riwayat psikiatri kitee
TRANSCRIPT
I. RIWAYAT PSIKIATRI
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 31 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Paitan RT. 02 RW. 04, Kutoarjo
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Pernikahan : Menikah
b. Identitas Alloanamnesis
Nama : Tn. M
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Paitan RT. 02 RW. 04, Kutoarjo
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Pernikahan : Menikah
Hubungan dengan pasien : Suami pasien
1
c. Keluhan Utama
Melakukan percobaan bunuh diri yang ke-3 kalinya.
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada bulan April 2011 pasien pulang dari perantauan (bekasi)
bersama kedua anaknya, diantar oleh suaminya setelah 7 tahun
merantau. Tujuan kepulangannya adalah agar kedua anaknya
bisa disekolahkan dikampungnya atas rekomendasi kedua orang
tua dan adik pasien. Selama 8 bulan dirumah pasien tinggal
bersama kedua orang tua dan adik perempuannya, pasien
bekerja sebagai ibu rumah tangga yang mengurus anak dan
mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Sementara suami pasien kembali ke perantauan lagi dan kembali
ke kampung setiap 1 bulan sekali. Selama pasien berpisah
dengan suami nya, pasien sering mengeluh kalau pasien merasa
tidak merasa betah dirumah dan meminta suaminya agar tetap
tinggal dikampung dan tidak kembali ke perantauan karena
pasien merasa kerepotan mengurusi anak-anak nya yang
dianggap pasien nakal.
Pasien juga pernah bercerita kepada adik nya, bahwa pasien
merasa bersalah karena telah merepotkan kedua orang tua nya
dan tidak bisa bekerja dan mengurus anak seperti orang lain.
2
Selain itu pasien juga pernah bercerita kepada paman nya bahwa
pasien tidak betah di rumah dan ingin kembali ke perantauan.
Keluhan-keluhan tersebut hanya diceritakan pasien kepada adik
dan pamannya serta suaminya, tetapi tidak diceritakan kepada
kedua orang tuanya.
Pada awal bulan Februari 2012 pasien mulai mengeluhkan
perutnya sakit terasa seperti masuk angin. Setelah sakit 3 hari,
keluarga pasien membawa pasien ke PKU dan pasien dirawat
selama 3 hari dengan diagnosis dokter adalah gastritis, lalu
pasien kembali pulang. Setelah 2 hari kemudian pasien
merasakan keluhan yang sama seperti sebelumnya disertai sulit
tidur, kemudian keluarga pasien membawa pasien ke RSUD
Purworejo dan dirawat selama 3 hari dan juga dilakukan
pemeriksaan penunjang USG dan rontgen Abdomen serta
laboratorium darah rutin, namun semua didapatkan hasil yang
normal.
Setelah itu keluarga pasien membawa pasien lagi ke seorang
dokter. Dokter tersebut menyarankan agar pasien dibawa ke
sebuah RSJ di daerah Yogyakarta. Pasien dirawat di RSJ
tersebut selama 3 hari, keluhan sakit perutnya sudah banyak
berkurang tapi pasien masih merasa sulit tidur dan cemas.
3
Pada bulan Maret 2012, pasien tinggal dirumah dan mulai
menampakkan gejala seperti bingung, melamun, keluyuran, dan
sulit tidur.
Pada tanggal 2 April 2012 pasien kabur dari rumah jam 04.00
WIB dan ditemukan pada pukul 10.00 WIB oleh keluarga dan
beberapa warga di ditengah sawah yang jaraknya tidak jauh dari
rumah pasien dalam keadaan tangan kiri berdarah akibat pasien
mencoba memotong nadinya dengan parut kelapa dan
memperdalam lukanya dengan ilalang. Pasien dibawa
keluarganya kembali ke rumah.
Pada tanggal 3 April 2012 pasien kembali melakukan percobaan
bunuh diri dengan gantung diri namun pasien tidak menemukan
tempat tinggi yang bisa digunakan untuk menggantung talinya
sehingga pasien mengurungkan niatnya. Peristiwa ini terjadi
pada pukul 02.00 dan hanya diketahui oleh paman pasien yang
bertempat tinggal tepat di depan rumah pasien.
Pada tanggal 24 April 2012 pasien melakukan percobaan bunuh
diri dengan cara memotong nadi tangan sebelah kiri dengan
menggunakan cutter, suami pasien segera mengetahui kejadian
itu sehingga pasien dibawa ke IGD RSUD purworejo untuk
dijahit.
Pada tanggal 22 Mei 2012 pasien mengancam akan melakukan
bunuh diri lagi sambil berteriak dan menangis di depan rumah.
4
Tanggal 23 Mei 2012 pukul 19.00 suami pasien membawa
pasien ke IGD RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang.
e. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Psikiatri
Pasien pernah dirawat di RSJ di Yogyakarta dengan keluhan
cemas, nyeri pada ulu hati dan tidak bisa tidur.
2. Riwayat Medis Umum
Pasien pernah dirawat di PKU Purworejo 3 hari, dan RSUD
Purworejo 3 hari dengan diagnosis dokter gastritis.
Pasien juga pernah dibawa ke RSUD Purworejo karena
melakukan percobaan bunuh diri dengan memotong
pergelangan tangan kiri dengan cutter.
3. Riwayat Penggunaan Zat
Tidak ada riwayat penggunaan NAPZA, Alkohol, dan
Merokok.
f. Riwayat Kehidupan Pribadi
i. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak ke-2 dari tiga bersaudara. Kakak dan
adik pasien adalah perempuan.
Kondisi ibu saat hamil, tidak pernah mengalami sakit apapun.
Pasien dilahirkan secara normal, cukup bulan, di dukun
kampung.
ii. Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
5
Pasien dirawat oleh orang tua kandungnya. Pasien tidak pernah
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
iii. Riwayat Masa Kanak Tengah (3-11 tahun)
Pasien pandai bergaul dan prestasi belajarnya baik.
Dibandingkan dengan kedua saudaranya pasien lebih pandai.
iv. Riwayat Masa Kanak Akhir (11-18 tahun)
Pasien pandai bergaul dan prestasi belajarnya baik. Setelah
lulus SMA pasien merantau ke Bekasi seorang diri.
v. Riwayat Masa Dewasa
1. Riwayat Pendidikan
Pasien menempuh pendidikan TK, SD, SMP, hingga
lulus SMA. Pasien merupakan anak yang pandai
disekolahnya.
2. Riwayat Pekerjaan
Setelah lulus SMA pasien merantau ke Bekasi dan
bekerja disebuah pabrik tekstil. Namun setelah pasien
hamil anak pertama, pasien berhenti bekerja.
3. Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien merupakan seorang muslim yang rajin shalat 5
waktu.
6
4. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1 kali dan memiliki 2 orang anak laki-
laki. Anak pertama berusia 9 tahun, anak kedua berusia
3 tahun. Hubungan pasien dengan suami baik.
5. Riwayat Militer
Pasien tidak pernah mengikuti pendidikan kemiliteran.
6. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum.
7. Riwayat Psikoseksual
Pasien berpakaian dan berpenampilan layaknya
seorang perempuan, dan menyukai laki-laki.
7
g. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara. Pasien dibesarkan oleh
kedua orang tua kandungnya. Semenjak pulang ke kampung pasien
tinggal dirumah kedua orang tuanya bersama kedua anaknya,
sementara suami pasien datang ke kampung setiap 1 bulan sekali.
Tidak ada anggota keluarga lain yang mengalami gangguan jiwa
sebelumnya.
Keterangan:
: Pasien
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
h. Kehidupan Sosial Ekonomi Sekarang
Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan bersama kedua
anaknya. Sumber pendapatan keluarga berasal dari suaminya yang
bekerja di Bekasi. Kesan ekonomi menengah kebawah.
8
i. Taraf Kepercayaan
Autoanamnesis : dapat dipercaya
Alloanamnesis : dapat dipercaya
Grafik Perjalanan Penyakit
9
Status
Mental
Fungsi
Peran
April 2011
Februari 2012
Maret
2012
April 2012
Mei 2012
II. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien perempuan, sesuai umur, berpakaian rapi dan kebersihan
diri cukup.
2. Kesadaran
- Neurologis : Compos mentis
- Psikologis : Jernih
3. Pembicaraan
- Kuantitas : sedikit
Kualitas : spontan, volume suara cukup.
4. Sikap :
Kooperatif (+)
Nonkooperatif
Indifferent
Apatis
Tegang
Dependent
Aktif
Pasif (+)
Infantil
Curiga
Bermusuhan
Labil
Rigid
Negativisme Pasif
Stereotipik
Fleksibilitas Cerea
Katapleksi
5. Perilaku :
Normoaktif
Hipoaktif(+)
Hiperaktif
Ekopraksia
Katatonia
Negativisme aktif
Katapleksi
Stereotipi
Manerisme
Otomatisme
Otomatisme Perintah
Mutisme
Agitasi
Tik
10
Somnabulisme
Akathasia
Kompulsif
Ataksia
Mimikri
Agresif
Impulsif
Abulia
6. Kontak Psikis :
Mudah ditarik dan mudah dicantum(+)
Sulit ditarik dan sulit dicantum
Mudah ditarik dan sulit dicantum
B. Alam perasaan
1. Mood :
Eutimik
Disforik (+)
Elevated
Euforia
Ekpansif
Irritable
2. Afek :
Appropriate (+)
Inappropriate
Restriktif
Blunted
Flat
Labil
C. Gangguan persepsi
- Halusinasi :
o Auditorik : tidak ada
o Visual : tidak ada
o Olfaktorik : tidak ada
o Taktil : tidak ada
o Gustatorik : tidak ada
o Somatik : tidak ada
11
- Ilusi :
o Visual : tidak ada
o Auditorik : tidak ada
o Olfaktorius : tidak ada
o Gustatorik : tidak ada
- Depersonalisasi: Tidak ada
- Derealisasi: Tidak ada
D. Fungsi intelektual (kognitif)
- Intelegensi dan kemampuan informasi : sesuai tingkat pendidikan
- Orientasi
Waktu : cukup
Tempat: cukup
Orang : cukup
Situasi : cukup
- Daya ingat
Jangka segera : cukup
Jangka pendek: cukup
Jangka panjang: cukup
- Konsentrasi dan perhatian: cukup
- Kemampuan membaca dan menulis: baik
- Kemampuan visuospasial : cukup
- Pikiran abstrak : cukup
- Kemampuan menolong diri sendiri : buruk
E. Proses pikir
- Arus pikir :
Kuantitatif : Logorrhea
Remming(+)
Blocking
12
Mutism
Talkative
Kualitatif : Koheren
Inkoherensi
Flight of idea
Konfabulasi
Poverty of speech
Asosiasi longgar
Neologisme
Sirkumstansial
Tangensial
Word salad
Perserverasi
Asosiasi bunyi
Verbigerasi
Jawaban irrelevant
Echolalia
- Isi pikir
Idea of reference
Miskin ide
Preokupasi
Obsesi
Fobia
Waham nihilistik
Waham kebesaran
Waham kejar
Waham cemburu
Waham somatik
Waham magik mistik
Delusion of reference
Delusion of persecution
Delusion of control
Delusion of influence
Delusion of passivity
Delusion of perception
Thought of echo
Thought insertion
Thought withdrawal
13
Thought broadcasting
Ide bunuh diri
14
- Bentuk pikir :
Realistik
Nonrealistik
Dereistik
Autistik
F. Pengendalian impuls
Pengendalian diri selama pemeriksaan : Baik
Respon pasien terhadap pertanyaan pemeriksa : Baik
G. Tilikan : Derajat 1
1. Menyangkal bahwa dirinya sakit (Impaired Insight)
2. Mengakui dan menyangkal bahwa dirinya sakit pada saat yang
bersamaan
3. Menyalahkan orang lain/faktor eksternal sebagai penyeab
sakitnya
4. Sadar bahwa sakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tak
diketahui dalam dirinya
5. Sadar bahwa dirinya sakit tetapi tidak bisa menerapkan
dalam mengatasinya (Intellectual Insight)
6. Sadar bahwa dirinya sakit dan sudah bisa menerapkannya
sampai kesembuhannya (True Insight)
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Internus
1. Keadaan umum : Kesan gizi cukup.
2. Kesadaran : Compos mentis
15
3. Tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
16
Respirasi : 20x/menit
Suhu : afebris
Kepala : Normocephali, tidak ditemukan bekas luka
4. Mata : Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
5. Leher : Kelenjar getah bening dan tiroid tidak membesar
6. Paru : Suara nafas vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-
7. Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
8. Abdomen : Datar, bising usus (+), supel, nyeri tekan(-), hepar
dan lien tidak teraba
9. Ekstremitas : Tonus dan pergerakan normal, edema (-), akral
hangat (+/+)
B. Status Neurologis
1. GCS : E4V5M6=15
2. Rangsang meningeal: tidak dilakukan
3. N.cranialis: tidak dilakukan
4. Refleks Fisiologis: tidak dilakukan
5. Refleks Patologis: tidak dilakukan
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium : belum ada data
b. Foto Toraks : tidak dilakukan pemeriksaan
V. RESUME
Pasien perempuan 30 tahun, datang ke IGD dengan keluhan melakukan
percobaan bunuh diri yang ke-3 kalinya. Pasien sering mengeluh kalau pasien
merasa tidak betah dirumah setelah 8 bulan kembali dari perantauan (Bekasi).
Pasien juga mengeluh bahwa dia kerepotan mengurusi anak-anak nya yang
dianggap pasien nakal, pasien merasa tidak enak kepada kedua orang tuanya yang
menjadi bertanggungjawab dalam hal ini, sehingga pasien meminta suaminya
yang masih diperantauan untuk kembali ke kampung saja dan tidak merantau lagi.
17
Semenjak itu pasien mulai mengelu sakit perut hingga pada bulan maret pasien 2
kali rawat inap di rumah sakit dan beberapa kali periksa ke dokter untuk rawat
jalan bahkan dilakukan USG dan foto Rontgen namun hasilnya normal. Pada
bulan April 2012 pasien tampak sering terlihat bingung, melamun, bicara sendiri,
keluyuran, sulit tidur dan bahkan telah melakukan 3 kali percobaan bunuh diri.
Pada tanggal 22 Mei 2012 pasien kembali mengancam bunuh diri sehingga pada
tanggal 23 Mei 2012 pasien dibawa ke RSJS Magelang.
Dari pemeriksaan psikiatri di dapatkan tingkat kesadaran kompos mentis
dan jernih, sikap dan tingkah laku terhadap pemeriksa kooperatif dan hipoaktif,
mood disforik, afek appropriate, gangguan persepsi negatif, arus pikir remming
dan koheren, isi pikir ide bersalah, bentuk pikir realistik, orientasi W/T/O/S
cukup, daya ingat segera/jangka pendek/ jangka panjang cukup, konsentrasi
cukup, kemampuan baca tulis baik, pikiran abstrak baik, reliabilitas
( autoanamnesis bisa dipercaya, alloanamnesis bisa dipercaya), tilikan intelektual
insight.
18
VI. DIAGNOSIS BANDING
Kriteria Diagnosis Depresi
Gejala Utama
o Afek depresif
o Kehilangan minta dan kegembiraan
o Berkurangnya energi
Gejala lainnya
o Konsentrasi dan perhatian berkurang
o Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
o Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
o Pandangan masa depan suram dan pesimis
o Gagasan atau perbuatan membahayakan diri/bunuh diri
o Tidur terganggu
o Nafsu makan berkurang
Kriteria Diagnosis Anxietas
Terdapat ketegangan motorik
Terdapat gangguan otonom
Perasaan cemas dan khawatir yang tidak realistik
19
F 32.2 Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik
Pedoman diagnosis menurut PPDGJ III Pada pasien
Semua 3 gejala utama depresi harus ada Terpenuhi
Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala
lainnya, dan beberapa di antaranya harus
berintensitas berat
Terpenuhi
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi
atau retardasi psikomotor) yang mencolok,
maka pasien mungkin tidak mau atau tidak
mampu untuk melaporkan banyak gejala
secara rinci.
Terpenuhi
Episode depresif biasanya harus
berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu,
akan tetapi jika gejala amat berat dan
beronset cepat, maka masih dibenarkan
untuk menegakkan diagnosis dalam kurang
dari 2 minggu
Terpenuhi
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu
meneruskan kegiatan social, pekerjaan atau
urusan rumah tangga, kecuali, pada taraf
yang terbatas.
Terpenuhi
F 41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
Pedoman diagnosis Menurut PPDGJ III Pada Pasien
Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus-menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.
Tidak Terpenuhi
Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus
Tidak Terpenuhi
20
dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik.
Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan.
Terpenuhi
Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas, maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.
Tidak Terpenuhi
F 51.0 Insomnia Non Organik
Pedoman diagnosis menurut PPDGJ III Pada pasien
Hal tersebut dibawah ini diperlukan untuk
membuat diagnosis pasti:
a. keluhan adanya kesulitan masuk tidur
atau mempertahankan tidur atau kualitas
tidur yang buruk
b. gangguan terjadi minimal 3 kali dalam
seminggu selama minimal satu bulan
c. adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur
atau sleeplessness dan perduli yang
berlebihan terhadap akibatnya pada malam
hari dan sepanjang siang hari
d. ketidakpuasan trhadap kuantitas dan atau
kualitas tidur menyebabkan penderitaan
yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi
dalam sosial dan pekerjaan.
Terpenuhi
Terpenuhi
Tidak terpenuhi
Tidak terpenuhi
Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti
depresi, anxietas , atau obsesi tidak
Terpenuhi
21
menyebabkan diagnosis insomnia
diabaikan.
Semua komorbiditas harus dicantumkan
karena membutuhkan terapi tersendiri.
Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak
digunakan untuk menentukan adanya
gangguan, oleh karena luasnya variasi
individual. Lama gangguan yang tidak
memenuhi kriteria diatas (seperti pada
“transient insomnia”) tidak didiagnosis
disini, dapat dimasukkan dalam reaksi
stress akut (F 43.0) atau gangguan
penyesuaian (F 43.2)
Tidak terpenuhi
22
VII. DIAGNOSIS MULTIAXIAL
Axis I : F 32.2 Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik
Axis II : Z 03.2 Tidak ada diagnosis
Axis III : Tidak ada
Axis IV : Masalah dengan primary support group (keluarga): merasa selalu
merepotkan kedua orang tua dan masalah anak-anak yang nakal.
Axis V : GAF 20-11 (Mutakhir)
VIII. TERAPI
Non-farmakoterapi
o ECT (Electro Convulsive Therapy)
Merupakan terapi dengan melewatkan arus listrik ke otak. Metode
terapi semacam ini sering digunakan pada kasus depresi berat atau
mempunyai resiko bunuh diri yang besar dan respon terapi dengan obat
antidepresan kurang baik. Pada penderita dengan resiko bunuh diri,
ECT menjadi sangat penting karena akan menurunkan resiko bunuh
diri.
o Terapi suportif
Terapi ini bertujuan untuk membantu penderita mencapai penyesuaian
diri yang sebaik mungkin untuk penderita yang sedang mengalami
masalah psikologis. Hal ini akan membantu penderita untuk menjalani
hidup sehari-hari dengan lebih baik. Contoh terapi suportif yang dapat
dilakukan adalah psikoterapi yaitu CBT (Cognitivive Behavioural
Therapy).
o Edukasi pasien dan keluarga
Menjelaskan tentang penyakit pasien kepada keluarga,
perjalanan penyakitnya dan prognosisnya
Memberi masukan pada keluarga agar memberikan dukungan
moral kepada pasien.
Menasehati keluarga untuk saling memahami, saling terbuka,
dan mencari jalan keluar secara bersam-sama.
Menasehati keluarga agar jangan selalu membebani semua
masalah kepada pasien
23
Menasehati keluarga supaya mengawasi pasien untuk minum
obat dan mengantar pasien kontrol
Farmakoterapi
o Fluoxetin 1 x 20 mg (tiap pagi)
Fluoxetine merupakan anggota SSRI pertama yang diakui FDA untuk
pengobatan depresi. Seperti SSRI lain, obat ini bekerja dengan menghambat
reuptake serotonin (5-HT1A, 5-HT2C, dan 5-HT3C) ke dalam prasinap saraf
terminal. Sehingga akan terjadi peningkatan neurotransmisi oleh serotonin
sehingga menimbulkan efek antidepresan.
Adapun keistimewaan fluoxetine dibanding antidepresan lainnya adalah obat ini
boleh diberikan pada usia lanjut, di atas 65 tahun.
Untuk pemberian awal, biasanya dosis fluoxetine dimulai 20 mg per hari pada
pagi hari. Selanjutnya, dosis lazim untuk mengatasi depresi berkisar 20-40 mg
per hari. karena berpotensi untuk aktivasi SSP awal pada pengobatan. Sementara
itu, dosis awal yang bisa diberikan pada pasien tua adalah 10 mg per hari.
Kemudian dititrasi menjadi 20 mg atau lebih per hari. Karena fluoxetine
memiliki waktu paruh 2-4 hari dan zat aktifnya, norfluoxetine, memiliki waktu
paruh 7-9 hari, jadi sangat beralasan menunggu hingga 4 minggu antara titrasi
dosis.
Efek samping yang paling umum dijumpai pada pemakaian fluoxetine adalah
agitasi, insomnia, dan neuromuscular restlessness mirip akathisia. Ini mungkin
karena kurang selektifnya fluoxetine terhadap reseptor norepinefrin dan
serotonin-2C (5-HT2C). Tapi untungnya, efek samping ini biasa berlangsung
singkat dan bisa membaik dengan pengurangan dosis. Pemberian temporer
bersama dengan penghambat beta adrenergik atau benzodiazepine kerja panjang
juga bisa mengurangi efek samping yang timbul.
24
IX. PROGNOSIS
Faktor-Faktor Baik Buruk
Premorbid
Riwayat gangguan jiwa dalam keluarga (-)
Status pernikahan: Menikah
Dukungan keluarga: Baik
Status ekonomi: Kurang
Stressor: (+)
Kepribadian premorbid : ceria, mudah bergaul
√
√
√
√
√
√
Morbid
Onset usia > 30 tahun
Jenis penyakit : Episode Depresif Berat tanpa Gejala
Psikotik
Perjalanan penyakit : Kronis
Regresi : (+)
Respons terhadap obat
√
√
√
√
√
25
X. DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan dan Sadock. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku dan Psikiatri
Klinis. Edisi Ketujuh. Jakarta: Binarupa Aksara. 1997.
2. Maslim R. Panduan Praktis, Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Cetakan III. PT
Nuh. Jakarta. 2007.
3. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta. 2003.
26
Lampiran :
27
28