikayat Segala Susuhunan, Hikayat Abdullah bin

Omar, Hikayat Kalilah wa-Daminah, Hikayat Muhammad Hanafiah, Hikayat Mi`raj Nabi

Muhammad, Hikayat Mir Muhammad atau Hikayat daripada kejadian Mir Muhammad,

Hikayat Mesa Taman Panji Wila Kesoma, Hikayat Mesa Gemetar, Hikayat Nabi

Muahammad, Hikayat Nabi Musa, Hikayat Nabi Yusuf, Hikayat Hang Tuah, Hikayat

Charang Kolina, Hikayat Jaya Langkara, Hikayat Pelanduk Jenaka, Hikayat Pendawa,

Hikayat Kuda Perungu, Nur Muhammad, ceritera daripada Sulaiman, ceritera daripada Omar,

cerita Raja Dewa Ahmad, cerita Raja Som`ih, cerita Kobat Lela Indera.

Kitab-kitab berkenaan dengan agama diantaranya ialah, usul agama islam, Idah Agama islam,Idah Al fikh, Tafsir al Kor`an, Tauhid, Hafiz iman ul mu`min, Hukum Islam, Hukum haj,

Pamun din al Islam, Kitabul Farid, Kitabu`llah, Kashifu`l tajallil subhani karangan hamzahFansuri, Kenzul Khafi, Mi`rat ul mu`min karangan Shamsuddin ibn Abdullah, Marifat al

Islam.

Selain dari itu ada juga naskah-naskah seperti Hukum Kanun, Ilmu Fikh, Ilmu falak, Shaikhul

Hussainul Kashifi dan Permata Ma`rifat Allah.

Banyak yang hilang 

Tatkala membicarakan perkara naskah-naskah kesusasteraan lama Melayu, maka hendaklah

sentiasa diingat bahawa segala naskah-naskah kesusasteraan lama yang tersimpan di dalam

kutub-kutub khanah seperti yang telah dari semenjak zaman purba dan naskah-naskah itulah

kalau ada pun yang masih tinggal lagi sebagai saki baki daripada hasil-hasil kesusasteraan

lama Melayu yang telah tercipta dari semenjak zaman purba, dan naskah-naskah itulah kalau

ada pun yang masih tinggal lagi sebagai saki-baki daripada beberapa banyak yang telah

hilang dan musnah di sepanjang peredaran zaman yang menempuh berbagai peristiwa

mengenai sejarah bangsa melayu.

Peristiwa-peristiwa lenyapnya Kerajaan Seri Wijaya serta kedatangan agama Islam ka`alam

melayu, ialah diantara sebab-sebab maka lenyapnya segala naskah-naskah kesusasteraanMelayu yang berasal dari zaman Hindu dahulu.

Kemudian daripada itu sesudah Melaka menerima agama Islam dan dengan adanya

 perhubungan-perhubungan rapat dengan cerdak pandai yang datang daripada tanah Jawa serta

 pengembang-pengembang agama dari benua Hindi, negeri-negeri Parsi dan Arab maka

haruslah pada zaman itu usaha-usaha dalam bahagian kesusasteraan terutamanya terjemah-

menterjemah mulai dikerjakaan dengan bersungguh-sungguh. Selain dari kerja-kerja

menterjemahkan risalah-risalah dan kitab-kitab gama Islam maka haruslah pada zaman itu

 juga telah diusahakan menterjemah atau menyalin beberapa cerita daripada kitab-kitab tua

Hindu seperti Ramayana dan Mahabharata yang telah ada terjemahannya didalam bahasa

 jawa dalam usaha ini haruslah dengan bantuan orang-orang Jawa yang datang ke Melaka pada zaman itu.

Page 17: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 17/48

Selain dari Hikayat Muhammad Ali Hanafiah dan Hikayat Amir Hamzah yang telah ada

tersebut didalam buku sejarah Melayu itu, demikian juga Hikayat Iskandar Dzul Karnain dan

Hikayat Seri Rama yang harus telah ada pada zaman Kerajaan Melayu Melaka itu, maka

haruslah juga telah dijadikan asas atau panduan oleh Tun Seri Lanang bagi menyusun buku

Sulalatu I-Salatin atau Peraturan Segala Raja-raja yang lebih terkenal dengan nama Sejarah

Melayu itu.

Sesungguhnya haruslah tiada dapat seseorang hendak membuktikan beberapa banyak dan

apa-apa namanya hikayat-hikayat atau lain-lain hasil kesusasteraan Melayu Melaka yakni

 pada T.M 1400-1511 itu, kerana segalanya itu telah hilang atau binasa dalam peristiwa-

 peristiwa yang menyedihkan.

Oleh kerana menurut kelazimannya, istimewa pada zaman dahulu, bahawa istana raja ialah

menjadi tempat perhimpunan buku-buku yang telah binasa di makan api dalam peristiwa

kebakaran istana Sultan Mansor Shah seperti tersebut kesahnya di dalam buku Sejarah

Melayu yang mengatakan bahawa dalam peristiwa itulah kerajaan daripada Sang Nila Utama

telah dibakar.

Suatu peristiwa lagi yang harus menyebabkan banyak kehilangan naskah-naskah

kesusasteraan lama Melayu ialah tatkala Kerajaan Melayu Melaka alah dilanggar oleh

Feringgi dalam masa Sultan Mahmud dan orang besar-besar Melaka berundur melepaskan

diri daripada dapat ditawan oleh Feringgi, tentulah mereka mengutamakan keselamatan

nyawa, kehormatan dan harta benda lebih daripada menyelamatkan buku-buku.

Bagaimana pun, adalah peristiwa yang menyebabkan kehilangan hasil-hasil kesusasteraan

Melayu yang lebih besar lagi ialah dengan terbakarnya kapal yang bernama the Fame pada 2

hari bulan ke Britain . Dalam kebakaran itu habislah musnah segala muatannya iaitu berbagai

khazanah termasuklah perpustakaan lama Melayu yang telah di kumpulkan oleh Tuan

Raffles.

Menurut keterangan Abdullah bin Abdul Kadir Munshi dalam hikayatnya nyatalah amat

 banyak perpustakaan lama Melayu yang telah musnah dalam kebakaran kapal the Fame itu.

Ada pun perpustakaan lama melayu, iaitu kitab-kitab, hikayat-hikayat dan syair-syair yang

musnah itu menurut Hikayat Abdullah penuh berisi di dalam tiga buah peti kulit panjang-

 panjang sedepa, diantaranya ada kira-kira tiga ratus buah buku-buku yang telah dijilid, tiada

termasuk naskah-naskah yang belum berjilid, yang bercerai-berai, bergulung dan yang

 berhelai-helai. Selain dari itu ada lagi duah buah peti penuh berisi dengan surat-surat dan

kitab-kitab Jawa, Bali dan Bugis dan tulisan-tulisan di atas daun lontar.

Sesungguhnya adalah terbukti bahawa segala khazanah yang telah musnah didalam

kebakaran kapal the Fame itu amat tinggi nilainya kepada tuan Raffles, kerana ade tersebut

dadalam buku yang bernama “ Raffles “ of Singapore karangan Reginald Coupland,

mengatakan bahawa berbagai khazanah yang telah dikumpulkan oleh Raffles sebanyak 

muatan lebih sebuah kapal telah sudah pun dihantarkan ke England beberapa lama terdahulu

daripada peristiwa kebakaran kapal the Fame itu, tetapi segala khazanah yang terpilih dan

lebih-lebih di hargainya telah dikemudiakan oleh Raffles dengan tujuan ia sendiri hendak 

memerhatikan keselamatan khazanah-khazanah itu dalam pelayaran. Malangnya semuanya

itu telah musnah, termasuklah segala naskah buku-buku, surat-surat, tulisan di daun-daun

lontar dan sebainya yang telah di simpan kedalam peti-peti oleh munshi Abdullah di

Page 18: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 18/48

Singapura itu serta beberapa banyak lagi khazanah-khazanah yang telah terkumpul dan

dibawa daripada Bencoolen.

Bab 3. Zaman Kerajaan Johor Tua dan Acheh (1511 – 1650) 

Sungguh pun dalam T.m 1511 Feringgi telah menakluki Melaka tetapi bukanlah bererti

Kerajaan Melayu yang berasal dari Melaka itu telah lenyap, malahan Sultan Mahmud Shah

dan anakanda baginda Sultan Ahmad Shah sesudah berundur, lalu berbuat negeri di Bintan,

maka disanalah Sultan Ahmad Shah mangkat.

Sultan Mahmud Shah tiadalah juga kekal berkerajaan di Bintan kerana Feringgi telah datang

 pula melanggar dan memebinasakan negeri Kopak dalam pulau Bintan itu. Sultan Mahmud

dapat berlepas dari kekampar di sana, kerana Raja Kampar yang bernama Sultan Abdullah, putera Sultan Munawar(kekanda Sultan Mahmud Shah) telah di tawan oleh Feringgi.

Setelah Sultan Mahmud Shah mangkat iaitu kira-kira dalam tahun 1529, maka anakanda

 baginda yang bernama Raja Ali itulah naik kerajaan di kampar dengan gelaran Sultan

Alauddin Riayat Shah II. Baginda tiada berapa lama bersemayam di negeri Kampar,

 barangkali oleh baginda berazam hendak menegakkan semula kebesaran Kerajaan Melayu di

Tanah Melayu bagi menggantikan Kerajaan Melayu Melaka yang telah roboh oleh langgaran

Feringgi itu, maka baginda telah berangkat ke Pahang dan dari Pahang lalu ke Johor berbuat

negeri di Kuala Johor, kekallah baginda bersemayam di sana hingga baginda mangkat kira-

kira dalam tahun 1550 dan anakanda baginda itu pun naik kerajaan dengan gelaran Sultan

Mudzaffar Shah II.

Daripada zaman pemerintahan Sultan Mudzaffar Shah II itu membawa kepada terusirnya

Feringgi daripada bumi Melaka pada tahun T.M 1641, iaitu di langgar bersama-sama oleh

angkatan-angkatan perang Acheh, Belanda dan Johor, maka ada empat orang raja-raja telah

memerintah negeri Johor. Disepanjang masa itu empat kali tempat bersemayam raja telah

 berpindah dan telah berulang-ulang kali menentang serangan Feringgi pada zaman Sultan

Mudzaffar Shah II, baginda telah berpindah daripada Johor Lama ke Seluyut ( Kota Batu ).

Pada 15 Ogos T.M 1587 datang Feringgi melanggar dan membinasakan Kota Batu itu.

Kemudian pada zaman Sultan Abdul Jalil II, baginda telah berpindah pula daripada Seluyut

(Kota Batu) ke Batu Sawar. Tatkala baginda bersemayam di Batu Sawar itu, menurut bukusejarah Melayu, telah datang Feringgi melanggar tetapi kota itu tiada alah malahan banyak 

kelengkapan Feringgi yang binasa, hingga terpaksa mereka undur balik ke Melaka.

Kemudian baginda berpindah pula ke Sungai Damar (anak Sungai Batu Sawar) dinamai

 baginda makam Tauhid. Kota Makam Tauhid ini telah dua kali di langgar Feringgi, tetapi

tiada juga alah, melainkan banyak orang-orang Feringgi yang mati di bunuh oleh orang-orang

Melayu.

Sesungguhnya pada zaman pemerintahan Sultan Abdul Jalil II itulah Kerajaan Johor 

 bermusuh besar dengan Feringgi hingga sentiasalah berlaku peperangan di antara kedua

 pihak itu.

Page 19: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 19/48

Setelah Sultan Abdul Jalil II mangkat dalam T.M 1597 maka anakanda baginda yang

 bernama Raja Mansor pula naik kerajaan dengan gelaran Sultan Alauddin Riayat Shaah III.

Maka dalam zaman pemerintahan baginda itu pun beberapa kali juga negeri Johor didatangi

oleh orang-orang Feringgi dan Acheh, tetapi tiada alah. Baginda juga telah berpindah tempat

semayam, iaitu daripada makam Tauhid baginda pindah berbuat negeri di sebuah tempat

Pasir Raja namanya.

Dalam suatu lamggaran angkatan Acheh dalam T.M 1613, Sultan Alauddin Riayat Shah III

 bersama-sama dengan adinda baginda Raja Abdullah (yang kemudiannya bergelar Sultan

Abdullah Maayah Shah) dan Bendahara Paduka Raja (Tun Seri Lanang) telah di tawan dan di

 bawa mereka ke Acheh tetapi baginda telah dipelihara dengan sempurnanya oleh Raja Acheh,

Iskandar Muda Mahkota Alam dan adinda baginda Raja Abdullah itu dikahwinkan oleh Raja

Acheh itu dengan saudara perempuan.baginda. dalam T.M 1914 Sultan Alauddin Riayat Shah

III telah dihantar balik oleh Raja Acheh ke Johor.

Kemudian tatkala angkatan perang Acheh melanggar Melaka, Sultan Alauddin Riayat Shah

III telah dituduh menyebelahi pihak Feringgi kerana pertolongan baginda tiada bersungguh-sungguh, maka kerana itu Raja Acheh telah menuntut bela lalu melanggar negeri Johor.

Setelah Johor alah maka Sultan Alauddin Riayat Shah III pun berundur ke Bintan, tetapi

Pulau Bintan itu pun telah didatangai oleh angkatan Acheh dan baginda telah di tawan lalu

dibunuh mereka, demikian menurut buku Sejarah Alam Melayu.

Ada pun yang menggantikan Sultan Alauddin Riayat Shah itu ialah adinda baginda Raja

Abdullah dengan gelaran Sultan Abdullah Maayah Shah. Sungguh pun baginda ini menjadi

ipar kepada Raja Acheh, Iskandar Muda Mahkota Alam itu, tetapi nasib baginda tiada baik,

kerana baginda telah murka dan diseterui oleh Raja Acheh, akhirnya baginda telah mangkat

 pada T.M 1637 (menurut buku Tawarikh Johor pada T.M 1623) di Pulau Tembelan, iaitu

sebuah pulau kecil dalam Gugusan Pulau-pulau Riau.

Setelah Sultan Abdullah Ma`ayah Shah mangkat maka yang menggantikan kerajaan baginda

di Johor itu, ialah putera saudara baginda, iaitu Raja Abdul Jalil, putera Sultan Alauddin

Riayat Shah III, dengan gelaran Sultan Abdul Jalil Riayat Shah III. Maka sesungguhnnya

Sultan Abdul Jalil Riayat Shah III itulah yang bersungguh-sungguh bersahabat dengan

Belanda, dan berjanji hendak bersatu kekuatan melanggar Feringgi di Melaka. Akhirnya pada

T.M 1640 bersatulah angkatan Acheh, Belanda dan johor melanggar Melaka, dan pada T.M

1614 tewaslah Feringgi dan hapuslah pemerintahannya Di Melaka.

Setelah Sultan Abdullah Ma`ayah Shah mangkat maka yang menggantikan kerajaan bagindadi Johor itu, ialah putera saudara baginda, iaitu Raja Abdul Jalil, putera Sultan Alauddin

Riayat Shah III dengan gelaran Sultan Abdul Jalil Riayat Shah III. Maka sesungguhnya

Sultan Abdul Jalil Riayat Shah III itulah yang bersungguh-sungguh bersahabat dengan

Belanda, dan berjanji hendak bersatu kekuatan melanggar Feringgi di Melaka. Akhirnya pada

T.M 1640 bersatulah angkatan Acheh, Belanda dan Johor melanggar Melaka dan pada T.M

1641 tewaslah Feringgi dan hapuslah pemerintahannya di Melaka.

Demikianlah ringkasnya hal ehwal yang tercatit dalam sejarah mulai daripada zaman

kejatuhan Kerajaan Melayu Melaka hingga membawa kepada terdirinya kerajaan Melayu di

Johor dan hapusnya kekuasaan Feringgi di Melaka itu.

Kesusasteraan Zaman Kerajaan Johor Tua 

Page 20: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 20/48

Sekarang tibalah pula kita kepada membicarakan perkara adakah usaha-usaha dijalankan bagi

menciptakan hasil kesusasteraan Melayu di sepanjang zaman yang tersebut itu? Iaitu

manakala kerajaan Melayu di Johor itu sentiasa dalam keadaan yang terancam, beberapa kali

 berpindah-randah dan berulang-ulang menentang serangan-serangan Feringgi dan sekiranya

ada tercipta, bagaimanakah aliran bentuknya.

Selain daripada buku Sulalatu Salatin yakni peraturan segala raja-raja atau lebih terkenal

dengan nama Sejarah Melayu yang terkarang olej Tun Seri Lanang di Johor atay pun tatkala

 beliau bersama-sama Sultan Alauddin Riayat Shah III tertawan ke Acheh itu, maka sukarlah

hendak ditegaskan ada tau tiadanya hasil-hasil kesusasteraan Melayu tercipta pada zaman itu,

kerana sebagaimanatelah diterangkan dalam bab yang terdahulu bahawa hasil-hasil

kesusasteraan lama Melayu itu kebanyakkannya ada bukunya tetapi tiada ketahui siapa

 pengarangnya dan bila tarikh terciptanya disebalik itu pula ada juga didapati terjadi

 berkenaan dengan kesusasteraan lama Melayu iaitu ada tersebut nama sesebuah buku dan

diketahui nama pengarangnya tetapi tiada pula dijumpai naskah buku itu. Setuatu bukti yang

terang berkenaan perkara itu boleh disaksikan dalam buku Tuhfat al Nafis atau Sejarah

Melayu dan Bugis yang terkarang oleh Al marhum Raja Ali al-Haji Riau pada T.H 1282.

Didalam buku Tuhfat al Nafis itu didapati tiada kurang daripada lima tempat yang menyebut

nama sebuah buku bernama Siarah Lingga dan Riau, karangan Engku Busu ayahanda Tengku

Wok Dungun. Pengarang Tuhfat al Nafis itu dalam keterangannya nyatalah mengaku bahawa

ada beberapa perkara didalam buku karangannya itu ia berasaskan atau pun dipetiknya

daripada buku karangan Engku Busu itu.

Angka tahun terciptanya buku Tuhfat al Nafis itu belumlah boleh dikatakan telah lama

zamannya sedangkan demikian buku yang ada tersebut didalamnya pun tiada diketahui lagi

adanya betapa pula buku-buku yang telah tercipta selama tiga tahun atau empat ratus tahun

dahulu? Istimewa pula pada zaman Kerajaan Johor tua yang sentiasa berpindah dan

 berperang itu.

Dalam pada itu pun didalam naskah Sejarah Melayu atau Sulalatu Salatin, karangan Tun Seri

Lanang, ada didapati perkara yang serupa seperti keadaan berkenaan dengan Siarah Lingga

dan Riau yang tersebut di dalam buku Tuhfat al Nafis itu. Ada pun perkara yang berkenaan

ini terkandung di dalam Al kisah cerita yang kedua puluh enam tentang sepotong ayat

demikian bunyinya:

………….Maka Bendahara Johor (Tun Biajid, bergelarBendahara Seri Maharaja, disebut

orang Dato Bendahara Johor) beranakkan Tun Hidap, maka Tun Hidap, maka Tun Hidapdiperisterikan oleh Tun Isap Misai, anak Bendahara Seri Nara Wangsa, maka Tun Isap Misai

 bergelar Bendahara Seri Maharaja, ialah disebut orang Dato Bendahara yang tua, ialah

mengarang Anak Panah se Desa.

Anak panah se Desa

Ada pun ertinya anak panah se dasa itu dalam bahasa Sanskrit ialah rangkaian sepuluh batang

anak panah. Maka pengertian mengarang disini tidaklah boleh diertikan sebagai membentuk 

atau pun menyusun anak-anak panah itu seperti menggubah bunga bahkan terlebih tepat

maksudnya menuju kepada pengertian mengarang buku, hikayat atau sebagainya. Dengan

kesimpulan itu maka haruslah bererti bahawa yang dikarang oleh Bendahara Seri MaharajaTun Isap Misai itu ialah sebuah buku yang yang dinamakannya anak panah dasa.

Page 21: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 21/48

Suatu perkara yang boleh menguatkan lagi alasan tentang istilah perkataan mengarang seperti

tersebut tadi, iaitu dimaksudkan mengarang buku, ialah dengan beralaskan salasilah

Bendahara Seri Maharani Tun Isap Misai itu. Ada pun Tun Isap Misai itu menurut buku

Sejarah Melayu, ialah cucu kepada Bendahara Seri Maharaja Tun Muthahir yang telah di

 bunuh oleh Sultan Mahmud Shah di Melaka dan ialah juga datuk kepada Bendahara Paduka

Raja Tun Seri Lanang, pengarang buku Sejarah Melayu itu. Aturan salasilah berkenaandengan Bendahara Seri Maharaja Tun Isap Misai itu Menurut buku Sejarah Melayu, ialah

seperti di bawah ini:

TUN MUTAHIR 

(Bendahara Seri Maharaja I., Bendahara VIII, Melaka)

TUN MAHMUD

(Bendahara Tun Nara Wangsa, Bendahara XI, Johor)

TUN ISAP MISAI

(Bendahara Seri Maharaja III, Bendahara XIII, Johor)

TUN AHMAD

(Paduka Raja, Temenggung Johor)

TUN SERI LANANG

(Bendahara Paduka Raja III, Bendahara XIV, Johor)

(Menurut Tawarikh Negeri Johor, Tun Mahmud bukannya anak Tun Mutahir, tetapi ialah

anak abangnya, iaitu Tun Tahir, Seri Nara di Raja yang juga telah dibunuh oleh Sultan

Mahmud bersama-sama adiknya, Bendahara Seri Maharaja Tun Mutahir pada T.M 1510 itu).

Oleh kerana Tun Seri Lanang ternyata hidup sezaman dengan datuknya itu(ia menggantikan

 jawatan Bendahara Seri Maharaja Tun Isap Misai menjadi Bendahara Johor) maka tentulah

telah sedia diketahuinya usaha-usaha datuknya itu, dan maksud perkataan mengarang pada

 pengertian seseorang pengarang seperti Tun Seri Lanang itu nescaya terlebih hampir 

tujuannya kepada erti mengarang kitab, hikayat atau sebagainya maka dengan kesimpulan

demikian berertilah barangkali yang dimaksudkan oleh Tun Seri lanang dengan sepotong ayat

seperti yang tersebut tadi, ialah sebagai menegaskan bahawa datuknya yakni Bendahara Seri

Maharaja Tun Isap Misai itulah yang mengarang buku bernama Anak Panah se Dasa itu.

Sekiranya tepatlah seperti kesimpulan sangkaan yang tersebut diatas itu maka nyatalah bukuatau hikayat Anak Panah se Dasa itu sudah sedia terkenal pada zaman Tun Seri Lanang (T.M

1612) tetapi disebabkan buku itu tiada didapati lagi sekarang ini maka sukarlah hendak 

diduga dengan tepat bagaimanakah bentuk atau aliran tujuan kandungannya. Dalam pada itu

 pun dengan menilik kepada zaman penciptaannya, iaitu dalam zaman usaha sedang

dijalankan bagi menegakkan semula kebesaran Kerajaan Melayu di Johor bagi menggantikan

Kerajaan Melayu Melaka yang telah roboh itu, dan mempertahankannya daripada serangan-

serangan musuh demikian juga meninggikan semula kedaulatan raja-raja Melayu, maka jika

sungguhlahada buku itu bolehlah di agak bahawa tujuan isinya haruslah menuju kepada

maksud mengukuh serta meninggikan semangat pembaca-pembacanya dengan membesar-

 besarkan peri keberanian dan kegagahan seseorang hulubalang Melayu dalam

mempertahankan kehormatan bangsa dan negerinya serta dengan taat setia menjunjung titah perintah rajanya.

Page 22: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 22/48

Bagaimana pun pengarangnya seorang orang besar raja yang berjawatan bendahara maka

haruslah pula aliran kandungannya banyak mengenai hal ehwal golongan istana, dan tidak 

 juga terkecuali daripada membesar-besarkan kisah kegagahan, keberanian dan taat setia

seseorang hulubalang Melayu iaitu sebagai aliran jalan cerita Hikayat Hang Tuah.

Tetapi Hikayat Hang Tuah nyatalah telah terkarang pada zaman yang terkemudia, iaitusesudah pemerintahan Feringgi roboh di Melaka pada T.M 1641, kerana di dalam Hikayat

Hang Tuah itu ada menyebutkan kisah kekalahan Feringgi itu. Bagaimana pun nama Hikayat

Hang Tuah itu telah sedia terkandung di dalam daftar nama buku-buku Melayu yang telah di

terbitkan dalam T.M 1736 oleh seorang Belanda sarjana bahasa Melayu bernama Werndly

seperti yang disebutkan dakam bab yang lalu. Dalam pada itu pula haruslah ada beberapa

 buah diantara 69 buah hikayat-hikayat, kitab-kitab agama islam dan sebagainya yang

terkandung nama-namanya di dalam daftar buku-buku Melayu yang diterbitkan oleh Werndly

itu telah tercipta di dalam zaman Kerajaan Melayu Johor tua.

Hasil-hasil Kesusasteraan Zaman Kerajaan Acheh 

Setelah Kerajaan Melayu Melaka roboh dilanggar Feringgi dalam T.M 1511 itu maka telah

 bangun pula di bahagian utara Pulau Perca ( Sumatra ) sebuah kerajaan yang berpusat di

Acheh. Kerajaan itu mulai kembang kuasanya ialah dalam T.M 1525 manakala Sultan

Ibrahim di Acheh Utara telak menakluki Pasai, maka oleh itu ulama-ulama dan pengembang-

 pengembang agama Islam pun bertumpulah kesana.

Dalam kitab Bustan ul Salatin (Taman Raja-raja) yang terkarang oleh Shaikh Nuruddin ibn

Hasanyi IBN Muhammad al-Raniri dalam T.M. 1638 itu ada menyebutkan nama ulama-

ulama yang termasyur di Acheh dalam kurun Masehi yang ke XVI. dan ke XVII. Menurut

keterangan kitab tersebut, dalam T.M. 1582 ada dua orang ulama datang ke Acheh daripada

Mekah, salah seorang daripadanya ialah Abu Khair ibn Shaikh ibn al Hajar mengajar ilmu

fekah(fiqah) dan ia telah mengarang kitab Al Saif al kati atau Pedang Tajam. Ulama yang

seorang lagi Muhammad al Yaman namanya mengajar ilmu usul. Di antara T.M 1577 dan

T.M 1586 tiba pula ke Acheh seorang ulama daripada Gujerat bernama Shaikh Muhammad

Jailani ibn Muhammad Hamid al Raniri, seorang guru yang terkenal didalam bahagian ilmu-

ilmu mantic, syarahan dan fekah, oleh kerana ramai orang-orang suka hendak menuntut ilmu

tasauf maka ia pun pergi ke Mekah mempelajarinya dan balik ke Acheh pada T.M 1607 telah

datang pula seorang ulama Masir bernama Muhammad Azhari atau nama lainnya Shaikh

 Nuruddin.

Kekuasaan Kerajaan Acheh itu telah sampai kepuncak kebesarannya ialah pada zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam atau disebut juga Sultan Iskandar Muda

Johan Perkasa Alam Shah, yang memerintah pada T.M 1606-T.M 1636. Pada zaman itu

kuasa Kerajaan Acheh telah meluas sampai ke Bangkahulu termasuklah daerah-daerah pantai

laut Minangkabau, antaranya Padang , Bengkulu, Miko-Moko, Pariaman, Tiku. Daerah-

daerah tersebut termasuk kebawah perintah Acheh kira-kira 50 tahun lamanya.

Maka disebelah timurnya pula kekuasaan Kerajaan Acheh itu meluas hingga ke Jambi, Siak,

Riau dan Linggi, demikian juga sebahagian Tanah Semenanjung termasuklah Johor dan

Pahang. Akan diingat bahawa dalam zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda Mahkota

Alam itulah Sultan Alauddin Riayat Shah bersama-sama dengan adinda Raja Abdullah dan

Bendahara Paduka Raja Tun Mahmud (Tun Seri Lanang) tertawan ke Acheh. Dalam zaman

Page 23: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 23/48

itulah juga pemerintahan Feringgi di Melaka itu tiada aman keadaannya oleh kerap di datangi

angkatan perang Acheh.

Sesungguhnya pada zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam itulah istana

Acheh telah menjadi tumpuan ulama-ulama dan pujangga-pujangga Islam bukan sahaja dari

golongan anak negeri bahkan juga datang daripada negeri luar. Beberapa orang pujanggaIslam telah hidup pada zaman itu, diantaranya yang terbesar ialah Hamzah Fansuri dai Baros,

selain darinya ialah Shamsudin al Samatrani dari Pasai, Abdul rauf dari Singkel, Shaikh

 Nuruddin ibn Ali al Raniri dan Bukhari al Jauhari.

Hamzah Fansuri

Hamzah Fansuri hidup dalam pertengahan yang kedua kurun yang ke XVI dan pertengahan

yang pertama kurun ke XVII. Tempat lahir Hamzah Fansuri di Baros dalam Sumatra itu

dapat dipastikan dari petekan serangkap tulisannya:

Hamzah Fansuri di negeri Melayu.Tempatnya kapur didalam kayu.

Hamzah Fansuri telah mengedari beberapa buah negeri mulai daripada tempat kediamannya

di Baros ia telah belayar ke Pahang, Kemudian ke Banten dan Kudus dalam Pulau Jawa, Shar 

 Nawi iaitu Ayuthia yang pada zaman itu menjadi ibu kota negeri siam, Makkah dan Madinah,

sekianlah jauh pelayarannya itu bagaimana pun dapat dipastikan bahawa kesimpulan tujuan

yang mendorongkan ia meninggalkan negerinya, pergi mengedari negeri-negeri luar aitu ada

terbayang didalam serangkap syairnya berbunyi demikian:

Hahzah Fansuri di dalam Mekkah,

Mencari Tuhan di Baitul Ka`bah

Di Baros ke Kudus terlalu payah,

Akhirnya dapat di dalam rumah.

Serangkap syair buah pena Hamzah Fansuri yang di petik daripada karangannya syair Perahu

demikian bunyinya:

Wahai muda, kenali dirinya,

Ialah perahu tamthil tubuhmu,

Tiadalah berapa lama hidupmu,

Keakhirat juga kekal diammu.

Satu lagi contoh syair gubahan Hamzah Fansuri ialah demikian bunyinya:

Hapuskan akal dan rasanya,

Kenyapkan badan dan nyawamu,

Pecahkan hendak kedua matamu,

Disanalah lihat permai rupamu.

Adamu itu yogia kau serang,

Supaya dapat negeri yang senang,

Seperti Ali tatkala perang,Melepaskan Duldul tiada berkekang.

Page 24: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 24/48

Hamzah miskin orang uryani,

Seperti Ismail menjadi kurbani,

Bukannya Ajami lagi Arabi,

Sentiasa wakil dengan yang Baki.

Syair dari buah pena Hamzah Fansuri diantaranya ialah:

Syair Burung Pungguk,

Syair Burung Pingai,

Syair Sidang Fakir,

Syair Sidang Fakir,

Syair Dagang,

Syair Perahu.

Ada dua buah kitab lagi karangan hamzah Fansuri berbentuk prosa, iaitu sebuah namanya

Sharab al ashikin atau Minuman orang yang cinta pada Tuhan. Kitab karangannya yang

sebuah lagi itu bernama Asrar al arifin fi bayan ilm al suluk wa`l tauhid.

Pada penghujung kurun yang ke XVI dan kurun yang ke XVII ilmu suluk amat berkembang

di daerah Sumatra Utara dan di tanah Jawa, maka pada zaman itulah juga telah timbul sesuatu

 peristiwa yang sebelum itu belum penah berlaku dalam sejarah kesusasteraan Melayu,

 peristiwa ini ialah berkenaan dengan perintah membakar kitab-kitab kerangan pujangga yang berani menentang faham atau kepercayaan rasmi yang berkuasa pada zaman itu.

Punca yang menyebabkan peristiwa itu ialah dengan adanya dua golongan ulama, golongan

yang pertamanya berpegang teguh pada faham tua dan menentang golongan yang kedua iaitu

ahli al suluk yang mengembangkan ditengah masyarakat ilmu suluk. Dua orang ulama iaitu al

Raniri dan Abdul Rauf termasuk kedalam golongan yang pertama, sedang Hamzah dam

Shamsuddin dalam golongan yang kedua. Al Raniri atau Shaikh Nuruddin ibn Ali al Raniri

telah mendebat serta menyelar faham-faham Hamzah dan Shamsuddin dalam kitabnya

 bernama Tabyan fi ma`rifat al adyan yang terkarang pada zaman T.M 1664.

Al Raniri sentiasa berpegang teguh pada fahamannya, ia berpendapat bahawa ilmu suluk,

tasauf itu tidak ada hubungannya dengan ajaran agama yang asli, maka kerana itulah ia

memandang bahawa segala pendapat dan karangan Hamzah dan Shamsuddin itu sebagai

ajaran kafir belaka serta membahayakan iman pengikut-pengikut Islam. Oleh begitu besar 

 pengaruh al Raniri pada Raja Acheh(Sultan Iskandar Thani hingga segala karangan keduanya

itu perintahkan bakar.

Shamsuddin al Samatrani

Shamsuddin pujangga dari Pasai itu menurut suatu punca ialah seorang murid Pengeran

Bonang, dan telah hidup di bawah perlindungan Raja Acheh yang terbesar, Sultan Iskandar 

Muda Mahkota Alam (T.M 1606-36), dan dikatakan ia telah memangku jawatan Perdana

Menteri. Seperti kitab-kitab dan karangan-karangan Hamzah juga, sesudah mangkat Sultan

Iskandar Muda Mahkota Alam kitab-kitab karangannya banyak yang telah diperintahkan

 baker. Bagaimana pun sebuah diantara yang telah terselamat daripada api ialah kitabnya

dalam bahasa Melayu dan bahasa Sunda bernama Mi`rat ul mu`min bertarikh T.M 1601 iaitu

 berkenaan dengan ilmu usul.

Page 25: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 25/48

Selain dari Kitab Mi`rat ul Mukmin, kitab-kitab Shamsuddin dalam bahasa Melayu ialah:

Kitab Mir`at al Muhakkikin,

Kitab Mir`at al Iman,

Kitab Shar ruba`i Hamzah Fansuri, iaitu tafsir-tafsir atas syair Hamzah

Di antara kitab-kitab karangan Shamsuddin di ketahui telah hilang hanya tinggal namanya

sahaja lagi ialah Kitab fi dzikr da`ira kab al kawsayna, Kitab siri al arifin, Mir`at ak Kulub

dan sebuah risalah tentang mertabat tujuh dan sifat dua puluh.

Shamsuddin telah meninggal dunia pada T.M 1630

Abdul Rauf dari Singkel

Abdul Rauf terkenal juga dengan gelaran Tengku di Kuala beliau mengajar di Acheh dalam

T.M. 1661 dan amat-lah di-muliakan orang hingga sa-olah-olah di-pandang sa-bagai keramat.

Sunggoh pun saperti telah terdahulu disebutkan bahawa Abdul Rauf dan al-Raniri kedua-duanya berpegang kapada faham tua, tetapi tentang sikap antara kedua itu terhadap gulongan

yang berfaham lain ada-lah jauh bezanya. Al-Raniri ternyata keras sikapnya, ia melemparkan

celaan-celaan dan tempelak dengan mengatakan kafir golongan yang bertentang dengan

fahamnya serta menyuroh bakar segala kitab-kitab karangan mereka itu. Di saba1ik itu pula

Abdul Rauf bersifat sabar dan soleh; dalam soal Wujudiyya ia hanya berkata: Janganlah me-

nuduh seseorang yang mengeluarkan perkataan-perkataan demikian itu kafir. Membuat

tuduhan saperti itu amatlah besar bahayanya. Jika orang itu kafir, mengapa mensia-siakan

 perkataan atasnya? Sekiranya dia bukan kafir maka perkataan itu akan berbalik kepada diri

kita sendiri. Kerana Nabi Muhammad s.a.w. telah bersabda: "Janganlah seseorang menuduh

orang lain sebagai ta' beriman atau kafir, kerana tuduhan itu akan berbalik keatas dirinya

sendiri jika iaitu tiada benar.

Beberapa buah kitab-kitab karangan Abdul Rauf yang maseh ada lagi, diantaranya di Leiden

ada tersimpan sabuah kitab 'ilmu fekah yang bernama "Mir'at a't Tullab fi Tashil Ma'rifat Al-

Ahkam a'sh-shar'iyyah Ii Malik a'l-Wahhab." Kitab ini telah di karangnya dengan perentah

Raja Perempuan Acheh Taj u'l-'alam safiat-u 'din, yang memerentah pada T.M. 1641-1675.

Suatu di antara usaha-usaha Abdul Rauf ialah mentafsirkan kebahasa Melayu ulasan

Baidhawi tentang kandungan Quran. Pada penghujung kitabnya yang bernama"Umdat al-

muhtajin". itu ada terkarang suatu ringkasan riwayat hidupnya, di antara lain-lain Abdul Rauf 

ada menyebut bahawa ia telah menuntut 'ilmu beberapa tahun lamanya di Makkah, Madinah ,Judah , Mokha, Zebid, Betafakih dan di lain-lain tempat lagi.

Abdul Rauf telah meninggal dunia kira-kira dalam T.M. 1690.

Shaikh Nuruddin ibn 'Ali al-Raniri

Sebutan "al-Raniri" pada hujung namanya itu mengenalkan bahawa Shaikh Nuruddin ialah

 berasal dari saebuah tempat Rander namanya, iaitu berseberang dengan Surat dalam daerah

Gujerat ( India ). Sesungguhnya dad karangan-karangannya dapat diketahui:' ianya seorang

yang sentiasa sedia mendebat dan menentang gulongan yang bertentangan faham dengan-nya

terutama sa-kali terhadap 'ilmu suluk yang sedang berkembang di-Acheh pada zaman itu.Shaikh Nuruddin terkenal sebagai seorang terpelajar dan banyak memetek isi-isi

Page 26: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 26/48

kesusasteraan Parsi-'Arab bagi di gunakannya dalam kitab-kitab karangannya dalam bahasa

Melayu.

Dalam T.M. 1638 al-Raniri telah mulai: mengarang kitabnya yang bernama Bustan ul-Salatin

ya'ani Taman Raja-raja. Kitab ini di karangnya atas perintah Sultan Iskandar Thani. Sebelum

mengarang Kitab Bustan ul Salatin itu dalam T.M. 1628 ia telah menciptakan sebuah kitab bernama Sirat al-Mustaqim. AI-Raniri telah juga menterjemahkan sebuah kitab bahasa Arab

 bernama Sharah al-'aka'id al-Nasafiya ke bahasa Melayu dan di namakannya Durrat I-Fara'id

 bisharah al aka'id.

Ada pun Kitab Bustan ul-Salatin itu mengandungi tujuh fasal; dalam fasal yang pertama ialah

huraian berkenaan dengan asal kejadian langit dan bumi, Nur Muhammad. Luh al-Mahfuz,

al-Qalam, al-Arash, al-Kursi; demikian juga berkenaan dengan asal kejadian Malaikat, Sidrat

ul Muntaha, al-Jin atau dinamakan juga Iblis, serta huraian berkenaan dengan tujuh lapis

langit. Segalanya itu bolehlah dikatakan berhubung dengan kepercayaan orang Islam seperti

yang diajarkan agamanya atas perkara-perkara yang harus dipercayai.

Fasal yang keduanya ialah huraian berkenaan dengan nabi-nabi mulai: dari Nabi Adam

hingga kapada Nabi Muhammad s.a.w. demikian juga berkenaan dengan raja-raja zaman

dahulu seperti raja-raja Parsi hingga kepada zaman pemerintahan Sayyidina Omar, raja-raja

Istanbul hingga ke zaman raja yang terakhirnya, raja-raja Masir hingga kezaman Iskandar 

Dzu'l-Karnain, sejarah raja-raja 'Arab.

 Nejd dan Hijaz, Rasulullah dan Khalifah yang berempat, sejarah bangsa 'Arab di bawah

 perintah khalifah-khalifah Umaiyah dan Abbasiyah, sejarah raja-raja Delhi dan seterusnya

raja-raja .Melaka, Pahang dan Acheh.

Fasal yang ketiga-nya ia-Iah huraian- berkenaan dengan raja-raja yang 'adil serta pembesar-

 pembesar negeri yang "arif dan bijaksana; fasal yang keempat berkenaan dengan -raja-raja

yang suchi beriman dan takwa kapada Allah -saperti Sultan Ibrahim ibni Adham dan Iskandar 

Dzu'lKamain. Fasal yang kelimanya berkenaan dengan raja-raja yang dzalim dan pembesar-

 pembesar negeri yang bebal serta tiada ta'at setia akan raja-nya. Fasal yang keenam ialah

 berkenaan dengan sifat orang-orang yang mulia dan pemurah serta pahlawan-pahlawan dalam

 peperangan Badar dan Uhud. Fasal yang ketujuh yakni yang akhirnya ialah berkenaan dengan

akal dan pelbagai jenis ilmu pengetahuan,termasuklah ilmu-'ilmu firasat dan ubatan.

Dengan perintah Sultan Iskandar Thani, maka dalam T.M. 1640 al-Raniri telah mengarang

sebuah kitab mengandung perdebatan tentang roh. Kitab ini dinamakannya Asrar al-insan fima'rifat al-roh wa'l-Rahman, dan mengandongi suatu sebutan terhadap Hamzah Fansuri.

Dalam T.M. 1642 ia telah mengarang sebuah kitab bernama "Akhbar al-'akhirah fi ahwal al-

kiamah" iaitu berkenaan dengan kejadian Nur Muhammad, Adam dan maut, demikian juga

 berkenaan alamat-alamat hari kiamat dan tentang syurga dan neraka; kandungan-nya telah di-

sador daripada beberapa buah kitab di antaranya dua buah kitab karangan Imam Ghazali yang

 bernama Daka'ik wa'l-hakaik dan Durrat al-fakhirah min kashf 'awam al-'akhirah.

Oleh kerana fikirannya makin tertumpu kepada menentang faham Hamzah Fansuri dan

Shamsuddin al-Samatrani terhadap 'ilmu suluk itu maka al-Raniri telah mengarang lagi

 beberapa buah kitab membicarakan soal itu. Dalam kitab "Jawahir al-'ulum fi kashf al-

maklum", terkarang pada T.M. 1642; dan dalam kitabnya "Tabyan fi ma'rifat al:adyan",terkarang pada T.M. 1664 itu ia telah mendebat faham-faham Shamsuddin al-Samatrani.

Page 27: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 27/48

Bukhari al-Jauhari

Di antara kitab-kitab yang termasyhur ciptaan pada permulaan kurun Masihi ke-XVII ialah

kitab bernama "Taj ul-Salatin" yakni Mahkota Raja-raja, yang telah terkarang dalam T.M.

1603.. Ada dua punca yang berselisihan tentang soal menentukan siapa orangnya yang

mengarang kitab itu. Punca yang pertama mengatakan pengarangnya itu bernama Bukhari berasal dari Johor dan telah tinggal di Acheh pada zaman Sultan Iskandar Muda Mahkota

Alam. Punca yang keduanya pula mengatakan bahawa kitab itu asalnya telah terkarang oleh

seorang jauhari yakni tukang atau saudagar permata di negeri Bukhara , tetapi tidak pula di

ketahui siapa yang menyadur atau menterjemahkannya kebahasa Melayu.

Jika dihalusi antara dua pendapat ini maka sukarlah hendak dipersetujukan pendapat punca.

yang kedua itu. Kerana istilah perkataan "al-Jauhari" di sini bukanlah maksudnya tukang atau

saudagar permata, bahkan terlebih hampir maksudnya mengenai sifat keahlian atau

kebijaksanaan seseorang itu dalam sesuatu perkara. alasannya dapat dipastikan daripada

maksud suatu perumpamaan yang mengandung makna dua lapis "jauhari juga yang mengenal

manikam". Suatu perkara lagi adalah menjadi kelaziman bagi seseorang itu membubuhkannama tempat asalnya dihujung namanya sendiri. misalnya nama Shaikh NuriIddin al-Raniri;

 perkataan al-Raniri itu ialah ditujukan kepada nama tempat asalnya yang bernama Rander itu.

Dengan alasan-alasan seperti yang tersebut tadi maka kesimpulan atas nama pengarang atau

 penyusun Kitab Taj ul-Salatin itu haruslah terlebih hampir kapada sebutan "Bukhari al

Johori", yakni Bukhari ataupun menurut lazim bunyi sebutan Melayu "Bahari" yang berasal

dari Johor.

Menilik kapada aliran kandungan Kitab Taj ul-Salatin itu maka bolehlah dikatakan saduran

daripada kesusasteraan Islam Parsi, demikian juga susunan jalan bahasanya mengikut bentuk 

ikatan sajak-sajak Parsi iaitu mathnawi, rubai. ghazal. Dalam pendahuluannya pengarang

Kitab Tajul Salatin ini ada menyebutkan tujuh buah kitab-kitab ciptaan Parsi yang

dijadikannya panduan iaitu:

Minhaj al-Salatin

Akhlaq al-Muhsini

Siyar al-Muluk 

Sifat al-Muluk 

Akbar al-Muluk 

Sifat al-Salatin

Adab al-Umra.

Kandungan Kitab Tajul-Salatin ini terbahagi kapada 24 bab. Tiga bab yang mula-mulanya

 berisi falsafah hidup yang tinggi, iaitu menerangkan bagaimana manusia harus mengenal

dirinya. Kegunaan pancaindera yang lima dijadikan Tuhan untuk manusia. Asal kejadian

manusia dari empat anasir iaitu tanah, air, api dan angin. Peri manusia harus mengenal

Tuhannya yang menjadikan semesta alam, tetapi terlebih dahulu manusia mestilah mengenal

dirinya sendiri. Dunia ialah tempat manusia hidup berkasih-kasihan dalam masyarakat antara

sesamanya. Manusia hidup didunia ini dimithalkan sebagai perantau yang singgah sementara

dalam perjalanannya ke alam yang lain yakni akhirat.

Page 28: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 28/48

Bab yang keempat menerangkan peri azabnya manusia ketika hendak sampai ajalnya, sambil

mengingatkan bahawa manusia harus ingat iaitu tiada akan terlepas ianya daripada mati,

seperti firman Tuhan: "Kullu nafsin dza'ikatu maut.

Dalam bab yang kelima ialah berkenaan dengan kebesaran dan kemuliaan seseorang raja dan

kebesaran serta kedaulatannya. Kemudian diterangkan pula perihal nabi-nabi yangmemerintah didunia sebagai raja, hinggalah kapada Nabi Muhammad s.a.w. dan

kemudiannya digantikan oleh empat orang Khalifah Abu Bakar, Omar, Othman dan 'Ali.

Maka perbuatan nabi-nabi dalam menjalankan pemerintahan dan cara perhubungan dengan

segala umatnya hendaklah dijadikan teladan dan ikutan.

Bab yang keenam menerangkan cara-caranya menjalankan keadilan, keadilan adalah sendi

 bagi keamanan dan keselamatan dalam dunia. Bab yang ketujuh ialah berkenaan dengan budi

 pekerti seseorang raja, serta di huraikan ceritera segala raja-raja yang mengerjakan kehendak 

itu dengan mengikut jalan yang sebenarnya. Sebagai teladan disebutkan nama-nama Hamn

al-Rashid dan Khalifah Omar ibn Khattab.

Bab yang kedelapan menghuraikan kesah segala raja-raja yang bukan mukmin tetapi bersifat

'adil, di-antara raja-raja itu disebutkan Raja Nushirwan, sehingga termasyur dengan gelaran

 Nushirwan 'Adil. Di sebutkan juga kesah Maharaja China yang sentiasa sedia mendengar 

 pengaduan-pengaduan segala hamba rakyatnya sehingga menyebabkan telinganya pekak.

Bab yang kesembilan mengandung huraian tentang kezaliman dan perbuatan-perbuatan yang

dizalim; raja yang dizalim ialah bayangan Iblis di-dunia. Bab yang kesepuluh menerangkan

 peri perhubungan seseorang raja dengan penasihatnya; peri kemuliaan segala menteri dan

kemuliaan pangkat itu.

Bab yang kesebelas menerangkan tentang pekerjaan seseorang pengarang dan bagaimana

tingginya nilaian buah penanya. Pena dan pedang itu sama-sama tajamnya, jika tidak 

dengannya tiada seorang manusia hatta Iskandar Dzu'l-Karnain pun tiada akan dapat

menguasal sebuah kerajaan yang besar. Bab yang kedua belas ialah tentang utusan dan

tanggungjawabnya. Bab yang ketiga belas berkenaan dengan sifat-sifat dan kewajipan

 pegawai-pegawai pemerintah.

Dalam bab yang keempat belas diterangkan fasal cara-cara memelihara dan mendidik anak-

anak. Bab yang kelima belas dan keenam belas menerangkan tentang sifat-sifat yang harus

ada di sisi seseorang pegawai negeri ia-itu saperti bijaksana, saksama, sempurna budi bicara

dan sebagainya. Bab yang ketujuh belas menerangkan segala syarat-syarat kerajaan.

Bab yang kelapan belas menerangkan bahawa seseorang pegawai negeri haruslah mengetahui

ilmu firasat supaya segera dapat mengerti apa-apa yang terkandung didalam hati seseorang

itu dengan memanandang air muka atau gerak-gerinya. Bab yang kesembilan belas ialah ke-

terangan tanda-tanda dalam ilmu firasat itu. Bab yang kedua puluh ialah fasal perhubungan

rakyat dengan raja dan dalam bab yang mengikutnya di terangkan bahawa kapada rakyat-

rakyat yang kafir pun hendaklah raja yang beragama Islam itu menaruh timbangan yang 'adil.

Bab yang terkemudian menerangkan tentang kemurahan hati dan ihsan dan penutupnya.

Sungguh pun karangannya mengikut aliran Parsi yakni menggunakan bentuk ghazal,

mathnawi. nazam. kith'ah. ruba'i yang amat janggal sajaknya. tetapi di pandang pada segikandungannya yang banyak berisi nasihat dan pertunjuk kepada raja-raja maka bolehlah di

Page 29: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 29/48

katakan Kitab Taj ul-Salatin itu amat berharga kapada raja-raja pada zaman itu; maka kerana

itulah juga kitab ini mendapat perhatian dikalangan bangsawan di keraton Solo dan Jokja.

Bab 4. Keterangan-keterangan Ringkas atas Hasil-hasil Kesusasteraan Melayu Sebelum

T.M. 1736

Hasil-hasil kesusasteraan lama Melayu ciptaan sebelum T.M. 1736, yang diketahui adanya

dengan beralaskan daftar nama buku-buku Melayu yang diterbitkan oleh Werndly dalam

T.M. 1736, demikian juga daripada beberapa punca lain itu, boleh dibahagikan jenis-jenisnya

kepada beberapa bahagian iaitu di antaranya:

(a) Risalat-risalat dan kitab-kitab yang berkaitan dengan ajaran agama Islam,

(b) Hikayat-hikayat yang berkenaan dengan Nabi Muhammad s.a.w.

(c) Kisah nabi-nabi;

(d) Hikayat pahlawan-pahlawan Islam;

(e) Sejarah-sejarah;

(f) Hikayat pahlawan-pahlawan yang bercorak kebangsaan;

(g) Cerita-cerita berbingkai dan sebagainya.

Tatkala membicarakan perkara risalah-risalah dan kitab-kitab yang berkaitan dengan ajaran

ugama Islam maka perhatian kita adalah tertarik kapada buku Sejarah Melayu, iaitu dalam

AL-KESAH CHETERA YANG KEDUA PULUH . Bab ini amnya bolehlah dikatakan dengan

 jelas menerangkan betapa sesebuah kitab agama Islam itu dimuliakan dalam zaman Sultan

Mansur Shah memerintah Melaka pada kurun yang ke-XV itu. Suatu buktinya ialah

 berkenaan dengan sebuah kitab bernama Daru'l Mazlum terkarang oleh seorang pendita yang

terlalu faham pada 'ilmu tasauf Maulana Abu Ishak namanya, dan ia telah menyuruhkan

seorang muridnya yang bernama Maulaha Abu Bakar supaya turun ke Melaka mengajarkan

kandungan Kitab Daru'l-Mazlum itu.

Peri kitab itu di sambut dengan sepenuh-penuh kemuliaan oleh Sultan Mansor Shah bolehlah

di pastikan daripada huraian dalam bab yang kedua puluh buku Sejarah Melayu itu demikian

 bunyi-nya:

Telah berapa lamanya (Maulana Abu Bakar) dilaut sampailah ke Melaka. Maka sangat di-

 permulia oleh Sultan Mansor Shah; dan Daru'lMazlum di suruh baginda arak lalu ke

 balairong. Maka Sultan Mansor Shah pun berguru pada Maulana Abu Bakar. Maka Sultan

Mansor Shah sangat di-puji oleh Maulana Abu Bakar, terlalu amat terang hati baginda; maka

 banyaklah 'ilmu diperolehi baginda. Maka oleh Sultan masalah itu disuruh ertikan ke Pasai

 pada Makhdum Patakan, maka oleh Makhdum Patakan Daru'l Mazlum itu diertikannya.Telah sudah, maka dihantarkannya kembali ke Melaka; maka terlalu sukacita Sultan Mansor 

Page 30: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 30/48

Shah melihat Daru'l Mazlum itu sudah bermakna, maka makna Daru'l-Mazlum itu di

tunjukkan baginda pada Maulana Abu Bakar, maka berkenan, pada Maulana Abu Bakar,

serta dipujinya Tuan Patakan itu...............

Daripada keterangan yang tersebut itu maka dapatlah kita suatu kesimpulan tentang

kedudukan negeri Pasai dalam perkara yang berkenaan dengan agama Islam pada kurun yangkeXV itu; kerana dapat kita ketahui bahawa pada zaman itu negeri Pasai ialah seolah-olah

menjadi pusat perkembangan kebudayaan Islam di alam Melayu dan tempat perhimpunan

ulama-ulama Islam dari bangsa anak negeri yang sedia dan sanggup menghuraikan apa-apa

masalah berkenaan dengan perkara agama Islam demikian juga mengertikan atau

menterjemahkan kebahasa Melayu segala isi kitab-kitab daripada bahasa Arab, iaitu seperti

yang berkenaan dengan Kitab Daru'l-Mazlum itu.

Suatu bukti yang terang lagi berhubung dengan perkara ini ada tersebut di dalam "Al-kisah

cetera yang kedua puluh" dalam buku Sejarah Melayu itu juga, iaitu tentang perkara Sultan

Mansur Shah menitahkan Tun Bija Wangsa ke Pasai kerana bertanyakan suatu masalah; titah

 baginda:

Tanyakan oleh Tun Bija Wangsa pada segala pendita di Pasai, segala isi syurga itu kekalkah

ia di dalam syurga dan segala isi neraka itu pun kekalkah ia didalam neraka? Tanyakan;

 barangsiapa dapat mengatakan dia, berikan oleh Tun Bija Wangsa emas tujuh tahil dengan

 perempuan dua orang ini padanya. Dan kata itu hendaklah tabalkan oleh Tun Bija Wangsa

 bawa kemari. Oleh demikian kedudukan negeri Pasai itu dengan adanya beberapa orang

 pentafsir-pentafsir dan 'ulama-ulama Islam, maka bolehlah dipercayai bahawa kebanyakan di

antara risalah-risalah, kitab-kitab lama agama Islam, demiklan ' juga kisah-kisah yang

 berkenaan dengan nabi-nabi dan sabagainya haruslah dari ciptaan pentafsir-pentafsir dan

ulama-ulama Pasai itu.

Kitab-kitab dan risalat-risalat

Tatkala membicarakan perkara risalah-risalah dan kitab-kitab agama Islam yang harus telah

tercipta dalam zaman Kerajaan Pasai, yakni pada zaman agama Islam mula bertapak dialam

Melayu ini, maka dapatlah di agak bahawa risalah-risalah dan kitab-kitab yang mula-mula

dituliskan ialah seperti kitab-kitab risalat yang mengandungi huraian kalimah shahadah,

kitab-kitab perukunan, yakni huraian berkenaan dengan rukun Islam, rukun Iman dan rukun

sembahyang; sifat dua puluh dan kitab yang berkaitan dengan segala yang wajib diketahui

oleh orang-orang Islam.

Sesungguhnya tiadalah dapat ditentukan adakah dan apa-apakah di antara nama kitab-kitab

agama Islam yang tersebut didalam daftar Werndly tercetak dalam T.M. 1736 itu ciptaan

dalam zaman Kerajaan Pasai, kerana tiada tercatit angka tahunnya kitab-kitab itu disusun;

dalam pada itu pun tidaklah boleh dikatakan mustahil adanya diantara kitab-kitab yang

 beberapa buah terkandung didalam daftar Werndly itu telah tercipta pada zaman tersebut.

Hikayat-hikayat yang berkenaan dengan Nabi Muhammad s.a.w. 

Buku-buku ciptaan lama yang mengandung kisah-kisah berkenaan dengan Nabi Muhammad

s.a.w. bolehlah di katakan kebanyakannya saduran daripada kesusasteraan India Parsi. Di

antara jenis itu yang nyata sekali ialah empat buah iaitu: Hikayat Nur Muhammad, HikayatBulan Berbelah, Hikayat Nabi Bercukur, dan Hikayat Nabi Allah Wafat. Tentang zaman

Page 31: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 31/48

terciptanya buku-buku ini dapat diduga daripada gaya bentuknya yang banyak mengikut

corak kesusasteraan Parsi, demikian juga luasnya buku-buku itu tersibar di negeri-negeri

dalam alam Melayu ini.

Sebuah buku dari jenis yang tersebut itu bernama Hikayat Kejadian Nur Muhammad telah

disalin pada T.M.1668 oleh Ahmad Shamsuddin al Banjari atas perintah Raja Acheh, SultanTaj ul-'Alam Safiyyat uddin Shah. Tiga buah naskah buku ini telah diketahul ada-nya oleh

Werndly dalam T.M. 1736. Hikayat Bulan Berbelah yang terkenal juga dengan nama Hikayat

Mu'jizat Nabi, tiada tersebut di-dalam daftar Werndly, tetapi ada naskah-naskah salinannya

dalam bahasa Makasar dan Bugis. Sebabnya maka hikayat itu tiada tersebut didalam daftar 

Werndly itu haruslah kerana kisah Mu'jizat Nabi itu.sedia terkandung di dalam Hikayat Nabi

Muhammad yang ada tercatit namanya didalam daftar Werndly itu. Sebuah lagi buku lama

 berkenaan dengan kisah Nabi

Muhammad s.a.w. yang tiada tersebut didalam daftar Werndly itu ialah Hikayat Nabi

Bercukur, tetapi salinan-salinannya telah tersibar luas dalam alam Melayu ini .dalam bahasa

Jawa, Sunda, Acheh, Bugis dan Makasar. Demikian juga Hikayat Nabi Wafat tiada tersebutdi dalam .daftar Werndly itu. Cerita yang terkandung didalam Hikayat Nabi Wafat itu ialah

menurut seperti beberapa buah buku yang sejenis dengannya, iaitu mengikut aliran

Kesusasteraan Parsi dan berupa saduran daripada buku Parsi yang bernama Wafat Nameh.

Diantara buku-buku jenis ini yang di percayai ciptaan lama termasuklah juga Hikayat Nabi

Mi'raj.

Kisah Nabi-nabi

Dalam daftar nama buku-buku Melayu yang diketahui oleh Werndly pada T.M. 1736 itu, ada

di-dapati nama tiga buah buku yang terjumlah kepada jenis kesusasteraan Islam mengandungi

kisah nabi-nabi. Ketiga buah buku itu ialah Hikayat Raja (Nabi) Sulaiman, Hikayat Nabi

Yusof dan Hikayat Nabi Musa. Sungguh pun demikian bolehlah di

 percayai bahawa cerita atau kisah tiap-tiap seorang nabi yang terjumlah ke dalam/bilangan

dua puluh lima orang Tasul pilihan (nabi-nabi yang mursal) itu telah sampai kapengetahuan

orang-orang Melayu pada permulaan kurun yang ke-XVIII atau terlebih dahulu daripada itu.

Bagaimana pun dalam masa yang terkemudian telah ada terkarang kisah segala nabi-nabi itu

didalam sebuah buku yang hernama "Kessasul Anbia.

Hikayat Nabi Sulaiman

Kisah Nabi Sulaiman anak Nabi Daud memang telah termasyur ke seluruh dunia sa-bagai

seorang raja besar dan seorang nabi atau pesuruh Tuhan. Menurut kisahnya Nabi Sulaiman

 bukan sahaja menjadi raja bagi segala manusia bahkan juga memerintah jin, haiwan dan

mergastua dia juga menguasai angin. Cerita Gua Intan Raja Suilaiman yang termasyurr itu

adalah sebagai merupakan peri kekayaan Nabi Sulaiman; Nabi Sulaiman menurut kisahnya

sangatlah adil dan bijaksana serta dengan kelebihan dan mukjizatnya di kurnia Tuhan. Suatu

cerita yang termasyur juga berkenaan dengan kisah Nabi Suilaiman ialah cerita Puteri Balkis

yang merajai Kerajaan Yaman pada zaman itu. Pada mulanya Puteri Balkis enggan tunduk 

kapada Nabi Sulaiman, tetapi apabila telah di saksikannya kebesaran dan mukjizat Nabi

Sulaiman itu barulah ia mengakui tunduk.

Page 32: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 32/48

Hikayat Nabi Yusof 

 Nabi Yusof ialah anak Nabi Ya'kub. Menurut kisahnya Nabi Ya'kub mempunyai dua belas

orang putera laki-laki, Nabi Yusof ialah puteranya yang kesebelas, 'kerja mereka itu menjadi

gembala kambing.

Oleh kerana saudara-saudara tuanya menaruh perasaan dengki dan dendam akan Yusof, maka

 pada suatu masa mereka telah menangkap Yusof lalu dijualkan kapada suatu kafilah orang-

orang dari kaum Isma'il yang dalam perjalanan hendak berniaga kenegeri Masir. Apabila

kafilah itu sampai ka-Masir maka Yusof telah di-jualkan pula kapada sa-orang menteri Raja

Masir, Potifar namanya.

Menurut cherita-nya Nabi Yusof ia-Iah sa-chantekchantek laki-laki dijadikan Tuhan. Maka

kerana itulah Zulikha, isteri Potifar itu amat berahi kapada Yusof. Dengan segala helah daya

Zulikha memujuk Yusof supaya melakukan perbuatan cemar, tetapi Yusof sekali-kali tiada

mahu menuruti kehendaknya itu, dan menyebabkan kemarahan Zulikha lalu di fitnahkannya

Yusof; di katakannya kapada suaminya bahawa Yusof hendak melakukan perbuatan cemar kepadanya. Akhirnya Yusof telah dipenjarakan.

Dalam penjara, Yusof dapat mentabirkan dengan betul mimpi dua orang hamba raja;

kemudian dapat pula ia mentabirkan mimpi Raja Mesir yang diertikannya bahawa negeri

Masir akan beroleh makmur selama tujuh tahun dan kemudiannya akan diikuti pula olehkemarau dan kelaparan selama tujuh tahun juga, serta di syurkannya supaya Raja Mesir 

mengangkat seorang yang budiman dan bijaksana bagi mengurus persediaan menemui zaman

kelaparan itu. Oleh Raja Mesir di lantiknya Yusof menjadi kepala pegawai dalam istananya;

maka dengan kebijaksanaan Yusof selamatlah sekalian rakyat Mesir daripada bahaya

kelaparan selama tujuh tahun itu.

Kemudian diriwayatkan pula kisah pertemuan semula Yusof dengan bapa dan saudara-

saudaranya, serta Yusof memaafkan kesalahan saudara-saudaranya yang telah melakukan

 perbuatan aniaya keatas dirinya itu.

Hikayat Nabi Musa

Menurut ajaran Islam, Nabi Musa ialah seorang daripada nabi-nabi yang mursal, dan

kepadanya telah diturunkan Tuhan Kitab Taurat ia terkenal sebagai orang yang

menyelamatkan Bani Isra'il daripada kezaliman Fir'aun, Raja Masir, yang telah

memerintahkan tiap-tiap seorang kanak-kanak Bani Isra'il hendak-lah di-bunuh. Maka keranaitulah apabila lahir Nabi Musa, lalu ianya di masukkan oleh ibunya ke dalam sebuah peti dan

di hanyutkan di. Sungai Nil. Nabi Musa telah di jumpai oleh anak perempuan Fir'aun lalu di

ambil dan dijadikannya sebagai anak angkat.

Sungguh pun Musa telah mendapat didikan sebagai seorang putera raja, tetapi hatinya

sentiasa mengasihi kaumnya yang diabdikan dinegeri itu. Pada suatu masa Musa telah

 bertemu dengan seorang Masir melakukan kekejaman keatas seorang Bani Isra'il, lalu di-

 bunuhnya orang yang berbuat kejam itu.

Didalam hikayatnya itu diriwayatkan peri mu'jizat Nabi Musa dengan tongkatnya, dan

 bagaimana ianya dengan dibantu oleh saudaranya, iaitu Nabi Harun telah berjaya

Page 33: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 33/48

mengeluarkan Bani Isra'il daripada Mesir dengan melalui padang belantara dan menyeberang

Laut Merah hingga sampai kebatas Baitulmakdis.

Kessasul Anbid

Kisah nabi-nabi atau lebih terkenal dengan nama Kessasul Anbia' adalah merupai sebuahhikayat yang meriwayatkan kisah tiap-tiap seorang daripada dua puluh lima orang nabi-nabi

yang mursal mulai: daripada Nabi Adam membawalah kapada Nabi Muhammad s.a.w.

Seperti hikayat-hikayat lama Melayu yang lain-lain itu juga Kessasul Anbia' ini tiada tercatit

angka tahun ciptaannya, tambahan pula tiada tersebut namanya didalam daftar buku-buku

Melayu yang diketahui: oleh Werndly pada T.M. 1736 itu. Bagaimana pun daripada hikayat

itu dapat diketahui: berbagai kisah berkenaan dengan nabi-nabi saperti kesah Nabi Adam dan

isteri-nya Hawa terusir keluar daripada syurga Firdaus oleh diperdaya Iblis, kisah topan Nabi

 Noh, kisah korban yang berkenaan dengan Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail, kisah

 berkenaan dengan Nabi Daud membunuh raksaksa Jalut dan kapadanya diturunkan oleh

Tuhan Kitab Zabur, kisah kebesaran dan kebijaksanaan Nabi Sulaiman anak Nabi Daud itu;

kesah mu'jizat Nabi Isa dan seumpamanya.

Diantara cerita-cerita itu termasuklah kisah tiga orang nabi yang tiada mati-mati, iaitu Nabi

Idris, Nabi Alias dan Nabi Khidhir. Menurut kisahnya ketiga-tiga orang nabi tersebut telah

meminum air ma'ul-hayat, yakni air hidup. Nabi Alias dan Nabi Khidhir menurut ceritanya

hidup didalam dunia, Wapi Nabi Idris menurut riwayatnya hidup kekal dengan jasadnya

didalam syurga, kerana dikatakan pada suatu masa ia telah dibawa oleh malaikat pergi

melihat-lihat kedalam syurga, kemudian setelah menyaksikan segala keindahan didalam

syurga itu maka engganlah ia diajak kembali keluar.

Cerita Nabi Khidhir adalah lebih terkenal lagi kapada orang-orang Melayu dan riwayatnya

terlebih lanjut daripada yang lain-lain; kerana dalam kisah Nabi Musa telah ada tersebut

riwayat Nabi Khidhir menguji kesabaran dan kebijaksanaan Nabi Musa. Kemudian kesah

 Nabi Khidhir tersebut pula di dalam Hikayat Iskandar Dzu'l Karnain, buku Sejarah Melayu

(Sulalatu 'l-Salatin) dan Hikayat Hang Tuah.

Dalam Hikayat Iskandar Dzu'l-Karnain, dan tersebut juga di dalam Sejarah Melayu peri

sesudah Raja Iskandar menakluki negeri Kida Hindi, maka Nabi Khidhirlah yang

menikahkan puteri Raja Kida Hindi itu dengan Raja Iskandar.

Didalam Hikayat Hang Tuah ada menyebutkan bahawa Hang Tuah dalam pelayarannya

kebenua Hindi, pernah berjumpa dengan Nabi Khidhir yang merupai seorang tua, rambut dan janggutnya yang panjang itu semuanya putih bagai kapas dibusar.

Hikayat Pahlawan-pahlawan Islam

Hikayat-hikayat yang herkenaan dengan pahlawan-pahlawan Islam sama ada pada zaman

 Nabi Muhammad atau pun terkemudian daripada itu amatlah terkenal dan disukai oleh orang-

orang Melayu, kerana bukan sahaja ianya meriwayatkan bagaimana keadaan agama Islam

tatkala mula-mula berkembang, dengan menghadap peperangan-peperangan menentang kaum

kafir Makkah, bahkan adalah ianya berguna untuk menaikkan semangat keberanian iaitu

dengan mengambil tauladan daripada sifat-sifat keberanian dan kegagahan sa-saorang

 pahlawan Islam yang kesah-nya di-riwayatkan di-dalam hikayat-hikayat itu. Hal ini terbuktidalam suatu peristiwa yang tersebut didalam buku Sejarah Melayu berkaitan dengan Hikayat

Page 34: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 34/48

Amir Hamzah dan Muhammad 'Ali Hanafiah pada malam sa-sudah Feringgi melancharkan

serangan-nya yang pertama ka-atas Melaka' pada T.M. 1511 itu.

Hikayat Amir Hamzah

Menurut pendapat orang-orang yang ahli dalam lapangan kesusasteraan bahawa HikayatAmir Hamzah ialah salinan daripada bahasa Parsi sungguh pun dalam bahasa 'Arab ada juga

hikayat yang demikian. Hikayat Amir Hamzah adalah merupai sebuah buku yang tebal

mengandungi 90 bab; didalamnya meriwayatkan kisah keberanian dan kegagahan Sayyidina

Hamzah mengepalai tentera Islam dalam peperangan menentang tentera-tentera kafir.

Seperti yang tersebut di-dalam riwayatnya bahawa Amir Hamzah ialah bapa saudara kapada

 Nabi Muhammad s.a.w. iaitu putera kepada Abdul Mutalib. Amir Hamzah di-katakan mulai

menerima agama Islam sesudah dua tahun Rasulullah menerima walinya yang pertama dan

telah bersama-sama mengikut Nabi Muhammad berhijrah (berpindah) ka-Madinah.

Amir Hamzah adalah terkenal sebagai pahlawan Islam yang terbilang; keberanian dan jasa- jasanya dimedan-medan perang terutama sekali dalam peperangan Badar amatlah besar 

ertinya disisi sejarah perkembangan agama Islam. Sayyidina Hamzah telah tewas tatkala

melawan orang-orang kafir Makkah yang ban¥ak bilangan-nya dikaki bukit Uhud, dekat

Madinah. Maka kerana itu-Iah riwayat Amir Hamzah sentiasa di-kenang oleh umat Islam;

dan di-dalam hikayat-nya banyak pula di-adakan tokok tambah oleh pengarang-nya.

Hikayat Amir Hamzah ini sa-lain daripada dalam bahasa Melayu ada jpga salinan-salinan-

nya dalam bahasa Jawa, Sunda dan Bugis. Dalam bahasa Jawa hikayat ini terkenal dengan

nama "Menak".

Hikayat Raja Khandak  

Di antara pahlawan-pahlawan Islam yang termasyur gagah berani pada zaman Rasulullah

ialah Sayyidina 'Ali ibn Abu Talib, iaitu suami Fatimah, puteri Rasulullah. Kisah keberanian

dan kegagahan Sayyidina 'Ali ada terkandung didalam Hikayat Raja Khandak (ad a orang

menyebut Hondok). Di-dalam hikayat ini meriwayatkan apabila 'Ali bertempek di medan

 perang suaranya seperti halilintar membelah bumi; pedangnya yang bernama Dzulfakar itu

apabila di hunus memanjangkan diri hingga saujana mata memandang, demikian juga peri

ketingkasan kudanya yang bernama Duldul itu sebagai terbang lakunya. Oleh keberanian dan

kegagahan 'Ali hingga ia digelar dalam hikayat itu "'Ali Harimau Allah."

Menurut sejarah Islam 'Ali ialah orang yang mula-mula menjadi pengikut Rasulullah selain

dari Khadijah, isteri Rasul ullah. 'Ali sentiasa mengikut Rasulullah terutamanya dalam

 peperangan yang penting-penting; ia diangkat menjadi khalifah Islam yang keempat tetapi

tiada di-akui: oleh Mu'awiah ibn Abi Sufian serta pengikut-pengikutnya yang terkenal dengan

gelaran Bani Umaiyah, maka akhirnya peperangan teIah berlaku di-antara kedua pihak itu.

Menurut ceritanya Ali telah mati ditikam oleh gembala kudanya yang diupah oleh Mu'awiah,

ia-itu tatkala 'Ali hendak ka-masjid.

'A1i dengan isterinya, Fatimah, puteri Rasu1ullah, mempunyai dua orang putera Hasan dan

Husain, tetapi dengan isterinya yang lain ia mempunyai seorang putera lagi bernamaMuhammad 'A1i Hanafiah.

Page 35: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 35/48

Hikayat Muhammad 'Ali Hanafiah

Seperti Hikayat Amir Hamzah juga, Hikayat Muhammad 'Ali Hanafiah ini ada tersebut dalam

 buku Sejarah Melayu tatkala Feringgi melanggar Melaka pada T.M. 1511 itu. Bagi

membuktikan lamanya Hikayat Muhammad 'Ali Hanafiah ini tersalin kebahasa Melayu

 bolehlah kita beralaskan kapada 60 halaman hikayat ini yang ada tersimpan dalam kutubkhanah Cambridge University . Kepingan-kepingan daripada hikayat tersebut. bersama-sama

dengan beberapa buah naskhah asal buku-buku Melayu telah dibeli oleh Duke of 

Buckingham dalam T.M. 1604 daripada seorang Belanda pelajar bahasa Arab bernama

Erpinious yang memperolehinya daripada Pieter Floris, seorang bangsa Eropah yang pernah

melawat kenegeri Acheh pada penghujung kurun ke-XVI atau permulaan kurun keXVII.

Menurut penyiasatan orang-orang yang ahli dalam lapangan kesusasteraan bahawa Hikayat

Muhammad Ali Hanafiah ialah berasal dari kesusasteraan Parsi. Di antara naskhah buku-

 buku lama Parsi yang tersimpan dalam British Museum, London, di katakan ada bahagian-

 bahagian dari dua buah buku yang mengandungi riwayat putera-putera Sayyidina 'Ali, iaitu

Hasan, Husain dan Muhammad 'A1i Hanafiah. Sebuah daripada buku yang tersebut itu ber-nama Kesah Amir ul-Mu'minin Hasan wa Husain, menceritakan kisah mulai dari lahir 

keduanya itu membawalah kapada kematian Hasan di racun oleh seterunya Yazid, dan

 berakhir hingga kapada kisah kematian Husain yang telah syahid dalam peperangan melawan

tentera Yazid di padang Karbala; buku yang sebuah lagi itu ialah Hikayat Muhammad 'Ali

Hanafiah, iaitu di mulai daripada riwayat menceritakan peri berita kematian saudaranya

Husain yang telah syahid di dalam peperangan itu di sampaikan orang kapada Muhammad

'Ali Hanafiah dan berakhir kapada riwayat bagaimana ia melepaskan Zainal Abidin, iaitu

 putera Husain dan beberapa orang lagi yang telah di tawan dan di-penjarakan oleh Yazid, dan

seterusnya ia berjumpa dengan mayat Yazid yang hangus di-dalam sebuah telaga

Bagaimana pun tidaklah boleh dikatakan bahawa Hikayat Muhammad 'Ali Hanafiah dalam

 bahasa Melayu itu di salin atau di sadur daripada kedua buah naskhah buku Parsi tadi, kerana

kedua-dua buku tersebut di-katakan telah terkarang pada T.M. 1721, manakala Hikayat

Muhammad 'Ali Hanafiah dalam bahasa Melayu itu telah ada dan sedia terkenal pada T.M.

1511.

Permulaan Hikayat Muhammad 'Ali Hanafiah itu meriwayatkan dengan lanjutnya mulai

daripada kejadian Nur Muhammad, kemudian meriwayatkan kisah keputeraan dan riwayat

hidup Nabi Muhammad s.a.w., kisah keluarga Rasulullah,perkahwinan Fatimah dengan 'Ali

dan lahirnya Hasan dan Husain.

Hikayat itu menyebut bahawa Mu'awiah ibn 'Abi Sufian, seorang sahabat Rasulullah, telah

 bersumpah tiada akan kahwin kerana mendengarkan suatu ramalan yang mengatakan bahawa

zuriatnyalah yang akan membunuh kedua orang cucunda Rasulullah itu; tetapi malangnya

 pada suatu malam tatkala ia sedang buang air kecil ia disengat oleh seekor binatang bisa,

hingga tiada ia tertahan-tahan lagi bisanya itu., Dengan nasihat tabib maka diperisterikannya

seorang perempuan tua Habshi lalu memperolehi seorang anak laki-laki Yazid.

Seterusnya hikayat itu menceritakan kisah Rasulullah wafat, kemudian daripada itu Fatimah,

Abu Bakar , Omar dan Othman meninggal dunia; maka 'Ali pula menjadi khalifah. Suatu

 pertelingkahan telah berbangkit, Mu'awiah telah datang dengan tentera-tenteranya daripada

negeri Sham kerana hendak menawan 'Ali. Peperangan hebat telah berlaku 23 kali. Mu'awiahtiada berjaya dalam peperangan itu lalu diupahnya seorang perempuan tua supaya menyuruh

Page 36: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 36/48

gembala kuda 'Ali membunuh tuannya. Sesudah 'Ali kena tikam dalam perjalanannya ke

masjid maka diceritakan pula kisah 'Ali menyuruh kedua orang puteranya supaya

membuangkan pedangnya Zulfakar itu ke dalam laut Kalzum dan bagaimana jenazah 'Ali

 bersama-sama kudanya Duldul telah ghaib.

Kemudian hikayat itu menceritakan pula kisah Yazid anak Mu'awiah memusuhi Hasan danHusain hingga ia bersumpah hendak membunuh keduanya itu. Yazid telah mengupah seorang

keluarga isteri Hasan bagi meracun Hasan. Sesudah itu berlakulah peperangan, Husain dan

 pengikut-pengikutnya dalam dahaga oleh terputus daripada tempat berair. Seorang demi

seorang pengikut Husain syahid dalam peperangan itu akhirnya Husain kena panah dan

seorang hulubalang Yazid bernama Semerla'in telah memenggal kepala Husain. Riwayat

kepala Husain itu disebutkan dengan lanjut, kemudian di-sambungkan pula dengan kisah

Isra'il memotong hidung dan telinga dua orang hulubalang Yazid lalu diikatkannya keduanya

itu keatas hemar dan di hantarkan kembali kapada Yazid.

Sesudah itu barulah di sebutkan cerita Muhammad 'Ali Hanafiah di negeri Baniar mendapat

 berita peri kematian saudara-saudaranya, lalu memanggil sakalian kerabatnya dari beberapa buah negeri. Peperangan hebat telah berlaku dengan pengorbanan yang banyak antara kedua

 pihak. Kota Damsyik telah di serbu oleh tentera Muhammad 'Ali Hanafiah; Yazid telah

mencuba hendak melarikan dirinya naik keatas sebuah menara tetapi telah kelihatan

 bayangan Husain di dalam sekelompok awan putih, Yazid jatoh kedalam sebuah telaga,

mayatnya rentung seperti di bakar api neraka. Sakalian tawanan Yazid laki-laki perempuan

telah di bebaskan dan Zainal'Abidin putera Husain di tabalkan menjadi raja negeri Damsyik.

Hikayat ini berakhir dengan kisah Muhammad 'Ali Hanafiah tertutup di dalam gua batu

sebuah bukit Jabal Nur namanya; iaitu tatkala ia mendapat khabar mengatakan pengikut-

 pengikut Yazid ada bersembunyi di dalam gua batu itu, lalu ia pun masuk mengamuk. Meski

 pun telah didengarnya suatu suara ghaib suruh ia berhenti daripada membunuh itu tiada juga

di hiraukannya, akhirnya pintu gua itu pun tertutup sendiri.

Cerita-cerita lama berkaitan dengan Islam

Ada beberapa buah lagi hikayat-hikayat lama Melayu yang berkaitan dengan kisah pada

zaman agama Islam sedang mulai berkembang, iaitu seperti Hikayat Abu Samah putera

Sayyidina Omar, Hikayat Tamin ad-Dari, Hikayat Sultan Ibrahim ibni Adham, Hikayat Raja

Jumjumah atau lebih terkenal dengan nama Hikayat Tengkorak Kering, Hikayat Sema'un,

Hikayat Saif ul-Yazan dan Hikayat Iskandar Dzu'l-Karnain. Kechuali Hikayat Iskandar Dzu'l-

Karnain tiada sebuah pun di antara hikayat-hikayat yang tersebut tadi yang ada terkandung didalam daftar buku-buku Melayu catitan Werndly pada T.M. 1736 itu.

Seperti hikayat-hikayat lama Melayu yang lain-lain juga Hikayat Iskandar Dzu'l-Karnain

tiada diketahui dan tiada dapat diagak bila zaman terciptanya, tetapi menilik kapada adanya

tersebut lintasan kisah Sultan Iskandar Dzu'l-Karnain di-dalam Taj ul-Salatin ciptaanBukhari

al. Jauhari pada T.M. 1603, dan dalam Sulalatu 'l-Salatin (Sejarah Melayu) ciptaan Tun Seri

Lanang pada T.M. 1612 itu, maka bolehlah di ambil kesimpulan iaitu kalau sekali pun di

katakan Hikayat Iskandar Dzu'l-Karnain itu terkarang kemudian daripada kedua buah buku

yang tersebut tetapi kisah berkenaan dengan sifat-sifat keberanian, gagah perkasa dan

kebijaksanaan Iskandar Dzu'l-karnain itu tentulah telah sedia terkenal di sisi orang-orang

Melayu pada zaman terciptanya Taj ul-Salatin dan Sulalatu 'l-Salatin itu yakni pada permulaan kurun yang ke-XVII. Tentang kisah Iskandar Dzu'l-Karnain ini harus juga telah

Page 37: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 37/48

sampai kepengetahuan orang-orang Melayu terlebih dahulu daripada zaman yang di sebutkan

tadi, alasannya iaah dengan adanya tersebut gelaran "Megat Skandar" di dalam Hikayat Raja-

raja Pasai; hikayat ini di katakan telah terkarang pada pertengahan kurun yang ke-XV. Suatu

lagi perkara yang boleh dijadikan alasan ialah berkenaan dengan gelaran Sultan Melaka yang

 pertama, memerintah kira-kira pada T.M. 1400 yang bergelar Sultan Iskandar Shah itu.

Hikayat Iskandar Dzu'l-Karnain ialah saduran daripada cerita 'Arab karangan al-Suri. Cerita

ini telah terkenal dari semenjak zaman-berzaman dan telah di-sadur kedalam berbagai bahasa

di-Barat dan di-Timor. Dalam buku Sejarah Melayu ternyata sa-bahagian daripada bab

 permulaannya ada tersisip petekan dari Hikaya:t Iskandar Dzu'l-Karnain itu, dan keturunan

Iskandar Dzu'l-Karnain di-hubongkan dengan raja-raja Melayu, ia-itu di-katakan bahawa raja

Melayu yang asaI. turun di-Bukit Siguntang Maha Miru itu, ia-Iah keturunan Raja Iskandar 

Dzu'l-Karnain itu.

Menurut 'ilmu tawarikh bahawa Iskandar Dzu'l-Karnain (Alexander the Great) ia-Iah putera

Philip II raja negeri Macedonia . Hidup-nya 'pada tahun 356-323 sa-belum Masehi. la telah

naik takhta Kerajaan Macedonia sa-sudah ayahanda-nya mangkat di-bunoh orang dalamtahun 336 sabelum Masehi.

Iskandar Dzu'l-Karnain termasyur sebagai seorang ahli politik yang bijaksana dan penglima

handalan. Diantara negeri-negeri yang di-taklukinya ialah Masir dan Parsi, bagitu juga

sebahagian besar benua Hindi. Dialah yang telab membuka Bandar pelabuhan Iskandariah (

Alexandria ) terletak di muara Sungai Nil (Mesir). la mempunyai seorang putera dari

isterinya Puteri Roxana. Putera ini lahir sesudah ayahandanya itu meninggal dunia; akan

 puteranya itu pun telah meninggal dunia pada masa kecilnya. Iskandar mangkat pada tahun

323 sebelum Masihi, iaitu sesudah ia beroleh kemenangan menakluki beberapa buah negeri,

dan sedang ia bersiap alat kelengkapan dengan tujuan hendak melanggar tanah 'Arab.

Hikayat Iskandar Dzu'l Karnain (bertanduk dua) adalah di anggap sebagai sebuah

kesusasteraan Islam; perkara ini agaknya ialah kerana nama itu ada tersebut di dalam al

Quran (Surat Al-Kahfi) Iskandar Dzu'l-Karnain menurut pendapat orang-orang Islam ialah

seorang pahlawan agama yang mengikut ajaran agama Nabi Allah Ibrahim, tambahan pula

kisah Iskandar Dzu'l-Karnain itu ada terkait dengan Nabi Khidhir.

Selain dari yang tersebut di-dalam Quran, maka kisah Iskandar Dzu'l-Karnain terhurai

dengan lanjutnya didalam Shahnama karangan Firdausi dan akhbar aI-Iskandar oleh

Mubashir ibn Fatik, iaitu ringkasan dari cerita PseudoCallisthenes.

Apabila di bandingkan riwayat Iskandar Dzu'l-Karnain itu pada segi 'ilmu tawarikh dengan

yang terkandung didalam hikayat-hikayat berkenaannya maka didapati ada bertelingkah

terutama sekali tentang nama ayahandanya. Menurut tawarikh, Iskandar ialah putera Philip

yang ke-ll Raja Macedonia; ahli-ahli tawarikh 'Arab yang terdahulu mengekalkan nama itu

meski pun berubah sebutannya kapada Failakus, tetapi di dalam hikayat Melayunya nyatalah

menunjukkan bahawa pengarang atau penyadur kisah itu ragu-ragu tentang menentukan

siapakah ayahanda Iskandar Dzu'l-Karnain itu, kerana dikatakannya: "Iskandar Dzu'l

Karnain, kata setengah orang anak .Raja Darab bangsa

Rom, ada pula orang mengatakan anak Qilas, dan kata yang lain pula anak Raja Dawab

 bangsa Parsi". Dalam buku Sejarah Melayu karangan Tun Seri Lanang tersebut demikian:

Page 38: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 38/48

"Raja Iskandar, anak Raja Darab, Rom bangsanya, Makaduniah nama negerinya, Dzu'l-

Karnain gelarannya".

Suatu perkara yang menarik perhatian berkenaan dengan Hikayat Iskandar Dzu'l-Karnain ini

ialah tentang suatu bahagian kandungannya yang tersisip di dalam buku Sejarah Melayu, iaitu

 berkenaan Iskandar Dzu'l-Karnain mengalahkan Raja Kida Hindi dan kemudiannya mem- peristerikan puteri Raja Kida Hindi itu dengan dikahwinkan oleh Nabi Khidhir atas shari'at

 Nabi Ibrahim, khalilu 'Llah. Maka daripada zuriat Iskandar Dzu'l-Karnain dengan puteri Raja

Kida Hindi itulah menurut buku Sejarah Melayu terbitnya raja Melayu yang asal, turun di

Bukit Siguntang Maha Miru itu.

Meski pun saperti yang di perchayai: bahawa kisah perkahwinan Iskandar Dzu'l-Karnain

dengan puteri Raja Kida Hindi yang tersebut di dalam buku Sejarah Melayu itu ialah petikkan

atau cabutan dari riwayat Iskandar Dzu'lKarnain yang telah sedia di ketahui ceritanya oleh

Tun Seri Lanang pada masa ia mengarang buku Sejarah Melayu itu, tetapi dalam beberapa

 perkara ada di dapati perselisihan, terutamanya tentang nama puteri Raja Kida Hindi itu.

Dalam Hikayat Iskandar Dzu'l-Karnain puteri itu bernama Badrul Kamariah, tetapi didalam buku Sejarah Melayu nama puteri itu Sharul Bariah.

Tentang tujuan Iskandar Dzu'l-Karnain menakluki beberapa buah negeri di dunia Barat dan

Timur itu, dalam buku Sejarah Melayu menyebutkan demikian: "Sesekali

 persetua baginda berjalan hendak melihat matahari terbit maka baginda sampai pada serokan

negeri Hindi. Suatu lagi perkara yang menarik perhatian berkenaan dengan sisipan kisah

Iskandar Dzu'l-Karnain yang terkandung didalam buku Sejarah Melayu itu. ialah tentang

 putera Iskandar Dzu'l-Karnain dengan Tuan Puteri Shahrul Bariah, puteri Raja Kida Hindi

itu. Di dalam buku Sejarah Melayu menyebut putera itu dinamai Raja Aristun Shah. Tentang

nama Aristun Shah ini tiadalah dapat ditentukan adakah sebutan itu dimaksudkan kapada

nama Aristotle, ia-itu seorang di antara ahli-ahli falsafah yang terbesar (hidupnya pada tahun

322-284 sebelum Masihi) menjadi guru kapada Iskandar Dzu'l-Karnain.

Beberapa cherita lagi

Ada beberapa lagi cerita-cerita yang berhubung dengan kesusasteraan Islam; sungguh pun

salinan-sa1inannya kebahasa Melayu tiada dapat di akui sebagai ciptaan sebelum T.M. 1736,

tetapi isi-isi ceritanya haruslah telah sampai kepengetahuan orang-orang Melayu pada zaman

itu, terutama sekali berkenaan dengan cerita-cerita yang ada perkaitannya dengan ajaran

agama Islam dan mengenai akhlak, seumpama cerita Abu Samah putera Sayyidina Omar yang telah mati kerana di hukum palu seratus kali, oleh melakukan perbuatan yang sangat-

sangat di-larang oleh agama Islam, iaitu berzina dan hukuman itu telah dilakukan oleh

ayahandanya sendiri.

Hikayat Sultan Ibrahim ibni Adham, iaitu meriwayatkan bagaimana Sultan itu telah

mendengar suatu suara ghaib lalu turun daripada takhta kerajaannya meninggalkan segala

kemewahan dan akhirnya menjadi seorang fakir. Hikayat Lokman ul-Hakim, iaitu

meriwayatkan kebijaksanaan Lokman yang dikatakan berasal dari seorang hamba bangsa

Habshi atau bangsa Mesir.

Hikayat Raja Jumjumah, iaitu menceritakan bagaimana Nabi Allah Isa memohon kehadratTuhan minta supaya sebuah tengkorak kering yang dijumpainya disebuah padang negeri

Page 39: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 39/48

Sham itu berkata-kata kapadanya; seterusnya hikayat ini meriwayatkan bagaimana tengkorak 

itu menceritakan kapada Nabi Allah Isa bahawa ianya seorang raja dinegeri Masir dan Sham

yang penuh dengan segala kemewahan dan bersifat adil, tetapi ia tiada menunaikan fardhu

sembahyang lima waktu. Kemudian diceritakannya pula pengalamannya yang dahsyat-

dahsyat dideritanya sesudah ia mati, serta berbagai pandangannya bagaimana azabnya orang-

orang yang berbuat maksiat kena seksa di akhirat; tetapi bagi dirinya yang ada jugamempunyal ilmu agama dan berbuat kebajikan bersedekah kepada fakir miskin maka

akhirnya terlepas juga ia daripada neraka walaupun sesudah menderitai, berbagai azab

sengsara. Akhirnya ia memohonkan kiranya Nabi Isa mendoakan kehadrat Tuhan supaya ia

dihidupkan samula untuk berbuat amal yang soleh. Apabila permohonannya itu telah makbul

maka ia tiada berkehendak lagi menjadi raja tetapi sentiasa beribadat kepada Allah.

Hikayat Tamin ad-Dari meriwayatkan kisah Tamin dilarikan oleh Jin 'Afrid Majusi ketanah

Jin Kafir, kemudian ia telah membantu jin-jin Islam yang datang melanggar tanah Jin Kafir 

itu. Raja Jin memerintahkan Jin Shahir menerbangkan Tamin balik ke Madinah tetapi Jin

Shahir telah terbakar lalu Tamin jatuh kedalam laut. Kemudian diceritakan pula peri Tamin

 bertemu dengan Iblis, masuk kedalam gua Nabi Sulaiman dan kemudian berjumpa Dajal.Sesudah itu di-ceritakan pula peri Tamin menumpang di dalam sebuah kapal kepunyaan Raja

Hindi tetapi kapal itu karam kerana raja itu tiada membayar zakat. Di ceritakan juga periTamin bertemu dengan Nabi Ishak dan lepas itu dengan Nabi Alias dan akhirnya dengan

 Nabi Khidhir. Menurut ceritanya Tamin telah ghaib selama tujuh tahun empat bulan dan

sepuluh hari, hingga isterinya sendiri tiada mengenali dia kerana ia tiada pernah bercukur dan

kuku-kukunya panjang belaka.

Bab 5. Buku-buku Sejarah

(Lanjutan dari hasil-hasil kesusasteraan Melayu Sebelum T.M 1736) 

Sesudah kesusasteraan Islam tersebar luas di alam Melayu, yakni orang-orang Melayu sudah

mengenal dan mempelajari isi-isi berbagai cerita yang berkaitan dengan sejarah

 perkembangan Islam, maka haruslah kerana itu telah menggerakkan keinginan pengarang-

 pengarang Melayu untuk berusaha mengarang hikayat-hikayat yang mengandung hal ehwal

 berkaitan dengan sejarah yang bercorak kebangsaan yakni ditujukan kapada kisah-kisah

 berkenaan dengan tanah air dan bangsa sendiri.

Adalah suatu perkara yang tiada boleh di nafikan bahawa pada zaman mulai tergeraknya

keinginan pengarang-pengarang Melayu menciptakan perpustakaan yang bercorak 

kebangsaan itu raja-rajalah yang menjadi tumpuan pandangan orang ramai dalam serba hal;

maka itulah sebabnya kebanyakan isi-isi perpustakaan Melayu lama khasnya buku-buku

sejarah itu dituliskan berkenaan dengan hal ehwal raja-raja; istimewa pula jika sejarah itu di

karangkan kerana menunaikan perintah raja, atau pun tujuan pengarangnya hendak 

memperolehi kurnia dan dikasihi raja.

Hikayat Raja-raja Pasai

Perpustakaan Melayu yang tertua bercorak sejarah ialah Hikayat Raja-raja Pasai. Seorang ahli bahasa bernama Dulaurier, bangsa Peranchis, menurut buku "Kesusasteraan Lama Indonesia"

Page 40: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 40/48

oleh Zuber Usman, telah menerbitkan Hikayat Raja-raja Pasai diParis, di belakang hikayat itu

dikatakan ada tertulis tarikh hikayat itu disusun, iaitu pada pertengahan kurun yang ke-XV

(T.M. 1450).

Al kesah cetera yang ketujuh dan al kisah cetera yang kesembilan dalam buku Sejarah

Melayu nyatalah banyak mengandung petikan-petikan daripada Hikayat Raja-raja Pasai itu,dan pada setengah-setengah tempat disalin satu-persatu daripada hikayat itu. Ada pun buku

Sejarah Melayu "Sulalatu 'l-Salatin" itu, menurut pendapat para sarjana yang telah

menjalankan siasat atasnya, rangka-rangkanya di percayai telah tersusun sebelum T.M. 1536,

haruslah dalam zaman pemerintahan Sultan Mahmud Shah. Dengan beralaskan pendapat ini

maka bolehlah diakul bahawa Hikayat Raja-raja Pasai itu telah terkarang pada pertengahan

kurun yang ke XV seperti yang tersebut di atas tadi, atau pun terdahulu daripada itu.

Kandungan Hikayat Raja-raja Pasai itu di-mulai: dengan kisah Merah Silu yang kemudiannya

sesudah memeluk agama Islam bergelar Sultan Malikus Saleh. Batu nisan pada makam

 baginda yang di bawa daripada negeri Kembayat itu menerangkan bahawa baginda telah

mangkat dalam T.M. 1297.

Kandungan Hikayat Raja-raja Pasai itu kemudiannya menceritakan pula hal ehwal

 pemerintahan anakanda baginda yang bernama Sultan Malikut. Tahir yang telah mangkat

 pada 9 November, 1326 ; seterusnya diceritakan kisah dalam masa pemerintahan Sultan

Ahmad iaitu anakanda Sultan Maliku't Tahir itu. Penghujung Hikayat Raja-raja Pasai itu

menceritakan peri negeri Pasai itu alah dan takluk kapada Kerajaan Majapahit, iaitu kira-kira

dalam T.M. 1350, dan peri percubaan Minangkabau yang tiada berjaya hendak menakauki

Majapahit.

Hujungan Hikayat Raja-raja Pasai itu ada tertulis daftar nama negeri-negeri yang takluk 

kepada Majapahit; nama-nama negeri yang terkandung di dalamnya terlebih banyak daripada

yang tersebut didalam Nagarakertagama karangan Prapancha pada T.M. 1518 itu.

Bahasa yang digunakan dinegeri Pasai, terutama sekali oleh pengarang-pengarang dan ulama-

ulama Islam pada kurun yang ke-XVII atau pun sekurang-kurangnya sehingga negeri itu di-

takluk oleh Kerajaan Acheh pada T.M. 1524, ialah bahasa Melayu yang baik, dan ada

tentang-tentangnya di gunakan perkataan- perkataan lama seperti perkataan “kutaha” yang

 bererti agaknya entah, - tahkah.

Sebagai suatu contoh menunjukkan keahlian pengarang Hikayat Raja-raja Pasai itu dalam

lapangan bahasa Melayu bolehlah di perhatikan daripada susunan kata-kata berirama yangterkandung di dalam hikayat itu, demikian bunyinya:

Ayohai dara Zulaika tingkap,

Bangun apalah engkau!

Asalmu orang terjunan pangiran,

Kerana engkau penghulu gundikku,

Bergelar Tun Derma 'dikara.

Bangun apalah engkau!

Tidakkah dengar bunyi

Genderang perang di Tukasan?

Palu tabuh-tabuhan!Hari dinihari, bulan pun terang.

Page 41: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 41/48

Suatu perkara lagi yang menarik perhatian berkenaan dengan Hikayat Raja-raja Pasai ini

ialah tentang adanya gelaran-gelaran seperti Megat Skandar dan Megat Kedah terkandung

didalamnya. Daripada gelaran Megat Skandar itu menunjukkan bahawa haruslah cerita-cerita

 berkenaan dengan Sultan Iskandar Dzu'l-Karnain telah sampai kepengetahuan orang-orang

Melayu pada zaman kerajaan negeri Pasai atau sekurang-kurangnya pada zaman Hikayat

Raja-raja Pasai itu disusun. Tentang gelaran Megat Kedah itu pula, perhatian kita tertarik kepada sebuah batu nisan yang dijumpai di Minye Tujuh (Acheh) bertarikh kira-kira T.M.

1380. Pada batu nisan itu terpahat kata-kata berbentuk syair dan memakai huruf Sumatra

kuno. Sebaris daripada kata-katanya berbunyi: "Gutra barubasa mpu hak kadah pase ma"

yang diertikan demikian: "Dari suku (keluarga) Barubasa, mempunyai' hak atas Kedah dan

Pasai". Maka disini bolehlah diambil kesimpulan iaitu haruslah keluarga raja yang dijumpai

nisannya itu jugalah yang merajai atau mempunyai hak atas Pasai dan Kedah.

Dengan tiada syak lagi bahawa di antara perpustakaan lama Melayu, buku Sejarah Melayu

"Sulalatu 'l-Salatin" inilah yang terpenting dan tertinggi mutunya daripada yang lain-lain.

Sungguh pun aliran kandungan buku ini tiada dapat diakui dengan sah kesemuanya, iaitu jika

dipandang pada segi tawarikh, kerana ada beberapa perkara atau cerita didalamnya sebagaimerupai cerita-cerita tahyul sahaja, tetapi bagi para sarjana terutamanya dari bangsa Eropah,

 buku ini besar sekali gunanya kepada mereka untuk mengkaji dan menyelidiki segala halehwal yang berkenaan dengan kerajaan-kerajaan melayu pada zaman yang telah lalu, iaitu

tentang jurai keturunan raja-raja dan orang besar-besar, tentang kebudayaan Melayu seperti

 peraturan adat istiadat Melayu, demikian juga tentang perhubungan-perhubungan dalam

masyarakat, perkembangan fikiran, keadaan iktisad dan sebagainya.

Dalam pada itu pun ada beberapa perkara yang penting-penting berkenaan dengan buku ini

masih belum dapat keputusannya yang tepat, yakni belum didapati tahkiknya oleh para

sarjana yang mengkaji dan menyelidiki itu; umpamanya tentang soal-soal siapa pengarang

atau penyusunnya. Dimana buku itu telah dikarang. Yang manakah diantara naskhah-naskhah

lamanya yang tertua? Sejauh manakah kandungan "hikayat Melayu dibawa orang dari Goa

seperti yang tersebut di dalam permulaan kata buku itu telah di perbaiki sama ada di pinda

atau ditokok tambah oleh penyusunnya yang terkemudian.

Sir R. O. Winstedt, seorang Inggeris sarjana bahasa MeIayu yang termasyhur itu telah

mengkaji dan menyelidik dengan sehalus-halusnya usul-asal dan kandungan buku Sejarah

Melayu itu, beliau telah mengemukakan berbagai pendapat tentang soal-soal yang tersebut di

atas tadi dengan berdasarkan beberapa buah naskah-naskah asal buku Sejarah Melayu itu,

terutamanya naskhah yang di percayai terlebih tua dan asli sifatnya iaitu, "Raffles MS., No.

18" yang telah di siarkan bersama-sama dengan huraiannya di dalam Journal of the MalayanBranch of the Royal Asiatic Society Vol. XVI. Part III. December, 1938.

Untok menyelidik usul-asal buku Sejarah Melayu itu maka dengan tidak syak lagi

kebanyakan dari tujuan-tujuan kata di dalam permulaan kata pengarangnya itulah yang

mustahak di jadikan alasan-ya, selain dari itu kandungan dan aliran riwayat pada penghujung

 buku itu haruslah juga di ambil perhatian.

Daripada penyiasatan Sir R. O. Winstedt atas beberapa buah naskah-naskah lama itu maka

 beliau telah memajukan pendapat yang thabit pada akal dengan mengatakan bahawa buku

Sejarah Melayu itu sungguh telah di susun kembali dalam T.M. 1612. Maka kerana itu

tentulah sudah ada sesabuah naskhah yang tertua dan sekurang-kurangnya mengandungirangka-rangka bagi bentuk Sejarah Melayu yang tersusun kemudian itu, dan harus isi-isinya

Page 42: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 42/48

telah mula di catitkan dalam zaman pemerintahan Sultan Mahmud Shah atau pun terdahulu

daripada itu hinggalah membawa kepada zaman tiada lama sesudah Feringgi menakluki

Melaka. Pendapat ini thabit juga pada akal kerana memanglah dalam kalangan orang besar-

 besar raja hingga kezaman terkemudian ini pun ada seseorang di antara mereka itu yang

 berusaha mencatitkan riwayat atau hal ehwal yang di-fikirkan-nya penting dalam zaman

 pemerintahan sesesorang raja yang jadi tumpuan taat setianya.

Dalam pada itu pun tidaklah boleh dinafikan bahawa kandungan buku Sejarah Melayu yang

tersusun dalam T.M. 1612 itu bukan sahaja berdasarkan isi-isi naskah yang tertuanya seperti

yang tersebut diatas itu, bahkan juga ditokok tambah daripada riwayat-riwayat mulut yang

 beredar turun-temurun. Sebagai alasan berkenaan dengan bahanbahan isi buku ini bolehlah

diperhatikan daripada kandungan permulaan kata dua buah naskah lama, iaitu naskhah

Raffles No. 18 dan sebuah naskah yang disusun oleh Paderi W. G. Shellabear, setelah

membanding-bandingkan beberapa naskah asal bertulis tangan atau yang telah bercetak, dan

kita namakan naskah ini "naskah Shellabear", iaitu seperti tersebut dibawah ini:

(a) Dalam naskhah Shellabear menyebut demikian:

……..maka berkata ia kapada fakir, "Hamba dengar 

ada hikayat Melayu di bawa oleh orang dari Goa , barang kita perbaiki kiranya dengan

istiadatnya…….”

(Menurut keterangan Sir R. O. Winstedt, dalam setengah-setengah naskah mengatakan "di-

 bawa oleh Orang Kaya Sogoh”). 

Ini menunjukkan bahawa bahan-bahan kandungan buku Sejarah Melayu yang tersusun dalam

T.M. 1612 itu telah sedia ada, iaitu hikayat Melayu yang dibawa orang (Kaya Sogoh) dari

Goa itu, yakni sekurang-kurangnya hikayat dari Goa itu telah dijadikan dasar atau sebagai

rangka bagi "diperbaiki" dalam usaha menyusun naskah T.M. 1612 itu.

(b) Dalam naskhah Raffles No. 18 pula menyebut demikian :

….Maka fakir karanglah hikayat ini kama sami'tu

min jaddi wa'abi, dan fakir himpunkan daripada segala riwayat orang tua-tua dahulu kala,

supaya akan menyukakan duli hadhrat baginda............

Daripada kandungan ayat yang tersebut diatas itu maka bolehlah di ambil kesimpulan bahawa

kandungan buku Sejarah Melayu naskhah T.M. 1612 itu ada menggunakan bahan-bahan dari

riwayat-riwayat tua yang turun-temurun.

Kesimpulan ini di kuatkan lagi dengan suatu alasan, iaitu seperti yang tersebut dalam fasal

yang kedua belas Kitab Bustan ul-Salatin (Taman Raja-raja) ciptaan Shaikh Nuruddin al-

Raniri dalam T.M. 1638, pada menyatakan riwayat segala raja-raja yang kerajaan di negeri

Melaka dan Pahang, demikian bunyinya:

Kata Bendahara Paduka Raja yang mengarang kitab misrat Sulalatu 'l-Salatin ia mendengar 

daripada bapanya ia mendengar daripada neneknya dan datuknya, tatkala pada hijrat al-Nabis.a.w. seribu dua puluh esa pada bulan Rabi'il Awwal pada hari Ahad, ia mengarang hikayat

Page 43: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 43/48

 pada menyatakan segala raja-raja yang kerajaan di negeri Melaka, Johor dan Pahang, dan

menyatakan bangsa dan salasilah mereka itu daripada Sultan Iskandar Dzul Karnain. . . . . . . .

..

Kelemahan penyalin-penyalin

Berkenaan dengan perpustakaan lama Melayu seperti buku Sejarah Melayu itu, suatu perkara

hendaklah diingat iaitu tentang adanya beberapa salinan buku itu. Penyalin naskah-naskah itu

 bukanlah seseorang yang tertentu, bahkan asing-asing orangnya, diantaranya sudah tentulah

ada berbagai sifat kelemahan, ada yang cuai, ada yang memandai-mandai mengikut sedap

sendiri mengubah, meninggalkan dan mengadakan tokok tambah atas karangan asal itu, dan

 berbagai lagi sifat-sifat kelemahan yang seperti itu. Maka kerana itulah kerap di dapati dalam

 perpustakaan lama Melayu yang bertulis tangan. kandungan salinan-salinan sesebuah hikayat

ataau seumpamanya banyak berubah daripada bentuk aslinya. bahkan diantara naskah-naskah

salinan itu berbeza antara sebuah dengan yang lain. Sesungguhnya kejadian-kejadian

demikian itulah yang menerbitkan rumit dan sulit bagi seseorang yang hendak mengkaji dan

menyelidiki isi sesebuah perpustakaan lama itu.

Perbezaan-perbezaan seperti yang tersebut diatas itu banyak di dapati jika di bandingkan

naskah-naskah lama buku Sejarah Melayu, sehingga nama pengarang atau penyusunnya iaitu

Bendahara Paduka Raja, Tun Seri Lanang itu, ada nashah menyebut Tun Muhammad, dan

ada pula yang menuliskan nama itu Tun Mahmud. Berkenaan dengan tarikh Tun Seri Lanang

menerima perintah Yang di Pertuan di Hilir, Sultan Abdullah Maayah Shah. suruh karangkan

hikayat peraturan segala raja-raja Melayu itu, setengah-setengah naskah menulis demikian:

"Tatkala hijratul-nabiyyi salla 'LLahu 'alaihi wa's-selamu seribu dua puluh satu tahun, kepada

tahun Dal, pada dua belas hari bulan Rabi'il-Awwal, kapada hari Khamis……” Maka ada

 pula naskahnya yang bertelingkah tentang ketentuan harinya itu, iaitu dengan menuliskan hari

Ahad.

Lagi suatu perbezaan yang besar didapati dalam kandungan naskah-naskah lama itu ialah

 berkenaan dengan di manakah tempatnya dan bilakah zamannya Tun Seri Lanang

menyempurnakan tugas yang di perintahkan oleh Sultan 'Abdullah Ma'ayah Shah, yakni

mengarang buku Sejarah Melayu atau Sulalatu 'l-Salatin itu. Beberapa buah naskah menyebut

"Pada zaman kerajaan marhum yang mangkat di Acheh Sultan 'Alauddin Riayat Shah…..

Sedang baginda bernegeri di Pasai " Tetapi ada pula naskah menyebut iaitu sedang baginda

itu bernegeri di Pasir Raja

Huraian tentang pendahuluan-kata Sejarah Melayu

Bagi membuat sesuatu kesimpulan berkenaan dengan soal yang tersebut itu maka hendaklah

di kaji dan . difahamkan dengan sehalus-halusnya segala maksud perkataan-perkataan yang

terkandung di dalam pendahuluan kata pengarang buku Sejarah Melayu itu. Berkenaan

dengan ini kita berdasarkan kepada dua punha iaitu salinan naskah W. G. Shellabear yang di

gunakan di sekolah-sekolah Melayu, Tanah Melayu, dan salinan naskhah Raffles No. 18 yang

di siatkan oleh Sir Richard Winstedt dalam Malayan Branch Royal Asiatic Society Journal

Vol. XVI. Part III., December 1938.

Di antara kedua-dua naskhah itu di dapati pendahuluan-kata di-dalam naskhah Raffles No. 18

itu terlebih ringkas daripada naskah Shellabear, iaiitu dengan mengandung pujian-pujiankapada Allah dan Rasulullah sacara ringkas sahaja, dan tiada menyebutkan peri

Page 44: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 44/48

hal"…….hikayat Melayu di bawa orang dari Goa." Maka bagi membuat huraian yang lebih

luas, moleklah rasanya kita bicharakan naskah yang mengandung terlebih banyak isi-isi

 pendahuluan katanya itu, yakni naskah Shellabear; dan di bawah ini di turunkan secara

ringkas maksud kata-katanya yang di fikirkan munasabah untuk di jadikan pokok 

 pembicaraan:

(a)……..pada suatu masa bahawa fakir duduk pada suatu majlis dengan orang besar -besar 

 bersenda gurau. Pada antara itu ada seorang orang besar, terlebih mulianya dan terlebih besar 

mertabatnya daripada yang lain; maka berkata ia kapada fakir, "Hamba dengar ada hikayat

Melayu di-bawa oleh orang dari Goa ; barang kita perbaiki kiranya dengan istiadatnya,

supaya diketahui oleh segala mereka itu, syahadan beroleh faedah ia daripada-nya.

(b) Setelah fakir mendengar demikian, jadi beratlah atas anggota fakir alladhi huwa

murakkabun ala'l-jahli Tun Muhammad namanya, Tun Seri Lanang timang-timangannya,

Paduka Raja gelaran-nya, Bendahara… 

(c) ………Tatkala hijratu'l nabiyyi salla 'LLahu 'alaihi wa's-salamu seribu dua puluh satutahun, kepada tahun Dal, pada dua belas haribulan Rabi'il-Awwal, kepada hari Khamis,

waktu al-dhoha, pada ketika Shamsu, pada zaman kerajaan marhum yang mangkat di Acheh,

Sultan 'Alau'd-din Ri'ayat Shah zillu 'LLahi fli`l alam……sedang baginda bernegeri di Pasai

(naskah Raffles No. 18 bernegeri di Pasir Raja), dewasa itulah datang Raja Dewa Sa'id

kepada hamba Seri Nara Wangsa yang bernama Tun Bambang, anak Seri Akar Raja, Patani,

menjunjungkan titah Yang di Pertuan di Hilir, Sultan Abdullah Maayah Shah ibni l-Sultani 'l-

ajalla 'Abdi'l Jalil Shah (pujian-pujian dalam bahasa 'Arab, bersulam dengan bahasa Melayu).

(d) Demikian bunyi titah yang maha mulia itu, "Bahawa beta minta perbuatkan hikayat pada

Bendahara, peri persetua dan peraturan segala raja-raja Melayu dengan istiadatnya sekali,

supaya di ketahui oleh segala anak cucu kita yang kemudian daripada kita, di ingatkannya

oleh mereka itu, shahdan beroleh faedahlah ia daripadanya." Setelah fakir alladhi huwa

murakkabun ala'ljahli, maka fakir perkejutkanlah diri fakir pada mengusaha kan dia .supaya

akan menyukakan duli hadhrat baginda. Maka fakir namai hikayat itu "Sulalatu '1 Salatin",

yakni peraturan segala raja-raja…….." 

Daripada segala tujuan kata-kata yang terkandung didalam pendahuluan buku Sejarah

Melayu seperti yang diturunkan di atas itu maka bolehlah dibuat kesimpulan atas beberapa

 perkara, diantaranya:

(a) Nyatalah bahawa pengarang atau penyusun buku Sejarah Melayu atau Sulalatu l-Salatinitu ialah Bendahara Paduka Raja, Tun Seri Lanang, kerana menjunjung titah Yang di Pertuan

di Hilir, Sultan 'Abdullah Ma'ayah Shah. Tujuan Tun Seri Lanang mengarangkan buku itu

seperti yang dinyatakannya, iaitu "supaya akan menyukakan. duli hadrat baginda."

(b) Orang besar yang menyebut peri hal hikayat Melayu di bawa orang (menurut setengah-

setengah naskhah: oleh Orang Kaya Sogoh) daripada Goa itu haruslah di maksudkan oleh

Tun Seri Lanang kapada Yang di Pertuan di-Hilir, Sultan 'Abdullah Ma'ayah Shah; baginda

hanya membayangkan hasrat baginda di-dalam majIis orang besarbesar itu kira-nya isi-isi

hikayat itu di perbaiki.

(c) Perintah Yang di-Pertuan di Hilir minta Bendahara (Tun Seri Lanang) karangkan hikayatitu ialah pada tarikh 12 Rabi'il-Awwal, T.H. 1021, bersamaan 13 May,

Page 45: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 45/48

1912, (menurut seorang sarjana bernama Rouffaer, hari itu ialah hari Ahad bukannya hari

Khamis). Ada pun orang yang menyampaikan titah itu kapada Tun Seri Lanang jelas tersebut

di dalam naskah Raffles No. 18, iaitu Seri Nara Wangsa yang bernama Tun Bambang anak 

Seri Akar Raja, Patani.

(d) Pendapat yang mengatakan bahawa Tun Seri Lanang menerima perintah supayamengarangkan buku Sejarah Melayu itu ialah di Pasir Raja bukannya di Pasai iaitu pada

zaman kerajaan Sultan 'Alau'd-din Ri'ayat Shah sedang bernegeri di-Pasir Raja-ada-lah thabit

 pada 'akal, kerana angkatan Acheh melanggar Johor, menurut riwayat didalam Tawarikh

Johor, ialah pada 7 May 1913, iaitu kira-kira setahun terkemudian daripada tarikh di sebutkan

oleh Tun Seri Lanang sebagai hari ia menerima perintah Yang di Pertuan di Hilir itu.

(e) Daripada ayat yang berbunyi “……pada zaman kerajaan marhum yang mangkat di-

Acheh, Sultan 'Alau'd-din Ri'ayat Shah….” itu nyatalah bahawa Tun Seri Lanang

menuliskan pendahuluan bagi buku Sejarah Melayu itu sesudah Sultan 'Alau'd-din Ri'ayat

Shah mangkat di Acheh (kira-kira antara T.M. 1613 dengan 1615). Tetapi bilakah zamannyaisi-isi buku itu dikarang atau disusun dan disiapkan? Ada beberapa kemungkinan berkaitan

dengan soal ini, diantaranya haruslah pendahuluan kata itu di tuliskan sesudah siap atau pun

setelah banyak isi-isi buku itu di karangkan atau di susun. Mungkin juga usaha mengarang

atau menyusun buku itu telah di mulai oleh Tun Seri Lanang di Pasir Raja, iaitu sesudah ia

menerima perintah Yang di Pertuan di HiIir itu, tetapi bagaimana pun buku itu nyatalah

 belum selesai melainkan sesudah mangkat Sultan "Alau'd-din Ri'ayat Shah.

(f) Kita mengagak haruslah buku Sejarah Melayu itu telah selesai di karang atau di susun

 pada zaman Sultan 'Abdullah Ma'ayah Shah memerintah Kerajaan Johor kira-kira pada T.M.

1613-1623, iaitu sesudah kakanda baginda Sultan 'Alau'd-din Ri'ayat Shah itu mangkat.

Alasannya adalah ternyata dan dapat di fahamkan dalam pendahuluankata Tun Sed Lanang

ita bahawa Raja 'Abdullah telah menjadi seorang raja yang memerintah, dengan gelaran

Sultan 'Abdullah Ma'ayah Shah; sebelum bergelar itu nama timangtimangan Raja 'Abdullah

ialah Raja Bongsu dan di sebut orang juga Raja Seberang atau Raja di Hilir, kerana baginda

itu beristana di seberang Pengkalan Raja dan lebih jauh kehir, sedang Sultan 'Alau'd-din

Ri'ayat Shah bersemayam di Pasir Raja. Maka kapada Sultan 'Abdullah Ma'ayah Shah itulah

di tujukan oleh Tun Seri Lanang usahanya mengarang atau menyusun buku Sejarah Melayu

itu, dengan katanya, "Maka fakir karanglah hikayat ini, supaya akan menyukakan dua hadrat

 baginda."

Kandungan buku Sejarah Melayu

Jika di bandingkan di antara dua naskah buku Sejarah Melayu, iaitu naskah Shellabear dan

naskah Raffles No. 18 itu, nescaya di dapati beberapa perbezaannya, naskhah Raffles No. 18

itu mengandungi 31 cetera dan kandungannya terlebih tua daripada naskah Shellabear.

Penghujung ceteranya hanya sampai kapada riwayat yang berlaku pada zaman pemerintahan

Sultan 'Alau'd-din Ri'ayat Shah II dalam T.M. 1535, iaitu peristiwa langgaran Feringgi keatas

Kota Kara di Sungai Telur dan terus mudek hingga ke Pekan Tua. Naskah Raffles ini yang

asalnya haruslah telah di bawa Feringgi ke Goa (sebuah jajahan Feringgi di India ) tatkala

mereka menyerbu Johor Lama dalam T.M. 1536 dan dibawa kembali oleh Orang Kaya Sogoh

lalu diperbaiki dengan pindaan-pindaan dan tambahan oleh Tun Seri Lanang.

Page 46: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 46/48

 Naskah Shellabear mengandung 34 cetera dan dalam cetera yang terakhirnya terkandung

riwayat berkenaan dengan pemerintahan Sultan 'Alau'd-din Ri'ayat Shah II tetapi tidak 

menyebut tentang serangan Feringgi pada T.M. 1535 itu; bagaimanapun dalam cetera (bab)

yang ketiga puluh empat itu juga di hubungkan dengan secara ringkas riwayat-riwayat empat

orang sultan yang berkerajaan di Johor terkemudian daripada Sultan 'Alu'd-din Ri'ayat Shah

II itu. retapi tidak menyebut tentang serangan Feringgi pada T.M. 1535 itu; bagaimana pundalam cetera (bab) yang ketiga puluh empat itu juga di-hubungkan dengan secara ringkas

riwayat-riwayat empat orang sultan yang berkerajaan di Johor terkemudian daripada Sultan

'Alu'd-din Ri'ayat Shah II itu.

Sesungguhnya ternyata dalam pendahahuluannya bahawa naskah itu telah di tambah oleh

orang yang terkemudian daripada Tun Seri Lanang; tambahannya itu boleh di perhatikan

dalam "AL-KESAH YANG KEDUA PULUH TUJUH", tentang jurai keturunan Bendahara

Seri Maharaja Tun Mutahir hingga kepada kedua orang anak laki-laki Tun Seri Lanang, iaitu

Tun Anum dan Tun Jenal, keduanya itu di sebutkan telah menjadi Bendahara. Keterangan ini

nyatalah menunjukkan bahagian itu telah di susun sesudah Tun Seri Lanang meninggal dunia.

Selanjutnya dapat di perhatikan daripada keterangan pada penghujung naskah Shellabear itu

demikian bunyinya: "Pada zaman itu hingga inilah yang dapat oleh pacal yang daif di baca di

dalam hikayat ayahanda itu rahim ,Allah Ta'ala, iaitu datuk yang hilang di Tanjung Batu,

kepada masa Johor alah di serang Jambi* pacal datuk di kurniai ayahanda itu membaca

hikayat Melayu oleh baginda tajalli di Bukit Siguntang turun ke Palembang …….Had itulah

yang terbaca oleh pacal datuk, Wa'llahu alam.

Oleh kerana pengarang atau penyusunnya seorang Bendahara yang memegang jawatan yang

tertinggi dan terpenting, maka didalam buku Sejarah Melayu itu banyak di dapati tauladan-

tauladan dan nasihat yang di tujukan untuk mengingatkan raja-raja supaya jangan berbuat

zalim kepada hamba rakyat, hendaklah barang apa yang hendak di lakukan itu berunding

terlebih dahulu dengan Bendahara dan orang-orang besar yang lain, dan sebagainya. Hal ini

dapat di saksikan daripada wasiat-wasiat dari tiga orang sultan iaitu Sultan Mansur Shah,

Sultan 'Alau'd-din Ri'ayat Shah I dan Sultan Mahmud Shah, iaitu dengan memberi nasihat

dan ingatan kepada seseorang putera yang bakal memerintah negeri tatkala baginda-baginda

itu hampir akan mangkat.

Ada lagi beberapa cerita terkandung di dalam buku Sejarah Melayu itu yang di tujukan untuk 

tauladan atau ingatan kepada raja-raja tentang akibat-akibat perbuatan zalim dan aniaya

kepada sesama manusia. Sungguh pun ada diantara cerita-cerita itu berupa tahyul tetapi aliran

tulisan pengarangnya nyata menuju kepada yang dimaksudkannya, misalnya dalam CeteraYang Kesepuluh berkenaan dengan kezaliman Raja Singapura yang bergelar Paduka Seri

Maharaja itu membunuh Tuan Jana Khatib dengan tiada usul periksa lagi, akibatnya

datanglah todak menyerang Singapura.

Paduka Seri Maharaja tidak juga insaf akan akibat kezaliman itu lalu baginda melakukan

suatu kezaliman lagi, iaitu dengan membunuh budak yang mengeluarkan akal supaya

 berkubukan batang pisang bagi mengalahkan langgaran todak itu. Pengarang buku Sejarah

Melayu itu telah menegaskan pendapatnya atas kezaliman itu dengan katanya " Ada pun

tatkala budak itu dibunuh, maka hak rasanya di tanggungkannya atas negeri Singapura."

Sesudah itu di sambungkannya pula dengan suatu kisah kezaliman Raja Iskandar Shah, iaituanakanda Paduka Seri Maharaja itu, baginda memerintahkan supaya gundik baginda, anak 

Page 47: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 47/48

seorang pegawai, di sula di hujung pasar kerana baginda mendengarkan fitnah daripada

gundik-gundik yang lain. 'Akibatnya, pegawai itu telah berbuat belot lalu berhubung dengan

Kerajaan Majapahit, akhirnya tibalah angkatan perang Majapahit melanggar dan menga-

lahkan Singapura, menyebabkan Raja Iskandar Shah berundur menyeberang ketanah besar 

lalu membuka negeri Melaka.

Demikian juga berkenaan dengan kezaliman Sultan Mahmud Shah membunuh Bendahara

Seri Maharaja, Seri Nara di Raja dan Temenggung Tun Hasan, akibatnya ialah kerobohan

Kerajaan Melaka oleh langgaran Feringgi. Selain daripada untuk catitan sejarah maka dapat

 juga di duga bahawa tujuan pengarang buku Sejarah Melayu meriwayatkan peristiwa-

 peristiwa yang tersebut itu ialah untuk menjadi tauladan dan ingatan kepada raja-raja yang

terkemudian, supaya peristiwa-peristiwa demikian tiada berulang lagi.

Pengarang atau penyusun buku Sejarah Melayu itu ayatalah seorang yang berpengetahuan

dan bijak dalam 'ilmu karang-mengarang kerana dapat ianya menggambarkan keadaan-

keadaan pada sesuatu zaman, umpamanya pada zaman Seri Maharaja menjadi Bendahara,

dibayangkan bagaimana makmur dan ramainya negeri Melaka, hingga menjadi tumpuansegala dagang dan persinggahan kapal-kapal dari atas angin. Bagi menggambarkan

kemakmuran dan ramainya penduduk-penduduk Melaka pada zaman itu maka pengarang

 buku Sejarah Melayu itu berkata demikian: "Ada pun zaman itu negeri Melaka terlalu sekali

ramainya, segala dagang pun berkampung; maka dari Air Leleh datang ke Kuala Muar pasar 

tiada berkeputusan lagi, dari Kampung Keling datang ke Kuala Penajuh itu pun tiada

 berputusan; jika orang dari Melaka datang ke Jugra tiada membawa api lagi, barang di mana

 berhenti di sana adalah rumah orang; dari sebelah sini hingga datang ke Batu Pahat demikian

 juga, kerana masa itu rakyat Melaka sembilan belas laksa banyaknya yang di dalam negeri

 juga."

Dapat juga di gambarkan oleh pengarang buku Sejarah Melayu itu bagaimana kehairanan

orang-orang Melaka melihat rupa orang-orang Feringgi yang di katakan mereka "Benggali

 putih" itu, hingga pada seorang orang Feringgi itu berpuluh-puluh orang Melaka

mengerumuni dia. Demikian juga tentang kehairanan orang-orang Melaka melihat peluru

meriam Feringgi.

Keahlian pengarang buku Sejarah Melayu itu dalam lapangan kesusasteraan dapat juga di

saksikan dalam tulisannya tatkala menggambarkan sifat-sifat seseorang, umpamanya sifat-

sifat kebijaksanaan Bendahara Paduka Raja Tun Perak; sifat suka meninggi-ninggi diri

Bendahara Putih, taat setia Laksamana Tun Tuah; perasaan cinta kepada tanah air Bendahara

Paduka Tuan (Dato' Lubuk Batu); demikian juga gambaran tentang bagaimana orang-orang besar Melaka merendah-rendahkan guru agama yang datang dari luar negeri saperti peristiwa

yang berlaku di-antara Makhdum Sadar J ahan dengan Seri Rama dan dengan Tun Mai Ulat

Bulu.

Suatu perkara lagi yang menunjukkan kebijakan pengarang buku Sejarah Melayu itu dapat

diperhatikan daripada sisipan cerita "Meminang Puteri Gunung Ledang". Tujuan jalan cerita

ini haruslah sebagai suatu kiasan yang mengandung sindiran yang halus dan tajam maknanya

ditujukan untuk menerbitkan rasa keinsafan kepada seseorang raja terhadap keadilan dan

timbang rasa kapada kaum perempuan.

Hikayat Acheh

Page 48: Sastra Dalam Peradaban Islam

7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam

http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 48/48

Diantara perpustakaan Melayu yang terkandung nama-namanya di dalam daftar Werndly

dalam T.M. 1736 itu termasuklah nama Hikayat Acheh. Isi buku ini merupakan ringkasan

sejarah sahaja dan bahasanya tiada hidup yakni tidak seperti bahasa yang terkandung di-

dalam. buku Sejarah Melayu.

Hikayat Acheh itu mula-mulanya meriwayatkan kisah mulai daripada zaman pemerintahan

Sultan Ibrahim diAcheh Utara, baginda ini dalam T.M. 1525 telah memberontak melawan

Maharaja yang berkerajaan di negeri Pasai, akhirnya Sultan Ibrahim dapat mengalahkan

Kerajaan Pasai itu. Maka semenjak masa itulah pusat pemerintahan di Pasai itu telah

 berpindah ke Acheh dan kekuasaannya semakin berkembang. Kekuasaan Acheh telah sampai

kepuncak kebesarannya pada zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam

(T.M. l606-1636), sebilangan besar negeri-negeri dalam Pulau Perca itu tertakluk kebawah

 perintahnya, demikian juga negeri-negeri di dalam Semenanjung Tanah Melayu termasuklahnegeri Johor. Kemudian di sebutkan pula sesudah Melaka jatuh ke tangan Feringgi berulang-

ulang kali negeri itu telah diserang oleh angkatan perang Acheh dan ada kalanya berbulan-

 bulan pula negeri Melaka itu dikepong. Seterusnya di riwayatkan bahawa Sultan Iskandar 

 pernah mengesyorkan kapada Sultan Agung Mataram yang menguasai seluruh Jawa dan

Madura dan pada masa itu sedang menentang kekuasaan Belanda di Jakarta supaya bersetuju

 bekerjasama melawan kekuasaan asing itu, tetapi syor Sultan Acheh itu telah di tolak oleh

Sultan Agung Mataram. Sultan Iskandar Mahkota Alam tiada mempunyai putera melainkan

 puteri-puteri belaka, seorang di antara menantu baginda itu telah menggantikan baginda di

atas takhta Kerajaan Acheh dengan gelaran Sultan Iskandar Thani. Sesudah pemerintahan

 baginda itu Acheh telah di perintah bergilir-gilir oleh empat orang raja perempuan. Pada

zaman itulah pula Kerajaan Acheh beransur-ansur lemah hingga beberapa buah negeri yang

takluk kepadanya melepaskan diri masing-masing.