sap tb fix

Upload: annisa-rahmawati

Post on 04-Mar-2016

218 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

SAP

TRANSCRIPT

BAB IILAMPIRAN MATERI

1. PengertianTuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Smeltzer, 2000).Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang bervariasi, akibat kuman mycobacterium tuberculosis sistemik sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru-paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Mansjoer, 2000).

2. EtiologiTuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 m dan tebal 0,3-0,6 m dan digolongkan dalam basil tahan asam (BTA) (Adiatama, 2000).Karakteristik kuman Mycobacterium tuberculosis : kuman ini disebut juga basil dari Koch. Mycobacterium tuberculosis biasanya terdapat pada manusia yang sakit tuberculosis. Penularan terjadi melalui pernafasan. Kuman tuberculosis ini mengalami pertumbuhan secara aerob obligat, energi kuman ini didapat dari oksidasi senyawa karbon yang sederhana, pertumbuhannya lambat, waktu pembelahan sekitar 20 jam, pada pembenihan pertumbuhan tampak setelah 2-3 minggu. Daya tahan kuman tuberculosis lebih besar apabila dibandingkan dengan kuman lainnya karena sifat hidrofobik permukaan sel. Pada sputum kering yang melekat pada debu dapat tahan hidup 8-10 hari. Mycobacterium mengandung banyak lemak seperti lemak kompleks, asam lemak dan lilin. Dalam sel, lemak tergabung pada protein dan polisakarida. Komponen lemak inidianggap yang bertanggung jawab terhadap reaksi sel jaringan terhadap kuman tuberculosis. Lemak ini berperan pada sifat tahan asam. Sedangkan protein itu sendiri Mycobacterium mengandung beberapa protein yang menimbulkan reaksi tuberculin, protein yang terikat pada fraksi lilin dapat membangkitkan sensitivitas tuberculin, juga dapat merangsang pembentukan bermacam-macam antibodi (Mansjoer, 2000)..3. Tanda dan gejalaGambaran klinis Tuberkulosis mungkin belum muncul pada infeksi awal dan mungkin tidak akan pernah timbul bila tidak terjadi infeksi aktif. Bila timbul infeksi aktif klien biasanya memperlihatkan gejala:a. batuk purulen produktif disertai nyeri dadab. demam (biasanya pagi hari)c. malaised. keringat malame. gejala fluf. batuk darahg. kelelahanh. hilang nafsu makani. penurunan berat badan (Corwin, 2009).Menurut Mansjoer, (2000), Gejala klinik Tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: a. Gejala respiratorik 1) Batuk 3 minggu 2) Batuk darah 3) Sesak napas 4) Nyeri dada b. Gejala sistemik 1) demam2) rasa kurang enak badan (malaise), 3) keringat malam4) nafsu makan menurun (anoreksia)5) berat badan menurun

4. Cara PenularanSumber penularan adalah pasien tuberkulosis Basil Tahan Asam (BTA) positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab ( Darmanto, 2007).Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpapar kuman tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Depkes RI, 2007).Menurut Darmanto (2007), penularan TB Paru dapat terjadi jika seseorang penderita TB Paru berbicara, meludah, batuk, atau bersin, maka kuman-kuman TB Paru yang berada di dalam paru-parunya akan menyebar ke udara sebagai partikulat melayang (suspended particulate matter) dan menimbulkan droplet infection. Basil TB Paru tersebut dapat terhirup oleh orang lain yang berada di sekitar penderita. Basil TB Paru dapat menular pada orang-orang yang secara tak sengaja menghirupnya. Dalam waktu satu tahun, 1 orang penderita TB Paru dapat menularkan penyakitnya pada 10 sampai 15 orang disekitarnya.

5. Pengobatan Fase pengobatan TB Paru yaitu:a. Fase Intensif (Awal)Pada tahap ini penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT, Bila pengobatan tahap ini diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TBC BTA positif menjadi BTA negative(konversi) pada akhir pengobatan intensif. Lamanya pengobatan tahap awal ini adalah 2 bulan dengan hitungan 1 bulan 4 mingu/28 hari.b. Fase SisipanObat sisipan diberikan bila pada akhir intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan setiap hari selama 1-2 bulan.c. Fase LanjutanPada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Diberikan 3 kali dalam seminggu selam 4 bulan. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister(dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

Menurut Depkes RI (2003) tujuan pengobatan TB Paru adalah untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan. Salah satu komponen dalam DOTS adalah pengobatan paduan OATjangka pendek dengan pengawasan langsung dan untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).Prinsip pengobatan TB Paru:a. Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis (Isoniasid, Rifampisin, Pirasinamid, Streptomisin, Etambutol) dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman 9termasuk kuman persisten) dapat dibunuh.b. Dosis tahap intensif dan tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong.c. Pada tahap intensif (awal), penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung oleh PMO (Pengawas Menelan Obat) untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB Paru BTA positif menjadi BTA negative (konversi) pada akhir pengobatan intensif.d. Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah terjadi kekambuhan.e. Pengobatan pada ibu hamilTB pada ibu hamil harus diobati, karena jika tidak diobati dapat menyebabkan kecacatan, aborsi dan kematian. Pemilihan obat TB pada ibu hamil harus rasional dan memperhatikan potensial resiko yang dapat terjadi pada ibu dan janin yang dikandung. Oleh karena itu, dalam memilih obat untuk ibu hamil, harus diperhatikan indeks keamanan oabt tersebut pada ibu hamil. Berikut adalah indeks keamanan obat untuk ibu hamil (Anonim, 2007).f. Pengobatan pada ibu menyusuiMenurut WHO, prinsip pengobatan TB pada ibu menyusui tidak berbeda dengan pengobatan TB pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui. Seorang ibu menyusui yang menderita B harus mendapat OAT secara adekuat. Pemberian OAT yang tepat merupakan cara terbaik untuk mencegah penulran kuman TB pada bayinya. Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan dan bayi tersebut dapat terus disusui. Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan kepada bayi tersebut sesuai dengan berat badannya.

6. Pencegahan a. Mencegah dengan menjalankan pola hidup sehat dengan cara:1) Makan bergizi seimbang2) Istirahat cukup dan jangan tidur larut malam3) Tidak merokok (pasif maupun aktif)4) Menjemur kasur atau alas tidur teratur agar tidak lembab5) Membuka jendela rumah waktu pagi hari sampai sore hari6) Membuat ventilasi (lubang udara)Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas lubang ventilasi sebesar 10% dari luas lantai. Untuk luas ventilasi permanen minimal 5% dari luas lantai dan luas ventilasi insidentil (dapat dibuka tutup) 5% dari luas lantai. Udara segar juga diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan. Umumnya temperatur kamar 22-30C dari kelembaban udara optimum kurang lebih 60% (Tambayong, 2000).7) Mengatur pencahayan yang cukupUntuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas jendela kaca minimum 20% luas lantai. Jika peletakan jendela kurang baik atau kurang leluasa maka dapat dipasang genteng kaca. Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya basil TB, karena itu rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup (Somantri, 2007).8) Mengatur kelembapan udaraKelembaban udara dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan, dimana kelembaban yang optimum berkisar 60% dengan temperature kamar 22 30C. Kuman TB Paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab (Tambayong, 2000).9) Sebisa mungkin membatasi kepadatan hunianPersyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya dinyatakan dalam m2/orang. Luas minimum per orang sangat relatif tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia. Untuk rumah sederhana luasnya minimum 10 m2/orang (Corwin, 2009).b. Menurut (Adiatama, 2000) cara pencegahan terhadap penularan pasien TB Paru adalah:1) Bagi penderita, tutup mulut bila batuk2) Jangan buang dahak sembarangan, cara membuang dahak yang benar yaitu: Menimbun dahak dengan pasir Tampung dahak dalam kaleng berisi lysol, air sabun, spiritus, dan buang di lubang wc atau lubag tanah3) Memeriksakan anggota keluarga yang lain4) Makan-makanan bergizi (cukup karbohidrat, protein, dan vitamin )5) Istirahat yang cukup6) Memisahkan alat makan dan minum bekas pasien7) Hindari rokok8) Berikan Imunisasi BCG pada bayic. Ibu dengan TBC paruKuman TBC tidak melalui ASI sehingga bayi boleh menyusu. Ibu perlu diobati secara adekuat dan diajarkan pencegahan penularan pada bayi dengan menggunakan masker. Bayi tidak langsung diberi BCG oleh karena efek proteksinya tidak langsung terbentuk. Walaupun sebagian obat anti INH dengan dosis penuh sebagai profilaksis. Setelah 3 bulan pengobatan secara adekuat biasanya ibu sudah tidak menularkan lagi dan setelah itu pada bayi dilakukan uji Mantoux. Bila hasilnya negatif terapi INH dihentikan dan bayi diberi vaksinasi BCG (Ikatan Dokter Anak Indonesia).