risfiani wulandari (f1f112119) sitti alfyanita ilham (f1f112124)

29
TUGAS PELAYANAN FARMASI “ASUHAN KEFARMASIAN PENYAKIT KULIT (ERITRODERMA)” OLEH : RISFIANI WULANDARI F1F1 12 119 SITTI ALFYANITA ILHAM F1F1 12 124 KELAS : C FAKULTAS FARMASI JURUSAN FARMASI UNIVERSITAS HALU OLEO

Upload: risfiani-wulandari

Post on 12-Apr-2016

36 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Farmasi

TRANSCRIPT

Page 1: Risfiani Wulandari (f1f112119) Sitti Alfyanita Ilham (f1f112124)

TUGAS

PELAYANAN FARMASI

“ASUHAN KEFARMASIAN PENYAKIT KULIT (ERITRODERMA)”

OLEH :

RISFIANI WULANDARI F1F1 12 119

SITTI ALFYANITA ILHAM F1F1 12 124

KELAS : C

FAKULTAS FARMASI

JURUSAN FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2015

Page 2: Risfiani Wulandari (f1f112119) Sitti Alfyanita Ilham (f1f112124)

TUGAS.

1 contoh resep 2 orang mahasiswa membuat asuhan kefarmasian sampai

dokumentasi (analisis DRP, care plan, pio dan konseling).

JAWABAN :

Contoh resep

Page 3: Risfiani Wulandari (f1f112119) Sitti Alfyanita Ilham (f1f112124)

Hasil Pemeriksaan Medis

Page 4: Risfiani Wulandari (f1f112119) Sitti Alfyanita Ilham (f1f112124)

Diagnosa awal

Page 5: Risfiani Wulandari (f1f112119) Sitti Alfyanita Ilham (f1f112124)

Hasil pemeriksaan Lab

Page 6: Risfiani Wulandari (f1f112119) Sitti Alfyanita Ilham (f1f112124)

PHARMACEUTICAL CARE (ASUHAN KEFARMASIAN)

1. Assesment

- Penyusunan Data Base

Informasi dikumpulkan dan digunakan sebagai database yang spesifik

untuk pasien tertentu untuk mencegah, mendeteksi, memecahkan masalah

yang berkaitan dengan obat dan untuk membuat rekomendasi terapi obat.

Database yang dikumpulkan :

a. Demografi

Nama : Tn. Andi Hisam Tongasa

Alamat : Jl. Bahagia No.12

Jenis kelamin : Laki-laki

Tanggal lahir : 27 Desember 1953

Pekerjaan : Pensiunan PNS

Agama : Islam

b. Riwayat medis

Berat dan tinggi badan : 55 kg/160 cm

Masalah medis akut dan kronis : eritroderma/ dermatitis seboroik

Simtom : demam, gatal pada seluruh tubuh

Sejarah medis terdahulu : -

Alergi : Pasien tidak mengalami alergi

terhadap obat-obatan yang diberikan

c. Terapi obat

Obat-obat yang di resepkan :

Adapun obat-obatnya antara lain

Dexametason ampul II

Fabio drops I

Ranitidin ampul II

Ceftriaxon 1 gr II

Obat-obat bebas :

Pada resep pasien ini tidak terdapat obat-obatan bebas

Kepatuhan dengan terapi obat :

Page 7: Risfiani Wulandari (f1f112119) Sitti Alfyanita Ilham (f1f112124)

Kepatuhan pasien terhadap terapi yang diberikan cukup baik

Alergi :

Pasien tidak mengalami alergi terhadap obat-obatan yang diberikan

Asessmen pengertian tentang terapi obat :

Pasien mengetahui dengan pasti obat-obatan yang diberikan

Pasien mengetahui efek yang akan diberikan dari setiap obat yang

dikonsumsinya

Pasien mengetahui cara pemakaian obat-obatan yang diberikan

Pasien mengetahui reaksi efek samping yang ditimbulkan dari

obat-obatan yang diberikan

Pasien melakukan komunikasi yang cukup dengan profesi

kesehatan lainnya

d. Sosial

Diet : tidak sedang diet

Olahraga : tidak sering berolahraga

Merokok : tidak merokok

Minum alkohol : tidak minum alkohol

Pencandu obat : bukan seorang pecandu obat

e. Informasi obat

Dexametason ampul

Jenis obat Kortikosteroid

Golongan Obat resep

Manfaat - Mengatasi alergi

- Mengobati inflamasi atau peradangan

- Meredakan pembengkakan otak

- Mengatasi edema makula

- Mengatasi mual dan muntah akibat kemoterapi

- Untuk mendiagnosis penyakit Cushing

Page 8: Risfiani Wulandari (f1f112119) Sitti Alfyanita Ilham (f1f112124)

- Mengatasi hiperplasia adrenal kongenital

Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak

Bentuk Suntik/injeksi

Dosis

4-20 mg disuntikkan intramuskular (IM) atau

intravena (IV). Jika diperlukan dapat diulangi

2-4 mg setelah dosis awal.  Maksimal 80

mg/hari. Syok : 2-6 mg sebagai dosis tunggal.

Farbion

Jenis obat Analgesik antipiretik

Golongan Obat resep

Manfaat

Profilaksis dan terapi defisiensi vit B1, B6,

B12. Gangguan saraf perifer seperti neuritis,

polineuritis.

Dikonsumsi oleh Dewasa

Bentuk Injeksi/suntik

Dosis 1 ampul (IM)/hari.

Ranitidin

Jenis obat Obat penghambat reseptor H2

Golongan Obat resep

ManfaatMenurunkan kadar asam lambung yang

berlebihan

Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak di atas umur 3 tahun dan dengan berat badan di atas 30 kg

Page 9: Risfiani Wulandari (f1f112119) Sitti Alfyanita Ilham (f1f112124)

BentukTablet, kapsul, obat kunyah, bubuk, obat larut,

cairan yang diminum atau disuntik

Dosis

Dosis dan jangka waktu penggunaan ranitidin

tergantung kepada kondisi yang diobati dan

tingkat keparahannya. Pada umumnya ranitidin

dikonsumsi sebanyak 300 mg per hari. Dosis

ini bisa diminum sekaligus atau dibagi menjadi

dua. Ranitidin bisa diberikan selama 2-12

minggu, tergantung pada kondisi dan respons

pasien terhadap pengobatan.

Ceftriaxon

Jenis obat Antibiotik cephalosporin

Golongan Obat resep

ManfaatMengobati dan mencegah infeksi yang

disebabkan oleh bakteri

Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak

Bentuk Obat suntik

Dosis Dosis akan disesuaikan dengan jenis dan tingkat keparahan infeksi serta kondisi kesehatan pasien. Berikut ini adalah dosis penggunaan ceftriaxone:

Untuk anak-anak di atas 12 tahun hingga dewasa, standar dosis yang diberikan adalah 1 gram per hari. Sedangkan untuk infeksi parah, dosis dapat diberikan antara 2 hingga 4 gram per hari.

Khususnya untuk infeksi gonore, satu dosis 250

Page 10: Risfiani Wulandari (f1f112119) Sitti Alfyanita Ilham (f1f112124)

mg ceftriaxone cukup untuk mengatasinya.

Untuk anak-anak di bawah 12 tahun, konsultasikan dosis kepada dokter. Dosis yang diberikan juga akan disesuaikan dengan berat badan mereka, yaitu sekitar 20 hingga 50 mg/kg.

- Menentukan adanya masalah yang berkaitan dengan obat (DRP)

Drug Related Problem (DRP) atau masalah terkait obat adalah

bagian dari asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) yang

menggambarkan suatu keadaan, dimana profesional kesehatan (apoteker)

menilai adanya ketidaksesuaian pengobatan dalam mencapai terapi yang

sesungguhnya.

- DRP dibagi menjadi 2 : actual dan potensial, DRP actual adalah masalah

yang terjadi seketika saat pasien menggunakan obat (misalkan alergi dll),

dan DRP potensial adalah masalah yang akan terjadi pada saat setelah

penggunaan obat

1. Dosis, bentuk sediaan, jadwal minum obat, rute pemberian atau

metoda pemberian kurang cocok. Ranitidin 150 mg 3x1 ac

adalah antihistamin penghambat reseptor H2 (AH2). Perangsangan

reseptor H2 akan merangsang sekresi asam lambung. Dalam

menghambat reseptor H2, ranitidine bekerja cepat, spesifik dan

reversibel melalui pengurangan volume dan kadar ion hidrogen cairan

lambung. Ranitidine juga meningkatkan penghambatan sekresi asam

lambung akibat perangsangan obat muskarinik atau gastrin.

Pada pemberian oral, ranitidine diabsorbsi dengan cepat dan lengkap,

tetapi sedikit berkurang bila ada makanan atau antasida. Pemberian

dosis tunggal 150 mg ranitidine, kadar puncak dalam darah akan

tercapai 1 – 2 jam setelah pemberian, waktu paruh kira-kira 3 jam dan

lama kerja sampai 12 jam. Ranitidine diekskresi terutama bersama

urin dalam bentuk utuh (30%) dan metabolitnya, serta sebagian kecil

Page 11: Risfiani Wulandari (f1f112119) Sitti Alfyanita Ilham (f1f112124)

bersama feses. Kemudian pada resep tidak dicantumkan, apakah obat

diminum sebelum, saat atau sesudah makan, sehingga dapat

membingungkan pasien ketika akan mengkonsumsi obat.

2. Adanya interaksi: obat-obat, obat-penyakit, laboratorium yang

potensial dan aktual dan bermakna secara klinis.

Pasien tidak diinformasikan mengenai interaksi obat yang akan

terjadi apabila pasien mengkonsumsi suatu makanan tertentu. Pasien

juga tidak diinformasikan mengenai interaksi obat dengan obat lainnya

yang mungkin saja sedang atau akan dikonsumsi oleh pasien yang

bersangkutan.

3. Harus dilihat apakah pasien dapat metoleransi reaksi efek samping atau

obat harus diganti.

Kita lihat hasil laboratorium pasien, dimana pasien mengalami

peningkatan aktivitas urinaria, hal ini menjadi salah satu tanda efek

samping dexametason, Sehingga perlu dilakukan peninjauan ulang

mengenai jenis anti inflamasi yang akan diberikan kepada pasien.

Apakah perlu diganti ataukah pasien hanya diberikan konseling

mengenai efek samping yang mungkin akan timbul jika mengkonsumsi

obat golongan anti inflamasi ini sehingga pasien akan memperhatikan

penggunaan obat.

4. Duplikasi terapeutik.

Disini pasien diberikan jenis obat kortikosteroiddan analgesik

antipiretik. diminum dalam waktu yang bersamaan maka dapat

mengakibatkan pasien mengalami urinaria. Sehingga waktu

penggunaan kedua obat harus dipisah.

- Penyusunan rencana kefarmasian

Penyusunan rencana pelayanan kefarmasian melibatkan identifikasi

kebutuhan pasien yang berhubungan dengan obat, dan memecahkan masalah

terapi obat melalui proses yang terorganisir dan diproritaskan berdasarkan

Page 12: Risfiani Wulandari (f1f112119) Sitti Alfyanita Ilham (f1f112124)

kondisi medis pasien dari segi resiko dan keparahan. Rencana kefarmasian

dapat berupa:

- Menentukan tujuan dari terapi. Untuk penyakit eritroderma tujuan dari

terapi adalah :

a. Mencegah atau menghilangkan rasa gatal-gatal seluruh badan serta

menguramgi rasa nyeri yang dirasakan selama kurang lebih 6 bulan

pasien menderita gatal seluruh badan.

b. Pasien sadar akan terapi yangdilakukan sebelum mengonsumsi obat

terapi awalnya dengan menggunakan salep gatal.

c. Mengidentifikasi kondisi medis yang memerlukan terapi obat

d. Memecahkan masalah terapi obat : tujuan, alternatif, dan intervensi

e. Mencegah masalah terapi obat

Dalam rencana pelayanan kefarmasian, apoteker memberikan saran

tentang pemilihan obat, penggantian atau obat alternatif, perubahan dosis,

regimen obat (jadwal, rute, dan lama pemberian).

a. Implementasi

Kegiatan ini merupakan upaya melaksanakan rencana pelayanan

kefarmasian yang sudah disusun. Kegiatan ini berupa menghubungi dokter

untuk meklarifikasi atau memodifikasi resep, memulai terapi obat, memberi

edukasi kepada pasien atau keluarganya, dll.

Impelementasi perkembangan keperawatan mengkaji keluhan klinik,

pasien, memberi kondisi nyaman pasien, membantu pasien dalam personal

hygien, mengobservasi penggunaan obat pasien dan penatalaksanaan medik.

b. Monitoring

Untuk mengukur efektivitas terapi, hal-hal berikut harus di

monitor :monitor TTV, kajitanda – tandainfeksi, motivasi pasien untuk

meningkatkan nutrisi TKTP,  jagakebersihanluka,

kolaborasipemberianantibiotic.

Page 13: Risfiani Wulandari (f1f112119) Sitti Alfyanita Ilham (f1f112124)

Parameter laboratorium untuk masing-masing obat dan asuhan

kefarmasian dapat dilihat pada tabel. Tes laboratorium harus diulangi

setiap 6 sampai 12 bulan pada pasien yang stabil

Kelas Obat Parameter pasien yang di

monitor oleh Apoteker

Monitoring Tambahan

kortikosteroid :

Dexametason

Badan Terasa lelah,gangguan

pola tidur

Gejala gagal jantung

Analgesik antipiretik :

Fabio drops

Pusing, Tekanan darah Fungsi ginjal (BUN,

serum kreatinin), serum

elektrolit (kalium,

magnesium, natrium),

kadar gula,

antihistamin reseptor

2 (AH2) :

Ranitidin

lemah, kelelahan, sakit

kepala dan ruam kulit

Tekanan darah, gagal

jantung

Antibiotik:

Ceftriaxon

Lelah asam urat

- Interaksi obat dan efek samping

Untuk melihat toksisitas dari terapi, efek samping dan interaksi obat harus

di nilai secara teratur. Efek samping bisanya muncul 2 sampai 4 minggu

setelah memulai obat baru atau setelah menaikkan dosis. Kejadian efek

samping mungkin memerlukan penurunan dosis atau substitusi dengan

obat antihipertensi yang lain

Kelas Obat Kontraindikasi Efek Samping

kortikosteroid :

Dexametason

Dexamethasone Harsen

tidak boleh diberikan

pada penderita herpes

Pengobatan yang

berkepanjangan dapat

mengakibatkan efek

Page 14: Risfiani Wulandari (f1f112119) Sitti Alfyanita Ilham (f1f112124)

simplex pada mata;

tuberkulose aktif, peptio

ulcer aktif atau psikosis

kecuali dapat

menguntungkan

penderita. - Jangan

diberikan pada wanita

hamil karena akan terjadi

hypoadrenalism pada

bayi yang dikandungnya

atau diberikan dengan

dosis yang serendah-

rendahnya.

katabolik steroid seperti

kehabisan protein,

osteoporosis dan

penghambatan

pertumbuhan anak.

- Penimbunan garam, air

dan kehilangan potassium

jarang terjadi bila

dibandingkan dengan

beberapa glucocorticoid

lainnya.

- Penambahan nafsu

makan dan berat badan

lebih sering terjadi.

Analgesik antipiretik :

Fabio drops

Penurunan fungsi ginjal mulut terasa kering,

gangguan darah, mual,

dan gangguan fungsi hati.

antihistamin reseptor 2

(AH2) :

Ranitidin

Ganguan maag Sakit pada tempat penyuntikan, Perubahan pada bowel habit, lemah, kelelahan, sakit kepala dan ruam kulit

Antibiotik:

Ceftriaxon

Hipersensitif terhadap

Ceftriaxone atau

sefalosporin lainnya.

Lelah, Nyeri tenggorokan, diare

- Monitoring kepatuhan (medication adherence) dan konseling pasien

Diperlukan usaha yang cukup besar untuk meningkatkan

kepatuhan pasien terhadap terapi obat demi mencapai target kesembuihan

yang dinginkan. Ketidakpatuhan terhadap pengobatan dapat menyebabkan

Page 15: Risfiani Wulandari (f1f112119) Sitti Alfyanita Ilham (f1f112124)

meningkatnya kekambuhan penyakit, penyakit menjadi resisten sehingga

tidak efektif lagi dengan pemberian dosis obat yang biasa sehingga pada

akhirnya pasien dapat mengalami rehospitalisasi. Beberapa alasan

ketidakpatuhan terhadap pengobatan diantaranya adalah faktor lupa,

sengaja untuk mengurangi dosis, kurangnya informasi, faktor emosional,

dan lain-lain. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dibuat suatu sistem

yang berfungsi untuk memantau kepatuhan pasien dalam minum obat..

Strategi konseling untuk meningkatkan adherence terapi obat

antihipertensi adalah sebagai berikut :

a. Memberikan nilai adherence pada setiap kunjungan

b. Mendiskusikan dengan pasien motivasi dan pendapatnya

c. Melibatkan pasien dalam penanganan masalah kesehatannya

d. Menggunakan keahlian mendengarkan secara aktif sewaktu pasien

menjelaskan masalahnya

e. Membicarakan keluhan pasien tentang terapi

f. Membantu pasien dengan cara tertentu untuk tidak lupa meminum

obatnya

g. Menyederhanakan regimen obat (seperti mengurangi frekuensi minum,

produk kombinasi)

h. Memberikan jadwal minum obat yang telah disesuaikan dengan

kebiasaan pasien sehari-hari

i. Memberikan informasi tentang keuntungan pengontrolan tekanan

darah

j. Memberitahukan perkiraan efek samping obat yang mungkin terjadi

k. Memberikan pendidikan kepada keluarga pasien tentang penyakit dan

regimen obatnya

l. Melibatkan keluarga dan kerabatnya tentang adherence minum obat

dan terhadap gaya hidup sehat

m. Menyakinkan regimen obat dapat dijangkau biayanya oleh pasien

n. Bila memungkinkan telepon pasien untuk meyakinkan pasien untuk

mengikuti rencana pengobatannya

Page 16: Risfiani Wulandari (f1f112119) Sitti Alfyanita Ilham (f1f112124)

- Edukasi kepada pasien

Beberapa topik penting untuk edukasi ke pasien tentang penanganan

hipertensi:

a. Pasien mengetahui tentang kondisi tubuhnya

b. Pasien mengetahui nilai tekanan darahnya sendiri

c. Sadar kalau harus menjaga kebersihan tubuhnya

d. Pentingnya kontrol teratur

e. Peranan obat dalam untukmengontrol penyakit pasien yang dirasakan

f. Pentingnya obat untuk mencegah outcome klinis yang tidak diinginkan

g. Efek samping obat dan penanganannya

h. Kombinasi terapi obat dan non-obat dalam mencapai pengontrolan

eritroderma

i. Pentingnya peran terapi nonfarmakologi

j. Obat-obat bebas yang harus dihindari (seperti obat-obat yang

mengandung ginseng, nasal decongestan, dll)

c. Peran dan peluang apoteker

Selain melakukan asuhan kefarmasian seperti yang diuraikan diatas,

dalam membantu penatalaksanaan hipertensi selain berinteraksi dengan

pasien, apoteker berinteraksi dengan profesi kesehatan lainnya terutama

dokter. Apoteker dapat menjadi perantara antara pasien dan dokter.

Kebanyakan pasien terutama kalau sudah kenal baik dengan apotekernya

selalu membeli obat di apotik yang sama.

Selain dokter, apoteker adalah anggota tim kesehatan yang

mempunyai akses kepada informasi tentang semua obat yang di konsumsi

pasien. Seringnya dokter tidak menyadari terapi atau obat-obat lain yang

diresepkan oleh dokter lain kepada pasien. Dokter dan Apoteker dapat bekerja

sama sehingga target yang diinginkan dokter tercapai. Apoteker dapat

membantu dokter dalam:

a. Memberi edukasi ke pasien mengenai penyakit eritroderma dan gangguan

kulit lainnya

b. Memonitor respon pasien di farmasi komunitas

Page 17: Risfiani Wulandari (f1f112119) Sitti Alfyanita Ilham (f1f112124)

c. Menyokong adherence terhadap terapi obat dan non-obat

d. Mendeteksi dan mengurangi reaksi efek samping, dan

e. Merujuk pasien ke dokter bila diperlukan.

Mendiskusikan dengan pasien keuntungan terapi farmakologi

eritroderma sama pentingnyadengan mendiskusikan mengenai efek

sampingnya. Apabila pasien mengertikeuntungan yang potensial dari

penggunaan obat untuk gangguan kulit seperti eritroderma, pasien akanlebih

cendrung untuk mematuhi terapinya. Sewaktu diskusi untuk efek

sampingobat, Apoteker harus membicarakan bagaimana mencegah atau

menangani efekefeksamping bila muncul agar pasien tetap meneruskan terapi

obatnya.

Terapi nonfarmakologi memerlukan perhatian yang cukup besar oleh

profesi kesehatan agar berhasil. Terapi nonfarmakologi memerlukan

perubahan sikap, dorongan dan nasihat yang terus menerus. Dengan

membantu pasien bagaimana melibatkan perubahan/modifikasi kedalam gaya

hidupnya dapat membantu pasien mencapai tujuan ini. Misalnya Apoteker

dapat mendiskusikan mengenai olahraga, memperhatikan kebersihan tubuh,

dan mengontrol keringat yang berlebihan.

Page 18: Risfiani Wulandari (f1f112119) Sitti Alfyanita Ilham (f1f112124)

d. Dokumentasi

Format yang paling umum dan dikenal secara universal untuk

mendokumentasikan informasi pasien dalam sistem asuhan kesehatan

adalahcatatan SOAP, yang merupakan akronim dari Subjective (subyektif),

Objective (Obyektif), Assessment (pengkajian), dan Plan (rencana).

SOAP

Subjek : Tn. Andi Hisam Tongasa, 62 Tahun

Objek :

Hasil lab :

INSTALASI LABORATORIUM PATOLOGI KLINKRUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARIJl. Z.A. Sugianto No. 39 Telp. 0401 (3005466) Kendari

Nama Pasien : Tn. Andi Hisam Tongasa NO.RM : 06 83 31Umur : 62 THN Poli/Ruangan : LavenderJenis Kelamin : L Dokter : Dr.Nelly,Sp.KStatus : BPJS Tanggal : 06/11/2015Penanggung Jawab : dr.Siska

KIMIA DARAH Nilai Rujukana. Glukosa

*Sewaktu 95 < 180 mg/dl*Puasa 70 – 110 mg/dl*2 jam PP < 140 mg/dl

b. Bilrubin * Total < 1.0 mg/dl * Direct < 0,25 mg/dl

* Indirect < 0,75 mg/dlc. Ureum 34 10 – 50

mg/dld. Creatinine 1.1 L = 1.1 mg/dl P = < 0.9 mg/dl

Page 19: Risfiani Wulandari (f1f112119) Sitti Alfyanita Ilham (f1f112124)

e. Asam Urat 7.6 L = < 7.0 mg/dl P = < 5,7 mg/dld. Cholesterol total < 200 mg/dl g. HDL-cholosterol > 52 mg/dlh. LDL- Cholesterol < 140 mg/dli. Trigliserida 194 < 190 mg/dlj. SGOT/ AST 33 L = < 25 U/L P = < 21 U/L k. SGPT/ ALT 67 L = < 29 U/L P = < 22 U/Ll. Total Protein 6.6 – 8.7 gr/dl* Albumin 36< 4.4 gr/dl* Globulin < 4.3 gr/dl

Assessment : berdasarkan gejala yang ada, pasien mengalami eritroderma

Planning :

- Terapi farmakologi

1. Kortikosteroid :

- Dexamethasone,inj 1A/8 jam/IV

2. Analgesik antipiretik :

- Fabio drops

3. antihistamin reseptor 2 (AH2) :

- Ranitidin, inj 1A/8 jam/IV

4. Antibiotik:

- Ceftriaxon, 1 gr/12 jam/IV ST

5. Terapi non farmakologi

1. Tidak menggartuk

2. Menjaga Kebersihan Kulit

Page 20: Risfiani Wulandari (f1f112119) Sitti Alfyanita Ilham (f1f112124)

3. Kurangi aktivitas Fisik

6. KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)

1. Meminum obat sesuai yang diresepkan

2. Meminum obat sesuai dengan waktu minum obat

3. Memakan makanan yang sehat, tidak mengkonsumsi makanan yang dapat

menimbulkan alergi pada kulit

7. Monitoring

1. Pemeriksaan kesehatan

2. Pemeriksaan keadaan kulit

3. Memonitoring kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat