sap ca cervik
DESCRIPTION
maternitasTRANSCRIPT
1
SATUAN ACUAN PEMBELAJARAN (SAP)
KASUS KANKER LEHER RAHIM (CA CERVIK)
DI POLI KANDUNGAN RSD dr. SOEBANDI JEMBER
OLEH :
KELOMPOK 3
Mohammad Toha, S.Kep
Mentari Anggraeni, S.Kep
Sitho Resmi A., S.Kep
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2015
2
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
KANKER LEHER RAHIM ( CA SERVIK)
A. TOPIK : Definisi kanker leher rahim
B. SUB TOPIK : Pencegahan dan deteksi dini kanker leher rahim
C. TUJUAN :
1. Tujuan Umum : Setelah mengikuti penyuluhan selama 1x 60 menit
diharapkan klien dan keluarga khusus pasien dengan kanker leher rahim
mampu mengetahui bagaimana pencegahan terjadinya kanker leher rahim.
2. Tujuan Khusus :
a. Klien mengetahui definisi kanker leher rahim
b. Klien mengetahui tanda dan gejala kanker leher rahim
c. Klien mengetahui bagaimana penanganan yang harus diberikan pada
Klien kanker leher rahim
d. Klien mengetahui mekanisme terjadinya kanker leher rahim
e. Keluarga mengetahui bagaimana sikap dalam menghadapi anggota
keluarga yang mengalami kanker leher rahim
D. WAKTU : 04 Maret 2015, Jam 08.00 -10.00WIB
E. TEMPAT : Poli Kandungan RSD dr. Soebandi Jember
F. SASARAN : Klien dan keluarga di Poli Kandungan RSD dr. Soebandi
.........................Jember
G. METODE :
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3
1. MEDIA :
1. Leaflet
2. LCD dan Layar LCD
3. Camera digital untuk pendokumentasian
J. PELAKSANA :
Penyaji : Mentari A, S.Kep
Notulen : Sitho Resmi A, S.Kep
Moderator : Mohammad Toha, S.Kep
Fasilitator : Kelompok 3
MATERI : Terlampir
4
K. STRATEGI PELAKSANAAN
JAM/WAKTU
TAHAP
RESPON
5 Menit Orientasi
Memberi salam
Mengingatkan kontrak
Menjelaskan maksud dan
tujuan
Menanyakan kesediaan
persepsi
Menjawab salam
Peserta ingat dengan kontrak
Kooperatif,peserta mengerti
tujuan
Klien bersedia
Klien mampu menjawab
pertanyaan
20 Menit Kerja
Menjelaskan pengertian
kanker leher rahim
Klien mendengarkan penjelasan
5 Menit Terminasi
Melakukan evaluasi
Memberi salam penutup
Peserta mampu menjawab
pertanyaan
Menjawab salam
L. EVALUASI :
1. Evaluasi Persiapan
a. Materi sudah siap 2 hari sebelum dilakukan pembelajaran
b. Media sudah siap 1 hari sebelum penkes
5
c. Tempat dipersiapkan di Poli Kandungan
d. SAP sudah siap 2hari sebelum penkes
2. Evaluasi Proses
a. 75% peserta datang tepat waktu
b. Audiens memperhatikan pendidikan kesehatan dari pembelajaran
c. Media dapat digunakan dengan baik
d. Evaluasi Hasil
e. Apa yang dimaksud dengan kanker leher rahim
f. Klien mengetahui definisi kanker leher rahim
g. Klien mengetahui tanda dan gejala kanker leher rahim
h. Klien mengetahui bagaimana penanganan yang harus diberikan pada
Klien kanker leher rahim
i. Klien mengetahui mekanisme terjadinya kanker leher rahim
6
MATERI
KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah batas antara
epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviksalis
yang disebut squamo-columnar junction (SCJ)(Wiknjosastro (Sarwono),
2005).Kanker serviks merupakan sel-sel kanker yang menyerang bagian
squamosa columnar junction (SCJ) serviks (Price, Sylvia. 2002). Kanker
serviks atau kanker mulut rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks
uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu
masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang
senggama(http://healthycaus.blogspot.com/2014/07/askep-ibu-dengan-
gangguan-sistem-reproduksi. html).
Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Kanker
serviks merupakan kanker yang primer berasal dari serviks (kanalis serviksalis
dan porsio). Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke
vagina. (http://infokesehatan2014.html)
Kanker serviks merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita
2. EPIDEMIOLOGI / INSIDEN KASUS
Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan
kanker pembunuh wanita nomor dua di dunia setelah kanker payudara. Setiap
tahunnya, terdapat kurang lebih 500 ribu kasus baru kanker leher rahim
(cervical cancer), sebanyak 80 persen terjadi pada wanita yang hidup di
7
negara berkembang. Sedikitnya 231.000 wanita di seluruh dunia meninggal
akibat kanker leher rahim. Dari jumlah itu, 50% kematian terjadi di negara-
negara berkembang. Hal itu terjadi karena klien datang dalam stadium lanjut.
Menurut data Departemen Kesehatan RI tahun 2007, penyakit kanker
leher rahim saat ini menempati urutan pertama daftar kanker yang diderita
kaum wanita Indonesia. saat ini ada sekitar 100 kasus per 100 ribu penduduk
atau 200 ribu kasus setiap tahunnya Kanker serviks yang sudah masuk ke
stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif
cepat. Selain itu, lebih dari 70 persen kasus yang datang ke rumah sakit
ditemukan dalam keadaan stadium lanjut.
Menurut Globacan (2002) di seluruh dunia setiap tahun ada 493.243
wanita terdiagnosa kanker serviks, 273.505 meninggal. Di dunia, lebih dari
700 wanita meninggal setiap hari karena kanker serviks. Di Indonesia, kanker
serviks menempati urutan pertama kanker pada wanita.
Setiap hari di Indonesia ada 40 orang wanita terdiagnosa dan 20 wanita
meninggal karena kanker serviks. Karena kanker serviks merupakan penyakit
yang telah diketahui penyebabnya dan telah diketahui perjalanan penyakitnya.
Ditambah juga sudah ada metode deteksi dini kanker serviks dan adanya
pencegahan dengan vaksinasi, seharusnya angka kejadian dan kematian akibat
kanker serviks dapat diturun. Banyaknya kasus kanker serviks di Indonesia
disebabkan pengetahuan tentang kanker serviks yang kurang sehingga
kesadaran masyarakat untuk deteksi dini pun masih
rendah(http://healthycaus.blogspot.com)
8
3. KLASIFIKASI
Berdasarkan stadium (menurut FIGO 1978)
STADIUM KRITERIA
0 Karsinoma in situ atau karsinoma intra epitel
I Proses terbatas pada serviks dan uterus
Ia Karsinoma serviks preklinis, hanya dapat didiagnosis secara
mikroskopik, lesi tidak lebih dari 3 mm, atau secara
mikroskopik kedalamannya > 3 – 5 mm dari epitel basal dan
memanjang tidak lebih dari 7 mm.
Ib Lesi invasif > 5 mm, dibagi atas lesi ≤ 4 cm dan > 4 cm.
II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3
bagian atas vagina dan atau ke parametrium, tetapi tidak
sampai ke dinding panggul.
Iia Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari
infiltrat tumor.
Iib Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral, tetapi belum
sampai ke dinding panggul.
III Penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau parametrium sampai
dinding panggul.
IIIa Penyebaran sampai 1/3 distal vagina, namun tidak sampai ke
dinding panggul.
IIIb Penyebaran sampai ke dinding panggul, tidak ditemukan
daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul,
atau proses pada tingkat I atau II, tetapi sudah ada gangguan
faal ginjal atau hidronefrosis.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan
melibatkan mukosa rektum dan atau vesika urinaria
9
(dibuktikan secara histologi) atau telah bermetastasis keluar
panggul atau ke tempat yang jauh.
Iva Telah bermetastasis ke organ sekitar
Ivb Telah bermetastasis jauh
4. ETIOLOGI / FAKTOR PREDISPOSISI
Penyebab langsung kanker serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik
yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks, antara lain
infeksi Human Papilloma Virus (HPV) dan spermatozoa. Karsinoma serviks
timbul di sambungan skuamokolumner serviks. Faktor resiko yang
berhubungan dengan karsinoma serviks ialah perilaku seksual berupa mitra
seks multipel, multi paritas, nutrisi, rokok, dan lain-lain. Karsinoma serviks
dapat tumbuh eksofitik maupun endofitik.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker
serviks, antara lain adalah :
1. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
2. Berganti-ganti pasangan seksual
3. Faktor genetik
4. Kebiasaan merokok
5. Defisiensi zat gizi (vitamin A dan C)
6. Multiparitas
7. Gangguan sistem kekebalan
8. Status sosial ekonomi lemah
10
5. MANIFESTASI KLINIK
Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak ada gejala atau tanda-tanda
yang khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :
a. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina
ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan
b. Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut
menjadi perdarahan yang abnormal
c. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan berbau
busuk.
d. Bisa terjadi hematuria karena infiltrasi kanker pada traktus urinarius
e. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
f. Kelemahan pada ekstremitas bawah
g. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang
panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi
infiltrasi kanker pada serabut saraf lumbosakral.
h. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema
kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah
(rektum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul
gejala-gejala akibat metastasis jauh.
11
6. PATOFISIOLOGI
Kanker insitu pada serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik terjadi
pada seluruh lapisan epitel disebut displasia .displasia merupakan neoplasia
serviks intraepithelial (CNI ).CNI terbagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I
ringan, tingkat II esdang, tingkat III berat.tidak ada gejala spesifik untuk
kanker serviks perdarahan merupakan satu-satunya gejala yang nyata.tetapi
gejala ini hanya ditemukan pada tahap lanjut. Sedang untuk tahap awal tidak.
CNI biasanya terjadi disambungan epitel skuamosa dengan epitel kolumnar
dan mukosa endoserviks.keadaan ini tidak dapat diketahui dengan cara
panggul rutin, pap smear dilaksanakan untuk mendeteksi perubahan.
Neoplastik hasil hapusan abnormal dilanjutkan dengan biopsy untuk
memperoleh jaringan guna memperoleh jaringan guna pemeriksaan sitologik.
Sedang alat biopsy yang digunakan dalam biopsy kolposkop fungsinya
mengarahkan tindakan biopsy dengan mengambil sample, biopsy kerucut juga
harus dilakukan. Stadium dini CNI dapat diangkat seluruhnya dengan biopsy
kerucut atau dibersihkan dengan laser kanker atau bedah beku. Atau biasa
juga dengan histerektomi bila klien merencanakan untuk tidak punya anak.
Kanker invasive dapat meluas sampai ke jaringan ikat, pembuluh limfe dan
vena. Vagina ligamentum kardinale. Endometrium penanganan yang dapat
dilaksanakan yaitu radioterapi atau histerektum radiakl dengan mengangkat
uterus atu ovarium jika terkena kelenjar limfe aorta diperlukan
kemoterapi.(Price, Sylvia A, 2006 )
7. PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi
1) Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk
2) Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar
12
3) Urine bercampur darah (hematuria)
4) Ekspresi wajah ibu menahan nyeri (meringis)
5) Raut wajah pucat
6) Kelemahan pada klien
7) Keringat dingin
8) Posisi tubuh menahan rasa nyeri di daerah abdomen
b. Palpasi
1) Pembengkakan di daerah uterus yang abnormal
2) Nyeri tekan abdominal
3) Perubahan denyut nadi
4) Perubahan tekanan darah
5) Peningkatan suhu tubuh
c. Auskultasi
Peristaltik usus
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Sitologi Pap Smear
Vagina dibuka dengan spekulum agar mulut rahim kelihatan;
Dilakukan usapan pada mulut rahim dengan spatel;
Spatel dioleskan ke obyek glas, kemudian diperiksa dengan
mikroskop;
Metode berbasis cairan :
usapan pada mulut rahim dilakukan dengan citobrush (sikat) > sikat
dimasukkan ke dalam cairan fiksasi, dibawa ke laboratorium >
diperiksa dengan mikroskop.
b. Kolposkopi
c. VA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
13
d. Serviksografi
e. Gineskopi
f. Pemeriksaan Penanda Tumor (PT)
g. Pemeriksaan darah lengkap
9. KRITERIA DIAGNOSIS
Interpretasi sitologi yang dapat menunjang diagnosis kanker serviks :
1. Hasil pemeriksaan negatif
Tidak ditemukan sel ganas.Ulangi pemeriksaan sitologi 1 tahun lagi.
2. Inkonklusif
Sediaan tidak memuaskan.Bisa disebabkan fiksasi tidak baik.Tidak ditemukan
sel endoserviks, gambaran sel radang yang padat menutupi sel. Ulangi
pemeriksaan sitologi setelah dilakukan pengobatan radang dan sebagainya.
3. Displasia
Terdapat sel - sel diskariotik pada pemeriksaan mikroskopik.Derajat ringan,
sedang, sampai karsinoma in situ. Diperlukan konfirmasi dengan kolposkopi
dan biopsi. Dilakukan penangan lebih lanjut dan harus diamati minimal 6
bulan berikutnya.
4. Hasil pemeriksaan positif
Terdapat sel - sel ganas pada lapisan epitel serviks melalui pengamatan
mikroskopik.Harus dilakukan biopsi untuk memperkuat
diagnosis.Penanganan harus dilakukan di rumah sakit rujukan dengan seorang
ahli onkologi.
14
10. PENATALAKSANAAN MEDIS
STADIUM PENATALAKSANAAN
0 Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
Ia Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
Ib,Iia Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi
kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis dilakukan
radioterapi pasca pembedahan
IIb, III, IV Histerektomi transvaginal
IVa, IVb Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi
a. Manajemen Tumor Insitu
b. Manajemen Mikroinvasif
c. Manajemen Karsinoma Invasif Stadium Awal
d. Manajemen Karsinoma Invasif Stadium Lanjut
e. Manajemen Nyeri Kanker
f. Operasi
Kanker serviks dapat diobati dengan pembedahan.
1. Konisasi (cone biopsy): pembuatan sayatan berbentuk kerucut pada
serviks dan kanal serviks untuk diteliti oleh ahli patologi. Digunakan
untuk diagnosa ataupun pengobatan pra-kanker serviks
2. Cryosurgery: yaitu pengobatan dengan cara membekukan dan
menghancurkan jaringan abnormal (biasanya untuk stadium pra-kanker
serviks)
15
3. Bedah laser: untuk memotong jaringan atau permukaan lesi pada kanker
serviks
4. Loop electrosurgical excision procedure (LEEP): menggunakan arus
listrik yang dilewati pada kawat tipis untuk memotong jaringan abnormal
kanker serviks
5. Histerektomi
a. Total Histerektomi: pengangkatan seluruh rahim dan serviks
b. Radikal Histerektomi: pengangkatan seluruh rahim dan serviks, indung
telur, tuba falopi maupun kelenjar getah bening di dekatnya.
c. Stadium pra kanker ataupun kanker serviks yang kurang invasif
(stadium IA) biasanya diobati dengan histerektomi. Bila klien masih
ingin memiliki anak, metode LEEP atau cone biopsy dapat menjadi
pilihan.
g. Kemoterapi
h. Elektrokoagulasi
i. Radiasi
11. KOMPLIKASI
a. Pendarahan
b. Kematian janinInfertil Obstruksi ureter
c. Hidronefrosis
d.Gagal ginjal
e. Pembentukan fistula
f. Anemia
g.Infeksi sistemik
h.Trombositopenia
12. PENCEGAHAN
a. Skrining awal
b. Pemeriksaan DNA HPV
16
c. Skrining dengan Thinrep / liquid-base method
Skrining dihentikan bila usia mencapai 70 tahun atau telah dilakukan 3 kali
pemeriksaan berturut-turut dengan hasil negatif.
13. PROGNOSIS
Ada beberapa faktor yang menentukan prognosis dalam angka kejadian
kanker serviks, antara lain :
a. Usia penderita
b. Keadaan umum
c. Tingkat klinis keganasan
d. Ciri - ciri histologik sel kanker
e. Kemampuan tim kesehatan untuk menangani
f. Sarana pengobatan yang tersedia
Stadium Penyebaran kanker serviks % Harapan Hidup 5 Tahun
0 Karsinoma insitu 100
I Terbatas pada uterus 85
II Menyerang luar uterus tetapi
meluas ke dinding pelvis
60
III Meluas ke dinding pelvis dan atau
sepertiga bawah vagina atau
hidronefrosis
33
IV Menyerang mukosa kandung kemih
atau rektum atau meluas keluar
pelvis sebenarnya
7
17
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6,
Volume 2. Jakarta : EGC
Wilkinson (2013). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. EGC: Jakarta