s2-2013-304501-chapter1

8
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawatan kesehatan gigi saat ini telah berhasil mengurangi karies dan penyakit periodontal sehingga terjadi perubahan permintaan perawatan, saat ini perawatan yang banyak dilakukan terutama perawatan estetika (Kugel, 2004). Dalam dunia modern, senyum yang cantik adalah senyum dengan gigi yang tersusun rapi dan berwarna putih. Keadaan dan susunan gigi serta rahang yang baik berperan penting untuk mendapatkan wajah yang harmonis dan senyum yang cantik mendorong minat masyarakat untuk mendapatkan perawatan ortodontik. Pasien yang datang ke dokter gigi untuk perawatan ortodontik mungkin sebelumnya pernah melakukan bleaching gigi atau tertarik dengan bleaching gigi. (Dhillon dkk., 2011). Perawatan ortodontik dapat dilakukan dengan alat ortodontik lepasan dan cekat. Alat ortodontik lepasan adalah alat ortodontik yang dapat dipasang dan dilepas oleh pasien. Alat lepasan terdiri dari komponen aktif, retentif, penjangkaran dan lempeng akrilik. Alat ortodontik cekat merupakan alat yang hanya dapat dipasang dan dibuka oleh dokter gigi. Alat cekat ini terdiri dari beberapa komponen dasar yaitu braket, kawat busur, cincin (band) dan molar tube (Proffit dan Field, 1993). Teknik perawatan ortodontik cekat telah berkembang pesat, saat ini pemakaian cincin yang disemen telah digantikan dengan sistem perekatan braket langsung pada permukaan gigi (Almeida dkk., 1994). Perekatan braket langsung

Upload: veda-chandrika

Post on 17-Feb-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

chap1

TRANSCRIPT

Page 1: S2-2013-304501-chapter1

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perawatan kesehatan gigi saat ini telah berhasil mengurangi karies dan

penyakit periodontal sehingga terjadi perubahan permintaan perawatan, saat ini

perawatan yang banyak dilakukan terutama perawatan estetika (Kugel, 2004).

Dalam dunia modern, senyum yang cantik adalah senyum dengan gigi yang

tersusun rapi dan berwarna putih. Keadaan dan susunan gigi serta rahang yang

baik berperan penting untuk mendapatkan wajah yang harmonis dan senyum yang

cantik mendorong minat masyarakat untuk mendapatkan perawatan ortodontik.

Pasien yang datang ke dokter gigi untuk perawatan ortodontik mungkin

sebelumnya pernah melakukan bleaching gigi atau tertarik dengan bleaching gigi.

(Dhillon dkk., 2011).

Perawatan ortodontik dapat dilakukan dengan alat ortodontik lepasan dan

cekat. Alat ortodontik lepasan adalah alat ortodontik yang dapat dipasang dan

dilepas oleh pasien. Alat lepasan terdiri dari komponen aktif, retentif,

penjangkaran dan lempeng akrilik. Alat ortodontik cekat merupakan alat yang

hanya dapat dipasang dan dibuka oleh dokter gigi. Alat cekat ini terdiri dari

beberapa komponen dasar yaitu braket, kawat busur, cincin (band) dan molar

tube (Proffit dan Field, 1993).

Teknik perawatan ortodontik cekat telah berkembang pesat, saat ini

pemakaian cincin yang disemen telah digantikan dengan sistem perekatan braket

langsung pada permukaan gigi (Almeida dkk., 1994). Perekatan braket langsung

Page 2: S2-2013-304501-chapter1

2

pada dasarnya adalah suatu prosedur pembuatan kunci mekanik sehingga

terbentuk suatu ketidak-teraturan pada permukaan email gigi sehingga terbentuk

kunci mekanik dengan dasar braket ortodontik (Proffit dan Fields. 1993).

Terdapat beberapa beberapa macam bahan perekat ortodontik yaitu :

resin komposit, semen ionomer kaca konvensional, semen ionomer kaca

modifikasi resin dan kompomer, dengan mekanisme polimerisasi yang berbeda

yaitu secara kimiawi, kombinasi kimiawi dan sinar. Sistem perekatan langsung

dengan semen ionomer kaca mempunyai keunggulan karena dapat digunakan

dalam kondisi permukaan yang lembab, tidak diperlukan pengetsaan sehingga

waktu saat aplikasi lebih cepat dan pada saat pelepasan braket tidak menyebabkan

kerusakan email (Cacciafesta dkk.,2003).

Kekuatan rekat antara braket, bahan bonding dan email bervariasi dan

tergantung faktor seperti jenis bahan bonding yang digunakan, desain dasar

braket, morfologi email, teknik ortodontik dan alat yang digunakan (Markovic

dkk., 2008). Teknik Begg merupakan salah satu teknik ortodontik yang digunakan

klinik PPDGS di RSGM Prof. Soedomo Yogyakarta. Gerakan gigi yang

dihasilkan teknik ini adalah gerakan tipping mahkota dan akar gigi. Gerakan

tipping mahkota dan akar gigi tersebut menimbulkan gaya geser dan gaya tarik

pada perekatan braket. Cacciafesta (2003) menambahkan perekatan klinis yang

baik bila mampu menahan kekuatan geser sebesar 60-80kg/cm2 atau 6-8 MPa dan

kekuatan tarik sebesar 50kg/cm2 atau 5MPa. Pelepasan perekatan braket terjadi

apabila ada gaya berlebihan yang berupa tekanan, tarikan atau gaya torque pada

perekatan tersebut.

Page 3: S2-2013-304501-chapter1

3

Petusco (2009) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan

email diantaranya dental prophylaxis, tindakan etching dan bleaching. Bleaching

telah digunakan sejak akhir tahun 1870 untuk mengatasi diskolorasi gigi. Bahan

bleaching adalah zat oksidator yang ketika diaplikasikan pada gigi akan mengatasi

diskolorasi gigi dengan reaksi reduksi oksidasi, misalnya hidrogen peroksida,

karbamid peroksida, sodium perborat dan sodium klorit.

Diskolorasi gigi dapat bersifat fisiologi yang terjadi dengan bertambahnya

umur dan diskolorasi patologi karena chromogens intrinsik dan ekstrinsik.

Chromogens adalah zat-zat yang menyebabkan perubahan warna secara sistemik.

Diskolorasi secara intrinsik karena akumulasi chromogens pada masa

pembentukan gigi, misalnya akibat terapi tetrasiklin, penyerapan fluor yang

berlebihan atau fluorosis dan diskolorasi setelah selesai perkembangan gigi seperti

nekrosis pulpa (Greenwall, 1999). Diskolorasi yang disebabkan chromogens

ekstrinsik misalnya karena konsumsi teh, kopi, merokok dengan jangka waktu

yang cukup lama (Bishara dkk., 1993).

Salah satu teknik bleaching yang dianjurkan oleh dokter gigi adalah at-

home bleaching. Teknik ini dilakukan oleh pasien di rumah dengan menggunakan

bahan bleaching yang mengandung karbamid peroksida dengan menggunakan

tray. Tray adalah alat yang dibuat dari bahan polythene secara thermoformed atau

dibentuk dengan panas dan tekanan dari cetakan gigi individual pasien. Tray

berfungsi menjaga karbamid peroksida berkontak dengan permukaan labial gigi

(Patusco dkk., 2009).

Page 4: S2-2013-304501-chapter1

4

Karbamid peroksida adalah oksidator dalam sediaan yang berbentuk gel

anhidrasi. Karbamid peroksida yang diaplikasikan pada gigi dakan berubah

menjadi hidrogen peroksida dan urea, hidrogen peroksida kemudian terpecah

menjadi air dan oksigen, sedangkan urea terurai menjadi ammonia dan

karbondioksida. Terlepasnya oksigen radikal bebas akan bereaksi dengan

chromogens intrinsik ataupun ekstrinsik menimbulkan efek pemutihan gigi

(Haywood dkk., 1990). Greenwall (1999) menambahkan aksi mekanisme

bleaching gigi yaitu radikal bebas HO2- + O- berintereaksi dengan molekul

organik dengan menyerap warna dan mengoksidasi makromolekul dan pigmen

stain, memecah chromogens penyebab diskolorasi gigi menjadi molekul yang

lebih kecil dengan warna yang lebih terang.

Sediaan karbamid peroksida yang berbentuk gel mengandung konsentrasi

yang berbeda-beda, diantaranya 10%, 15% (Leonard dkk., 1997) 20%, 30-35%

(Wattanapayungkul dan Yap, 2003). Karbamid peroksida 10% dianjurkan kepada

pasien dengan riwayat gigi hipersensitif, dengan waktu pemakaian 8-10 jam setiap

hari selama 1 minggu. Karbamid peroksida 15% dianjurkan dengan pemakaian 4-

6 jam setiap hari selama 1 minggu dan untuk karbamid peroksida 20% pemakaian

2-4 jam setiap hari selama 1 minggu. Karbamid peroksida 15% dan 20%

dianjurkan untuk pasien yang hanya mempunyai keterbatasan waktu, sedangkan

karbamid peroksida 35% dengan waktu pemakaian 30 menit setiap hari selama 1

minggu hanya dianjurkan untuk perawatan bleaching ulang (Greenwall dkk.,

1999).

Page 5: S2-2013-304501-chapter1

5

Karbamid peroksida bekerja lebih pelan dan perlu waktu kerja lebih lama

dibandingkan hidrogen peroksida, tidak memerlukan proteksi dari jaringan lunak

dan lebih sedikit mengiritasi dikarenakan konsentrasi ion hidroksi, asam, urea,

ammonia dan asam karbonat yang lebih tinggi (Greenwall dkk., 1999). Haywood

dkk. (1990) menambahkan urea dalam kemasan gel karbamid peroksida menjaga

pH dalam kisaran 5,3 sampai 7,2 sehingga tidak terjadi efek etsa pada email.

Penelitian Tjandrawinata (1999) setelah aplikasi karbamid peroksida

10% dan hidrogen peroksida 10% terjadi perubahan permukaan email yang

menjadi bergelombang, kasar dan berpori-pori. Potocnik dkk (2000)

menambahkan terjadi perubahan struktur email secara mikroskopik dengan

pemeriksaan SEM (Scanning Electron Microscope) dan terjadi penurunan

kandungan mineral kalsium dan fosfor email setelah aplikasi karbamid peroksida

10%. Penggunaan karbamid peroksida 15% menurunkan kekuatan geser pada

perekatan email (Mets dkk., 2007). Sahar dan Halim (2011) pada penelitian in

vivo menyatakan terjadi peningkatan kekasaran permukaan email setelah aplikasi

karbamid peroksida 20%. Caballero dkk. (2007) menambahkan penelitian dengan

pemeriksaan SEM (Scanning Electron Microscope) menggunakan hidrogen

peroksida 35% menyebabkan kerusakan permukaan email dan prisma email

menjadi tidak beraturan.

Cavalli dkk (2009) membandingkan pengaruh karbamid peroksida 10%,

15% dan 20% pada gigi molar tiga, hasilnya terjadi perubahan morfologi dan

kekasaran permukaaan email akibat konsentrasi yang berbeda. Uysal dkk. (2003)

dan Pithon dkk. (2007) menambahkan perubahan permukaan email akan

Page 6: S2-2013-304501-chapter1

6

mempengaruhi kekuatan perekatan terhadap permukaan email, hal ini

mempengaruhi perekatan braket ortodontik.

Perekat ortodontik yang baik adalah perekat yang meninggalkan sedikit

atau tanpa sisa-sisa perekat untuk meminimalkan kerusakan permanen pada email

dan menghemat waktu perawatan, karena membersihkan seluruh sisa perekat pada

lengkungan atas dan bawah dapat cukup memakan waktu. Proses menghilangkan

sisa bahan perekat setelah debonding braket ortodontik dapat menghasilkan

kerusakan permanen pada email yaitu antara 30 sampai 60 µm. Diperkenalkan

oleh Årtun dan Bergland pada tahun 1984, adhesive Remnant Index (ARI)

digunakan untuk mengevaluasi jumlah sisa perekat braket setelah debonding

(Cehreli dkk., 2011). Al Shamsi dkk., (2006) menambahkan bahwa skor ARI

bergantung pada faktor : desain braket dasar, jenis perekat dan kekuatan perekatan

pada antar muka.

Markovici dkk., (2008) menyatakan cara terbaik mengevaluasi kekuatan

perekat bonding ortodontik adalah secara in vitro. Semua faktor yang berperan

menyebabkan kegagalan perekatan braket terkendali sehingga penelitian in vitro

dapat menjadi panduan bagi dokter gigi dalam pemilihan bahan-bahan dan alat

yang digunakan. Oliver dkk., (2011) menambahkan morfologi permukaan gigi

sangat bervariasi, hal ini dapat mempengaruhi kekuatan perekatan. Hobson dkk.

(2002) pada penelitiannya menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

pada permukaan diantara setiap jenis gigi sehingga disarankan menggunakan satu

jenis gigi pada penelitian kekuatan perekatan. Ozturk dkk., (2008) menambahkan

gigi premolar paling sering dipergunakan untuk mengetahui efektifitas kekuatan

Page 7: S2-2013-304501-chapter1

7

perekatan braket karena gigi premolar dapat diinterpretasikan sama dengan semua

gigi pada rahang atas dan rahang bawah.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan maka diajukan

perumusan masalah sebagai berikut :

Bagaimanakah pengaruh karbamid peroksida konsentrasi 10%, 15%, 20% dan

35% terhadap kekuatan geser dan tarik braket logam dengan bahan bonding

semen ionomer kaca aktivasi sinar?

C. Keaslian Penelitian

Petusco dkk., (2009) melakukan penelitian dengan karbamid peroksida

10% (at-home bleaching) dan hidrogen peroksida 35% (in-office bleaching)

dengan bahan bonding resin komposit terhadap kekuatan geser braket logam pada

45 gigi premolar, hasil penelitian ini terjadi penurunan kekuatan geser pada

penggunaan hidrogen peroksida 35%.

Pithon dkk. (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh hidrogen

peroksida konsentrasi 6%, 7% dan 35% dengan bahan bonding semen ionomer

kaca akivasi sinar terhadap kekuatan geser braket ortodontik pada 150 gigi sapi,

hasil penelitian ini hanya pada hidrogen peroksida 7,5% terjadi penurunan

kekuatan geser yang bermakna.

Cavalli dkk (2009) membandingkan pengaruh karbamid peroksida 10%,

15% dan 20% pada gigi molar tiga terhadap morfologi dan kekasaran permukaaan

email, hasil penelitian ini karbamid peroksida menyebabkan peningkatan

Page 8: S2-2013-304501-chapter1

8

kekasaran permukaan dan pemeriksaan SEM menunjukkan terjadi demineralisasi

permukaan email.

Sejauh ini penulis belum menemukan penelitian tentang pengaruh at-home

bleaching menggunakan karbamid peroksida dengan konsentrasi 10%, 15%, 20%

dan 35% terhadap kekuatan geser dan tarik braket logam dengan bahan bonding

semen ionomer kaca aktivasi sinar.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

Pengaruh karbamid peroksida konsentrasi 10%, 15%, 20% dan 35%

terhadap kekuatan geser dan tarik braket logam dengan bahan bonding semen

ionomer kaca aktivasi sinar.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini berguna untuk :

Memberikan informasi dalam bidang ortodontik mengenai pengaruh

karbamid peroksida dalam berbagai konsentrasi terhadap kekuatan geser dan tarik

braket logam dengan bahan bonding semen ionomer kaca aktivasi sinar.