rs sosbud 2

87
PROPOSAL ANALISIS KESIAPAN RUMAH SAKIT YANG ADA DI SUMATERA UTARA DALAM MENGHADAPI AKREDITASI RUMAH SAKIT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROPINSI SUMATERA UTARA M E D A N 2008

Upload: stringsbass4

Post on 17-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

akreditasi

TRANSCRIPT

  • PROPOSAL

    ANALISIS KESIAPAN RUMAH SAKIT YANG ADA

    DI SUMATERA UTARA DALAM MENGHADAPI

    AKREDITASI RUMAH SAKIT

    BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

    PROPINSI SUMATERA UTARA

    M E D A N

    2008

  • i

    DAFTAR ISI

    Judul .............................................................................................................. i

    Daftar Isi..................... ................................................................................... ii

    Daftar Tabel ................................................................................................... iv

    Daftar Gambar ............................................................................................... v

    Daftar Lampiran ............................................................................................ vi

    Bab I Pendahuluan ...................... I-1

    1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................... I-1

    1.2. Perumusan Masalah...................................................... ........... I-2

    1.3. Tujuan Penelitian....................................................................... I-3

    1.4. Manfaat Penelitian..................................................................... I-3

    1.5. Sasaran Penelitian ................................................................... I-3

    1.6. Ruang Lingkup dan Sasaran Lokasi........................................... I-4

    1.6.1. Ruang Lingkup Penelitian .............................................. I-4

    1.6.2. Sasaran Lokasi .......................................................... I-4

    Bab II Tinjauan Pustaka ............................................................................. II-1

    2.1. Akreditasi Rumah Sakit............................................................. II-1

    2.2. Pelaksana Akreditasi Rumah Sakit .......................................... II-6

    2.3. Standar Akreditasi Rumah Sakit .............................................. II-7

    2.4. Tahapan Akreditasi Rumah Sakit ............................................. II-9

    2.5. Kelulusan Akreditasi Rumah Sakit .......................................... II-10

    Bab III Kerangka Konseptual dan Metodologi Penelitian............................... III-1

    3.1. Kerangka Konseptual Penelitian.................................................III-1

    3.2. Metodologi Penelitian ............................................................... III-2

  • ii

    3.2.1. Desain Penelitian ......................................................... III-2

    3.2.2. Metode Pengumpulan Data ............................................ III-4

    3.2.3. Metode Pengolahan Data ................................................ III-5

    3.2.4. Metode Analisa Data ...................................................... III-5

    Bab IV Hasil Penelitian ............................................................................. IV-1

    4.1. Rumah Sakit di Sumatera Utara..................................................IV-1

    4.2. Gambaran Akreditasi Rumah Sakit di Sumatera Utara ............. IV-6

    4.3. Lingkungan Peraturan................. .............................................. IV-9

    4.4. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara................................IV-10

    4.5. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Cabang

    Sumatera Utara..........................................................................IV-12

    4.6. Faktor-faktor yang Mendasari Pengambilan Keputusan Manajemen

    Rumah Sakit dalam Pelaksanaan Akreditasi ..........................IV-13

    4.7. Kasus-Kasus.................................................... ..........................IV-17

    Bab V Pembahasan........................................................................................ V-1

    5.1. Pemahaman Terhadap Akreditasi.............................................. V-1

    5.2. Alternatif Keputusan ............................................................... V-1

    5.3. Proses Pengambilan Keputusan Akreditasi............................... V-3

    5.4. Harapan-Harapan yang Menadasari Keputusan........................ V-7

    Bab V Kesimpulan Dan Rekomendasi........................................................... VI-1

    6.1. Kesimpulan................................................................................ V-1

    6.2. Rekomendasi.............. ............................................................... V-2

    Daftar Pustaka ............................................................................................... DP-1

    Lampiran ....................................................................................................... L-1

  • iii

    DAFTAR TABEL

    TABEL HALAMAN

    4.1. Nama-nama Rumah Sakit Berdasarkan Kepemilikannya ............... IV 2

    4.2. Deskripsi Distribusi Rumah Sakit di Daerah Tk I dan II ................ IV 6

    4.3. Jumlah Rumah Sakit yang Telah Terakreditasi ............................... IV 8

    4.4. Rumah Sakit Dalam Persiapan Akreditasi ...................................... IV 8

    5.1. Jumlah Responden Yang Diasjikan ................................................. V 2

    5.2. Pemilihan Alternatif Keputusan ...................................................... V 4

    5.3. Tabulasi Pengambilan Keputusan ................................................... V 6

  • iv

    DAFTAR GAMBAR

    GAMBAR HALAMAN

    3.1. Kerangka Konseptual Penelitian ................................................. III 1

    3.2. Diagram Alir Penelitian .............................................................. III 3

    5.1. Skema Pohon Pengambilan Keputusan ....................................... V 5

  • v

    DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN HALAMAN

    1. Daftar Rumah Sakit Se-Propinsi Sumatera Utara Tahun 2008 (Berdasarkan

    Kepemilikannya .................................................................................... L 1

    2. Bagan Organisasi Panitia Akreditasi Rumah Sakit (5 Pelayanan) ....... L 2

    3. Proses Akreditasi RS di Indonesia ....................................................... L 3

  • I-1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Mutu pelayanan RS adalah sesuatu topik yang senantiasa merupakan isu

    yang hampir selalu hangat dibahas pada berbagai seminar di media massa. Bahkan

    sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Sumatera

    Utara yang masih rendah menjadi salah satu alasan mereka untuk berobat keluar

    negeri.

    Pada dekade yang lalu bila dibahas mutu pelayanan rumah sakit, maka

    terdapat komponen safety/aman di dalamnya. Namun kecenderungan internasional

    saat ini adalah pelayanan yang aman lebih mengemuka atau lebih ditonjolkan dan

    berdampingan dengan mutu. Jadi pelayanan rumah sakit harus aman dan bermutu.

    Berdasarkan hasil penelitian di Eropah tahun 1996-1999 dinyatakan bahwa salah satu

    metode untuk menilai atau mengukur mutu pelayanan rumah sakit adalah Akreditasi

    Rumah Sakit.

    Menindaklanjuti hal tersebut diatas, Departemen Kesehatan sejak tahun

    1995 melakukan akreditasi terhadap rumah sakit yang ada di Indonesia, baik milik

    pemerintah maupun swasta. Tujuan dilakukannya akreditasi rumah sakit adalah untuk

    meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan perlindungan terhadap pasien. Hal ini

    sejalan dengan UU Nomor 8 Tahun 2000 tentang Perlindungan Terhadap Konsumen

    dan UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Melalui akreditasi

    diharapkan manajemen rumah sakit mempunyai hospital by laws, medical staf by

  • I-2

    laws, pedoman medico legal dan SOP (Standard Operating Procedure) yang terkait

    dengan pelayanan profesi.

    Ada enam belas bidang pelayanan yang dinilai dalam akreditasi rumah

    sakit, yaitu : (1). Administrasi & manajemen, (2). Medis, (3). Gawat darurat, (4)

    .Rekam medis, (5). Keperawatan, (6). Radiologi, (7). Laboratorium, (8). Kamar

    operasi, (9). Farmasi, (10). K3, (11). Pengendalian infeksi, (12). Perinatal Risiko

    Tinggi, (13). Rehabilitasi medis, (14). Gizi, (15). Intensif, (16). Darah.

    Sementara itu manfaat nyata yang akan diperoleh dari akreditasi

    rumah sakit, adalah : (1). Peningkatan pelayanan (diukur dengan clinical

    indicator), (2). Peningkatan administrasi dan perencanaan, (3). Peningkatan

    koordinasi asuhan pasien dan peningkatan koordinasi pelayanan, (4). Peningkatan

    komunikasi antara staf, (5). Peningkatan sistem dan prosedur, (6). Lingkungan yang

    lebih aman, (7). Minimalisasi risiko, (8). Penggunaan sumber daya yang lebih

    efisien, (9). Kerja sama yang lebih kuat dari semua bagian dari organisasi. (10).

    Penurunan keluhan pasien dan staf, (11). Meningkatnya kesadaran staf akan tanggung

    jawabnya, (12). Peningkatan moril dan motivasi, (13). Re-energized organization,

    dan, (14). Kepuasan pemangku kepentingan (stakeholder).

  • I-3

    1.2. Perumusan Masalah

    Bertitik tolak dari hal tersebut diatas, maka yang menjadi permasalahan

    dalam penelitian ini adalah : Bagaimana kesiapan rumah sakit yang ada di

    Sumatera Utara dalam menghadapi akreditasi rumah sakit ?

    1.3. Tujuan Penelitian

    a. Menganalisis kesiapan rumah sakit yang ada di Sumatera Utara dalam

    menghadapi akreditasi rumah sakit.

    b. Menyusun peta kondisi rumah sakit berdasarkan kesiapan dalam menghadapi

    akreditasi rumah sakit.

    1.4. Manfaat Penelitian

    a. Terciptanya rumah sakit di Sumatera Utara yang aman dan bermutu.

    b. Mendorong rumah sakit yang ada di Sumatera Utara untuk senantiasa

    meningkatnya keamanan, kenyamanan dan mutu pelayanan terhadap pasien.

    1.5. Sasaran Penelitian

    a. Sebagai masukan bagi rumah sakit di Sumatera Utara dalam rangka

    menghadapi akreditasi rumah sakit.

    b. Sebagai masukan bagi masyarakat untuk menentukan pilihan rumah sakit

    tempat berobat.

  • I-4

    1.6. Ruang Lingkup Penelitian Dan Sasaran Lokasi

    1.6.1. Ruang Lingkup

    Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis variabel-variabel

    akreditasi rumah sakit, yaitu (1). Administrasi & manajemen, (2). Medis, (3).

    Gawat darurat, (4). Rekam medis, (5). Keperawatan, (6). Radiologi, (7).

    Laboratorium, (8). Kamar operasi, (9). Farmasi, (10). K3, (11). Pengendalian

    infeksi, (12). Perinatal risiko tinggi, (13). Rehabilitasi medis, (14). Gizi, (15).

    Intensif, (16). Darah.

    1.6.2. Sasaran Lokasi

    Lokasi penelitian ini adalah Provinsi Sumatera Utara dengan unit

    analisis rumah sakit milik pemerintah maupun swasta.

  • II-1

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1. Akreditasi Rumah Sakit

    Tak dapat dipungkiri bahwa pelayanan kesehatan (rumah sakit ) pada masa

    kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama, setiap rumah sakit bertanggung

    gugat terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas

    pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari

    penerima jasa pelayanan tersebut (Nurachmah, 2001). Disamping itu, penekanan

    pelayanan kepada kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang

    dapat dipertanggungjawabkan.

    Dengan demikian, semua pemberi pelayanan ditekan untuk menurunkan biaya

    pelayanan namun kualitas pelayanan dan kepuasan klien sebagai konsumen tetap

    diutamakan, karena indikator tersebut masih tetap menjadi tolak ukur (benchmark)

    utama keberhasilan pelayanan kesehatan yang diberikan (Miloney, 2001).

    Sejalan dengan adanya UU tentang Perlindungan Konsumen dan hasil

    amandemen kedua UUD 1945, tepatnya pasal 28H ayat I, para penerima jasa

    pelayanan kesehatan saat ini mulai menyadari hak-haknya sehingga keluhan, harapan,

    laporan, sampai dengan tuntutan ke pengadilan sudah menjadi suatu bagian dari

    upaya mempertahankan hak mereka sebagai penerima jasa tersebut. Munculnya

    berbagai Lembaga Perlindungan Konsumen merupakan indikasi kuat bahwa

    masyarakat sudah mulai sadar akan hak-haknya, meski belum semua.

  • II-2

    Di samping itu, tak kalah pentingnya, isu AFTA 2003 dan globalisasi

    mengisyaratkan bahwa mekanisme pasar akan semakin didominasi oleh perusahaan

    yang mampu memberikan pelayanan atau menghasilkan produk unggulan yang

    memiliki daya saing tinggi dalam memanfaatkan peluang pasar, keadaan ini berlaku

    bagi industri perumahsakitan di Indonesia, tentu saja dalam perspektif otoda,

    termasuk Rumah Sakit di daerah.

    Oleh karena itu industri jasa kesehatan semakin merasakan bahwa kualitas

    pelayanan adalah jawaban yang mutlak dalam rangka mempertahankan eksistensi

    mutu pelayanan dan menjawab tuntutan masyarakat terhadap mutu layanan. Selain itu

    upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit di daerah adalah langkah terpenting

    untuk meningkatkan daya saing usaha daerah di sektor kesehatan.

    Dalam upaya tersebut diperlukan alat untuk mengevaluasi mutu pelayanan

    Rumah Sakit. Salah satu strategi penting yang dilakukan dalam meningkatkan

    kualitas pelayanan medik rumah sakit saat ini adalah melalui standarisasi (akreditasi,

    audit klinis, dan lain-lain). Hal ini lebih disebabkan pelaksanaan program akreditasi

    RS akhir-akhir semakin gencar dilakukan. Namun, apa itu akreditasi dan pentingnya

    buat publik/masyarakat, hal inilah yang nampaknya masih menjadi misteri.

    Akreditasi sering lebih dipahami sebagai konsumsi terbatas para insan kesehatan,

    mulai dari pemerintah hingga orang-orang yang terlibat dalam jasa pelayanan

    kesehatan (dokter, perawat, dan tenaga di RS lainnya). Sementara masyarakat, yang

    notabenenya pengguna pelayanan kesehatan sering ketinggalan kereta dalam hal ini.

  • II-3

    Dengan kata lain masyarakat lebih sebagai obyek daripada sebagai subyek.

    Padahal dalam otoda, unsur masyarakat mendapat porsi yang cukup dominan.

    Menurut kamus Webster, kata akreditasi adalah pertimbangan atau pengakuan

    bahwa yang bersangkutan adalah terkemuka. Sedangkan menurut Permenkes RI No

    159a/Menkes/PER/II/1998 tentang Rumah Sakit, akreditasi adalah pengakuan bahwa

    Rumah Sakit memenuhi standart minimal yang ditentukan. Berdasarkan pengertian

    diatas, dapat disimpulkan bahwa akreditasi adalah pengakuan resmi dari pemerintah

    yang diberikan kepada Rumah Sakit yang telah memenuhi standart pelayanan.

    Penilaian akreditasi Rumah Sakit, dilakukan oleh sebuah komisi independen

    dibawah Departemen Kesehatan RI yang berkedudukan di Jakarta, yaitu Komisi

    Akreditasi Rumah Sakit dan Sarana Kesehatan (KARS). Penilaiannya difokuskan

    pada kebutuhan dan harapan konsumen dan dengan komponen pelayanan yang

    menjawab EEQS (Equity, Efficiently, Quality and Sustainability) agar RS dapat

    bersaing di tingkat regional bahkan internasional. Didalamnya, terdapat ahli-ahli yang

    bertindak sebagai surveyor, yang direkrut dari daerah-daerah dan dipilih sesuai

    kualifikasi di bidangnya. Sehingga KARS inilah yang bertanggung jawab terhadap

    hasil penilaian program akreditasi.

    Pelaksanaan akreditasi Rumah Sakit juga dilaksanakan di luar negeri.

    Akreditasi Rumah Sakit di luar negeri dilakukan oleh komisi yang bersifat

    independen, misalnya ; di Amerika Serikat dilakukan oleh JCHAO (Joint

    Commission on Accrediatition of Health Care), di Australia oleh ACHS (Australian

  • II-4

    of Health Care Standart Council) dan di Belanda oleh NIAZ (Nederlands Instituut

    Voor Accreditatle Van Zie Kenhuiden). Singkatnya, program akreditasi bersifat

    universal alias mendunia. Hasil dari program akreditasi di sebuah Rumah Sakit

    terdapat 4 kemungkinan yang akan diperoleh, mulai dari ; Tidak diakreditasi (tidak

    lulus, harus mengulang), Akreditasi bersyarat (belum memenuhi syarat secara

    keseluruhan), Akreditasi penuh (memenuhi standard yang telah ditetapkan, yang

    diberikan selama 3 tahun dan Akreditasi Istimewa (bagi Rumah Sakit yang

    menunjukkan pemenuhan melebihi standard yang telah ditetapkan).

    Pelaksanaan akreditasi Rumah Sakit dilakukan secara bertahap sesuai dengan

    kemampuan Rumah Sakit, mulai dari tingkat dasar hingga tingkat lanjut (20

    pelayanan). Untuk tingkat dasar adalah pemenuhan standart untuk 5 kegiatan

    pelayanan pokok, yaitu; Adminsitrasi dan Manajemen, Pelayanan medis, Pelayanan

    Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan dan Rekam Medis. Sementara untuk kegiatan

    tingkat lanjutnya, antara lain; Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Penanggulangan

    Infeksi Nosokomial, Pelayanan Kamar Operasi, Pelayanan Farmasi, Pelayanan

    Radiologi, Pelayanan Laboratorium, Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi. Logikanya,

    semakin tinggi tingkatannya otomatis semakin bagus kualitas pelayanan sebuah

    Rumah Sakit. Akreditasi bagi Publik

    Makna akreditasi Rumah Sakit sering lebih diartikan sebagai kepentingan

    Rumah Sakit an sich, sementara maknanya bagi masyarakat justru tenggelam. Hal

    ini menjadi sebuah ironi apabila kita kaitkan dengan semangat Otoda, yang menuntut

    partisipasi aktif masyarakat. Mestinya hal ini tidak boleh terjadi lagi, masyarakat

  • II-5

    patut mengetahui pentingnya arti akreditasi bagi mereka. Memang dalam beberapa

    kasus, hal ini lebih disebabkan masyarakat juga tidak mau tahu dalam masalah ini.

    Tapi satu hal yang pasti, aspek publik kelihatannya belum banyak dilibatkan. Bagi

    mereka, yang mereka tahu adalah pelayanan di Rumah Sakit tidak mengecewakan

    mereka dan keluarga yang dirawat sembuh. Tentu saja, pemahaman masyarakat yang

    semacam itu, tidak salah. Karena sebenarnyalah, salah satu tujuan akreditasi adalah

    untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit, salah satu aspeknya adalah

    kepuasan konsumen.

    Namun, bila kita lihat secara lebih dalam, ternyata akreditasi mempunyai

    makna yang lebih luas. Bagi Rumah Sakit, program akreditasi adalah instrumen yang

    valid untuk mengetahui sejauh mana pelayanan di Rumah Sakit tersebut memenuhi

    standart yang berlaku secara nasional. Status terakreditasi juga dapat meningkatkan

    kepercayaan masyarakat atas layanan di Rumah Sakit dan sebagai alat pencegahan

    terjadinya kasus malpraktek, karena dalam melaksanakan tugasnya, tenaga di Rumah

    Sakit telah memiliki Standart Operating Procedure (SOP) yang jelas. Dengan kata

    lain, akreditasi bagi Rumah Sakit adalah bentuk pertanggungjawaban (accountability)

    dan perlindungan kepada masyarakat sebagai pengguna jasanya.

    Selain makna diatas, bagi masyarakat, akreditasi dapat bermakna sebagai alat

    bantu yang shahih dalam menentukan pilihan tempat pelayanan kesehatan yang baik.

    Rumah Sakit yang telah terakreditasi tentu saja merupakan pilihan yang lebih

    bijaksana, karena Rumah Sakit tersebut telah memenuhi standart pelayanan yang

    berlaku, mulai dari tenaganya, peralatan medis, hingga fasilitas penunjang lainnya.

  • II-6

    Harapannya masyarakat lebih merasa aman mendapat pelayanan di Rumah Sakit

    yang sudah terakreditasi daripada yang belum terakreditasi.

    Akreditasi rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya adalah pengakuan kepada

    rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya yang telah memenuhi standar yang

    ditetapkan Kegiatan akreditasi meliputi self assessment dan proses external peer

    review oleh komisi akreditasi yang menilai keakuratan tingkat kinerja dihubungkan

    dengan standar dan cara implementasi peningkatan sistem pelayanan kesehatan secara

    berkesinambungan .Yang dimaksud dengan sarana kesehatan lainnya adalah sarana

    pelayanan kesehatan selain rumah sakit, sebagai contoh : Pusat Kesehatan

    masyarakat, Balai Pengobatan, Rumah Bersalin, Praktek Berkelompok Dokter

    Spesialis, dan lain-lain.

    2.2. Pelaksana Akreditasi Rumah Sakit

    Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia adalah suatu program yang dilaksanakan

    oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit Indonesia (KARS), sebuah badan yang dibentuk

    oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia untuk menyusun standar akreditasi,

    melakukan proses akreditasi dan memberikan sertifikat akreditasi kepada rumah

    sakit-rumah sakit yang telah memenuhi persyaratan standar akreditasi yang disusun

    oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit Indonesia (KARS).

    Komisi Akreditasi Rumah Sakit Indonesia (KARS) menganut sistem standar

    terbuka. Artinya, persyaratan-persyaratan mutu rumah sakit dapat diketahui oleh

    semua orang dan dapat diterapkan oleh semua rumah sakit, akan tetapi hanya KARS

    yang dapat memberikan sertifikat akreditasi.

  • II-7

    2.3. Standar Akreditasi Rumah Sakit

    Seluruh standar akreditasi rumah sakit terbagi atas 16 bidang pelayanan. Setiap

    bidang pelayanan masing-masing terbagi lagi atas 7 standar sebagai berikut:

    a. Standar 1. Falsafah dan Tujuan

    b. Standar 2. Administrasi dan Pengelolaan

    c. Standar 3. Staf dan Pimpinan

    d. Standar 4. Fasilitas dan Peralatan

    e. Standar 5. Kebijakan dan Prosedur

    f. Standar 6. Pengembangan Staff dan Program Pendidikan

    g. Standar 7. Evaluasi dan Pengendalian Mutu

    Sementara keenam belas bidang pelayanan yang diakreditasi adalah sebagai

    berikut:

    a. Administrasi dan Manajemen

    b. Pelayanan Rekam Medis

    c. Pelayanan Farmasi

    d. Pelayanan Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana

    e. Pelayanan Medis

    f. Pelayanan Gawat Darurat

    g. Pelayanan Kamar Operasi

    h. Pelayanan Intensif

    i. Pelayanan Radiologi

  • II-8

    j. Pelayanan Laboratorium

    k. Pelayanan Rehabilitasi Medis

    l. Pelayanan Darah

    m. Pelayanan Keperawatan

    n. Pelayanan Pengendalian Infeksi di RS

    o. Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi

    p. Pelayanan Gizi

    Setiap standar diatas memuat parameter-parameter yang digunakan untuk

    menilai sebuah rumah sakit. Parameter-parameter ini mencantumkan standar mutu

    dan persyaratan untuk mencapai skor tertentu. Persyaratan dibagi dalam 6 tingkat

    yang diberi nilai dari 0 sampai 5 dengan 5 sebagai nilai tertinggi. Di bagian akhir dari

    parameter ada penjelasan mengenai dua hal:

    1. D.O. yang berarti Definisi Operasional. Disini dijelaskan istilah-istilah yang

    digunakan dalam parameter ini.

    2. C.P. yang berarti Cara Pembuktian. Bagian ini menjelaskan cara untuk

    membuktikan bahwa parameter ini telah dipenuhi dan merupakan bagian yang

    digunakan oleh surveyor untuk menilai sebuah rumah sakit. Bagian ini terbagi

    atas tiga bagian yaitu Dokumentasi, Observasi dan Wawancara.

    a. Dokumentasi adalah dokumen-dokumen yang disyaratkan oleh standar

    akrediasi.

    b. Observasi adalah hal-hal yang harus diamati oleh surveyor untuk

    membuktikan bahwa standar telah dicapai.

  • II-9

    c. Wawancara adalah orang-orang dan/atau fungsi-fungsi organisasi yang harus

    diwawancarai atau topik-topik wawancaranya.

    2.4. Tahapan Akreditasi Rumah Sakit

    Akreditasi sebuah rumah sakit terdiri dari tiga tahapan, yaitu :

    a. Tahap I : Akreditasi Tingkat Dasar

    Akreditasi Tingkat Dasar (Tahap I) terdiri dari akreditasi lima pelayanan, yaitu :

    (1). Administrasi manajemen, (2). Pelayanan medik, (3). Gawat darurat,

    (4). Keperawatan, dan (5). Rekam medik.

    b. Tahap II : Akreditasi Tingkat Lanjut

    Akreditasi Tingkat Lanjut (Tahap II) terdiri dari akreditasi dua belas pelayanan,

    yaitu : (1). Administrasi manajemen, (2). Pelayanan medik, (3). Gawat darurat,

    (4). Keperawatan, (5). Rekam medik, (6). Kamar operasi, (7). Laboratorium,

    (8). Radiologi, (9). Farmasi, (10). K-3, (11). Pengendalian infeksi, dan

    (12). Perinatal risiko tinggi.

    c. Tahap III : Akreditasi Lengkap

    Akreditasi Lengkap (Tahap III) terdiri dari akreditasi dua belas pelayanan Tahap

    II ditambah dengan sisa kegiatan pelayanan, diantaranya terdapat kegiatan

    Pelayanan rehabilitasi medik, anestesi dan lain-lain.

  • II-10

    2.5. Kelulusan Akreditasi Rumah Sakit

    Sistem akreditasi rumah sakit versi 2007 berisi pokok-pokok standar

    pelayanan sebagaimana sistem akreditasi yang lama dengan beberapa tambahan dan

    penyesuaian. Beberapa perbaikan yang dilakukan untuk menyesuaikannya dengan

    kondisi terkini dan ada tambahan indikator mengenai hal-hal yang terkait dengan

    keselamatan pasien rumah sakit. Penerapan sistem keselamatan pasien rumah sakit,

    antara lain dilihat dari pencatatan kejadian-kejadian yang berpotensi menimbulkan

    cedera dan pemeriksaan peralatan pendukung perawatan. Penyusunan indikator

    penilaian sistem keselamatan pasien rumah sakit dalam sistem akreditasi rumah sakit

    tersebut dilakukan dengan mengacu pada standar keselamatan pasien rumah sakit

    WHO.

    Akreditasi atau pengakuan pemerintah bahwa suatu sarana kesehatan telah

    memenuhi standar yang ditentukan, dilakukan setiap tiga tahun. Rumah sakit-rumah

    sakit yang lulus akreditasi, yang skor nilainya rata-rata 75 persen atau lebih, akan

    diperiksa setiap tiga tahun. Namun demikian, rumah sakit yang lulus bersyarat (skor

    60 persen-75 persen) atau tidak lulus (skor di bawah 60 persen) uji akreditasi akan

    dibina dan diperiksa ulang satu tahun setelah pemeriksaan pertama.

  • III-1

    BAB III

    KERANGKA KONSEPTUAL DAN METODOLOGI PENELITIAN

    3.1.Kerangka Konseptual Penelitian

    Dalam rangka memperoleh gambaran tentang hal-hal yang menjadi fokus

    kajian dan rencana penelitian yang akan dilaksanakan maka perlu disajikan kerangka

    konseptual. Penelitian ini akan mengkaji kesiapan rumah sakit di Sumatera Utara

    dalam menghadapi akreditasi rumah sakit.. Pelaksanaan akreditasi rumah sakit terdiri

    dari tiga tahap, yaitu : Tahap I : Akreditasi Tingkat Dasar, Tahap II : Akreditasi

    Tingkat Lanjut, dan Tahap III : Akreditasi Lengkap. Dalam pelaksanaannya,

    penelitian ini mengacu kepada Instrumen Penilaian Akreditasi Rumah Sakit Revisi

    Maret 2007 yang dikeluarkan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS).

    Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan kerangka

    konseptual penelitian seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. berikut:

    Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian

    Rumah

    SakitRumah

    Sakit

    7 Standard

    Penilaian7 Standard

    Penilaian

    16 Bidang

    Pelayanan16 Bidang

    Pelayanan

    TAHAP I

    Akreditasi

    Tingkat

    Dasar

    TAHAP I

    Akreditasi

    Tingkat

    Dasar

    TAHAP II

    Akreditasi

    Tingkat

    Lanjut

    TAHAP II

    Akreditasi

    Tingkat

    Lanjut

    TAHAP II

    Akreditasi

    Lengkap

    TAHAP II

    Akreditasi

    Lengkap

    Kesiapan Rumah Sakit Mengikuti Akreditasi

  • III-2

    3.2. Metodologi Penelitian

    3.2.1. Desain Penelitian

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

    kuantitatif, yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan,

    mengklasifikasi dan menganalisis data serta informasi yang berkaitan dengan tujuan

    penelitian.

    Menurut Sedarmayanti dan Hidayat (2002), metode deskriptif adalah suatu

    metode dalam pencarian fakta status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu

    kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang dengan

    interprestasi yang tepat.

    Sementara itu penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, seperti

    dapat dilihat pada Gambar 3.2. berikut :

  • III-3

    Gambar 3.2. Diagram Alir Penelitian

    Studi

    LiteraturStudi

    Literatur

    Perumusan MasalahPerumusan Masalah

    Membuat Kerangka

    KonseptualMembuat Kerangka

    Konseptual

    Pengumpulan

    DataPengumpulan

    Data

    Analisis DataAnalisis Data

    Evaluasi Kondisi

    EksistingEvaluasi Kondisi

    Eksisting

    Kesiapan Rumah Sakit

    dalam Menghadapi

    Akreditasi RS

    Kesiapan Rumah Sakit

    dalam Menghadapi

    Akreditasi RS

    Kesimpulan dan SaranKesimpulan dan Saran

    Rumah

    SakitRumah

    Sakit

    Deskriptif

    KualitatifDeskriptif

    Kualitatif

    Instrumen

    Penilaian

    Akreditasi RS

    Instrumen

    Penilaian

    Akreditasi RS

  • III-4

    3.2.2. Metode Pengumpulan Data

    3.2.2.1. Pengumpulan Data Sekunder

    Data sekunder diperoleh dari bahan-bahan yang telah diterbitkan berupa

    hasil penelitian terdahulu, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Kesehatan,

    Instrumen Penilaian Akreditasi RS, buku rujukan, artikel serta majalah. Data

    tersebut boleh diperoleh dari pihak-pihak yang relevan dengan penelitian, internet,

    perpustakaan maupun media massa.

    3.2.2.1. Pengumpulan Data Primer

    a. Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Rumah Sakit yang ada di

    Sumatera, yaitu sebanyak 182 buah (Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara).

    b. Sampel Penelitian

    Menurut Nasution (2003) jika jumlah populasi sedikit maka jumlah sampel

    yang diambil sekurang-kurangnya sepersepuluh (10 %) dari populasi yang ada.

    Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil adalah 13 rumah sakit atau 10,4 %

    dari populasi yang ada. Teknik pengambilan sampel menggunakan quota sampling

    yaitu sampel distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih secara acak

    melainkan secara kebetulan saja.

  • III-5

    3.2.3. Metode Pengolahan Data

    Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus matematika,

    dan statistika.

    3.2.4. Metode Analisa Data

    Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif untuk

    memperoleh gambaran tentang kesiapan rumah sakit di Sumatera Utara dalam

    menghadapi akreditasi rumah sakit.

  • IV-1

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    4.1. Rumah Sakit di Sumatera Utara

    Sejarah perkembangan rumah sakit dimulai dengan berdirinya rumah sakit

    pertama di Kota Medan, yaitu Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. Rumah Sakit

    ini didirikan oleh Pemerintah Belanda dengan nama Gemente Zieken Huis, yang

    peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Marya Constantia Mackey pada tanggal 11

    Agustus 1928. Peresmian rumah sakit kemudian dilakukan pada tahun 1930 dengan

    Direktur pertama Dr. W Bays. Setahun setelah peletakan batu pertama Rumah Sakit

    tertua di Medan ini, berdiri rumah sakit kedua yaitu Rumah Sakit Santa Elisabeth pada

    tanggal 11 februari 1929 dan mulai menampung pasien pada tahun 1930.

    Pelayanan rumah sakit kepada penduduk pribumi dipelopori oleh para misionaris

    Kristen yang menjadi cikal bakal berdirinya sebuah rumah sakit swasta keagamaan di

    Kota Medan yaitu sekarang Rumah Sakit St. Elizabeth sekarang. Seiring dengan

    perjalanan waktu sejak Indonesia merdeka sampai kini di era desentralisasi, variasi

    kepemilikan rumah sakit kian bertambah. Jika dahulu rumah sakit hanya didirikan oleh

    badan-badan keagamaan, badan-badan sosial dan pemerintah, maka pada saat ini

    kepemilikan swasta yang semakin berkembang.

    Kepemilikan rumah sakit juga bervariasi, dari milik militer dan polisi, BUMN,

    Kabupaten/ Kota, propinsi dan Departemen Kesehatan. Kepemilikan rumah sakit swasta

    banyak berkembang melalui Penenaman Modal dalam Negeri (PMDN) maupun

    Penanaman Modal Asing (PMA). Tahun 1990 merupakan tahun bersejarah untuk

  • IV-2

    perumahsakitan Indonesia, dengan tebitnya Surat Keputusan Menkes Nomor.

    24/Menkes/Per II/1990 yang mengijinkan pengelolaan rumah sakit oleh perorangan.

    Berikut ini adalah daftar rumah sakit di Sumatera Utara berdasarkan kepemilikan.

    Tabel 4.1. Nama-nama Rumah Sakit Berdasarkan Kepemilikannya

    No Kepemilikan Nama Rumah Sakit 1

    Rumah Sakit TNI/ POLRI

    Rumkit TK.II Putri Hijau Medan

    2 RS Lantamal AL. Belawan

    3 RS Abd.Malik Lanud Medan

    4 RS Polda Sumut

    5 Runkitban Sibolga

    6 RS Rem 021 Pematang Siantar

    7 RS Tk. IV Binjai

    8 RS Tk. IV Padang Sidimpuan

    9 RS Bayangkara Tebing Tinggi

    10 Rumkitban Kisaran

    11

    Rumah Sakit BUMN

    RSU PTPN II Tembakau Deli

    12 RSU PTPN II Dr. Gerhard L.Tobing

    13 RSU PTPN II Bangkatan

    14 RSU PTPN II Tanjung Selamat

    15 RSU PTPN III Indrya Husada

    16 RSU PTPN III Aek Nabara

    17 RSU PTPN IIISri Torgamba

    18 RSU PTPN III Sri Pamela

    19 RSU PTPN III Sri Dadap

    20 RSU PTPN IV Balimbingan

    21 RSU PTPN IV Laras

    22 RSU PTPN IV Pabatu

    23 RSU Pelabuhan Medan

    24 RSU Pertamina

    25

    Rumah Sakit khusus Pemerintah

    RS Kusta P. Sicanang

    26 RS Kusta Lau Simomo

    27 RS Jiwa Daerah

    28 RSGM USU

    29

    RSU Advent

    30 RSU Alqadri

    31 RSU Al Fuady

    32 RSU Anirma

    33 RSU AIDA

    34 RSU Armina Madina

    35 RSU Ar-Rhido

    36 RSU Bakti

    37 RSU Bandung

    38 RSU Bahagia

  • IV-3

    39

    Rumah Sakit Swasta

    RSU Bina Sejahtera

    40 RSU Bina kasih

    41 RSU Bintang kasih Methodist

    42 RSU Batesda GKPS

    43 RSU Bersama

    44 RSU Bidadari

    45 RSU Bridegestone

    46 RSU Citra Medika

    47 RSU Djamaluddin

    48 RSU Dewi Sartika

    49 RSU Deli

    50 RSU Delima

    51 RSU Dewi Maya

    52 RSU Ester

    53 RSU Estomihi

    54 RSU Flora

    55 RSU Gleni International Hospital

    56 RSU Glugur/ Dr. Rusdi

    57 RSU GKPS

    58 RSU Harapan

    59 RSU Herna T.Tinggi

    60 RSU Herna Medan

    61 RSU Hirasma

    62 RSU Harapan Mama

    63 RSU Haji Medan

    64 RSU Helvetia

    65 RSU HKBP Balige

    66 RSU HKBP Nainggolan

    67 RSU Horas Insani

    68 RSU Ibnu Saleh

    69 RSU Imelda Pekerja Indonesia

    70 RSU Islam Malahayati

    71 RSU Ibu Kartini

    72 RSU Insani

    73 RSU Inalum

    74 RSU Inanta

    75 RSU Joko

    76 RSU Kartini

    77 RSU Univ. Prima Indonesia

    78 RSU Kasih Ibu

    79 RSU Kalimas

    80 RSU Keluarga

    81 RSU Kurnia Medika

    82 RSU Materna

    83 RSU Martha Friska

    84 RSU Mina Padi

    85 RSU Mitra Sejati

    86 RSU Mitra Husada

  • IV-4

    87 RSU Melati

    88 RSU Methodist

    89 RSU Manuella

    90 RSU Mandiri

    91 RSU Martondi

    92 RSU Maya Sari

    93 RSU Melati Perbaungan

    94 RSU Mega Sari

    95 RSU Morawa Utama

    96 RSU Muhammadiyah

    97 RSU Nursaadah

    98 RSU Nuraini

    99 RSU Permata Bunda

    100 RSU Permata Madina

    101 RSU Prof. Dr. Boloni

    102 RSU Restu Ibu

    103 RSU St. Elisabet Medan

    104 RSU Samaria

    105 RSU Sari Cipta

    106 RSU Sari Mutiara Medan

    107 RSU Sari Mutiara L. Pakam

    108 RSU Sembiring

    109 RSU Serasi

    110 RSU Sarah

    111 RSU Sehat

    112 RSU Siti Hajar

    113 RSU Sinar Husni

    114 RSU Sundari

    115 RSU Sufina Aziz

    116 RSU Tiara

    117 RSU Trianda

    118 RSU Vina Estetika

    119 RSU Vita Isnani

    120 RSU Wulan Windi

    121 RSU Yoshua

    122 RSU Adenin Adenan

    123 RSU Fajar

    124 RSU Farigul

    125 RSU Mitra Medika

    126 RSU Mitra Persada

    127 RSU Methodist Susanna Wesley

    128

    Rumah Sakit Khusus Swasta

    RSIA Al Ummah

    129 RSIA Badrul Aini

    130 RSIA Bunda Zahara

    131 RSIA Eva

    132 RSIA Elovani

    133 RSIA Harapan Ibu

    134 RSIA Harapan Bunda

  • IV-5

    135

    RSIA Rosiva

    136 RSIA Ratu Mas

    137 RSIA Suaka Insan

    138 RSIA Dr. Takdir

    139 RSIA Sri Ratu

    140 RSIA Salam

    141 RSIA Widya Husada

    142 RSIA Wahyu

    143 RSJ Bina Atma

    144 RSJ Bina Karsa

    145 RSJ Mahoni

    146 RSJ Poso

    147 RSJ Sembada

    148 RSIA Hadi Husada

    149 RSK Mata Sumatera

    150 RSK Bedah Accu-Plast

    151 RSK Mata Medan Baru

    152 RSK Mata Lions Club

    153

    Rumah Sakit Pemerintah

    RSUP H. Adam Malik

    154 RSU Dr. Pirngadi

    155 RSU Padangsidimpuan

    156 RSU Swadana Tarutung

    157 RSU Dr. Jasarmen Saragih

    158 BPRSUD Dr. R.M Djoelham

    159 RSU Doloksanggul

    160 RSU Dr. F.L Tobing

    161 RSU Gunung Sitoli

    162 RSU Kabanjahe

    163 RSU H. Manan Simatupang

    164 BPRSUD Deli serdang

    165 RSU Panyabungan

    166 RSU Porsea

    167 BPRSU Rantau Parapat

    168 RSU Sidikalang

    169 RSU Sipirok

    170 RSU Tebing Tinggi

    171 RSU Tanjung Pura

    172 BPRSU Dr. T. Mansyur

    173 RSU Pangururan

    174 RSU Parapat

    175 RSU Sibuhuan

    176 RSU Gunung Tua

    177 RSU Lukas

    178 RSU Pandan

    179 RSU Perdagangan

    180 RSU Salak

    181 RSUD Natal

    182 RSU Sultan Sulaiman

  • IV-6

    Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 860b/ SK/XII/1987 tentang

    klasifikasi rumah sakit umum swasta, penetapan kelas rumah sakit umum adalah

    ditetapkan oleh Direktur Jendral Pelayanan Medik Depkes RI. Klasifikasi tersebut

    berdasarkan pembedaan bertingkat dan kemampuan peleyanannya yaitu:

    RSU Swasta Pratama, yang memberikan pelayanan medik bersifat umum

    RSU Swasta Madya, yang memberikan pelayanan medik bersifat umum dan 4

    cabang spesialistik.

    RSU Swasta Utama, memberikan pelayanan medik bersifat umum, spesialistik

    dan subspesialistik.

    4.2. Gambaran Akreditasi Rumah Sakit di Sumatera Utara.

    Kota Medan sebagai ibukota propinsi Sumatera Utara dapat dijadikan gambaran

    untuk mewakili kondisi Rumah Sakit di Sumatera Utara. Hal ini dikarenakan

    penyebaran/ distribusi rumah sakit di Sumatera Utara yang tidak merata yang dapat

    dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 4.2. Deskripsi Distribusi Rumah Sakit di Daerah Tk. I dan II

    No Pemerintahan

    Kabupaten Kota

    Nama Rumah Sakit Berdasarkan Kepemilikannya

    Rumah Sakit TNI/

    POLRI

    Rumah Sakit

    BUMN

    Rumah Sakit khusus

    Pemerintah

    Rumah Sakit

    Swasta

    Rumah Sakit Khusus Swasta

    Rumah Sakit

    Pemerintah Persentase

    %

    1 Pemko Medan 40 14.29 75 56.52 76.00 6.67 44.75

    2 Pemko Binjai 10 7.14 0 2.17 4.00 3.33 4.44

    3 Pemko P. Siantar 10 0 0 6.52 4.00 3.33 3.98

    4 Pemko Tebing Tinggi 10 7.14 0 2.17 0 3.33 3.78

    5 Pemko Sibolga 10 0 0 0.00 0 3.33 2.22

    6 Pemko P. Sidempuan 10 0 0 1.09 0 3.33 2.40

    7 Pemko Tj. Balai 0 0 0 0.00 4.00 3.33 1.22

    8 Pemkab Taput 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56

    9 Pemkab Tapteng 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56

    10 Pemkab Tapsel 0 0 0 0.00 0 10.00 1.67

  • IV-7

    11 Pemkab Nias 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56

    12 Pemkab Langkat 0 14.29 0 1.09 0 3.33 3.12

    13 Pemkab Karo 0 0 25 3.26 4.00 3.33 5.93

    14 Pemkab Deli Serdang 0 7.14 0 10.87 0 3.33 3.56

    15 Pemkab Simalungun 0 14.29 0 1.09 0 6.67 3.67

    16 Pemkab Asahan 10 7.14 0 5.43 0 3.33 4.32

    17 Pemkab Labuhan Batu 0 21.43 0 4.35 8.00 3.33 6.18

    18 Pemkab Dairi 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56

    19 Pemkab Toba Samosir 0 0 0 2.17 0 3.33 0.92

    20 Pemkab Madina 0 0 0 2.17 0 6.67 1.47

    21 Pemkab Serdang Bedagai 0 7.14 0 0.00 0 3.33 1.75

    22 Pemkab Samosir 0 0 0 1.09 0 3.33 0.74

    23 Pemkab Humbahas 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56

    24 Pemkab Pakpak Bharat 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56

    25 Pemkab Nias Selatan 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56

    26 Pemkab Batu Bara 0 0 0 0.00 0 0 0.00

    Total 100 100 100 100 100 100 100.00

    Interaksi rumah sakit di Kota Medan dengan kegiatan akreditasi dimulai sejak

    tahun 1997. Pada awalnya akreditasi merupakan kewajiban atau keharusan karena

    ditunjuk oleh pemerintah untuk mengikutinya, bahkan beberapa rumah sakit memakai

    istilah kata paksaan untuk menyatakan bahwa akreditasi bukan dari kemauan mereka

    sendiri. Keterangan ini diperoleh dari beberapa rumah sakit yang dianggap pelopor saat

    ini telah memperoleh status terakreditsi tingkat dasar (5 pelayanan).

    Setelah proses interaksi tersebut berlangsung sekian tahun, saat ini sudah

    membuahkan akumulasi pemahaman yang beragam dikalangan perumahsakitan di Kota

    Medan. Pemahaman tersebut menjadi pedoman atau alasan mereka dalam mengambil

    keputusan dan membangun harapan-harapan yang ingin dicapai dari kegiatan akreditasi.

    Sampai pada tahun 2008 terdapat bebepara rumah sakit di Sumatera Utara

    berdasarkan tingkat pelayanan yang sudah dicapai yang dapat dilihat pada tabel berikut.

  • IV-8

    Tabel 4.3. Jumlah Rumah Sakit yang telah Terakreditasi

    No Kepemilikan Nama Rumah Sakit

    Akreditas 5 Pelayanan

    12 Pelayanan

    16 Pelayanan

    1 Rumah Sakit BUMN RSU PTPN II Tembakau Deli

    2 Rumah Sakit khusus Pemerintah RS Jiwa Daerah

    3

    Rumah Sakit Swasta

    RSU Herna Medan

    4 RSU Haji Medan

    5 RSU Imelda Pekerja Indonesia

    6 RSU Islam Malahayati

    7 RSU Martha Friska

    8 RSU St. Elisabet Medan

    9 RSU Sari Mutiara Medan

    10

    Rumah Sakit Pemerintah

    RSUP H. Adam Malik

    11 RSU Dr. Pirngadi

    12 RSU Swadana Tarutung

    13 RSU Dr. Jasarmen Saragih

    14 BPRSUD Deli serdang

    15 BPRSU Rantau Parapat

    Total 12 1 2

    Persentase (%) 6.59 0.55 1.10

    Informasi lain dari hasil survey bahwa saat ini beberapa rumah sakit telah dalam

    persiapan melaksanakan akreditasi baik unutk tingkat dasar maupun akreditasi tingkat

    lanjut seperti dilihat pada tabel dibawah ini:

    Tabel 4.4. Rumah Sakit dalam Persiapan Akreditasi

    No RS dalam Persiapan Akreditasi

    Tingkat Dasar

    No RS dalam Persiapan Akreditasi

    Tingkat Lanjut

    1 Rumah Sakit Advent Medan 1 RSU St. Elizabeth Medan

    2 RSU Tarutung

    3 RSU Sari Mutiara Medan

    4 RSU Haji Medan

    5 RSU Herna Medan

    6 RS Jiwa Medan

    Namun perkembangan fase persiapan ini ternyata sangat bervariasi, sebagian

    besar belum ada meminta untuk diberikan bimbingan dan arahan baik oleh KARS, Dinas

    Kesehatan propinsi ataupun PERSI.

  • IV-9

    4.3. Lingkungan Peraturan

    Rumah Sakit sebagai intitusi pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam

    perkembangannya dihadapkan pada pilihan yang sulit. Dilihat dari perkembangan fungsi

    rumah sakit, awalnya dominan memiliki fungsi sosial dalam penyembuhan penyakit,

    namun dalam tahun-tahun terakhir fungsi tersebut telah bergeser menjadisemacam

    industri jasa yang oleh sebagian kalangan dinilai dapat memberikan keuntungan

    finansial, bahkan sudah disejajarkan dengan industri yang padat modal, padat teknologi

    dan padat karya.

    Pola pelayanan rumah sakit juga mengalami perubahan sejalan dengan

    munculnya norma-norma baru yang dipengaruhi oleh transisi epidemiologi, sosial

    ekonomi dan teknologi terutama yang terkait dengan cara pembiayaan pelayanan

    kesehatan yang berlaku.

    Dari penelusuran terhadap literatur diperoleh cukup banyak peraturan yang

    berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap rumah sakit, yang dapat menjadi

    peluang ataupun ancaman bagi rumah sakit. Beberapa peraturan yang dikatakan pihak

    rumah sakit di Sumatera Utara berdampak kepada rumah sakit mereka diantaranya:

    1. Undang-undang No. 22 dan 25 Tahun 1999 tentang Otonomi Pemerintahan

    Daerah dan Pertimbangan Keuangan memberikan peluang gerak yang lebih luas

    bagi perubahan organisasi dan tata kerja institusi kesehatan, serta optimalisasi

    kinerja jajaran kesehatan di daerah

    2. Kecendrungan meningkatnya kesadaran hukum masyarakat ditambah dengan

    keluarnya Undang-undang No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.

  • IV-10

    3. Peraturan-peraturan perpajakan misalnya; barang farmasi, sewa ruangan kepada

    pihak ketiga, pajak reklame, pajak makanan dan minuman, parkir dan lainnya

    dapat mengakibatkan mahalnya harga pelayanan rumah sakit yang harus dibayar

    pasien.

    4. Peraturan tentang fiskal ke luar negeri yang menambah kemudahan bagi

    konsumen untuk memilih pelayanan rumah sakit diluar negeri.

    4.4. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara.

    a. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi

    Dinas Kesehatan adalah Unsur Pelaksana Pemerintah Propinsi yang dipimpin

    oleh seorang Kepala Dinas, berkedududkan dibawah dan bertanggung jawab kepada

    Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan mempunyai tugas

    menyelengggarakan sebagian kewenangan Pemerintah Propinsi dan tugas Dekonsentrasi

    dibidang Kesehatan.

    Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, Dinas

    Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

    1. Menyiapkan bahan perumusan perencanaan/program dan kebijaksanaan teknis

    dibidang kesehatan.

    2. Menyelenggarakan pembinaan promosi kesehatan dan jaminan Pelayanan

    Kesehatan Masyarakat, pelayanan kesehatan dan rujukan, pencegahan

    pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan, kesehatan keluarga, farmasi

    dan makanan minuman serta tenaga kesehatan.

  • IV-11

    3. Melaksanakan tugas-tugas yang terkait dengan kesehatan sesuai ketetapan

    Kepala Daerah.

    Dalam menyelenggarakan pembangunan di bidang pelayanan kesehatan, Dinas

    Kesehatan Propinsi Sumatera memiliki Sub Dinas Bina Pelayanan Kesehatan. Salah satu

    tugas pokok sub Dinas Pelayanan Kesehatan adalah melakukan pembinaan pelayanan

    rumah sakit dan akreditasi.

    b. Kendala Dalam Akreditasi

    Beberapa informasi diperoleh dari pengelola program akreditasi Dinas Kesehatan

    Propinsi Sumatera Utara tentang kendala yang dihadapi yang dapat mempengaruhi

    pencapaian program akreditasi di Sumatera Utara antara lain:

    1) Tata hubungan kerja yang masih perlu diperjelas antar pusat dan daerah. Sampai

    dimana peran dan fungsi pemerintah pusat dan daerah dalam akreditasi masih perlu

    ditata kembali bukan sekedar secar administratif saja, agar tidak terjadi duplikasi

    kewenangan.

    2) Keluhan berbagai pihak akan sumber daya tenaga pengelola akreditasi di Dinas

    Kesehatan yang tidak siap.

    3) Menyiapkan SDM melalui pendidikan dan pelatihan berkaitan dengan permasalahan

    pembiayaan dan kewenangan tenaga yang akan dipersiapkan

    4) Anggaran pemerintah yang terbatas.

    Kebijakan-kebijakan yang diambil sehubungan dengan keterbatasan anggaranpun

    perlu disosialisasikan, sehingga kesadaran dan minat rumah sakit dapat ditingkatkan.

    5) Perangkat hukum yang lemah.

  • IV-12

    Menyiapkan peraturan tentang perizinan dan akreditasi rumah sakit termasuk tenaga

    pelaksananya serta penerapannya adalah hal yang perlu segera dilakukan.

    4.5. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Cabang SUMUT

    a. Pengorganisasian

    Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) adalah lembaga lahan

    pengembangan dan pengabdian profesi dalam bidang perumahsakitan di Indonesia yang

    berkedudukan ditingkat pusat. Ide pembentukannya mulai dicetuskan pada tanggal 4

    februari 1973 di RS Dr. Hasan Sadikin Bandung, sedangkan pendiriannya diresmikan

    pada tanggal 11 April 1978 di Jakarta.

    Organisasi ini merupakan satu-satunya perhimpunan bagi semua rumah sakit di

    Indonesia dan ditiap propinsi hanya dapat didirikan satu cabang. Sekretariat PERSI

    Cabang SUMUT saat ini bertempat di Dr. Pirngadi Medan.

    b. Peran PERSI dalam Akreditasi

    Beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh PERSI Cabang SUMUT dalam

    menyukseskan program Akreditasi Rumah Sakit antara lain:

    1) Membentuk wadah konsultasi akreditasi rumah sakit dan menyediakan tim ahli

    untuk konsultasi akreditasi.

    2) Melakukan sosialisasi akreditasi rumah sakit melalui pertemuan-pertemuan yang

    diadakan bagi kalangan perumahsakitan di Propinsi Sumatera Utara

    3) Melakukan bimbingan kerumah-rumah sakit di Propinsi Sumatera Utara

  • IV-13

    c. Pandangan PERSI Terhadap Akreditasi Rumah Sakit di Sumateraa Utara

    Dari sudut pandang PERSI, terdapat berbagai kendala yang menghambat

    perkembangan Akreditasi Rumah Sakit di Sumatera Utara yaitu:

    1) Sangat kurangnya komitmen dari manajemen rumah sakit untuk akreditasi

    2) Akreditasi dianggap sebagai beban bagi rumah sakit

    3) Beban akreditasi selalu dikaitkan dengan biaya bukan kemauan untuk memperbaiki.

    4) Pelayanan Rumah Sakit sekarang ini belum berorientasi mutu

    5) Kurangnya komunikasi yang dilakukan oleh rumah sakit kepad PERSI dalam

    mengakses informasi akreditasi

    6) Belum terbukanya peluang untuk tersedianya surveor di Sumatera Utara. Dalam hal

    ini PERSI sudah pernah mengusulkan dan beberapa ahli mengirimkan persyaratan

    untuk dapat menjadi surveor di daerah, tetapi belum ada pembahasan hal itu oleh

    lembaga akreditasi di pusat.

    4.6. Faktor-faktor yang Mendasari Pengambilan Keputusan Manajemen

    Rumah Sakit dalam Pelaksanaan Akreditasi

    a. Komitmen

    Pada tahun 1989 pemerintah mulai mengkaji keluhan masyarakat mengenai

    rendahnya mutu pelayanan rumah sakit, sehingga dilakukan survei diagnosis

    kemungkinan peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. Hasil survey menyimpulkan

    bahwa perlu ada intervensi untuk mengatasi kekurangan tersebut antara lain dengan

    memperbaiki kebijakan di dalam pengelolaan rumah sakit, meningkatkan mutu rekam

    medik dan meningkatkan sistem informasi dirumah sakit.

  • IV-14

    Intervensi ini kemudian mengahasilkan kebijakan baru perumahsakitan yaitu

    mengenai standar ketenagaan, peralatan dan pelayanan rumah sakit. Pada tahun 1993

    ditetapkan standar pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan medik, standarisasi ini

    merupakan langkah awal menuju akreditasi rumah sakit. Selanjutnya disusun buku

    pedoman yang merupakan acuan bagi seluruh pelaksanan program akreditasi.

    Saat ini sebagian besar pengelola rumah sakit mengatakan bahwa diperlukan

    komitmen yang tinggi dari seluruh jajaran rumah sakit, selain kesiapan infra struktur dan

    sumberdaya manusia untuk dapat melaksanakan akreditasi, termasuk komitmen

    pemerintah untuk mendorong rumah -rumah sakit swasta agar berminat untuk akrediatsi.

    Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan terhadap

    komitmen pihak rumah sakit terhadap akreditasi menunjukkan besarnya peranan pemilik

    rumah sakit terhadap keputusan akreditasi, walaupun pengambilan keputusan tetap

    dilaksanakan oleh manajemen ruamah sakit. Beberapa rumah sakit swasta yang belum

    terakreditsi nampaknya menaruh harapan besar terhadap pemerintah, dikatakan

    diperlukan komitmen pemerintah terlebih dahulu agar rumah sakit mau melaksanakan

    akreditasi. Sedangkan bagi pemerintah strategi yang diambil dalam hal ini adalah

    mengupayakan tumbuhnya kemandirian rumah sakit dalam akreditasi. Komitmen

    pemerintah yang diharapkan antara lain:

    1. Pemerintah dapat memberikan pembinaan yang didukung dengan kesiapan SDM

    serta terdapat ketentuan pembinaan pasca akreditasi

    2. Ada peraturan yang jelas tentang perizinan dan akreditasi serta ketegasan

    implementasinya.

  • IV-15

    3. Menyiapkan reward akreditasi, misalnya : peran pemerintah dalam kemitraan

    dengan perusahaan asuransi, sosialisasi dan publikasi hasil penilaian akreditasi

    kepada masyarakat.

    4. Menyederhanakan birokrasi

    5. Ada perubahan mekanisme pembiayaan akreditasi bagi rumah sakit swasta

    b. Manfaat Akreditasi Bagi Rumah Sakit

    Manfaat atau keuntungan yang diperoleh rumah sakit dari akreditasi idealnya

    apabila rumah sakit dapat meningkatkan kinerjanya dari waktu kewaktu yang dinilai dari

    kepentingan pasien dan kepuasan pelanggan.

    Manfaat apa yang sudah dirasakan rumah dari akreditasi dapat diuraikan kedalam

    beberapa hal yaitu:

    1. Akreditasi mendorong rumah sakit membuat prosedur dan standar pelayanan,

    sehingga manfaatnya terutama dirsakan pada rekam medik karena dapat

    menyediakan data pasien

    2. Rumah sakit memiliki pedoman yang seragam untuk melaksanakan kegiatan

    pelayanan

    3. Ada rasa aman bagi rumah sakit dalam memberikan pelayanan

    4. Rumah sakit dapat menilai kekurangan dan kemajuan yang telah dicapai yang

    dapat digunakan untuk perencanaan kedepan

    5. Akreditasi mendorong manajemen lebih perhatian terhadap mutu

    6. Meningkatnya kinerja perawat, rekam medis dan pelayanan gawat darurat.

  • IV-16

    c. Reward

    Umumnya rumah sakit sangat mengharapkan adanya reward dari pemerintah agar

    akreditasi lebih diminati lagi oleh rumah-rumah sakit khusunya swasta. Beberapa

    bentuk reward yang diinginkan meliputi:

    1. Peran pemerintah dalam pengaturan kemitraan dengan perusahaan asuransi

    2. Sosialisasi dan publikasi hasil penilaian akreditasi kepada masyarakat luas.

    3. Penghargaan khusus kepada rumah sakit swasta untuk kemandirian dalam

    akreditasi

    4. Logo Akreditasi Rumah Sakit

    d. Anggaran

    Faktor anggaran juga menjadi pertimbangan manajemen rumah sakit dalam

    pengambilan keputusan akreditasi. Alasan klasik adalah tingginya biaya operasional dan

    pemeliharaan rumah sakit serta menurunnya kemampuan membayar masyarakat.

    Sebagian besar rumah sakit mengatakan akreditasi sangat membebani keuangan rumah

    sakit, anggaran terbesar adalah untuk mempersiapkan sarana serta prasarana yang sesuai

    standar.

    Namun dari penelitian ini diperoleh informasi bahwa faktor anggaran tidak

    menjadi faktor utama yang mendasari pengambilan keputusan. Beberapa rumah sakit

    tidak mempermasalahkan anggaran untuk akreditasi, tetapi manajemen menunda atau

    mengambil keputusan untuk tidak melaksanakan akreditasi disebabkan ketidaksiapan

    SDM dan daya utama adalah karena tidak adanya keharusan bagi rumah sakit untuk

    melaksanakan akreditasi.

  • IV-17

    e. Sumber Daya Manusia (SDM)

    Faktor lain yang menjadi pertimbangan bagi rumah sakit untuk melaksanakan

    akreditasi adalah kesiapan SDM. Menyiapkan SDM dari segi kuantitas dan kualitasnya

    yang dapat memenuhi standarnya yang memiliki loyalitas dan integritas yang tinggi

    masih sulit bagi sebagian besar rumah sakit. Namun dalam kondisi demikian beberapa

    rumah sakit ada juga yang berani mengambil keputusan melaksanakan akreditasi.

    Beberapa keluhan pihak rumah sakit mengatakan ketidak siapan sumber daya

    tersebut disebabkan oleh SDM yang tidak siap pakai yang dikeluarkan oleh institusi

    pendidikan kita. Hal yang lainnya adalah cukup sulit mengakses pendidikan dan

    pelatihan untuk pengembangan SDM dalam bidang-bidang yang diperlukan rumah sakit

    karena memerlukan biaya yang cukup tinggi karena sering harus diikuti diluar daerah.

    4.7. Kasus - kasus

    a. Kasus 1: Gambaran Rumah Sakit Terakreditasi (Rumah Sakit Haji Medan)

    Berdasarkan wawancara kepada pihak manajemen beberapa alasan yang

    mendasari rumah sakit memilih untuk melaksanakan akreditasi adalah:

    1) Ada komitmen yang kuat dari seluruh jajaran rumah sakit, termasuk komite medis

    2) Tersedianya sumber daya tenaga yang cukup dari kuantitas dan kualitasnya.

    3) Agar siap menghadapi persaingan rumah sakit dan dapat merebut pasar konsumen

    yang lari keluar negeri.

    4) Bila benar-benar terimplementasi dalam setiap aspek pelayanan, rumah sakit

    mengharapkan konsumen dapat merasakan hasil akreditasi

    5) Ekstensi rumah sakit

  • IV-18

    Adapun kendala yang dirasakan menghadapi Akreditasi tahap lanjutan adalah

    dalam:

    1) Mempersiapkan anggaran yang cukup besar untuk memenuhi standar-standar

    akreditasi

    2) Menyiapkan Standard Operational Prosedure (SOP) masing-masing kegiatan.

    Beberapa hal yang menjadi harapan pihak rumah sakit terhadap sistem

    Akreditasi Rumah Sakit antara lain:

    1) Secara internal agar akreditasi benar-benar terimpelementasi dalam setiap aspek

    pelayanan sehingga konsumen dapat merasakannya.

    2) Ada lembaga yang diberi kewenangan didaerah untuk menyelenggarakan akreditasi

    sehingga dapat menekan biaya.

    3) Perlu ketegasan pemerintah dan mencari solusi yang tepat dalam hal perizinan dan

    akreditasi rumah sakit, sehingga terasa perbedaan antara rumah sakit yang sudah

    terkreditasi dan yang belum terakreditasi.

    b. Kasus 2: Keputusan Melaksanakan Akreditasi

    Adapun faktor- faktor yang mendasari keputusan manajemen rumah sakit dalam

    melaksanakan akreditasi yaitu:

    1) Ada komitmen yang kuat dari seluruh jajaran dalam rumah sakit, terutama pemilik

    rumah sakit.

    2) Ada dukungan dana dari pemilik

    3) Ada kesadaran untuk memperbaiki mutu pelayanan rumah sakit

    4) Ada kesadaran menghadapi era kompetitif rumah sakit

  • IV-19

    5) Agar dapat menrik minat konsumen rumah sakit, termasuk perusahaan- perusahaan

    yang ingin menjalin kerjasama

    6) Dapat menyiapkan SDM rumah sakit

    7) Ada program peningkatan mutu yang telah direncanakan oleh rumah sakit

    Selama dalam tahap persiapan dan pelaksanaan akreditasi, ditemukan beberapa

    faktor yang dianggap menjadi kendala dalam kegiatan ini yaitu:

    1) Cukup sulit menyiapkan SDM rumah sakit yang bermutu sebagaimana yang

    diharapkan dalam standar-standar akreditasi, disebabkan sulitnya untuk mengakses

    pelatihan-pelaithan dan pengetahuan tentang standar-standar tersebut.

    2) Dalam hal memotivasi staf agar dapat mempertahankan konsistensi kerja dari Pokja-

    Pokja akreditasi dirasa sangat sulit. Rutinitas rumah sakit yang padat dan cukup

    melelahkan sangat mempengaruhi komitmen dari seluruh staf, misalnya dalam

    mensosialisasikan SOP dan melengkapi standar-standar yang diharapkan dari SOP

    tersebut.

    Beberapa yang menjadi harapan pihak rumah sakit terhadap Sistem Akreditasi

    Rumah Sakit antara lain:

    (1) Agar akreditasi benar-benar secara kontinu dapat dilaksanakan oleh rumah sakit

    sehingga dapat memberikan dukungan kepada rumah sakit untuk memperbaiki

    manajemen mutunya.

    (2) Agar Propinsi Sumatera Utara dapat memiliki lebih banyak lagi pakar-pakar

    akrediatasi

    (3) Ada lembaga (wadah) konsultasi dan informasi akreditasi yang dapat memotivasi

    rumah-rumah sakit yang berminat terhadap akreditasi.

  • IV-20

    (4) Perlu dukungan pemerintah untuk menyiapkan suasana agar akreditasi dapat

    berkembang misalnya menyederhanakan birokrasi, menyiapkan SDM pembina yang

    berpengalaman dll.

    (5) Agar Sumatera Utara memiliki surveior daerah unutk menjaga keobjektifan

    akreditasi

    c. Kasus 3: Keputusan Menunda melaksanakan Akreditasi

    Alasan yang mendasari keputusan untuk menjadi pertimbangan rumah sakit

    menunda akreditasi adalah:

    1) Faktor Kualitas staf yang tidak memadai (diperberat dengan institusi pendidikan

    yang menghasilkan SDM rumah sakit yang tidak siap pakai)

    2) Faktor mekanisme pembiayaan akreditasi yang tidak jelas, antar lain perbedaan

    biaya akreditasi antara rumah sakit pemerintah dan swasta, dirasakan masih

    memberatkan rumah sakit swasta.

    3) Faktor desentralisasi yang menyebabkan birokrasi yang semakin berbelit-belit,

    misalnya dalam urusan limbah rumah sakit, perizinan dll.

    4) Faktor kurangnya dukungan pemerintah dalam mencarikan solusi permasalahan

    rumah sakit

    Beberapa hal yang menjadi harapan pihak rumah sakit ini terhadap sistem

    Akreditasi Rumah Sakit antara lain:

    1) Faktor kurangnya dukungan pemerintah dalam mencarikan solusi permasalahan

    rumah sakit misalnya masalah limbah rumah sakit, menyederhanakan birokrasi

  • IV-21

    2) Perlu ditingkatkan lagi sosialisasi akreditasi bagi rumah sakit swasta, dengan

    memberikan informasi, bimbingan dan pembinaan akreditasi.

    3) Perlu diatur mekanisme pembiayaan akreditasi yang tidak memberatkan rumah sakit

    d. Kasus 4: Keputusan Tidak Melaksanakan Akreditasi

    Adapun faktor-faktor yang mendasari keputusan manajemen rumah sakit untuk

    tidak melaksanakan akreditasi rumah sakit yaitu:

    1. Tidak ada komitmen yang kuat dari seluruh jajaran yang ada dirumah sakit

    2. Tidak ada sanksi yang tegas dari pemerintah

    3. Tidak ada anggaran untuk akreditasi

    4. Tidak cukup tersedia SDM yang memadai

    5. Tidak ada lembaga pembina akreditasi yang proaktif membimbing dan membantu

    rumah sakit untuk akreditasi

    6. Tidak ada peraturan yang mengatur hubungan rumah sakit dengan lembaga pembina

    atau organisasi profesi.

    Beberapa hal yang menjadi keinginan dan harapan pihak manajemen rumah sakit

    yaitu:

    1. Hendaknya pemerintah yang harus proaktif membimbing dan membantu rumah sakit

    untuk akreditasi. (Hal ini bertentangan dengan kebijakan pemerintah dalam program

    akreditasi)

    2. Perlu sanksi yang tegas dari pemerintah

    3. Perlu adanya lembaga pembina akreditasi didaerah

  • IV-22

    4. Perlu ada peraturan yang mengharuskan hubungan antara rumah sakit dengan

    lembaga pembina dan profesi (PERSI) dalam akreditasi.

  • I-1

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    4.1.Rumah Sakit di Sumatera Utara

    Sejarah perkembangan rumah sakit dimulai dengan berdirinya rumah sakit

    pertama di Kota Medan, yaitu Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. Rumah Sakit

    ini didirikan oleh Pemerintah Belanda dengan nama Gemente Zieken Huis, yang

    peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Marya Constantia Mackey pada tanggal 11

    Agustus 1928. Peresmian rumah sakit kemudian dilakukan pada tahun 1930 dengan

    Direktur pertama Dr. W Bays. Setahun setelah peletakan batu pertama Rumah Sakit

    tertua di Medan ini, berdiri rumah sakit kedua yaitu Rumah Sakit Santa Elisabeth pada

    tanggal 11 februari 1929 dan mulai menampung pasien pada tahun 1930.

    Pelayanan rumah sakit kepada penduduk pribumi dipelopori oleh para misionaris

    Kristen yang menjadi cikal bakal berdirinya sebuah rumah sakit swasta keagamaan di

    Kota Medan yaitu sekarang Rumah Sakit St. Elizabeth sekarang. Seiring dengan

    perjalanan waktu sejak Indonesia merdeka sampai kini di era desentralisasi, variasi

    kepemilikan rumah sakit kian bertambah. Jika dahulu rumah sakit hanya didirikan oleh

    badan-badan keagamaan, badan-badan sosial dan pemerintah, maka pada saat ini

    kepemilikan swasta yang semakin berkembang.

    Kepemilikan rumah sakit juga bervariasi, dari milik militer dan polisi, BUMN,

    Kabupaten/ Kota, propinsi dan Departemen Kesehatan. Kepemilikan rumah sakit swasta

    banyak berkembang melalui Penenaman Modal dalam Negeri (PMDN) maupun

    Penanaman Modal Asing (PMA). Tahun 1990 merupakan tahun bersejarah untuk

  • I-2

    perumahsakitan Indonesia, dengan tebitnya Surat Keputusan Menkes Nomor.

    24/Menkes/Per II/1990 yang mengijinkan pengelolaan rumah sakit oleh perorangan.

    Berikut ini adalah daftar rumah sakit di Sumatera Utara berdasarkan kepemilikan.

    Tabel 4.1. Nama-nama Rumah Sakit Berdasarkan Kepemilikannya

    No Kepemilikan Nama Rumah Sakit 1

    Rumah Sakit TNI/ POLRI

    Rumkit TK.II Putri Hijau Medan

    2 RS Lantamal AL. Belawan

    3 RS Abd.Malik Lanud Medan

    4 RS Polda Sumut

    5 Runkitban Sibolga

    6 RS Rem 021 Pematang Siantar

    7 RS Tk. IV Binjai

    8 RS Tk. IV Padang Sidimpuan

    9 RS Bayangkara Tebing Tinggi

    10 Rumkitban Kisaran

    11

    Rumah Sakit BUMN

    RSU PTPN II Tembakau Deli

    12 RSU PTPN II Dr. Gerhard L.Tobing

    13 RSU PTPN II Bangkatan

    14 RSU PTPN II Tanjung Selamat

    15 RSU PTPN III Indrya Husada

    16 RSU PTPN III Aek Nabara

    17 RSU PTPN IIISri Torgamba

    18 RSU PTPN III Sri Pamela

    19 RSU PTPN III Sri Dadap

    20 RSU PTPN IV Balimbingan

    21 RSU PTPN IV Laras

    22 RSU PTPN IV Pabatu

    23 RSU Pelabuhan Medan

    24 RSU Pertamina

    25

    Rumah Sakit khusus Pemerintah

    RS Kusta P. Sicanang

    26 RS Kusta Lau Simomo

    27 RS Jiwa Daerah

    28 RSGM USU

    29

    RSU Advent

    30 RSU Alqadri

    31 RSU Al Fuady

    32 RSU Anirma

    33 RSU AIDA

    34 RSU Armina Madina

    35 RSU Ar-Rhido

    36 RSU Bakti

    37 RSU Bandung

    38 RSU Bahagia

  • I-3

    39

    Rumah Sakit Swasta

    RSU Bina Sejahtera

    40 RSU Bina kasih

    41 RSU Bintang kasih Methodist

    42 RSU Batesda GKPS

    43 RSU Bersama

    44 RSU Bidadari

    45 RSU Bridegestone

    46 RSU Citra Medika

    47 RSU Djamaluddin

    48 RSU Dewi Sartika

    49 RSU Deli

    50 RSU Delima

    51 RSU Dewi Maya

    52 RSU Ester

    53 RSU Estomihi

    54 RSU Flora

    55 RSU Gleni International Hospital

    56 RSU Glugur/ Dr. Rusdi

    57 RSU GKPS

    58 RSU Harapan

    59 RSU Herna T.Tinggi

    60 RSU Herna Medan

    61 RSU Hirasma

    62 RSU Harapan Mama

    63 RSU Haji Medan

    64 RSU Helvetia

    65 RSU HKBP Balige

    66 RSU HKBP Nainggolan

    67 RSU Horas Insani

    68 RSU Ibnu Saleh

    69 RSU Imelda Pekerja Indonesia

    70 RSU Islam Malahayati

    71 RSU Ibu Kartini

    72 RSU Insani

    73 RSU Inalum

    74 RSU Inanta

    75 RSU Joko

    76 RSU Kartini

    77 RSU Univ. Prima Indonesia

    78 RSU Kasih Ibu

    79 RSU Kalimas

    80 RSU Keluarga

    81 RSU Kurnia Medika

    82 RSU Materna

    83 RSU Martha Friska

    84 RSU Mina Padi

    85 RSU Mitra Sejati

    86 RSU Mitra Husada

  • I-4

    87 RSU Melati

    88 RSU Methodist

    89 RSU Manuella

    90 RSU Mandiri

    91 RSU Martondi

    92 RSU Maya Sari

    93 RSU Melati Perbaungan

    94 RSU Mega Sari

    95 RSU Morawa Utama

    96 RSU Muhammadiyah

    97 RSU Nursaadah

    98 RSU Nuraini

    99 RSU Permata Bunda

    100 RSU Permata Madina

    101 RSU Prof. Dr. Boloni

    102 RSU Restu Ibu

    103 RSU St. Elisabet Medan

    104 RSU Samaria

    105 RSU Sari Cipta

    106 RSU Sari Mutiara Medan

    107 RSU Sari Mutiara L. Pakam

    108 RSU Sembiring

    109 RSU Serasi

    110 RSU Sarah

    111 RSU Sehat

    112 RSU Siti Hajar

    113 RSU Sinar Husni

    114 RSU Sundari

    115 RSU Sufina Aziz

    116 RSU Tiara

    117 RSU Trianda

    118 RSU Vina Estetika

    119 RSU Vita Isnani

    120 RSU Wulan Windi

    121 RSU Yoshua

    122 RSU Adenin Adenan

    123 RSU Fajar

    124 RSU Farigul

    125 RSU Mitra Medika

    126 RSU Mitra Persada

    127 RSU Methodist Susanna Wesley

    128

    Rumah Sakit Khusus Swasta

    RSIA Al Ummah

    129 RSIA Badrul Aini

    130 RSIA Bunda Zahara

    131 RSIA Eva

    132 RSIA Elovani

    133 RSIA Harapan Ibu

    134 RSIA Harapan Bunda

  • I-5

    135

    RSIA Rosiva

    136 RSIA Ratu Mas

    137 RSIA Suaka Insan

    138 RSIA Dr. Takdir

    139 RSIA Sri Ratu

    140 RSIA Salam

    141 RSIA Widya Husada

    142 RSIA Wahyu

    143 RSJ Bina Atma

    144 RSJ Bina Karsa

    145 RSJ Mahoni

    146 RSJ Poso

    147 RSJ Sembada

    148 RSIA Hadi Husada

    149 RSK Mata Sumatera

    150 RSK Bedah Accu-Plast

    151 RSK Mata Medan Baru

    152 RSK Mata Lions Club

    153

    Rumah Sakit Pemerintah

    RSUP H. Adam Malik

    154 RSU Dr. Pirngadi

    155 RSU Padangsidimpuan

    156 RSU Swadana Tarutung

    157 RSU Dr. Jasarmen Saragih

    158 BPRSUD Dr. R.M Djoelham

    159 RSU Doloksanggul

    160 RSU Dr. F.L Tobing

    161 RSU Gunung Sitoli

    162 RSU Kabanjahe

    163 RSU H. Manan Simatupang

    164 BPRSUD Deli serdang

    165 RSU Panyabungan

    166 RSU Porsea

    167 BPRSU Rantau Parapat

    168 RSU Sidikalang

    169 RSU Sipirok

    170 RSU Tebing Tinggi

    171 RSU Tanjung Pura

    172 BPRSU Dr. T. Mansyur

    173 RSU Pangururan

    174 RSU Parapat

    175 RSU Sibuhuan

    176 RSU Gunung Tua

    177 RSU Lukas

    178 RSU Pandan

    179 RSU Perdagangan

    180 RSU Salak

    181 RSUD Natal

    182 RSU Sultan Sulaiman

  • I-6

    Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 860b/ SK/XII/1987 tentang

    klasifikasi rumah sakit umum swasta, penetapan kelas rumah sakit umum adalah

    ditetapkan oleh Direktur Jendral Pelayanan Medik Depkes RI. Klasifikasi tersebut

    berdasarkan pembedaan bertingkat dan kemampuan peleyanannya yaitu:

    RSU Swasta Pratama, yang memberikan pelayanan medik bersifat umum

    RSU Swasta Madya, yang memberikan pelayanan medik bersifat umum dan 4

    cabang spesialistik.

    RSU Swasta Utama, memberikan pelayanan medik bersifat umum, spesialistik

    dan subspesialistik.

    4.2. Gambaran Akreditasi Rumah Sakit di Sumatera Utara.

    Kota Medan sebagai ibukota propinsi Sumatera Utara dapat dijadikan gambaran

    untuk mewakili kondisi Rumah Sakit di Sumatera Utara. Hal ini dikarenakan

    penyebaran/ distribusi rumah sakit di Sumatera Utara yang tidak merata yang dapat

    dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 4.2. Deskripsi Distribusi Rumah Sakit di Daerah Tk. I dan II

    No Pemerintahan

    Kabupaten Kota

    Nama Rumah Sakit Berdasarkan Kepemilikannya

    Rumah Sakit TNI/

    POLRI

    Rumah Sakit

    BUMN

    Rumah Sakit khusus

    Pemerintah

    Rumah Sakit

    Swasta

    Rumah Sakit Khusus Swasta

    Rumah Sakit

    Pemerintah Persentase

    %

    1 Pemko Medan 40 14.29 75 56.52 76.00 6.67 44.75

    2 Pemko Binjai 10 7.14 0 2.17 4.00 3.33 4.44

    3 Pemko P. Siantar 10 0 0 6.52 4.00 3.33 3.98

    4 Pemko Tebing Tinggi 10 7.14 0 2.17 0 3.33 3.78

    5 Pemko Sibolga 10 0 0 0.00 0 3.33 2.22

    6 Pemko P. Sidempuan 10 0 0 1.09 0 3.33 2.40

    7 Pemko Tj. Balai 0 0 0 0.00 4.00 3.33 1.22

    8 Pemkab Taput 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56

    9 Pemkab Tapteng 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56

    10 Pemkab Tapsel 0 0 0 0.00 0 10.00 1.67

  • I-7

    11 Pemkab Nias 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56

    12 Pemkab Langkat 0 14.29 0 1.09 0 3.33 3.12

    13 Pemkab Karo 0 0 25 3.26 4.00 3.33 5.93

    14 Pemkab Deli Serdang 0 7.14 0 10.87 0 3.33 3.56

    15 Pemkab Simalungun 0 14.29 0 1.09 0 6.67 3.67

    16 Pemkab Asahan 10 7.14 0 5.43 0 3.33 4.32

    17 Pemkab Labuhan Batu 0 21.43 0 4.35 8.00 3.33 6.18

    18 Pemkab Dairi 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56

    19 Pemkab Toba Samosir 0 0 0 2.17 0 3.33 0.92

    20 Pemkab Madina 0 0 0 2.17 0 6.67 1.47

    21 Pemkab Serdang Bedagai 0 7.14 0 0.00 0 3.33 1.75

    22 Pemkab Samosir 0 0 0 1.09 0 3.33 0.74

    23 Pemkab Humbahas 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56

    24 Pemkab Pakpak Bharat 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56

    25 Pemkab Nias Selatan 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56

    26 Pemkab Batu Bara 0 0 0 0.00 0 0 0.00

    Total 100 100 100 100 100 100 100.00

    Interaksi rumah sakit di Kota Medan dengan kegiatan akreditasi dimulai sejak

    tahun 1997. Pada awalnya akreditasi merupakan kewajiban atau keharusan karena

    ditunjuk oleh pemerintah untuk mengikutinya, bahkan beberapa rumah sakit memakai

    istilah kata paksaan untuk menyatakan bahwa akreditasi bukan dari kemauan mereka

    sendiri. Keterangan ini diperoleh dari beberapa rumah sakit yang dianggap pelopor saat

    ini telah memperoleh status terakreditsi tingkat dasar (5 pelayanan).

    Setelah proses interaksi tersebut berlangsung sekian tahun, saat ini sudah

    membuahkan akumulasi pemahaman yang beragam dikalangan perumahsakitan di Kota

    Medan. Pemahaman tersebut menjadi pedoman atau alasan mereka dalam mengambil

    keputusan dan membangun harapan-harapan yang ingin dicapai dari kegiatan akreditasi.

    Sampai pada tahun 2008 terdapat bebepara rumah sakit di Sumatera Utara

    berdasarkan tingkat pelayanan yang sudah dicapai yang dapat dilihat pada tabel berikut.

  • I-8

    Tabel 4.3. Jumlah Rumah Sakit yang telah Terakreditasi

    No Kepemilikan Nama Rumah Sakit

    Akreditas 5 Pelayanan

    12 Pelayanan

    16 Pelayanan

    1 Rumah Sakit BUMN RSU PTPN II Tembakau Deli

    2 Rumah Sakit khusus Pemerintah RS Jiwa Daerah

    3

    Rumah Sakit Swasta

    RSU Herna Medan

    4 RSU Haji Medan

    5 RSU Imelda Pekerja Indonesia

    6 RSU Islam Malahayati

    7 RSU Martha Friska

    8 RSU St. Elisabet Medan

    9 RSU Sari Mutiara Medan

    10

    Rumah Sakit Pemerintah

    RSUP H. Adam Malik

    11 RSU Dr. Pirngadi

    12 RSU Swadana Tarutung

    13 RSU Dr. Jasarmen Saragih

    14 BPRSUD Deli serdang

    15 BPRSU Rantau Parapat

    Total 12 1 2

    Persentase (%) 6.59 0.55 1.10

    Informasi lain dari hasil survey bahwa saat ini beberapa rumah sakit telah dalam

    persiapan melaksanakan akreditasi baik unutk tingkat dasar maupun akreditasi tingkat

    lanjut seperti dilihat pada tabel dibawah ini:

    Tabel 4.4. Rumah Sakit dalam Persiapan Akreditasi

    No RS dalam Persiapan Akreditasi

    Tingkat Dasar

    No RS dalam Persiapan Akreditasi

    Tingkat Lanjut

    1 Rumah Sakit Advent Medan 1 RSU St. Elizabeth Medan

    2 RSU Tarutung

    3 RSU Sari Mutiara Medan

    4 RSU Haji Medan

    5 RSU Herna Medan

    6 RS Jiwa Medan

    Namun perkembangan fase persiapan ini ternyata sangat bervariasi, sebagian

    besar belum ada meminta untuk diberikan bimbingan dan arahan baik oleh KARS, Dinas

    Kesehatan propinsi ataupun PERSI.

  • I-9

    4.3. Lingkungan Peraturan

    Rumah Sakit sebagai intitusi pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam

    perkembangannya dihadapkan pada pilihan yang sulit. Dilihat dari perkembangan fungsi

    rumah sakit, awalnya dominan memiliki fungsi sosial dalam penyembuhan penyakit,

    namun dalam tahun-tahun terakhir fungsi tersebut telah bergeser menjadisemacam

    industri jasa yang oleh sebagian kalangan dinilai dapat memberikan keuntungan

    finansial, bahkan sudah disejajarkan dengan industri yang padat modal, padat teknologi

    dan padat karya.

    Pola pelayanan rumah sakit juga mengalami perubahan sejalan dengan

    munculnya norma-norma baru yang dipengaruhi oleh transisi epidemiologi, sosial

    ekonomi dan teknologi terutama yang terkait dengan cara pembiayaan pelayanan

    kesehatan yang berlaku.

    Dari penelusuran terhadap literatur diperoleh cukup banyak peraturan yang

    berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap rumah sakit, yang dapat menjadi

    peluang ataupun ancaman bagi rumah sakit. Beberapa peraturan yang dikatakan pihak

    rumah sakit di Sumatera Utara berdampak kepada rumah sakit mereka diantaranya:

    1. Undang-undang No. 22 dan 25 Tahun 1999 tentang Otonomi Pemerintahan

    Daerah dan Pertimbangan Keuangan memberikan peluang gerak yang lebih luas

    bagi perubahan organisasi dan tata kerja institusi kesehatan, serta optimalisasi

    kinerja jajaran kesehatan di daerah

    2. Kecendrungan meningkatnya kesadaran hukum masyarakat ditambah dengan

    keluarnya Undang-undang No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.

  • I-10

    3. Peraturan-peraturan perpajakan misalnya; barang farmasi, sewa ruangan kepada

    pihak ketiga, pajak reklame, pajak makanan dan minuman, parkir dan lainnya

    dapat mengakibatkan mahalnya harga pelayanan rumah sakit yang harus dibayar

    pasien.

    4. Peraturan tentang fiskal ke luar negeri yang menambah kemudahan bagi

    konsumen untuk memilih pelayanan rumah sakit diluar negeri.

    4.4. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara.

    a. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi

    Dinas Kesehatan adalah Unsur Pelaksana Pemerintah Propinsi yang dipimpin

    oleh seorang Kepala Dinas, berkedududkan dibawah dan bertanggung jawab kepada

    Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan mempunyai tugas

    menyelengggarakan sebagian kewenangan Pemerintah Propinsi dan tugas Dekonsentrasi

    dibidang Kesehatan.

    Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, Dinas

    Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

    1. Menyiapkan bahan perumusan perencanaan/program dan kebijaksanaan teknis

    dibidang kesehatan.

    2. Menyelenggarakan pembinaan promosi kesehatan dan jaminan Pelayanan

    Kesehatan Masyarakat, pelayanan kesehatan dan rujukan, pencegahan

    pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan, kesehatan keluarga, farmasi

    dan makanan minuman serta tenaga kesehatan.

  • I-11

    3. Melaksanakan tugas-tugas yang terkait dengan kesehatan sesuai ketetapan

    Kepala Daerah.

    Dalam menyelenggarakan pembangunan di bidang pelayanan kesehatan, Dinas

    Kesehatan Propinsi Sumatera memiliki Sub Dinas Bina Pelayanan Kesehatan. Salah satu

    tugas pokok sub Dinas Pelayanan Kesehatan adalah melakukan pembinaan pelayanan

    rumah sakit dan akreditasi.

    b. Kendala Dalam Akreditasi

    Beberapa informasi diperoleh dari pengelola program akreditasi Dinas Kesehatan

    Propinsi Sumatera Utara tentang kendala yang dihadapi yang dapat mempengaruhi

    pencapaian program akreditasi di Sumatera Utara antara lain:

    1) Tata hubungan kerja yang masih perlu diperjelas antar pusat dan daerah. Sampai

    dimana peran dan fungsi pemerintah pusat dan daerah dalam akreditasi masih perlu

    ditata kembali bukan sekedar secar administratif saja, agar tidak terjadi duplikasi

    kewenangan.

    2) Keluhan berbagai pihak akan sumber daya tenaga pengelola akreditasi di Dinas

    Kesehatan yang tidak siap.

    3) Menyiapkan SDM melalui pendidikan dan pelatihan berkaitan dengan permasalahan

    pembiayaan dan kewenangan tenaga yang akan dipersiapkan

    4) Anggaran pemerintah yang terbatas.

    Kebijakan-kebijakan yang diambil sehubungan dengan keterbatasan anggaranpun

    perlu disosialisasikan, sehingga kesadaran dan minat rumah sakit dapat ditingkatkan.

    5) Perangkat hukum yang lemah.

  • I-12

    Menyiapkan peraturan tentang perizinan dan akreditasi rumah sakit termasuk tenaga

    pelaksananya serta penerapannya adalah hal yang perlu segera dilakukan.

    4.5. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Cabang SUMUT

    a. Pengorganisasian

    Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) adalah lembaga lahan

    pengembangan dan pengabdian profesi dalam bidang perumahsakitan di Indonesia yang

    berkedudukan ditingkat pusat. Ide pembentukannya mulai dicetuskan pada tanggal 4

    februari 1973 di RS Dr. Hasan Sadikin Bandung, sedangkan pendiriannya diresmikan

    pada tanggal 11 April 1978 di Jakarta.

    Organisasi ini merupakan satu-satunya perhimpunan bagi semua rumah sakit di

    Indonesia dan ditiap propinsi hanya dapat didirikan satu cabang. Sekretariat PERSI

    Cabang SUMUT saat ini bertempat di Dr. Pirngadi Medan.

    b. Peran PERSI dalam Akreditasi

    Beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh PERSI Cabang SUMUT dalam

    menyukseskan program Akreditasi Rumah Sakit antara lain:

    1) Membentuk wadah konsultasi akreditasi rumah sakit dan menyediakan tim ahli

    untuk konsultasi akreditasi.

    2) Melakukan sosialisasi akreditasi rumah sakit melalui pertemuan-pertemuan yang

    diadakan bagi kalangan perumahsakitan di Propinsi Sumatera Utara

    3) Melakukan bimbingan kerumah-rumah sakit di Propinsi Sumatera Utara

  • I-13

    c. Pandangan PERSI Terhadap Akreditasi Rumah Sakit di Sumateraa Utara

    Dari sudut pandang PERSI, terdapat berbagai kendala yang menghambat

    perkembangan Akreditasi Rumah Sakit di Sumatera Utara yaitu:

    1) Sangat kurangnya komitmen dari manajemen rumah sakit untuk akreditasi

    2) Akreditasi dianggap sebagai beban bagi rumah sakit

    3) Beban akreditasi selalu dikaitkan dengan biaya bukan kemauan untuk memperbaiki.

    4) Pelayanan Rumah Sakit sekarang ini belum berorientasi mutu

    5) Kurangnya komunikasi yang dilakukan oleh rumah sakit kepad PERSI dalam

    mengakses informasi akreditasi

    6) Belum terbukanya peluang untuk tersedianya surveor di Sumatera Utara. Dalam hal

    ini PERSI sudah pernah mengusulkan dan beberapa ahli mengirimkan persyaratan

    untuk dapat menjadi surveor di daerah, tetapi belum ada pembahasan hal itu oleh

    lembaga akreditasi di pusat.

    4.6. Faktor-faktor yang Mendasari Pengambilan Keputusan Manajemen

    Rumah Sakit dalam Pelaksanaan Akreditasi

    a. Komitmen

    Pada tahun 1989 pemerintah mulai mengkaji keluhan masyarakat mengenai

    rendahnya mutu pelayanan rumah sakit, sehingga dilakukan survei diagnosis

    kemungkinan peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. Hasil survey menyimpulkan

    bahwa perlu ada intervensi untuk mengatasi kekurangan tersebut antara lain dengan

    memperbaiki kebijakan di dalam pengelolaan rumah sakit, meningkatkan mutu rekam

    medik dan meningkatkan sistem informasi dirumah sakit.

  • I-14

    Intervensi ini kemudian mengahasilkan kebijakan baru perumahsakitan yaitu

    mengenai standar ketenagaan, peralatan dan pelayanan rumah sakit. Pada tahun 1993

    ditetapkan standar pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan medik, standarisasi ini

    merupakan langkah awal menuju akreditasi rumah sakit. Selanjutnya disusun buku

    pedoman yang merupakan acuan bagi seluruh pelaksanan program akreditasi.

    Saat ini sebagian besar pengelola rumah sakit mengatakan bahwa diperlukan

    komitmen yang tinggi dari seluruh jajaran rumah sakit, selain kesiapan infra struktur dan

    sumberdaya manusia untuk dapat melaksanakan akreditasi, termasuk komitmen

    pemerintah untuk mendorong rumah -rumah sakit swasta agar berminat untuk akrediatsi.

    Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan terhadap

    komitmen pihak rumah sakit terhadap akreditasi menunjukkan besarnya peranan pemilik

    rumah sakit terhadap keputusan akreditasi, walaupun pengambilan keputusan tetap

    dilaksanakan oleh manajemen ruamah sakit. Beberapa rumah sakit swasta yang belum

    terakreditsi nampaknya menaruh harapan besar terhadap pemerintah, dikatakan

    diperlukan komitmen pemerintah terlebih dahulu agar rumah sakit mau melaksanakan

    akreditasi. Sedangkan bagi pemerintah strategi yang diambil dalam hal ini adalah

    mengupayakan tumbuhnya kemandirian rumah sakit dalam akreditasi. Komitmen

    pemerintah yang diharapkan antara lain:

    1. Pemerintah dapat memberikan pembinaan yang didukung dengan kesiapan SDM

    serta terdapat ketentuan pembinaan pasca akreditasi

    2. Ada peraturan yang jelas tentang perizinan dan akreditasi serta ketegasan

    implementasinya.

  • I-15

    3. Menyiapkan reward akreditasi, misalnya : peran pemerintah dalam kemitraan

    dengan perusahaan asuransi, sosialisasi dan publikasi hasil penilaian akreditasi

    kepada masyarakat.

    4. Menyederhanakan birokrasi

    5. Ada perubahan mekanisme pembiayaan akreditasi bagi rumah sakit swasta

    b. Manfaat Akreditasi Bagi Rumah Sakit

    Manfaat atau keuntungan yang diperoleh rumah sakit dari akreditasi idealnya

    apabila rumah sakit dapat meningkatkan kinerjanya dari waktu kewaktu yang dinilai dari

    kepentingan pasien dan kepuasan pelanggan.

    Manfaat apa yang sudah dirasakan rumah dari akreditasi dapat diuraikan kedalam

    beberapa hal yaitu:

    1. Akreditasi mendorong rumah sakit membuat prosedur dan standar pelayanan,

    sehingga manfaatnya terutama dirsakan pada rekam medik karena dapat

    menyediakan data pasien

    2. Rumah sakit memiliki pedoman yang seragam untuk melaksanakan kegiatan

    pelayanan

    3. Ada rasa aman bagi rumah sakit dalam memberikan pelayanan

    4. Rumah sakit dapat menilai kekurangan dan kemajuan yang telah dicapai yang

    dapat digunakan untuk perencanaan kedepan

    5. Akreditasi mendorong manajemen lebih perhatian terhadap mutu

    6. Meningkatnya kinerja perawat, rekam medis dan pelayanan gawat darurat.

  • I-16

    c. Reward

    Umumnya rumah sakit sangat mengharapkan adanya reward dari pemerintah agar

    akreditasi lebih diminati lagi oleh rumah-rumah sakit khusunya swasta. Beberapa

    bentuk reward yang diinginkan meliputi:

    1. Peran pemerintah dalam pengaturan kemitraan dengan perusahaan asuransi

    2. Sosialisasi dan publikasi hasil penilaian akreditasi kepada masyarakat luas.

    3. Penghargaan khusus kepada rumah sakit swasta untuk kemandirian dalam

    akreditasi

    4. Logo Akreditasi Rumah Sakit

    d. Anggaran

    Faktor anggaran juga menjadi pertimbangan manajemen rumah sakit dalam

    pengambilan keputusan akreditasi. Alasan klasik adalah tingginya biaya operasional dan

    pemeliharaan rumah sakit serta menurunnya kemampuan membayar masyarakat.

    Sebagian besar rumah sakit mengatakan akreditasi sangat membebani keuangan rumah

    sakit, anggaran terbesar adalah untuk mempersiapkan sarana serta prasarana yang sesuai

    standar.

    Namun dari penelitian ini diperoleh informasi bahwa faktor anggaran tidak

    menjadi faktor utama yang mendasari pengambilan keputusan. Beberapa rumah sakit

    tidak mempermasalahkan anggaran untuk akreditasi, tetapi manajemen menunda atau

    mengambil keputusan untuk tidak melaksanakan akreditasi disebabkan ketidaksiapan

    SDM dan daya utama adalah karena tidak adanya keharusan bagi rumah sakit untuk

    melaksanakan akreditasi.

  • I-17

    e. Sumber Daya Manusia (SDM)

    Faktor lain yang menjadi pertimbangan bagi rumah sakit untuk melaksanakan

    akreditasi adalah kesiapan SDM. Menyiapkan SDM dari segi kuantitas dan kualitasnya

    yang dapat memenuhi standarnya yang memiliki loyalitas dan integritas yang tinggi

    masih sulit bagi sebagian besar rumah sakit. Namun dalam kondisi demikian beberapa

    r