bab i. pendahuluan a. latar belakang...

28
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia, terletak di daerah katulistiwa yang mempunyai tipe hutan hujan tropis, sehingga menghasilkan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia Kekayaan jenis tumbuhan yang terdapat di Indonesia hingga saat ini mencapai 30.000 jenis tumbuhan berbunga yang sebagian besar masih tumbuh liar di hutan- hutan, namun baru sekitar 4.000 jenis yang diketahui telah dimanfaatkan langsung oleh penduduk (Sastrapradja & Rifai, 1972). Lebih dari 329 jenis buah-buahan (terdiri dari 61 suku dan 148 marga) baik yang merupakan jenis asli Indonesia maupun pendatang (introduksi) terdapat di Indonesia (Rifai, 1986). Durian (Durio spp.), rambutan (Nephelium spp.), manggis (Garcinia spp.), dan mangga (Mangifera spp.) termasuk dalam buah-buahan unggulan nasional dan memiliki nilai ekonomis serta potensi tinggi untuk dikembangkan (Winarno, 2000). Telah dilaporkan terdapat 40 jenis Mangifera di seluruh dunia (Gruezo, 1991), sedangkan di pulau Kalimantan sendiri terdapat 31 jenis Mangifera, 3 diantaranya endemik, yaitu Mangifera casturi, Mangifera pajang dan Mangifera havilandii. (Kostermans & Bompard, 1993). Mangifera casturi telah dijadikan sebagai maskot flora identitas Provinsi Kalimantan Selatan (Anonim, 1995). Penelitian yang dilakukan oleh Kim (2010) pada Mangifera indica, genus Mangifera, melaporkan bahwa ekstrak etanolik buah dan kulit mangga mengandung senyawa fenolik dan flavonoid serta memiliki aktivitas 1

Upload: ngotram

Post on 10-Jul-2018

226 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

1

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia, terletak di daerah katulistiwa yang mempunyai tipe hutan hujan

tropis, sehingga menghasilkan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia

Kekayaan jenis tumbuhan yang terdapat di Indonesia hingga saat ini mencapai

30.000 jenis tumbuhan berbunga yang sebagian besar masih tumbuh liar di hutan-

hutan, namun baru sekitar 4.000 jenis yang diketahui telah dimanfaatkan langsung

oleh penduduk (Sastrapradja & Rifai, 1972). Lebih dari 329 jenis buah-buahan

(terdiri dari 61 suku dan 148 marga) baik yang merupakan jenis asli Indonesia

maupun pendatang (introduksi) terdapat di Indonesia (Rifai, 1986).

Durian (Durio spp.), rambutan (Nephelium spp.), manggis (Garcinia spp.),

dan mangga (Mangifera spp.) termasuk dalam buah-buahan unggulan nasional

dan memiliki nilai ekonomis serta potensi tinggi untuk dikembangkan (Winarno,

2000). Telah dilaporkan terdapat 40 jenis Mangifera di seluruh dunia (Gruezo,

1991), sedangkan di pulau Kalimantan sendiri terdapat 31 jenis Mangifera, 3

diantaranya endemik, yaitu Mangifera casturi, Mangifera pajang dan Mangifera

havilandii. (Kostermans & Bompard, 1993). Mangifera casturi telah dijadikan

sebagai maskot flora identitas Provinsi Kalimantan Selatan (Anonim, 1995).

Penelitian yang dilakukan oleh Kim (2010) pada Mangifera indica, genus

Mangifera, melaporkan bahwa ekstrak etanolik buah dan kulit mangga

mengandung senyawa fenolik dan flavonoid serta memiliki aktivitas

1

Page 2: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

2

antiproliferasi. Sejalan dengan itu, Ali dkk. (2012), melakukan penelitian

mengenai aktivitas antioksidan dan proliferasi sel HeLa dari ekstrak buah dan

kulit mangga.

Kandungan polifenol dalam mangga (Mangifera indica) yang memiliki

aktivitas antioksidan adalah mengiferin, katekin, quersetin, kaempherol,

rhamnetin, antosianin, asam galat, asam ellagat, propil dan metil galat, asam

benzoat, dan asam protokatekuat. Kandungan xanton (mangiferin) pada mangga

merupakan glukosida C-mangiferin, dan telah dilaporkan terdapat pada bagian

daun, buah, kulit batang, dan akar tanaman mangga (Wauthoz dkk., 2007).

Adanya senyawa fenolik dan flavonoid pada suatu tumbuhan dapat

memberikan manfaat dan khasiat yang beragam pada berbagai macam organisme.

Efek yang sangat beragam ini dapat menjelaskan mengapa tumbuhan yang

mengandung flavonoid sering digunakan dalam pengobatan tradisional (Robinson,

1995)

Flavonoid dan senyawa fenolik yang bersumber dari bahan alam memiliki

bioaktivitas sebagai antioksidan melalui donor hidrogen atau elektron,

kemampuan mengkhelasi ion logam-logam transisi, penangkapan radikal lipid

peroksida, dan penangkapan spesies nitrogen efektif yang mungkin dapat

menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul antioksidan.

Peran flavonoid sebagai donor hidrogen yakni dengan jalan menyumbangkan

gugus pereduksi dari gugus hidroksil yang melekat pada cincin aromatis miliknya,

sehingga dapat mendelokalisasi senyawa-senyawa radikal (Evans dkk., 1999).

Adanya efek antioksidan dari flavonoid juga dapat menjadikan antioksidan

Page 3: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

3

sebagai agen antiinflamasi melalui inhibisi non kompetitif bekerja dengan

menangkap radikal bebas oksigen dan menghambat segala tipe oksigenasi

(siklooksigenase dan lipoksigenase) (Selloum dkk., 2002).

Inflamasi merupakan kompleks reaksi sistem imun nonspesifik di jaringan

pembuluh darah yang melibatkan akumulasi dan aktifasi leukosit serta protein

plasma di tempat infeksi. Inflamasi dapat disebabkan oleh pejanan toksin maupun

kerusakan sel pada jaringan. Meskipun inflamasi bertujuan protektif dalam

mengontrol infeksi dan memacu pertumbuhan jaringan, jika berlebihan dan tidak

terkontrol dapat menimbulkan kerusakan dan penyakit.

Reactive oxygen species (ROS), seperti anion superoksid (O2-), radikal

hidroksil (OH), hidrogen peroksida (H2O2) memiliki peran penting dalam

oxidative stress yang memicu banyak penyakit seperti kanker, anemia, inflamasi,

kardiovaskuler, diabetes, penyakit degenerative, maupun iskemik. ROS dapat

menginisiasi reaksi oksidatif yang berbahaya seperti, peroksidasi lipid,

menghambat respirasi dari mitokondria, inaktivasi glyceraldehyde-3-phosphate

dehydrogenase, menghambat potassium ATP-ase, dan inaktivasi kanal sodium pada

membran. (Cuzzocrea, 2013). Menurut penelitian yang dilakukan Ravipati (2012),

senyawa fenolik, flavonoid dan logam (Zn, Mg dan Se) memiliki fungsi sebagai

antioksidan di dalam tubuh. (Ravipati, 2012). Sejalan dengan penelitian tersebut,

tingginya oxidative stress karena kurangnya antioksidan dalam tubuh

memperparah kondisi inflamasi paru-paru termasuk asma. (Morcillo, 2013).

Mangifera casturi yang juga berasal dari genus Mangifera, dimungkinkan

memiliki efek antioksidan yang dimiliki Mangifera indica karena berasal dari satu

Page 4: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

4

genus. Uji pendahuluan dan fitokimia yang dilakukan Mustikasari dan Ariyani

(2007) menyatakan bahwa batang pohon mangga kasturi mengandung senyawa

terpenoid, steroid, dan saponin. Menurut Suhartono (2012), ekstrak air buah

mangga kasturi mengandung total flavonoid lebih banyak dari pada daun kelakai,

batang gerunggang, maupun akar pasak bumi. Sutomo (2013) melaporkan bahwa

ektrak metanolik buah mangga kasturi, mengandung senyawa golongan

terpenoid/streroid dan fenolik.

Pada inflamasi yang disebabkan oleh cedera jaringan, membran sel yang

cedera memicu pembentukan asam arakidonat yang selanjutnya diubah menjadi

mediator inflamasi. Mediator inflamasi akan memicu terjadinya vasodilatasi

pembuluh, sehingga volume darah meningkat di pembuluh tersebut dan rentan

mengakibatkan perdarahan. Permeabilitas pembuluh yang meningkat,

menyebabkan plasma darah mudah melewati dinding kapiler dan terjadilah

edema. Beberapa jam kemudian, leukosit pada aliran darah menempel pada sel

endotel dan bermigrasi menembus dinding pembuluh dan masuk ke rongga

jaringan. Pada kondisi keadaan tubuh normal, hanya sebagian kecil molekul dapat

melewati dinding pembuluh darah. Namun bila terjadi inflamasi, sel endotel

mengkerut sehingga molekul besar pun dapat melewatinya.

Obat anti inflamasi bertujuan agar inflamasi tidak berkembang menjadi

inflamasi kronis, maupun agar proses inflamasi krosis tidak semakin parah yang

mengakibatkan hilangnya fungsi jaringan. Inflamasi yang dibutuhkan oleh tubuh

adalah yang cepat menghilangkan faktor pemicu, mencegah infeksi, cepat

Page 5: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

5

mengembalikan fungsi jaringan seperti semula, dan tidak berlebihan/dapat

berhenti setelah rangsangan itu hilang (Baratawidjaja & Rengganis, 2010).

Pada proses inflamasi, makrofag melepaskan radikal bebas yang berfungsi

merusak benda asing pemicu inflamasi agar bisa segera dibuang tetapi radikal

bebas ini dapat juga berbahaya bagi jaringan tubuh, dan dapat menjadi faktor yang

memperlama terjadinya inflamasi. Apabila radikal bebas yang terjadi pada proses

inflamasi dapat dikurangi, maka bisa menjadi alternatif pengobatan antiinflamasi.

Penemuan obat anti inflamasi bertujuan mencari obat yang dapat selektif terhadap

inflamasi yang terjadi di luar keadaan homeostasis tubuh, juga untuk mencegah

inflamasi kronis berlangsung semakin lama. Mangga kasturi yang telah diketahui

memiliki kandungan antioksidan yang tinggi, dimungkinkan dapat menjadi obat

antiinflamasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan beberapa

rumusan permasalahan antara lain:

1. Apakah ekstrak metanolik buah mangga kasturi mempunyai aktivitas

antiinflamasi melalui penghambatan migrasi leukosit?

2. Senyawa apa yang ada di dalam ekstrak metanolik buah kasturi?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ektrak metanolik buah

mangga kasturi memiliki aktivitas antiinflamasi dan senyawa apa yang terkandung

di dalamnya.

Page 6: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

6

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini yaitu diketahuinya aktivitas Mangifera casturi

sebagai antiinflamasi, serta senyawa-senyawa yang terkandung dan

bertanggungjawab terhadap aktivitasnya tersebut. Hal ini dapat dijadikan landasan

penelitian selanjutnya serta pengembangan potensi sumber daya alam Indonesia

khususnya di bidang kesehatan dan farmasi.

E. Tinjauan Pustaka

1. Mangifera casturi

Gambar 1. Daun dan buah mangga

kasturi (Puccio, 2013) Gambar 2. Penampang membujur buah mangga

kasturi (Saleh dkk., 2013)

Klasifikasi tumbuhan Mangifera casturi adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Thracheobionta (tumbuhan berpembuluh)

Super divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)

Divisi : Angiospermae/Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Page 7: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

7

Kelas : Dicotyledoneae/Magnoliopsida (berkeping dua)

Subkelas : Rosidae

Ordo : Sapindales

Family : Anacardiaceae

Genus : Mangifera

Spesies : Mangifera casturi

(Andriyani, 2013 )

Tumbuhan mangga kasturi (Mangifera casturi) merupakan tumbuhan khas

Kalimantan Selatan yang tersebar di daerah-daerah seperti Banjarbaru, Martapura,

Kandangan, dan Tanjung. Selain itu tersebar juga di daerah Kalimantan Tengah

dan Kalimantan Timur seperti Kutai dan Tenggarong Sebrang. Dilihat dari

ekologinya, tumbuhan ini hidup di daerah rawa. Buahnya menyerupai mangga

kecil dan agak padat, baunya tajam dan rasanya khas, kulitnya tipis, licin, hijau

mengkilat dengan noda gelap (Kostermans & Bompard, 1993).

Berbeda dengan buah mangga yang kita kenal, mangga kasturi atau biasa

disebut mangga Kalimantan ini berbentuk lonjong dan berukuran kecil. Lingkar

buah sekitar 4,7 cm dan panjang buah sekitar 5,82 cm, dengan ketebalan daging

buah 14 mm, buah mangga kasturi memiliki bobot sekitar 58,2 gram tiap

buahnya. Warna kulit buah berubah seiring matangnya buah, dari awalnya

berwarna hijau, menjadi merah dan kemudian ungu. Kelemahan buah mangga

kasturi dibandingkan manga yang lain yaitu daging buah yang tipis dan berserat,

serta ukurannya yang kecil. Walaupun demikian, buah mangga kasturi disukai

Page 8: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

8

masyarakat karena baunya yang wangi, rasanya yang manis, serta pohonnya lebih

tahan penyakit dan berbuah lebat. (anonim, 2013).

Buah mangga kasturi memiliki kandungan antioksidan yang tinggi. Total

flavonoid dan penangkapan radikal bebas oleh ekstrak mangga kasturi diketahui

lebih baik dibandingkan dengan daun kelakai, batang gerunggang, maupun akar

pasak bumi. (Suhartono, 2012). Ekstrak metanolik buah mangga kasturi

mengandung senyawa terpenoid/steroid dan fenolik (Sutomo, 2013). Uji

pendahuluan dan fitokimia yang dilakukan Mustikasari dan Ariyani (2007)

menyatakan bahwa batang pohon mangga kasturi mengandung senyawa

terpenoid, steroid, dan saponin.

2. Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. (Departemen

Kesehatan RI, 1986). Ekstraksi mengikuti prinsip “like dissolves like” yang

berarti senyawa polar akan mudah larut dalam pelarut polar, dan sebaliknya

(Sudjadi, 1988).

Pelarut cair yang diperbolehkan dalam pembuatan ekstrak adalah air,

etanol, dan campuran etanol air. Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair

yang dibuat dengan cara menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang

cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Untuk membuat ekstrak kental

dan kering, hasil penyarian yang diperoleh selanjutnya diuapkan hingga semua

atau hampir semua pelarutnya menguap, massa atau serbuk yang tersisa

Page 9: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

9

diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan. Ekstrak kering

harus mudah digerus menjadi serbuk (Departemen Kesehatan RI 1972;

Departemen Kesehatan RI, 1995).

Penyarian perlu memperhatikan sifat fisik dan kimia simplisia dan zat

aktifnya, selain juga memperhatikan zat-zat yang sering terdapat pada simplisia

seperti klorofil pada daun, lemak-lemak pada biji, dan karbohidrat pada rimpang.

Struktur zat aktif yang berbeda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas

senyawa-senyawa yang disari. Mengetahui jenis dan sifat zat yang terdapat dalam

bahan yang disari akan mempermudah pemilihan cairan penyari dan cara

penyarian yang tepat. Ditinjau dari sifat fisiknya, simplisia sebagai bahan untuk

ekstraksi ada yang lunak seperti rimpang, daun, atau akar kelembak, dan ada yang

keras seperti biji, kulit kayu dan kulit akar. Simplisia yang lunak, dapat dengan

mudah ditembus oleh cairan penyari, sehingga dalam penyarian tidak perlu

diserbuk hingga halus. Sebaliknya pada simplisia yang keras, perlu dihaluskan

dahulu sebelum penyarian (Departemen Kesehatan RI, 1986).

Maserasi merupakan penyarian yang paling baik untuk bahan yang berupa

serbuk halus. Proses tersebut untuk mencapai keseimbangan konsentrasi

kandungan ekstrak di dalam dan luar sebuk. Hasil ekstraksi yang diperoleh

disaring dan selanjutnya diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental atau kering

(Departemen Kesehatan RI, 1986).

3. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan

yang memisahkan, terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada

Page 10: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

10

penyangga berupa pelat gelas, logam atau lapisan yang cocok. Campuran yang

akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita (awal). Setelah

pelat atau lapisan ditaruh di bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang

yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler

(pengembangan). Selanjutnya, bercak yang tidak berwana harus ditampakkan

(dideteksi) (Stahl, 1969).

Deteksi paling sederhana yaitu dengan dilihat di bawah sinar UV 254 nm

menunjukkan peredaman, atau jika pada UV 366 nm terjadi fluoresensi. Jika

dengan penyinaran UV bercak tidak dapat dideteksi, harus dilakukan reaksi kimia,

pertama tanpa dipanaskan, kemudian bila perlu dangan dipanaskan. Deteksi

biologi pada beberapa kasus dapat dilakukan.

a. Deteksi kimia (pereaksi semprot) anisaldehid-asam sulfat

Pereaksi semprot anisaldehid-asam sulfat merupakan pereaksi semprot

yang dapat digunakan untuk identifikasi fenol, terpen, steroid, propilpropan,

saponin, dan senyawa pahit. Pereaksi semprot ini dapat dibuat dengan cara

menambahkan 5 mL asam sulfat pekat dan 0,5 mL anisaldehid dalam kondisi

dingin ke dalam campuran 85 mL metanol dan 10 mL asam asetat glasial. Deteksi

dilanjutkan dengan pemanasan setelah disemprot, pada 100°C-105°C sampai

intensitas warna bercak maksimal. Warna yang muncul akan bermacam-macam

sesuai komponen senyawa, mulai dari ungu, biru, merah, coklat, maupun hijau

(Stahl, 1969).

b. Deteksi kimia (pereaksi semprot) FeCl3

Page 11: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

11

Pereaksi semprot besi (III) klorida dapat digunakan untuk identifikasi

fenol, flavonoid, tannin, alkaloid ergot. Pereaksi semprot ini dibuat dengan

melarutkan 1 gram FeCl3 dalam 5 mL air, dan ditambahkan dengan 100 mL

etanol. Senyawa fenolik akan menghasilkan warna biru atau hijau (Stahl, 1969).

c. Deteksi kimia (pereaksi semprot) CeSO4

Pereaksi semprot Serium (IV) sulfat dapat digunakan untuk identifikasi

terpenoid/steroid. Pereaksi semprot ini dibuat dengan melarutkan 1 gram

ammonium serium (IV) sulfat dalam 100 mL asam fosfat (H3PO4). Setelah

disemprot, plat dipanaskan 120°C selama 15 menit (Stahl, 1969).

Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya

dinyatakan dengan angka Rf atau hRf. Nilai Rf berkisar 0,00 sampai 1,00.

Sedangkan hRf adalah nilai Rf dikalikan 100.

Keuntungan penggunaan KLT adalah waktu pengerjaan yang singkat (15-

60 menit) jumlah cuplikan yang dibutuhkan sedikit (kira-kira 0,1 gram), hasil

palsu oleh komponen sekunder tidak mungkin terjadi, membutuhkan peralatan

sederhana, ruangan yang tidak perlu besar serta penanganan yang sederhana

(Stahl, 1985).

4. Inflamasi

Inflamasi merupakan respon fisiologis terhadap rangsangan seperti infeksi

dan cedera jaringan. Rangsangan tadi akan menyebabkan kerusakan/luka pada

jaringan sehingga sel-sel inflamasi melepaskan mediator yang terkandung di

Page 12: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

12

dalamnya. Pada inflamasi, dilibatkan lebih banyak mediator dibanding respon

imun adaptif/spesifik. (Baratawidjaja & Rengganis, 2010).

Inflamasi berasal dari kata “inflammare“ yang berarti membakar. Pada

2000 tahun yang lalu, orang Romawi merumuskan beberapa gejala khas pertanda

respon inflamasi lokal pertama. Empat gejala khas tersebut yaitu rubor

(kemerahan), tumor (bengkak), calor (panas) dan dolor (nyeri) seperti

digambarkan oleh Celsus dalam bukunya De Re Medizina. (Spector &

Willoughby, 1986). Pada abad ke-2 Galen menambahkan pertanda inflamasi

kelima, yaitu functio laesa yang artinya hilangnya fungsi alat yang terkena

inflamasi (Hurley, 1972).

Ketika jaringan mendapat rangsangan (luka, cedera, sinar UV, panas

maupun dingin yang berlebihan) seketika itu terlepas banyak mediator inflamasi

seperti prostaglandin, leukotrien, dan tromboksan. Prostaglandin menyebabkan

terjadinya vasodilatasi pembuluh dan edema, leukotrien menyebabkan

permeabilitas pembuluh meningkat, dan tromboksan menyebabkan agregasi

platelet. Efek dari mediator tersebut dapat dilihat pada tabel 1. Skema berbagai

macam mediator inflamasi dari asam arakidonat dapat dilihat pada gambar 3.

Rubor atau kemerahan biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di

daerah yang mengalami peradangan. Ketika reaksi peradangan mulai timbul,

pembuluh yang mensuplai darah melebar, sehinga menyebabkan lebih banyak

darah yang mengalir ke daerah radang.

Page 13: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

13

Tabel 1. Beberapa mediator inflamasi dan efeknya (Katzung, 2002)

Mediator Vasodilatasi Permeabilitas

vaskuler

Kemotaksis Nyeri

Histamin ++ ↑↑↑ - -

Serotonin +/- ↑ - -

Bradikinin +++ ↑ - +++

Prostaglandin +++ ↑ +++ +

Leukotrien - ↑↑↑ +++ -

Keterangan: +++ intensitas kuat, ++ sedang, + lemah, - tidak menimbulkan efek, ↑

menaikkan dengan lemah, ↑↑↑ menaikkan dengan kuat

Calor atau panas, terjadi bersamaan dengan kemerahan. Pada keadaan

normal, suhu permukaan tubuh lebih rendah dari 37°C yang merupakan suhu di

dalam tubuh. Ketika terjadi aliran darah yang banyak, suhu permukaan akan

menjadi 37°C dan menjadi lebih panas dibandingkan bagian permukan tubuh lain

yang tidak mengalami peradangan.

Dolor atau nyeri dapat diakibatkan oleh perubahan pH lokal, atau

konsentrasi lokal ion-ion tertentu yang dapat merangsang ujung-ujung syaraf.

Pengeluran zat kimia seperti histamin dan prostaglandin dapat merangsang rasa

nyeri. Selain itu, pembengkakan pada area radang pengakibatkan peningkatan

tekanan lokal dan menimbulkan rasa sakit. Tumor atau pembembengkakan

ditimbulkan oleh kumpulan sel dan cairan darah yang dikirimkan sebagai respon

inflamasi (Price & Wilson, 1995).

Pada proses inflamasi, yang terjadi adalah vasodilatasi pembuluh,

peningkatan permeabilitas vaskuler dan infiltrasi seluler. Respon peradangan

Page 14: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

14

Gambar 3. Skema mediator inflamasi (Katzung, 2002)

terjadi dalam tiga fase yang berbeda; 1.) fase singkat akut, ditandai dengan

vasodilatasi lokal dan peningkatan permeabilitas kapiler. 2.) fase sub akut lambat,

tanda yang paling menonjol berupa infiltrasi leukosit dan sel fagosit. 3.) fase

proliferasi kronik, pada fase ini terjadi kerusakan jaringan dan fibrosis (Vogel,

2008).

Fungsi inflamasi dalam pertahanan tubuh dilakukan melalui cara-cara

berikut ini:

Page 15: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

15

1. Fagositosis. Leukosit, makrofag dan limfosit dipengaruhi kemotaktik

memasuki area inflamasi. Beberapa dari sel mengandung enzim lisosom

untuk mencerna/menghancurkan benda-benda yang dianggap asing.

2. Terbentuknya antibodi. Limfosit dan makrofag mengalami transformasi

menjadi lapisan pembatas sel yang mampu mensistesis antibodi.

3. Menetralisir dan mengencerkan/mencairkan iritan (edema). Fase primer pada

inflamasi adalah perubahan struktural pada dinding vaskuler.

4. Membatasi perluasan inflamasi dengan pembentukan fibrin, fibrosis dan

terbentuknya dinding granulasi.

5. Proses perbaikan jaringan atau penyembuhan. (Verboom, 1979).

5. Leukosit

Darah disusun oleh 2 komponen utama, unsur berbentuk (sel darah merah

(eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan trombosit) serta plasma darah. Darah

merupakan suatu media pengangkutan oksigen, karbon dioksida, metabolit dan

hormon (Junqueira & Carneiro, 2007).

Leukosit, memiliki perbedaan dengan eritosit, diantaranya, memiliki inti,

memiliki mitokondria dan juga dapat berubah bentuk (amoeboid). Sifat amoeboid

ini memungkinkan leukosit untuk menembus pori sel endotelial dari pembuluh

darah ketika terjadi inflamasi. Leukosit dibagi menjadi 2 berdasarkan keberadaan

granul dalam plasmanya, yaitu leukosit granular (leukosit polimorfonuklear), dan

leukosit agranular (leukosit mononuklear). Berbagai leukosit dapat dilihat pada

gambar 4. (Wheatley, 1995).

Page 16: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

16

Granulosit (leukosit granular) terdiri atas neutrofil, eusinofil dan basofil.

Semua granulosit adalah sel terminal yang tidak membelah/berdiferensiasi lagi,

dengan jangka hidup beberapa hari, dan mati melalui apoptosis di dalam jaringan.

Debris sel ini yang yang ada di jaringan dibuang oleh makrofag dan tidak memicu

reaksi peradangan. Agranulosit (leukosit agranular) terdiri atas limfosit dan

monosit.

Neutrofil berjumlah 60-70% dari total leukosit, limfosit sebanyak 28%,

monosit 5%, eusinofil 2-4% dan basofil paling sedikit, yakni 0,5%. Neutrofil

(leukosit polimorfonuklear) adalah sel berumur pendek, dengan waktu paruh 6-7

jam dalam darah dan memiliki jangka hidup 1-4 hari dalam jaringan ikat. Sel ini

adalah sel fagosit yang aktif terhadap bakteri dan partikel kecil lainnya. Neutrofil

yang tidak aktif akan berbentuk bulat saat beredar, namun menjadi ameboid aktif

saat melekat pada substrat padat seperti kolagen dalam matriks ekstrasel.

Granul-granul yang ada di dalam neutrofil mengandung banyak enzim

yang membantu menghancurkan partikel/mikroba yang difagosit. Selama

fagositosis lonjakan konsumsi O2 mengakibatkan terbentuknya anion superoksida

(O2-) dan hidrogen peroksida (H2O2), yang merupakan radikal bebas yang sangat

reaktif.

Limfosit berperan dalam sistem imun, pertahanan terhadap

mikroorganisme, makromolekul asing, dan sel-sel kanker. Limfosit tidak memiliki

fungsi fagositik dan dapat kembali menuju sirkulasi darah dari jaringan. Limfosit

dibagi lagi menjadi sel T dan sel B. Sebanyak 80% limfosit merupakan sel T.

Derivat sel limfosit T berfungsi sebagai sel utama dalam respon imun selular yang

Page 17: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

17

menghasilkan sitokin. Sel limfosit B berdiferensiasi menjadi plasma yang

mensekresikan antibodi sebagai komponen sistem imun yang penting (Paulsen,

2000). Selain limfosit T dan limfosit B, terdapat pula limfosit NK yang banyak

berperan dalam sistem imun humoral.

Gambar 4. Berbagai macam leukosit (Junqueira & Carneiro, 2007)

neutrofil eusinofil

basofil limfosit

monosit monosit

Page 18: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

18

Monosit bukan termasuk sel terminal, yang artinya dapat berubah menjadi

sel yang lain. Monosit berada dalam peredaran darah kurang dari satu minggu,

kemudian menuju ke jaringan untuk selanjutnya berubah menjadi makrofag.

Makrofag ini kemudian dapat bertahan sampai bertahun-tahun dalam jaringan

(Junqueira & Carneiro, 2007).

6. Migrasi Leukosit

Sel endotel merupakan sel pembatas antara darah dan rongga

ekstravaskuler. Pada keadaan normal, permukaan sel endotel tidak lengket

sehingga dapat mencegah koagulasi, adhesi sel, dan kebocoran cairan rongga

intravaskuler. Sel endotel ini juga memiliki komporen regulator vasodilator dan

vasokonstriktor agar tercipta keadaan homeostasis tubuh (Baratawidjaja &

Rengganis, 2010). Proses mingrasi leukosit dari sirkulasi ke jaringan tempat

terjadi inflamasi/ proses infiltrasi seluler berlangsung dalam empat tahap, yakni

menggulir, aktivasi oleh rangsangan kemoatraktan, menempel/adhesi dan migrasi

transendotel (melintasi sel endotel). Proses tersebut dapat dilihat pada gambar 5.

Ketika terjadi cedera atau infeksi, sebagai respon inflamasi, adhesi antara

leukosit dan sel endotel ditingkatkan. Kemokin atau kemoatraktan lain mengikat

reseptor spesifik pada neutrofil dan mengaktifkan jalur sinyal transduksi yang

menghasilkan perubahan konformasional molekul integrin sehinga

memungkinkan untuk menempel dengan kuat pada permukaan endotel (ICAM).

Ikatan leukosit dan sel endotel diawali oleh ekspresi L-selektin pada permukaan

leukosit, dan P-selektin serta E-selektin pada permukaan sel endotel dengan

Page 19: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

19

reseptornya berupa karbohidrat. E-selektin dan ICAM tidak ditemukan pada sel

endotel keadaan normal, ekspresinya diaktifkan oleh TNF-α dan IL-1 (mediator

proinflamasi), maupun endotoksin. Ekspresi ICAM 1 pada permukaan endotel

diketahui meningkat pada saluran pernafasan penderita alergi setelah diberi

paparan alergen (Baratawidjaja & Rengganis, 2010).

Gambar 5. Tahapan migrasi leukosit dari sirkulasi ke jaringan tempat terjadi

inflamasi (Baratawidjaja & Rengganis, 2010)

Page 20: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

20

Neutrofil bertugas menghilangkan faktor penyebab inflamasi dengan

melepaskan ROS, cationic peptide, dan protease. ROS dapat berfungsi untuk

menghancurkan malekul penyebab inflamasi, namun juga dapat mengaktifkan

faktor transkripsi sitokin pro-inflamasi, kemokin, dan enzim protealitik. Adanya

radikal bebas ini dapat memperparah inflamasi kronis yang terjadi (Eming dkk.,

2007).

Monosit akan mulai menuju tempat terjadinya inflamasi setelah 2 hari, dan

segera berubah menjadi makrofag. Makrofag akan memfagosit neutrofil yang

telah mati. Perekrutan makrofag diregulasi oleh integrin dan VCAM-1 (Eming

dkk., 2007). Makrofag akan melepas sitokin IL-1, IL-6 dan TNF-α (pro-

inflamasi), sehingga proses inflamasi akan terus berlanjut (Baratawidjaja &

Rengganis, 2010). CD200L merupakan ligan endogen yang berfungsi untuk

menghentikan/menekan produksi sitokin pro-inflamasi yang dihasilkan oleh

makrofag (Karin dkk., 2006).

Proses inflamasi diatur oleh sitokin pro-inflamasi, maupun mediator anti-

inflamasi. Sitokin pro-inflamasi menyebabkan inflamasi terus berlangsung,

diantaranya IL-1β, TNF-α, dan IFN-γ (Eming dkk., 2007), IL-6, IL-12, IL-18,

TNF-β (Baratawidjaja & Rengganis, 2010). Sitokin ini menyebabkan

meningkatnya ekspresi selektin E dan P pada permukaan sel endotel, yang

nantinya akan berikatan dengan integrin pada permukaan neutrofil. Kemoatraktan

juga mempengaruhi perekrutan leukosit ke jaringan inflamasi, seperti IL-8,

growth related oncogen-α, dan monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1).

(Eming dkk., 2007). NF-kB mengontrol ekspresi gen yang mengkode sitokin pro-

Page 21: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

21

inflamasi, kemokin (IL-8, MIP-1α, MCP-1, eotaxin), molekul adhesi (ICAM,

VCAM, selektin E), menginduksi enzim (COX-2 dan iNOS), serta faktor

pertumbuhan (Calixto dkk., 2003).

Sitokin merupakan protein sistem imun yang mengatur interaksi antarsel

dan memacu reaktivitas imun. Sejumlah protein lainnya mencegah aktivitas

biologis sitokin seperti antagonis IL-IR, yang berikatan dengan IL-IR tetapi tidak

memiliki aktivitas. Beberapa macam sitokin dan efek biologisnya dapat dilihat

pada Tabel 2. (Baratawidjaja & Rengganis, 2010).

Tabel 2. Sitokin: sumber, sasaran utama dan efek biologisnya

Sitokin Sumber utama Sasaran utama dan efek biologisnya

IL-1 Makrofag, endotel, beberapa

sel epitel

Endotel:aktivasi (inflamasi, koagulasi)

Hipotalamus:panas

Hati:sintesis APP

IL-6 Makrofag, sel endotel, sel T Hati:sintesis APP

Sel B:proliferasi sel plasma

IL-10 Makrofag, sel T terutama Th2 Makrofag, sel dendritik:mencegah produksiIL-21

dan ekspresi konstimulator dan MHC-II

IL-12 Makrofag, sel dendritik Sel T:differensiasi Th1

Sel NK dan sel T:sintesis IFN-γ

Meningkatkan aktivitas sitolitik

IL-15 Makrofag, sel lain Sel NK:proliferasi

Sel T:proliferasi (sel memori CD8+)

IL-18 Makrofag Sel NK dan sel T:sintesis IFN-γ

IFN-α,

IFN-β

Makrofag

Fibroblas

Semua sel:antivirus, peningkatan aktivitas MHC-I

Sel NK:aktivasi

IFN-γ Th1 Aktivasi sel NK dan makrofag, induksi MHC-II

Kemokin Makrofag, sel endotel, sel T,

fibroblas, trombosit

Leukosit:kemotaksis, aktivasi, migrasi ke jaringan

TNF Makrofag, sel T Sel endotel:aktivasi (inflamasi, koagulasi)

Neutrofil:aktivasi

Hipotalamus:panas

Hati:sintesis APP

Otot, lemak:katabolisme (kaheksia)

Banyak jenis sel:apoptosis

Page 22: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

22

Jaringan yang hipoksia, komponen dari bakteri, molekul asing, maupun

pecahan dari nekrosis jaringan, merupakan stimuli lokal yang kuat dan bisa

memperpanjang migrasi neutrofil dan monosit ke dalam jaringan. Pada kasus

inflamasi yang tidak tersembuhkan/inflamasi kronis, terjadi ketidakseimbangan

respon dan proses inflamasi pada jaringan tersebut. Beberapa penyakit yang

diketahui memiliki kaitan dengan proses inflamasi kronis yaitu diabetes,

kardiovaskuler, kanker, arthritis dan osteoporosis (Libby, 2007), dapat juga

mencakup penyakit autoimun seperti rheumathoid arthritis, maupuan systemic

lupus erythematosus (Karin dkk., 2006).

Atherosklerosis dimulai ketika LDL yang teroksidasi (oxidized LDL)

terakumulasi di arteri dan memicu reksi-reaksi inflamasi lokal pada endotelium.

LDL yang telah teroksidasi kemudian dimakan oleh makrofag. Cholesteryl ester

yang mengumpul dalam plasma makrofag, berubah menjadi foam cell dan

berkembang menjadi plak pada pembuluh darah (Libby, 2007). Selanjutnya, plak

aterosklerosis dapat mengakibatkan tersumbatnya aliran darah di arteri. Plak juga

dapat pecah dan pecahannya bisa menyumbat aliran darah di jantung (berakibat

penyakit jantung) maupun di otak (berakibat stroke). (Webb, 2008). Pada penyakit

diabetes tipe II, penderita mengalami penurunan sensitivitas sehingga produksi

insulin tidak mencukupi kebutuhan. Diketahui bahwa TNF-α mengakibatkan

resistensi insulin pada jalur aktivasinya.

Akumulasi lipid menyebabkan nekrosis sel dan akan

memperparah/memperlama proses inflamasi. Nekrosis sel melepaskan banyak

mediator yang menyebabkan makrofag berdatangan. Infeksi kronis hepatitis B dan

Page 23: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

23

C, memperbesar resiko perkembangan kanker sel hati. Sedangkan infeksi kronis

H. pylori memperbesar resiko kanker lambung. Pada dua kasus tersebut,

dimungkinkan agen infeksi mengaktivasi NF-KB pada sel myeloid, sehingga

menyebabkan pertubuhan tumor (Karin dkk., 2006).

Proses penyembuhan inflamasi dapat dilakukan dengan menurunkan

pelepasan molekul pro-inflamasi, meningkatkan pelepasan molekul anti-inflamasi,

penghentian kemoatraktan, apoptosis, dan drainase lymphatic. Respon inflamasi

yang tidak berhenti, dapat disebabkan oleh tidak seimbangnya aktivitas

protealitik. Pelepasan inhibitor protease leukosit memiliki aktivitas anti-inflamasi.

Pada inflamasi kronis, fungsi protease leukosit tidak terkontrol, sehingga

inflamasi tidak dapat berhenti (Eming dkk., 2007).

7. Obat/senyawa antiinflamasi

Obat antiinflamasi digunakan pada umumnya untuk mengurangi gejala

inflamasi yang dirasakan berlebih, seperti rasa gatal, nyeri, maupun bengkak.

Pada inflamasi akut, penggunaan obat untuk mencegah inflamasi semakin parah

sehingga meminimalkan kerusakan jaringan. Obat anti inflamasi non setroid

(AINS) menekan proses inflamasi karena memiliki kemampuan menghambat

biosintesis mediator inflamasi, melalui penghambatan enzim siklooksigenase

(COX).

Obat AINS dapat digolongkan menjadi inhibitor COX nonselektif, dan

inhibitor COX-2 Selektif. Inhibitor COX nonselektif, artinya obat tersebut

menghambat pada COX-1 maupun COX-2. COX-1 menghasilkan mediator

Page 24: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

24

inflamasi yang dalam keadaan tubuh normal dibutuhkan. Contohnya

prostaglandin yang dibutuhkan untuk pertahanan dinding lambung terhadap pH

yang rendah. Sedangkan COX-2 menghasilkan prostaglandin dan tromboksan

yang disintesis ketika terjadi inflamasi. Obat AINS inhibitor COX Nonselektif

memiliki beberapa kekurangan, diantaranya menginisiasi tukak lambung karena

COX-1 (jalur penghasil prostaglandin untuk menjaga homeostasis tubuh)

dihambat. (Baratawidjaja & Rengganis, 2010)

Obat AINS yang bekerja dengan menghambat COX nonselektif

diantaranya:

1. Turunan asam salisilat. Aspirin, natrium salisilat, kolin magnesium

trisalisilat, salsalat, diflunisal, sulfasalazin, olsalazin

2. Turunan para-aminofenol. Asetaminofen

3. Asetat indol dan inden. Indometasin, sulindak

4. Asam asetat heteroaril. Tolmetin, diklofenak, ketorolak

5. Asam arilpropionat. Ibuprofen, naproksen, flubiprofen, ketoprofen,

fenoprofen, oksasprozin

6. Asam antranilat (fenamat). Asam mefenamat, asam meklofenamat

7. Asam enolat. Oksikam (piroksikam, meloksikam)

8. Alkanon. Nabumeton

Obat AINS yang bekerja dengan menghambat COX-2 Selektif diantaranya:

1. Furanon tersubstitusi diaril. Rofekoksib

2. Pirazol tersubstitusi diaril. Selekoksib

3. Sulfonanilid. Nimesulid (Rang dkk., 2003)

Page 25: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

25

Indometasin merupakan AINS turunan indol termetilasi. Obat ini

diperkenalkan pada tahun 1963 untuk penanganan artritis reumatoid dan gangguan

yang terkait, strukturnya dapat dilihat pada gambar 6. Indometasin memiliki sifat

antiinflamasi yang menonjol dan analgesik-antipiretik yang mirip dengan turunan

asam salisilat. Obat ini merupakan suatu inhibitor COX, menghambat migrasi

leukosit polimorfonuklear, juga mencegah berpasangannya fosforilasi oksidatif

pada konsentrasi di atas terapetik dan menekan biosintesis mukopolisakarida.

Gambar 6. Struktur beberapa obat antiinflamasi

Radikal oksigen reaktif sebagai produk dari neutrofil dan makrofag yang

terlibat pada rusaknya jaringan (inflamasi), dapat dinetralkan oleh obat AINS

Page 26: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

26

yang memiliki kemampuan menangkap radikal oksigen kuat, sehingga dapat

mengurangi kerusakan jaringan seperti halnya aktivitas penghambatan COX.

Konsentrasi indometasin dalam plasma yang diperlukan sebagai

antiinflamasi kemungkinan kurang dari 1 µg/ml. Indometasin sebanyak 90%

terikat pada protein plasma dan juga banyak yang terikat pada jaringan.

Konsentrasi obat ini dalam CSS (consetration steady state) rendah, tetapi

konsentrasinya dalam cairan sinovial sama dengan konsentrasi dalam plasma

darah setelah 5 jam pemberian.

Uji klinis indometasin sebagai antiradang telah ditinjau oleh Rhymer dan

Gengos, yang menunjukkan bahwa indometasin meredakan nyeri, mengurangi

bengkak dan kepekaan abnormal sendi-sendi terhadap tekanan atau sentuhan,

meningkatkan kekuatan genggaman, serta mengurangi durasi kekakuan di pagi

hari. Dosis lazimnya dimulai dari 25 mg dua atau tiga kali sehari. (Rang dkk.,

2003)

Banyak penelitian telah dilakukan untuk mencari obat anti-inflamasi yang

berasal dari tumbuhan. Senyawa yang telah diketahui memiliki aktivitas inflamasi

diantaranya yaitu kurkumin, resveratrol, berbagai macam flavonoid (quersetin,

rutin, cirsiol), terpen (saponin, pentasiklik triterpen lupeol, asam ursolat, asam

oleanat, sesquiterpen, asam miristat, asam palmitat), antioksidan fenolik, dan

alkaloid.

Kurkumin, dilaporkan, memiliki aktivitas anti-inflamasi pada penyakit

atherosklerosis, Alzheimer, arthritis dan pankreatitis. Kurkumin diketahui

menghambat aktivasi makrofag, menghambat lipoksigenase dan COX-2. Asam

Page 27: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

27

ursolat dan asam oleanat pada tanaman Plantago mayor diketahui menghambat

COX-2, sedangkan beberapa asam lemaknya, seperti asam linoleat, asam miristat,

asam stearat, dan asam palmitat, bekerja dengan menghambat COX-1 maupun

COX-2. Caffeic acid phenethyl ester (CAPE), antioksidan fenolik, menghambat

COX-1 maupun COX-2. Flavonoid rutin, quersetin, apigenin, morin dan

naringenin diketahui menghambat COX-2 dan menghambat aktivitas makrofag

(Calixto, 2006).

Macnee dalam penelitiannya mengatakan bahwa penggunaan antioksidan

dengan bioavailability atau molekul dengan aktivitas antioksidan dapat menjadi

terapi yang tidak hanya melindungi tubuh dari senyawa oksidan/radikal bebas,

namun bisa sebagai alternatif terapi inflamasi, seperti pada penyakit chronic

obstructive pulmonary disease (COPD). (MacNee, 1999).

Terdapat berbagai macam metode untuk menguji aktivitas antiinflamasi, in

vitro maupun in vivo. Uji penghambatan migrasi leukosit pada rongga peritonial

(peritonitis) adalah salah satu metode in vivo yang bisa digunakan. Inflamasi

dapat dirangsang dengan pemberian thioglikolat secara i.p. Studi kinetik

menunjukkan bahwa injeksi thioglikolat menginduksi peningkatan jumlah sel

leukosit pada rongga peritonial (Dy dkk. 1978). Thioglikolat diketahui

meningkatkan jumlah sel leukosit dengan mempengaruhi keberadaan leukotrien

sebagai mediator inflamasi yang memiliki efek kemotaktik, dan juga

meningkatkan interaksi/perlekatan antara leukosit dan sel endotelial vaskuler.

Jumlah sel leukosit diketahui berada paling banyak pada 4,5 jam setelah injeksi

thioglikolat (Segal dkk., 2002).

Page 28: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S1-2013-284366-chapter1.pdf · menyebabkan reaksi nitrasi, hidroksilasi, atau oksidasi dari molekul

28

F. Landasan teori

Inflamasi merupakan respon normal untuk mempertahankan tubuh yang

hasil akhirnya adalah netralisasi dan penghilangan penyebab inflamasi. Proses

inflamasi dimulai dengan adanya rangsangan, melebarnya pembuluh darah dan

susunan endotelnya, merembesnya plasma darah, serta infiltrasi leukosit ke

jaringan yang radang. Peningkatan migrasi leukosit dapat menjadi penanda

terjadinya inflamasi.

Mangifera casturi mengandung flavonoid yang tinggi dan memiliki

aktivitas sebagai antioksidan yang lebih baik daripada daun kelakai, batang

gerunggang, maupun akar pasak bumi (Suhartono, 2012). Selama proses

inflamasi, banyak radikal bebas dilepaskan untuk membantu memecah zat asing

penyebab inflamasi. Keberadaan radikal bebas selain dapat menghancurkan zat

asing, dapat pula merusak jaringan inang jika berlebihan, serta memperparah

kondisi inflamasi. Penggunaan antioksidan dapat digunakan sebagai antiinflamasi,

karena keterlibatan radikal bebas dalam prosesnya ( Conforti dkk., 2008).

G. Hipotesis

Ekstrak metanolik buah Mangifera casturi memiliki aktivitas

antiinflamasi.