sap hipertensi
DESCRIPTION
Satuan acara penyuluhan hipertensi pada lansiaTRANSCRIPT
KEPERAWATAN GERONTIKPROGRAM PROFESI NERS
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Oleh:KELOMPOK WISMA V (KENANGA)
Indah SeptiaraniAdis Ferosandi
Afen SidikAtika
Yudo PratamaPoppy Judika Nababan
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
HIPERTENSI PADA LANSIA
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik : Hipertensi
Sub Topik : Hipertensi pada lansia
Sasaran : Lansia wisma V (Kenanga)
Tempat : Panti Sosial tresna Werdha Warga Tama
Hari / Tanggal : Senin, 27 Juli 2015
Waktu : Pukul 10.00 – 10.30 WIB (1 x 30 menit)
A. Latar Belakang
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang sering kita jumpai di
Indonesia. Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di
negara berkembang. Survei penyakit yang dilakukan oleh Boedhi darmojo
menemukan prevalensi hipertensi tanpa atau dengan tanda penyakit jantung
hipertensi sebesar 33,3% (81 orang dari 243 orang tua diatas 50 tahun). Dari
hasil studi kasus didapatkan 68,4% termasuk hipertensi ringan, 28,1% hipertensi
sedang, dan 3,5% dengan hipertensi berat.
Hipertensi merupakan penyakit berbahaya yang membunuh secara diam-
diam karena tanda dan gejalanya adalah parameter yang pasti tentang penyakit
ini. Umumnya gejala dan tandanya sering dialami oleh orang yang tidak beresiko
tau atau tidak menderita penyakit ini. Hasil studi menunjukan satu dari empat
penderita hipertensi tidak tahu dirinya memiliki tekanan darah tinggi (lebih dari
atau sama dengan 140/90 mmHg) dan kondisi ini dapat mengancam jiwa.
B. Tujuan
1. Tujuan instruksional Umum
Setelah dilakukan proses penyuluhan kesehatan selama ± 30 menit,
diharapkan klien dapat memahami tentang Hipertensi
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan kesehatan, pasien diharapkan mampu:
a. Memahami pengertian hipertensi
b. Memahami penyebab hipertensi
c. Mengenali tanda dan gejala hipertensi
d. mengetahui pengobatan yang tepat untuk penderita hipertensi
e. Mengetahui komplikasi dari hipertensi
f. Mengetahui cara pencegahan terhadap hipertensi
C. Metode
Ceramah dan diskusi/tanya jawab
D. Media
Leaflet
E. Materi Penyuluhan
1. Pengertian Hipertensi
2. Penyebab hipertensi
3. Tanda dan gejala hipertensi
4. Penanganan yang tepat untuk penderita hiperten
5. Komplikasi hipertensi
6. Pencegahan hipertensi
(Materi Terlampir)
F. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara lisan dengan memberikan pertanyaan :
1. Apa pengertian hipertensi?
2. Jelaskan penyebab hipertensi!
3. Sebutkan tanda dan gejala hipertensi!
4. Jelaskan pengobatan untuk hipertensi!
5. Jelaskan komplikasi hipertensi!
6. Jelaskan pencegahan hipertensi!
G. Kegiatan Penyuluhan Kesehatan
Hari/Tgl/Jam
Tahap Kegiatan
Penyuluhan Kesehatan
Kegiatan Penyuluhan Kesehatan
Kegiatan Pasien dan keluarga
Senin,27 Juli 2015Pukul 10.00
– 10.30 WIB
1. Pembukaan(5 menit)
Mengucapkan salam.
Menyebutkan nama dan asal.
Menjelaskan tujuan.
Mengkaji tingkat pengetahuan Pasien tentang hipertensi
Audiens membalas salam.
Audiens menerima kehadiran mahasiswa dengan baik
Pasien memahami tujuan dengan baik.
Pasien berpartisipasi dalam diskusi awal.
2. Inti(20 menit)
Menjelaskan tentang pengertian, penyebab, tanda dan
Audiens mendengarkan dan memperhatikan
gejala, penanganan, komplikasi, pencegahan hipertensi
Memberi kesempatan pada Audiens untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas.
dengan baik.
Audiens mengajukan pertanyaan.
3. Penutup(5 menit)
Mengevaluasi materi penyuluhan kesehatan.Yang telah disampaikan
Mengucapkan terima kasih atas perhatian yang diberikan dan memberi salam penutup.
Audiens mampu menjawab/menjelaskan kembali.
Audiens membalas salam.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu gangguan pada sistem peredaran darah
dimana tekanan darah jauh diatas tekanan darah normal. Tekanan darah
normal pada orang dewasa adalah 120/80 mmHg (Rifqia, 2012).
Hipertensi alias tekanan darah tinggi merupakan penyakit yang paling
sering ditemukan dimasyarakat. Hipertensi terjadi pada saat aliran darah
memberikan tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh arteri
(Darmawan, 2012).
Hipertensi adalah salah satu penyebab terjadinya serangan jantung, gagal
ginjal dan stroke. Gaya hidup masyarakat yang lebih suka makan makanan
cepat saji, berlemak dan asin memicu timbulnya kolesterol tinggi. Kolesterol
tinggi juga merupakan penyebab timbulnya hipertensi (Susilo & Wulandari,
2012).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan abnormal
tekanan darah pada pembuluh darah arteri selama terus-menerus. Hipertensi
juga diartikan sebagai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90
mmHg. Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir sehingga
meningkatkan tekanan melawan dinding arteri (Udjianti, 2010).
Hipertensi didefinisikan sebagai level tekanan darah dimana level tekanan
tersebut intervensi terapeutik dapat menurunkan risiko perkembangan
penyakit kardiovaskuler. Risiko meningkat sesuai kedua level tekanan darah
yaitu sistolik dan diastolik (Aaronson & Ward, 2008).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan tekanan arteri rata-rata lebih tinggi
daripada batas atas nilai normal. Tekanan arteri rata-rata yang lebih tinggi dari
110 mmHg (normal sekitar 90 mmHg) dianggap hipertensi (Guyton & Hall,
2007).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah ketegangan yang tinggi dalam
arteri. Arteri adalah pembuluh yang membawa darah dari jantung ke seluruh
tubuh. Hipertensi juga didefiniskan sebagai tekanan darah yang melebihi
140/90 mmHg (Mc Gowan & Marry, 2006).
2. Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah dipengaruhi oleh empat sistem kontrol yang bereparan
antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem
renin angiotensin, dan autoregulasi vaskuler (Udjianti, 2010).
Baroreseptor arteri terdapat di sinus carotid, aorta dan dinding ventrikel
kiri. Baroreseptor berperan memonitor derajat tekanan arteri. Sistem
baroreseptor menghilangkan peningkatan tekanan arteri melalui mekanisme
perlambatan jantung oleh respon vegal (stimulasi parasimpatis) dan
vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis. Refleks kontrol sirkulasi
mempunyai peranan penting bagi baroreseptor yaitu jika tekanan baroreseptor
turun maka refleks kontrol sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sistemik dan
menurunkan tekanan arteri sistemik bila baroreseptor meningkat. Hal ini
berfungsi untuk menaikkan re-setting sensitifitas baroreseptor sehingga
tekanan meningkat secara tidak adekuat sekalipun penurunan tekanan tidak
ada.
Perubahan volume dan cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Jika
tubuh kelebihan air dan garam, tekanan darah meningkat yang mengubah
aliran vena ke jantung dan mengakibatkan peningkatan curah jantung. Jika
ginjal berfungsi adekuat, peningkatan arteri akan mengakibatkan peningkatan
diuresis dan penurunan tekanan darah. Kondisi yang menyebabkan terjadi
perubahan ambang tekanan pada ginjal dalam mengekskresikan garam dan air
akan meningkatkan tekanan arteri sistemik.
Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan tekanan
darah. Ginjal memproduksi renin yang merupakan enzim yang bekerja pada
substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin I, kemudian diubah
oleh converting enzym dalam paru menjadi angiotensin II kemudian menjadi
angiotensin III. Angiotensin II dan III memiliki aksi vasokonstriktor yang kuat
pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme kontrol terhadap pelepasan
aldosteron. Aldosteron sangat bermanfaat pada hipertensi terutama pada
aldoteronisme primer. Jika terjadi peningkatan aktifitas sistem simpatis,
angiotensin II dan III mempunyai efek inhibiting atau pengahambatan eksresi
garam (Natrium) yang berakibat terjadi peningkatan tekanan darah.
Sekresi renin yang tidak tepat diduga menjadi penyebab meningkatnya
tahanan perifer vaskular pada hipertensi esensial. Pada hipertensi, kadar renin
harus diturnkan karena peningkatan tekanan arterioral renal akan menghambat
sekresi renin. Namun, sebagian pada penderita hipertensi esensial mempunyai
kadar renin normal.
Peningkatan tekanan darah secara terus menerus akan menyebabkan
kerusakan pembuluh dara pada organ-organ vital. Hipertensi esensial
menyebabkan hyperplasia medial (penebalan) arteriole-arteriole. Pembuluh
darah menebal menyebakan perfusi jaringan menurun dan mengakibatkan
kerusakan organ tubuh seperti infark miokard, stroke, gagal jantung dan gagal
ginjal.
Autoregulasi vaskular adalah suatu proses mempertahankan perfusi
jaringan dalam tubuh relatif konstan. Bila aliran berubah, proses autoregulasi
akan menurunkan tahanan vaskular dan mengakibatkan pengurangan aliran,
sebaliknya akan meningkatkan tahanan vaskular akibat dari peningkatan
aliran. Autoregulasi vaskular merupakan mekanisme penting dalam terjadinya
hipertensi berkaitan dengan overload garam dan air.
Hipertensi maligna merupakan tipe hipertensi berat yang berkembang
secara progresif. Gejala hipertensi maligna antara lain morning headaches,
penglihata kabur, sesak napas atau dispnea, gejala uremia. Tekanan darah
sistolik >115 mmHg dan tekanan darah diastolik dengan rentang 130-170
mmHg. Hipertensi maligna dapat menyebakan risiko gagal ginjal, gagal
jantung kiri dan stroke.
Skema 2.1 Patofisiologi Hipertensi
Sumber : Udjianti (2011); Davey (2005); Robbins (2004) dengan modifikasi
3. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua (Casey, 2012)
yaitu:
a. Hipertensi Primer
Lebih dari 95% penderita hipertensi adalah hipertensi primer atau
esensial. Kondiisi hipertensi ini tidak mempunyai sumber yang
teridentifikasi. Banyak ahli mengatakan bahawa hipertensi primer
disebabkan oleh berbagai faktor seperti gaya hidup seperti diet, olahraga,
dan rokok. Diperkiran sekitar 50% dari populasi memiliki kesensitifan yang
lebih terhadap garam.
Tekanan darah
Faktor predisposisi dan presipitasi (faktor risiko)
Tekanan baroreseptor arteri menurun
Pengaturan volume cairan tubuh meningkat
Meningkatkan tekanan arteri sistemik
Peningkatan curah jantung
Autoregulasi vaskuler berubahSistem renin
angiotensin
Angiotensin I
Angiotensin II
Angiotensin III
Aldosteron
Volume intravaskuler
Aliran
Tahanan vaskuler
Beberapa faktor yang berkaitan dengan berkembangnya hipertensi
primer (Udjianti, 2010) antara lain :
1) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
berisiko tinggi mendapatkan penyakit ini
2) Jenis kelamin dan usia
Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca-menopause
berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi
3) Diet
Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi
4) Berat badan
Obesitas ( >25% diatas BB ideal) dapat memepengaruhi
berkembangnya hipertensi
5) Gaya hidup
Merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan
darah, bila gaya hidup menetap
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder muncul akibat kelainan fisik lainnya seperti
penyakit ginjal dan gangguan adrenal. Hanya 5-10% hipertensi disebabkan
oleh penyakit lain. Penyebab yang paling umum antara lain renal artery
stenosis (penyempitan arteri yang mensuplai darah ke ginjal) ,
hyperaldosteronism (produksi berlebih dari aldosteron) , hyperthyroidism
(tiroid menjadi hiperaktif) , pheochromocytoma (tumor yang langka dan
bukan kanker). Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain
penggunaan kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurogenik ( tumor otak,
ensefalitis, gangguan psikiatris), kehamilan, peningkatan volume
intravaskular, luka bakar dan stres.
Klasifikasi hipertensi menurut Joint National Committee of Detection,
Evaluasi dan Penanganan Tekanan Darah Tinggi, HT, Hipertensi (Aaronson
& Ward, 2008) yaitu :
a. Normotensi, tekanan sistolik <130 mmHg dan/atau diastolik <85 mmHg
b. Normal tinggi, tekanan sistolik 130-139 mmHg dan/atau diastolik 85-89
mmHg
c. HT derajat 1, tekanan sistolik 140-159 mmHg dan/atau diastolik 90-99
mmHg
d. HT derajat 2, tekanan sistolik 160-179 mmHg dan/atau diastolik 100-109
mmHg
e. HT derajat 3, tekanan sistolik >180 mmHg dan/atau diastolik >110 mmHg
4. Gejala dan Komplikasi Hipertensi
a. Gejala Hipertensi
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala
yang khusus. Banyak gejala yang dipercaya berhubungan dengan hipertensi
padahal bukan hipertensi seperti sakit kepala, perdarahan dari hidung
(mimisan), sakit kepala sebelah, wajah kemerahan, mata berkunang-kunang,
sakit tengkuk dan kelelahan. Gejala tersebut dapat terjadi pada penderita
hipertensi atau bukan hipertensi. Hipertensi menahun dan tidak diobati
timbul gejala seperti sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak napas,
gelisah, pandangan menjadi kabur yang disebabkan karena kerusakan otak,
mata, jantung dan ginjal (Susilo & Wulandari, 2012).
b. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi dapat merusak ginjal, kinerja otak, Jantung, kerusakan mata,
resistensi pembuluh darah, stroke (Susilo & Wulandari, 2012):
1) Ginjal
Hipertensi menyebabkan ginjal bekerja lebih keras sehingga sel-sel
pada ginjal akan cepat rusak. Pada tes darah, kadar serum kreatinin
meningkat mengindikasikan kerusakan pada ginjal. Tes seni terdapat
protein (proteinuria) dan terdapat microalbuminuria.
2) Otak
Pada penderita hipertensi umumnya akan mengalami kehilangan
kemampuan kognitif-memori, kehilangan pemecahan masalah, kurang
konsentrasi, dan kehilangan daya sehat pertimbanagn selama 25 tahun
mendatang. Kinerja otak terganggu karena pembentukan lepuh kecil
pada pembuluh darah otak (neurisma) yang bisa menyebabkan stroke
dan gagal jantung karena terjadi penyempitan dan pengerasan pembuluh
darah di jantung.
3) Jantung
Pada penderita hipertensi, memicu jantung untuk bekerja lebih
keras yang mengakibatkan terjadi kerusakan pada pembuluh darah
jantung, ginjal, otak dan mata. Jantung tidak bisa menjalankan fungsi
nya. Hipertensi menjadi penyebab serangan jantung.
4) Mata
Hipertensi menyebabkan perubahan pada retina. Pada penderita
hipertensi berat terjadi kerusakan, penyempitan pembuluh-pembuluh
darah kecil, kebocoran darah kecil (hemorrhage) pada retina dan
menyebabkan terjadinya pembengkakan saraf mata.
5) Retensi pembuluh darah
Penderita hipertensi mengalami kekakuan pada pembuluh darah
sehingga otot jantung bekerja keras untuk memompa darah melalui
pembuluh-pembuluh darah. Peningkatakan kerja ini menyebakan
kelainan-kelainan pada jantung seperti pembesaran otot jantung.
Pembesaran jantung menjadi pertanda gagal jantung, penyakit jantung
koroner, kelainan irama jantung (cardiac arrhythmias).
6) Stroke
Stroke disebabkan oleh hemorrhage (kebocoran darah atau leaking
blood) atau gumpalan darah (thrombosis) dari pembuluh darah yang
mensuplai ke otak. Stroke mengakibatkan kelemahan, kesemutan,
kelumpuhan, kesulitan bicara dan pandangan menjadi kabur.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi
Faktor risiko terjadi hipertensi dibagi menjadi dua yaitu faktor risiko yang
tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah (Benson, 2012) :
a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
1) Genetis
Jika dalam satu keluarga terdapat penderita hipertensi maka peluang
untuk menderita hipertensi semakin besar. Penelitian menunjukkan 25%
dari kasus hipertensi esensial memiliki dasar genetis. Beberapa
kesamaan yang muncul mungkin karena pengaruh lingkungan. Pola
makan anak, keterampilan menghadapi masalah, kebiasaan sehat
maupun tidak sehat sering dibentuk oleh lingkungan.
2) Usia
Tekanan darah tinggi biasanya terjadi pada lansia. Pada usia antara
30 dan 65 tahun, tekanan sistolik meningkat sebanyak 20 mmHg dan
terus meningkat setelah usia 70 tahun. Peningkatan risiko ini
menjelaskan tentang hipertensi sistolik terisolasi dan dihubungkan
dengan peningkatan peripheral vascular resistance (hambatan aliran
darah dalam pembuluh darah perifer-red) dalam arteri.
3) Jenis kelamin
Pria mengalami tanda-tanda hipertensi pada usia akhir tiga puluhan
dan wanita sering mengalami hipertensi setelah menopause. Tekanan
darah wanita khususnya sistolik akan meningkat lebih tajam. Setelah
usia 55 tahun wanita mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita
hipertensi akibat perubahan hormon. Produksi hormon estrogen
menurun saat menopause sehingga tekanan darah meningkat.
4) Ras
Orang Afrika-Amerika memilki tingkat hipertensi yang lebih
tingggi dibanding populasi lain dan cenderung berkembang lebih awal
dan agresif. Peluang dua kali lebih besar menderita stroke yang fatal,
satu setengah kali lebih meninggal karena penyakit jantung dan empat
kali lebih menderita gagal ginjal dibandingkan dengan ras Kaukasia. Di
Afrika-Amerika, hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu.
b. Faktor risiko yang dapat diubah
1) Merokok
Nikotin pada rokok mengakibatkan penyempitan pada pembuluh
darah sehingga memaksa jantung untuk bekerja lebih keras yang berefek
pada peningkatan tekanan darah. Tembakau dalam rokok juga juga
menyebabkan risiko penyakit jantung. Tembakau dapat menurunkan
suplai oksigen tubuh, menurunkan level HDL (high density lipoprotein)
atau kolesterol baik dan membuat platelet darah lebih mungkin untuk
tetap bersatu dan membentuk gumpalan yang dapat memicu serangan
jantung atau stroke.
2) Obesitas
Kelebihan berat badan dan hipertensi adalah satu kesatuan. Karena
tambahan beberapa kilogram membuat jantung bekerja lebih keras.
Obesitas dinyatakan jika berat badan lebih dari 20% berat badan ideal,
Ideal Body Weight (IBW). Orang dengan kelebihan lemak diatas
pinggul lebih berisiko hipertensi, kolesterol tinggi dan diabetes.
3) Gaya hidup malas (kurang gerak)
Semakin sering olahraga maka jantung akan semakin kuat. Jantung
yang kuat akan memompa darah lebih efisien. Olahraga juga
menurunkan berat badan, meningkatkan High Density Lipoprotein
(HDL), dan menurunkan trigliserida (lemak dari makanan yang menjadi
bagian dari sirkulasi darah dalam aliran darah).
4) Kelebihan garam
Pedoman federal menyarankan untuk membatasi asupan sodium
sampai kurang dari 2.300 mg per hari (satu sendok teh). Jika melebihi
maka langsung menaikkan tekanan darah terutama pada penderita
diabetes, obesitas dan manula lebih sensitif terhadap efek garam
5) Penggunaan alkohol
Minum alkohol yang berlebihan yaitu tiga kali atau lebih dalam
sehari merupakan faktor penyebab 7% kasus hipertensi. Wanita dengan
hipertensi boleh minum alkohol tidak lebih dari satu kali per hari dan
pria tidak lebih dari dua kali.
6) Stres
Stres sangat mempengaruhi hipertensi. Jika level stress menurun
maka tekanan darah juga menurun.
6. Penatalaksanaan Hipertensi
Hipertensi dapat diatasi secara farmakologis dan non farmakologis
(Aaronson & Ward, 2008) antara lain :
a. Farmakologis
Obat antihipertensi sangat efektif digunakan untuk mengendalikan
tekanan darah tinggi dan mencegah terjadi nya komplikasi. Obat
antihipertensi bekerja menurunkan curah jantung dan/atau resistensi perifer
total. Sebagai terapi awal dapat digunakan obat diuretik tiazid dosis rendah
dan bloker kanal Ca2+ dihidropiridin. Terdapat juga obat antihipertensi yang
dapat memberikan efek ganda seperti inhibitor ACE pada gagal jantung,
diabetes sehingga obat ini paling sering digunakan pada pasien.
Kelas-kelas obat utama yang digunakan untuk mengendalikan tekanan
darah (Mc Gowan & Marry, 2006)antara lain :
1) Diuretik
2) Beta blocker
3) Inhibitor enzim pengubahn angiotensin (ACE-inhibitor)
4) Angiotensin II receptor blocker
5) Angiotensin kalsium (calcium channel blocker)
6) Alpha blocker
7) Agen-agen obat yang beraksi secara sentral
8) VASO-Dilator langsung
b. Non farmakologis
Hipertensi dapat dikontrol dengan modifikasi gaya hidup seperti
penurunan berat badan, latihan aerobik secara teratur, pembatasan natrium
dan asupan alkohol. Modifikasi ini dapat membantu penatalaksanaan
farmakologis pada penyakit yang lebih berat dan memiliki kemampuan yang
penting dalam menurunkan risiko kardiovaskular secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
Aaronson, P.I and Ward, P.T. (2008). At a Glance Sistem Kardiovaskular. Erlangga,
Gelora Aksara Pratama.
Arief, I. (2007). Olahraga Jantung Sehat. National Cardiovascular Center. Diakses
tanggal 15 Februari 2014 dari http://www.pjnhk.go.id .
Benson, H. (2012). Menurunkan Tekanan Darah. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Baziad.(2004).Menopause dan Andropause.Jakarta:Tridasa Printer
Casey (2012). Lowering Your Blood Pressure. New York: The McGraw-Hill
Companies, Inc.
Setiawan, A. dan Sunyoto, D. (2013). Buku Ajar Statistik Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Smeltzer, C.Z., & Bare, G.B. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta:EGC
Susilo, Y dan Wulandari, A. (2012). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta:
ANDI.
Udjianti, W.J (2010). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.