sap dau ispa pneumonia 1

14
SATUAN ACARA PENYULUHAN ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DAN PNEUMONIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) PUSKESMAS DAU MALANG 2014

Upload: dimas-yan-al-idruz

Post on 26-Sep-2015

26 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

stuan acara penyuluhan tentang ispa pneumonia

TRANSCRIPT

SATUAN ACARA PENYULUHAN

ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DAN PNEUMONIA

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)PUSKESMAS DAU MALANG

2014LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHANISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DAN PNEUMONIA Tanggal Februari 2014Oleh:

PSIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANGPuguh Sigit P Umi Latifah

Marista Yunis A

Nurul Ardliana

Dorsina F. D.Muhammad Riza T.Mengetahui,

Pembimbing Klinik

( )

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Penatalaksaan pasien dengan ISPA + PNEUMONIA Pokok Bahasan: Konsep dan penatalaksaan penyakit ISPA + PNEUMONIA Sasaran : Pasien dan keluarga di puskesmas Dau Waktu dan Tempat

Tempat : Puskesmas Dau Waktu : Februari 2014 Alokasi Waktu: 30 menit

Penyuluh

: Mahasiswa PSIK UB Media

: Flipchart dan leaflet Metode

: Ceramah dan tanya jawab Pengorganisasian :

Moderator

: Pemateri

: Observer

: A. Tujuan instruksional: Tujuan Umum :

Setelah mengikuti penyuluhan dan diskusi selama 30 menit diharapkan pasien dan keluarga pasien memahami tentang pentingnya pemberian imunisasi dasar Tujuan Khusus :

Setelah ceramah dan diskusi selama 30 menit diharapkan :1. Pasien dan keluarga pasien mampu menjelaskan pengertian ISPA ? 2. Pasien dan keluarga pasien mampu menjelaskan klasifikasi ISPA ? 3. Pasien dan keluarga pasien mampu menjelaskan pengertian Pneumonia ? 4. Pasien dan keluarga pasien mampu menjelaskan prevalensi Pneumonia ? 5. Pasien dan keluarga pasien mampu menjelaskan tanda dan gajala Pneumonia ?6. Pasien dan keluarga pasien mampu menjelaskan faktor resiko Pneumonia ?7. Pasien dan keluarga pasien mampu menjelaskan cara penularan Pneumonia 8. Pasien dan keluarga pasien mampu menjelaskan pencegahan Pneomonia ?B. Sub Pokok Bahasan:1. Pengertian ISPA2. Klasifikasi ISPA

3. Pengertian Pneumonia4. Prevalensi Pneumonia5. Tanda dan gajala Pneumonia

6. Faktor resiko Pneumonia 7. Cara penularan Pneumonia8. Cara pencegahan PneumoniaC. Kegiatan PenyuluhanTahapWaktuKegiatan PemateriKegiatan audiensMetode media

Pembukaan

Penyajian

Penutup

5 menit20 menit

5 menit

Memperkenalkan diri

Menyamakan persepsi

Menyampaikan maksud dan tujuan dilaksanakannya penyuluhan Menggali pengetahuan audiens Menjelaskan tentang pengertian ISPA Menjelaskan tentang klasifikasi ISPA Menjelaskan tentang pengertian Pneumonia Menjelaskan tentan prevalensi Pneumonia Menjelaskan tentang tanda dan gejala Pneumonia Menjelaskan tentang faktor resiko Pneumonia Menjelaskan tentang cara penularan Pneumonia Menjelaskan tentang pencegahan Pneumonia Memberikan pertanyaan kepada audiens Memberi kesimpulan materi

Menyampaikan hasil evaluasi dan umpan balik

Menutup acara penyuluhan Menjawab salam

Memperhatikan dan menjawab pertanyaan

Menyimak penjelasan

Mengajukan pertanyaan seputar materi Menjawab pertanyaan dari pemateri Memperhatikan penjelasan

Ceramah dan tanya jawab

Ceramah dan tanya jawabCeramah dan tanya jawab

Flipchart dan leafletFlipchart dan leaflet

Flipchart dan leaflet

D. Evaluasi : a. Evaluasi Terstruktur

1.Audiens hadir di tempat penyuluhan tepat waktu 2. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan sesudah penyuluhan

b. Evaluasi Proses

1. Audiens berkonsentrasi terhadap materi yang disampaikan oleh pemateri2. Audiens mengikuti kegiatan penyuluhan sampai selesai

3. Audiens mengajukan pertanyaan pada pemateri4. Audiens mampu menjawab pertanyaan dari pemateri dengan lengkap dan benar

c. Evaluasi Hasil

Pasien dan keluarga mampu menjawab pertanyaan berikut :

1. Apakah pengertian ISPA?2. Apa saja klasifikasi ISPA3. Apakah pengertian Pneumonia?4. Apa saja prevalensi Pneumonia ?5. Apa saja tanda dan gejala Pneumonia?

6. Apa saja faktor resiko Pneumonia?7. Apa saja cara penularan Pneumonia?8. Apa saja pencegahan Pneumonia?E. Materi (terlampir)

F. Daftar Pustaka1. Suhandayani, I., 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan ISPA.Universitas Negeri Semarang. 2. Agustama., 2005. Kajian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita. Universitas sumatera Utara. 3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002. Pedoman pemberantasan dan penatalaksanaan ISPA. Direktoral Jendral Kesehatan Masyarakat, Direktorat Promosi Kesehatan.4. Romelan., 2006. Kaitan antara Karakteristik Balita dan Ibu dengan kejadian ISPA. 5. Wahyuni., 2008. Pengaruh Pendidikan terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Pneumonia pada Balita. Universitas Surakarta6. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2007). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia Desember 2008.

MATERI PENYULUHANKONSEP ISPA DAN PNEUMONIA A. Pengertian ISPA Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008).ISPA didefinisikan sebagai penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi, atau kesulitan bernapas (WHO, 2007).

Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari.B. Klasifikasi ISPA Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun (Muttaqin, 2008): 1. Golongan Umur Kurang 2 Bulan Pneumonia Berat Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 6x per menit atau lebih.

Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa) Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur kurang 2 bulan, yaitu: Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari volume yang biasa diminum) Kejang Kesadaran menurun Stridor Wheezing Demam / dingin.

2. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun

Pneumonia Berat Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak menangis atau meronta).

Pneumonia Sedang

Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:

Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih

Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.

Bukan Pneumonia

Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas

cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun yaitu :

Tidak bisa minum

Kejang

Kesadaran menurun

Stridor

Gizi buruk C. Pengertian Pneumonia Pneumonia adalah penyakit saluran napas bawah (lower respiratory tract (LRT)) akut, biasanya disebabkan oleh infeksi (Suhandayani,2007), Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (Riskesdas, 2007)D. Prevalensi Pneumonia Pneumonia pada anak merupakan infeksi yang serius dan banyak diderita anak-anak di seluruh dunia yang secara fundamental berbeda dengan pneumonia pada dewasa. DiAmerika dan Eropa yang merupakan negara maju angka kejadian pneumonia masih tinggi, diperkirakan setiap tahunnya 30-45 kasus per 1000 anak pada umur kurang dari 5 tahun, 16-20 kasus per 1000 anak pada umur 5-9 tahun, 6-12 kasus per 1000 anak pada umur 9 tahun dan remaja (Agustama., 2005)Di RSU Dr Soetomo Surabaya, jumlah kasus pneumonia meningkat dari tahun-ke

tahun. Pada tahun 2003 dirawat sebanyak 190 pasien. Tahun 2004 dirawat sebanyak 231 pasien, dengan jumlah terbanyak pada anak usia kurang dari 1 tahun (69%). Pada tahun 2005, anak berumur kurang dari 5 tahun yang dirawat sebanyak 547 kasus dengan jumlah terbanyak pada umur pada umur 1-12 bulan sebanyak 337 orang.E. Tanda dan Gejala Pneumonia Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian atas selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil, suhu tubuh kadang-kadang melebihi 40oC, sakit tenggorok, nyeri otot, dan sendi. Juga disertai batuk, dengan sputum purulen, kadang-kadang berdarah. Pada pasien muda atau tua dan pneumonia atipikal (misalnya Mycoplasma), gambaran nonrespirasi (misalnya konfusi, ruam, diare) dapat menonjol (Suhandayani, 2007).

Menurut Wahyuni (2008), tanda-tanda penyakit pneumonia pada balita antara lain :

a. Batuk nonproduktif

b. Ingus (nasal discharge) c. Suara napas lemah

d. Penggunaan otot bantu napas

e. Demam

f. Cyanosis (kebiru-biruan)

g. Thorax photo menujukkan infiltrasi melebar

h. Sakit kepala

i. Kekakuan dan nyeri otot

j. Sesak napas

k. Menggigil

l. Berkeringat

m. Lelah

n. Terkadang kulit menjadi lembabF. Faktor Resiko Pneumonia Banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya pneumonia pada balita (Rikesda, 2007), diantaranya : 1. Faktor risiko yang terjadi pada balita Salah satu faktor yang berpengaruh pada timbulnya pneumonia dan berat ringannya penyakit adalah daya tahan tubuh balita. Daya tahan tubuh tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya :

Status gizi

Keadaan gizi adalah faktor yang sangat penting bagi timbulya pneumonia. Tingkat pertumbuhan fisik dan kemampuan imunologik seseorang sangat dipengaruhi adanya persediaan gizi dalam tubuh dan kekurangan zat gizi akan meningkatkan kerentanan dan beratnya infeksi suatu penyakit seperti pneumonia Status imunisasi Kekebalan dapat dibawa secara bawaan, keadaan ini dapat dijumpai pada balita umur 5-9 bulan, dengan adanya kekebalan ini balita terhindar dari penyakit. Dikarenakan kekebalan bawaan hanya bersifat sementara, maka diperlukan imunisasi untuk tetap mempertahankan kekebalan yang ada pada balita Salah satu strategi pencegahan untuk mengurangi kesakitan dan kematian akibat pneumonia adalah dengan pemberian imunisasi. Melalui imunisasi diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit yang dapapat dicegah dengan imunisasi.

Pemberian ASI (Air Susu Ibu) Asi yang diberikan pada bayi hingga usia 4 bulan selain sebagai bahan makanan bayi juga berfungsi sebagai pelindung dari penyakit dan infeksi, karena dapat mencegah pneumonia oleh bakteri dan virus. Riwayat pemberian ASI yang buruk menjadi salah satu faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian pneumonia pada balita Umur Anak Umur merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia. Risiko untuk terkena pneumonia lebih besar pada anak umur dibawah 2 tahun dibandingkan yang lebih tua, hal ini dikarenakan status kerentanan anak di bawah 2 tahun belum sempurna dan lumen saluran napas yang masih sempit.

2. Faktor Lingkungan Lingkungan khususnya perumahan sangat berpengaruh pada peningkatan resiko terjadinya pneumonia. Perumahan yang padat dan sempit, kotor dan tidak mempunyai sarana air bersih menyebabkan balita sering berhubungan dengan berbagai kuman penyakit menular dan terinfeksi oleh berbagai kuman yang berasal dari tempat yang kotor tersebut (Rikesda, 2007), yang berpengaruh diantaranya:

Ventilasi Ventilasi berguna untuk penyediaan udara ke dalam dan pengeluaran udara kotor dari ruangan yang tertutup. Termasuk ventilasi adalah jendela dan penghawaan dengan persyaratan minimal 10% dari luas lantai. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan naiknya kelembaban udara. Kelembaban yang tinggi merupakan media untuk berkembangnya bakteri terutama bakteri patogen

Polusi Udara Pencemaran udara yang terjadi di dalam rumah umumnya disebabkan oleh polusi di dalam dapur. Asap dari bahan bakar kayu merupakan faktor risiko terhadap kejadian pneumonia pada balita. Polusi udara di dalam rumah juga dapat disebabkan oleh karena asap rokok, kompor gas, alat pemanas ruangan dan juga akibat pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan bermotor G. Cara Penularan Pneumonia Pada umumnya pneumonia termasuk kedalam penyakit menular yang ditularkan melalui udara. Sumber penularan adalah penderita pneumonia yang menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk droplet. Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab pneumonia kedalam saluran pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, di samping itu terdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui percikan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara kepada orang di sekitar penderita, transmisi langsung dapat juga melalui ciuman, memegang dan menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran pernapasan penderita (Agustama., 2005)H. Pencegahan Pneumonia (Suhandayani,2007)1. Perawatan selama masa kehamilan Untuk mencegah risiko bayi dengan berta badan lahir rendah, perlu gizi ibu selama kehamilan dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi yang cukup bagi kesehatan ibu dan pertumbuhan janin dalam kandungan serta pencegahan terhadap hal-hal yang memungkinkan terkenanya infeksi selama kehamilan. 2. Perbaikan gizi balita Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan karena malnutrisi, sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi neonatal sampai umur 2 tahun. Karena ASI terjamin kebersihannya, tidak terkontaminasi serta mengandung faktor-faktor antibodi sehingga dapat memberikan perlindungan dan ketahanan terhadap infeksi virus dan bakteri. Oleh karena itu, balita yang mendapat ASI secara ekslusif lebih tahan infeksi dibanding balita yang tidak mendapatkannya.

3. Memberikan imunisasi lengkap pada anak Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi yang memadai, yaitu imunisasi anak campak pada anak umur 9 bulan, imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.

4. Memeriksakan anak sedini mungkin apabila terserang batuk. Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang sesuai untuk mencegah terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi batuk yang disertai dengan napas cepat/sesak napas.

5. Mengurangi polusi di dalam dan di luar rumah Untuk mencegah pneumonia disarankan agar menghindari asap rokok, lingkungan tidak bersih, cuaca panas, cuaca dingin, perubahan cuaca dan dan masuk angin sebagai faktor yang memberi kecenderungan untuk terkena penyakit pneumonia.

6. Menjauhkan balita dari penderita batuk.

Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada saluran pernapasan, karena itu jauhkanlah balita dari orang yang terserang penyakit batuk. Udara napas seperti batuk dan bersin-bersin dapat menularkan pneumonia pada orang lain. Karena bentuk penyakit ini menyebar dengan droplet, infeksi akan menyebar dengan mudah. Perbaikan rumah akan menyebabkan berkurangnya penyakit saluran napas yang berat. Semua anak yang sehat sesekali akan menderita salesma (radang selaput lendir pada hidung), tetapi sebagian besar mereka menjadi pneumonia karena malnutrisi.7. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), seperti cuci tangan