sab prescool
DESCRIPTION
SAtuan Acara BermainTRANSCRIPT
SAB
TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA PRESCHOOL
OLEH : KELOMPOK 2
ALVIAN DHANI P
AMELIA DWI W
ANDITA MAHASURYA
ANI SUSANTI
BEYDHITA AYU
NUGROHO BAGAS
NOLENDRA ABRIYANTO
NURUL WINDA
NOVITA AYU
NI PUTU NIA
POLITEKNIK KESEHATAN RUMAH SAKIT dr. SOEPRAOEN MALANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATA 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Anak adalah individu yang dilihat tumbuh dengan kepolosan pribadi,
kesederhanaan pikiran dan proses belajar mereka dalam menangkap realitas
sosial yang tidak dapat dipaksakan. Anak dan bermain merupakan dua dunia
yang hampir tidak dapat dipisahkan. Usia Prasekolah adalah usia antara 4-6
tahun, dimana seorang anak sudah hampir mampu berpakaian dan makan
sendiri, rentang perhatian meningkat, mengetahui jenis kelaminnya sendiri,
dalam permainan sering mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah mulai
berbagi, lebih tenang, mandiri, dapat dipercaya, lebih bertanggungjawab,
mencoba untuk hidup berdasarkan aturan, bersikap lebih baik, dalam
permainan sudah mencoba mengikuti aturan, belajar menentukan arah
perkembangan dirinya, suatu fase yang mendasari bagaimana derajat
kesehatan, perkembangan emosional, derajat pendidikan, kepercayaan diri,
kemampuan bersosialisasi, serta kemampuan diri seorang anak di masa
mendatang.
Perilaku seorang anak sangat dipengaruhi oleh pembawaan anak sejak
lahir dan begitu bervariasinya faktor lingkungan. Pada masa toddler, faktor
lingkungan yang paling penting adalah bagaimana perilaku orang tua
sebagai individu yang keberadaanya paling dekat dengan sang anak dan
sebagai orang pertama yang mengenalkan sistem pendidikan sederhana dan
informal kepada seorang anak. Semua orang tua menginginkan anaknya
mempunyai perilaku yang baik.
Bermain merupakan kebutuhan dasar anak. Bermain merupakan
kegiatan gerak dari anak baik pasif maupun aktif untuk menyalurkan
kreasinya dan menghilangkan konflik dari dalam diri anak yang disardari
atau pun yang tidak disadari. Selain sebagai cara penghilang konflik bagi
anak, bermain juga merupakan terapi dalam proses keperawatan. Melalui
proses bermain, tanpa disadari semua aspek perkembangan anak bisa
tumbuh dengan optimal sehingga bisa menjadi anak yang cerdas.
Aspek perkembangan anak dapat ditimbulkan secara optimal dan
maksimal melalui proses kegiatan bermain. Mengajak bermain di usia
dini/prasekolah dapat membantu perkembangan mental dan kecerdasan
anak. Dalam sub pokok bahasan yang kita angkat pada terapi bermain ini
adalah bermain ular tangga dengan sasaran anak usia prasekolah, dimana
dengan bermain ular tangga dapat melatih kreatifitas dan kesabaran anak.
2. Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk mengetaui karakteristik dan gambaran perilaku bermain pada
anak prasekolah 4-6 tahun
b. Tujuan khusus
1. Mengetahui karakteristik anak prasekolah
2. Mengetahui sikap anak prasekolah dalam bermain
3. Mengetahui pengaruh bermain dalam perkembangan pada anak
prasekolah
4. Mengetahui jenis permainan pada anak prasekolah
5. Mengetahi faktor yang mempengaruhi permainan anak
3. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik anak prasekolah?
2. Bagaimana sikap anak prasekolah dalam bermain?
3. Apa pengaruh bermain dalam perkembangan pada anak prasekolah?
4. Jenis permainan apa saja yang dapat digunakan anak prasekolah?
5. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi permainan anak?
4. Metode
Metode terapi bermain yang digunakan adalah individu di dalam
kelompok, dimana sejumlah anak prasekolah dikumpulkan dalam satu
permainan ular tangga terdiri dari 2-3 orang. Namun di dalam permainan ini
seorang anak diharapkan bermain secara individu dalam bentuk perlombaan.
Tujuannya: seorang anak dapat berperan individu dalam sebuah permainan
dan beradaptasi dengan sterss yang dialami dan lingkungan. Selain itu
diharapkan pada anak dapat mengasah daya kreatifitas kesabaran antara
sesama melalui permainan mewarnai gambar.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pertumbuh dan Perkembang
1. Pengertian
a. Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran tubuh, yaitu tinggi dan
berat badan
b. Perkembangan adalah peningkatan kapasitas untuk berfungsi pada
tingkat yang lebih tinggi
2. Tahapan Usia
a. Tahap prenatal, yaitu dimulai dari konsepsi sampai lahir
b. Tahap masa bayi, yaitu dimulai dari lahir sampai usia 12 bulan
Neonates, yaitu bayi berusia 0 sampai 28 hari
Masa bayi, yaitu bayi berumur 29 hari sampai 12 bulan
c. Tahap masa kanak-kanak awal, yaitu usia 1 sampai 6 tahun
Masa toddler, yaitu usia 1 sampai 3 tahun
Usia prasekolah, yaitu usia 3 sampai 6 tahun
d. Tahap masa kanak-kanak pertengahan, yaitu anak usia 6 sampai
12 tahun
c. Tahap masa remaja, yaitu anak usia 12 sampai 18 tahun
3. Pola (kecenderungan) Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Merupakan pola yang pasti dan dapat diperkirakan
b. Pola arah perkembangan meliputi:
(1)Perkembangan sefalokaudal (kepala-ke-kaki) terjadi sepanjang
garis tubuh. Pengendalian kepala, mulut, dan gerakan mata
mendahului kendali terhadap bagian atas tubuh, torso, dan kaki
(2)Perkembangan proksimadistal (garis tengah-ke-perifer)
berkembang dari bagian pusat tubuh sampai ke ekstremitas. Anak
mengembangkan gerakan lengan sebelum kemampuan jari-jari
motorik halus. Perkembangan terjadi secara simetris, dengan tiap
sisi berkembang kea rah yang sama pada saat bersamaan
(3)Perkembangan umum-ke-khusus (diferensiasi) terjadi saat anak
dapat menguasai gerakan sederhana sebelum gerakan yang rumit
c. Pola sequential melibatkan tahap pertumbuhan dan perkembangan
yang berurutan, dan setiap anak normal akan melewatinya. Pola ini
telah teridentifikasi untuk keterampilan motorik, seperti lokomotor
misalnya anak mulai merangkak sebelum berjalan, dan untuk perilaku,
seperti keterampilan bahasa dan social misalnya pada awalnya anak
bermain sendirian, kemudian dengan orang lain
d. Pola secular merupakan kecenderungan yang universal dalam
kecepatan dan usia kematangan. Secara umum, anak-anak matang
lebih dini dan tumbuh lebih besar daripada kerabat mereka pada
generasi sebelumnya.
4. Teori Pertumbuhan dan Perkembangan
Para ahli teori beranggapan bahwa keterampilan emosional, sosial
kognitif, dan moral berkembang secara bertahap
a. Psikososial. Teori perkembangan psikososial Erik Eikson paling
sering digunakan. Pada setiap tahap, anak menghadapi krisis yang
memerlukan integritas antara kebutuha dan ketrampilan pribadi
dengan tuntutan budaya dan sosial. Tiap tahap mempunyai dua
kemungkinan komponen, yang diskai dan tidak disukai.
b. Psikoseksual. Sigmund Freud menganggap penting naluri seksual
dalam perkembangan kepribadian. Pada setiap tahapan, bagian-bagian
tbuh dianggap sebagai sumber kekuatan psikologis yang signifikan.
c. Kognitif. Jean Piaget menyatakan ada empat tahap utama
perkembangan berpikir logis. Tiap tahap terjadi dan terbentuk dari
tahap sebelumnya sesuai kebiasaan terdahulu
e. Moral. Teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg berdasarkan
perkembangan kognitif dan terdiri dari tiga tingkatan utama, masing-
masing tingkatan terdiri dari dua tahap.
5. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah (Usia 3-6
Tahun)
a. Pertumbuhan dan perkembangan fisik
Anak usia prasekolah yang sehat adalah yang ramping, periang,
dan cekatan serta memiliki sikap tubuh yang baik. Pertambahan tinggi
rata-rata adalah 6,25-7,5 cm per tahun. Tinggi rata-rata anak usia 4
tahun adalah 101,25 cm. Pertambahan berat badan rata-rata adalah 2,3
kg per tahun. Berat badan rata-rata anak usia 4 tahun adalah 16,8 kg.
b. Perkembangan motorik
Keterampilan motorik kasar bertambah baik. Anak usia
prasekolah dapat melompat dengan satu kaki, melompat dan berlari
lebih lancer. Anak dapat mengembangkan kemampuan olahraga,
seperti meluncur dan berenang. Anak usia prasekolah dapat
mengendarai sepeda roda tiga, menaiki tangga menggunakan kaki
bergantian, berdiri dengan satu kaki selama beberapa menit, dan
melompati sesuatu pada usia 3 tahun. Anak mampu melompat,
melompat dengan satu kaki, menangkap bola, dan menuruni tangga
dengan aki bergantian pada usia 4 tahun. Anak dapat melompat
dengan kaki bergantian, melempar dan menangkap bola, melompati
tali, dan berdiri seimbang satu kaki bergantian dengan mata tertutup
pada usia 5 tahun.
Keterampilan motorik halus menunjukkan perkembangan
utama yang ditunjukkan dengan meningkatkan kemampuan
menggambar. Anak dapat membangun menara 9 atau 10 balok,
membuat jembatan dari 3 balok, meniru bentuk lingkaran, dan
menggambar tanda silang pada usia 3 tahun. Anak dapat merekatkan
sepatu, meniru gambar bujur sangkar, menjiplak segilima, dan
menambahkan 3 bagian ke dalam gambar garis pada usia 4 tahun.
Anak dapat mengikat tali sepatu, menggunakan gunting dengan baik,
meniru gambar segilima dan segitiga, menambahkan 7 sampai
Sembilan bagian pada gambar garis, dan menulis beberapa huruf dan
angka serta nama depan pada usia 5 tahun.
c. Perkembangan psikososial
Erikson memberikan krisis yang dihadapi anak antara usia 3
dan 6 tahun disebut “inisiatif versus rasa bersalah”. Orang terdekat
anak usia prasekolah adalah keluarga. Anak normal telah menguasai
perasaan otonomi. Dengan dukungan orangtua dalam imajinasi dan
aktivitas, anak berupaya menguasai perasaan inisiatif. Anak
mengembangkan perasaan bersalah ketika orang tua membuat anak
merasa bahwa imajinasi dan aktivitasnya tidak dapat diterima.
Ansietas dan ketakutan terjadi ketika pemikiran dan aktivitas anak
tidak sesuai dengan harapan orang tua. Anak usia prasekolah adalah
pelajar yang enerjik, antusias, dan pengganggu dengan imajinasi yang
aktif. Anak menggali dunia fisik dengan semua indera dan
kekuatannya. Kesadaran moral (suara dari dalam hati yang
mengingatkan dan mengancam) mulai berkembang. Anak usia
prasekolah mulai untuk menggunakan alas an sederhana dan dapat
menoleransi penundaan kepuasan dalam periode yang lama.
Pengalaman anak selama periode usia prasekolah umumnya
lebih menakutkan dibanding dengan periode usia lainnya. Rasa takut
yang umumnya terjadi antara lain kegelapan, ditinggal sendiri
terutama pada saat menjelang tidur, binatang terutama yang besar,
hantu, mutilasi tubuh, nyeri, dan obyek serta orang-orang yang
berhubungan dengan pengalaman yang menyakitkan. Perasaan takut
anak usia prasekolah mudah muncul dan berasal tindakan dan
penilaian orang tua. Membiarkan anak tidur dengan lampu tetap
menyala dan menganjurkan bermain untuk menghalau rasa takut
dengan boneka atau mainan lain yang dapat membantu
mengembangkan kendali terhadap rasa takut. Menghadapkan anak
dengan objek yang membuatnya takut dalam lingkungan yang
terkendali, memberi anak kesempatan untuk menurunkan sensasi dan
mengurangi rasa takut
Hubungan anak dengan orang lain, selain orang tua meluas
termasuk kakek-nenek, saudara kandung, dan guru-guru di sekolah.
Anak memerlukan interaksi yang teratur dengan teman sebaya untuk
membantu mengembangkan keterampilan sosial. Tujuan utama
program usia prasekolah adalah membantu mengembangkan
keterampilan sosial anak
Permainan anak usia prasekolah biasanya bersifat asosiatif
(interaksi dan kooperatif). Anak usia prasekolah memerlukan
hubungan dengan teman sebaya. Aktifitas harus meningkatkan
pertumbuhan dan keterampilan motorik seperti melompat, berlari, dan
memanjat. Orang tua dapat menganjurkan mainan dan permainan
yang meningkatkan perkembangan motorik kasar dan halus seperti,
sepeda roda tiga, roda yang besar, peralatan senam, kolam renang
plastic, dan kotak pasir untuk meningkatkan keterampilan motorik
kasar. Balok-balok besar, permainan puzzle, pensil krayon, cat,
kerajinan tangan sederhana, dan permainan elektronik yang sesuai
usia untuk meningkatkan keterampilan motorik halus. Pakaian yang
dapat dilepas dan boneka, mainan peralatan rumah tangga, bermain
tenda, boneka tangan, serta peralatan dokter dan perawat untuk
meningkatkan permainan imitative dan imajinasi. Permainan
imitative, imajinatif dan dramatif adalah penting. Usia prasekolah
merupakan tahap khas untuk bermain dengan teman imajinatif. TV
dan bermain Video Game seharusnya hanya merupakan bagian dari
permainan anak dan orang tua harus memantau isi serta jumlah waktu
yang dihabiskan untuk kedua aktivitas ini. Anak usia prasekolah yang
aktif dan ingin tahu memerlukan pengawasan orang dewasa, terutama
di dekat air, peralatan senam, dan bahaya potensial lainnya.
d. Perkembangan Psikoseksual
Menurut tinjauan Freud, tahap fisik berlangsung dari usia 3-5
tahun. Kepuasan anak berpsat pada genitalia dan masturbasi. Anak
mengalami apa yang oleh Freud disebut sebagai Konflik Odipus.
Fase ini ditandai dengan kecemburuan dan persaingan terhadap orang
tua sejenis dan cinta terhadap orang tua lain jenis. Tahap odipus
biasanya berakhir pada akhir periode usia prasekolah dengan
identifikasi kuat pada orang tua sejenis
Anak usia prasekolah membentuk hubungan dekat yang kuat
dengan orang tua lain jenis, tetapi mengidentifikasi orang tua sejenis.
Ketika identifikasi seksual berkembang, kesopanan mungkin menjadi
perhatian. Demikian halnya dengan ketakutan terhadap kastrasi. Anak
usia prasekolah merupakan pengawas yang cermat tetapi kemampuan
interpretasinya buruk sehingga anak dapat mengenali tetapi tidak
memahami aktifitas seksual. Sebelum menjawab pertanyaan anak
mengenai seks, orang tua harus mengklarifikasi kembali apa yang
sebenarnya ditanyakan dan difikirkan anak tentang subjek spesifik.
Orang tua harus menjawab pertanyaan anak mengenai seks dengan
sederhana dan jujur, hanya memberikan informasi yang anak
tanyakan; penjelasan dapat diberikan nanti
e. Perkembangan Kognitif
Menurut tinjauan Piaget, tahap berpikir praoperasional pada
perkembangan kognitif, dari usia 2 sampai 7 tahun, memiliki dua fase,
yaitu fase prokonseptual dan fase intuitif. Fase prakonseptual terjadi
pada anak usia 2 sampai 4 tahun. Anak membentuk konsep yang
kurang lengkap dan logis dibandingkan dengan konsep orang dewasa.
Anak membuat klasifikasi yang sederhana. Anak menghubungkan
satu kejadian dengan kejadian yang simultan (penalaran transduktif).
Anak menampilkan pemikiran egosentrik. Fase Intuitif terjadi pada
usia 4-7 tahun. Anak menjadi mampu membuat klasifikasi,
menjumlahkan, dan menghubungkan objek-objek, tetapi tetap tidak
menyadari prinsip-prinsip di balik operasi tersebut. Anak
menunjukkan proses berpikir intuitif (anak menyadari bahwa sesuatu
adalah benar, tetapi ia tidak dapat mengatakan alasannya). Anak tidak
mampu untuk melihat sudut pandang orang lain. Anak menggunakan
banyak kata yang sesuai, tetapi kurang memaknai kata sebenarnya.
Anak usia prasekolah menunjukkan cara berpikir magis dan percaya
bahwa semua pikirannya mengandung kekuatan. Mereka dapat merasa
bersalah dan bertanggung jawab terhadap pikiran-pikiran “buruk”,
yang kadang-kadang terjadi bersamaan dengan kejadian yang
diharapkan (misalnya anak mengharapkan adiknya mati dan pada saat
yang sama adiknya menjadi sakit dan dirawat di Rumah Sakit).
Rata-rata anak usia 3 tahun mengucapkan 900 kata, berbicara
kalimat dengan tiga atau empat kata, dan berbicara terus menerus.
Rata-rata anak usia 4 tahun mengucapkan 1500 kata, mengatakan
cerita yang dilebih-lebihkan, dan bernyanyi lagu yang sederhana. Usia
4 tahun merupakan usia puncak untuk ertanyaan “mengapa”. Rata-rata
usia 5 tahun dapat mengucapkan 2100 kata, mengetahui empat warna
atau lebih, dan dapat menamakan hari-hari dalam satu minggu dan
bulan
f. Perkembangan Moral
Menurut tinjauan Kohlberg, anak sia prasekolah berada pada
tahap prakonvensional dalam perkembangan moral, yang terjadi
hingga usia 10 tahun. Pada tahap ini perasaan bersalah muncul, dan
penekanannya adalah pada pengendalian eksternal. Standar moral
anak adalah apa yang ada pada orang lain, dan anak mengamati
mereka untuk menghindari hukuman atau mendapatkan penghargaan.
g. Penyakit dan Hospitalisasi
Anak prasekolah kurang dapat membedakan antara diri sendiri
dan orang lain. Mereka memiliki pemahaman bahasa yang terbatas
dan hanya dapat melihat sat aspek dari suatu objek atau situasi pada
satu waktu. Anak usia prasekolah merasa fenomena nyata yang tidak
berhubungan sebagai penyebab penyakit. Cara berpikir magis
menyebabkan anak usia praseekolah memandang penyakit sebagai
suatu hukuman. Selain itu, anak usia prasekolah mengalami konflik
psikoseksual dan takut terhadap mtilasi, menyebabkan anak tertama
takut terhadap pengukuran suhu rectal dan kateterisasi urine.
Mekanisme pertahanan anak usia prasekolah adalah regresi.
Mereka akan bereaksi terhadap perpisahan dengan regresi dan
menolak untuk bekerja sama. Anak sia prasekolah merasa kehilangan
kendali karena mereka mengalami kehilangan kekuatan mereka
sendiri. Takut terhadap cedera tubuh dan nyeri mengarah kepada rasa
takut terhadap mutilasi dan prosedur yang menyakitkan. Keterbatasan
pengetahuan mengenai tubuh meningkatkan rasa takut yang khas;
sebagai contoh takut terhadap kastrasi (dicetuskan oleh enema,
pengukuran suhu rectal, dan kateter) dan takut bahwa kerusakan kulit
(missal jalur intravena dan prosedur pengambilan darah) akan
menyebabkan bagian dalam tubuhnya menjadi bocor. Anak usia
prasekolah mengiterpretasikan hospitalisasi sebagai hukuman dan
perpisahan dengan orang tua sebagai kehilangan kasih sayang
B. Teori Terapi Bermain
1. Pengertian Bermain
Bermain adalah cara alamiah bagian anak mengungkapkan konflik
dalam dirinya yang tidak disadari. (Wholey and Wong, 1991). Bermain
adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk
memperoleh kesenangan. (Foster, 1989). Bermain adalah kegiatan yang
dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan
hasil akhir (Hurlock). Jadi kesimpulannya bermain adalah cara untuk
memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
2. Kategori Bermain
a. Bermain aktif: yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari
anak sendiri.
Contoh: bermain sepak bola.
b. Bermain pasif: energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu
melakukan aktivitas (hanya melihat)
Contoh: memberikan support.
3. Ciri-Ciri Bermain
a. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
b. Selalu ada timbal balik interaksi
c. Selalu dinamis
d. Ada aturan tertentu
e. Menuntut ruangan tertentu
4. Klasifikasi Bermain Menurut Isi
a. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh
lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara
memanjakan anak tertawa senang,dengan bermain anak diharapkan
dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
b. Sense of pleasure play
Anak memproleh kesenangan dari satu obyek yang ada
disekitarnya,dengan bermain dapat merangsang perabaan
alat,misalnya bermain air atau pasir.
c. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan
tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya
mengendarai sepeda.
d. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah
atau ibu
5. Klasifikasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial
a. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa
orang lain yang bermai disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita
Toddler.
b. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-
masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang
lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya
dilakukan oleh anak preischool.
Contoh: bermain balok
c. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas
yangsma tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada
pembagian tugas, anak bermain sesukanya.
d. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang
terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu. Bissanya
dilakukanoleh anak usia sekolah Adolesen
6. Fungsi Bermain
Anak dapat melangsungkan perkembangannya:
a. Perkembangan sensori motorik
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu,
misalnya meraih pensil.
b. Perkembangan kognitif
Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk, kegunaan)
c. Kreatifitas
Mengembangkan kreatifitas mencoba ide baru misalnya menyusun
balok.
d. Perkembangan sosial
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan
mempelajari belajar dalam kelompok.
e. Kesadaran diri (Self Awareness)
Bermain belajar memahami kemampuan diri kelemahan dan tingkah
laku terhadap orang lain.
f. Perkembangan moral
Intraksi dengan orang lain bertingkah laku sesuai harapan teman
menyesuaikan dengan aturan kelompok. Contoh: dapat menerapkan
kejujuran.
g. Terapi
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan
yang tidak enak misalnya: marah, takut, benci.
h. Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi nak yang belum dapat
mengatakan secara verbal, misalnya: melukis, menggambar, bermain
peran.
7. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
a. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi/keterbatasan
b. Status kesehatan, anak sakit→ perkembangan psikomotor kognitif
terganggu
c. Jenis kelamin
d. Lingkungan → lokasi, negara, kultur.
e. Alat permainan → senang dapat menggunakan
f. Intelegensia dan status social ekonomi
8. Tahap Perkembangan Bermain
a. Tahap eksplorasi
Merupkan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
b. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap perminan.
c. Tahap bermin sungguhan
Anak sudah ikut dalam perminan.
d. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan
berikutnya.
9. Karakteristik Bermain Sesuai Tahap Perkembangan
a. Usia 1 bulan
Visual : Lihat dengan jarak dekat. Gantungkan benda yang
terang dan menyolok
Auditori : Bicara dengan bayi, menyanyi, musik, radio, detik jam
Taktil : Memeluk, menggendong, memberi kesenangan
Kinetik : Mengayun, naik kereta dorong
b. Usia 2-3 bulan
Visual : Buat ruangan menjadi tenang, gambar, cermin
ditembok. Bawa bayi ke ruangan lain. Letakkan bayi agar
dapat memandang disekitar
Auditori : Bicara dengan bayi,beri mainan bunyi,ikut sertakan
dalam pertemuan keluarga.
Taktil : Memandikan, mengganti popok, menyisir rambut
dengan lembut, gosok dengan lotion/bedak
Kinetik : Jalan dengan kereta, gerakan berenang, bermain air
c. Usia 4-6 bulan
Visual : Bermain cermin, anak nonton TV. Beri mainan dengan
warna terang
Auditori : Anak bicara, ulangi suara yang dibuat, panggil nama,
remas kertas didekat telinga, pegang mainan bunyi.
Taktil : Beri mainan lembut/kasar, mandi cemplung/cebur
Kinetik : Bantu tengkurap, sokong waktu duduk
d. Usia 6-9 bulan
Visual : Mainan berwarna, bermain depan cermin, ”ciluk ….ba”.
Beri kertas untuk dirobek-robek.
Auditori : Panggil nama “Mama …Papa, dapat menyebutkan
bagian tubuh, beri tahu yang anda lakukan, ajarkan tepuk
tangan dan beri perintah sederhana.
Taktil : Meraba bahan bermacam-macam tekstur, ukuran, main
air mengalir, berenang
Kinetik : Letakkan mainan agak jauh lalu suruh untuk
mengambilnya.
e. Usia 9-12 bulan
Visual : Perlihatkan gambar dalam buku. Ajak pergi ke berbagai
tempat. bermain bola, tunjukkan bangunan agak jauh.
Auditori : Tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan, kenalkan dengan
suara binatang
Taktil : Beri makanan yang dapat dipegang. Kenalkan dingin,
panas dan hangat.
Kinetik : Beri mainan
Mainan yang dianjurkan untuk Bayi 6-12 bulan
Blockies warna-warni jumlah, ukuran.
Buku dengan gambar menarik
Balon, cangkir dan sendok
Boneka bayi
Mainan yang dapat didorong dan ditarik
f. Todler ( 2-3 tahun )
Mulai berjalan, memanjat, lari, dapat memainkan sesuatu dengan
tangannya, senang melempar, mendorong, mengambil sesuatu,
perhatiannya singkat, mulai mengerti memiliki “ Ini milikku ….”,
karakteristik bermain “Paralel Play”, toddler selalu brtengkar saling
memperebutkan mainan/sesuatu, senang musik/irama
Mainan Untuk Toddler
Mainan yang dapat ditarik dan didorong
Alat masak
Malam, lilin
Boneka, Blockies, Telepon, gambar dalam buku, bola, dram yang
dapat dipukul, krayon, kertas.
g. Pre-school
Cross motor and fine motors, dapat melompat, bermain dan
bersepeda. Sangat energik dan imaginative. Mulai terbentuk
perkembangan moral. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan
bermain dgn kelompok
Karakteristik bermain
Assosiative play
Dramatic play
Skill play
Laki-laki aktif bermain di luar
Perempuan didalam rumah
Mainan untuk Pre-schooL
Peralatan rumah tangga
Sepeda roda Tiga
Papan tulis/kapur
Lilin, boneka, kertas
Drum, buku dengan kata simple, kapal terbang, mobil, truk
h. Usia Sekolah
Bermain dengan kelompok dan sama dengan jenis kelamin
Dapat belajar dengan aturan kelompok
Belajar Independent, cooperative, bersaing, menerima orang lain.
Karakteristik “Cooperative Play”
Laki-laki: Mechanical
Perrempuan: Mother Role
Mainan untuk Usia Sekolah
6-8 TAHUN Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk
melukis, mencatat, sepeda.
8-12 TAHUN Buku, mengumpulkan perangko, uang logam,
pekerjaan tangan, kartu, olah raga bersama, sepeda,
sepatu roda.
C. Bermain dan Mainan dalam Tumbuh Kembang Anak
1. Bayi (0-1 tahun)
Bayi mengembangkan keterampilan sensorik dan motorik degan
memanipulasi mainan dan benda lain. Tujuannya adalah untuk
menstimulus perkembangan psikologis, memberi pengalihan dari rasa
bosan, nyeri, dan ketidaknyamanan, menyediakan alat untuk komunikasi
dan mengekspresikan perasaan, membantu mengembangkan
keterampilan sensorik motorik
Mainan bayi harus aman dan sesuai dengan usianya. Keamanan yang
harus diperhatikan adalah mainan tersebut tidak mempnyai bagian ujung
yang runcing dan tidak memiliki bagian yang kecil atau dapat dilepas.
Mainan yang sesuai usia bayi cocok untuk rentan perhatian bayi yang
pendek dan mempunyai cirri warna terang untuk member stimulasi
2. Usia Prasekolah
Permainan anak usia prasekolah biasanya bersifat asosiatif (interaksi
dan kooperatif). Anak usia prasekolah memerlukan hubungan dengan
teman sebaya. Aktifitas harus meningkatkan pertumbuhan dan
keterampilan motorik seperti melompat, berlari, dan memanjat. Orang tua
dapat menganjurkan mainan dan permainan yang meningkatkan
perkembangan motorik kasar dan halus seperti, sepeda roda tiga, roda
yang besar, peralatan senam, kolam renang plastic, dan kotak pasir untuk
meningkatkan keterampilan motorik kasar. Balok-balok besar, permainan
puzzle, pensil krayon, cat, kerajinan tangan sederhana, dan permainan
elektronik yang sesuai usia untuk meningkatkan keterampilan motorik
halus. Pakaian yang dapat dilepas dan boneka, mainan peralatan rumah
tangga, bermain tenda, boneka tangan, serta peralatan dokter dan perawat
untuk meningkatkan permainan imitative dan imajinasi. Permainan
imitative, imajinatif dan dramatif adalah penting. Usia prasekolah
merupakan tahap khas untuk bermain dengan teman imajinatif. TV dan
bermain Video Game seharusnya hanya merupakan bagian dari
permainan anak dan orang tua harus memantau isi serta jumlah waktu
yang dihabiskan untuk kedua aktivitas ini. Anak usia prasekolah yang
aktif dan ingin tahu memerlukan pengawasan orang dewasa, terutama di
dekat air, peralatan senam, dan bahaya potensial lainnya.
BAB III
SAB ( Satuan Acara Bermain )
3.1 SAB TERAPI BERMAIN
Pokok Bahasan :Terapi bermain pada anak di RS Poltekkes dr. Soepraoen Malang
Sub Pokok Bahasan : Terapi bermain anak usia preschool (4-6 tahun)
Tujuan : Mengoptimalkan tingkat perkembangan anak melalui bermain
Tempat : Ruang Anak 2A RS Poltekkes dr. Soepraoen Malang
Waktu : 45 menit (Jam . . . s/d . . )
Sasaran : 1. Klien “An . . . umur . . tahun . . .
2. Klien “An . . . umur . . tahun . . .
3. Klien “An . . . umur . . tahun . . .
Metode : Membuat berbagai bentuk dari plastisin/malam
Media : Mewarnai gambar
Pembagian Tugas Kelompok :
Leader : Amelia Dwi
CO Leader : Ani Susanti
Fasilitator : Andita Mahasurya
Nugroho Bagas
Observer : Nurul Winda
3.2 TUJUAN
A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUMMengoptimalkan tingkat perkembangan anak.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSSetelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu :1. Menurunkan tingkat kecemasan pada anak2. Mengekspresikan emosi anak sehingga anak memberikan respon
kooperatif3. Melanjutkan tugas kembang selama perawatan4. Mengurangi dampak hospitalisasi
I. KARAKTERISTIK BERMAINAssosiative Play
II. JENIS PERMAINANPlastisin
III. METODEMembuat berbagai bentuk dari plastisin/malam
IV.SASARAN1. Anak usia preschool (4-6 tahun) laki – laki / perempuan2. Anak setuju / bersedia3. Anak tidak terpasang infuse4. Kondisi anak stabil5. Anak sudah mampu mobilisasi secara aktif6. Anak tidak mengidap penyakit menular
V. PROSES SELEKTIF1. Merekrut anak yang berusia 4-6 tahun2. Identifikasi anak yang termasuk kriteria anggota bermain
3. Meminta persetujuan anak dan orang tua untuk mengikuti terapi bermain4. Membuat kontrak dengan anak dan orang tua berkaitan dengan waktu
pelaksanaan terapi bermain
VI.ALAT BERMAINBuku mewarnai dan pensil warna
VII. SETTING
KETERANGAN :I : LeaderII: Co-leaderIII: Observer1 : Fasilitator A : Peserta SAB2 : Fasilitator B : Peserta SAB3 : Fasilitator C : Peserta SAB
C 3
1 2
I A
B
II
III
VIII. ATURAN BERMAIN1. Anak di kumpulkan dalam satu lingkaran2. Masing – masing anak berespon terhadap benda / mainan yang ada di
hadapannya3. Anak mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir4. Anak meminta izin kepada terapis bila ingin meninggalkan ruang terapi
bermain5.
IX. PERILAKU YANG DIHARAPKAN DARI ANAK1. Anak dapat berinteraksi dengan baik dengan teman sebayanya2. Anak senang selama / setelah bermain3. Selama terapi bermain berlangsung, anak konsentrasi terhadap permainan
yang dilaksanakan
X. HAL- HALYANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM BERMAIN1. Bermain / alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak inggin bermain5. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit
XI. RENCANA PELAKSANAAN
No. Terapis Kegiatan Terapis Subjek Terapis Waktu
1 Persiapan (Pre Interaksi)a. Menyiapkan ruanganb. Menyiapkan alat – alatc. Menyiapkan anak dan keluarga
Menseting ruangMenyiapkan kertas lipat dan lain-lain‘’Anak menunggu di luar ruangan
Ruangan, alat, anak, dan keluarga siap
5 menit
2 Fase Orientasia. Leader membuka proses terapi
bermain dengan mengucapkan salam
b. Leader memperkenalkan diri dan anggota terapis yang lain
c. Leader memberikan kesempatan masing – masing anak untuk
“Assallamuallaiku.Selamat pagi adik-adik, bagaimana kabarnya hari ini,semua sehat..?”“Sebelumnya kakak perkenalkan nama kakak Melki dan ini teman-teman saya”“Karena kakak sudah
Menjawab salam dan menjawab petanyaan
Mendengarkan
Memperkenalka-n diri
15 menit
memperkenalkan dirinya (menyebutkan nama, umur, alamat) serta menyebut nama teman yg ada disampingnya
d. Leader membuat kontrak waktu, tempat dan tujuan terapi bermain pada anak dan keluarga
e. Leader menjelaskan aturan bermain
memperkenalkan diri sekarang gentian adik-adik”Ayo adik “A,B,C” siapa nama lengkapnya,nama panggilannya siapa, umurnya berapa, alamatnya dimana.’’Disini kita akan melakukan terapi bermain selama 45 menit dan tujuannya agar adik-adik merasa senang”“Aturan mainnya adik-adik tidak boleh meninggalkan ruangan ini sebelum acara selesai”“Jika ingin keluar harus ijin dulu”“Untuk adik-adik yangi ngin buang air kecil, silahkan ke toilet dulu”
Mendengarkan
Mendengarkan
3 a. Leader menjelaskan cara menggunakan alat permainan yang benar dan di bantu oleh co leader dan fasilitator
b. Leader memberi contoh
c. Leader meminta fasilitator membagi alat permainan kepada peserta terapi bermain
d. Terapis mendampingi setiap anak
e. Mengajak anak bermainf. Terapis memperhatikan keadaan
umum peserta terapi bermain
“Ini namanya buku mewarnai, nanti adek bisa mewarnai gambar sesuai warna yang adek suka”“Nanti jadinya akan seperti ini”“Tolong kakak-kakaknya membagi buku mewarnai ini ke adik-adiknyaTerapis mendampingi setiap anakMengajak anak bermainTerapis memperhatikan keadaan umum peserta terapi bermain“gimana sudah selesai, coba kakak lihat hasilnya”
Memperhatikan
Memperhatikan
Menerima buku mewarnai
Didampingi terapis
Anak bermainBermain bersama dengan antusias
15 menit
4 Penutup (1 menit )a. Leader mengevaluasi secara subyektif
dan obyektif dengan menanyakan perasaan masing-masing anak
Bagaimana perasaannya, senang/tidak,
Menjawab pertanyaan10 menit
terhadap terapi bermain yang telah dilaksanakan.
b. Terapi memberikan reward atau pujian atas keberhasilan peserta terapi bermain dengan bertepuk tangan
c. Leader menyampaikan rencana tindak lanjut
d. Leader menyampaikan terimakasih dan mengucapkan salam
“Berhubung buatan adik A lebih bagus maka adik A akan diberi gambar smile”“Tepuk tangan”“Permainan ini bisa dilakukan di rumah bersama mama ya adik-adik”“Terimakasih atas partisipasinya mengikuti terapi bermain ini. Semoga bermanfaat”Sebelum di akhiri mari kita burtepuk tangan adik-adik.WassallamuallaikumSelamat pagi
Bertepuk tangan
Memperhatikan
Memperhatikan
Bertapuk tangan
Menjawab salam
XII. DESKRIPSI TUGAS
a.Leader-Memimpin jalannya acara-Membuka pertemuan- Mengatur seting tempat- Menutup kegiatan bermain
b.Co. Leader- Membantu tugas dari leader- Menggantikan posisi leader bila diperlukan
c.Fasilitator-Sebagai pemandu jalannya acara- Sebagai tempat bertanya leader dan co. leader tentang kegiatan yang akan dilakukan-Memberipetunjuk dalam acara supaya berlangsung baik
d.Observer- Mengopservasi jalan nya acara- Memberikan penilaian(dengan memberikan tanda bintang)- Memberi saran dan kritik setelah acara selesai- Mengevaluasi dan umpan balik kepada leader dan co.leader
DAFTAR PESERTA TERAPI BERMAIN
NO NAMA ALAMAT TTD
KESIMPULAN :
LEMBAR OBSERVASI
NO KEGIATAN ANAK 1 ANAK 2 ANAK 3 ANAK 4 ANAK 5
1 Mampu menyebutkan nama lengkap
2 Mampu menyebutkan nama panggilan
3 Mampu menyebutkan umur
4 Mampu menyebutkan alamat
5 Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
6 Bersikap baik kepada teman
7 Mampu menyebutkan nama teman
8 Kooperatif dengan terapis, teman, lingkungan
9. Dapat melakukan permainan dengan baik
Keterangan:1. Pada kolom peserta di tulis nama panggilan masing-masing peserta terapi bermain
2. Setiap poin yang dilakukan anak, di isi dengan tanda ( √ )3. Poin yang tidak dilakukan di isi dengan ( - ) sesuaidengan kolom yang telah di sediakan
Kesimpulan :
Evaluasi :