risalah rapat pansus ruu tentang kepolisian negara...

40
RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis Rapat Dengan Sifat Rapat Hari, tanggal Pukul Tempat Ketua Sekretaris Acara Hadir Anggota Pemerintah : 2000-2001 :IV : 16 : Rapat Kerja ke-8 : Menteri Pertahanan, Panglima TNI, POLRI. : Terbuka : Rabu, 4 Juli 2001 : 13.35 s/d 16.00 WIB : Ruang Rapat Pansus Ruang 2 Gedung Nusantara II : Andi Mattalatta, S.H, M.H : Drs. Iskandar N. Basri : Pembahasan DIM : 37 dari 67 Anggota : Kepala Staf Angkatan yang terkait, Departemen Pertahanan beserta jajarannya, FRAKSI PDIPERJUANGAN 1. V. B. DACOSTA, SH 2. SUDARSONO 3. AMRIS HASAN, MA 4. A TERAS NARANG, SH 5. DRS. SIDHARTO DANUSUBROTO, SH 6. FIRMAN JAYA DAELI, SH 7. H. HARYANTO TASLAM 8. K.H. ACHMAD ARIS MUNANDAR, MSc 9. RENIYANTI HOEGENG 10. PANDA NABABAN 11. R.K. SEMBIRING MELIALA 12. PATANIARI SIAHAAN

Upload: others

Post on 08-Dec-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA

REPUBLIK INDONESIA DAN RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA

Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis Rapat Dengan Sifat Rapat Hari, tanggal Pukul Tempat

Ketua Sekretaris Acara Hadir Anggota

Pemerintah

: 2000-2001 :IV : 16 : Rapat Kerja ke-8 : Menteri Pertahanan, Panglima TNI, POLRI. : Terbuka : Rabu, 4 Juli 2001 : 13.35 s/d 16.00 WIB : Ruang Rapat Pansus Ruang 2

Gedung Nusantara II : Andi Mattalatta, S.H, M.H : Drs. Iskandar N. Basri : Pembahasan DIM : 37 dari 67 Anggota : Kepala Staf Angkatan yang terkait, Departemen

Pertahanan beserta jajarannya,

FRAKSI PDIPERJUANGAN 1. V. B. DACOSTA, SH 2. SUDARSONO

3. AMRIS HASAN, MA 4. A TERAS NARANG, SH 5. DRS. SIDHARTO DANUSUBROTO, SH

6. FIRMAN JAYA DAELI, SH 7. H. HARYANTO TASLAM 8. K.H. ACHMAD ARIS MUNANDAR, MSc 9. RENIYANTI HOEGENG 10. PANDA NABABAN

11. R.K. SEMBIRING MELIALA 12. PATANIARI SIAHAAN

Page 2: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

2

13. PROF. DR. J.E. SAHETAPY, SH. MA

14. WILLIAM M. TUTUHARIMA, SH 15. H. AMIN ARYOSO, SH

16. ALEXANDER LITAAY

17. ORA. SUSANINGTYAS NH KERTOPATI

18. MATT AL AMIN KRAYING, SH

FRAKSIPARTAIGOLKAR 1. ANDI MATTALATTA, SH., MH

2. DRS. YASRILANANTA BAHARUDDIN

3. DRS. DARWIS RIDHA

4. DJAJA SUBAGJA HUSEIN

5. FERDIANSYAH, SE., MM.

6. DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARSA

7. DR. HAPPY BONE ZULKARNAIN, MS

8. ORA. IRIS INDIRA MURTI, MA

9. M. AKIL MOCHTAR, SH

10. ORA. Hj. CHAIRUN NISA, MA

11. M. IDRUS MARHAM

12. IR. S.M. TAPUBOLON

FRAKSIPPP 1. NY. Hj. AISYAH AMINY, SH

2. H.M. THAHIR SAIMIMA, SH

3. DRS. H. A. CHOZIN CHUMAIDY

4. H. M. SAIFUL RACHMAN, SH

5. H. SYAFRIANSYAH, BA

6. H. ALIMARWAN HANAN, SH

FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA 1. H. MUHYIDDIN SUWONDO, MA

2. DRS. A. EFFENDY CHOIRIE

3. DRS. H. ACHMAD SYATIBI

4. DRS. IR. A. ANSHOR CHOLIL

5. K.H. HANIF MUSLIH, Lc

FRAKSI REFORMASI 1. IR. A.M. LUTFHI

2. PROF. DR. H. MOCH. ASKIN, SH

3. H. PATRIALIS AKBAR, SH. 4. DRS. ACHMAD ARIEF

FRAKSI TNI/POLRI 1. SLAMET SUPRIADI, S.IP., MSc., MM.

2. SYAMSUL MA'ARIF

3. H. SUPARNO MUANAM, SE

Page 3: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

4. DRS. I KETUT ASTAWA 5. FRANS WUWUNG

FRAKSI BULAN BINTANG

1. H. AHMAD SUMARGONO, SE

FRAKSI KKI

1. DRS. S. MASSARDY KAPHAT 2. DRS. H. A. HAMID MAPPA

FRAKSIPDU

1.

FRAKSIPDKB

1. PROF. DR. ASTRID S. SUSANTO

PARA UNDANGAN : 1. PROF. SRI SUMANTRI 2. J. KRISTIADI 3. ARIFIN TARIGAN 4. GOFAR SUWARNO 5. SLAMET SUBIJANTO 6. ARDIUS L 7. ISMETHERDY 8. DRS. PURNOMO 9. AFFANDI 10. DJAMHARI HAMZA

3

Page 4: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

4

KETUA RAPAT (ANDI MATTALATTA, SH, MH): Assalamu'alikum Wr. Wb. Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua, sesuai daftar dari

sekretariat, daftar hadir hari ini sudah ditandatangani oleh 36 Anggota sehingga sudah memenuhi persayaratan untuk dilanjutkanya Rapat Pansus pada siang hari ini, maka dengan mengucap Bismilahirokhmanirokhim perkenankanlah kami membuka Rapat Pansus dan rapat dinyatakan terbuka untuk umum.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 13.40 WIB)

Para hadirin yang kami muliakan sebelum kita melanjutkan pembahasan RUU ini, kami mohon waktu sejenak, saya kira kita sama-sama telah mendengar berita duka yang menimpa almarhum Bapak Baharuddin Lopa yang berpulang ke Rahmatullah karen a penyakit jantung, kami mengajak bapak dan ibu untuk sama­sama kita memanjatkan do'a kepada almarhum semiga arwahnya diterima disisi Tuhan dan mudah-mudahan kita yang ditinggalkan diberikan kekuatan untuk melanjutkan perjuangan untuk bangsa dan negara ini, kami persilahkan berdo'a masing-masing sesuai kepercayaan masing-masing.

(DO'A BERSAMA)

Bapak dan lbu yang kami hormati, perjalanan pembahasan kita kemarin sampai pada DIM nomor 47 mengenai komponen pendukung, F.PDI-P usulanya mengganti komponen diganti dengan kekuatan, usul F.PDI-P ini saya kira konkordan dengan usul-usul sebelumnya, F.KB ini seluruhnya ini isi, bagaimana ini kita memperlakukan, ini komponen pendukung dirinci, F.Reformasi tidak ada, bagimana kalau DIM nomor 47 ini kita konkordankan dengan pembahasan selanjutnya.

(KETOK SATU KALI)

Selanjutnya kita beralih kepada DIM 48, F.PDI-P sama dengan sebelumnya, F.PG tidak ada, F.KB redaksional, bagaimana ini F.PBB-nya tidak ada, F.KB-nya tidak ada, jadi saya kira kita minta penjelasan Pemerintah dulu, untuk mengomentari dua DIM dari fraksi yang tidak hadir.

PEMERINTAH/MENHAN: Dari F.KB mengusulkan perubahan redaksional menjadi ketentuan

pelaksanaan mengenai mobilisasi komponen cadangan dan komponen sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan UU, Pemerintah kurang sependapat karena masalah ini sudah diatur didalam UU tentang Mobilisasi dan Demobilisasi, sehingga tidak perlu ada kata diatur lebih lanjut, tetapi persilahkan saja kalau itu dianggap mau mengakomodasi UU yang ada tapi Pemerintah sendiri menganggap kurang perlu.

Kemudian untuk F.PBB, yang mengusulkan pemecahan secara lengkap komponen cadangan, komponen pandukung dan wajib militer, Pememrintah juga kurang sependapat karena sebenarnya komponen cadangan dan komponen pendukung itu sudah terdiri dari SDM, SDA, SOB, sarana dan prasarana nasional, terima kasih.

KETUA RAPAT: Jadi maksudnya cukup diatur dalam UU nanti pak, ada fraksi yang mau

memberi komentar atau sependapat dengan Pemerintah, F.PDI-P silahkan.

Page 5: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

5

F.PDI-P (FIRMAN JAVA DAELI, SH): Sependapat dengan Pemerintah dengan RUU.

KETUA RAPAT: Fraksi Golkar, F.PPP, F.KB, F.Reformasi.

F.REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH}: Terima kasih. Sekali lagi kami mohon penjelasan, jadi kita akan mengatur masalah­

masalah komponen cadangan dan komponen pendukung ini dalam UU tersendiri, apakah lazim satu UU menyatakan bagian lain akan diatur dengan UU, jadi mohon penjelasan dari Pemerintah.

KETUA RAPAT: Sebelum ke Pemerintah, kami ke F.TNI/POLRI.

F.TNI (SLAMET SUPRIADI, S.IP, MSc, MM}: Setuju dengan naskah RUU Pemerintah pak.

KETUA RAPAT: Fraksi KKI.

F.KKI (DRS. S. MASSARDY KAPHAT): Setuju dengan naskah RUU.

KETUA RAPAT: Pemerintah, ada pertanyaan dari F.Reformasi.

PEMERINTAH/MENHAN: Bukan mengatur masalah komponen itu dengan UU tersendiri, tetapi

masalah disini kata pelaksana mengenai mobilisasi komponen cadangan dan komponen pendukung, itu diatur lebih lanjut dengan UU, itu sudah ada UU tentang itu sehingga tidak perlu ini.

KETUA RAPAT: Fraksi PDU, bagaimana F.Reformasi bisa.

F.REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH): Kita bisa memahami apa yang dimaksudkan oleh Pemerintah, apakah tidak

sebaiknya dijelaskan saja didalam UU sini, jadi supaya lebih lebih menempatkan pada sisi satu kesatuan sehingga pemahaman kita tidak lagi memerlukan UU yang lain, kita khawatir kalupun sudah ada, apakah tidak sebaiknya diadopsi didalam UU ini, atau kalau belum ada ya kita masukan disini, saya kira begitu.

KETUA RAPAT: Ada dua hal disini pak, yang pertama komponen cadangan dan komponen

pandukung yang belum diatur dalam UU, itulah diperintahkan oleh UU Pertahanan ini, sedangkan yang diusulkan rekan kami dari F.KB adalah UU tentang Mobilisasi yang UU-nya sudah ada sehingga cukup yang diamanatkan oleh UU ini adalah pembuatan UU mengenai komponen pendukung dan komponen cadangan, bagaimana Pak Patrialis.

F.REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH): Ya, kami bisa memahami apa yang disampaikan dari F.KB ini, apakah

justru tidak sebaiknya kita masukan lagi disini, jadi lebih tegas, jadi kita tidak perlu

Page 6: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

6

melihat lagi UU lain, karena kalau kita mengatakan itu sudah diatur dengan UU memang betul, tentu kita harus membuka lagi UU lain, bagaimana kalau substansi ini kita masukan juga disini.

KETUA RAPAT: Tidak, maksudnya barangkali Pemerintah kalau dicantumnkan mobilisasi

disini berarti ada perintah untuk merubah UU Mobilisasi, padahal mungkin UU itu masih valid sampai sekarang, tapi silahkan Pemerintah.

PEMERINTAH/MENHAN: Jadi memang banyak UU itu menyebut diatur lebih lanjut dengan UU atau

diatur lebih lanjut dengan PP, padahal PP maupun UU-nya memang sudah ada, jadi memang tidak salah juga kalau mau dimasukan dan kalau itu bisa diakomodasi sebenarnya menurut kami tidak perlu jadi ayat tersendiri tetapi langsung saja ditambahkan dinaskah yang lama yang diusulkan Pemerintah komponen cadangan dan komponen pendukung sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) serta cara memobilisasinya diatur lebih lanjut dengan UU misalnya, seumpama itu dianggap perlu tapi saya lebih suka mendengar pendapat dari floor dulu, terim kasih.

KETUA RAPAT: Ya, floor tadi setuju dengan rumusan RUU kecuali F.Reformasi pak, karena

itu kami kembalikan ke F.Reformasi.

F.REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH): Kami kira itu merupakan bagian dari pemikiran kami dimana kami ingin

sebetulnya menempatkan itu pada satu wadah justru kalau ada beberapa hal yang berkaitan dengan masalah mobilisasi itu juga tidak ada salahnya kalau memang bisa kita masukan substansinya didalam naskah kita yang sekarang ini, namun demikian ya kami menyerahkan pada bagaimana baiknya, kami akan mengikuti, tapi jelas pikiran kami demikian tapi kami juga mengikuti.

KETUA RAP AT: Jadi dengan mencantumkan komponen cadangan dan komponen

pendukung sebagaimana dimaksud bahwa akan diatur lebih lanjut dengan UU tidak berarti bahwa ada larangan untuk memperbaharui UU Mobilisasi dan Demobilisasi kalau itu memang dimungkinkan sehingga dengan demikian saya kira kita bisa menerima rumusan ini, silahkan lbu Aisyah.

WAKIL KETUA (NY. Hj. AISYAH AMINY, SH): Jalan keluarnya kalau dengan kalimat lebih lanjut itu seakan-akan ini UU

memerintahkan adanya UU itu, tapi diatur dengan UU hanya kata diatur lebih lanjut dihilangkan lebih lanjutnya itu sehingga pengertianya bahwa UU akan mengatur terserah nanti bagaimana, bukan kerana perintah UU ini, ini barangkali logika seperti yang dikatakan oleh Saudara Patrialis itu, seperti selanjutnya diatur dengan PP, itu benar, jadi UU ini memerintahkan ada PP-nya, tapi memang kalau ini bukan UU pokok tentunya bukan begini bunyinya hanya semacam deklarasi saja bahwa pengaturanya dengan UU bukan perintah UU ini yang mengatur adanya UU itu, barangkali itu bisa dijadikan jalan keluar, terima kasih.

KETUA RAPAT: Jadi maksudnya kalau UU itu nanti ada, dia bukan merupakan sub

koordinasi dari UU ini, ya silahkan F .PDI-P.

Page 7: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

7

F.PDI-P (PATANIARI SIAHAAN}: Mungkin menengahi masalah ini, saya pikir dengan membuang kata lebih

lanjut sebenarnya sudah terselesaikan pak, terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan Fraksi Golkar.

F.PG (IR. S.M. TAMPUBOLON}: Terima kasih. Mungkin nanti apa yang diharapkan daripada rekan F.Reformasi tadi akan

kita temukan barangkali di DIM 54 yaitu yang mengatur mengenai bela negara ini, saya kira disitu dicantumkan dengan tegas keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara akan diatur dengan UU, ini yang akan menjawab saya kira nanti pak di DIM 54 ini, terim kasih.

KETUA RAPAT: Jadi kita bisa sepakati ini kalau kata-kata lebih lanjut dihapus, ya silahkan

Pemerintah.

PEMERINTAH/MENHAN: Prinsipnya tidak setuju tetapi kepada perumusnya nanti supaya

diperhatikan bahwa berasar konsep dan pemahaman yang selama ini diikuti oleh TNI, bahwa yang dimobilisasi itu hanya komponen cadanganya pak tidak komponen pendukungnya, jadi kalau mau nambah mobilisasi supaya ditekankan bahwa mobilisasi itu hanya komponen cadangan.

KETUA RAPAT: Bukan lagi mobilisasi pak, yang dipersoalkan ini kata-kata lebih lanjut.

PEMERINTAH/MENHAN: Oke, terima kasih.

KETUA RAPAT: Bisa disepakati pak, ya baik.

(KETOK SATU KALI}

DIM 49. lni setipa warga negara, F.PDI-P, setiap dan tiap-tiap konkordan dengan kata yang dipakai sebelumnya F.PG silahkan.

F.PG (IR. S.M. TAMPUBOLON}: Terima kasih Pak Ketua, Rekan-rekan Anggota Pansus yang kami hormati. Untuk Pasal 9 ayat (1) ini F.PG mengusulkan untuk dihapus karena

memang ini bagian dari UUD'45, oleh karena itu kami rasa apa perlu kita ulangi lagi disini yaitu Pasal 30 ayat (1) UUD'45, itu menjadi alasan kami untuk menghapus, demikian sementara Pak Ketua, terima kasih.

KETUA RAPAT: Selanjutnya F.PPP tidak ada, F.KB saya kira konkordan dengan judul

Partahanan Negara, F.Reformasi silahkan.

F.REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH}: Saya kira sejalan dengan pikiran dari rekan dari F.PG, kerana memang

kewajiban warga negara untuk membela negara itu sudah ada didalam UUD'45, maka kami justru lebih menitik beratkan pada operasionalisasinya, jadi aplikasinya

Page 8: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

8

bagaimana sehingga ada perubahan, sebetulnya bukan perubahan redaksional ini, perubahan substansi, jadi jangan usul perubahanya dilihat tapi setelah perubahan, ayat (1) kami jadikan menjadi 4 butir. 1. keikutsertaan warga negara dalam bela negara sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 30 ayat (1) UUD'45 dilakukan melalui: a. untuk membangun dan meningkatkan kesadaran bernegara, bela negara,

jiwa patriot untuk cinta kepada tanah air, wawasan kebangsaan dan negara bangsa, wawasan nusantara danm kewaspadaan nasional.

b. Pelatihan dasar kemiliteran dan dinas kemiliteran dalam waktu terbatas dalam secara wajib.

c. Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela dan profesional sebagai komponen utama pertahanan negara.

d. Pengabdian sebagai komponen cadangan atau sebagai komponen pendukung pertahana negara sesuai dengan profesi.

Sehingga apa yang dinginkan oleh Pemerintah didalam Pasal 9 itu secara prinsipnya kami sahuti dan kami sangat menyetujui itu, tetapi kami langsung menempatkan pada posisi aplikasi, terima kasih.

KETUA RAPAT: A, b, c, d, ini alternatif atau kumulatif, baik jadi ada dua usul perubahan

silahkan Pemerintah sebelum Fraksi-fraksi menyampaikan tanggapan.

PEMERINTAH/MENHAN: Terima kasih untuk golkar usul penghapusan karena dianggap sudah ada

di Pasal 30 UUD, kami kurang sependapat karena apa yang ada didalam UUD memang tidak dilarang untuk dicantumkan lagi didalam UU dan itu banyak sekali UU yang menyebut lagi apa yang sebenarnya ada dalam UUD bahkan pembicaraan kita hampir dua minggu ini juga sudah banyak memasukan lagi masalah-masalah yang ada didalam UUD, mengapa ini perlu dimasukan lagi karena kita melihat bahwa hak dan kewajiban baru warga Negara itu merupakan hal yang mendasar yang harus diatur dengan UU dan ditegaskan didalam UU, untuk Fraksi Reformasi sebenarnya secara substantif kami sama sekali tidak keberatan karena usul yang ada ini a, b, c, d, ini sebenarnya lagi kami membuatnya didalam DIM berikutnya yaitu 50, 51, 52, 53, cuma Fraksi Reformasi mempertajam dan memperjelas,nah oleh sebab itu terserah kepada flor dengan pengertian kalau usul Fraksi Reformasi ini disetujui maka beberapa DIM menjadi selesai sampai 53 tinggal menambah satu butir lagi saya kira itu saja, terima kasih. ·

KETUA RAPAT: Sebelum kefraksi kembalikan duli kepengusul.

F.PG (DR. HAPPY BONE ZULKARNAIN, MS): Tanggapan ke Reformasi.

KETUA RAP AT: Apakah masih mempertahankan DIM-nya atau tidak kalau masih

mempertahankan DIM-nya kami minta fraksi lain untuk mengomentarinya.

F.PG (IR. S.M. TAMPUBOLON): Terima kasih Bapak Ketua, jadi kalau kami mempelajari apa yang

disampaikan rekan dari reformasi pada dasarnya adalah sama dengan apa yang disampaikan oleh F.PG sehingga F.PG ini sekarang langsung kepada ayat (2) itu dari pada Pasal 9 ini dan sedangkan saya lihat rekan Reformasi mengambil dari

Page 9: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

9

ayat (2) Pasal 9 kan begitu pak ya, hanya saja uraiannya apakah uraiannya seperti yang disampaikan ini dengan demikian kalau kami melihat apa yang kami sampaikan cuma kami tidak merasa perlu untuk mengatakan lagi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) UUD, tetapi langsung aja Keikut sertaan warga Negara dalam upaya bela Negara sama dengan ayat (2) dari pada Pasal 9 ini sebetulnya cuma uraiannya oleh rekan dari Reformasi dikembangkan seperti apa seperti apa yang disampaikan disini sekarang tinggal kepada kita apakah substansi yang disampaikan Reformasi yang kita pakai atau yang dari Pemerintah menurut pemahaman kami sebetulnya secara garis besarnya bisa cukup dari pemerintah karena nanti akan ada selanjutnya UU yang mengatur ini yang akan ditutup nanti dibelakang ada UU yang mengatur ini jadi demikian sementara, terima kasih.

KETUA RAPAT: Setelah mendengarkan jawaban pemerintah tadi apakah usul golkar untuk

menghapus ayat (1) ini karena sudah tercantum dalam Pasal 30 tetap atau bagaimana.

F.PG (JR. S.M. TAMPUBOLON): Sementara saya masih tetap pak, sudah cukup tidak perlu dicatumkan itu

lansung saja pada ayat (2) dari pada Pasal 9 ini, terima kasih.

KETUA RAPAT: Reformasi.

F.REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH): Setelah mendengar penjelasan dari Pemerintah kemudian juga dari Partai

Golkar kami melihat bahwa semangatnya ini satu dan substansinya juga hampir sama oleh karena itu kami barang kali mengusulkan karena persoalannya mengarah pada suatu muara bagaimana kalau kita mencoba sekaligus menggabungkan yang kita rumuskan nanti didalam Panja terhadap materi-materi ini, jadi usulan pemerintah kemudian kita coba sinkronkan dengan usulan F.PG dan dari F.Reformasi karena substansinya hampir bersamaan, karena prinsip­prinsip dasar disini nampaknya sudah kita adopsi, saya kira itu yang terbaik sehingga kita tidak terlalu lama membicarakan ini, terima kasih.

KETUA RAPAT: Jadi ada usul dari pengusul untuk menyelesaikan masalah kalau bisa Pasal

9 ayat (1) yang menjadi DIM nomor 49 ini dibahas secara simultan dengan DIM nomor 50, 51, 52 dan 53, tapi saya persilahkan F.PDI-P dulu, menanggapi F.PG dan usul dari F.Reformasi.

F.PDI-P (FIRMAN JAVA DAELI, SH): Terima kasih. Kami sependapat dengan usulan Pemerintah bahwa pasal ini masih

relevan masih untuk dicantumkan dan semangatnya memang sama bisa juga diambil dari Pasal 30 bisa juga dari Pasal 27, kalau Pasal 27 penekananya kan pada hak warga negara, kalau pada Pasal 30 itu pada dimensi pertahanan, apakaha ada di dimensi pertahanan atau hak itu menurut kami relevan untuk masuk sebab itu tetap dalam konteks hak dan kewajiban sehingga ada titik masuk nanti juga dikaitkan dengan Pasal 28 Hak Asasi, seperti yang pernah dulu kami usulkan tapi dipercakapkan di Panja dan di Timus, oleh karena itu sampai sekarang kami masih sependapat dengan Pemerintah supaya ini dicantumkan.

Untuk F.Reformasi kami kira pada DIM-DIM berikut nanti, tapi dalam konteks ini jangan dicantumkan secara detail, terima kasih.

Page 10: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

10

KETUA RAPAT: Jadi redaksinya tetap usul RUU, silahkan F.PPP.

F .PPP (H.M. THAHIR SAIMIMA, SH): Terima kasih Saudara Pimpinan. Pada prinsipnya kami sependapat dengan usul dari Pemerintah,

sebagaimana termuat dalam RUU ini yaitu Pasal 9 ayat (1) begitu pula DIM 50 dan seterusnya saya kira akan kita bicarakan kemudian dengan demikian usul dari F.Reformasi saya kira kita tangguhkan sajalah dalam pembicaraan DIM berikutnya, terima kasih.

KETUA RAPAT: Fraksi Kebangkitan Bangsa.

F.KB (DRS. H. ACHMAD SYATIBI): Setelah melihat usulan dari F.Reformasi seperti disampaikan oleh rekan

dari Reformasi bahwa semangat dan substansinya hampir sama itu dengan RUU Pemerintah, untuk itu kami serahkan kepada floor, namun demikian dari fraksi kami setuju dengan RUU dari Pemerintah, terima kasih.

KETUA RAPAT: F.TNIIPOLRI, silahkan.

F.TNI (SLAMET SUPRIADI, S.IP, MSc, MM): Kami sependapat dengan usulan Pemerintah pak, memang Pasal 9 ini

dipecah menjadi sampai pada DIM 54, ditekankan pertama untuk yang usulan Fraksi Reformasi tadi, kami kurang sependapat karena pada ayat (1) ini ditekankan tentang hak dan kewajibanya, baru penjelasan keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara dijelaskan pada ayat-ayat berikutnya, jadi kami masih sependapat dengan Pemerintah dan ini masih relevan, itu kita menegaskan pada Pasal 9 dimulai dengan tentang hak dan kewajiban warga negara dalam upaya pembelaan negara, baru dilanjutkan dengan bagaimana implementasinya, demikian pak.

KETUA RAPAT: Fraksi KKI.

F.KKI (DRS. S. MASSARDY KAPHAT): Dari Fraksi KKI, kami sependapat dengan usul dari Pemerintah, untuk

usulan dari rekan Reformasi saya kira itu bisa kita bicarakan didalam DIM berikutnya, terima kasih.

KETUA RAPAT: Tentang usul Fraksi Golkar pak.

F.KKI (DRS. S. MASSARDY KAPHAT): Usul dari Fraksi Golkar, saya kira kurang sependapat.

KETUA RAPAT: Fraksi Daulatul Ummat.

F.PDU (PROF. DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WAL Y): Saudara Pimpinan, setelah kami bandingkan bahwasanya kami setuju

dengan naskah RUU karena jelas, sebab dalam UU itukan harus cepat daya

Page 11: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

11

tangkap kita dalam memahami jadi saya melihat bahwasanya apa yang telah ditulis dalam RUU dari Pemerintah, kami condong kesitu.

KETUA RAPAT: Fraksi PBB.

F.PBB (H. AHMAD SUMARGONO, SE): Saudara Pimpinan, berhubung kami terus terang baru hadir, jadi kami

serahkan saja kepada rapat yang sedang berlangsung, terima kasih.

KETUA RAPAT: Sekaligus atas nama Pansus mengucapkan selamat datang kembali ke

tanah air pak, mudah-mudahan ilmunya bisa memberi kontribusi untuk pembahasan UU Kepolisian ini, jadi fraksi pengusul Golkar dan Reformasi, kita sudah mendengarkan fraksi-fraksi dan Pemerintah yang pada dasarnya berpendapat bahwa:

Satu, pencatuman kata-kata setiap warga negara berhak wajib ikut serta dan seterusnya, dianggap masih perlu dicantumkan disini walaupun itu merupakan kalimat-kalimat dalam konstitusi.

Yang kedua, fraksi-fraksi dan Pemerintah juga berpendapat bahwa Pasal 9 ayat (1) ini disusun sedemikian rupa sehingga hanya merupakan deklarasi terhadap hak dan kewajiban, Pasal 9 ayat (2) dan seterusnya merupakan bagaimana cara keikutsertaan didalam bela negara, ada melalui wajib militer, ada melalui pengabdian profesi dan lain sebagainya, sedangkan rekan dari Reformasi ingin agar wujud penyertaan keikutsertaan itu langsung didalam Pasal 9 ayat (1) ini, jadi saya kembalikan kepada rekan pengusul, Fraksi Partai Golkar dulu.

F.PG (IR. S.M. TAMPUBOLON): T erima kasih Pak Ketua. Sebetulnya dasar pemikiran kami untuk menyatakan itu, kalau kita

membuat UU ini pak, sebetulnya salah satu diantaranya adalah Pasal itu, jadi menjadi mempersempit daripada Pasal 30 itu kalau yang diatur hanya sekecil itu, padahal menurut pemehaman kita sebetulnya lahirnya-pun UU ini sendiri diantaranya karena arahan daripada pasal itu, kenapa kita harus membuat lagi secara khusus dalam satu bagian, padahal inis seluruhnya adalah induk daripada UU itu, namun demikian ya bagaimana-lah, itu saja, kalau berbicara soal Fraksi Reformasi, kami sebetulnya mendukung Fraksi Reformasi, karena itu sama dengan usul kami, langsung kepada opersionalnya, jadi terserah saja, terima kasih.

KETUA RAPAT: Ya, Fraksi Reformasi bagaimana.

F.REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH): Pertama mengenai usul kami, kami kira tentang masalah penjabaran lebih

lanjut DIM 50 sampai 54 ini kami setuju tapi ini merupakan mutatis-mutandis merupakan bagian daripada usulan perubahan kami didalam tiap-tiap DIM itu, karena masing-masing dalam itu memang kami tidak mengusulkan lagi perubahanya, karena sudah kami angkat kepermukaan, itu satu.

Yang kedua mengenai F.PG sesungguhnya memang kami sependapat namun juga sebetulnya tidak ada larangan secara tegas cuma kelihatanya memang agak kurang pas, karena memang itu merupakan landasan kita sebetulnya untuk kita melakukan perubahan-perubahan ini, payungnya sebetulnya itu UUD'45 kemudian baru Ketetapan MPR, namun kami juga setuju apapun putusan yang diambil secara demokratis, terimna kasih.

Page 12: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

12

KETUA RAPAT: Baik, jadi barangkali dapat kami mengambil kesimpulan seperti ini, usul dari

F.Reformasi untuk sementara menerima Pasal 9 ayat (1) tetapi DIM F.Reformasi untuk memecahkan ini, akan dibicarakan pada saat kita membahas DIM 50, 51, 52, kalu disitu ada kekurangan akan ditambahkan dari DIM 49, sedangkan usul dari F.PG katanya terserah kepada kita, sekarang yang terserah itu masih mau kita dengar atau sudah cukup tadi.

F.PG {JR. S.M. TAMPUBOLON): Cukup pak.

KETUA RAPAT: Cukup ya, jadi saya kira kita bisa terima DIM 49 ini, lalu DIM 50 upaya

diganti usaha, saya kira konkordan dengan sebelumnya dari F.PDI-P, dari F.PG ada usul perubahan, silahkan, ditulis dirubah tapi setelah dirubah kalimatnya sama saja bagaimana, tolong dijelaskan F.PG.

F .PG {JR. S.M. TAMPUBOLON): Perubahanya hanya karena penomoranya saja pak, kan kita berubah

menghapus ayat (1), ya ini menjadi ayat (1).

KETUA RAPAT: Jadi yang berubah nomornya bukan isinya.

F.PG {JR. S.M. TAMPUBOLON): Oh ya headingnya pak, keikutsertaan itu kita hilangkan, kita langsung

kepada substansinya setiap warga negara dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui, jadi kita merasa tidak perlu dicantumkan seperti itu, terima kasih.

KETUA RAPAT: Jadi penomoranya yang berubah pak, karena tadinya dirubah ya berubah

nomornya dari nomor 2 menjadi 33, selanjutnya F.PPP tidak ada, F.KB.

F.KB (DRS. H. ACHMAD SYATJBJ): Terima kasih Pimpinan. Fraksi kami menambah kata bela negara dan sarana negara sehingga

dengan demikian setelah perubahan akan berbunyi a. pendidikan kewarganegaraan dan kesadaran bela negara, ini dikandung maksud bahwa setiap warga negara dan masayarakat di Indonesia ini wajib punya kesadaran untuk membela negara, jadi perlu ditambah dengan kata dan kesadaran bela negara, namun demikian kami serahkan kepada floor, terima kasih.

KETUA RAPAT: Lalu F.Reformasi.

F.REFORMASJ {H. PATRJALIS AKBAR, SH): Terima kasih. Seperti yang kami katakan tadi bahwa Pasal 9 ayat (1) butir a, ini menjadi

ayat (1) berbunyi, disini usulan Pemerintah adalah melalui pendidikan kewarganegaraan, pada prinsipnya kami sependapat namun didalam DIM ini kami ingin memberikan satu pengertian yang lebih mendasar terahadap apa yang dimaksud serta komponen-komponen yang sebetulnya ada dalam pendidikan kewarganegaraan itu yaitu meliputi upaya untuk membangun dan meningkatkan kesadaran bernegara, bela negara, jiwa patriot untuk cinta kepada tanah air,

Page 13: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

13

wawasan kebangsaan, dan negara bangsa, wawasan nusantara, dan kewaspadaan nasional, sehingga pendidikan kewarganegaraan itu bisa difahami secara komprehensif didalam hal pertahanan ini, sebab biasanya kalau kita melihat atau berdasarkan pengalaman kita pada masa pendidikan mulai dari sekolah pertama sampai kewiraan, itu memang ada pendidikan kewarganegaraan tapi arahnya tidak meliputi secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan masalah pertahanan seperti yang kami kutipkan disini, itu satu.

Yang kedua, dibelakang didalam DIM, kami memuat ayat (2) disini juga sekaligus kami mengusulkan ketentuan pelaksanaan mengenai pendidikan kewarganegaraan, kemudian pelatihan dasar dan dinas kemiliteran secara wajib dan pengabdian sebagai komponen cadangan serta komponen pendukung pertahanan negara sesuai dengan profesi sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur dengan UU ini. Jadi sekaligus kami ingin mencantumkan, menambahkan satu ayat lagi disini, tapi yang tadi dijadikan sebagai ayat (1 ), terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, tiga fraksi sudah menyampaikan usulnya, silahkan Pemerintah, usul

dari F.KB, dari F.PG dan dari F.Reformasi pak.

PEMERINTAH/MENHAN: Baik, untuk yang dari Golkar, ini menjadi kehilangan subjek kalau diterima

usul ini, misalnya begini setiap warga negara dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui, subjeknya mana, yang diselenggarakan itu apa, kan mustinya keikutsertaan dalam bela negara diselenggarakan melalui, oleh sebab itu kami tetap pada rumusan kami semula, jadi kata keikutsertaan itulah yang diselenggarakan bukan warga negaranya sebagai subjeknya.

Untuk F.KB, penambahan pendidikan kewarganegaraan dan kesadaran bela negara, kami kurang sependapat karena kesadaran bela negara itu sudah termasuk didalam pendidikan kewarganegaraan, kita tahu bahwa pendidikan itu meliputi pembinaan otak dan watak, dan didalam pembinaan watak itulah yang nanti akan masuk pendidikan.

Untuk F.Reformasi, saya kira dengan keputusan kita tadi menerima rumusan Pemerintah, maka sebenarnya usul perubahan dari F.Reformasi ini tidak relevan masuk di DIM ini tapi nanti disandingkan dengan DIM nomor 54, tetap usulnya bisa diterima cuma tidak di DIM ini tapi dinomor 54, yang mengatur pengaturan lebih lanjut dengan UU, karena tadi sudah digabung nomor sekian, dan usul F.Reformasi itu dikembalikan keusul Pemerintah, terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, demikian jawaban Pemerintah, apakah kami kembalikan dulu ke

fraksi pengusul atau Fraksi-fraksi meu memberi tanggapan, ya silahkan pengusul dulu, bagaimana F.PG.

F .PG (DR. HAPPY BONE ZULKARNAIN, MS): Terima kasih Pemerintah. Tadi dari Pemerintah mengatakan bahwa keikutsertaan itu menjadi penting

dalam ayat ini, tetapi didalam pandangan kami sebenarnya kalau keikutsertaan ini dihilangkan, ini menunjukan partisipasi masyarakat sudah bill in didalamnya, jadi kalu misalnya kalimatnya setiap warga negara dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui pendidikan warga negara artinya disitu sudah ada partisipasi bahkan barangkali kalimatnya lebih bersifat instruksional pada warga negara, oleh karena itu dalam pandangan kamimungkin keikutsertaan ini memang sebaiknya kalau hilang itu akan menjadi lebih tegas.

Kemudian tanggapan kepada dari F.KB, kamis epakat dengan apa yang disampaikan oleh Pemrintah bahwa dengan menambah kesadaran bela negara

Page 14: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

14

sebetulnya sudah masuk juga dalam konteks pendidikan kewarganegaraan, kemudian yang perubahan redaksional kami kira ini memang masuknya di DIM 54, terima kasih.

KETUA RAPAT: Fraksi Reformasi.

F.REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH): Saya kira justru sang at relevan khususnya mengenai Pasal 9 ayat (1) butir

a, yang mencoba memberikan gambaran secara lebih komprehensif terhadap pendidikan kewarganegaraan, kita tidak mau pendidikan kewarganegaraan ini hanya didalam kapasitas yang sangat terbatas, oleh karena itu kalau yang berkenaan dengan usulan kami dalam ayat (2) itu mungkin kami bisa sependapat dimasukan atau disandingkan dalam DIM 54 tapi yang berkenaan dengan butir a ini kami kira ini ada baiknya karena disini justru begitu orang mengetahui apa yang dimasudkan dengan pendidikan kewarganegaraan itu sudah semakin jelas, demikian juga halnya dengan apa yang disampaikan oleh rekan kami dari F.KB, sebetulnya F.KB juga menginginkan mungkin tidak jauh beda dengan kami, bahwa F. KB menginginkan ada tam bah an dari tentang kesadaran bela negara, saya kira betul pendidikan kewarganegaraan didalamnya juga terkait ada kesadaran bela negara tetapi juga ada baiknya kita menjelaskan atau menambahkan juga kalimat tentang kesadaran bela negara ini, karena substansinya mungkin agak berbeda, kesadaran bela negara berarti lebih mendekatkan pada bagaimana hasil daripada pendidikan kewarganegaraan itu, sedangkan usul dari rekan F.PG, kami sementara no koment dulu sambil mempelajari, terima kasih.

KETUA RAPAT: Fraksi Kebangkitan Bangsa.

F.KB (DRS. H. ACHMAD SYATIBI): Saya baru mendengar sekarang 1n1, ada istilah pendidikan

kewarganegaraan, jadi kami bukan bermaksud untuk membela diri .bukan, tapi antara pendidikan kewarganegaraan ini,... kepada kesadaran masyarakat Indonesia untuk menjadi warga negara, kalau membela lain lagi substansinya itu, bala negara dalam situasi apapun, saya pernah juga ikut waktu mahasiswa, pendidikan kewiraan, kalau ini sudah mencakup bela negara, andaikata dikasih pendidikan kewiraan ini boleh tapi kalau pendidikan kewarganegaraan, saya lebih condong untuk menambah kesaradan bela negara, terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, tiga fraksi pengusul sudah menyampaikan, silahkan dikasih komentar,

F.PDI-P ada komentar.

F.PDI-P (FIRMAN JAVA DAELI, SH): Pertama untuk Fraksi Reformasi ada dua hal, dari segi substansial dan

prosedural, kalau yang prosedural inikan mustinya juga kita tidak bahas sebab ada kalimat disini, sebagimana dimaksud dalam ayat (1) sementara itu tadi kita pending, soal substansi nanti kita diskusikan pada DIM lebih lanjut, untuk ternan F.KB saya tidak tahu persis apakah ditarik tetapi ini nanti bisa kita percakapkan lagi walaupun secara internal tadi kami bicara proses penyadaran itukan sebenarnya out put, jadi tidak akan pernah ada sebelum uot put itu ada kesadaran tapi namun demikian itulah proses pendidikan yang itu satu diskusi lagi, tapi nanti kalau ada materi yang berkaitan dengan ini pada DIM yang sesuai, untuk F.PG memang kami bisa menangkap kandungan pemikiranya tetapi yang kita maksud

Page 15: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

15

disinikan dimensi keikutsertaanya pak, jadi menurut kami usulan dari Pemerintah tetap kita gunakan dan bagian yang disoroti adalah keikutsertaanya, kalau itu hilang maka menjadi kurang utuh bahkan, demikian tanggapan kami Pak Ketua.

KETUA RAPAT: Fraksi PPP.

F.PPP (H.M. THAHIR SAIMIMA, SH): Terima kasih Saudara Ketua. Menurut hemat F.PPP, RUU yang disampaikan oleh Pemerintah saya kira

sudah cukup bagus, tapi menyangkut usul dari Fraksi Reformasi, kalau seandainya kita ingin mengakomodir, menurut hemat saya biar saja kita masukan dalam Penjelasan Pasal, sementara yang sudah disampaikan oleh Pemerintah dalam RUU ini menurut hemat kami sudah bagus, terima kasih.

KETUA RAPAT: Fraksi TNI/POLRI.

F.TNI (SLAMET SUPRIADI, S.IP, MSc, MM): Terima kasih Bapak Pimpinan. Kami masih sependapat dengan naskah dari Pemerintah, alasanya kalau

kita lihat konkordan pada DIM sebelumnya yang pertama tentang substansi, sebetulnya DIM 50 sampai dengan 54 itu sudah diatur dalam UU, pendidikan kewarganegaraan itu sekaligus menanggapi yang disampaikan oleh Fraksi Reformasi dan ternan dari F.KB, itu sudah diatur dalam Undang-undang Pendidikan Nasional, UU Nomor 2 Tahun 1988 dan PP-nya sudah ada yang ngatur, dijelaskan lagi dalam UU Ratih Tahun 1998 yang dikeluarkan, saat sebelum Pak Harto lengser itu ada dua UU yang keluar, UU Ratih dan UU Mobilisasi dan Demobilisasi, jadi khusus menyangkut 1m pendidikan kewarganegaraan, latihan dasar kemiliteran secara wajib, latihan sebagai prajurit, pada dasarnya sudah diatur dalam UU Rakyat Terlatih, demikian pak, jadi kami masih sependapat dengan Pemerintah sekaligus menanggapi tanggapan dari rekan fraksi lain pak, terima kasih.

KETUA RAPAT: Fraksi KKI.

F.KKI (DRS. S. MASSARDY KAPHAT): Terima kasih. Kami setelah mendengar dari Pemerintah dan dari beberapa fraksi tadi,

kami berpendapat bahwa draft yang diusulkan Pemerintah ini sudah cukup baik, untuk tanggapan kepada Fraksi-fraksi lain, kami tidak ada tanggapan.

KETUA RAPAT: Fraksi PBB.

F.PBB (H. AHMAD SUMARGONO, SE): Menurut pendapat kami bahwa apa yang diusulkan Pemerintah, saya

menggarisbawahi yaitu keikutsertaan ini harus tetap ada, kemudian pandapat dari F.KB tentang pendidikan kewarganegaraan dan kesadaran bela negara, sebetulnya sudah cukup pendidikan kewarganegaraan sesuai usul Pemerintah, namun kalau toh mau ditambah lebih tandas lagi, pendidikan kewarganegaraan dan bela negara, tidak perlu ada kesadaran lagi, kalau ini masih lebih tajam, itu saja terima kasih.

Page 16: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

16

KETUA RAPAT: Fraksi Daulatul Ummat.

F.PDU (PROF. DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WAL Y): Kami setuju dengan apa yang diusulkan oleh F.PG tetapi hendaklah

ditambah dengan apa yang telah dibuat oleh Pemerintah, itu sebagimana dimaksud dalam ayat (1 ), jadi karen a itu maka susunanya setiap warga negara dalam upaya bela negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan melalui, jadi keikutsertaan itu seperti aktivis begitu dalam perasaan kita, padahal itu adalah suatu hal yang harus/yang wajib apabila kita kaitkan dengan Pasal 49 dengan Pasal 50 jadi keikut sertaan itu dibuang tapi diganti dengan setiap warga Negara dalam upaya bela Negara dan diterangkan lagi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan melalui pendidikan, terima kasih,.

KETUA RAPAT : Baik sekarang pemerintah pak, menanggapi usul pengusul ini.

PEME~NTAWMENHAN:

Terima kasih pak, Pertama untuk Golkar saya kira tetap pendirian Pemerintah subjeknya

adalah keikut sertaan waraga negara diselenggarakan melalui, bukan warga negaranya yang diselenggarakan jadi kata Warga Negara menerangkan keikut sertaan jadi tidak bisa dihilangkan meskipun begitu nanti ahli bahasa bisa memberi kata pandangan akhir ini soal kalimat saja.

Kemusian saya tidak keberatan dengan usul PPP kalau usul-usuk F.Reformasi 1m ditambahkan saja didalam penjelasan sehingga nanti pembahasannya bisa ditunda, kemudian saya ingin menambahkan meskipun ini tidak tercantum didalam DIM tetapi karena nampaknya agak serius ini ditingkat Pemerintah sendiri ini ada pengembangan pemikiran bahwa ada perbedaan antara bentuk dan cara sebenarnya, jadi keikut serlaan warga negara dalam upaya bela negara sebagai mana dimaksud dengan ayat (1) diselenggarakan melalui bentuk-bentuk a, b sedangkan c dan d itu cara keikut sertaan yang a dan b itu keikut sertaan, nah ini kami lempar saja dulu dan itu tidak sulit sebenarnya kalau itu dipahami dan diterima sebagai pemahaman bersama tinggal diserahkan ke Panja saya kira Pak KASAD bisa menjelaskan lebih lanjut tentang ini silahkan pak.

PEMERINTAH/ KASAD : Saya lihat ada kerancuhan didalam ayat (2) Pasal 9, jadi keikut sertaan

warga negara dalam upaya bela negara sebagaimana dimaksud ayat (1) diselenggarakan melalui kata-kata dise/enggarakan ini rancuh artinya pak, karena kemudian penjelasannya melaluianya:

a). Pendidikan kewarga negaraan, pendidikan kewarga negaraan ini apakah bentuk keikut sertaan apakah saya dengan mengikuti pendidikan kewarga negaraan itu sudah ikut serta membela negara, ataukah dalam saya kewajiban saya membela negara itu saya ikut pendidikan dan kemudian pendidikannya itu untuk apa kalau hanya saya ikut pendidikan kewarga negaraan dikatakan sudah ikut bela negara ranyakan agak aneh begitu, nah kalimat diselenggarakan mungkin ini perlu kita bagi kemudia ada yang b dan c.

b). Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib ini kelihatannya bagaimana seseorang itu untuk membela negara sebelumnya ikut pelatihan tetapi b dangan c, c-nya pengamdian sebagai prajurit Tetara Nasionallndonesia secara sukarela dan secara wajib padahal di b-nya pelatihan dasar kemiliteran secara wajib kalau dia ikut pelatihan itu saja apakah dia sudah ikut membela negara atau dia mengabdikannya sebagai militer wajib yang manakah yang ikut keikut sertaan dia

Page 17: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

17

sebagai pebelaan negraan ini maka ada kerancuhan disitu kalau dibagi lagi bahwa bentuk pengabdian saya itu melalui sebagai saya sebagai seorang prajurit TNI secar asukarela atau secara wajib itu sudah bentuk pengabdian, kemudian pengabdian sesuai frofesi itu saya bentuk pengabdian tapi caranya bagaimana kita mengabdikan itu melalui pendidikan kewarga negaraan atau pendidikan bela negara dan pelatihan dasar secara wajib, rasa-rasanya ini seharusnya tidak boleh dibuka kembali pak, tetapi menurut saya RUU ini menjadi penting dimana nanti tidak salah penapsiran dalam hal ini alih bahasa bisa lebih menjelaskan karena saya melihat ada kerancuhan disini diselenggarakan itu apa maksudnya diselenggarakan keikut sertaan bela negara itu bisa saj melalui dan melaluinya a, b, c, d-nya kelihatannya agak aneh diselenggarakan melalui pendidikan kewarga negaraan, nah kalimat diselenggarakan disini maksudnya apakah itu bentuk kalau saya sudah pendidikan itu apakah sudah membela negara, kini saya lemparkan pak, terima kasih.

PEMERINT AH/ MEN HAN : Baik Pimpinan Pansus saya minta maaf ini memberi kesan bahwa

pemerintah belum bulat dalam hal ini tetapi memang saya kira RUU ini sangat penting sehingga saya mohon kemklumannya mari kita bahas ini meskipun sebentar antara cara dan bentu ini saja dan saya kira substansinya sudah kita tangkap tapi dalam mempormulasikan dalam kalimat-kalimat barangkali lalu menimbulkan kerncuhan khusus untuk ayat (2) ini, terima kasih.

KETUA RAPAT : Kami juga mengucapkan terima kasih atas kejujuran Pemerintah pak,

bukan berarti Mabes tidak ikut dalam mengodok RUU ini ikut pasti, untuk ahli bahasa silahkan.

AHLI BAHASA : Terima kasih sebagaimana disampaikan Bapak KASAD tadi memang

setiap warga negara dalam hal ini dapat menyalurkan haknya melalui apa mungkin yang dimaksud dengan, diselenggarakan disini menurut hemat kami itu apakah yang dimaksud dengan peranserta disini, jadi setiap kendala dapat berpeserta dalam bela negara melalui ini a, b, c, d apakah ini yang dimaksud jika penyelenggaraan yang dimaksud adalah berpean serta maka kami usulkan kalimat itu berbunyi dalam usaha bela negara setiap warga negara dapat berberperan serta melalui a, b, c, d dan seterusnya.

KETUA RAPAT : Pertanyaan tadi pak ahli bahasa kalau didahului dengan kata-kata

diselenggarakan melalui apakah itu merujuk kecara atau merujuk kebentuk.

AHLI BAHASA : Kata diselenggarakan disini merujuk kecara sudah aflikasi pak.

KETUA RAPAT : A, b, c, d, semua cara atau ada yang merupakan bentuk disitu.

AHLI BAHASA : Disini ada cara ada bentuk.

KETUA RAPAT : Bagaimana pembahasannya supaya semuanya menjadi kalimat cara.

Page 18: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

18

AHLI BAHASA : Diselenggarakan dalam bentuk

F. PG (DR. HEPPY BONE ZULKARNAIN, MS.) : Kalau tadi katanya cara dan bentuk mana yang cara dan mana yang

bentuk.

AHLI BAHASA: lni ulangi lagi kalau kalimatnya berbunyi demikian pak, dalam usaha bela

negara setiap warga negara dapat berperan serta pendidikan kewarga negaraan.

KETUA RAPAT : A, b, c, d-nya disesuaikan dengan kalimat induk pak, jadi kalimat induknya

tetap diselenggarakan melalui a, betul enggak jangan melihat substansinya dulu.

AHLI BAHASA: Maksud saya yang menjadi permasalahan kata diselenggarakan tetap akan

mengacu kepada bentuk atau cara, kalau kata diselenggarakan maknanya itu setiap warga negara berperan serta, nah peransertanyakan menurut hemat kami mungkin kata diselenggarakan yang dimaksud ini adalah peranserta warga negara itu, jadi kata diselenggarakan ini kita ganti dengan peranserta.

KETUA RAPAT : Jangan itu yang diganti pak, itu tetap a, b, c, d-nya, makanya

pertanyaannya diselenggarakan melalui merujuk kecara atau kebentuk, tetap pertanyaannya ini pertanyaan bahasa bukan pertanyaan substansi kalau kata pengantarnya diselenggarakan melalui itu kalimat berikutnya merujuk kecara atau merujuk kebentuk, pertanyaan berikutnya pendidikan kewarga negaraan ini cara atau bentuk, ya silahkan.

F. TNI/POL ( SYAMSUL MA'ARIF): Saya pikir memang ada perubahan sedikit diselenggarakan dalam bentuk

apa-apa untuk yang c, d melaui cara a, b jadi buka satu ayat lagi.

KETUA RAPAT : Jadi kalau pengertiannya begitu bisa bagi dua ada cara ada bentuk itu

struktur perumusan mungkin bisa didalam perumusan, sekarang beralih kesubstansi lagi apakah a ini kita sepakati pendidikan kewarga negara bagaimana bela negaranya.

F. PKB (DRS. ACHMAD SYATIBI): Belum pak, sebelum menyerah mohon penjelasan kepada Pemerintah pak,

kalau bela negara itu sudah tercakup dipendidikan kewarga negaraan sekali lagi mohon penjelasan

KETUA RAPAT : Ya silahkan Pemerintah.

PEMERINTAH/ MENHAN : Ya dalam pengertian kami memang bela negara itu sudah termasuk

didalam pendidikan bahkan sekarang apa yang disebut mata kuliah kewiraan di perguruan tinggi sudah dihapus menjadi dimasukan kedalam sebagai kurikulum wajib dan dihapus menjadi pendidikan kewarga negaraan itu SKB Mehan dan Mendiknas bulan Pebruari yang lalu tetapi memang bisa saja bela negara itu dianggap lebih teknis bukan pendidikan tetapi kami tetap melihatnya itu sudah

Page 19: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

19

dimasukan kesadaran bela negara itu masuk didalam pendidikan di didik agar sadar kira-kirakan begitu, terima kasih.

KETUA RAPAT : Bagaimana Kebangkitan Bangsa.

F. PKB ( DRS. ACHMAD SYATIBI ) : Ya sudah menyerah pak.

KETUA RAPAT : Dan sekarang kalimat induknya bagaimana Fraksi Golkar keikut sertaan

atau setiap warga negara, kalau pasalnya itu berbunyi setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara mungkin karena bunyinya seperti itu sehingga dalam ayat berikutnya yang dijelaskan adalah keikut sertaannya tapi silahkan.

F. PG ( DR. HEPPY BONE ZULKARNAIN, MS. ) : Kami menganggap keikut sertaan itu nilainya itu lemah sifatnya pasif oleh

karena itu kalau misalnya keikut sertaan dihilangkan maka sebetulnya jadinya partisipasi aktif, oleh karena itu dalam pandangan kami dari Parti Golkar tetap menganggap bahwa keikut sertaan itu sebenarnya sebaiknya memang hilang sehingga maksud langsung kepada setiap warga negara dalam upaya dalam bela negara diselenggarakan melalui pendidikan kewarga negaraan itu lebih tepat dan lebih fokus kepada persoalannya, terima kasih.

KETUA RAPAT : Atau mungkin Pemerintah bisa menjelaskan dulu hubungan struktural ayat

( 1) dan ayat (2) silahkan.

PEMERINTAH/ MENHAN : Baik didalan ayat (1) itu disebutkan setiap warga negara berhak dan wajib

ikut serta dalm upaya bla bla bla, lalu penjelasan berikutnya keikut sertaan tersebut kira-kirakan begini keikut tersebut diselenggarakan melalui jadi subjeknya itu ikut sertanya pak,bukan warga negaranya.

KETUA RAPAT : Sependapat walaupun pendapatannya enggak sama.

F. REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH.): Walaupun Golkar sependapat say kira itu kepeped aja ini bukan manas­

manasin Golkar sebab begini didalam Pasal 9 ini kan jelas setiap warga negara berhak dan wajib, jadi penekanannya itu adalah hak dan kewajiban didalam keikut sertaan jadi kalau keikut sertaan yang kita kutif hak dan kewajiban itu menjadi dikesampingkan sehingga kami berpikir kalau memang kita menginginkan ada kewajiban warga negara didalam upaya bela negara maka mungkin kalimat keikut sertaan kita hentikan kita ganti, jadi hak dan kewajiban warga negara dalam ikut serta dalam upaya bela negara yang dimaksud diselenggarakan melalui, jadi lebih menekankan kepada bukan keikut sertaan memang keikut sertaan bisa kita tafsirkan bermacam-macam juga tapi dalam Pasal 9 sebetulnya bukan keikut sertaannya itu ada hakdan kewajiban didalam jadi subjeknya adalah. hak dan kewajiban dal ikut serta itu, itu satu.

Yang kedua, sesuai dengan usul Reformasi tadi kami bisa memahami dan menyetujui persetujuan dari Pemerintah agar substansi yang kami usulkan ini di masukan didalam penjelasan, terima kasih.

Page 20: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

20

KETUA RAPAT : Jadi Reformasi selesai masalah ya, pertanyaan berikut Pemerintah apakah

keikut sertaan kata-kata keikut dalam ayat (2) ini adalah bagian hak dan kewajiban seperti yang disebut dalam ayat (1) atau keikut sertaan berdiri sendiri.

PEMERINTAH/ MENHAN : Kan wajib ikut serta artinya berhak dan berwajib ikut serta, bagaimana

bentuk ikut serta itu· yang menjadi subjek keikut sertaan itu maknanya sama semangatnya samacuman bagaimana kita mempormulasasikan dalam struktur kalimat yang benar, karena ini soal kalimat saya kira ahli bahasa saja yang memberikan tidak dengan mengubah kalimat baru benar atau tidak struktur seperti itu kalau menyusun yang baru berdebat lagi nanti.

AHLI BAHASA : Jadi kata keikut sertaan memang benar itu adalah nomina dan berdudukan

sebagai subjek dalam hal ini, terima kasih.

KETUA RAPAT : Jadi kita bisa memahami keikut sertaan disini adalah bagian antara hak dan

kewajiban disebutkan dalam ayat sebelumnya, silahkan PBB.

F. PBB (H. AHMAD SUMARGONO, SE.) : Saya pikir redaksionalnya cukup baik dan jelas sekali, jadi ayat (1) itu

ditegaskan dalam ayat (2) jadi ada relepansinya sebab disini menujuk dimaksud dalam ayat (1) saya pikir ini menu rut saya sudah sempurna, terimakasih.

KETUA RAPAT : Jadi kalau saya rasa-rasa bagaimana Golkar bisa memahami Reformasi

bisa masuk kepenjelasan Kebangkitan Bangsa menganggap bahwa pendidikan kewarga negaraan itu sudah berhenti didalamnyan pendidikan untuk bela negara dengan demikian DIM 50 dapat kita terima.

( KETOK SATU KALI )

Lima puluh satu pelatihan dasar kemiliteran secara wajib PDI-P ada catatan enggak tahu maksudnya silahkan sama maksudnya ya, PDI-P ditulis ulang Partai Golkar tetap PPP kosong Kebangkitan Bangsa ditulis ulang kayaknya untuk DIM 51 tidak ada masalah setuju.

( KETOK SATU KALI )

DIM 52 pengabdian sebagai prajurit PDI-P ini ditulis ulang, silahkan.

F. PDI-P (FIRMAN JAVA DAELI,SH.): Baik terima kasih Pak Ketua Pansus dan forum Pansus yang kami hormati

sistematika berpikir kamikan berdasarkan konstruksi hukum bahwa ini terkait dengan Pasal 9 ayat (1) yang tadi telah menjadi perdebatan kita ayat (1) itukan dimensi hak dan wajib kemudian ada keikutsertaan di ayat (2) kemudian di c, itu menurut pemahaman kami kalau runtutan berpikirnya itu berhak dan wajib kemudian ada keikutsertaan di ayat b, dan c, kami melihat bahwa perlu dihapus usulan perbaikan ini c, Pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukare/a titik, jadi kami mengusulkan sekaligus atau secara wajib itu dihapus pak, ini komputer kebetulan kemarin itu salah juga ini, tetapi kami sepakat diininya tadi bahwa pelatihan desar kemiliteran memang itu wajib secara wajib tetapi c, Pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasionallndonesia secara sukarela titik demikian Ketua Pansus yang kami hormati.

Page 21: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

21

KETUA RAPAT : Terima kasih dari PDI-P yang kami hormati pula silahkan Golkar, tidak ada

ya F.PG tetap yang lain juga tetap, mungkin Pemerintah ada penjelasan redaksi pak, dalam DIM 50 itukan inplisit kata hal dan kewajiban keikut sertaan adalah bagian dari hak dan kewajiban lalu ada beberapa penjelasan pelatihan desar militer wajib pendidikan kewarga negaraan tidak disebut hak atau wajib berarti kita katagorikan hak dan wajib b, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib berarti bukan hak, silahkan.

F. REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH.): Dalam butir b ini kami sangat apresias sekali yang disampaikan oleh Pak

Kasad tadi apakah ini bentuk atau cara, kami justru menginginkan sebetulnya selain dari cara juga sekaligus bentuk tapi kalau hanya cara berarti dia hanya berperan keikut sertaan dalam teori kalau dia tidak langsung incas untuk masuk maka dia tidak ada tuntutan maka kami didalam butir b mencoba menekankan Pelatihan dasar kemiliteran dan dinas kemiliteran dalam waktu terbatas secara wajib nah apakah mungkin ini bisa kita lakukan kalau ini bisa kita lakukan bahwa ada dinas militer secara terbatas tentu Pemerintah yang bisa mengetahui kalau memang memungkinkan kita masukan tapi kalau tida tentu hanya sejauh caraterima kasih sekaligus melalui ketuasaya tanya Pemerintah.

KETUA RAPAT : Melalui saya, saya lanjutkan pertanyaannya.

PEMERINTAH/ MENHAN : Melalui saya juga saya minta ketua Pokja untuk menjawabnya.

KETUA POKJA (GAFAR SUWARNO ) : Terima kasih pak, yang tadi berkembang saat kami diskusi dengan Bapak

Kasad kami sendiri akhirnya terpengaruh, tapi pada dasarnya begini pak, Pendidikan dulu itu ada namanya pendidikan kesadaran bela negara itu PKBN itu ada bapak yang dari PKB dulu memang pendidikan perwiraan itu untuk Mahasiswa itu juga dirubah dengan pendidikan kewarga negaraan, tetapi diluar itu ada pendidikan kesadaran bela negara ini semua sudah diatur di UU Ratih, nah pendidikan kesadaran bela negara itu melalui suatu pentahapan selain teori dilapangan ada pendidikan pendahuluan bela negara itu dengan latihan militer, latihan dasar militer ada latihan dasar militer awal dan lanjutan itu ada semua di UU Ratih dan kami perlu mengingatkan bahwasannya keikut sertaan warga negara ini dalam bukan bela negara dalam upaya bela negara, jadi satu itu upaya bela negara bukan hanya bela negara barang kali ini mudah-mudahan tidak jadi bingung, jadi keikut sertaan warga negara dalam upaya bela negara bukan keikutsertaan bela negara bukan, jadi pendidikan kesadaran bela negara itu adalah upaya bela negara.

KETUA RAPAT : Jadi sudah cukup cuma sampai disitu pak ya, ikut pendidikan sidah ikut

dalam upaya bela negara, jadi kita berbicara baru namanya upaya pak, belum perang pak Reformasi.

F. REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH.): Pimpinan kita bisa memahami jadi artinya warga negara itu dalam proses

kalau memang ada masalah-masalahkan kita sudah ikutlah, jadi kami ingin menanyakan korolasinya dengan Pasal 30 ayat (1) pak, UUD 1945 disitu dikatakah tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha

Page 22: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

22

pertahanan dan keamanan negara nah apakahusaha ini bisa disamakan dengan upaya kalau memang sama berarti tidak ada masalah.

KETUA RAPAT : Supaya tidak ada masalah dijawab aja pak.

KETUA POKJA : Kalau hanya kata upaya denga usaha tadikan sama pak ya, cuma

penggunaannya agak lain konteksnya lain, jadi sekali lagi ini yang kita akan bicarakan adalah upaya bela negara bukan bela negara, jadi pendidikan bela negara itu adalah upaya berarti sudah ikut dia sudah ikut pendidikan dulu kewiraan ini sudah ikut berarti sudah ikut bela negara ikut Menwa ini sudah ikut dalam upaya bela negara.

KETUA RAPAT : Pak Patrialis sudah memberi signal katanya sudah terjawab pak, jadi

dengan demikian ini tidak ada cuma ditulis berulang-ulang, PDI-P juga demikian sudah ada penjelasan dari Pemerintah.

F. PDI-P ( FIRMAN JAY A DAELI, SH. ) : Maaf Pak Ketua tadi kami sudah menyampaikan usulan perubahan

Pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional/ndonesia secara sukarela titik atau secara wajib itu dihapus tadi sitematis pikir kami kontruksi hukum,

KETUA RAPAT : Jadi kalau yang lain-lain boleh wajib dan sukarela mengikuti pendidikan dan

lain sebagainya tapi khusus untuk ini PDI-P hanya sukarela titik, bagaimana Pemerintah.

KETUA POKJA : Jadi dalam TNI itu ada sukarela dan wajib, karena memang pengaktifan

komponen cadangan menjadi kombatan adalah wajib sedangkan dinas kemiliteran secara wajib adalah TNI.

KETUA RAPAT : Jadi pertanyaannya begini pak, Bapak-bapak mohon maaf ya, Bapak­

bapak yang pakai dinas ini, ini tentara wajib atau tentara sukarela ? sukarela, Dim ini berbicara mengenai komponen cadangan atau komponen utama ? cadangan, ya berarti cadangan ya sukarela dan wajib kalau tentaranya sukarela beliau-beliau sukarela dibayar, bagaimana pak.

PEMERINTAH/KASAD : Distatus Prajurit itu ada dua, prajurit yang secara sukarela saja dan dia

mendaftarkan diri sebagai prajurit kemudian dia sah menjadi prajurit aktif, tapi ada yang punya kewajiban untuk menjadi prajurit aktif buat cadangan dia dia selama kurun waktu tertentu dia wajib sebagai prajurit dulu kalau ingat Muhamad Ali di hukum karena dia punya kewajiban sebagai militer tapi dia menolak dia di hukum, ini statusnya status militer wajib dan kita punya katagori tadi prajurit TNI secara sukarela prajurit TNI wajib wajib militer dulu dan kita memang masih ada UU yang mewajibkan bahwa negara wajib masuk sebagai militer aktif dan kurun waktu tertentu tapi dia bukan cadangan pak, tapi utama.

KETUA RAPAT : Dengan demikian dua-duanya harus masuk pak, sukarela dan wajib,

silahkan pak.

Page 23: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

23

F.KB (DRS. H. ACHMAD SYTIBI): Saya cederung dengan pendapat PDI-P dulu ada Spawamil Sekolah

Pereira Wajib Militer sekarang enggak ada yang ada Spamilsub Sekolah Perwira Militer Sukarela, dengan demikian secara lebih cenderung kepada pendapat PDI­p tak usah lagi sukarela takusah lagi wajib jadi kesadaran untuk menjadi TNI, terima kasih pimpinan.

KETUA RAPAT : Jadi Rakyat lain kalau mau ikut dalam upaya bela negara sesuai intruksi

Pasal 30 UUD 1945 cukup dengan pendidikan kewarga negaraan cukup dengan pengertian propesi sebagai b dan c tidak perlu begitu barang kali usulnya POl, kecuali sukarela.

F. PDI-P (FIRMAN JAVA DAELI, SH.): Terima kasih penjelasan Pak Kasad tadi itukan bertitik tolak dari krangka

berpikir kemiliteran, kita ini berpikir dalam krangka kontruksi ketata negaraan dulu pak, itu bukan dari pendekatan militernya tapi kontruksi hukum dari UU dan Tap MPR-nya dulu UUD 1945 Tap MPR, dimana tadi itu ada hak dan kewajiban tidak hanya Pasal 30 juga tapi Pasal 27 bahkan bahkan Pasal 28 sekarang kita turunkan pad a ayat (1) kemudian ayat (2) keikutsertaan disitu ada hak dan wajib kemudian bentuknya apa semangatnya apa yaitu pendidikan kewarga negaraan.

Kedua seal pelatihan dasar kemiliteran secara wajib karena itu pendidikan dasar itu memang wajib.

Ketiga yaitu pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela itu semangatnya propesionalisme, propesi yaitu secara sukarela, nah itu kira-kira pemahaman kami sehingga kami mengatakan bahwa ini bukan wajib sukarela pengabdian prajurit sebagai TNI secara sukarela ini pemahaman kami jadi kita lihat bahwa rakyat juga ada hak ada wajib, nah kalau masuk dibutir c pak, itu kurang tepat seperti kontruksi hukum dari awal ini kira-kira pemahaman kami, jadi kami tetap konsisten dengan butir c supaya atau secara wajib itu dihapus. dalam kalimat ini karena ini sebagai propesi pak pilihan, terima kasih.

KETUA RAPAT : Jadi dalam rangka implementasi Pasal 30 UUD 1945 menurut PDI-P tidak

ada wajib militer begitu, silahkan Pak KASAD.

PEMERINTAH/KASAD : Pak kami paham dengan yang dimaksud tadi ini hanya substansi dari

kalimat pak bukan membicarakan masalah status TNI itu ada yang hak ada yang wajib tetapi dalam kalimat pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasionallndonesia itu yang dimaksud oleh PDI-P, pengabdian dia sebagai prajurit artinya sebagai sukarela mengabdikan diri sebagai prajurit bahwa ada status seorang warga negara itu untuk wajib menjadi militer mungkin yang dimaksud sudah termasuk dalam b hanya kalimat b mungkin nanti dirubah, tapi bahwa didalam TNI ada dua memang status militer itu ada sukarela, dengan sukarela kami mendaftar sebagai prajurit ada yang wakib memang pak hanya kewajiban menjadi militer ini itu tergantung kepada kebutuhan kalau kami dalam status sekarang situasi akan berperang maka kita bisa merekut pemuda menjadi wajib militer bukan mobilisasi pak wajib pak, kita trekut harus ini sebab kalau negara dalam keadaan damai kita rekut dengan dasar kewajiban kita menjadi memboroskan, tetapi bahwa militer wajib itu ada dan dia militer aktif setelah dilantik secara wajib dia diberi pangkat dia militer aktif ada sekarang kita punya dua kompi sebagai uji coba buat seorang pemuda itu kalau negara memanggil untuk pemuda itu dilatih sebagai militer wajib maka dia berstatus aktif militer, aktif pak, punya pangkat Prada, Pratu, Kapral,

Page 24: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

24

Sersan, Leknan aktif hanya tidak kita anukan sekarang karena kita memandang situasi negara belum memerlukan kita merekrut secara banyak militer wajib.

KETUA RAPAT : Dalam kondisi apa itu pak, kira-kira

PEMERINTAH/KASAD : Mungkin kita kondisi perang dengan Australy menganggap jumlah militer

yang reguler sukarela itu jumlahnya tidak cukup, maka kita mewajiblan pemuda berusia 18 tahun untuk menjadi militer wajib begitu dan itu kombatan tadik sama dengan hansip tidak sama dengan mereka yang Walawa mahasiswa yang dilatih dasar kemiliteran tidak sama pak.

KETUA RAPAT : Jadi tidak dalam keadaan normal.

PEMERINTAH/KASAD : Keadaan normalpun kalau kita memandangnya itu lebih murah itu bisa kita

lakukan tapi sekarang kita masih antara bagian kita memelihara tentara yang sukarela sama tentara wajib karena kita begini, kalau kita mendidik wajib militer ditengah-tengah negara yang sedang ekonominya tidak bagus seperti ini begitu dua tahun dia wajib militer kita lepas kita punya kemampuan militer skil yang tinggi tapi nganggur kriminalitas menjadi tinggi maka itu tidak kita kembangkan tapi buat status wajib militer itu ada, tapi yang dimaksud belaiu saya paham pengabdian kalau wajib militer itu dia tidak sukarela mengabdikan diri dibilang militer tidak dia punya kewajiban tetapi yang beliau maksudkan di poin ini adalah pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela, secara sukarelanya bukan status hanya penjelasan dia dengan sukarela mengabdikan diri bukan status pak, tapi kalau status militer ada dua memang ada sukarela dan wajib, mungkin iru pak ya, yang dimaksud.

KETUA RAPAT : Silahkan Pak Syamsul.

F. TNIIPOL : ( SYAMSUL MA' ARIF ) : Tadi saat kita membicarakan pasal DIM 50 tadi sudah disinggung oleh

Kasad tetang cara dan bentuk kami mengusulkan untuk c ini adalah Pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasiona/ Indonesia dalam bentuk militer sukarela atau militer wajib yang disebut TNI itu militer bahasa internasionalnya itu militer juga prajurit makanya akademinya juga bukan akademi TNI AD akademi militer karena kita bilang akademi angkatan darat dilur negari tidak ada semua itu militer akademi, jadi militer itu TNI itu militer.

KETUA RAPAT : Cuma sebagaian Anggota Pansus belum pernah melihat itu pak, itu

masalahnya, silahkan PDI-P

F.PDI-P ( PATANIARI SIAHAAN): Terima kasih atas penjelasan Kasad dan Pak Syamsul dari F.TNI/POL,

memang pemahaman PDI-P dalam pengertian profesi pengabdian sebagai militer itu memang sukarela pak, jadi menurut kami tidak membicarakan status sebetulnya karena jelas pada nanti tim d-nya ada kta-kata pengabdian sebagai profesi jadi mengapa kami mengusulkan sukarela nah orang mengabdi sebagai TNI memang sukarela pak bukan wajib, hak dan kewajiban itu kalau hak itu boleh pakai boleh tidak kalau kewajiban harus melaksanankan berbeda itu bahwa .... ada

Page 25: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

25

kebutuhan mendesak itu lain lagi, saya pikir UU ini mengatur hal-hal yang istilah Pak Andi kan ... nah kalau khususkan ada lagi pengaturan tersendiri, ini yang saya maksudkan kenapa yang general bukan pertikuler sebetulnya yang diatur pada DIM 52 ini, terima kasih.

KETUA RAPAT : Kalau usulnya Pak Syamsul tadi bagaimana pak.

F. TNI/POL: ( SYAMSUL MA'ARIF): Dalam bentuk untuk yang c dan d tadi diusulkan Kasad yang tadi a, b

itukan cara, sekarang disebutkan, ini masalah wajib ini karena kemiskinan bahasa kita jadi hak dan kewajiban tadi tidak sama dengan disebut dengan secara wajib ini kalau kata-kata wajibnya, tapi beda maksudnya memang ini masalahnya, jadi akhirnya wajib ini sama dengan disana apa tidak.

KETUA RAPAT : Pak wajib itu pak dilakukan dapat amal tidak dilakukan dosa takutnya ini

PDf

F. TNIIPOL: ( SYAMSUL MA'ARIF): Harus ada sangsi pak,oleh karena UU ini akan mengikat apabila warga

negara diwajibkan memang tidak mau dia kena sangsi harus itu pak, ini yang bedanya itu, terima kasih.

KETUA RAPAT : Silahkan pak.

PEMERINTAH/KASAD : Kami hanya ingin ke persetujuan DPR ini saja di forum ini saja apakah

negara itu berhak mewajibkan warga negaranya itu mau masuk kedinasan militer itu saja, apakah berhak negara apabila diperlukan dia misa mewajibkan warga negaranya menjadi militer kalau memang kita sepakat negara hak itu dibuang dari negara mewajibkan warga negaranya tidak ada militer wajib, tetapi kalau hak ini tidak dibuang maka harus dicantumkan bahwa memang ada militer wajib.

KETUA RAPAT : Saya kira dalam kondisi tertentu negara punya hak untuk mewajibkan,

silahkan Reformasi.

F. REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH.): Jadi sudah sama jelas, dijelaskan oleh Pak Kasad tadi saya kira penjelasan

tadi harus kita muat nanti pak dalam penjelasan sebab kalu kita tidak mau dalam penjelasan memang dia akan menjadi rancuh pengertiannya, jadi apa yang disampaikan oleh Pak Kasad itu kita muat didalam penjelasan itu sudah jelas itu bisa kita terima.

KETUA RAPAT : Sebenarnya di DIM 54 disitu dikatakan ketentuan mengenai pelaksanaan

pendidikan kewarga negaraan pelatihan dasar kemiliteran secara wajib dan pengabdian sesuai dengan profesi sebagaimana yang dimaksud diatur dengan UU disitulah dalam UU itulah diatur kondisi-kondisi mana diman hak negara untuk memaksakan rakyat memintai wajib militer bisa, silahkan Pak Agun.

Page 26: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

26

F. PG (DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARSA): Terima kasih Pimpinan, saya berpendapat dari golkar ini bahwa DIM nomor

52 inikan terkait juga dengan DIM yang terdahulu DIM nomor 50 begitu pak jadikan runtut ini bahasanya kalau kita lihat di DIM nomor 50 itukan keikut sertaan warga negara dalam upaya bela negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan melalui titik dua a, b dan c katakanlah di DIM 52 yang sekarang didiskusikan yaitu keikutsertaan melalui pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau secara wajib, jadi saya pikir memang kalau kita tarik dan kita simak kembali kepada pilosofis yang terkandung didalam Pasal 30 UUD 1945 disana sudah jelas sekali bahwa sistem pertahanan kita itukan semesta kata-kata rakyat semesta itu disanalah kita bisa menangkap bahwa memang sistem hukum positif kita mengatakan bahwa sistem pertahanan kita seperti itu oleh karena itu dan memang sudah lazim dan sudah berlaku selama ini dan sudah ada selama ini dan saya pikir ini banyak juga dipergunakan diberbagai negara-negara lain bahwa memang ada militer sukarela dan ada militer wajib, artinya apa seseorang yang melakukan keikut sertaan dalam bela negara atas panggilan hati nuraninya dia ingin menjadi prajurit TNI dan itu sukarela, tapi negara itu bisa mewajibkan dan menolak kena sangsi dan memang hukum positif kita mengatur itu Pasal 30 mengatur itu, kenapa mempersoalkan masalah ini menurut saya, jadi saya pikir sudah cukup jelas Bapak Ketua, terima kasih.

KETUA RAPAT : Kami kembalikan kerekan kami PDI-P.

F. PDI-P (FIRMAN JAVA DAELI, SH.): Ia memang, justru jadi konstruksi hukum konstrusi politik yang kami

maksud adalah harus itu hak dan kewajiban dulu, apakah tadi penjelasan dari golkar misalnya itu dalam krangka rakyat semesta itu juga menempatkan rakyat sebagai subjek dulu yang punya kedaulatan, nah jadi tidak ada perbedaan yang segnifikan dengan penjelasan dari Pemerintah hanya persoalannya adalah kita memasuki disini dimensi TNI-nya itu pengabdian terminologi pengabdian, jadi menurut kami itu sukarela tidak perlu ditambahdengan kata secara wajib oleh karena itu maka usulan kami bisa saja diselasaikan disini tapi kira ini masih sesuai dengan konstruksi hukum yang kami usulkan maka kalau tidak bisa ya, dilanjutkan di Panja, itu usulan kami.

KETUA RAPAT : Silahkan Pemerintah.

PEMERINTAH/KASAD : Saya mungkin mejelaskan sedikit lagi pak, kewajiban bela negara pada

UUD itu tidak selamanya dalam bentuk sebagai seorang prajurit, tidak selamanya dia punya kewajiban untuk membela negara, itu dalam kewajiban negara itu misalnya seorang petani dia dipaksa oleh penjajah atau negara lain bertempat disini untuk memberikan hasil panennya itu kepada mereka maka dia bisa menolak dan dia tidak menjadi petani lagi itu sudah implimentasi dari bela negara, dia tidak harus menjadi seorang prajurit, tetapi ada kewajioban dari warga negara kalau negara membutuhkan memperbesar jumlah prajurit dengan cara mewajibkan warga negaranya menjadi prajurit artinya kewajiban pada Pasal 30 kewajiban setiap warga negara membela negara itu tidak harus selamanya dalam bentuk dirinya sebagai seorang prajurit orang yang sudah profesi dokter atau doktor berbeda profesi lain misalnya katakan petani tadi dia petani dipaksa dia untuk bertani yang hanya pertaniannya untuk negara untuk prajuritnya sinegara penjajah, maka dia menolak melakukan itu, itu sudah melakukan kewajibannya bela negara, tetapi ada saat dimana membutuhkan prajurit dalam jumlah yang

Page 27: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

27

besar negara punya hak mewajibkan warga negara ini menjadi prajurit, nah pain yang ini itu menegaskan bahwa seseorang itu bisa menjadi prajurit yang sukarela mengabdikan diri sebagai sebagai sukarela atau pada saat dipanggil oleh negara dia mengabdikan dalam bentuk pembelanya itu sebagai prajurit wajib, kira-kira ini untuk memperjelas terima kasih.

KETUA RAPAT : Silahkan Pak Slamet.

F. TNIIPOL ( SLAMET SUPRIADI, S.IP., MSc., MM.): Kami ingin menambahkan banyak, tadi disampaikan oleh rekan dari PDI-P

tentang kita sedang membahas hak dan kewajiban warga negara keikut sertaannya didalam pembelaan negara melalui pengabdian di TNI sebetulnya setiap anggota TNI itu menggunakan hak dan kewajibannya ada yang menggunakan haknya penuh sampai pengabdiannya dia mengikuti sebagai prajurit karier kayak kami-kami ini ada yang menggunakan sebagai tenggang waktu ada juga dia menggunakan haknya karena dipanggil oleh Pemerintah berdasarkan UU itu yang menjadi prajurit wajib pak, jadi ada dua struktur inti dari personil dari miter tadi dikatakan oleh Kasad itu sebagai status prajurit yang sukarela prajurit yang wajib kalau prajurit yang sukarela sesuai UU yang sudah berlaku disini kita itu ada yang mengabdi jangka panjang sebagai prajurit karier ada yang mengabdi selama kurang-kurangnya lima tahun dalam bentuk prajurit sukarela jangka dinas pendek ada kemudian yang prajurit sukarela sebagai prajurit cadangan sukarela dia berdinas secara penggal waktu itu yang sukarela pak, kemudian yang wajib apabila dibutuhkan oleh negara seperti Bapak Kasad tadi sampaikan menghadapi ancaman tertentu dan sebagainya dibutuhkan oleh negara kita dipanggil kita mengikuti latihan dan sebagainya itu ada dua jenis yaitu yang berdinas selama dua tahun penuh sebagai prajurit wajib ada yang menggunakan lima tahun, jadi ini status pak memang sekarang yang ditanyakan bapak Kasad itu negara mewajibkan tidak sekarang permasalahannya kalau kita sepakat semuanya mewajibkan bukan hanya tentara karena sukarela saja tapi juga dalam badan tertentu tentara mewajibkan mengharuskan orang menjadi tentara itu konsekwensinya kita mesti menerima rumusan ini pak, jadi saya pikir ya nanti untuk memudahkan ya tidak perlu diperbedatkan berkepanjangan karena masalah ini sudah ada dan sudah berjalan didalam sistem struktur pembinaan personil kita, terima kasih.

KETUA RAPAT: Tadi sebenarnya F.PDIP menawarkan kesempatan untuk berkonteplasi di

Panja.

F.PDI-P (FIRMAN JAVA DAELI, SH): Jadi bisa kita melakukan perenungan mendalam, kami memahami

penjelasan itu, jadi persoalan di .. itu tidak ada persoalan, ini soal status itu kita menyorot itu posistif, itukan kerangka berfikir kalau kita berangkat dari domin internal TNI, konstruksi hukum bahwa ini runtutanya tadi ini-ini, jelas-jelas disini secara administratif tertulis pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau secara wajib, kami mengusulkan kalau boleh ini secara wajib, bahwa ada komisi misalnya harus memaksa negara untuk mewajibkan, itukan ada dulu bagaimana, yang kedua kan tidak harus menjadi dalam bahasa TNI, bisa kekuatan cadangan, itu yang kami maksud, jadi tidak boleh masuk disini atau secara wajib, penjelasan internal tadi dari F.TNI/POLRI dan Pak Kasad, kami bisa memahami tapi itu konteksnya lain, oleh karena itu dengan segala permohonan maaf, kami tetap konsisten dengan ini, tapi kalau butuh pencerahan kepada F.PDIP, sama-sama kitalah di Panja, terima kasih.

Page 28: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

28

KETUA RAPAT: Jadi mungkin ada gradasi perbedaan pengertian pak, hak dan kewajiban

untuk ikut tugas-tugas kemiliteran dan hak dan kewajiban untuk ikut masuk TNI, barangkali untuk ikut membela negara dalam tugas-tugas wajib militer, tidak ada masalah untuk kawan-kawan F.PDIP tapi wajib menjadi TNI itu yang dipersoalkan, jadi barangkali perlu didalami di Panja kecuali kalau ada penjelasan lebih, silahkan PakAstawa.

F.TNIIPOLRI (DRS. I KETUT ASTAWA): Pimpinan Rapat, Bapak Menteri, Bapak Panglima, kami berupaya untuk

urun rembug, lalu tadi diutarakan oleh ternan kita dari F.PG bahwa itu adalah intern, kami kira tidak, mari kita simak Pasal 7 ayat (1) dari UU Prajurit TNI, Prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, Prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkata Laut dan Prajuirt Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara terdiri atas : a. Prajurit sukarela yang berdinas untuk jangka panjang sebagai prajurit karier. b. Pajuirt sukarela yang berdinas untuk janghka waktu sekurang-kurangnya lima

tahun sebagai prajurit sukarela dinas pendek. c. Prajurit sukarela yang berdinas secara tenggang waktu sebagai prajurit

cadangan sukarela. d. Prajurit wajib yang berdinas selama 2 (dua) tahun penuh sebagai prajurit wajib.

Jadi ada pak prajurit TNI yang wajib tidak hanya sukarela, itu kalau kita simak disini, mungkin adanya satu.

e. Prajurit wajib yang berdinas secara tenggang waktu untuk selama-lamanya 5 (lima) tahun sebagai prajuirt cadangan wajib dan ini diluar pak, yang kita bicarakan butir d, jadi prajurit TNI itu ada yang sukarela tapi ada yang wajib sesuai denga Pasal7 ayat (1) butir d ini.

inilah suatu resening, mengapa kalau mengenai secara wajib itu kami tidak sependapat pak, musti diperimbangkan betul-betul cuma dapat kami mengerti mengapa ada permasalahan tadi DIM dari F.PDIP karena disitu pengabdian, nah ini mungkin yang menyebabkan, mungkin ini perlu dikaji sehingga sebenarnya prajurit wajib itu tetap ada tetapiu supaya jangan kisruh mungkin perlu kata apa yang tepat dipakai kita pakai dalam pengabdian ini, terima kasih.

KETUA RAPAT: Mencari kata yang tepat itulah rekan-rekan F.PDIP memerlukan waktu

untuk di Panja, mungkin Bapak Kasad dulu.

PEMERINTAH/KASAD: Menengahi ini pak, mungkin kalimat karena sukarela dengan wajib itu lebih

kepada satatus, itu mungkin masuknya nanti kepada UU Keprajuritan apa UU TNI entah apa namanya nanti tetapi disini adalah pengabdian sebagai prajurit TNI titik, tidak perlu ada sukarela, tidak perlu ada wajib, jadi bentuk-bentuk dari pengabdian seorang warga negara dalam kaitan dengan bela negara itu antara lain mengabdikan dirinya sebagai prajuri TNI, bagaimana statusnya dia dalam kaitan dengan pengabdian didalam TNI mungkin pada UU TNI atau UU Keprajuritan, sukarelakah dia, wajibkan dia, penggal waktukah dia dan sebagainya, mungkin begitu pak, sebagai jalan tengahnya, terima kasih.

KETUA RAPAT: Ada tawaran dari Pemerintah ini.

Page 29: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

29

F.PDI-P (PATANIARI SIAHAAN): Terus terang karena DIM ini disusun oleh Pemerintah, tentu kami ingin

bertanya sekarang sebetulnya kepada Pemerintah, latar belakang pemikiran menggunakan kata pengabdian sukarela itu apa sebetulnya, supaya kita sama pemahamanya, seperti usul dari Pak Syamsul atau Pak Kaphat, memang kalau langsung bicara status mungkin kata pengabdianya bisa dibuang, tapikan dari semula DIM-nya tidak mengatakan seperti itu sebetulnya, saya pikir kalau bisa Pemerintah menjelaskan latar belakang pikiran menggunakan kata pengabdian ini, apa basa-basi saja atau, kerena kita sama-sama sepaham, militer, polisi, sipil sangat berbeda, pendidikan dan tugasnya jelas, militer itu harus menghancurkan to kill or to be kill, itu masalah seperti itu mendasar sehingga kata pengabdian disini kami pikir, kami mohon melalui Pimpinan mungkin Pemerintah bisa menjelaskan kenapa dari awal menggunakan kata pengabdian tersebut, apa memang salah redaksi, terima kasih.

F.REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH): Sebelum dijawab mungkin ada tambahan pertanyaan kepada Pemerintah

juga, kami ingin tanyakan, kalau misalnya para TNI aktif itu sudah pensiun dan sekali waktu dipergunakan oleh bangsa ini, itu wajib atau tidak mereka untuk mengabdikan diri, kalau memang ada kewajiban, saya kira sudah sangat tepat, terima kasih.

KETUA RAPAT: Saya persilahkan kepada Pemerintah.

PEMERINTAH/MENHAN: Ketua Pokja, silahkan.

PEMERINTAH/KETUA POKJA (GOFAR SUWARNO): Terima kasih, kami mencoba menambah keterangan tadi Pak Menteri

maupun Pak Kasad, bahwasanya jiwanya tadinya itu memang lima suku prajurit itu ada, di UU Nomor 2 Tahun 1988 dan itu memang belum dicabut pak, perkara nanti direvisi nanti tapi itu masih berlaku, statusnya memang sukarela dan wajib namun kalau diperinci lagi memang ada waktunya, ada jangka pendek, sedang atau penggal waktu namun tadi ada usulan dari Pak Kasad, saya kira itu yang lebih moderat, tidak usah kita bicarakan berhenti di TNI saja kalau memang disepakati, jadi UU Nomor 2 Tahun 1988 tentang Keprajuritan itu ada pak, dan masih berlaku, terima kasih.

KETUA RAPAT: Jadi kita kembali kepada usul Pemerintah tadi yang disampaikan oleh Pak

Kasad, mengenai rumusan untuk berhenti secara sukarela atau wajib itu dihapus, nanti klasifikasi TNI yang wajib, sukarela, penggal waktu 2, 3 tahun, diatur dalam UU TNI atau Prajurit, silahkan.

F.PG (DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARSA): Saya belum sepakat untuk menghilangkan kata-kata secara sukarela atau

secara wajib ini, karena kalau kita tarik secara menyeluruh, bunyi DIM-DIM berikutnya itu ada keterkaitan hubungan masalah kata-kata sukarela dengan masalah wajib ini, kalau kita cermati dalam pembahasan DIM-DIM berikutnya, kitakan tidak bisa terhenti disini, lalu ketika itu muncul jadi persoalan baru, oleh karena itu kami sebetulnya apa yang dujelaskan oleh pihak Pemerintah maupun apa yang dibicarakan oleh F.TNI/POLRI karena tadi menyampaikan beberapa gagasanya, buat kami ini sudah cukup terang dan tidak ada masalah menurut kami, namun demikian kami juga bisa memahami dengan rumusan yang juga

Page 30: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

30

dimintakan oleh F.PDIP, oleh karena itu kami justru bisa menyepakati usulan dari F.PDIP, biarlah untuk rumusan butir c ini kita kaji lebih dalam lagi untuk kita coba lebih memperdalam lagi rumusan ini di Tingkat Panja, terima kasih Pak Ketua.

KETUA RAPAT: Ya, pada akhirnya memang arahnya kesitu kalau tidak ada kesepakatan

disini, artinya rumusan lengkap dari Pemerintah ini, itulah yang akan kita dalami di Panja, jadi kata-kata sukarela dan secara wajib masih tetap hidup kemudian akan kita kaji di Panja, bagaimana kita bisa beranjak ke DIM berikut dengan asumsi bahwa ini kita bahas lebih dalam di Panja, setuju ?

(KETOK SATU KALI)

DIM 53, pengabdian sesuai profesi, tidak ada DIM, mungkin ada penjelasan dari Pemerintah apa yang dimaksud disini.

PEMERINTAH/MENHAN: Tidak ada, saya kira sudah jelas.

KETUA RAPAT: Kalau begitu kita oke ya sesuai profesi.

(KETOK SATU KALI)

DIM 54, F.PG silahkan.

F.PG (FERDIANSYAH, SE, MM): Terima kasih Pimpinan. Pada hakekatnya F.PG menyesuaikan dengan DIM 49, karena ayat (1)-nya

dihapus sehingga ayat-ayat sesudahnya menyesuaikan, terima kasih.

KETUA RAPAT: Fraksi Kebangkitan Bangsa, silahkan, sebelumnya saya mohon maaf izin

lima menit pak.

WAKIL KETUA (V.B. DACOSTA, SH): · Silahkan.

F.PG (IR. S.M. TAMPUBOLON): Memang sudah disampaikan rekan tadi dari Golkar tapi dengan catatan

nanti pak setelah putaran dulu ini, kami akan ada komnetar setelah itu, terima kasih.

WAKIL KETUA (V.B. DACOSTA, SH): Fraksi Kebangkitan Bangsa.

F.KB (DRS. H. ACHMAD SYATIBI): Terima kasih Pimpinan, ada menambah redaksi juga konkordan dengan

DIM yang lalu, fraksi kami menambah redaksi kesadaran bela negara sesudah kata kewarganegaraan, jadi setelah perubahan ketentuan pelaksanaan mengenai pendidikan kewarganegaraan, kesadaran bela negara, latihan dasar kemiliteran secara wajib dan seterusnya ini dikandung maksud bahwa untuk .. kepada masing-masing anggota masyarakat bahwa mereka itu juga berhak serta punya kesadaran untuk ikut membela negara, terima kasih.

Page 31: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

31

WAKIL KETUA (V.B. DACOSTA, SH): Pemerintah.

F.PDI-P (A. TERAS NARANG, SH): Sebelum ke Pemerintah, ada hal yang perlu diklarifikasi terlebih dahulu

didalam DIM 54 ini, dikatakan demikian ketentuan pelaksanaan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib danb pengabdian sesuai dengan profesi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan UU, ini ada hilang satu, pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau secara wajib tadi, apakah ini memang terhilang, apakah hilang atau memang hal-hal lain, mohon klarifikasi saja, terima kasih.

F.PG (JR. S.M. TAMPUBOLON): Pak Ketua, karena rekan dari PDIP tadi sudah memulai dengan komentar

lain dalam pada DIM, kalau bisa kami juga sekaligus nanti biar dijawab oleh Pemerintah.

Persis seperti apa yang disampaikan oleh rekan F.PDIP memang kami ingin menanyakan tadi, apakah tidak termasuk bagian c ini yang akan diatur dengan UU, namun kalau termasuk bagian c yang akan diatur dengan UU maka bunyi ayat inipun akan berbeda, langsung mengacu kepada ayat (1 )-nya yaitu mengenai bela negara itu sendiri yang berbunyi menjadi keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan UU, itu yang pertama.

Yang kedua, kalau konteks kalimatnya seperti ini terkesan seperti PP atau Kepmen, atau Keppres, ketentuan pelaksanaan, kita berbicara mengenai kebijakan UU maka oleh karena itu tidak ketentuan pelaksanaan yang akan kita katakan disini, ketentuan lebih lanjut mengenai bla-bla-bla, akan diatur dengan UU, cukup begitu jangan dikatakan ketentuan pelaksanaan untuk menghindari kesan apa ini adalah Kepmen atau Keppres, itu ada dua hal yang ingin kami pertanyakan disini, terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan Pemerintah pak.

PEMERINTAH/MENHAN: Untuk F.PDIP terkesan ada yang hilang tapi sebenarnya tidak pak, itu yang

sejauh menyangkut TNI, pengabdian sebagai prajurit TNI dan seterusnya itu ada di DIM nomor 64, jadi dibuat DIM tersendiri dan diatur, dibuat janji tersendiri bahwa perlu ada UU TNI dan sebagainya, jadi tidak hilang pak, masih ada.

Kemudian untuk F.PG, saya kira usulnya sudah tercakup didalam jawaban ketika kita membahas DIM 49, jadi kembali kesana saja, untuk PKB juga tercakup kedalam bahasan nomor 50 kita sudah bersepakat disitu, apa kesepakatan DIM nomor 50 itu, inilah yang menjadi jawaban untuk PKB, sedangkan untuk DIM 49 menjadi jawaban untuk F.PG, tapi untuk F.PG yang baru yang satunya ketentuan pelaksanaan diganti dengan ketentuan lebih lanjut, rasanya memang lebih baik tetapi silahkan kepada floor, mungkin yang belum dibahas disini sebenarnya F.Reformasi itu mempunyai masukan tentang DIM 54 ini tapi dimasukan di nomor 50, karena tadi ditunda karena memadatkan empat butir kedalam satu pasal sehingga ini menjadi DIM 50, sekarang ini masuk ke DIM 52, apakah ini mau dijadikan juga sebagai sandingan, saya tadi mengusulkan agar disandingkan disini tetapi kalau memang disandingkan tentu F.Reformasi bisa menjelaskan dulu maksud dari usulanya, terima kasih.

KETUA RAPAT: Kami kembalikan ke Fraksi-fraksi untuk sa-,ing menanggapi.

Page 32: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

32

F.PDI-P (A. TERAS NARANG, SH): Terkait dengan pertanyaan kami tadi sekiranya memang seperti yang

disampaikan oleh Pemerintah, kalau negitu ada tambahan disini, jadi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a, b, dan d, jadi bukan kita mengatakan dalam ayat (2) karena kalau berbicara masalah dalam ayat (2) berarti keseluruhan kalau kita bisa menerima penjelasan dari Pemerintah tadi, demikian terima kasih.

KETUA RAPAT: Dengan asumsi bahwa c itu betul-betul hanya wajib, tapi kalau sukarela­

nya masuk, lain lagi.

PEMERINTAH/MENHAN: Tidak, nanti UU Keprajuritan sendiri pak, jadi bisa sukarela, bisa wajib, di

DIM nomor 64 saja nanti.

KETUA RAPAT: Silahkan Pak Slamet.

F.TNI (SLAMET SUPRIADI, S.IP, MSc, MM): Saya justru melihat naskah dari Pemerintah ini pak, bahwasanya kenapa

kok ditanyakan oleh F.PDIP kok hilang pain c, karena Pemerintah dalam benak saya sudah merujuk bahwa ini sudah diatur dalam UU Keprajuritan, oleh karena itu, itu dikeluarkan dalam tulisan ini, oleh karena itu dia hanya merujuk pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan, latihan dasar kemiliteran secara wajib dan pengabdian sesuai dengan profesi yang c-nya ini tidak dimasukan karena ini sudah diatur dalam UU tersendiri pak, UU Keprajuritan, selanjutnya yang lainya ini diatur dalam UU, seandainya dalam kesepakatan tadi apa yang dikatakan oleh F.PDIP mau dicantumkan secara sukarela atau secara wajib yang didalam c itu dihapus, konsekuensinya itu harus dimasukan didalam sini, jadi kalau c tadi ditilis secara utuh seperti yang tadi bunyi ayat (3)-nya demikian sesuai naskah Pemerintah, tapi kalau usulan F.PDIP menghendaki secara sukarela atau secara wajib ataupun disepakati dari usluan Pemerintah hanya berhenti sampai dengan TNI, secara sukarela dan secara wajibnya tidak ada, itu harus dimasukan c-nya itu didalam DIM 54 ini, demikian pak, terima kasih.

F.PDI-P (FIRMAN JAVA DAELI, SH): Persolanya bukan disitu pak, itukan diasumsikan, inikan usul dari kami tadi,

jadi saya menambah ternan saya dari F.PDIP kenapa butir c itu tidak masuk, bapak dari F.TNI/POLRI mengutarakan bahwa tadi F.PDIP c-nya diperbaiki, menurut hemat kami mustinya kalau misalnya ayat ini masuk maka semua itu masuk, Pak Menhan mengutarakan bahwa butir c tidak masuk disini ada di DIM berikut, kami mempertegas kalau memang masuk dipertegas disini saja yang masuk di a, b, dan d itu maksud kami, jadi limitatif itu.

Yang kedua, untuk memperkaya pemikiran F.TNI/POLRI memang sudah ada UU yang mengatur itu tetapi kita kaitkan dalam konteks dinamika, tidak terbuka kemungkinan itu direvisi, bahwa sudah ada sebagai hukum positif kita hargai tapi bisakan ini prespektif-nya kita anut sebagai sebuah dinamika, supaya kita tidak stop dalam sebuah ini, terima kasih Pak Ketua.

KETUA RAPAT: Sebenarnya gaya perumusan dari DIM Pemerintah ini juga limitatif cuma

tidak menyebut a, b, c, ketentuan pelaksanaan mengenai pendidikan kewarganegaraan itu artrinya a, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib itu artinya b, dan pengabdian sesuai dengan profesi itu d, jadi Pemerintah

Page 33: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

33

menulisnya secara limitatif tetapi judulnya bukan a, b, d, jadi saya kira kalau bahasa penulisanya tidak ada masalah, silahkan Fraksi Reformasi tadi.

F.REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH): T erima kasih dan kami terima kasih kepada Pemerintah, masih ingat

janjinya tadi dan pda prinsipnya kali ini sudah dapat menerima karena substansi dari DIM kami nomor 50 itu memang ternyata sudah dibicarakan dalam DIM nomor 54 ini dan adapun beberapa masalah-masalah yang tidaks sesuai sesungguhnya sudah kami sesuaikan dengan perkembangan yang sudah kita sepakati tadi, saya kira demikian.

KETUA RAPAT: Silahkan F. PDIP masih ada.

F.PDI-P (PATANIARI SIAHAAN): Satu lagi sebagai klarifikasi, yaitu menggunakan kata-kata ketentuan

pelaksanaan, saya tertarik dengan ternan Golkar, disini diawali sebetulnya pada ayat (2) bunyinya diselenggarakan atau penyelenggaraan keiukutsertaan warganegara dalam upaya bela negara dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan melalui ini-ini, sebetulnya ayat (3) inikan konfiusnya pada ayat (2) sebetulnya, dia langsung loncat kepada ketentuan pelaksanaan, ini mungkin perlu kita cermati dulu penggunaan kata-kata ini, apakah ini maksudnya memang pada degradasi dibawah penyelenggaraan dan kemudian kalau ketentuan pelaksanaan, itu pada hemat kami dia bukan UU jadinya, itu seperti PP, padahal bunyinya inikan UU, jadi mungkin ada masalah redaksi, saya pikir perlu kita samakan penggunaan kata­kata ini supaya sinkron, terima kasih.

F.REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH): Saya kira perlu ditambahkan, jadi bukan hanya penyelenggaraan alternatif

atau pengelolaan waktu itu, kita belum sepakat.

KETUA RAPAT: Kalau itu dalam DIM 49 disebut Pemerintah tadi, kata penghubung seperti

itu kita hilangkan, diatur dalam UU sehingga barangkali kalau mau konkordan dengan itu mungkin bahasanya bisa kita pakai ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan dan seterusnya diatur dalam UU, jadi ketentuan itu bisa menyangkut penyelenggaraan, pengelolaan tapi yang pasti sifatnya adalah kebijakan, setuju ?

(RAPAT SETUJU)

lni ada penambahan dari F.PDKB di DIM nomor 55 .............. ..

KETUA RAPAT : DIM nomor 55 ada tambahan dari PDKB mengenai Polisi/ Polri ada dua

masalah, masalah yang pertama, adalah UU Kepolisian yang oleh banyak kalangan dianggap menjadi domen UU Kepolisian, yang kedua pengusulnya tidak ada bagaimana memperlakukan secara arif dan bijaksana ini.

PEMERINTAH/ MENHAN : Menurut kami tidak ada kaitannya karena ini dengan kepolisian sedangkan

kita berbicara pertahanan.

Page 34: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

KETUA RAPAT : Kita sepakat menilai DIM dan kita bicarakan di undang berikutnya baik. DIM 56, PDI-P tidak ada Bab Ill baru penyelenggaraan negara silahkan

Reformasi.

F. REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH.) : Sesuai dengan pembicaraan kita sebelumnya antara pengelolaan dan

penyelenggaraan saya kira ini juga disesuaikan nanti dengan usulnya, jadi sama dengan bab sebelumnya, terima kasih.

KETUA RAPAT : Jadi kalau isinya penyelenggaraan, penyelenggaraan kalau pengelolaan ya

pengelolaan kongkordan dengan judul sebelumnya, DIM 57 Reformasi silahkan.

F. REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH.): Jadi dalam Pasal 10 ini kami ingin mengangkat pengertian terhadap

menteri dulu, jadi Menteri Hankam Menteri Departemen dan Keamanan ini usul kami jadi bukan TNI-nya dulu tapi Menterinya dulu, terima kasih.

KETUA RAPAT : Ya baik mohon maaf PDI-P saya lupa silahkan.

F. PDI-P (FIRMAN JAYA DAELI, SH.): Jadi F.PDI-P mengusulkan kata pertahanan dihapus sehingga dalam

diakhir kalimat itu ditambah dibidang pertahanan dengan demikian maka perubahannya menjadi Pasal 10 ayat (1) Tentara Nasional Indonesia berperan sebagai a/at negara dibidang pertahanan, jadi alasan dan pertimbangan kami yaitu bahwa harus diperjelas dulu · sebagai alat itu, tapi jelaskanlah fungsi Pemerintahan adalah satu dibidang Pemerintahan maka kami mempertegas disitu dibidang Pertahanan demikian Pak Ketua.

KETUA RAPAT : Baik selanjutnya PDKB juga tidak ada kita tanya dulu Pemerintah ini

penekanan-penekanan kalimat ini.

PEMERINTAH/ MENHAN : Tidak keberatan dengan usul PDI-P untuk penekanan sedangkan untuk

Reformasi yang ingin menambah satu butir tentang pengertian Menteri Pertahanan atau penegasan bahwa Menteri Hankam memimpin Departemen Pertahanan dan Keamanan mungkin lebih baik kamnya dihilangkan seumpama diiakan, jadi Menteri pertahanan memimpin Departemen Pertahanan begitu saja, tetapi saya kira tanpa ditulispun memang sudah begitu menurut Kepres Nomor 44 Tahun 197 4, 44 pad a 45, terima kasih.

KETUA RAPAT : Kayaknya dalam Pasal 1 ada disebut menteri atau mungkin ada alasan

khusus dari Reformasi.

F. REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH.): Begini didalam Pasal 1 itu adalah pengertian terhadap menteri, tapi disini

adalah kami lebih menekankan kepada menteri yang menangani masalah pertahanan itu adalah menteri yang memimpin departemen peratahanan kalaupun masalah keamanan itu di hapus saya setuju, jadi maksudnya demikian.

Page 35: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

35

KETUA RAPAT : Jadi ada dua usul ada perubahan redaksi yang memberi penekanan dari

PDI-P dan usul penambahan baru untuk memberi uraian mengenai tugas menteri yang menangani bidang pertahanan silahkan PDI-P memberi tanggapan .

F. PDI-P { FIRMAN JAVA DAELI, SH. ) : Terima kasih kepada Pemerintah yang telah menanggapi usulan kami

secara positif untuk Reformasi saya kira itu kita melompat kalau itu usulkan dulu kita pertegas dulu soal posisi subjek dalam krangka untuk dibidang pertahanan ini baru kita berbicara nenti soal jabatannya, jabatan institusi publik itu ini usulan kami, nah kalau ini punya relepansi pada RUU ini maka nanti di DIM berikutlah kalau memang ada kaitannya tapi dalam konteks pasal ini kami kira kurang relepan kalau masukan demikian pak ketua, mohon maaf pada Pak Patrialis.

KETUA RAPAT : Golkar.

F. PG { IR. S.M. TAMPUBOLON ) : Terimakasih pak ketua F.PG melihatapa yang disampaikan pemerintah ini

sebetulnya sudah tepat bahwa tentara nasional Indonesia berperan sebagai alat pertahanan negara sebab kalau robah menjadi alat negara dibidang pertahanan dan mempersempit pengertia dari pada alat pertahanan itu sendiri . sebab fungsinya bukan alat negara toh, jadi ada sejumlah peran yang akan dimiliki oleh alat poertahanan negara bukan sebagai alat negara saja demikian sementara komentar kami pak, terima kasih.

KETUA RAPAT : Persatuan Pembangunan PPP pak silahkan, komentar untuk PDI-P dan

Reformasi.

F. PPP (H. M. THAHIR SAIMIMA, SH.) : Terima ksih saudar Pimpinan walaupun pemerintah sudah menyetujui usul

dari PDI-P tapi menurut hemat kami usul awal dari pada draft ini lebih baik kita gunakan dari pada kita gunakan usul dari pada PDI-P dan akan mengundang banyak penafsiran sehingga dengan demikian bagi kami usul draft awal inikita pertahankan sementara usul dari Reformasi menurut hemat kami sebaiknya ditiadakan saja, terima kasih.

KETUA RAP AT : lni lugas dan tuntas silahkan Kebangkitan Bangsa.

F.KB (DRS. H. ACHMAD SYATIBI): Terima ksih Pimpinan tidak ada komentar pak, terima kasih setuju dengan

pemerintah.

KETUA RAPAT : TNI/POLRI.

F. TNIIPOL ( SLAMET SUPRIADI, S.IP.,MSc., MM.): Kami sepakat dengan Pemerintah yang naskah awal pak, tapi apabila

dikehendaki dirubah hendaknya disesuaikan saja dengan Pasal 3 Tap 7 MPR, mau dibuat secara utuh, jadi mengakomodasikan keinginan PDI-P dengan usulan baru dari Pemerintah.

Page 36: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

36

Lalu yang kedua, ternan dari Reformasi pak, disini konteksnya dalam penyelenggaraan pak, jadi dalam penyelenggaraan ini siapa-siapa melaksanakan apa itu yang ada dipenyelenggaraan pak, kalau kita lihat mulai dari komponen utama dan pendukung komponen ini termasuk TNI sebagai bagian komponen utama nati kalau Menteri itu kaitannya dalam pengelolaan pak, diluar tataran kewenangan pak, jadi kami sependapat dengan konsep Pemerintah, terima kasih.

KETUA RAPAT : KKI.

F. KKI (DRS. S. MASARDY KAPHAT): Kami dari KKI juga sependapat dengan draft awal yang yang telah

disampaikan oleh Pemerintah.

KETUA RAPAT : PBB.

F. PBB ( H. AHMAD SUMARGONO, SE. ) : Saya pikir kami sependapat dengan PPP yaitu kembali kepada draft

Pemerintah.

KETUA RAPAT : Daulah umah, ini banyak mendukung Pemerintah tapi pemerintahnya lari.

PEMERINTAH/ MENHAN : Kalau Pemerintah seperti saya katakan kemarin kalau pemerintah

mengatakan setuju, itu setuju untuk didiskusikan bukan setuju mutlak, jadi sesudah didiskusikan apa yang disetujui oleh pemerintah kembali lagi kepemerintah.

Untuk Reformasi saya kira lebih baik dihilangkan karena sudah dibahas di DIM 30 sebenarnya sudah ada dan inii bicara tentang TNI tidak ada menterinya, terima kasih.

KETUA RAPAT : Ya PDI-P.

F. PDI-P (FIRMAN JAVA DAELI, SH.): Kami menangkap bahwa pernyataan disini bukan sekedar perubahan

redaksional yang pertama, memang Tap MPR itu jelas kali ini kami didukung oleh TNI/POLRI, yang kedua, semangat yang harus kami tampilkan adalah bahwa memang TNt itu alat negara bukan alat kekuasaan itu dulu, itu pesan yang penting kami sampaikan disini tidak ada terminologi alat pertahanan negara tapi alat negara, nah karena dia publiks orsfon yang bertanggung jawab sepenuhnya dibidang perthanan maka bertugas dibidang pertahanan jadi saya kira bukan produks redaksional disini saya kira kecuali kalau teman-teman TNI enggak ingin kami dukung lagikan itu lain seal tapi ini teman-teman dalam rangka memberdayakan memerlukan TNI/POLRI, demikian Pak Ketua.

KETUA RAPAT : lni masalah bahasa atau masalah yuridis kalau bahasa kita minta bantuan

alih bahasa kalau masalah yuridis kita lihat di Tap 6, 7 bukan masalah bahasa, kalau di Tap MPR bunyinya apa pak.

Page 37: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

37

F. TNI/POL ( SLAMET SUPRIADI, S.IP .,MSc., MM. ) : Tap MPR 7 Pasal 2 bunyinya ayat (1) TNI merupakan alat negara yang

berperan sebagai alat pertahanan negara kesatuan Rl.

KETUA RAPAT : Jadi dua-duanya alat negara yang berperan sebagai alat pertahanan

negara, silahkan.

F. REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH.): Dalam Tap 6 Pasal 2 ayat (1) TNI adalah alat negara yang berperan dalam

pertahanan negara, alatnya cuman sekali saja.

KETUA RAPAT : Jadi yang jadi masalah TNI itu alatnya negara untuk pertahanan negara

atau alatnya pertahanan negara, alat negara untuk tujuan pertahanan negara bagaimana Fraksi-fraksi lain.

F. REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH.): Kalau kami setuju dengan Tap ini Pasal2 ayat (1)

KETUA RAPAT : Sarna dengan usulnya PDI-P.

F. REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH.): Ada sedikit perbedaan kalau PDI-P alat negara dibidang pertahanan kalau

sini alat negara yang berperan dalam pertahanan negara dan kalau kita kembali dan dulu sudah sepakat juga kalau enggak salah kalau ada bahasa konstitusi atau bahasa perundang-undangan yang lebih tinggi kita mengacu pada ini.

KETUA RAPAT : Bagaimana kalau kita mengacu kepada Tap ini pak, masalahnya

bagaimana Tap 6 atau Tap 7.

F. TNI/POL ( SLAMET SUPRIADI, S.IP ., MSc., MM. ) : Menurut pendapat kami kalau mau dicantolkan Tap 7 pak, karena ayat

berikutnya mengambil juga dari Tap 7 Pasal2.

KETUA RAPAT : Penambahan-penambahan, Tap 7 bunyinya apa pak.

F. TNI/POL ( SLAMET SUPRIADI,S.IP., MSc., MM.): Ayat (1)-nya tadi saya bacakan pak, ayat (2)-nya TNI sebagai pertahanan

negara bertugas pokok menegakan kedaulatan negara, ayat (1) TNI merupakan alat negara yang berperan sebagai alat pertahanan negara kesatuan Rl ini ayat (1)nya pak.

KETUA RAPAT : Jadi alat negara sama alat pertahanan negara dua-duanya dipakai.

F. TNI/POL ( SLAMET SUPRIADI, S.IP., MSc., MM.): Alat negara yang berperan sebagai alat pertahanan negara

KETUA RAPAT : Jadi alat pertahanan negara kalau di Tap 7, Tap 7 mengenai peran TNI

Page 38: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

38

F. TNIIPOL ( SLAMET SUPRIADI, S.IP., MSc., MM.) : T entunya ayat (2)-nya tentang tugas-tugas pokok kalau ayat yang

disampaikan tadi fraksi Reformasi adalah Tap 6 pak, Bab VI bunyinya, memang berbeda dengan Tap 6, Tap 6 itu Pasal 2 TNI alat negara yang berperan dalam pertahanan negara tentang pemisahan TNI dan Kepolisian Rl.

KETUA RAPAT : Mestinya Tap mengenai pembinaan ini Tap 7 mestinya.

F. TNIIPOL ( SLAMET SUPRIADI, S.IP., MSc., MM.) : Tapi kalau kami lihat dari Pasal 10 dalam naskah RUU Pemerintah ini, jadi

dikaitkan dengan Tap 7 MPR, karena ayat (1) menyatakan TNI sebagai perannya apa, yang kedua, TNI terdiri dari angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan udara yang ketiga TNI bertugas menjalankan kebijaksanaan pertahanan negara untuk ini tugas-tugas TNI pak, yang ini juga ada dalam Pasal 2.

KETUA RAPAT : Kalau kita merujuk ke Tap MPR dua-dua istilah itu ada, ada alat negara

dibidang pertahanan negara, ada alat pertahanan negara jadi salah satu kita pakai dau-daunya konstitusional sekarang pilihannya kepada kita, silahkan PDI-P.

F. PDI-P ( FIRMAN JA YA DAELI, SH. ) : Sebelum dikembalikan ke Pemerintah Jadi kami mengusulkan merujuk

pada Tap MPR Nomor 6 walaupun juga dinomor 7 bisa tapi yang relepan disini adalah itu Tap MPR Nomor 6 , Karena argumen kami yang kedua tadi itu alat negara itu harus jelas kalau alat pertahanan negara ada semacam konotasi ada ruang yang memperalat itu alat pertahanan negara alat kekuasaan kalau alat pertahanan negara ada ruang yang terbuka untuk diperalat tapi kalau alat negara itu jelas alat negara walaupun juga ditabirkan nomor 7 ada kata-kata alat pertahanan negara oleh karena itu solkolikir kami itu tabirkan nomor 6 jadi rujukan kita terima kasih pak ketua.

KETUA RAPAT : ltu alasan dari PDI-P ada silahkan Reformasi.

F. REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH.) : Saya kira nanti Pak, Permadi mungkin bisa jelaskan filsafatnya karena

inikan manual pak ya dan beliau paham betul enggak apa-apa bicara sekali-kali Pak Permadi, saya kira kalau dalam Tap 7 inikan jelas bicara tentang peran sedangkan kita bicara tentang masalah penyelenggaraan peran dengan penyelenggaraan itu sangat tepat ada hubungan, jadi disini meskipun ada dua kalimat alat tapi dia mempunyai substansi yang berbeda yang satu adlah substansi sebagai alat negara yang satu alat negara ini alat pertahanan, jadi punya substansi yang berbeda bahkan kalau tidak ada dua anak kalimat alat maka disitu dia menjadi putus maknanya saya kira pak Permadi bisa menjelaskan ini.

KETUA RAPAT : Menurut anda disini pantasnya alat negara dibidang pertahanan atau alat

negara.

F. REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH.): Menurut saya yang pantas Tap 7 Pasal 2 ayat (1) dan penjelasan dari Pak

permadi.

Page 39: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

39

KETUA RAPAT : Ada permintaan Pak Permadi silahkan.

F. POl ( PERMADI, SH. ) : Terima kasih karena saya dipaksa mau bicara cuma kalau saya bicara ini

membuka aib MPR pak, jadi begini pak Tap ini tidak dibuat oleh seluruh Anggota MPR BP dibagi menjadi PAH I dan PAH 2 dan PAH 2 ketika menggarap ini itupun dibagi-bagi pak, ada komisi atau Tim kecil yang menggarap tetang pemisahan TNI/POLRI dan ada tim kecil yang membahas tetang peran TNI dan peran POLRI, nah peran TNI dan peran POLRI inipun dibagi menjadi 2 ada yang menggarap peran TNI ada yang menggarap peran POLRI disinilah insinkronisasi itu dikejar oleh waktu termasuk ketika disuguhkan dalam Rapat Paripurna sehingga keputusan Rapat Paripurna BP maupun rapat sidang Tahunan disinilah nampak terusterang saja bahwa Anggota itu tidak mendalami, pertama didalam tim kecil yang menangani pemisahan terusterang saja itu terdiri hanya satu orang saja saya karena Anggota yang lain tidak pernah masuk ini kelemahan pak, sementara tim yang menangani peran TNI dan POLRI ini dibagi 2 akibatnya disinilah yang untung Gus Our karena pengangkatan Panglima TNI setelah mendapat persetujuan DPR sementara pengangkatan kepala POLRI dengan persetujuan DPR ini kemudian dibawa kepleno BP waktunya begitu tergesa-gesa dibawa keparipurna waktu itukan keinginannya hanya mau menurunkan Gus Our atau tidak , jadi Tap Tap yang seperti ini itu kurang mendapat perhatian nah ini masalahnya karena itu setelah terjadi seperti ini bingunglah kita sendiri ini terus terang saja pak saya buka kalau saya diminta untuk menjelaskan mengapa kok sampai ada Tap yang bunyinya negara dibidang pertahanan dan alat negara sebagai alat pertahanan diamana kok ada Panglima diangkat setelah mendapat persetujuan DPR dan Kapolri diangkat dengan persetujuan DPR inikan tim-tim kecilnya berbeda dan tim kecil ini ada yang lima orang ada yang satu orang sehingga kami juga tidak bisa mengkonfirmasi dengan Anggota lain karena enggak pernah masuk seperti inikan Anggota kami sebenarnya 22 pak Golkar berapa yang masuk berapa itu ini aja terima kasih.

KETUA RAPAT : Yang diminta Reformasi ada dua dari Pak Permadi yang pertama

pisafatnya Tap 6 dan 7 mana yang tepat untuk kedua kata ini dan yang kedua pendapat pribadi pak Permadi mana pendapat yang kedua ini yang belum keluar alat negara atau alat pertahanan negara.

F. PDI ( PERMADI, SH.) : Baik pak supaya ini jangan dijadikan pak ketua ini mau mengadu saya

dengan fraksi ini selama inikan saya sudah menjaga karena beda pendapat dengan fraksi saya tidak bicara saya ini Anggota yang baik pak, karena saya yang menyusun Tap nomopr 6 sya memang menyatakan tegas bahwa TNI adalah alatr negara yang beperan dalam bidang pertahanan itu pendapat saya karena yang menuangkan yang merumuskan itu memang saya sendiri teriama kasih.

KETUA RAPAT : Ternyata pendapat Pak Permadi tidak beda dengan DIM yang diusulkan

PDI-P, jadi ini tinggal penekanan alat negara dibidang pertahanan negara atau alat pertahanan negara alasan dari PDI-P tadi salah satunya supaya jelas-jelas dia adalah alat negara dibidang pertahanan kalau alat pertahanan negara nanti ada konotasi alat pertahanan negara bagian fungsi Pemerintahan bisa dikatagorikan menjadi alat Pemerintahan silahkan Pemerintah.

Page 40: RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035222-8055.p… · 2 13. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 14. william m

40

PEMERINTAH/ MENHAN : Seperti yang dikatakan tadi apa hasil diskusi ini silahkan karena

substansinya bagi kami sama.

KETUA RAPAT : Baik mungkin kita sepakat silahkan.

F. PPP ( H.M. THAHIR SAIMIMA, SH. ) : Cukup ini pak, saya kira sulit untuk kita pecahkan sebaiknya kita bawa ke

Panja aja pak.

KETUA RAPAT : Ya itu yang saya mau katakan tadi kita sepakat untuk dibahas di Panja

apakah alat negara dibidang pertahanan atau alat pertahan negara di Panja baik terima kasih.

(KETOK SATU KALI)

Kita berakhir di DIM 57 dan jam 4 karena ada rapat dari Pemerintah jadi kita akhiri sampai sore ini menurut scedult besok hari terakhir RUU Pertahanan untuk di Pansus tapi karena dapat dipastikan besok tidak akan selesai barangkali kita bisa sepakat untuk melanjutkan pembahasan RUU Pertahanan negara ini sampai selesai dengan resiko Undang-undang RUU Kepolisian sedikit mengalami kemunduran tentu dengan harapan mudah-mudahan jatah UU Kepolisian tidak semuanya diambil oleh UU Pertahanan baik demikian rapat kita pada siang hari ini ada 12 DIM yang dapat kita selesaikan dan cukup dan dengan mengucapkan Alhamdulillahhirobil alamin izinkan saya menutup rapat Pansus ini dan kita akan buka kembali besok pada jam 1 siang.

(KETOK DUA KALI)

Terima kasih Wassalaamu'alaikum Wr.WB.

( Dl TUTUP PUKUL 16.00 WIB.)

Jakarta, 4 Juli 2001 a.n. KETUA RAPAT

SEKRETARIS RAPAT

P:d~~: DRS. ISKANDAR N.BASRI

NIP.210001160