s1-2013-283367-chapter1
DESCRIPTION
S1-2013-283367-chapter1.pdfTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nanoteknologi adalah istilah untuk rentang teknologi, teknik dan proses yang
menyangkut manipulasi materi pada tingkat molekul (kelompok atom), sistem-
sistem yang memiliki sedikitnya satu dimensi fisik dalam rentang 1-100
nanometer. Nanoteknologi merupakan revolusi teknologi baru dan kunci kendali
ekonomi selama abad ke 21 yang memberikan manfaat sosial yang signifikan
termasuk diagnosa medis, sumber energi yang lebih efisien, produk elektronika
dan air bersih (Mustar, 2011).
Richard Feyman dalam ceramahnya yang berjudul “There is plenty room at
the bottom” pada tahun 1959 mengemukakan bahwa, seorang fisikawan mampu
membuat senyawa dengan struktur apapun yang diinginkan seorang kimiawan
dengan cara menyusun atom-atom yang diperlukan dan merangkainya
berdasarkan hukum fisika untuk membentuk senyawa baru tersebut. Berdasarkan
pandangan ini, pendekatan yang dipergunakan berbeda dengan pendekatan
teknologi sekarang yaitu bersifat bottom up bisa disebut molekular teknologi
karena berusaha membangun suatu produk atom demi atom atau molekul demi
molekul. Pendekatan ini memiliki keunggulan utama dibandingkan teknologi
konvensional yaitu kemampuannya untuk memanipulasi material dengan fleksibel
sesuai keinginan desainernya sebagai akibat pengontrolan pada level molekul.
Hasil dari keunggulan ini adalah produk hampir tanpa cacat, tidak adanya atau
sedikit limbah yang dihasilkan dan hemat energi.
Ilmuwan yang terkenal dalam konsep nanoteknologi adalah K.E.Drexler.
Drexler mengembangkan nanoteknologi molekular dengan meniru apa yang
terjadi pada sel. Hukum ini selanjutnya disebut Drexlerian Nanoteknologi dengan
idenya yang disebut assembler. Assembler ini bertindak seperti tangan robot pada
pabrik skala makro, yang menaruh atom atau molekul pada tempat yang
diinginkan.
1
2
Selanjutnya dengan menggunakan assembler level awal yang menyusun blok
bangunan berupa atom, assembler pada ukuran yang lebih besar dibangun. Pada
ukuran ini blok bangunannya berupa molekul. Kemudian assembler yang lebih
besar dibangun dan seterusnya hingga produk-produk biasa berukuran makro
dapat terbuat. Perbedaan metode ini dengan metode konvensional adalah produk
nanoteknologi molekular yang dihasilkan lebih kuat, prosesnya hemat energi dan
presisinya hingga level atom (Poli, 2006).
Sampai saat ini perkembangan nanoteknologi sudah sangat pesat baik
penerapannya dalam ilmu sains maupun dalam bidang komersial. Salah satu
perkembangan nanoteknologi adalah dalam bidang nanomaterial magnetik.
Nanomaterial magnetik (dalam hal ini nanopartikel magnetik) sangat menarik
karena memiliki sifat fisis yang unik, salah satunya terkait dengan sifat
kemagnetan yang dimiliki. Magnetisasi dan anisotropi magnetik nanomaterial
berbeda dengan material bulk. Nanomaterial magnetik (nanopartikel magnetik)
memiliki magnetisasi yang lebih besar daripada magnetisasi dalam bentuk bulk
serta memiliki perbedaan temperatur Curie (𝑇𝑇𝑐𝑐) dan temperatur Neel (𝑇𝑇𝑁𝑁) (Gubin
dkk, 2005).
Sifat istimewa lain yang dimiliki nanomaterial magnetik adalah sifat
superparamagnetik. Sifat superparamagnetik merupakan sifat yang muncul pada
nanomaterial berorde satu domain magnet, sehingga partikel tersebut akan sangat
reaktif terhadap medan magnet luar. Namun jika medan magnet luar dihilangkan
sifatnya akan mirip dengan material paramagnet. Fenomena ini akan meningkat
seiring dengan ukuran dan efek permukaan yang mendominasi sifat nanopartikel
magnetik tersebut (Wu dkk, 2010).
Dalam mensintesis nanopartikel magnetik banyak metode-metode kimia yang
digunakan seperti mikroemulsi (Chin dan Yaacob, 2007), sintesis sol-gel
(Albornoz dan Jacobo, 2006), sonochemical reactions (Kim dkk, 2005), flow
injection synthesis (Alvarez dkk, 2006) dan electrospray synthesis (Basak dkk,
2007). Sebagian besar metode yang digunakan untuk memproduksi nanopartikel
magnetik adalah dengan teknik kopresipitasi (Kumar Gupta dan Gupta, 2005).
Teknik kopresipitasi merupakan teknik sintesis nanopartikel yang sederhana dan
3
lebih efisien untuk memperoleh partikel magnetik. Keuntungan utama dari proses
kopresipitasi adalah nanopartikel dalam jumlah besar dapat disintesis (Laurent
dkk, 2008).
Polusi limbah logam berat adalah satu permasalahan lingkungan yang penting
hingga saat ini. Polusi logam berat berasal dari banyak sumber tetapi sebagian
besar berasal dari pemurnian logam, misalnya peleburan biji tambang dan
pengolahan bahan bakar nuklir. Selain itu polusi logam berat juga berasal dari
pembuangan air industri seperti industri metallurgical, penyamakan kulit,
pertambangan dan industri pembuatan baterai, yang semua industri tersebut
mengandung satu atau lebih racun logam berat. Konsentrasi dari logam tersebut
terkadang lebih tinggi daripada batas yang diizinkan. Konsentrasi logam yang
tinggi tersebut akan menyebabkan efek buruk bagi lingkungan dan kehidupan
manusia (Shen dkk, 2009).
Dalam mengatasi permasalahan lingkungan yang tercemar tersebut dapat
diatasi dengan berbagai cara, salah satu cara yang dapat diterapkan yaitu dengan
memanfaatkan bidang nanoteknologi. Dimana telah kita ketahui bahwa
pemanfaatan nanoteknologi tidak hanya dapat diaplikasikan dalam bidang
kesehatan ataupun industri elektronik serta manufaktur. Pemanfaatan
nanoteknologi juga dapat diterapkan dalam mengatasi permasalahan lingkungan.
Pada penelitian ini cara pemanfaatan nanoteknologi dalam mengurangi
permasalahan lingkungan yaitu dengan memanfaatkan nanopartikel Fe3O4 sebagai
absorben pada limbah logam berat. Nanopartikel Fe3O4 dipilih sebagai absorben
karena memiliki beberapa keunggulan seperti mudah termagnetisasi sehingga
dapat menarik logam-logam berat tersebut dan menempel di permukaan Fe3O4.
Metode ini dipilih karena merupakan metode yang cepat, mudah dan lebih tepat
daripada menggunakan metode tradisional (Khajeh dan Khajeh, 2009).
Pada sistem pemurnian air ini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
tingkat efektivitas sistem dalam menurunkan konsentrasi logam berat yang
terkandung sebelumnya diantaranya faktor pH, waktu pengadukan, temperatur
pengadukan dan banyaknya proses pengulangan (amplifikasi). Penggunaan
absorben berukuran nano memiliki kelebihan dalam proses penyerapan logam.
4
Absorben berukuran nano memiliki luas permukaan partikel yang besar sehingga
memiliki kapasitas besar untuk mengabsorpsi logam. Dengan kapasitas absorben
yang besar logam dapat terserap secara maksimal sehingga kadar logam yang
terkandung dalam larutan dapat berkurang. Pada penelitian ini akan dilakukan
proses purifikasi basa untuk menurunkan kadar logam Fe dan Co pada limbah
batik dan artificial limbah menggunakan absorben nanopartikel Fe3O4.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan, dapat dirumuskan permasalahan
yang ada adalah
1. Bagaimana peran Fe3O4 dalam menurunkan kadar logam besi (Fe) dan
kobalt (Co) pada limbah cair?.
2. Bagaimana pengaruh parameter purifikasi basah seperti pH, waktu
pengadukan, temperatur dan amplifikasi terhadap penurunan kadar logam
besi (Fe) dan kobalt (Co) dengan menggunakan absorben nanopartikel
Fe3O4?.
3. Bagaimana tingkat efektivitas pemurnian air dengan sistem purifikasi?.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah
1. Menentukan peran Fe3O4 dalam menurunkan kadar logam besi (Fe) dan
kobalt (Co).
2. Menentukan pengaruh parameter purifikasi basah seperti pH, waktu
pengadukan, temperatur dan amplifikasi terhadap penurunan kadar logam
besi (Fe) dan kobalt (Co) dengan menggunakan absorben nanopartikel
Fe3O4.
3. Menentukan tingkat efektivitas pemurnian air dengan sistem purifikasi.
5
1.4 Batasan Masalah
Pembahasan dalam penelitian ini hanya dibatasi pada pengkajian penurunan
kadar logam Fe dan Co pada limbah batik dan artificial limbah akibat pengaruh
parameter pH (pH basa), waktu pengadukan, temperatur pengadukan dan
amplifikasi dengan menggunakan absorben Fe3O4.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait kemampuan
nanopartikel Fe3O4 dalam menyerap dan menurunkan kadar logam yang terlarut
dalam limbah cair. Sehingga hasil tersebut dapat dimanfaatkan dalam mengatasi
masalah limbah cair yang mengandung logam berat serta dapat dijadikan acuan
bagi penelitian selanjutnya dalam mengembangkan nanopartikel Fe3O4 sebagai
absorben logam.
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi menjadi 6 Bab, yaitu: pendahuluan, tinjauan
pustaka, dasar teori, metode penelitian, hasil dan pembahasan serta kesimpulan.
BAB I meliputi latar belakang dilakukannya penelitian mengenai Fe3O4
sebagai absorben dalam menurunkan kadar logam terlarut Fe dan Co, rumusan
masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, sistematika
penulisan .
BAB II meliputi kajian pustaka yang berisi tentang penelitian-penelitian yang
sudah pernah dilakukan sebelumnya yang terkait dengan topik penelitian ini.
BAB III meliputi dasar teori yang berkaitan dengan terminologi sifat
magnetik, sifat magnetik, domain magnetik, nanopartikel magnetik dan sifat
superparamagnetik, magnetit Fe3O4, metode kopresipitasi, teknik pengukuran
nanopartikel Fe3O4 dengan XRD, TEM dan VSM, sistem purifikasi air limbah
menggunakan nanopartikel Fe3O4, logam besi, logam kobalt dan rumus
perhitungan persen penurunan kadar logam.
6
BAB IV meliputi metode penelitian yang menjelaskan tentang alat dan bahan
yang digunakan dalam penelitian, serta langkah kerja yang dilakukan dalam
penelitian .
BAB V meliputi pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
BAB VI meliputi kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA berisi seluruh pustaka yang diacu dalam penelitian.
LAMPIRAN berisi data-data yang diperoleh dari hasil penelitian.