sampling batuan dapat dilakukan pada singkapan
DESCRIPTION
hkggTRANSCRIPT
Sampling batuan dapat dilakukan pada singkapan, dalam tambang, dan inti bor. Dalam
hal ini permukaan batuan dibersihkan dengan pencucian dan conto chip diambil dalam area atau
interval yang standar. Conto batuan 500 gram umumnya diambil terhadap batuan berbutir halus,
sedangkan batuan yang berbutir sangat kasar diambil lebih dari 2 kg. Pada metode ini data dapat
secara langsung berhubungan dengan aureole primer dalam sampling detil dan terhadap provinsi
geokimia dalam sampling pengamatan awal. Konteks geologi dari conto batuan langsung
menggambarkan struktur, jenis batuan, mineralisasi, dan alterasi pada saat conto tersebut
diambil.
Adapun macam-macam sampling antara lain :
Sampling tanah akan menguntungkan untuk beberapa area dimana jarang ditemukan singkapan.
Lubang untuk sampling tersebut dapat digali secara manual ataupun mekanis. Setelah conto
tanah diambil, terus diayak sampai –80 mesh dan 20- 50 gram fraksi halus dikumpulkan untuk
analisis. Survei tanah umumnya dibuat pada suatu pola lintasan dengan jarak lokasi antar titik
conto 300-1500 m pada pengamatan awal dan 15-60 m pada survei selanjutnya.
Sampling sedimen sungai merupakan komposit alami dari material di bagian atas (hulu) sampai
lokasi sampling. Sampling tersebut efektif pada pekerjaan pengamatan awal dimana lokasi conto
tunggal mungkin menunjukkan area tangkapan (catchment area) yang sangat luas. Dalam survei
yang detil, conto dapat diambil setiap 50-100 m sepanjang aliran, masing-masing sebanyak 50
gram dengan ukuran butir –80 mesh untuk keperluan analisis.
Sampling air merupakan salah satu metode geokimia yang paling lama. Metode tersebut mudah
dilakukan, tetapi conto air tidak stabil untuk waktu yang singkat. Faktor-faktor yang mengontrol
kandungan logam dalam air permukaan seperti dilusi, pH, temperatur, kompleks organik sulit
untuk dievaluasi, dan kandungan logam biasanya relatif rendah.
Sampling vegetasi diperlukan sebagai koreksi terhadap sampling tanah dan airtanah untuk
analisis kimia. Tumbuhan mengekstrak unsur-unsur logam dari kedalaman dan mengirimnya ke
dedaunan. Interpretasi yang dihasilkan lebih kompleks dibandingkan dengan metode lainnya.
Sampling yang dilakukan sangat sederhana hanya dengan memotong ranting dan dedaunan.
Conto yang diambil sekitar 100 gram daun atau ranting muda pada setiap pohon, kemudian
dikirim ke laboratorium untuk diabukan dan dianalisis, conto abu akhir umumnya sekitar 10-30
gram. Idealnya vegetasi disampling pada lintasan yang seragam.
1. Channel Sampling
Channel sampling adalah suatu metode (cara) pengambilan conto dengan membuat alur
(channel) sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak bijih (mineralisasi). Alur tersebut
dibuat secara teratur dan seragam (lebar 3-10 cm, kedalaman 3-5 cm) secara horizontal, vertikal,
atau tegak lurus kemiringan lapisan (Gambar 6.6 dan 6.7).
Ada beberapa cara atau pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengumpulkan fragmen-
fragmen
batuan dalam satu conto atau melakukan pengelompokan conto (sub-channel) yang tergantung
pada tipe (pola) mineralisasi, antara lain :
a) Membagi panjang channel dalam interval-interval yang seragam, yang diakibatkan oleh
variasi (distribusi) zona bijih relatif lebar. Contohnya pada pembuatan channel dalam
sumur uji pada endapan laterit atau residual (lihat Gambar 6.8, 6.9, dan 6.10).
b) Membagi panjang channel dalam interval-interval tertentu yang diakibatkan oleh variasi
(distribusi) zona mineralisasi.
c) Untuk kemudahan, dimungkinkan penggabungan sub-channel dalam satu analisiskadar
atau dibuat komposit.
d) Pada batubara atau endapan berlapis, dapat diambil channel sampling per tebal seam
(lapisan) atau ply per ply (jika terdapat sisipan pengotor).
Informasi-informasi yang harus direkam dalam pengambilan conto dari setiap alur adalah
sebagai berikut :
a) Letak lokasi pengambilan conto dari titik ikat terdekat.
b) Posisi alur (memotong vein, vertikal memotong bidang perlapisan, dll.).
c) Lebar atau tebal zona bijih/endapan (lebar horizontal, tebal semu, atau tebal sebenarnya).
d) Penamaan (pemberian kode) kantong conto, sebaiknya mewakili interval atau lokasisub-
channel.
e) Tanggal pengambilan dan identitas conto.
Sedangkan informasi-informasi yang sebaiknya juga dicatat (dideskripsikan) dalam
pengambilan conto adalah :
a) Mineralogi bijih atau deskripsi endapan yang diambil contonya.
b) Penaksiran visual zona mineralisasi (bijih, waste, pengotor, dll.).
c) Kemiringan semu atau kemiringan sebenarnya dari badan bijih.
d) Deskripsi litologi atau batuan samping.
e) Dan lain-lain yang dianggap perlu dalam penjelasan kondisi endapan.
2.Metode Chipping
Metode ini digunakan untuk pengambilan contoh pada endapan bijih yang keras dan
seragam, dimana pembuatan paritan sangat sukar karena kerasnya batuan. Contoh diambil
dengan cara dipecah dengan plu geologi dalam ukuran-ukuran yang seragam dan tempat
pengambilan tersebut dibuat secara teratur di permukaan batuan. Jarak dari setiap titik
pengambilan baik secara horisontal dan vertikal dibuat sama (seragam) dan besarnya tergantung
dari endapannya sendiri.
Conto diambil pada titik-titik yang didesign sesuai dengan pola eksplorasi tertentu . Pada a) pola
yang dipakai - bujur sangkar b) pola yang dipakai – rhomboid
. 3.Metode Selokan Uji (Trenching)
Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi singkapan atau dalam
pencarian sumber (badan) bijih. Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji dilakukan
dengan cara menggali tanah penutup dengan arah relatif tegak lurus bidang perlapisan (terutama
pada endapan berlapis).
Metode ini berguna untuk menemukan bahan galian dan untuk memperoleh data-data mengenai
keadaan tubuh batuan (orebody) yang bersangkutan, seperti ketebalan, sifat-sifat fisik, keadaan
batuan di sekitarnya, dan kedudukannya.
Cara pengambilan contoh dengan metode ini paling cocok dilakukan pada tubuh bahan
galian yang terletak dangkal di bawah permukaan tanah, yaitu dimana lapisan penutup (over
burden) kurang dari setengah meter. Trench yang dibuat sebaiknya diusahakan dengan cara-cara
berikut :
a. Dasar selokan dibuat miring, sehingga jika ada air dapat mengalir dan mengeringkan sendiri
(shelf drained) dengan demikian tidak diperlukan adanya pompa.
b. Kedalaman selokan (trench) diusahakan sedemikian rupa sehingga para pekerja masih
sanggup mengeluarkan bahan galian cukup dengan lemparan.
c. Untuk menemukan urat bijih yang tersembunyi di bawah material penutup sebaiknya digali
dua atau lebih parit uji yang saling tegak lurus arahnya agar kemungkinan untuk menemukan
urat bijih itu lebih besar. Bila kebetulan kedua parit uji itu dapat menemukan singkapan urat
bijihnya, maka jurusnya (strike) dapat segera ditentukan. Selanjutnya untuk menentukan bentuk
dan ukuran urat bijih yang lebih tepat dibuat parit-parit uji yang saling sejajar dan tegak lurus
terhadap jurus urat bijihnya
Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi umum sebagai berikut :
Terbatas pada overburden yang tipis,
Kedalaman penggalian umumnya 2–2,5 m (dapat dengan tenaga manusia atau dengan
menggunakan eksavator/back hoe),
Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian yang rendah, sehingga
dapat terjadi mekanisme self drainage (pengeringan langsung).
Gambar 2. Bentuk Penampang Trenching Gambar 3. Arah
Penggalian Trenching (Selokan Uji)
4. Metode Sumur Uji (Test Pitting)
Metode ini digunakan jika lapisan penutup (over burden) agak tebal (lebih dari setengah
meter), sehingga metode trenching menjadi tidak praktis karena pembuatan selokannya harus
agak dalam sehingga menimbulkan masalah pada pembuangan tanah hasil galian dan masalah
pembuangan air yang mungkin menggenang pada selokan, disamping akan memakan waktu
yang lebih lama. Dalam keadaan tersebut maka dipakai metode dengan pembuatan sumur uji
(test pitting) untuk mengambil contoh bahan galian. Pada umumnya ukuran lubang test pit ini
adalah dan kedalamannya dapat mencapai 35 meter, akan tetapi untuk jenis over burden yang
lepas-lepas seperti pasir, ukuran lubang pit harus dibuat lebih besar untuk menghindari
longsornya dinding, misalnya . Demikian pula ketika kedalaman test pit besar, maka ukuran
lubang juga harus dibuat lebih besar, kemudian setelah kedalaman sampai setengahnya, ukuran
lubang diperkecil. Jika lapisan penutup sangat lepas-lepas, maka dinding test pit-nya dibuat
miring, sedangkan untuk material yang kompak dinding dibuat tegak dengan ukuran .
Untuk penghematan biaya dan keberhasilan pembuatan test pit, maka hal-hal yang harus
diperhatikan, yaitu :
Test pit harus bebas dari bongkah karena jika terhalang oleh bongkah maka pembuatan test
pit tersebut akan memakan waktu yang lama sehingga memakan biaya yang mahal.
Penggunaan penyangga yang seadanya, untuk batuan yang kompak penyanggaan tidak perlu
dilakukan.
Penyanggaan dapat dihindari dengan cara dinding lubang dibuat miring dan kemiringan
tergantung material dari over bunden.
Sumur uji merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau pemastian
kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini dilakukan jika dibutuhkan
kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu deretan (series) sumur uji dibuat searah
jurus, sehingga pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah vertical dan horisontal.
Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan yang berhubungan
dengan pelapukan dan endapan-endapan berlapis.
Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan kemenerusan
lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi atap dan lantai, ketebalan lapisan, dan
karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta dapat digunakan sebagai lokasi
sampling (lihat Gambar 6.5). Biasanya sumur uji dibuat dengan kedalaman sampai
menembus keseluruhan lapisan endapan yang dicari, misalnya batubara dan mineralisasi
berupa urat (vein).
Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau residual), pembuatan
sumur uji ditujukan untuk mendapatkan batas-batas zona lapisan (zona tanah, zona
residual, zona lateritik), ketebalan masing-masing zona, variasi vertical masing-masing
zona, serta pada deretan sumur uji dapat dilakukan pemodelan bentuk endapan.
Gambar 4. Macam Bentuk Penampang Test Pit
Dalam pembuatan sumur uji tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
ketebalan horizon B (zona laterit/residual),
ketinggian muka airtanah,
kemungkinan munculnya gas-gas berbahaya (CO2, H2S),
kekuatan dinding lubang, dan
kekerasan batuan dasar.