s1-2014-283837-chapter1

Upload: suharson-son-son

Post on 01-Mar-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 S1-2014-283837-chapter1

    1/9

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Buah-buahan merupakan salah satu kelompok komoditas pertanian yang

    penting di Indonesia. Buah-buahan memiliki tingkat permintaan yang tinggi.

    Permintaan domestik terhadap komoditas buah-buahan cukup tinggi, ditandai

    dengan banyaknya buah-buahan impor yang banyak di pasar modern maupun

    tradisional Indonesia. Pisang merupakan salah satu komoditas tanaman buah

    dengan tingkat permintaan yang tinggi karena memiliki banyak manfaat. Buah

    pisang berperan penting dalam pemenuhan gizi manusia sebagai sumber energi,

    serat pangan, dan vitamin. Konsumsi buah pisang penduduk Indonesia pada tahun

    2012 berdasarkan data Departemen Pertanian (2012) mencapai 1,825 kg per

    kapita setahun, sementara jumlah impor buah pisang ke Indonesia pada tahun

    2012 mencapai 1.240.869 ton dan ekspor mencapai 46,475 ton (BPS, 2012)

    Tingkat produksi buah pisang di Indonesia berada di atas komoditas

    buah-buahan lainnya. Produksi pisang pada tahun 2012 mencapai 6.189.052 ton.

    Dibandingkan dengan produksi buah-buahan lain di Indonesia pada tahun 2012,

    pisang menempati urutan pertama diikuti buah mangga (2.376.339 ton), nanas

    (1.781.899 ton), dan jeruk (1.611.784 ton) (BPS, 2012). Tingkat produksi yang

    tinggi ini terdiri dari berbagai macam jenis pisang yang ada di Indonesia.

    Disisi lain, kebutuhan masyarakat untuk pasar lokal dalam negeri dan luar

    negeri akan buah pisang juga diiringi dengan tuntutan terhadap kualitas pisang

  • 7/26/2019 S1-2014-283837-chapter1

    2/9

    2

    yang terjamin. Mutu pisang yang baik sangat ditentukan oleh tingkat ketuaan buah

    dan penampakannya. Secara fisik sebenarnya mudah dilihat karena tanda-tanda

    ketuaan mudah diamati (Satuhu dan Supriyadi, 1992). Menurut Trubus (2008)

    tingkat ketuaan buah untuk dipanen dapat ditentukan secara visual atau dengan

    memperhitungkan umur buah. Secara visual ciri-ciri buah pisang sudah bisa

    dipanen yaitu ditandai dengan kulit buah menjadi lebih cerah, bentuk buah lebih

    membulat tidak bersiku (Anonim 1, 2013). Cara lain untuk menentukan tingkat

    ketuaan yaitu dengan memperhitungkan umur buah pisang yang dihitung sejak

    bunga mekar. Umur petik varietas pisang mas dari Kebun Plasma Nutfah Pisang

    Yogyakarta bisa dipetik saat 40 hari setelah bunga mekar.

    Kematangan buah saat dipanen merupakan salah satu faktor penting dalam

    menjaga kualitas buah. Menurut Ahmad (2002) kematangan adalah keadaan buah

    yang siap untuk dikonsumsi, sedangkan ketuaan adalah suatu keadaan yang

    berhubungan dengan umur buah yang cukup siap untuk memasuki stadium

    matang. Menurut Sunarjono (2004) buah pisang merupakan jenis buah yang dapat

    diperam karena mengeluarkan gas etilen yang memacu proses pematangan. Buah

    yang matang karena diperam mempunyai mutu yang rendah.

    Pada saat ini Indonesia belum mampu meningkatkan volume ekspor buah-

    buahan tropis karena kendala kurang terpenuhinya persyaratan mutu yang diminta

    negara tujuan ekspor. Salah satu penyebabnya adalah selama ini sistem sortasi

    atau pemilahan buah masih dilakukan secara konvensional, dimana sortasi

    konvensional masih belum mampu memisahkan buah-buahan sesuai klasifikasi

    yang ditentukan. Padahal konsumen di negara maju berani membeli dengan harga

  • 7/26/2019 S1-2014-283837-chapter1

    3/9

    3

    tinggi untuk buah-buahan tropis yang dianggap eksotik asalkan mempunyai mutu

    prima. Produksi pisang tidak bersifat musiman dan merata sepanjang tahun.

    Secara teknis pisang memiliki bermacam varietas yang sesuai dengan berbagai

    kecocokan penggunaan (Anonim 2, 2005)

    Selama proses pematangan, warna, rasa, tekstur dan aroma buah

    mengalami perubahan (Sutrisno, 1994). Selama pematangan buah pisang terjadi

    perubahan warna kulit buah dari hijau ketika masih mentah menjadi

    kekuningan sampai kuning merata ketika matang penuh dan akhirnya timbul

    bercak coklat yang semakin melebar (Sjaifullah et al., 1997). Proses identifikasi

    tingkat kematangan buah pisang yang dilakukan oleh sebagian perusahaan

    pengolah maupun pengekspor buah pisang serta petani yang menanam pisang

    umumnya selama ini menggunakan prosedur identifikasi tingkat kematangan

    pisang secara konvensional yaitu dengan mengamati perubahan warna kulit secara

    visual mata manusia dengan segala keterbatasannya. Identifikasi dengan cara ini

    memiliki beberapa kelemahan diantaranya adalah menghasilkan produk yang

    beragam karena adanya keterbatasan visual manusia, tingkat kelelahan dan

    perbedaan persepsi tentang mutu buah. Selain itu menurut Pantastico (1989) batas

    antara stadium kematangan buah sukar ditentukan dengan mata telanjang,

    sehingga seringkali penentuan kematangan bersifat subjektif. Masih menurut

    Pantastico (1989), bagi perkebunan besar, cara ini terlalu banyak makan waktu

    dan hasilnya tidak dapat diandalkan.

    Proses pemilahan produk pertanian berdasarkangrade warna umumnya

    bergantung pada persepsi manusia terhadap faktor komposisi warna citra yang

  • 7/26/2019 S1-2014-283837-chapter1

    4/9

    4

    dimiliki oleh buah pisang tersebut. Perubahan warna kulit dalam proses

    kematangan dapat dihubungkan dengan panduan indeks warna tingkat

    kematangan pisang United States Department of Agriculture (USDA) seperti

    yang dinyatakan dalam Tabel 2.3 Tahapan tingkat kematangan buah pisang.

    Warna kulit pisang dapat ditangkap dengan menggunakan citra digital. Maka

    untuk itu diperlukan suatu sistem yang dapat mendeteksi perubahan warna kulit

    selama terjadinya proses pematangan tanpa merusak buah pisang yaitu mengambil

    gambar tampak luar perubahan warna kulit dengan menggunakan program citra

    digital. Model warna dalam citra digital telah banyak dikembangkan oleh para ahli

    seperti model warna RGB. Pengolahan warna RGB mudah dan sederhana, hal

    yang perlu dilakukan adalah melakukan pembacaan nilai-nilaired(R),green (G),

    dan blue (B) pada suatu piksel, menampilkan dan menafsirkan warna hasil

    perhitungan tadi sehingga mempunyai arti sesuai dengan yang diinginkan

    (Ahman, 2005). Menurut Munir (2004) analisis tekstur dapat dikatakan pola

    berulang dari hubungan (distribusi) spasial dari derajat keabuan pada piksel-piksel

    yang bertetangga. Fitur dalam analisis tekstur antara lain perhitungan nilai

    kontras, homogenitas, energi, entropi, dan korelasi.

    Pengolahan citra merupakan alternatif untuk pendugaan tingkat

    kematangan hasil pertanian secaranon-destruktif. Cara ini memiliki kemampuan

    yang lebih peka karena dilengkapi dengan sensor elektro-optika yang lebih

    menguntungkan jika dibandingkan dengan cara visual manusia yang sangat

    dipengaruhi oleh kondisi psikis pengamatnya (Gao and Tan, 1996). Teknik

    pengolahan citra menurut Kusumadewi (2003) bisa memberikan informasi yang

  • 7/26/2019 S1-2014-283837-chapter1

    5/9

    5

    baik jika digabungkan dengan sistem pengambilan keputusan yang mampu

    memberikan hasil dengan akurasi yang tinggi. Pengolahan citra dan jaringan saraf

    tiruan telah banyak digunakan dalam penelitian-penelitian berkaitan dengan

    tanaman dan buah-buahan, seperti Dwianto (2001) menggunakan pengolahan citra

    dan JST untuk menduga keberadaan air dan nutrisi pada pertumbuhan tanaman

    cabai, Damiri dkk (2004) untuk mengidentifikasi kematangan jeruk lemon (Citrus

    medica), dan Arham dkk (2004) untuk mengevaluasi tingkat kematangan jeruk

    nipis. Penggunaan metode pengambilan keputusan dengan pola pembelajaran

    yang diberikan menggunakan Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network)

    memungkinkan dalam memberikan hasil akurasi yang tinggi dalam problem

    penanganan pasca panen hasil pertanian.

    B. PERUMUSAN MASALAH

    Penentuan identifikasi kematangan buah pisang mas saat ini dilakukan

    secara manual. Proses pemilahan buah pisang sesuai dengan tingkat kematangan

    yang dilakukan oleh manusia mempunyai beberapa kelemahan, antara lain akan

    terjadi ketidakkonsistensian karena keterbatasan visual manusia dan adanya

    tingkat kelelahan serta perbedaan persepsi tentang grade pada masing-masing

    pengamat. Oleh karena itu, diperlukan metode pengolahan citra untuk

    mendapatkan parameter-parameter fisik buah pisang mas. Pengolahan citra

    merupakan alternatif untuk mengatasi persoalan tersebut. Cara ini memiliki

    kemampuan yang lebih peka karena dilengkapi dengan sensorelektro-optika yang

    lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan cara visual manusia yang sangat

    dipengaruhi oleh kondisi psikis pengamatnya. Parameter yang ditentukan yaitu

  • 7/26/2019 S1-2014-283837-chapter1

    6/9

    6

    parameter warna RGB dan tekstur yang kemudian digunakan untuk melakukan

    identifikasi kematangan buah pisang mas dengan menggunakan metode jaringan

    saraf tiruan.

    C. BATASAN MASALAH

    Pada penelitian pembuatan aplikasi ini diberikan pembatasan masalah

    sebagai berikut:

    1. Varietas buah pisang yang dipakai adalah buah pisang mas (Musa

    Paradisiaca, Lin) dari Kebun Plasma Nutfah Pisang Yogyakarta.

    2. Objek pisang sudah digolongkan tahapan kematangannya berdasarkan

    panduan indeks warna tingkat kematangan pisang USDA

    3. Pengambilan citra pada keempat sisi buah pisang dilakukan berdasarkan

    asumsi bahwa 4 sisi telah mampu mewakili keseluruhan permukaan buah

    pisang yang diambil citranya.

    4. Analisis pengolahan citra objek pisang menggunakan analisis warna citra

    atas unsur nilai RGB dan tekstur, sedangkan analisis identifikasi citra

    objek menggunakan metode jaringan saraf tiruan.

    5. Aplikasi analisis pengolahan citra dan metode jaringan saraf tiruan yang

    dibuat berbasis pemograman MATLAB dan ToolBox Jaringan Saraf

    Tiruan.

  • 7/26/2019 S1-2014-283837-chapter1

    7/9

    7

    D. TUJUAN PENELITIAN

    Tujuan dari penelitian ini adalah ;

    1. Mempelajari hubungan antara kematangan buah pisang mas dengan unsur

    warna citra RGB dan tekstur menggunakan metode pengolahan citra

    digital.

    2. Menyusun sistem basis pengetahuan (knowledge based system) dalam

    jaringan saraf tiruan untuk mengidentifikasi hasil panen buah pisang mas

    berdasarlam analisis tingkat kematangan dari pengolahan citra.

    3. Membuat aplikasi yang mampu mengidentifikasi buah pisang mas sesuai

    dengan tingkat kematangan.

    E. MANFAAT PENELITIAN

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai langkah awal

    untuk membangun sistem klasifikasi buah pisang sesuai dengan tingkat

    kematangan. Dengan melakukan kalibrasi pengaturan peralatan pengolahan citra,

    metode dapat digunakan sebagai dasar acuan untuk menentukan tingkat

    kematangan objek lain dalam penanganan hasil pasca panen pertanian.

    Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh pemahaman yang

    lebih baik terhadap metode arsitektur jaringan Saraf tiruan yang digunakan dalam

    pengambilan keputusan klasifikasi tingkat kematangan buah pisang mas.

  • 7/26/2019 S1-2014-283837-chapter1

    8/9

    8

    F. KEASLIAN PENELITIAN

    Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan aplikasi

    pengolahan citra digital yang telah dilakukan sebelumnya dapat dilihat pada Tabel

    1.1 berikut ini :

    Tabel 1.1 Penelitian Pendukung Terdahulu

    No Nama & Tahun Objek Metode

    1 Iswahyudi (2010) Apel RGB, Histogram

    2 Prianggono (2005) Jeruk Lemon RGB, Kamera Online

    3 Arham (2004) Jeruk Nipis RGB, JST

    Objek yang dikaji dalam penelitian terdahulu yaitu apel yang

    diteliti mengukur kematangan buah apel berdasar kemiripan warna. Pada

    penelitian ini, dalam penentuan tingkat kematangan buah apel, dapat

    ditentukan berdasarkan komposisi warnanya. Sebagai pembanding adalah

    histogram warna buah yang sudah matang. Informasi yang dihasilkan

    berupa persentase kemiripan dan penggolongan kematangan buah yang

    meliputi mentah, mengkal, dan matang. Hasil percobaan pada program

    yang telah dibuat menunjukkan bahwa citra yang memiliki kemiripan

    distribusi warna citra yang sama persis memiliki selisih jarak sama dengan

    nol (Iswahyudi, 2010). Penelitian lain yaitu pendeteksi buah jeruk lemon

    pada pohonnya secara online/ real time menggunakan kamera. Pada

    penelitian ini dikembangkan algoritma yang memungkinkan mendeteksi

    keberadaan buah jeruk lemon pada pohonnya dengan mempelajari,

    mengkaji dan menganalisis karakteristik sinyal-sinyal warna dalam model

  • 7/26/2019 S1-2014-283837-chapter1

    9/9

    9

    warna RGB dan HSI dari citra buah jeruk lemon dan latarnya. Sehingga

    didapat parameter warna yang digunakan sebagai sarana untuk

    memisahkan antara buah jeruk lemon dan latarnya (Prianggono, 2005).

    Penelitian yang mendukung terkait penggunaan pengolahan citra digital

    dan jaringan syraf tiruan yaitu dalam penelitian evaluasi mutu jeruk nipis

    dengan metode pengukuran non konvensional menggunakan pengolahan

    citra digital (digital image processing) menghasilkan data yang akan

    diproses secara pembelajaran dengan jaringan Saraf tiruan sehingga dapat

    digunakan untuk menentukan mutu buah (Arham, 2004).

    Keaslian dari penelitian yang penulis lakukan dibandingkan

    dengan penelitian yang terdahulu dapat dilihat dari objek dan metode yang

    digunakan dalam penelitian. Objek yang digunakan adalah buah pisang

    varietas pisang mas. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi

    tingkat kematangan buah pisang mas yaitu pengolahan citra yang terdiri

    dari pengolah dan analisis citra. Data analisis citra dalam bentuk model

    warna RGB dan tekstur. Hasil pengolahan citra dari setiap parameter

    tingkat kematangan tersebut digunakan sebagai input layer dalam analisis

    Jaringan Saraf Tiruan.