penafsiran puisi angkatan 45 & 66

27

Upload: intan-septiarini-pratiwi

Post on 20-Oct-2015

380 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

puisi lama

TRANSCRIPT

Page 1: penafsiran puisi angkatan 45 & 66
Page 2: penafsiran puisi angkatan 45 & 66

Nama Pengarang Angkatan 45 Beserta Karya- Karyanyaoleh: sukarto     Pengarang : Askurifai B. 

Summary rating: 2 stars (24 Tinjauan)  Kunjungan : 5228

 

kata:600  

  

 

 

Pujangga yang termasuk Angkatan 45 dan karya-karyanya adalah :

1. Chairil Anwar

- Deru Campur Debu, kumpulan puisi,1943-1949

- Pulanglah Dia si Anak Hilang, terjemahan dari Andre Gide

- Tiga Menguak Takdir, kumpulan puisi bersama Rivai Apin,Asrul Sani

- Kena Gempur, terjemahan dari Steinbeck

2. Idrus

- Aki, novel diterbitkan BP 1948

- Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma, kumpulan cerpen,1948

- Anak Buta, cerpen

- Keluarga Surono, drama ,1948

Page 3: penafsiran puisi angkatan 45 & 66

3. Aoh Kartahadimaja

- Zahra, kumpulan sajak dan drama

- Manusia dan Tanahnya, kumpulan cerpen, Di Bawah Kaki Kebesaranmu.

4. Akhdiat Kartamiharja

- Atheis, roman kejiwaan,1949,Bentrokan Dalam Asrama, drama, Kesan dan Kenangan,

kumpulan cerpen

5. Rivai Marlaut.

- Dokter Haslinda, roman perjuangan, Kimono Hanyut, roman, Korban Keroncong Rimba,

roman dan Effedi di Laut Dansa, roman

6. Saadah Alim

- Pembalasannya, roman bertendens, 1945, Angin Timur Angin Barat,terjemahan Pearl S

Buck ,Taman Penghibur Hati

7. Usmar Ismail

- Puntung Berasap, kumpulan puisi, Mutiara dari Nusa Laut, drama, Permintaan Terakhir,

cerpen, Asokamala Dewi, cerita pendek, Ayahku Pulang, sandiwara Saduran.

8. Dr.Abu Hanifah (El-Hakim)

- Dokter Rimba, roman 1952,Kita Berjuang,1947, Taufan di atas Asia, kumpulan sandiwara.

9. Amal Hamzah,

- Sine Nomine,cerpen, Bingkai Retak,cerpen, Teropong, cerpen

10. Rivai Apin

- Pelarian, sajak, Jembatan Patah, sajak, Mual, sajak, Chairil Anwar dengan Maut, esai

11. Asrul Sani 

- Sahabat Saya Cordiaz, cerpen, Bola Lampu, cerpen, Deadlock pada Puisi Emosi Semata,

essai

12. Utuy Tatang Sontani

- Suling, drama 1949,Bungah Rumah Makan,drama ,1948, Tambera, roman sejarah, 1949,

Orang-orang Sial, cerpen.

Page 4: penafsiran puisi angkatan 45 & 66

13. Rosihan Anwar

- Radio Masyarakat, cerpen, Raju Kecil, Bahak Laut di Selat Malaka, roman sejarah, 1967.

14. Pramudya Ananta Toer

- Keluarga Gerilya, roman, 1950, Perburuan, roman ,1950, Bukan Pasar Malam, novel,BP 1952.

Midah Si Manis Bergigi Emas, roman 1955.Dia yang Menyesal, novel

15. Moctar Lubis

- Tidak Ada Esok,roman ,1950, Jalan Tak Ada Ujung, roman 1952, Kisah Dari Eropa,

terjemahan,Tanah Gersang, novel 1954, Perempuan, cerpen 1956.

16. Zuber Usman

- Puteri Bunga Karang

- Tamasya dengan Perahu Bugis

Selain nama-nama tersebit, masih banyak nama lainnya antara lain:

Rustandi Kartakusumah, Trisno Sumarjo, Bakri Siregar, Bachrun Rangkuti, Matu Mona,

Laurens Koster Bohang, A>A. Katili, Samiati Alisjahbana, Buyung Saleh, Suwandi Citrowasito,

Ashar Munir Sjamsul, Karim Halim.

Sumber:http://id.shvoong.com/humanities/theory-criticism/2299092-nama-pengarang-angkatan-45-beserta/#ixzz2ipaE8hFe

Page 5: penafsiran puisi angkatan 45 & 66

AKU - CHAIRIL ANWAR(ANGKATAN 45)

Kalau Sampai Waktuku Ku Mau Tak Seorang Kan Merayu Tidak Juga Kau Tak Perlu Sedu Sedan Itu

Aku Ini Binatang Jalang Dari Kumpulannya Terbuang Biar Peluru Menembus Kulitku Aku Tetap Meradang Menerjang Luka Dan Bisa Kubawa Berlari Berlari Hingga Hilang Pedih Perih Dan Aku Akan Lebih Tidak Perduli Aku Mau Hidup Seribu Tahun Lagi

BENDERA – TAUFIK ISMAIL(ANGKATAN 66)

Mereka yang berpakaian hitamTelah berhenti di depan sebuah rumahYang mengibarkan bendera dukaDan masuk dengan paksa

Mereka yang berpakaian hitamTelah menurunkan bendera ituDi hadapan seorang ibu yang tua”Tidak ada pahlawan meninggal dunia!”

Mereka yang berpakaian hitamDengan hati yang kelamTelah meninggalkan rumah ituTergesa-gesa

Kemudian ibu tua ituPerlahan menaikkan kembaliBendera yang dukaKe tiang yang duka

Page 6: penafsiran puisi angkatan 45 & 66

1.      Puisi Chairil Anwar (Angkatan 45)Bahasa yang diciptakan Chairil Anwar merupakan bahasa Indonesia yang terbebas dari pola

bahasa Melayu. Ia menciptakan bahasa yang lebih demokratis. Hal ini dapat kita lihat dalam sajak “Aku” yang benar-benar bercorak baru dan memiliki gaya bahasa yang khas yang hanya dipunyai oleh Chairil Anwar.

Berikut ini adalah salah satu karya Chairil Anwar yang berjudul “Aku”.

AKU(Chairil Anwar)

Kalau sampai waktuku'Ku mau tak seorang kan merayu

Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitkuAku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlariBerlari

Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

(Kerikil Tajam, 1946)

Bait I puisi ini menegaskan ketika waktu mungkin kematian atau suatu pencapaian) si aku telah sampai, ia tidak mau ada orang yang menahan/mencegahnya. Walaupun si aku menderita dan tersiksa (oleh sakit) namun semangat untuk maju tidak bias dihalangi lagi. Rasa sakit itu tidak rasakannya demi mencapai cita-cita.      Karena kehendak untuk bebas, ia mengumpamakan diri sebagai binatang jalang yang tidak memiliki ikatan dengan apa pun juga (dari kumpulannya terbuang).

Page 7: penafsiran puisi angkatan 45 & 66

      Kesakitan psikis (hati) karena tidak diakui oleh suatu kelompok (biar peluru menembus kulitkuI) oleh si aku digunakan untuk lebih keras memberontak terhadap nasib (meradang menerjang). Larik-larik ini mencerminkan diri Chairil yang meskipun sakit namun terus bersemangat dalam berkarya tanpa memperdulikan penyakitnya ini.

      Ada pun cirri-ciri dari Puisi Chairil Anwar yang berjudul “Aku” antara lain adalah :

1.      Bebas yang tidak terikat oleh pembagian bait, baris, dan persajakan,2.      Aliran yang dianut adalah ekspersionisme dan realisme,3.      Kosa katanya adalah bebas adalah bahsa sehari-hari,4.      Gaya bahsa Metafora dan Simbolik,5.      Gaya pernyataan pikiran berkembang,6.      Menggunakan gaya bahsa ironi dan sinisme.

2.      Puisi Chairil Anwar (Angkatan 45)

DIPONEGORO(Chairi Anwar)

Di masa pembangunan inituan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi apiDi depan sekali tuan menanti

Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.

Pedang di kanan, keris di kiriBerselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJUIni barisan tak bergenderang-berpalu

Kepercayaan tanda menyerbu.

Page 8: penafsiran puisi angkatan 45 & 66

Sekali berartiSudah itu mati.

MAJUBagimu Negeri

Menyediakan api.Punah di atas menghamba

Binasa di atas ditindasSesungguhnya jalan ajal baru tercapai.

Jika hidup harus merasa Pada puisi DIPONEGORO karya Chairil anwar ini juga mengandung karakteristik bahasa, bentuk, isi dan bahasa yang puitis. Karakteristik bahasa pada puisi ini dapat ditunjukkan dalam pemilihan kata-kata yang bagus, seperti/ Di masa pembangunan ini /, /tuan hidup kembali/, /Dan bara kagum menjadi api/. Dalam baris ini penyair mengunakan diksi yang cukup bagus dan cukup sulit untuk di mengerti, hal itu dimaksudkan agar pembaca bisa menerka-nerka apa sebenarnya maksud yang ingin disampaikan, yang memiliki makna denotasi dan konotasi. Dalam puisi DIPONEGORO lebih cenderung untuk menggunakan Imajeri Visual dengan menggambarkannya melalui bahasa atau diksi seperti: Di depan sekali tuan menanti/ Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali/ Pedang di kanan, keris di kiri/ Berselempang semangat yang tak bisa mati/.

Bahasa kias yang terdapat pada puisi ini sebagian besar menggunakan majas personifikasi dan hiperbola. Itu ditandai dengan banyaknya benda yang disamakan dengan manusia, benda-benda tersebut seolah-olah dapat berbuat sesuatu, berpikir dan melakukan kegiatan seperti layaknya manusia dan melebihkan-lebihkan sesuatu yang terkadang tidak masuk akal. Seperti kata-kata berikut /Dan bara kagum menjadi api/. Dan pengunaan majas hiperbola, seperti pada baris berikut /Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali/.

Dalam puisi DIPONEGORO ini Chairil Anwar juga mengunakan gaya bahasa penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa kali untuk menegaskan arti (Repetisi), hal itu dapat kita lihat seperti dalam contoh berikut ini:MAJUMAJUBagimu …….Maju……….Sedangkan untuk rima yang terdapat pada puisi DIPONEGORO ini penyair mengunakan rima asonansi, yaitu perulangan bunyi vokal yang terdapat pada baris baris puisi yang menimbulkan irama tertentu. Hal itu dapat kita lihat dari baris berikut ini: Di depan sekali tuan menanti      Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.………

Sedangkan dari segi isi sendiri chairil anwar menceritakan tentang pangeran diponegoro yang gagah berani, di sini pangeran diponegoro di gambarkan sebagai tokoh yang sangt berani. Hal itu bias kita lihat dari sajak yang berbunyi: /Di depan sekali tuan menanti/ Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali/. Pada sajak di depan sekali tuan menanti bias diartikan bahwa pangeran diponegoro berada pada barisan paling depan dan sedang menungu anak buahnya. Sedangkan

Page 9: penafsiran puisi angkatan 45 & 66

sajak yang berbunyi Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali bias diartikan bahwa pangeran diponegoro tidak gentar ataupun takut meskipun lawanya jauh lebih banyak. Selain itu sajak /MAJU/ Ini barisan tak bergenderang-berpalu/ Kepercayaan tanda menyerbu/ juga mengambarkan kepribadian seorang pangeran diponegoro yang berwibawa. Kata-kata MAJU disini bias diartikan bahwa pageran diponegoro mengintruksikan kepada anak buahnya untuk menyerang. Sedangkan sajak Ini barisan tak bergenderang-berpalu bias di artikan bahwa barisan dari pasukan pangeran diponegoro tidak ada bunyi gendering yang mengiringinya atau tidak ada yang member semangat kepada rombongan pasukan pangeran diponegoro. Dan untuk sajak Kepercayaan tanda menyerbu bisa di artikan bahwa hanya kepercayaan yang membuat mereka berani berperang, dan tentusaja kepercayaan di sini yang di maksud adalah kepercayaan sekelompok perajurit bahwa nantinya pemimpinya akan membawa mereka kepada kemenangan.

Page 10: penafsiran puisi angkatan 45 & 66

3.      Puisi Asrul Sani (Angkatan 45)

MANTERAAsrul Sani

Raja dari batu hitam,Di balik rimba kelam,

Naga malam,Mari kemari!

Aku laksamana dari lautan menghentam malam hariAku panglima dari segala burung rajawaliAku tutup segala kota, aku sabar segala api

Aku jadikan belantara, jadi hutan matiTapi aku jaga supaya janda-janda tidak diperkosa

Budak-budak tidur dipangkuan bundasiapa kenal daku, kan kenal bahagia

Tiada takut pada pitam,Tiada takut pada kelam

Pitam dan kelam punya akuRaja dari batu hitam,Di balik rimba kelam,

Naga malam,Mari kemari!

Jaga segala gadis berhias diriBiar mereka pesta dan menari

Meningkah rebanaAku akan menyanyi,

Page 11: penafsiran puisi angkatan 45 & 66

Engkau berjaga daripada api timbul apiMereka akan terima cintakuSiapa bercinta dengan aku

Akan bercinta dengan tiada hariRaja dari batu hitam,Di balik rimba kelam,

Naga malam,Mari kemari,Mari ke mari,

Mari!

Dalam puisi “mantera” karya Asrul Sani terdapat karakteristik bahasa, bentuk, dan isi karakteristik bahasa pada puisi ini terletak pada unsur diksinya, hal ini terlihat pada pilihan kata: /raja/’ memiliki imaji estetik ‘seseorang atau sesuatu yang memiliki kekuasaan’. /batu hitam/’ mengacu pada sesuatu yang keras, gelap’/ rimba kelam/’penuh keseraman’/ naga malam/’sosok yang berani’ /aku/ ‘ penujukan pada dirinya’ /lautan/ ‘penggambaran terhadap sesuatu yang lapang’ /burung rajawali/ ‘penunjukan pada sesuatu yang kuat’.

Adanya diksi yang memiliki arti yang bukan hanya ada dalam kata-kata tersebut dapat dikatakan bahwa puisi tersebut memiliki makna konotasi. Unsur kepuitisan pada sajak “Mantera” pada bahasa kiasan (figurative language). Bahasa kiasan(figuratif language) menyebabkan sajak menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, hidup dan terutama menimbulkan kejelasan angan. Dalam sajak ini, bahasa kiasan yang digunakan ialah metafora untuk mengungkapakan keindahan dari pilihan kata. Hal tersebut terlihat pada larik: /aku laksamana dari lautan menghentam malam hari/ aku panglima dari segala burung rajawali/../. Kejelasan angan atau gambaran yang jelas dalam sajak “mantera” juga dilahirkan dalam rangkaian kata-kata yang menimbulkan suasana yang khusus untuk membuat (lebih) hidup. Hal ini untuk menciptakan gambaran dalam pikiran dan penginderaan dan juga menarik perhatian. Gambaran-gambaran tersebut disebut citraan(imageri). Citraan(imagery) yang digunakan dalam sajak Asrul Sani tersebut ialah pencitraan pengelihatan yang terdapat dalam larik: / Raja dari batu hitam/ Di balik rimba kelam/.

Dari segi unsur isi puisi ini memiliki tema keberanian , yang mana unsur stema tergambarkan pada larik: /Tiada takut pada pitam/ Tiada takut pada kelam /Pitam dan kelam punya aku/ Raja dari batu hitam/ menggambarkan bahwa dia itu sosok yang pemberani dan mampu melindungi kaum yang lemah. Unsur Nada dan Suasana puisi yang terlukiskan pada puisi tersebut adalah suasana seram tapi keseraman suasana tersebut tercairkan oleh kata-kata yang di sampaiakannya. Contoh bentuk pencairan suasana itu terlihat dari bentuk seruan yang diutarakan oleh penyair. Selain itu dalam kaitannya dengan unsur amanat, puisi mengandung amanat bahwa kita tidak perlu takut pada suatu kekuatan apapun, dan sebagai seseorang yang kuat kita harus mampu membantu orang yang lemah dan akaum teraniyaya, yanag amana dalam puisi tersebut digambarkan dengan pilihan kata : / janda-janda/ budak-budak/.

Page 12: penafsiran puisi angkatan 45 & 66

Dari segi unsur bentuk, keindahan puisi tersebut terlihat pada perualangan bunyi yang ditimbulkan dari rima. Melalui unsur rima yang terlihat pada akhir setiap larik yaitu perulangan bunyi /am/ keindahan puisi ini dapat dirasakan, hal ini terlihat pada larik: /raja dari batu hitam/di balik rimba kelam/naga malam/…/ tiada takut pada pitam/ tiada takut pada kelam . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa unsur estetis pada puisi “Mantra” karya Asrul Sani terlihat dari unsur bahasa, bentuk, dan isi. Diksi, gaya bahasa, imajinasi (citraan), tema, amanat, suasana dan perulangan bunyi yang digunakan pada puisi tersebut mampu mewakili makna puisi. Dari penggunaan unsure-unsur terlihat bahwa seorang Asrul Sani ingin menunjukkan pandangan hidupnya yang moralis, hal ini terlihat pada pilihan kata yang digunakan untuk menyusun larik puisi. Selain berpandangan moralis Asrul sani juga bersikap melankolis dalam mengungkapkan estetik mengenai pandangan hidupnya, hal tersebut terlihat pada larik/…/mereka akan terima cintaku/ siapa bercinta dengan aku/ akan bercinta dengan tiada hari/…/.

Puisi-puisi diatas adalah Puisi Periode tahun 1945-1953 yang disebut angkatan 45, ciri-ciri puisi umum puisi pada angkatan ini adalah sebagai berikut :

1.      Puisi berbentuk puisi baru, bukan pantun atau syair lagi (Sastra Lama);2.      Bentuknya lebih bebas dari pada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun

rima;3.      Bercorak lebih bebas, tidak terikat pembagian bait, baris, atau rimanya;4.      Puisi diatas menggunakan gaya bahasa ironi, sinisme, metafora dan simbolik;5.      Beraliran ekspresionisme, romantis, realisme dan bertema kepahlawanan;6.      Bahasanya menggunakan bahasa sehari-hari, lebih mementingkan isi daripada bentuk

bahasanya;7.      Gaya pernyataan pikiran lebih berkembang sehingga membuat puisi lebih menarik;8.      Puisi berisi tentang individualisme dan mengemukakan masalah kemasyarakatan sehari-hari

terutama dengan latar perang kemerdekaan;9.      Lebih banyak mengemukakan masalah kemanusiaan yang universal, baik dalam masalah

percintaan maupun masalah perjuangan kemerdekaan;10.  Filsafat eksistensialisme mulai dikenal, terutama Chairil Anwar yang merupakan pelopor Sastra

Baru di Indonesia.http://okto10.blogspot.com/2013/10/puisi-angkatan-1945.html

Page 13: penafsiran puisi angkatan 45 & 66

Analisis Puisi "CATETAN TH. 1946"

CATETAN TH. 1946

1 Ada tanganku, sekali akan jemu terkulai,2 Mainan cahya di air hilang bentuk dalam kabut,

I 3 Dan suara yang kucintai kan berhenti membelai4 Ku pahat batu nisan sendiri dan kupagut5 Kita – anjing diburu – hanya melihat sebagian sandiwara6                                                                               sekarang7 Tidak tahu Romeo & Yuliet berpeluk di kubur atau di ranjang

II 8 Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu9 Keduanya harus dicatat, keduanya dapat tempat10 Dan kita nanti tiada lagi, sawan diburu11 Jika bedil sudah disimpan, cuma kenangan berdebu

III 12 Kita memburu arti atau diserahkan kepada anak lahir sempat,13 Karena itu jangan mengerdip, tetap dan penamu asah,14 Tulis karena kertas gerdang, tenggorakan kering sedikit demi sedikit mau15                                                                                                            basah!

Parafrasa

Si aku menyadari bahwa ada saatnya tangannya dan tubuhnya tidak berdaya, lemas dan tidak dapat melakukan apa- apa, seperti orang mati. Pandangan si aku juga sudah tidak jelas seperti dulu lagi. Bahkan orang- orang yang disayanginya pun pergi meninggalkannya sendiri. Karena semua orang sudah pergi, ia hidup sendiri. Sampai si aku harus memahat batu nisannya sendiri dan mengubur jasadnya bila si aku mati karena tidak ada orang lain yang akan melakukan itu semua kepadanya saat si aku mati nanti. Dan si aku akan terus hidup dalam ketakutannya, ia

Page 14: penafsiran puisi angkatan 45 & 66

juga melihat dan menganggap kehidupan yang dijalani hanyalah seperti sebuah sandiwara. Hidupnya juga penuh dengan ketidak pastian.

Diibaratkan seperti saat berperang, muncul tokoh yang menjadi pahlawan dan membunuh lawan- lawannya. Dan semuanya itu harus dikenang dan harus ada tempat di hati si aku. Sehingga hidup si aku tidak lagi dalam ketakutan. Saat peperangan itu usai, si aku tidak akan begitu saja melupakan peristiwa itu, ia akan selalu ingat kenangan pahit itu.

Harus mengisi kekosongan dengan hal yang positif dan harus memberi kesempatan kepada generasi penerusnya. Tetapi walaupun si aku sudah mempercayakan kekosongan itu kepada generasinya, ia harus tetap ikut berjuang dan tetap waspada. Mari isi kekosongan dalam hidup dengan satu tekad untuk kerja keras dan menunjukkan  prestasi yang baik.

1 Klasifikasi Bentuk Puisi

1.1     Bunyia.       Sajak Asosiansi bentuk vokal “i”

Dan suara yang kucintai kan berhenti membelaiDan kita nanti tiada lagi, sawan diburu

b.      Sajak Aliterasi           Bentuk konsonan “t”

Keduanya harus dicatat, keduanya harus dapat tempat           Bentuk konsonan “r”

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribuTulis karena kertas gersang, tenggorokan kering sedikit mau basah!

Sajak- sajak ini berfungsi untuk memperdalam ucapan dan menimbulkan rasa (mempertegas makna dari kata- kata tersebut). Yang paling dominan adalah sajak aliterasi dengan kemunculan sebanyak 9 dengan konsonan “r” dalam 2 baris puisi.

1.2     Kata dan Kosa Kataa.      Pemilihan kata (diksi)           “Mainan cahya di air hilang bentuk dalam kabut”

Kata cahya yang sebenarnya berasal dari kata cahaya. Berfungsi untuk memperindah (imajinasi estetik).

         “Ku pahat batu nisan sendiri dan kupagut”Kata kupagut  yang memiliki arti memeluk dengan erat ini, dalam puisi ini berfungsi untuk mewakili curahan perasaan dan pikiran.

b.        Kosa kata         ”Jika bedil sudah disimpan, cuma kenangan berdebu”

Page 15: penafsiran puisi angkatan 45 & 66

Kata bedil merupakan kosa kata yang menggunakan bahasa sehari- hari yang artinya senjata (salah satu alat perang).

1.3     CitraanAda tanganku, sekali akan jemu terkulai,               (Kinaesthetic imagery)Mainan cahya di air hilang bentuk dalam kabut, (Visual imagery)Dan suara yang kucintai kan berhenti membelai                                    (Kinaesthetic imagery)Ku pahat batu nisan sendiri dan kupagut          (Kinaesthetic imagery)Kita – anjing diburu – hanya melihat sebagian sandiwarasekarang                           (Visual imagery)Tidak tahu Romeo & Yuliet berpeluk di kubur atau di ranjang                                            (Kinaesthetic imagery)Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu             (Kinaesthetic imagery)Keduanya harus dicatat, keduanya dapat tempat.(Kinaesthethic imagery)

Dan kita nanti tiada lagi sawan diburu                 (Kinaesthethic imagery)Jika bedil sudah disimpan, Cuma kenangan berdebu                 (Kinaesthetic imagery)Kita memburu arti atau diserahkan kepada anak lahir sempat,                    (Kinaesthetic imagery)Karena itu jangan mengerdip, tetap dan penamu asah,                      (Kinaesthetic imagery)Tulis karena kertas gersang, tenggorokan kering sedikitbasah!                                   (Tactual imagery)

1.4     Simbol         Tangan melambangkan kekuatan        Batu nisan melambangkan kematian         Anjing diburu melambangkan ketakutan        Romeo dan Yuliet melambangkan hidup seperti sandiwara

Page 16: penafsiran puisi angkatan 45 & 66

         Bedil melambangkan peperangan        Penamu melambangkan terus berkarya        Kertas gersang melambangkan kekosongan

1.5     BarisEnjamblement

         Kita – anjing diburu – hanya melihat sebagian sandiwara                                                                                     sekarang        

Tulis karena kertas gerdang, tenggorakan kering sedikit demi sedikit mau                                                                                                                 basah!

1.6     Gaya Bahasaa.    Pada baris : ”Ada tanganku, sekali akan jemu terkulai” menggunakan majas

perbandingan sinekdoki pars pro toto (menyebutkan untuk keseluruhan) yaitu “tangan” untuk menyatakan keseluruhan diri si aku yang jemu terkulai menggambarkan si aku tak berdaya lagi. Dipergunakan itu karena tangan itu merupakan pusat kekuatan bekerja. Jika tangan terkulai berarti orang sudah tidak dapat bekerja dan berusaha lagi.

b.    Pada baris : “Dan suara yang kucintai kan berhenti membelai” juga merupakan majas perbandingan sinekdoki pars pro toto menyatakan orang yang memiliki suara itu, yaitu orang-orang yang dicintai si aku. Orang yang dicintai si aku sangatlah berarti, sampai saat orang- orang itu menghilang, seakan si aku tidak memperoleh suatu kehidupan lagi karena si aku sangat merasa kehilangan.

c.    Retorika hiperbola “jangan mengerdip” untuk menyatakan berusaha penuh perhatian dan terus-menerus sehingga mata pun tidak berkedip.

d.   Metaforik dan hiperbolik “kertas gersang” untuk menyatakan kehidupan yang kosong dicitra-visualkan dan dikiaskan.

1.7     TipografiPuisi ini terdiri dari 3 bait dan mempunyai 15 baris (larik) termasuk didalamnya terdapat 2 enjamblement.

2.     Klasifikasi Isi Puisi

2.1     Nada dan Suasana

Suasana pada 3 ”Dan suara yang kucintau kan berhenti membelai”

Page 17: penafsiran puisi angkatan 45 & 66

Menyedihkan baris4

“Ku pahat batu nisan sendiri dan kupagut “

Suasana Penegangkan

pada baris

5“Kita – anjing diburu – hanya melihat sebagian sandiwara                                                                              sekarang”

7 “Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu”

2.2     IntensionKita manusia adalah makhluk sosial, yang sudah di kodratkan hidup berdampingan dengan manusia lain. Akan tetapi dalam puisi ini di gambarkan secara nyata, bahwa ada saatnya kita akan hidup sendiri tanpa ada orang lain disamping kita. Mungkin itu merupakan petaka bagi setiap insan manusia karena harus merasakan kesendirian, kesepian yang teramat dalam. Apa yang dialami manusia, pada dasarnya sudah ditentukan oleh Tuhan. Dan Tuhan punya rencana buat hidup kita awal sebelum kita tercipta. Tidak akan kita menghadapi perkara yang jauh dari kemampuan kita. Kita tidak boleh menyerah dan terpuruk dalam perkara yang kita hadapi.

2.3     PesanSuatu keberhasilan berasal dari apa yang telah kita perbuat. Tanpa adanya suatu tindakkan aktif dari kita, kita mustahil akan mendapatkan keberhasilan itu. Butuh

 suatu keinginan untuk terus berjuang. Karena dengan keinginan atau tekad yang kuat secara otomatis dalam diri kita akan muncul suatu kekuatan yang menggerakkan hati dan pikiran kita untuk terus berjuang untuk sesuatu yang  kita pertahankan atau perjuangkan.

2.4     TemaPerjuangan

3.     Hubungan antara Bentuk dan Isi Puisi

Disini unsur bentuk dan isi puisi saling terkait atau berhubungan satu dengan yang lain. Dengan adanya unsur bentuk ini, kita dengan mudah mengerti apa isi puisi itu. Contohnya dengan kita memahami simbol dan pencitraan yang ada dalam puisi itu kita akan mengerti makna dari larik (baris) puisi tersebut atau setidaknya dapat membantu kita untuk memahami makna di balik puisi tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa antara bentuk dan isi puisi saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan.

Page 18: penafsiran puisi angkatan 45 & 66

KESIMPULAN

Puisi Catetan Th. 1945 ini memiliki keunikan dalam penyampaian makna dibalik setiap kata dan

kalimatnya. Kalau kita menganalisis puisi ini, mungkin satu dengan yang lain akan memiliki

perbedaan. Makna dari puisi ini dapat ditinjau dari segala segi atau aspek kehidupan. Dan ada

beberapa kata yang digunakan dan itu sulit untuk dimengerti apa maksud dari kata tersebut.

Itulah keunikan dari puisi ini.

Nilai estetika dari puisi ini terdapat pada bunyi dan pemilihan katanya yang mempunyai kesan

indah baik didengar ataupun saat dibacakan. Disamping itu puisi ini juga ada nilai moralnya,

puisi ini dapat memupuk rasa nasionalisme.http://lingmey-mey.blogspot.com/2013/02/analisis-puisi-catetan-th-1946.html

Page 19: penafsiran puisi angkatan 45 & 66

APRIL20ANALISIS PUISI "DENGAN PUISI, AKU" KARYA

TAUFIQ ISMAILPuisi “Dengan Puisi, Aku”

DENGAN PUISI, AKU

Dengan puisi aku bernyanyiSampai senja umurku nantiDengan puisi aku bercintaBerbatas cakrawalaDengan puisi aku mengenangKeabadian Yang Akan DatangDengan puisi aku menangisJarum waktu bila kejam mengirisDengan puisi aku mengutukNafas zaman yang busukDengan puisi aku berdoaPerkenankanlah kiranya

1965            (Tirani dan Benteng, hlm. 62)

3.    PembahasanAnalisis yang dilakukan pada puisi “Dengan Puisi, Aku” mencakup beberapa aspek atau

unsur dalam suatu puisi, antara lain: (1) jenis puisi, (2) bunyi  dan rima, (3) citraan dan (4) penafsiran puisi.

3.1 Jenis Puisi            Puisi “Dengan Puisi, Aku” karya Taufiq Ismail ini termasuk dalam jenis puisi diaphan. Hal ini karena pembaca dapat dengan mudah mengerti maksud yang ingin disampaikan Taufiq Ismail. Walaupun menggunakan penggabungan kata-kata yang menyebabkan bahasa kias tetapi pembaca masih dapat dengan mudah menerjemahkan isi dari puisi tersebut. Berikut penggalan puisi yang menggunakan bahasa kias, tetapi masih dapat dipahami isinya oleh pembaca.      

Dengan puisi aku bernyanyiDengan puisi aku bercintaDengan puisi aku mengenangDengan puisi aku menangis

3.2 Bunyi dan Rima            3.2.1 Bunyi                        Dalam sebuah puisi, bunyi tidak hanya memperindah bacaan puisi bersangkutan. Tetapi juga dapat meciptakan gambaran dalam angan-angan pembacanya. Bunyi juga dapat menciptakan suasana, sehingga kesedihan, keterpencilan, kerisauan, dan suasana-suasana yang

Page 20: penafsiran puisi angkatan 45 & 66

lain yang diharapkan dapat dirasakan oleh pembacanya dapat terpenuhi akibat pemilihan bunyi pada puisi bersangkutan (Suharianto, 2005: 22).                        Dalam puisi “Dengan Puisi, Aku” pembaca diharapkan merasakan bagaimana kecintaan Taufiq Ismail dalam berpuisi. Karena Bagi Taufiq, puisi adalah sebuah nyanyian, dan ia berniat bernyanyi sampai akhir hayat, karena nyanyian yang indah menyenangkan pendengarnya (Sayuti, 2005:9).

3.2.2 RimaRima adalah pengulangan bunyi yang sama dalam puisi yang berguna untuk menambah

keindahan suatu puisi. Dalam persajakan rima dapat dibedakan menurut: bunyi dan letak dalam baris.                        3.2.2.1 Rima Awal

Dengan puisi aku bernyanyi.............................................Dengan puisi aku bercinta.............................................Dengan puisi aku mengenang.............................................Dengan puisi aku menangis............................................Dengan puisi aku mengutuk.........................................Dengan puisi aku berdoa.........................................

3.2.2.2 Rima Akhir

Dengan puisi aku bernyanyiSampai senja umurku nantiDengan puisi aku bercintaBerbatas cakrawalaDengan puisi aku mengenangKeabadian Yang Akan DatangDengan puisi aku menangisJarum waktu bila kejam mengirisDengan puisi aku mengutukNafas zaman yang busukDengan puisi aku berdoaPerkenankanlah kiranya

3.3 CitraanCitraan merupakan gambaran yang timbul dalam khayal atau angan-angan pembaca puisi

atau karya sastra umum. Gambaran dalam angan-angan seperti itu sengaja diupayakan oleh penyair agar hal-hal yang semula abstrak menjadi konkret, agar menimbulkan suasana khusus dan mengesankan (Suharianto, 2005 : 40). Citraan yang biasanya muncul dalam puisi antara lain: citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan perabaan, citraan penciuman, citraan gerak, dan citraan pencecapan.

Page 21: penafsiran puisi angkatan 45 & 66

3.3.1 Citraan penglihatan            Citraan ini merupakan citraan saat penglihatan digugah untuk mencoba merasakan apa yang ingin penyair sampaikan. Dalam puisi “Dengan Puisi, Aku” tidak terdapat citraan jenis ini.3.3.2 Citraan Pendengaran

Citraan ini merupakan citraan manakala indra pendengaran akan digugah untuk merasakan maksud yang ingin disampaikan oleh penyair. Dalam puisi “Dengan Puisi, Aku” tidak terdapat citraan jenis ini.

3.3.3 Citraan PerabaanCitraan ini merupakan citraan yang bertujuan menggugah indra peraba, sehingga dapat

merasakan maksud yang ingin disampaikan oleh penyair...................................Jarum waktu bila kejam mengiris..................................

Pembaca diharapkan merasakan seperti teriris ketika mendengar dan membaca baris puisi tersebut.

3.3.4 Citraan Penciuman                   Citraan ini merupakan citraan yang bertujuan menggugah indra penciuman, sehingga dapat merasakan maksud yang ingin disampaikan oleh penyair.            .........................................            Nafas zaman yang busuk            .........................................

3.3.5 Citraan Gerak              Citraan jenis ini merupakan citraan yang menggambarkan gerak, atau menggambarkan sesuatu yang sesungguhnya tidak bergerak, tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak. Dalam puisi “Dengan Puisi, Aku” tidak terdapat citraan jenis ini.

3.3.6 Citraan PencecapanCitraan ini merupakan citraan saat pencecapan digugah untuk mencoba merasakan apa

yang ingin penyair sampaikan. Dalam puisi karya Taufiq Ismail ini tidak terdapat citraan jenis ini.

3.4. Penafsiran PuisiDengan puisi aku bernyanyiSampai senja umurku nanti

Puisi ini adalah ungkapan seorang Taufiq Ismail,  puisi adalah sebuah nyanyian, dan ia berniat bernyanyi sampai akhir hayatnya, karena nyanyian yang indah dapat menyenangkan pendengarnya.

Dengan puisi aku bercintaBerbatas cakrawala

Puisi adalah cinta, yang luas maknanya karena cinta itu universal dan bisa disampaikan melalui puisi.

Dengan puisi aku mengenangKeabadian Yang Akan Datang

            Puisi adalah bagian dari  keimanan, aku mengenang artinya mengingat sang Pencipta untukKeabadian yang akan datang, untuk mengingatkan diri agar tak lekang mengenang hari akhir yang abadi.

Dengan puisi aku menangis

Page 22: penafsiran puisi angkatan 45 & 66

Jarum waktu bila kejam mengiris            Puisi juga media untuk meratap, menangis, bila kesedihan tak tertahankan yang diakibatkan diiris oleh waktu. Ketika waktu itu terlewati dengan hal-hal yang tidak bermanfaat tentunya kita akan menyesal bagai teriris pisau.

Dengan puisi aku mengutukNafas zaman yang busuk

Puisi adalah cara mengecam kezaliman, penindasan dan kesewenang-wenangan yang terasa buruk dan busuk, sekaligus sebagai saksi dari berbagai peristiwa sejarah.

Dengan puisi aku berdoaPerkenankanlah kiranya

Puisi adalah cara berdoa, cara untuk mengingat serta mendekatkan diri dengan sepenuh hati kepada Tuhan Yang Maha Pencipta.

4.      PenutupAnalisis yang dilakukan pada puisi “Dengan Puisi, Aku” mencakup beberapa aspek atau

unsur dalam suatu puisi, antara lain: (1) jenis puisi, (2) bunyi  dan rima, (3) citraan dan (4) penafsiran puisi. Jenis puisi pada puisi “Dengan Puisi, Aku” karya Taufiq Ismail ini berjenis puisi diaphan karena kata-kata kias pada isi puisi mudah dipahami oleh pembacanya. Bunyi dan rima puisi “Dengan Puisi, Aku” terdapat pada penempatan rima yang khas, seperti terdapat rima awal dan rima akhir. Citraan yang digunakan dalam puisi “Dengan Puisi, Aku” hanya ada dua citraan yaitu citraan penciuman dan citraan perabaan. Penafsiran puisi “Dengan Puisi, Aku” adalah sepenuhnya bagaimana kita sebagai pembaca puisi dapat memanfaatkan media puisi sebagai media yang baik dan bermanfaat untuk kehidupan di sekitar kita.http://mazdzarberbagi.blogspot.com/2010/04/analisis-puisi-dengan-puisi-aku-karay.html