sastra angkatan 66

9
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembagian zaman atau periodisasi sastra Indonesia modern sampai saat ini memang masih menjadi tahap perdebatan. Bagaimanapun banyaknya pembabakan waktu yang pernah diajukan dalam sejarah sastra Indonesia, namun pembabakan yang telah umum dipakai selalu kembali pada nama-nama angkatan. Angkatan demi angkatan itu muncul hampir 10 tahun atau 15 tahun sekali. Jadi dapatlah pula kita menamakan angkatan-angkatan itu sebagai generasi berdasarkan usianya. Tiap 10 atau 15 tahun sekali di Indonesia selalu muncul angkatan baru dalam sastra Indonesia. Selama waktu itu pengalaman dan situasi masing-masing generasi rupanya agak berbeda sehingga melahirkan ciri-ciri tersendiri pada angkatannya. Masing-masing angkatan sastra dimulai dengan munculnya sekumpulan sastrawan yang tahun kelahirannya hampir sama dan menulis dalam gaya yang hampir sama dalam majalah atau penerbitan yang sama. Sastra Balai Pustaka dimulai tahun1920. Para penulis Balai Pustaka yang mula-mula menulis sekitar tahun 1920-an adalah mereka yang dilahirkan sekitar tahun 1895-an. Ada yang lebih dahulu ada yang lebih kemudian. Sastra Pujangga Baru diisi oleh para sastrawan yang dilahirkan sekitar tahun 1910-an. B. Rumusan Masalah a. Bagaimanakah sejarah angkatan 66?

Upload: richi

Post on 18-Feb-2016

54 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Pembagian zaman atau periodisasi sastra Indonesia modern sampai saat ini memang masih menjadi tahap perdebatan. Bagaimanapun banyaknya pembabakan waktu yang pernah diajukan dalam sejarah sastra Indonesia, namun pembabakan yang telah umum dipakai selalu kembali pada nama-nama angkatan. Angkatan demi angkatan itu muncul hampir 10 tahun atau 15 tahun sekali. Jadi dapatlah pula kita menamakan angkatan-angkatan itu sebagai generasi berdasarkan usianya. Tiap 10 atau 15 tahun sekali di Indonesia selalu muncul angkatan baru dalam sastra Indonesia. Selama waktu itu pengalaman dan situasi masing-masing generasi rupanya agak berbeda sehingga melahirkan ciri-ciri tersendiri pada angkatannya.

TRANSCRIPT

Page 1: sastra angkatan 66

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pembagian zaman atau periodisasi sastra Indonesia modern sampai saat ini memang

masih menjadi tahap perdebatan. Bagaimanapun banyaknya pembabakan waktu yang pernah

diajukan dalam sejarah sastra Indonesia, namun pembabakan yang telah umum dipakai selalu

kembali pada nama-nama angkatan. Angkatan demi angkatan itu muncul hampir 10 tahun atau

15 tahun sekali. Jadi dapatlah pula kita menamakan angkatan-angkatan itu sebagai generasi

berdasarkan usianya. Tiap 10 atau 15 tahun sekali di Indonesia selalu muncul angkatan baru

dalam sastra Indonesia. Selama waktu itu pengalaman dan situasi masing-masing generasi

rupanya agak berbeda sehingga melahirkan ciri-ciri tersendiri pada angkatannya.

Masing-masing angkatan sastra dimulai dengan munculnya sekumpulan sastrawan yang

tahun kelahirannya hampir sama dan menulis dalam gaya yang hampir sama dalam majalah atau

penerbitan yang sama. Sastra Balai Pustaka dimulai tahun1920. Para penulis Balai Pustaka yang

mula-mula menulis sekitar tahun 1920-an adalah mereka yang dilahirkan sekitar tahun 1895-an.

Ada yang lebih dahulu ada yang lebih kemudian. Sastra Pujangga Baru diisi oleh para sastrawan

yang dilahirkan sekitar tahun 1910-an.

B.     Rumusan Masalah

a.       Bagaimanakah sejarah angkatan 66?

b.      Apa sajakah ciri-ciri karya sastra angkatan 66?

c.       Apa gaya bahasa angkatan 66?

d.      Apa unsur estetik angkatan 66?

e.       Siapa sajakah pengarang angkatan 66 dan apa sajakah karya pengarang tersebut?

C.     Tujuan Masalah

a.       Mengetahui sejarah angkatan 66.

b.      Mengetahui ciri-ciri karya sastra angkatan66.

c.       Mengetahui gaya bahasa angkatan 66.

d.      Mengetahui unsur estetik angkatan 66.

e.       Mengetahui pengarang dan karyanya angkatan 66.

Page 2: sastra angkatan 66

BAB II

PEMBAHASAN

Sejarah Angkatan 66

Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Semangat avant-garde

sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam

dalam aliran sastra, munculnya karya sastra beraliran surrealistik, arus kesadaran, arketip,

absurd, dan lain-lain pada masa angkatan ini di Indonesia. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak

membantu dalam menerbitkan karya karya sastra pada masa angkatan ini. Sastrawan pada akhir

angkatan yang lalu termasuk juga dalam kelompok ini seperti Motinggo Busye, Purnawan

Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono

dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.Seorang

sastrawan pada angkatan 50-60-an yang mendapat tempat pada angkatan ini adalah Iwan

Simatupang. Pada masanya, karya sastranya berupa novel, cerpen dan drama kurang mendapat

perhatian bahkan sering menimbulkan kesalahpahaman; ia lahir mendahului jamannya. Beberapa

satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer,

Akhudiat, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad

Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail dan banyak lagi yang lainnya.

Ciri-ciri Angkatan 66

         Mulai dikenal gaya epik (bercerita) pada puisi (muncul puisi-puisi balada).

         Puisinya menggambarkan kemuraman (batin) hidup yang menderita.

         Prosanya menggambarkan masalah kemasyarakatan, misalnya tentang perekonomian yang

buruk, pengangguran, dan kemiskinan.

         Cerita dengan latar perang dalam prosa mulai berkurang, dan pertentangan dalam politik

pemerintahan lebih banyak mengemuka.

         Banyak terdapat penggunaan gaya retorik dan slogan dalam puisi.

Page 3: sastra angkatan 66

         Muncul puisi mantra dan prosa surealisme (absurd) pada awal tahun 1970-an yang banyak berisi

tentang kritik sosial dan kesewenang-wenangan terhadap kaum lemah.

Gaya Bahasa Angkatan 66

Menegakkan keadilan dan kebenaran berdasarkan Pancasila dan UUD 45, menentang

komunisme dan kediktatoran,  bersama Orde Baru yang dikomandani Jendral Suharto ikut

menumbangkan Orde Lama, mengikis habis LEKRA dan PKI. Sastra Angkatan ’66 berobsesi

menjadi Pancasilais sejati. Yang paling terkenal adalah “Tirani” dan “Benteng” antologi puisi

Taufiq Ismail. Hampir seluruh tokohnya adalah pendukung utama Manifes Kebudayaan  yang

sempat berseteru dengan LEKRA.

Unsur Estetik Angkatan 66

Angkatan ini lahir di antara anak-anak muda dalam barisan perjuangan. Angkatan ini

mendobrak kemacetan-kemacetan yang disebabkan oleh pemimpin-pemimpin yang salah urus.

Para mahasiswa mengadakan demonstrasi besar-besaran menuntut ditegakkannya keadilan dan

kebenaran.

Ciri-ciri sastra pada masa Angkatan ’66 adalah: bercorak perjuangan antitirani, protes

politik, anti kezaliman dan kebatilan, bercorak membela keadilan, mencintai nusa, bangsa,

negara dan persatuan, berontak terhadap ketidakadilan, pembelaan terhadap Pancasila, berisi

protes sosial dan politik. Hal tersebut diungkapkan dalam karya sastra pada masa Angkatan ’66

antara lain: Pabrik (Putu Wijaya), Ziarah (Iwan Simatupang), serta Tirani dan Benteng (Taufik

Ismail).

Penulis dan Karya Sastra

Sutardji Calzoum Bachri

o O

o Amuk

o Kapak

o

Page 4: sastra angkatan 66

Abdul Hadi WM

o Laut Belum Pasang – (kumpulan puisi)

o Meditasi – (kumpulan puisi)

o Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur – (kumpulan puisi)

o Tergantung Pada Angin – (kumpulan puisi)

o Anak Laut Anak Angin – (kumpulan puisi)

Sapardi Djoko Damono

o Dukamu Abadi – (kumpulan puisi)

o Mata Pisau dan Akuarium – (kumpulan puisi)

o Perahu Kertas – (kumpulan puisi)

o Sihir Hujan – (kumpulan puisi)

o Hujan Bulan Juni – (kumpulan puisi)

o Arloji – (kumpulan puisi)

o Ayat-ayat Api – (kumpulan puisi)

Goenawan Mohamad

o Interlude

o Parikesit

o Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang – (kumpulan esai)

o Asmaradana

o Misalkan Kita di Sarajevo

Umar Kayam

o Seribu Kunang-kunang di Manhattan

o Sri Sumarah dan Bawuk – (kumpulan cerita pendek)

o Lebaran di Karet, di Karet – (kumpulan cerita pendek)

o Pada Suatu Saat di Bandar Sangging -

o Kelir Tanpa Batas

o Para Priyayi

o Jalan Menikung

Page 5: sastra angkatan 66

o

Danarto

o Godlob

o Adam Makrifat

o Berhala

Putu Wijaya

o Telegram

o Stasiun

o Pabrik

o Gres – Putu Wijaya

o Bom

o Aduh – (drama)

o Edan – (drama)

o Dag Dig Dug – (drama)

Iwan Simatupang

o Ziarah

o Kering

o Merahnya Merah

o Koong

o RT Nol / RW Nol – (drama)

o Tegak Lurus Dengan Langit

Arifin C. Noer

o Tengul – (drama)

o Sumur Tanpa Dasar – (drama)

o Kapai Kapai – (drama)

Djamil Suherman

o Sarip Tambak-Oso

Page 6: sastra angkatan 66

o Umi Kulsum – (kumpulan cerita pendek)

o Perjalanan ke Akhirat

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tersebut, penulis dapat mengemukakan beberapa simpulan berikut :

1.      Angkatan Sastra tahun 1966 dilatarbelakangi oleh keinginan menegakkan keadilan, protes sosial

dan politik.

2.      Tokoh yang terkenal dalam angkatan ini salah satunya adalah Sutardji Calzoum Bahri.

3.      Salah satu ciri sastra pada masa Angkatan 66 adalah menonjolkan dengan menegakkan keadilan

dan kebenaran berdasarkan Pancasila dan UUD 45, menentang komunisme dan kediktatoran.

3.2. Saran

Disarankan kepada seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia agar lebih giat lagi mempelajari matakuliah Apresiasi Prosa mengingat pentingnya

pengetahuan akan pembentukan kata bagi calon tenaga pengajar. Oleh karena itu, kami selaku

penulis berharap agar makalah ini mampu menjadi tambahan referensi untuk memahami

angkatan pujangga baru dengan baik dan benar.

Page 7: sastra angkatan 66

Daftar Rujukan

Agni, Binar. 2008. Sastra Indonesia Lengkap. Jakarta:Hi Fest Publishing.

SastraHolic. 2008. Sejarah singkat tentang Angkatan 66, (Online),

(http://sastralife.wordpress.com/sastra-indonesia/sejarah-singkat-tentang-angkatan-66/), diakses pada tanggal 20 Mei 2012.

Wulandari, D. 2010. ciri-ciri karya sastra angkatan 1966, (Online),

(http://cafesenja.blogspot.com/2010/12/ciri-ciri-karya-sastra-angkatan-66_05.html), diakses pada

tanggal 20 Mei 2012.