ru oa.docx

18
BAB I PENDAHULUAN Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Lokasi tersering OA yaitu vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki. Proses penyakitnya tidak hanya mengenai rawan sendi namun juga mengenai seluruh sendi, termasuk tulang subkondral, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial serta jaringan ikat periartikular. OA merupakan penyakit sendi yang paling banyak dijumpai dan prevalensinya semakin meningkat dengan bertambahnya usia.1 World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat 9,6% pria dan 18% wanita berusia lebih dari 60 tahun menderita OA simptomatik. OA merupakan salah satu di antara 10 penyakit yang paling sering menyebabkan disabilitas di negara-negara berkembang. Sebanyak 80% orang yang menderita OA memiliki keterbatasan dalam

Upload: wenny-ria-rumanga

Post on 08-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Lokasi tersering OA yaitu vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki. Proses penyakitnya tidak hanya mengenai rawan sendi namun juga mengenai seluruh sendi, termasuk tulang subkondral, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial serta jaringan ikat periartikular. OA merupakan penyakit sendi yang paling banyak dijumpai dan prevalensinya semakin meningkat dengan bertambahnya usia.1World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat 9,6% pria dan 18% wanita berusia lebih dari 60 tahun menderita OA simptomatik. OA merupakan salah satu di antara 10 penyakit yang paling sering menyebabkan disabilitas di negara-negara berkembang. Sebanyak 80% orang yang menderita OA memiliki keterbatasan dalam bergerak, dan sebanyak 25% tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari.Osteoartritis biasanya mengenai sendi penopang berat badan misalnya pada panggul, lutut, vertebra, tetapi dapat juga mengenai bahu, sendi-sendi jari tangan, dan pergelangan kaki. Pada studi radiografi yang dilakukan di Amerika dan Eropa pada penduduk usia 45 tahun ke atas didapatkan prevalensi OA lutut yang cukup tinggi, yaitu sebesar 14% pada laki-laki dan 22,8% pada wanita.Osteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui penyebabnya yang dikenali sebagai idiopatik. Osteoartritis sekunder dapat terjadi akibat trauma pada sendi, infeksi, perkembangan, kelainan neurologi dan metabolik. Osteoartritis merupakan sekuen retrogresif dari perubahan sel dan matriks yang berakibat kerusakan struktur dan fungsi kartilago artikular, diikuti oleh reaksi perbaikan dan remodeling tulang. Karena reaksi perbaikan dan remodeling tulang ini, degenerasi permukan artikuler pada OA tidak bersifat progresif, dan kecepatan degenerasi sendi bergantung pada tiap individu dan sendi.Berikut ini akan dibahas sebuah kasus tentang seorang pasien dengan diagnosis Osteoartritis disertai Penyakit Ginjal Kronik e.c Urat Nefropati dan Hipertensi Stage I yang dirawat di bagian Penyakit Dalam RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.

BAB IILAPORAN KASUS

Seorang pasien laki-laki R. M. berumur 66 tahun, bangsa Indonesia, suku Minahasa, agama Kristen Protestan, pekerjaan petani, alamat di Senduk Jaga II, Provinsi Sulawesi Utara. Pasien masuk ke RSUP Prof. R. D. Kandou Manado melalui IRDM pada tanggal 11 Mei 2015 dengan keluhan BAB hitam. BAB hitam dialami pasien sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi 2 kali, konsistensi lembek. Pasien kemudian dirawat di Irina C2 RSUP Prof. R. D. Kandou Manado pada tanggal 12 Mei 2015 dengan post melena dan keluhan nyeri pada lutut.Nyeri pada lutut dialami pasien sejak 8 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan pasien pada kedua lutut. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Bengkak juga tampak di kedua kaki pasien. Bengkak tersebut menyebabkan pasien susah menggerakkan kakinya, dan menyebabkan terhambatnya aktivitas sehari-hari pasien. Pasien masih bisa berjalan namun harus secara pelan-pelan.Pasien juga merasakan kaku pada kedua lututnya. Biasanya kaku ini muncul pada pagi hari setelah pasien bangun tidur dan menetap sekitar setengah jam. Saat kaku ini muncul, pasien tidak bisa menggerakkan kakinya sama sekali sehingga pasien hanya bisa diam di tempat tidur. Pasien mengkonsumsi obat paracetamol untuk menghilangkan gejala yang muncul.Riwayat penyakit dahulu pasien menderita hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan mengkonsumsi obat amlodipin 10 mg dan micardis satu kali sehari. Riwayat asam urat diderita pasien sejak 5 tahun yang lalu dan pasien sering mengkonsumsi obat penghilang nyeri. Riwayat penyakit ginjal diketahui pasien sejak 5 tahun yang lalu namun pasien menolak untuk melakukan cuci darah. Riwayat penyakit jantung sejak 2 tahun yang lalu dan pernah dirawat di rumah sakit. Riwayat Diabetes Mellitus dan penyakit paru disangkal. Riwayat kebiasaan pasien adalah merokok dan mengkonsumsi alkohol. Merokok dilakukan pasien selama + 30 tahun dan berhenti sejak 10 tahun yang lalu. Pasien mengatakan cukup sering mengkonsumsi alkohol. Hampir setiap hari mengkonsumsi alkohol namun jumlah alkohol yang dikonsumsi pasien per hari tidak didapatkan informasi yang jelas. Pasien telah berhenti mengkonsumsi alkohol sejak 10 tahun yang lalu.Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, berat badan 70 kg, tinggi badan 170 cm tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 62x per menit, laju respirasi 18x per menit dan suhu axilla 36oC. Pada pemeriksaan kepala didapatkan konjungtiva anemis, pupil bulat isokor dengan diameter 3 mm kiri sama dengan kanan, refleks cahaya positif dan gerakan bola mata aktif. Pada pemeriksaan telinga lubang normal, sekret tidak ada dan selaput pendengaran intak. Pada pemeriksaan hidung tidak didapati deviasi, tidak terdapat sekret. Pada pemeriksaan mulut didapatkan bibir tidak sianosis, gigi dalam batas normal, lidah beslag tidak ada, mukosa basah, pembesaran tonsil tidak ada, dan faring tidak hiperemis. Pada pemeriksaan leher tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah bening, trakea letak tengah, tekanan vena jugularis 5+0 cmH2O.Pada pemeriksaan thoraks, inspeksi dada terlihat simetris. Pada palpasi stem fremitus kanan sama dengan kiri, dan perkusi paru kanan dan kiri sama terdengar sonor. Pada auskultasi suara pernapasan vesikuler kanan sama dengan kiri, tidak ditemukan rhonki dan wheezing. Pada pemeriksaan jantung, pada inspeksi iktus kordis tidak tampak. Pada palpasi, iktus kordis teraba. Pada perkusi didapatkan batas jantung kanan di sela iga IV linea sternalis dekstra, serta batas jantung kiri di sela iga V linea midclavicularis sinistra. Pada auskultasi bunyi jantung I dan II regular, bising dan gallop tidak ditemukan.Pada pemeriksaan abdomen, pada inspeksi terlihat cembung. Pada auskultasi ditemukan bising usus normal. Pada palpasi ditemukan nyeri tekan epigastrium dan suprapubik. Hepar dan lien tidak teraba. Perkusi timpani dan ditemukan nyeri ketok angulus kostovertebra dekstra dan sinistra.Pada ekstremitas teraba hangat, tidak ditemukan deformitas pada jari-jari, tidak ditemukan tophi, tidak ditemukan edema, dan waktu pengisian ulang kapiler kurang dari dua detik.Dari status lokalis, pada pemeriksaan ekstremitas didapatkan pembengkakan pada genu dekstra dan sinistra, tidak tampak kemerahan, teraba hangat, dan terdapat nyeri tekan.Hasil laboratorium pada tanggal 11 Mei 2015 yaitu leukosit 6.798/mm3, eritrosit 2,65 106/L, hemoglobin 8,4 g/dL, hematokrit 24,7%, trombosit 133 103/mm3, ureum darah 109 mg/dL, creatinin darah 5,0 mg/dL, gula darah sewaktu 100 mg/dL, chlorida darah 117 mEq/L, kalium darah 6,20 mEq/L, dan natrium darah 136 mEq/L.Hasil foto genu A/P lateral dekstra dan sinistra didapatkan gambaran osteofit pada pinggir sendi kedua lutut dan terdapat penyempitan celah sendi.Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien didiagnosis dengan Osteoarthritis genu dextra et sinistra, Gagal Ginjal Kronik Stage V, Hipertensi grade I.Terapi yang diberikan adalah IVFD NaCl 0,9 %, Alopurinol 100 mg diberikan 1 kali 1 tablet, Paracetamol 500 mg diberikan 3 kali 1 tablet, Amlodipin 10 mg diberikan 1 kali 1 tablet.Hari kedua (12 Mei 2015) pasien mengeluh tidak ada keluhan, vital sign pasien menunjukkan tekanan darah 120/70mmHg, denyut nadi 70 kali per menit, respirasi 22 kali per menit dan suhu badan 36,0oC. Pada pemeriksaan status lokalis genu masih ditemukan pembengkakan dan nyeri tekan. Pasien direncanakan untuk pemeriksaan darah lengkap, diff count, laju endap darah (LED), blood smear, natrium, kalium, klorida, kalsium, magnesium, fosfat, protein total, albumin, ureum, kreatinin, gula darah sewaktu (GDS), asam urat, dan urinalisis. Selain itu, pasien juga direncanakan untuk dilakukan pemeriksaan foto genu A/P lateral dekstra dan sinistra.Hari ketiga (13 Mei 2015) pasien mengeluh nyeri di lutut kiri. Vital sign pasien stabil. Tekanan darah 140/60 mmHg, denyut nadi 78 kali per menit, respirasi 20 kali per menit dan suhu badan 36,2oC. Pada pemeriksaan status lokalis genu masih ditemukan pembengkakan dan nyeri tekan. Hasil laboratorium pada tanggal 13 Mei 2015 yaitu leukosit 5.941/mm3, eritrosit 2,54 106/L, hemoglobin 7,8 g/dL, hematokrit 24,1%, trombosit 133 103/mm3, MCH 31 pg, MCHC 33 g/dL, LED 20 mm, MCV 95 fl, Anti HCV kuantitatif (non reaktif), feritin 368 ng/mL, HbsAg Elisa (non reaktif: 0,503). Pasien direncanakan untuk konsultasi ke bagian mata, neurologi, dan gizi. Hasil konsultasi bagian mata yaitu kesan retinopati hipertensi grade I ONS.Hari keempat dan kelima (14-15 Mei 2015) pasien mengeluh nyeri di kaki Hasil laboratorium pada tanggal 15 Mei 2015 leukosit 4691, eritrosit 2,84, hemoglobin 9,0, hematokrit 26,6%, trombosit 131, MCH 32 pg, MCHC 34 g/dL, MCV 94 pg, ureum darah 99, kreatinin darah 4,8, Asam urat 8,1, Protein total 6,89, fosfat 4,4, magnesium 1,62 mEq/L, albumin 3,51, globulin 3,38, klorida 113,5 mEq/L, kalium 5,01 mEq/L, natrium 140 mEq/L, imunologi HIV non reaktif (0,224).Hari keenam sampai ke delapan (16-18 Mei 2015) keluhan pasien BAB hitam berkurang. Hari kedelapan (19 Mei 2015) keluhan pasien sudah tidak ada. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sehat dengan kesadaran compos mentis. Tekanan darah 170/80 mmHg, nadi 86 x/menit, respirasi 26 x/menit, dan suhu badan 36,80C. Pada pemeriksaan kepala didapatkan konjungtiva sudah tidak anemis, sklera ikterik tidak ada. Nyeri dan peradangan pada lutut sudah berkurang. Pasien diperbolehkan pulang dan diberikan pengobatan rawat jalan Omeprazole 20 mg1 hari 1 kapsul, Amlodipin 10 mg diberikan 1 kali pada pagi hari, Kalitake diberikan 3 sachet per hari, Paracetamol 3 kali 1 hari jika ada keluhan demam atau nyeri. Pasien diminta untuk diet rendah protein dan rendah kalori, kontrol minum, istirahat yang cukup, menjalani pola hidup yang sehat serta kontrol teratur di Poli Penyakit Dalam.

BAB IIIPEMBAHASAN

Osteoartritis selama ini dipandang sebagai akibat dari suatu proses petuaan yang tidak dapat dihindari. Namun, penelitian para pakar sekarang menyatakan bahwa OA ternyata merupakan penyakit gangguan homeostasis dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum diketahui. Jejas mekanis dan kimiawi diduga merupakan faktor penting yang merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago di dalam cairan sinovial sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi, kerusakan kondrosit, dan nyeri. Jejas mekanik dan kimiawi pada sinovial sendi yang terjadi multifaktorial antara lain karena faktor umur, humoral, genetik, obesitas, stress mekanik atau penggunaan sendi yang berlebihan, dan defek anatomik.1Secara umum, kartilago akan mengalami replikasi dan memproduksi matriks baru untuk memperbaiki diri akibat jejas mekanis maupun kimiawi. Namun dalam hal ini, kondrosit gagal mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler, termasuk produksi kolagen tipe I, III, VI, dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek. Akibatnya, terjadi perubahan pada diameter dan orientasi serat kolagen yang mengubah biomekanik kartilago, sehingga kartilago sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya.Berdasarkan kriteria klasifikasi dari American College of Rheumatology, seseorang terdiagnosis menderita OA lutut apabila terdapat nyeri lutut dengan krepitasi, kekakuan pada pagi hari selama kurang dari 30 menit, atau berusia lebih dari 50 tahun yang disertai gambaran osteofit pada pemeriksaan radiologis. Berdasarkan anamnesis pada pasien didapatkan bahwa kekakuan sering terjadi terutama pada pagi hari selama 30 menit. Pasien juga memenuhi kriteria umur, yaitu 66 tahun.Penyebab nyeri yang terjadi pada OA bersifat multifaktorial. Nyeri dapat bersumber dari regangan serabut syaraf periosteum, hipertensi intraosseus, regangan kapsul sendi, hipertensi intra-artikular,regangan ligament, mikrofraktur tulang subkondral, entesoati, bursitis dan spasme otot. Dengan demikian penting dipahami, bahwa walapun belum ada obat yang dapat menyembuhkan OA saat ini, namun terdapat barbagai cara untuk mengurangi nyeri dengan memperhatikan kemungkinan sumber nyerinya, memperbaiki mobilitas dan meningkatkan kualitas hidup.

DAFTAR PUSTAKA1. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudyo R. Osteoartritis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing; 2010. h. 2538.2. World Health Organization. Chronic Rheumatoid Condition. Maret 2014 [diakses tanggal: 15 Mei 2015]. Tersedia dari:http://www.who.int/chp/topics/rheumatic/en/

https://www.rheumatology.org/ACR/practice/clinical/classification/oaknee.asp

Laporan KasusSEORANG PASIEN DENGAN DIAGNOSIS OSTEOARTRITISDISERTAI PENYAKIT GINJAL KRONIK DAN HIPERTENSI STAGE I

Oleh :Dian Wahyu Laily (14014101225)Aaron Lontoh (14014101262)Masa KKM : 20 April 28 Juni 2015

Supervisor Pembimbingdr. Jeffrey Ongkowijaya, Sp.PD-KR

Residen Pembimbingdr. Martino Sutrisno

BAGIAN PENYAKIT DALAMFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SAM RATULANGIMANADO2015