sap hipertensi

22
KEPERAWATAN GERONTIK PROGRAM PROFESI NERS SATUAN ACARA PENYULUHAN Oleh: KELOMPOK WISMA V (KENANGA) Indah Septiarani Adis Ferosandi Afen Sidik Atika Yudo Pratama Poppy Judika Nababan HIPERTENSI PADA LANSIA

Upload: cha-icha

Post on 03-Feb-2016

224 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Satuan acara penyuluhan hipertensi pada lansia

TRANSCRIPT

Page 1: SAP Hipertensi

KEPERAWATAN GERONTIKPROGRAM PROFESI NERS

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Oleh:KELOMPOK WISMA V (KENANGA)

Indah SeptiaraniAdis Ferosandi

Afen SidikAtika

Yudo PratamaPoppy Judika Nababan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SRIWIJAYA

2015

HIPERTENSI PADA LANSIA

Page 2: SAP Hipertensi

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Hipertensi

Sub Topik : Hipertensi pada lansia

Sasaran : Lansia wisma V (Kenanga)

Tempat : Panti Sosial tresna Werdha Warga Tama

Hari / Tanggal : Senin, 27 Juli 2015

Waktu : Pukul 10.00 – 10.30 WIB (1 x 30 menit)

A. Latar Belakang

Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang sering kita jumpai di

Indonesia. Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di

negara berkembang. Survei penyakit yang dilakukan oleh Boedhi darmojo

menemukan prevalensi hipertensi tanpa atau dengan tanda penyakit jantung

hipertensi sebesar 33,3% (81 orang dari 243 orang tua diatas 50 tahun). Dari

hasil studi kasus didapatkan 68,4% termasuk hipertensi ringan, 28,1% hipertensi

sedang, dan 3,5% dengan hipertensi berat.

Hipertensi merupakan penyakit berbahaya yang membunuh secara diam-

diam karena tanda dan gejalanya adalah parameter yang pasti tentang penyakit

ini. Umumnya gejala dan tandanya sering dialami oleh orang yang tidak beresiko

tau atau tidak menderita penyakit ini. Hasil studi menunjukan satu dari empat

penderita hipertensi tidak tahu dirinya memiliki tekanan darah tinggi (lebih dari

atau sama dengan 140/90 mmHg) dan kondisi ini dapat mengancam jiwa.

B. Tujuan

1. Tujuan instruksional Umum

Setelah dilakukan proses penyuluhan kesehatan selama ± 30 menit,

diharapkan klien dapat memahami tentang Hipertensi

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti proses penyuluhan kesehatan, pasien diharapkan mampu:

a. Memahami pengertian hipertensi

b. Memahami penyebab hipertensi

c. Mengenali tanda dan gejala hipertensi

d. mengetahui pengobatan yang tepat untuk penderita hipertensi

e. Mengetahui komplikasi dari hipertensi

f. Mengetahui cara pencegahan terhadap hipertensi

Page 3: SAP Hipertensi

C. Metode

Ceramah dan diskusi/tanya jawab

D. Media

Leaflet

E. Materi Penyuluhan

1. Pengertian Hipertensi

2. Penyebab hipertensi

3. Tanda dan gejala hipertensi

4. Penanganan yang tepat untuk penderita hiperten

5. Komplikasi hipertensi

6. Pencegahan hipertensi

(Materi Terlampir)

F. Evaluasi

Evaluasi dilakukan secara lisan dengan memberikan pertanyaan :

1. Apa pengertian hipertensi?

2. Jelaskan penyebab hipertensi!

3. Sebutkan tanda dan gejala hipertensi!

4. Jelaskan pengobatan untuk hipertensi!

5. Jelaskan komplikasi hipertensi!

6. Jelaskan pencegahan hipertensi!

G. Kegiatan Penyuluhan Kesehatan

Hari/Tgl/Jam

Tahap Kegiatan

Penyuluhan Kesehatan

Kegiatan Penyuluhan Kesehatan

Kegiatan Pasien dan keluarga

Senin,27 Juli 2015Pukul 10.00

– 10.30 WIB

1. Pembukaan(5 menit)

Mengucapkan salam.

Menyebutkan nama dan asal.

Menjelaskan tujuan.

Mengkaji tingkat pengetahuan Pasien tentang hipertensi

Audiens membalas salam.

Audiens menerima kehadiran mahasiswa dengan baik

Pasien memahami tujuan dengan baik.

Pasien berpartisipasi dalam diskusi awal.

2. Inti(20 menit)

Menjelaskan tentang pengertian, penyebab, tanda dan

Audiens mendengarkan dan memperhatikan

Page 4: SAP Hipertensi

gejala, penanganan, komplikasi, pencegahan hipertensi

Memberi kesempatan pada Audiens untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas.

dengan baik.

Audiens mengajukan pertanyaan.

3. Penutup(5 menit)

Mengevaluasi materi penyuluhan kesehatan.Yang telah disampaikan

Mengucapkan terima kasih atas perhatian yang diberikan dan memberi salam penutup.

Audiens mampu menjawab/menjelaskan kembali.

Audiens membalas salam.

Page 5: SAP Hipertensi

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi merupakan salah satu gangguan pada sistem peredaran darah

dimana tekanan darah jauh diatas tekanan darah normal. Tekanan darah

normal pada orang dewasa adalah 120/80 mmHg (Rifqia, 2012).

Hipertensi alias tekanan darah tinggi merupakan penyakit yang paling

sering ditemukan dimasyarakat. Hipertensi terjadi pada saat aliran darah

memberikan tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh arteri

(Darmawan, 2012).

Hipertensi adalah salah satu penyebab terjadinya serangan jantung, gagal

ginjal dan stroke. Gaya hidup masyarakat yang lebih suka makan makanan

cepat saji, berlemak dan asin memicu timbulnya kolesterol tinggi. Kolesterol

tinggi juga merupakan penyebab timbulnya hipertensi (Susilo & Wulandari,

2012).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan abnormal

tekanan darah pada pembuluh darah arteri selama terus-menerus. Hipertensi

juga diartikan sebagai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90

mmHg. Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir sehingga

meningkatkan tekanan melawan dinding arteri (Udjianti, 2010).

Hipertensi didefinisikan sebagai level tekanan darah dimana level tekanan

tersebut intervensi terapeutik dapat menurunkan risiko perkembangan

penyakit kardiovaskuler. Risiko meningkat sesuai kedua level tekanan darah

yaitu sistolik dan diastolik (Aaronson & Ward, 2008).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan tekanan arteri rata-rata lebih tinggi

daripada batas atas nilai normal. Tekanan arteri rata-rata yang lebih tinggi dari

110 mmHg (normal sekitar 90 mmHg) dianggap hipertensi (Guyton & Hall,

2007).

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah ketegangan yang tinggi dalam

arteri. Arteri adalah pembuluh yang membawa darah dari jantung ke seluruh

tubuh. Hipertensi juga didefiniskan sebagai tekanan darah yang melebihi

140/90 mmHg (Mc Gowan & Marry, 2006).

2. Patofisiologi Hipertensi

Page 6: SAP Hipertensi

Tekanan darah dipengaruhi oleh empat sistem kontrol yang bereparan

antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem

renin angiotensin, dan autoregulasi vaskuler (Udjianti, 2010).

Baroreseptor arteri terdapat di sinus carotid, aorta dan dinding ventrikel

kiri. Baroreseptor berperan memonitor derajat tekanan arteri. Sistem

baroreseptor menghilangkan peningkatan tekanan arteri melalui mekanisme

perlambatan jantung oleh respon vegal (stimulasi parasimpatis) dan

vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis. Refleks kontrol sirkulasi

mempunyai peranan penting bagi baroreseptor yaitu jika tekanan baroreseptor

turun maka refleks kontrol sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sistemik dan

menurunkan tekanan arteri sistemik bila baroreseptor meningkat. Hal ini

berfungsi untuk menaikkan re-setting sensitifitas baroreseptor sehingga

tekanan meningkat secara tidak adekuat sekalipun penurunan tekanan tidak

ada.

Perubahan volume dan cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Jika

tubuh kelebihan air dan garam, tekanan darah meningkat yang mengubah

aliran vena ke jantung dan mengakibatkan peningkatan curah jantung. Jika

ginjal berfungsi adekuat, peningkatan arteri akan mengakibatkan peningkatan

diuresis dan penurunan tekanan darah. Kondisi yang menyebabkan terjadi

perubahan ambang tekanan pada ginjal dalam mengekskresikan garam dan air

akan meningkatkan tekanan arteri sistemik.

Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan tekanan

darah. Ginjal memproduksi renin yang merupakan enzim yang bekerja pada

substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin I, kemudian diubah

oleh converting enzym dalam paru menjadi angiotensin II kemudian menjadi

angiotensin III. Angiotensin II dan III memiliki aksi vasokonstriktor yang kuat

pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme kontrol terhadap pelepasan

aldosteron. Aldosteron sangat bermanfaat pada hipertensi terutama pada

aldoteronisme primer. Jika terjadi peningkatan aktifitas sistem simpatis,

angiotensin II dan III mempunyai efek inhibiting atau pengahambatan eksresi

garam (Natrium) yang berakibat terjadi peningkatan tekanan darah.

Sekresi renin yang tidak tepat diduga menjadi penyebab meningkatnya

tahanan perifer vaskular pada hipertensi esensial. Pada hipertensi, kadar renin

harus diturnkan karena peningkatan tekanan arterioral renal akan menghambat

sekresi renin. Namun, sebagian pada penderita hipertensi esensial mempunyai

kadar renin normal.

Page 7: SAP Hipertensi

Peningkatan tekanan darah secara terus menerus akan menyebabkan

kerusakan pembuluh dara pada organ-organ vital. Hipertensi esensial

menyebabkan hyperplasia medial (penebalan) arteriole-arteriole. Pembuluh

darah menebal menyebakan perfusi jaringan menurun dan mengakibatkan

kerusakan organ tubuh seperti infark miokard, stroke, gagal jantung dan gagal

ginjal.

Autoregulasi vaskular adalah suatu proses mempertahankan perfusi

jaringan dalam tubuh relatif konstan. Bila aliran berubah, proses autoregulasi

akan menurunkan tahanan vaskular dan mengakibatkan pengurangan aliran,

sebaliknya akan meningkatkan tahanan vaskular akibat dari peningkatan

aliran. Autoregulasi vaskular merupakan mekanisme penting dalam terjadinya

hipertensi berkaitan dengan overload garam dan air.

Hipertensi maligna merupakan tipe hipertensi berat yang berkembang

secara progresif. Gejala hipertensi maligna antara lain morning headaches,

penglihata kabur, sesak napas atau dispnea, gejala uremia. Tekanan darah

sistolik >115 mmHg dan tekanan darah diastolik dengan rentang 130-170

mmHg. Hipertensi maligna dapat menyebakan risiko gagal ginjal, gagal

jantung kiri dan stroke.

Page 8: SAP Hipertensi

Skema 2.1 Patofisiologi Hipertensi

Sumber : Udjianti (2011); Davey (2005); Robbins (2004) dengan modifikasi

3. Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua (Casey, 2012)

yaitu:

a. Hipertensi Primer

Lebih dari 95% penderita hipertensi adalah hipertensi primer atau

esensial. Kondiisi hipertensi ini tidak mempunyai sumber yang

teridentifikasi. Banyak ahli mengatakan bahawa hipertensi primer

disebabkan oleh berbagai faktor seperti gaya hidup seperti diet, olahraga,

dan rokok. Diperkiran sekitar 50% dari populasi memiliki kesensitifan yang

lebih terhadap garam.

Tekanan darah

Faktor predisposisi dan presipitasi (faktor risiko)

Tekanan baroreseptor arteri menurun

Pengaturan volume cairan tubuh meningkat

Meningkatkan tekanan arteri sistemik

Peningkatan curah jantung

Autoregulasi vaskuler berubahSistem renin

angiotensin

Angiotensin I

Angiotensin II

Angiotensin III

Aldosteron

Volume intravaskuler

Aliran

Tahanan vaskuler

Page 9: SAP Hipertensi

Beberapa faktor yang berkaitan dengan berkembangnya hipertensi

primer (Udjianti, 2010) antara lain :

1) Genetik

Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,

berisiko tinggi mendapatkan penyakit ini

2) Jenis kelamin dan usia

Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca-menopause

berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi

3) Diet

Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung

berhubungan dengan berkembangnya hipertensi

4) Berat badan

Obesitas ( >25% diatas BB ideal) dapat memepengaruhi

berkembangnya hipertensi

5) Gaya hidup

Merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan

darah, bila gaya hidup menetap

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder muncul akibat kelainan fisik lainnya seperti

penyakit ginjal dan gangguan adrenal. Hanya 5-10% hipertensi disebabkan

oleh penyakit lain. Penyebab yang paling umum antara lain renal artery

stenosis (penyempitan arteri yang mensuplai darah ke ginjal) ,

hyperaldosteronism (produksi berlebih dari aldosteron) , hyperthyroidism

(tiroid menjadi hiperaktif) , pheochromocytoma (tumor yang langka dan

bukan kanker). Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain

penggunaan kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurogenik ( tumor otak,

ensefalitis, gangguan psikiatris), kehamilan, peningkatan volume

intravaskular, luka bakar dan stres.

Klasifikasi hipertensi menurut Joint National Committee of Detection,

Evaluasi dan Penanganan Tekanan Darah Tinggi, HT, Hipertensi (Aaronson

& Ward, 2008) yaitu :

a. Normotensi, tekanan sistolik <130 mmHg dan/atau diastolik <85 mmHg

b. Normal tinggi, tekanan sistolik 130-139 mmHg dan/atau diastolik 85-89

mmHg

c. HT derajat 1, tekanan sistolik 140-159 mmHg dan/atau diastolik 90-99

mmHg

Page 10: SAP Hipertensi

d. HT derajat 2, tekanan sistolik 160-179 mmHg dan/atau diastolik 100-109

mmHg

e. HT derajat 3, tekanan sistolik >180 mmHg dan/atau diastolik >110 mmHg

4. Gejala dan Komplikasi Hipertensi

a. Gejala Hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala

yang khusus. Banyak gejala yang dipercaya berhubungan dengan hipertensi

padahal bukan hipertensi seperti sakit kepala, perdarahan dari hidung

(mimisan), sakit kepala sebelah, wajah kemerahan, mata berkunang-kunang,

sakit tengkuk dan kelelahan. Gejala tersebut dapat terjadi pada penderita

hipertensi atau bukan hipertensi. Hipertensi menahun dan tidak diobati

timbul gejala seperti sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak napas,

gelisah, pandangan menjadi kabur yang disebabkan karena kerusakan otak,

mata, jantung dan ginjal (Susilo & Wulandari, 2012).

b. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi dapat merusak ginjal, kinerja otak, Jantung, kerusakan mata,

resistensi pembuluh darah, stroke (Susilo & Wulandari, 2012):

1) Ginjal

Hipertensi menyebabkan ginjal bekerja lebih keras sehingga sel-sel

pada ginjal akan cepat rusak. Pada tes darah, kadar serum kreatinin

meningkat mengindikasikan kerusakan pada ginjal. Tes seni terdapat

protein (proteinuria) dan terdapat microalbuminuria.

2) Otak

Pada penderita hipertensi umumnya akan mengalami kehilangan

kemampuan kognitif-memori, kehilangan pemecahan masalah, kurang

konsentrasi, dan kehilangan daya sehat pertimbanagn selama 25 tahun

mendatang. Kinerja otak terganggu karena pembentukan lepuh kecil

pada pembuluh darah otak (neurisma) yang bisa menyebabkan stroke

dan gagal jantung karena terjadi penyempitan dan pengerasan pembuluh

darah di jantung.

3) Jantung

Pada penderita hipertensi, memicu jantung untuk bekerja lebih

keras yang mengakibatkan terjadi kerusakan pada pembuluh darah

jantung, ginjal, otak dan mata. Jantung tidak bisa menjalankan fungsi

nya. Hipertensi menjadi penyebab serangan jantung.

4) Mata

Page 11: SAP Hipertensi

Hipertensi menyebabkan perubahan pada retina. Pada penderita

hipertensi berat terjadi kerusakan, penyempitan pembuluh-pembuluh

darah kecil, kebocoran darah kecil (hemorrhage) pada retina dan

menyebabkan terjadinya pembengkakan saraf mata.

5) Retensi pembuluh darah

Penderita hipertensi mengalami kekakuan pada pembuluh darah

sehingga otot jantung bekerja keras untuk memompa darah melalui

pembuluh-pembuluh darah. Peningkatakan kerja ini menyebakan

kelainan-kelainan pada jantung seperti pembesaran otot jantung.

Pembesaran jantung menjadi pertanda gagal jantung, penyakit jantung

koroner, kelainan irama jantung (cardiac arrhythmias).

6) Stroke

Stroke disebabkan oleh hemorrhage (kebocoran darah atau leaking

blood) atau gumpalan darah (thrombosis) dari pembuluh darah yang

mensuplai ke otak. Stroke mengakibatkan kelemahan, kesemutan,

kelumpuhan, kesulitan bicara dan pandangan menjadi kabur.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi

Faktor risiko terjadi hipertensi dibagi menjadi dua yaitu faktor risiko yang

tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah (Benson, 2012) :

a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah

1) Genetis

Jika dalam satu keluarga terdapat penderita hipertensi maka peluang

untuk menderita hipertensi semakin besar. Penelitian menunjukkan 25%

dari kasus hipertensi esensial memiliki dasar genetis. Beberapa

kesamaan yang muncul mungkin karena pengaruh lingkungan. Pola

makan anak, keterampilan menghadapi masalah, kebiasaan sehat

maupun tidak sehat sering dibentuk oleh lingkungan.

2) Usia

Tekanan darah tinggi biasanya terjadi pada lansia. Pada usia antara

30 dan 65 tahun, tekanan sistolik meningkat sebanyak 20 mmHg dan

terus meningkat setelah usia 70 tahun. Peningkatan risiko ini

menjelaskan tentang hipertensi sistolik terisolasi dan dihubungkan

dengan peningkatan peripheral vascular resistance (hambatan aliran

darah dalam pembuluh darah perifer-red) dalam arteri.

3) Jenis kelamin

Page 12: SAP Hipertensi

Pria mengalami tanda-tanda hipertensi pada usia akhir tiga puluhan

dan wanita sering mengalami hipertensi setelah menopause. Tekanan

darah wanita khususnya sistolik akan meningkat lebih tajam. Setelah

usia 55 tahun wanita mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita

hipertensi akibat perubahan hormon. Produksi hormon estrogen

menurun saat menopause sehingga tekanan darah meningkat.

4) Ras

Orang Afrika-Amerika memilki tingkat hipertensi yang lebih

tingggi dibanding populasi lain dan cenderung berkembang lebih awal

dan agresif. Peluang dua kali lebih besar menderita stroke yang fatal,

satu setengah kali lebih meninggal karena penyakit jantung dan empat

kali lebih menderita gagal ginjal dibandingkan dengan ras Kaukasia. Di

Afrika-Amerika, hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu.

b. Faktor risiko yang dapat diubah

1) Merokok

Nikotin pada rokok mengakibatkan penyempitan pada pembuluh

darah sehingga memaksa jantung untuk bekerja lebih keras yang berefek

pada peningkatan tekanan darah. Tembakau dalam rokok juga juga

menyebabkan risiko penyakit jantung. Tembakau dapat menurunkan

suplai oksigen tubuh, menurunkan level HDL (high density lipoprotein)

atau kolesterol baik dan membuat platelet darah lebih mungkin untuk

tetap bersatu dan membentuk gumpalan yang dapat memicu serangan

jantung atau stroke.

2) Obesitas

Kelebihan berat badan dan hipertensi adalah satu kesatuan. Karena

tambahan beberapa kilogram membuat jantung bekerja lebih keras.

Obesitas dinyatakan jika berat badan lebih dari 20% berat badan ideal,

Ideal Body Weight (IBW). Orang dengan kelebihan lemak diatas

pinggul lebih berisiko hipertensi, kolesterol tinggi dan diabetes.

3) Gaya hidup malas (kurang gerak)

Semakin sering olahraga maka jantung akan semakin kuat. Jantung

yang kuat akan memompa darah lebih efisien. Olahraga juga

menurunkan berat badan, meningkatkan High Density Lipoprotein

(HDL), dan menurunkan trigliserida (lemak dari makanan yang menjadi

bagian dari sirkulasi darah dalam aliran darah).

4) Kelebihan garam

Page 13: SAP Hipertensi

Pedoman federal menyarankan untuk membatasi asupan sodium

sampai kurang dari 2.300 mg per hari (satu sendok teh). Jika melebihi

maka langsung menaikkan tekanan darah terutama pada penderita

diabetes, obesitas dan manula lebih sensitif terhadap efek garam

5) Penggunaan alkohol

Minum alkohol yang berlebihan yaitu tiga kali atau lebih dalam

sehari merupakan faktor penyebab 7% kasus hipertensi. Wanita dengan

hipertensi boleh minum alkohol tidak lebih dari satu kali per hari dan

pria tidak lebih dari dua kali.

6) Stres

Stres sangat mempengaruhi hipertensi. Jika level stress menurun

maka tekanan darah juga menurun.

6. Penatalaksanaan Hipertensi

Hipertensi dapat diatasi secara farmakologis dan non farmakologis

(Aaronson & Ward, 2008) antara lain :

a. Farmakologis

Obat antihipertensi sangat efektif digunakan untuk mengendalikan

tekanan darah tinggi dan mencegah terjadi nya komplikasi. Obat

antihipertensi bekerja menurunkan curah jantung dan/atau resistensi perifer

total. Sebagai terapi awal dapat digunakan obat diuretik tiazid dosis rendah

dan bloker kanal Ca2+ dihidropiridin. Terdapat juga obat antihipertensi yang

dapat memberikan efek ganda seperti inhibitor ACE pada gagal jantung,

diabetes sehingga obat ini paling sering digunakan pada pasien.

Kelas-kelas obat utama yang digunakan untuk mengendalikan tekanan

darah (Mc Gowan & Marry, 2006)antara lain :

1) Diuretik

2) Beta blocker

3) Inhibitor enzim pengubahn angiotensin (ACE-inhibitor)

4) Angiotensin II receptor blocker

5) Angiotensin kalsium (calcium channel blocker)

6) Alpha blocker

7) Agen-agen obat yang beraksi secara sentral

8) VASO-Dilator langsung

b. Non farmakologis

Hipertensi dapat dikontrol dengan modifikasi gaya hidup seperti

penurunan berat badan, latihan aerobik secara teratur, pembatasan natrium

dan asupan alkohol. Modifikasi ini dapat membantu penatalaksanaan

Page 14: SAP Hipertensi

farmakologis pada penyakit yang lebih berat dan memiliki kemampuan yang

penting dalam menurunkan risiko kardiovaskular secara keseluruhan.

Page 15: SAP Hipertensi

DAFTAR PUSTAKA

Aaronson, P.I and Ward, P.T. (2008). At a Glance Sistem Kardiovaskular. Erlangga,

Gelora Aksara Pratama.

Arief, I. (2007). Olahraga Jantung Sehat. National Cardiovascular Center. Diakses

tanggal 15 Februari 2014 dari http://www.pjnhk.go.id .

Benson, H. (2012). Menurunkan Tekanan Darah. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Baziad.(2004).Menopause dan Andropause.Jakarta:Tridasa Printer

Casey (2012). Lowering Your Blood Pressure. New York: The McGraw-Hill

Companies, Inc.

Setiawan, A. dan Sunyoto, D. (2013). Buku Ajar Statistik Kesehatan. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Smeltzer, C.Z., & Bare, G.B. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.

Jakarta:EGC

Susilo, Y dan Wulandari, A. (2012). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta:

ANDI.

Udjianti, W.J (2010). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.