: iv : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan...

50
RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis Rapat Dengan Sifat Rapat Hari, tanggal Pukul Tern pat Ketua Sekretaris Acara Hadir Anggota Pemerintah : 2000-2001 : IV : 18 : Rapat Kerja ke-1 0 : Menteri Pertahanan, Panglima TN I, .POLRI. : Terbuka : Senin, 9 Juli 2001 : 13.35 s/d 16.40 WIB : Ruang Rapat Pansus Ruang 2 Gedung Nusantara II : Andi Mattalatta, S.H, M.H : Drs. Iskandar N. Basri : Pembahasan DIM : 36 dari 67 Anggota : Kepala Staf Angkatan yang terkait, Departemen Pertahanan beserta jajarannya, FRAKSI PDIPERJUANGAN 1. SUDARSONO 2. AMRIS HASAN, MA 3. . A. TERAS NARANG, SH 4. DRS. SIDHARTO DANUSUBROTO, SH 5. FIRMAN JAVA DAELI, SH 6. H. HARYANTO TASLAM 7. K.H. ACHMAD ARIS MUNANDAR, MSc 8. RENIYANTI HOEGENG 9. PANDA NABABAN 10. R.K. SEMBIRING MELIALA 11. THEO SYAFEI 12. PERMADI,SH

Upload: others

Post on 24-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

RISALAH RAPAT PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA

REPUBLIK INDONESIA DAN RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA

Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis Rapat Dengan Sifat Rapat Hari, tanggal Pukul Tern pat

Ketua Sekretaris Acara Hadir Anggota

Pemerintah

: 2000-2001 : IV : 18 : Rapat Kerja ke-1 0 : Menteri Pertahanan, Panglima TN I, .POLRI. : Terbuka : Senin, 9 Juli 2001 : 13.35 s/d 16.40 WIB : Ruang Rapat Pansus Ruang 2

Gedung Nusantara II : Andi Mattalatta, S.H, M.H : Drs. Iskandar N. Basri : Pembahasan DIM : 36 dari 67 Anggota : Kepala Staf Angkatan yang terkait, Departemen

Pertahanan beserta jajarannya,

FRAKSI PDIPERJUANGAN 1. SUDARSONO

2. AMRIS HASAN, MA 3. . A. TERAS NARANG, SH

4. DRS. SIDHARTO DANUSUBROTO, SH

5. FIRMAN JAVA DAELI, SH 6. H. HARYANTO TASLAM 7. K.H. ACHMAD ARIS MUNANDAR, MSc 8. RENIYANTI HOEGENG

9. PANDA NABABAN 10. R.K. SEMBIRING MELIALA 11. THEO SYAFEI 12. PERMADI,SH

Page 2: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

2

13. PATANIARI SIAHAAN 14. PROF. DR. J.E. SAHETAPY, SH. MA 15. WILLIAM M. TUTUHARIMA, SH 16. H. AMIN ARYOSO, SH 17. ALEXANDER LITAAY 18. ORA. SUSANINGTYAS NH KERTOPATI 19. MATT AL AMIN KRAYING, SH 20 V. B. DACOSTA, SH

FRAKSIPARTAIGOLKAR 1. ANDI MATTALATTA, SH., MH 2. DRS. YASRILANANTABAHARUDDIN 3. MUHAMMAD AKIL, BA 4. DRS. DARWIS RIDHA 5. DJAJA SUBAGJA HUSEIN 6. M. MOHAMMAD S. HIDAYAT 7. FERDIANSYAH, SE., MM. 8. DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARSA 9. DR. HAPPY BONE ZULKARNAIN, MS

10. DRS. HAJRIYANTO Y. TOHARI, MA 11. ORA. IRIS INDIRA MURTI, MA 12. M. AKIL MOCHTAR, SH 13. ORA. Hj. CHAIRUN NISA, MA 14. DRS. SETYA NOVANTO 15. M. IDRUS MARHAM 16. IR. S.M. TAPUBOLON

FRAKSIPPP 1. H.M. THAHIR SAIMIMA, SH 2. H. ACHMAD KARMANI 3. DRS. H. A. CHOZIN CHUMAIDY 4. H. M. SAIFUL RACHMAN, SH 5. NY. Hj. AISYAH AMINY, SH 6. DRS.H.RUSYDIHAMKA 7. DRS. ARIEF MUDATSIR MANDAN 8. H. ALIMARWAN HANAN, SH

FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA 1. H. MUHYIDDIN SUWONDO, MA 2. K.H. SYARIF USTMAN YAHYA 3. DRS. A. EFFENDY CHOIRIE 4. CHOTIBUL UMAM WIRANU 5. DRS. H. ACHMAD SYATIBI 6. DRS. IR. A. ANSHOR CHOLIL 7. K.H. HANIF MUSLIH, Lc

Page 3: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

3

FRAKSI REFORMASI 1. JR. A.M. LUTFHI 2. PROF. DR. H. MOCH. ASKIN, SH 3. H. PATRIALJS AKBAR, SH. 4. DRS. ACHMAD ARIEF 5. MASHADI

FRAKSI TNIIPOLRI 1. SLAMET SUPRIADI, S.IP., MSc., MM. 2. SYAMSUL MA'ARIF 3. H. SUPARNO MUANAM, SE 4. DRS. I KETUT ASTAWA 5. FRANS WUWUNG

FRAKSI BULAN BINTANG 1. H.M. ZUBAIR BAKRY 2. H. AHMAD SUMARGONO, SE

FRAKSI KKI 1. DRS. S. MASSARDY KAPHAT 2. DRS. H. A. HAMID MAPPA

FRAKSIPDU

1. PROF.DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WAL Y

FRAKSIPDKB

1. PROF. DR. ASTRID S. SUSANTO

PARA UNDANGAN: 1. MENTER! PERTAHANAN 2. PANGLIMA TNI 3. KEPALA STAF TNI AD 4. KEPALA STAF TNI AU 5. KEPALA STAF TNI AL 6. SEKJEN POLRI 7. PROF. ABDUL GANI

Page 4: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

KETUA RAPAT (ANDI MATALATA, SH., MH): Bismilahirroman'nirohim, Assalamu'alaikum Wr, Wb. Saudara wakil Pemerintah, Saudara Anggota Pansus yang saya hormati,

setelah menunggu sekitar 30 menit, baru kita berhasil angka 34, jumlah yang dipersyaratkan TataTertib memulainya Persidangan ini karena angka itu sudah tercapai, maka ijinkan saya untuk membuka rapat ini, dan rapat dibuka untuk umum.

Saudara-saudara sekalian, setelah 2 hari kita beristirahat, tidak kerja di Pansus ini maksudnya mudah-mudahan kita kembali sehingga pelaksanaan tugas dapat lancar dengan baik. Kami melihat dari jajaran Pemerintah unsur dari Kehakiman dan Kepolisian tidak hadir, dapat kita lanjutkan. Saya kira ketidak hadiran unsur dari kita bisa kembali dan menganggap ini konkondar dan pembicaraan judul, usul untuk P3, Kepolisian dan Kehakiman tidak berarti ada masalah disana. Baik pad a rapat minggu lalu, kita berakhir pada DIM 57, dan sekarang kita mulai pad a DIM 58, PDI.P, tetap, Partai Golkar, tetap, Persatuan Pembangunan ada perubahan redaksi, tidak ada Persatuan Pembangunan, atau mungkin ini terkait dengan judul, sehingga dia, mengusulkan adanya penambahan Kepolisian sebagai instrumen utama Bidang Keamanan, kalau alasannya itu, mungkkin Kebangkitan tidak ada, Reformasi, Silakan, TNI/POLRI juga tidak ada, reformasi menganggap usul ini tidak ada. DIM 58 ini ada usul reformasi, usul Perubahannya memang kosong, tetapi setalah perubahan tiba-tiba ada, tidak ada kegiatan tapi hasilnya ada, tidak bisa lewat, ini Bapak yang terakhir ini, yang lain sudah lewat semua. Usul P3 kokordan dengan judul, kecuali Bapak juga ikut-ikutan kokordan, tetapi kokordan dengan siapa, berarti Tentara Nasional Indonesia terdiri dari Anggkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara tidak ada perubahan. Selanjutnya DIM 59, silakan PDI.P, Uadi bukan saya juru bicaranya), Partai Golkar.

F .PG (S.M. T AMPUBOLON) Terima kasih Bapak Ketua, rekan-rekan Anggota Pansus yang kami hormati,

Partai Golkar mengusulkan adanya perubahan mengenai ayat (3) subtansi hanya bagian butir a-nya, jadi dibelakan kata kedaulatan ditambah kata wilayah menjadi wilayah kedaulatan negara dan keutuhan wilayah negara, dibelakan kata wilayah tambah kata negara, ini penambahan ini kokondan dengan usul-usul kami sebelumnya, itu yang pertama, kemudian ada satu hal, maaf, Bapak Ketuan dan rekan-rekan kami hormati, sebetulnya apakah kami juga bahwa kata menjalankan ini, kami rubah melaksanakan, sebab ini kata-kata menjalankan ini kurang pas dalam kontek perundangan, kalau kita membaca di media misalnya menjalankan itu mengemudikan mobil itu contoh-contohnya, sedangkan melaksankankan itu adalah pelaksanakan keputusan atau peraturan atau apa namanya, misalnya melaksanakan GBHN dan lain sebagainya. Kami dari Partai Golkar mau membicakan dengan rekan-rekan disini untuk mempaskan kata-kata menjalakan itu menjadi melaksanakan itu yang lebih tepat dalam kontek ini. Ada 2 hal jadinya satu perubahan didalam subtansi butir a daripada ayat (3) ini dan yang ke-2 daripada hedingnya sendiri kami mohon untuk kita kita bicarakan itu saja, Bapak Ketua terima kasih.

KETUA RAPAT : Terima kasih, selanjutnya, P3, belum ada, kita kembali ke PDI.P.

F.PDI.P (DRS. SIDARTO DANUSUBROTO, SH) Saudara Ketua, jadi perubahan yang dilakukan PDI.P adalah

mempertahankan, melindungi, memelihara ketutuhan wilayah, dan kedaulatan negara kesatuan Republik Indonesia, kalimat selengkapnya berbunyi 3 Tentara Nasional Indonesia bertugas menjalankan kebijakkan Pertahanan Negara untuk mempertahankan, melindungi, memelihara keutuhan wilayah dan kedaulatan negara kesatuan Republik Indonesia. Pada intinya saya kira sama dengan rumusan dari Pemrintah, kita rinci lebih rinci lagi. Terima kasih.

4

Page 5: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

KETUA RAPAT : Selanjutnya P3, belum ada, Kebangkitan Bangsa, saya lihat ada pertanyaan.

F .KB (DRS. IR. A. ANSHOR CHOLIL) Terima kasih Saudara Pimpinan, baik ini usulan perubahan redaksi

Pdi.Perjuangan maupun dari fraksi Partai Golkar, ini menyangkut bukan masalah subtansial, tetapi sekedar untuk menambah suatu wawasan saja dan disamping itu adalah suatu redaksional, karena itu saya usulkan kalau bisa ini, dimasukan ke Panja saja tidak akan dibahas lebih dalam di Panja nanti. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Usul dari F.KB sendiri saya lihat ada pertanyaan disini, Kebangkitan Bangsa di

dalam DIM, halaman 59, Pertanyaan atau dianggap sudah terjawab sehingga tidak perlu ditanyakan lagi. Reformasi, dianggap bagian dari usul tadi sehingga ikut, jadi kokondan dengan usul tadi, Jadi ada usul dari fraksi Reformasi memasukan butir mengenai Menteri disini, Bab disini berbicara mengenai Tentara Nasionallndonesia. Kalau demikian berarti, ada dua fraksi yang mengusulkan, usul poerubahan dan semuanya kelihatannya bersifat redaksional walaupun ada yang lebih luas, saya tidak tahu, apakah kita membahas disini, tetapi komentar Pemerintah bagaimana ?.

PEMERINT AH (MENHAN\MAHFUD MD ) Terima kasih untuk PDI.P, yang mengusulkan penambahan beberapa kata,

tetapi sifatnya redaksional, maka Pemerintah memandang sementara ini kkurang sependapat, karena sebenarnya kata mempertahankan itu sendiri sudah tergandung, menurut kami melindungi dan memelihara, Jadi orang mempertahankan dengan sendiri harus melindungi dan memelihara, sehingga kami melihat redaksi yang disusun Pemerintah masih tetap kami usulkan diterima. Kemudian soal penambahan kata kesatuan Republik Indonesia setujua saja kalau memang Pansus menyetujui, bahwa diakhir kata itu ditambah kata Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan Golkar kami juga kurang sependapat dengan usulan penambahan kata wilayah, pada kedaulatan negara karena sebenarnya apa yang dimaksud wilayah kedaultan negara itu tidak lain wilayah negara, saya kira itu yang lain tidak ada. PKB itu hanya pertanyaan, kemudian PP diuslkan untuk drop, masuk ke Undang-undang TNI. lnlah pentingnya untuk dicantumkan disini agar Undang-undang TNI nanti bisa merujuk meskipun bukan bersumber tetapi merujuk pada kesepakatan-kesepakatan antara Pemerintah dan DPR yang telah dituangkan dalam Undang-undang yang ada lebih dulu. Terima kasih.

KETUA RAPAT : Baik, karena ada usulan yang menyangkut kaedah bahasa, ahli bahasanya ,

ada tidak, apakah betul, mempertahankan itu sudah termasuk melindungi, dan memelihara, kalau kita mempertahankan anak kita, berarti sudah termasuk melindungi, memelihara itu menurut Menteri. Cuma ahli bahasanya tidak ada, kita kembalikan kepada fraksi pengusul, silakan PDI.P.

F.PDI.P (DRS. SIDARTO DANUSUBROTO, SH) : lni yang saya sampaikan tadi, bahwa subtansinya hampir sama, cuma kita

ingin menegaskan, bahwa mempertahankan disini terinci dalam bentuk perlindungan juga memelihara. Saya kira kalau ada ahlli bahasa disini bisa ditanyakan mana yang lebih baik untuk perumusan, kami serahkan kepada flour. Terima kasih.

KETUA RAPAT : Golkar.

F.PG (S.M. TAMPUBOLON) Terima kasih, mengenai usul dari PDI.P, saya kira apa yang disampaikan dari

Pemerintah benar saya kira, kamipun beranggapan bahwa pengertian melindungi

5

Page 6: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

dan memelihara itu merupakan bagian dari mempertahankan, bahwa yang lain itu disempurnakan nanti saya kita kami tidak berkeberatan, nanti kita bahas. Kemudian mengeanai usulan kami tadi bahwa kami mau mempertegas apa yang dimaksud wilayah itu harus kita pertahankan, kemudian juga harus ada kata-kata negara bukan keutuhan wilayah, sebetas itu, kalau berbicara keutuhan wilayah itu nanti bagian­bagian daripada negara itu saja yang kita maksud kalau kita berbicara keutuhan wilayah negara, maka kita berhadapan dengan dunia luar itu sebetulnya maksud dari Undang-undang ini, kalau menurut pemahaman kami. Oleh karena itu masih perlu ditambahkan kata itu menurut pemahmanan kami, kemudian juga tadi yang belum ditanggapi oleh Pemerintah dalam hubungan kata merubah dengan kata menjalankan menjadi melaksankan itu, karena ini mungkin lebih merupakan bahasa redaksional Bapak Ketua dan rekan-rekan, kalau ini dimasukan kepada Panja. Terima kasih.

KETUA RAPAT : Ada usul penyelesaian, karena ahli bahasa tidak ada disini bagaimana kalau

kita mendalami ke Panitia Kerja. Tetapi saya kembalikan kepada PDI.P, mau tidak juga usulnya dikatagorikan. Silakan Bapak Panda

F.PDI.P (PANDA NABABAN) : Saya pikir sudah ada titik temu, tadi sudah dari Pemerintah tidak keberatan

Kesatuan Repubik Indonesia dan kemudian juga tadi, wilayah jelas negara dan sebagainya. Kemudian yang tadi apakah menjalankan atau melaksanakan dan kemudian pemahaman mempertahankan ini, saya pikir nanti kita ke ahli bahasa yang menjadi catatan penting nanti untuk ahli bahasa. Terima kasih.

KETUA RAPAT : Berbicaranya dengan ahli bahasa disini, atau nanti di Panitia Kerja saja, jadi

ada usul Bapak Menteri, mengenai kata-kata wilayah negara menjalankan dan melaksanakan kita sesuaikan dengan selerai bahasa yang tepat, demikian juga dengan mempertahankan, apakah betul dalam mempertahankan sudah termasuk melindungi dan memelihara atau perlu melindungi dan memelihara itu disebut secara utuh kita dapat memperdalam di Panitia Kerja. Saya kira fraksi-fraksi tidak ada keberatan, TNI keberatan tidak?

F.TNI/POLRI (SLAMET SUPRIADI, S.IP, MS,c.,MM) Kami tidak keberatan di Panja, cuma ada satu catatan sampaikan tentang

keutuhan wilayah, saya sependapat dengan saran PDI.P, perlu ditambahbah wilayah negara Republik Indonesia ini sesuai dengan amandemen ke II Pasal 15, Undang­undang Dasar. ltu wilayah negara dimaksudkan adalah wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia harus tegas kita jelaskan disitu. lni pada DIM sebelumnya juga perna dibahas juga usulan ini, soal mempertahankan pada dasarnya kami sependapat dengan rumusan dari Pemerintah, namun kami tidak berkeberatan dibahas di tingkat Panja.

KETUA RAPAT: Baik, jadi kita dapat bisa sepakati DIM ini, untuk sebagian dibahas di Panja,

setuju.

RAPAT SETUJU

Selanjutnya DIM nomor 60, (lntrupsi)

F.PDI.P (PANDA NABABAN): ltu mengenai keseriusan ahli bahasa ini bagaimana, apa memang absen, apa

hanya satu orang, apa ada alternatif, karena sangat penting sekali itu, bagaimana itu,

6

Page 7: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

yang mengadakan kita, (Pemerintah) Pemerintah bisa dijelaskan itu, apa honornya barangkali tidak jelas,

KETUA RAPAT : Jadi pada rapat pertama, kesepakatan dengan Pemerintah, pemerintah

menyiapkan ahli bahasa dan hukum dan liberdrafter.

PEMERINTAH (MENHAN\MAHFUD MD) Mohon maaf, untuk hari ini, belum bendengar kabar ini yang ahli bahasa ini,

yang hari ini tidak ada berita nanti kami cek dulu,

KETUA RAPAT: Baik kita melangka ke DIM 60, saya kira tidak ada, kecuali P3, yang minta

untuk didrop melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa, tidak ada yang mempersoalkan kita bisa sepakati DIM 60, (setuju). DIM 61 menjalankan operasi militer selain perang PDI.P perlu klasifikasi operasi militer, silakan PDI.P

F.PDI.P (DRS. SIDARTO DANUSUBROTO, SH) lni saya kira juga terkait dengan perubahan terakhir DIM pemerintah

mengenai masalah ancaman ini sesuai tidak dirinci secara lebih detiil (drop) memang kalau kita kaji operasi militer selain perang ini, mil iter operation ... bisa bersifat tidak militer seperti dalam penjelasan kita melihat mengenai draf mengenai imigran gelap, mengenai lingkungan hidup itu banyak menyangkut masalah-masalah Law inposeman. Jadi kami minta suatu penjelasan yang lebih rinci dari pemerintah, kalau ini menyangkut law inposeman saya kira tidak perlu diwadahi dalam RUU Pertahanan ini. Terima kasih.

KETUA RAPAT : Kelihatannya pertanyaan, tetapi ininya panjang, jadi silakan pemerintah.

PEMERINTAH (MENHAN\MAHFUD MD} Saya persilakan Ketua Pokja, untuk membantu pemerintah

PEMERINTAH\KETUA TIM POKJA Baik terima kasih, memang barangkali tadi didalam Panja, diijinkan kami akan

memberi suatu penjelasan yang lebih lengkapn lagi karena memang disini ada beberapa setelah kami diskusi internal juga ada yang kurang pas, jadi penjelasan untuk operasi militer selain perang nanti kami akan, kalau diijinkan kep Panja saja, kamii sudah siap karena pada dasarnya memang operasi militer itu pada saat perang dan pada saat damai, pada saat warttime dan fistime. Pada dasarnya militer memang itu membantu fungsi-fungsi dari instansiselain militer. Terima kasih.

KETUA RAPAT : Tetapi kalau militer membantu pengungsi, apa itu operasi militer?

PEMERINTAH\KETUA TIM POKJA Termasuk operasi militer,

KETUA RAPAT: Saya kembalikan ke PDI.P, apa cuku di Panja atau perlu pedikit pencernaan

awal disini.

F.PDI.P (DRS. SIDARTO DANUSUBROTO, SH} Saya kira kita perlu melakukan pencernaan, begini masalahnyadalam

pengertian kita operasi militer selain perang adalah sificmission, seperti fus perang, paska perang ada jembatan diperbaiki, harus ada sekolah yang diperbaiki, rekaf itu namanya fungsi yang harus dikembalikan memang ini, itu sific mission, bantuan

7

Page 8: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

militer terhadapluka-luka terhadap perang settmission, tetapi kalau sudah menyangkut law infosman, ini sudah bidang yang diluar operasi militer. Saya pada Pansus ini harus kita bulatkan dulu apa itu pengertian kita tentang masalah ini. Terima kasih.

KETUA RAPAT : Jadi ada yang mau sumbang saran, dari fraksi-fraksi

PEMERINT AH\KETUA TIM POKJA Ketua Pansus mungkin ada yang harus diperbaiki, maaf kami memberikan

penjelasan sedikit, mengenai istilah operasi militer selain untuk tujuan perang, ada satu hal memang perlu kita klarifikasi disini mengenai istilah operasi, sebenarnya istilah operasi militer selain tujuan perang itu merupakan istilah baku dan setandar didalam maasalah-masalah kemiliteran juga dalam masalah pertahanan. Namun demikian untuk penghalusan istilah tentunya mungkin istilah operasi ini mengusulkan bisa juga misalkan dig anti tugas atau misi jadi misi militer jadi bukan untuk perang, ini semacam jalan tengah namun demikian perlu kami sampaikan bahwa sebenarnya tugas militer itu ada 2 tyang 1 Warmission tugas untuk melalakukan perang dan yang satu fismission yaitu tugas untuk masalah-masalah perdamaian ataupun yang tadi disebut sific mission. Sebenarnya dalam operasi atau tugas kemiliterap bukan untuk tujuan perang itu termasuk didalamnya seperti SAR ( ..... ) .............. termasuk masalah-masalah emargency atau juga misalkan pelibatan militer didalam membangun jembatan dan sebagainya ini termasuk distu. Sebab kalau tidak ada suatu payung yang tugas kepada tentara untuk melakukan hal-hal diluar tugas perang sebenarnya tentara tidak ada pekerjaan, kalau kita berbicara. Karena memang ini tugas militer seperti itu, namun ketika masuk kemasalah tadi Law infoseman tentunya itu sudah berkaitan dengan masalah tatanan kewenangan yang berkaitan dengan aturan pelibatan. Aturan pelibatan atau Law ingmanajeman tentunya diatur pada asfek yang lebih rendah mengenai pelibatan antara tentara dan polisi. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Tadi saya lihat TNI angkat tangan, daripada angkat senjata lebih baik angkat

tangan.

F.TNIIPOLRI (SLAMET SUPRIADI, S.IP., MSc., MM.) : Terima kasih, kalau dari fraksi kami menghendaki pengertian ini didrop,

didalam DIM ini karena memang kita masih belum paham pada dasarnya tentang militeri operation atau time work, kenapa demikian kami sarankan untuk drop, walaupun didalam Rancangan Undang-undang ini dibelakan dijelaskan itu, tugas­tugas selain perang akan diatur dalam Undang-undang sendiri. Kami memang menyarankan untuk ini didrop, tapi diwujudkan TNI dapat melaksankan tugas-tugas lain sesuai peraturan perundang-undangan. Namun saya setuju saran dari fraksi PDI.P, untuk diadakan pencernaan, memang perlu ada kesepakatan kalau kita tidak terminologi, emoteori akan kita pakai, sebab negara-negara maju sekarang sedang mengunakan istilah ini, walaupun Amerika sendiri baru tahun 90, setelah paska perang dingin, dokrein mereka dirubah mengunakan M.O.T.W. lni pak. Militery Operation Other Than War. Jadi ini mereka mencoba meklasifikasikan ada 16 tugas, mulai bantuan pada pengungsi, masalah bencana alam, narkotika, masalah menghadapi teror, masalah itelegensi dan termasuk bantuan penegakan hukum. Karena doktrin mereka merubah militer bisa melaksanakan tugas constabulary. Jadi dia bisa membantu tugas-tugas dalam penegakan hukum, tetapi ini merupakan suatu kesepakatan bangsa. Karena itu ingin saya sarankan, apakah sebaiknya kita memanggil pakar yang memahami masalah ini, untuk menjelaskan sebagai saran PDIP tadi untuk diadakan pencerahan, jadi kita jelaskan dulu kalau kita sudah mulai dari ini, sudah tidak ada lagi permasalaahan-permasalahan yang menjadi krikil ataupun batu sandungan TNI misalnya Angkatan Laut menegakan keamanan dan

8

Page 9: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

penegakan hukum di jurisdiksi nasional kita itu menjadi dipermasalahkan, pada hal itu salah satu bagian dari militery operation other than war. Oleh karena itu kalau disetujui, seyogiyanya mungkin bisa dihadirkan, apakah pakar ini dihadirkan pada tingkat Panja, apakah pada tingkat Pansus ini kami serahkan pada bapak Pimpinan. Namun sementara fraksi kami apabila memang tidak ada kesepakatan dalam forum ini, kita menghendaki tugas yang menjalankan operasi militer bukan perang, ini didrop tetapi diganti d€mgan saran untuk melaksanakan tugas-tugas lain yang diatur dengan peraturan perundang-undangan, demikian pak. Terima kasih.

KETUA RAPAT : Sebetulnya memanggil pakar, sudah kita lakukan sebelum masuk ketingkat Ill,

jadi kalau kita ulangi lagi saya khawatir perkaranya itu, itu juga, lain? Okelah kalau begitu, tetapi bagaimana kalau PDIP ah silahkan pak. Panda.

F.PDIP (PANDA NABABAN) : lni bisa sulit bisa sederhana, menjalankan opereasi militer titik, penjelasan

nanti kita ceritain itu, yang pakar segala macam itu di Panja. Kalau melain selain perang itu yang menjadi masalah dengan tafsir ketafsir. Jadi menjalankan operasi militer, memang tugas dari TNI. Nah dimiliter itu kita tidak alergi bahwa itu mesti langsung mesti perang ada juga civil mision, ada juga operasi banjir dan segala macam, menanggulangi banjir ada juga yang ikut beroperasi.

Jadi saya pikir, menjalankan operasi militer titik, jadi tidak lagi pakai istilah selain perang, nanti ada yang menjalankan perang, ada yang menjalankan ini. tetapi dalam tidak dalam kaitan law enforcement yang tadi rekan saya sampaikan, terima kasih.

KETUA RAP AT : Atau juga yang paling netral, menjalankan tugas lain yang diberikan oleh

undang-undang, jangan peraturan perundang-undangan hanya undang-undang. Tetapi saya kira banyak pilihan-pilihan yang mungkin bisa memperkaya ide kita kalau memang kita sepakat ifli, pembahasannya akan dilanjutkan di Panja. Bagaimana PDIP yang punya usul?

F.PDIP (DRS. SIDHARTO DANUSUBROTO, SH) : Saya menanggapi tadi dari fraksi TNI, saya kira kalau kita mengambil refernsi

jangan mengambil refrensi yang terlalu jauh ya, negara-negara yang maju. Amerika itu negara adidaya yang memang dia kalau bicara soal nacial scurity itu sudah, tabrakan kapal selam di Jepang aja itu urusan scurity Amerika. Jadi ini adidaya itu begitu. Jadi refrensi yang kita ambil mengenai masalah operasi militer ini harus refrensi dari TAP kita dan Undang-undang kita. Bahwa penegakan hukum, bahwa law enforcement, ini sudah ada lapanganny sendiri. Kita harus refrensi pada Undang-undang dan Peraturan-peraturan yang ada pada kita sendiri, terima kasih.

KETUA RAPAT : Tetapi PDIP, tidak keberatan kalau kita perdalam di Panja dengan

memperhatikan semangat yang berkembang disini. Ya, tadi Golkar.

F.PG (IR. S.M. TAMPUBOLON): Terima kasih pak. Jadi kami pun sependapat kalau ini, karena juga tadi kita

sudah sepakat memerlukan suatu masukan dari pakar juga ini. karena kita tidak mampu untuk menyelesaikan disini. Saya kira karena ini konsep Pemerintah. Pemerintah sendiripun baru satu putaran sudah mulai lari lagi dari pada apa yang konsepnya. Dengan demikian merekapun tidak yakin apa yang sudah disampaikan ini. saya pikir kami sependapat kalau kita perdalam saja ini nanti di Panja secara keseluruhan dari pada butir ini sambil menunggu pakar, isitilahnya apakah ini istilahnya pending Panja boleh atau langung Panja juga tidak menjadi masalah, terima kasih pak.

9

Page 10: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

KETUA RAPAT : Jadi ada usul, supaya kita perdalam di Panja dan mudah-mudaan di Panja kita

perdalam dengan penghayatan lain, kalau bisa memberikan, menghadirkan ahli disini, khusus tugas-tugas operasi militer diluar perang. Kita sepakati? Ya. silahkan Pemerintah.

PEMERINTAH : Mohon maaf pak. Menteri, kami bukan lari karena memang... (tidak usah

dikomentari itu pak., kita sepakat tidak, akan di Panja kan ini barang dulu? Justru kami yang minta tadi.

KETUA RAPAT : Ya, oke kita Panja kan. Lalu kita berangkat ke 62. ikut serta secara aktif dalam

tugas-tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional, ini ada TNI/Polri perubahan huruf atau apa ini.

F.TNI/POLRI (SLAMET SUPRIADI, S.IP.,M.Sc.,MM) : lni karena saran kami didrop, kita munculkan yang ini menjadi (c), yang (d) itu

menajdi (c) kemudian nanti ada kami sarankan tambahan lagi satu yajtu tugas baru yaitu itu tadi masalah tugas-tugas lain sesuai dengan peraturan perundang­undangan.

KETUA RAPAT : Jadi, menyangkut tentang urut saja pak. Kalau diatas mati yang dibawah

masuk. Kalau demikian berarti 62 ini tidak ada masalah ya. Kita bisa sepakati 62?

KETOK PALU 1 X

63, ini TNI juga ada tambahan baru konsekwensi usul perubahan diatas diusulkan tambahan baru, silahkan.

F.TNI/POLRI (SLAMET SUPRIADI,S.IP.,M.Sc.,MM) : Jadi fraksi kami menghendaki apabila tadi tentang MOTW itu didrop

disepakati, kami menyarankan untuk diganti bunyinya menjadi melaksanakan tugas­tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sehingga ini dimasukan dalam salah satu poitn, seperti halnya tadi bapak Ketua menyampaikan bahwa ini jalan tengah. Jadi inilah yang kami usulkan, terima kasih.

KETUA RAPAT : Bagaimana usul TNJ/Polri ini kita bahas secara integratif dengan yang tadi.

Ya, silahkan,

F.PDIP (PANDA NABABAN) Saya pikir pemahaman kita, undang-undang ini kan betul-betul baru,

komfrehensif, utuh dan sebagainya. Kita tahu banyak undang-undang sebelum ini yang tidak benar, sama dengan undang-undang perikanan, yang memberikan wewenang TNI Angkatan Laut, untuk mengamati laut dsb. Jadi kalau kita mengacu kemari, jadi sepertinya ini, saya pikir ini tidak perlu lagi. Jadi usa.h lagi menjalani pembahasan dan ini juga terlampau umum tidak spesifik. Jadi itu saja kalau apa. jadi cukup yang itu tadi, yang kita bicarakan di Panja, mengenai tadi operasi militer diluar perang itu yang kita diskusikan. Kalau mengenai ini saya pikir kita drop saja.

KETUA RAPAT : Jadi tidak ada tugas TNI yang lain selain yang dinyatakan disini. Golkar

bagaimana?

10

Page 11: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

F.PG (JR. S.M. TAMPUBOLON) : Terima kasih pak. Ketua. Rekan dari TNI mengusulkan, dia ini sebetulnya

kalau bagian apa itu harus digantikan, kira-kira begitu (c) ini didrop. Jadi untuk menampung itu sebetulnya kemungkinannya.

Oleh karena itu saya kira kalau memang tugas lain nanti muncul, saya kira tidak ada salahnya kita ini sebagai catatan. Ketika apakah di Panja atau disini coba nanti rekan dari TNI memberikan suatu gambaran apa si tugas lain itu? apakah hanya (c) yang akan kita drop ini, nanti karena belum jelas apa itu bagaimana, apa itu? atau ada tugas lain juga? yang ditanykan oleh pak. Panda tadi.

Saya kira kalau memang bisa ada tugas-tugas lain, ya kita buka saja disini ataukah di Panja terserah, tetapi dalam pemahaman kita ya, memang kalau ada tugas-tugas lain yang termasuk, ya kita tidak keberatan, tetapi kalau memang ini hanya bagian (c) itu sendiri, ekxplisit saja kita cantumkan nanti pada gilirannya, saya pikir begitu sementara pak. Ketua, terima kasih.

KETUA RAPAT : Atau sebelum kefraksi-fraksi, TNI bisa memberikan sedikit gambaran, apa ada

tugas lain selain perang? Tentu yang dimaksud tugas lain disini ya strategi sifatnya, bukan ngawal-ngawal orang ......

F.TNI/POLRI {SLAMET SUPRIADI, S.IP.,M.Sc.,MM) : Jadi demikian pak. kita ini kan masih dalam masa transisi, setelah UU

20dicabut, kemudian UU PKB sementara itu masih belum ada. kita memahami bahwa situasi nasional kita ini, masalah pertahanan dan keamanan saling terkait dan tidak bisa dipisahkan. Kemudian ada tugas-tugas lain yang menjadi wewenangnya aparatur keamanan atau aparat negara, negara hukum dalam hal ini Kepolisian Negara yang tidak bisa dilaksanakan oleh Kepolisian sendiri pak. Contohnya, misalnya masalah penegakan hukum di laut, itu sudah ada diatur dalam UU Perikanan, UU No.5 tentang Zone Ekonomi Eksklusif dsb. UU No. 9 tentang Perikanan, UU No. 5/90 tentang Koservasi Sumber Daya Alam, UU No. 21 tentang Pelayaran. Kalau ini misalnya misi ini dihapus berarti harus merubah 5 undang­undang ini.

lni hukum dilaut misalnya. Kemudian misalnya didalam masalah kerjasama antara Polisi dengan TNI misalnya, ini belum ada undang-undangnya tetapi TNI bisa melaksanakan tugas misalnya didalam pemberantasan narkotika umpamanya yang sudah begitu menjadi ancaman bangsa dengan catatan Polisi yang meminta pak. ini berarti TNI melaksanakan tugas lain selain perang, sesuai peraturan perundang­undangan, apabila memang ini tercantum dalam undang-undang, ini salah satu bentuk yang lain.

Kemudian pemberantasan misalnya ini kita menghadapi asap, asap didaerah Pontianak dsb., itu pengerahan kekuatan TNI dalam hal ini misalnya, Angkatan Udara dsb.,terus pencemaran di laut, lingkungan hidup di laut, itu mengerahkan kekuatan TNI, kemudian menyangkut tugas pengungsi, menghadapi imigran gelap apabila ada sipil lawer misalnya, di laut Gina Selatan, itu misalnya kita pernah mengahadapi pulau Galang, itu yang menghadapi dulu pertama adalah TNI pak. itu memang kalau kta tidak ada kesepakatan mengatasi masalah ini. lni nanti kita akan ragu-ragu terus pak. artinya salah menyalahkan.

Oleh karena itu mungkin perlu ada suatu kesepakatan dari kita, apakah kita terima terminologi operasi militer bukan perang dalam rangka picht coating, dalam rangka memanfaatkan sipillawer capacity, supaya kita tidak ada ........ capacity yang tidak kita manfaatkan. Kalau demikan tadi seperti dikatakan Pemerintah, kita akan nganggur saja pak. dalam situasi damai sekarang. Cilakanya nanti misalnya, apalagi ada terjadi satu kejadian, segala sesuatunya sudah begitu memuncak, sudah parah, terus bantuan militer belum diberikan dsb. keadaan sudah chaos, negara sudah berantakan baru dimintak tugas pada TNI pak.

11

Page 12: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

Demikian alasan kami, jadi kalau memang ini didrop, seyogiyanya diwadahi didalam satu rumusan tugas seperti yang kami sarankan, sekianpk. Terima kasih.

KETUA RAPAT : Pertanyaannya apakah tugas-tugas lain itu nantinya kalau tach diterima, itu

dilaksanakan atas inisiatif sendiri atau harus ada permintaan dari orang lain? Ya, silahkan PDIP dulu. Nanti dijawab secara ....... .

F.PDIP {DRS. SIDHARTO DANUSUBROTO, SH) : lni kalau kita bicara begini bisa panjang ya pak. Jadi kalau, makanya didalam pertanyaan PDIP adalah perlu klarifikasi, operasi

ini penegakan hukum atau non penegakan hukum. Kalau penegakan hukum siapa yang inforce, siapa yang blowken penegakan hukum itu, melakukan upaya paksa penegakan hukum. Kalau non penegakan hukum, dus operasi militer non atau non ini, non penegakan hukum. Bagaimana hukum acaranya? Kalau sudah diinforce oleh kesatuan militer, bagaimana proses hukum acaranya untuk sampai kepangadilan.

Karena untuk menginforce ini terkait pada integrated judicial sistim ya, penyidikan,. pengadilan dsb. Nah ini, kalau kita rumuskan masalah ini kita harus hati­hati jangan sampai kita tabrakan dengan perundang-undangan yang sudah ada hukum mengenai KUHAP dsb. Dalam rapat yang lalu saya pernah sampaikan bahwa, kalau kita jujur, hampir 90% dari pada masalah keamanan itu diwadahi di Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, disitu ada dari rapat gelap, sari makar, sari pembrontakan, ada pengeniayaan ringan sampai pembunuhan berencana, ada, kerusuhan etnis juga ada disitu, ada kira-kira 80, 90 pasal mengenai kejahatan, keamanan negara dan ada korban berdarah, belum termasuk pelanggaran pidana badan, jiwa dan harta benda ada semua disana. lni yang saya bilang bahwa masalah keamanan ini sangat dekat sekali dengan masalah law inforcement itu disini.

Kalau militery operation ada diluar ini, menyangkut masalah law inforcement, kembali pertanyaan tadi, kalau penegakan hukum by home dilaksanakan, kalau non penegak hukum bagaimana proses acaranya. Bagaimana yang menghadapkan proses ini kepengadilan? lni yang, kalau itu dilakukan oleh misalnya permintaan dari instansi terkait, apakah permintaan serupa ini harus diwadahi didalam satu undang­undang RUU Pertahanan? terima kasih.

KETUA RAPAT : Kita lanjutkan tanggapan fraksi lain , Kebangkitan Bangsa pak. Silahkan.

F.KB {DRS. IR. A. ANSHOR CHOLIL): Terima kasih sdr. Pimpinan. Saya kira begini, oleh karena yang diusulkan oleh

fraksi TNI/Polri ini adalah mengedrop (c) menjalankan operasi militer selain perang kemudian diganti dengan melaksanakan tugas-tugas lain selain dengan petunjuk peraturan perundang-undangan.

Kami kira nanti mesti ada harus ada satu penjelasan yang konkrit dari fraksi TNI/Polri, melaksanakan tugas-tugas lain ini, tugas-tugas itu apa? apa saja? Sehingga nanti sekalian kalau memasukan tidak terlalu umum, sebagaimana tadi dikemukakan oleh fraksi POl Perjuangan. Supaya tidak terlalu umum, sehingga kalau terlalu umum nanti jangkauannya terlalu luas, terima kasih.

KETUA RAPAT: Ya, Reformasi. Jadi usul TNI ini imbal beli dengan butir tadi pak. kalau tadi

melaksanakan operasi militer, selain perang. TNI menganggap itu terlalu luas, dipersempit saja, melaksanakan tugas yang diberikan undang-undang. Bagaimana? Silahkan Reformasi.

12

Page 13: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

F.REFORMASI (PROF. DR. H. MOCH. ASIKIN, SH) : Terima kasih pimpinan. Kami memandang bahwa dengan rumusan yang

diberikan atau yang didukung TNI/Polri ini, kami bisa memahami dan dapat menyetujuinya, oleh karena dengan rumusan tugas-tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan, ini sangat fleksibel dan diikat dengan suatu aturan yang sudah jelas. Jadi tidak perlu ada kekhawatiran bahwa itu akan disalahgunakan tugas-tugas tersebut, akan selalu berdasarkan peraturan perundang-undangan. Jadi saya pandang ini sangat bisa eh, kami bisa menyetujui usul tersebut, terima kasih.

KETUA RAPAT : Cuma TAP MPR No. VII mengatakan peraturan perundang-undangan itu

sampai kepada ke Keputusan Presiden pak. Kecuali yang dimaksud disini undang­undang, berarti harus persetujuan rakyat. lni hanya komentar saja, silahkan dipikirkan nanti.

F.REFORMASI (PROF. DR. H. MOCH. ASIKIN, SH) : Saya tambahkan pimpinan, karena itu kan kita mengenal ada herarchi

diperundang-undangan. Jadi yang dimaksud Pimpinan Keppres sebagainya, sebabnya kita taat kepada tertib perundang-undangan, saya kira demikian, terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan PBB.

F.PBB (H.M. ZUBAIR BAKRY) : Terima kasih Pimpinan. Saya mohon maaf karena saya baru pertama hadir

dalam pembahasan udang-undang ini. Begini, pada umumnya undang-undang ada kecenderungan bersifat mempretentif terhadap sesuatu kemungkinan. Tetapi adalah satu prinsip pula bahwa sifat dari pada undang-undang itu sebaiknya yang tegas dan tidak mengandung pengertian-pengertian yang bercabang lain. Kami hanya ingin bertanya, apakah seluruh tugas TNI ini adalah bersifat operasi?

Sehingga substansi operasi ini ada spisifikasi yang dikandung operasi selain perang. Jadi saya melihat ini memang menarik untuk dijadikan satu pembahasan, saya juga dari PBB menganggap disini adalah suatu kepentingan negara juga, pertahananini. Jadi untuk mendropnya kembali keluar saya kira perlu dipertimbangkan, saya kira cukup sekian, teima kasih.

KETUARAPAT KKI, Pak.

F.KKI (DRS. H.A. HAMID MAPPA): Kalau kami dari fraksi KKI, sebagaimana yang kami telah ini, setuju dengan

apa yang dikatakan oleh Pemerintah.

KETUA RAPAT Daulatul Ummah.

F.PDU (PROF. DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WALY) : Saudara Pimpinan. Kalau melihat RUU dari Pemerintah, barangkali kita sudah

masuk (d) ya, sudah selesai. Kalau melihat kepada (d) bahwasanya ....

KETUA RAPAT : Kalau (d) nya Pemerintah sudah selesai pak. Sekarang (d) nya TNI ini.

13

Page 14: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

F.PDU (PROF. DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WALY) : Tentu yang (d) TNI ini, adalah merupakan tanggapan dari pada (d)

Pemerintah, melaksanakan tugas-tugas lain sesuai dengan perturan perundang­undangan, itu dimaksud, bukan?

KETUA RAPAT : (d) nya TNI itu imbal beli dengan (c) nya Pemerintah yang diusulkan untuk

dicabut.

F.PDU (PROF. DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WAL Y) : Jadi yang (c) dari pada Pemerintah itu diusulkan dicabut oleh TNI..

KETUA RAPAT : Diganti dengan (d) nya TNI, untuk (c) pak kita sudah sepakat (c) ini kita

perdalam di Panja.

F.PDU (PROF. DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WAL Y): Saya kira apa yang diusulkan oleh TNI itu, itu tugas-tugas yang lain, kalau

hanya sekedar itu, itu luas sekali, tetapi oleh karena sudah disertai dengan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan, saya kira itu kan sudah, sudah menyempit itu, saya kira kalimat ini sudah jelas dan sudah terang, karena itu bagi kami adalah dapat diterima apa yang telah diusulkan TNI itu, sekian terima kasih .. karena masalahnya sudah jelas dan itu adalah apa namanya dipersempit dengan peraturan perundang-undangan, entah barangkali ada hal yang lain. Kalau bagi kami sendiri hal keadaan itu sudah jelas, sekian terima kasih.

KETUA RAPAT : Sebelum ke Pemerintah, karena dipertanyakan apa ada hal yang lain, saya

kira tidak ada hal lain, kecuali tadi itu tepatnya, kententuan perundang-undangan hanya undang-undang, artinya tugas lain dari TNI itu hanya bisa diberikan oleh undang-undang tidak boleh diberikan oleh Presiden, tidak boleh diberikan oleh siapa saja. Silahkan Pemerintah.

PEMERINTAH/MENHAN : Terima kasih, kalau Pemerintah mungkin sama dengan pak.Panda tadi,

sebenarnya ketika kita memutuskan bahwa butir (c) mau dibawa ke Panja maka dengan sendirinya usul TNI ini didrop, tetapi gagasannya itu bisa didiskusikan ketika bicara butir (c) nanti.

Bisa saja muncul karena sesuai perundang-undangan atau tidak nanti kalau memang dari diskusi-diskusi di Panja tentang butir (c) ini itu diperlukan. Oleh sebab itu saya kira kita tidak perlu mendiskusikan ini tetapi gagasannya dititipkan kepada Panja tadi gagasannya, ketika bicara butir (c) tadi, terima kasih.

KETUA RAPAT : ltulah tadi saya tawarkan kita giring kesana untuk dibahas secara integratif

dengan, tetapi bagaimana? Silahkan kawan-kawan lain. Artinya bisa saja hal ini nanti menjadi rumusan alternatif dari (c) kalau diterima atau bisa juga drop, banyak kemungkinan. Tetapi pembahasannya tidak boleh terpisah dari (c), barangkali itu penting. Bagaimana pak. PDIP, Golkar ada amandemen.

F.PG (IR. S.M. TAMPUBOLON) : Setuju ini dibawa ke Panja sekaligus satu paket.

KETUA RAPAT : Prof. Asikin.

14

Page 15: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

F.REFORMASI (PROF. DR. H. MOCH. ASIKIN.SH) : Saya ingin mengulangi lagi dukungan atau pendapat fraksi kami, fraksi

Reformasi bahwa, rumusan dari yang alternatif yang diajukan oleh TNI/Polri saya kira sangat eh, memenuhi rumusan karena adanya ikatatan didalam perundang­undangan tersebut. sehingga saya justru mengusulkan agar ini diterima, karena sangat sekali dan fleksibel sekali untuk mengikuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Mungkin ada hal-hal yang kita tidak masukan dalam undang-undang ini, itu akan diatur dalam undang-undang yang sudah ada. jadi itu kekhilapan-kekhilapan itu akan diatur sendiri , ditanggulangi sendiri dari norma-norma yang ada dalam peraturan perundang-undangan itu, sehingga kalau boleh saya menawarkan usul TNI/Polri ini bisa diterima, tidak perlu kita Panja kan lagi, terima kasih.

KETUA RAPAT : Jadi Reformasi mau menerima sekarang, KKI, setuju dengan Pemerintah

artinya tidak ada usul dari TNI, Daulatul Ummah setuju dengan Reformasi, Kebangkitan Bangsa setuju dengan Pemerintah, PBB.

F.PBB (H.M. ZUBAIR BAKRY) : Saya mau tegaskan dulu lagi. Saya mau mencoba berdalil hukum agama

disini ya. Operasi militer ini, suatu kewajiban dan tugas dari pada TNI, ada kata disini selain, selain perang. Kalau perang itu sudah tugas dari pada TNI.

KETUA RAPAT : Yang itu sudah masuk di Panja pak.

F.PBB (H.M. ZUBAIR BAKRY) : Jadi ........ begini pak. saya mau memberikan argumentasi dalam hal ini.

adalah istilah yang dikatakan mana yang timbul wajib laitih itu bahwa wajib. Ada sesuatu yang tidak sempurna dari pada sesuatu hal yang wajib, maka kata selain perang ini, saya menaruh suatu pengertian substansi, maka PBB dapat menerima, kalimat ini, terima kasih

KETUA RAP AT : Sekarang untuk usul TNI/Polri butir (d) bagaimana? Tadi butir (c). sekarang

butir (d) pak. Kita berbicara butir (d).

F.PBB (H.M. ZUBAIR BAKRY) : Melindungi kehormatan ........

KETUA RAPAT : Butir (d) nya TNI, pak. Halamannya 61 kolom setelah perubahan.

F.PBB (H.M. ZUBAIR BAKRY) : lkut serta secara aktif dalam tugas-tugas ....

KETUA RAPAT : Bukan pak. Melaksanakan tugas-tugas lain sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

F.PBB (H.M. ZUBAIR BAKRY) : Saya menanggapi bahwa usul dari pada TNI/Polri ini, menjadi suatu kembali

kabur dari pada pengertian ini. Sebab itu akan lebih rumit, saya katakan prinsip bunyi undang-undang itu harus tegas, lugas dan tidak mempunyai suatu kandungan. Jangan kita menghindar kepada sesuatu yang formulatif justru mengaburkan kembali, jadi saya menerima ini karena adanya kata selain tegasnya dengan dalih tadi.

15

Page 16: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

KETUA RAPAT : Jadi jangan menghindar dari hal yang jelas untuk masuk ketempat yang

kabur-kabur. ltu kaedah agama. Bagaimana PDIP.

F.PDIP (PANDA NABABAN): lni jadi bahan, tetap prinsip dibawa ke Panja tadi. jadi sepertinya begini,

menjalankan operasi militer dan melaksanakan tugas-tugas lain yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. lni dulu pegangan kita nanti untuk Panja. Bagaimana, kalau setuju ....

KETUA RAPAT : Saya kira Pemerintah juga setuju ya. karena sepakat atau tidaknya rasa­

rasanya susah kita capai disini. Jadi jalan keluar yang terbaik, kita perdalam itu di Panitia Kerja dengan menjadikan butir (c) Pemerintah dan butir (d) dari usulan TNI sebagai satu paket untuk dipertimbangkan. Setuju?

KETOK PALU 1 X

DIM 64 sekarang, PDIP tetap, partai Golkar ada pertanyaan, silahkan bertanya.

F.PG (JR. S.M. TAMPUBOLON): Terima kasih pak. Ketua. Tadinya kita berpikir dari partai Golkar akan

menyelesaikan mengenai TNI ini didalam undang-undang ini satu, makanya kita timbul pertanyaan, apakah perlu ada undang-undang lain? Kalau ini memang harus ada undang-undang lain? Nah, kalau ini memang harus ada undang-undang lain nantinya dan sebagaimana, barangkali sudah kita mulai menjadi suatu wacana, maka partai Golkar beranggapan ini tidak cukup dicantumkan dalam konteks ayat begitu, harus satu pasal tersendiri.

Karena jangan sampai terkesan mengenai TNI ini, hanya dibicarakan dipasal ini, pada hal ini bertebaran dimana-mana dan saya kira nanti ketika undang-undang mengenai TNI ini akan lahir, itupun akan kena pada pasal-pasal lain. Misalnya saja mulai dari ketentuan umum, pasal 1, pasal 7 mengenai komponen uta rna pertahanan negara, pasal 8 komponen cadangan untuk memperkuat TNI, pasal 9. ltu bertebaran dimana-mana, mengenai TNI ini. Oleh karena itu, kami beranggapan tidak bisa ditampung dengan hanya satu ayat daripada pasal 10 ini, maka dia harus menjadi pasal tersendiri kalau memang kita memang sudah sepakat ini menjadi satu undang­undang tersendiri, itu aja pak. Ketua terima kasih.

KETUA RAPAT : Baik, jadi diusulkan untuk menjadi pasal tersendiri, mungkin nanti diakhir­

akhir. PPP mengusulkan adanya penambahan alat keamanan negara oleh Polisi, saya kira ini konkordan dengan judul, demikian juga Kebangkitan Bangsa ini konkordan dengan judul pertama pada saat mengusulkan kata-kata pertahanan negara diganti menjadi pertahanan nasional jadi kita konkordankan di Pansus. Reformasi sama juga dengan tadi, ada tambahan usulan menteri, kecuali kalau ada perubahan dari Reformasi, tidak ada pak.tetap sama dengan yang tadi. Kalau tadi bapak dengan pak. Lutfhi suaranya seperti itu.

F.REFORMASI (PROF. DR. H. MOCH. ASIKIN, SH) : Jadi tentunya saya menyesuaikan dengan apa yang telah dikemukakan oleh

ketua Fraksi itu.

KETUA RAPAT : TNI/Polri tidak ada persoalan, demikian fraksi-fraksi, tinggal pertanyaan saja

pak. jadi bukan usul dari Golkar, silahkan ditanya Pemerintah

16

Page 17: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

PEMERINTAH/MENHAN : Yang jelas menurut TAP MPR No.VII tahun 2000 memang masih diperlukan

adanya undang-undang tentang Tentara Nasional Indonesia. Dan oleh sebab itu substansi tentang susunan organisasi, tugas dst, itu akan diatur dengan undang-undang menjadi sangat penting. Cuma apakah ini cukup menjadi satu ayat dari satu pasal atau dijadikan pasal tersediri, saya kembalikan saja kepada Pansus, kepada forum ini tetapi kami melihat ini tempatnya memang disini karena kita didalam ayat ini berbicara tentang tugas-tugas TNI. Dan tugas-tugas yang seperti itu, kemudian harus diorganisasikan, diwadahi dengan sebuah organisasi, sehigga kami masukan disini.

Tetapi kalau dipandang lebih tepat menajdi pasal tersendiri mari kita diskusikan dulu apa benar itu lebih tepat apa tidak, terima kasih.

KETUA RAPAT : Tetapi fraksi Golkar tidak membicarakan substansinya, cuma mepersoalkan

kamarnya saja. Kita terima substansinya, ada yang mempersoalkan substansinya? Tidak adakan, baik.

KETOK PALU 1 X

Tinggal penempatan apakah dalam ayat ini atau dipasal tersendiri? lni menyangkut dengan struktur undang-undang. Legal drafter dari Pemerintah tidak hadir, bagaimana kalau struktur saja, ada, silahkan.

PEMERINTAH/LEGAL DRAFTER : Terima kasih pak. Jadi pasal 10 ini ... ayat (1) itu ngomong tentang tentara

nasional dan segala macam sampai berikutnya ayat (2), ayat (3) dan penempatan ayat (4) ini adalah berkaitan dengan ayat (1 ), Ayat (2), Ayat (3). Dengan demikian susunan pasal 10 ayat (4) ini, ini memang sudah tepat pad a pasal 10, kalau ini diletakan di dalam pasal tersendiri, ini tidak ada kapstoknya. Jadi memang sudah tepat ayat (4) ini dipasal10, terima kasih.

KETUA RAPAT : Ya, konon menurut legal drafter, kamarnya memang sudah disitu. Bagaimana

Golkar ini?

F.PG (IR. S.M. TAMPUBOLON): Terima kasih pak. Kalau memang kamarnya disitu, kenapa tidak mengacu kepada ayat

sebelumnya, disinipun kelihatan sebetulnya ini lepas. Menjadi mengatakan susunan organisasi, tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud ayat segitu, harus begitu kalau memang yang dimaksud hanya didalam pasal 1 0 ini, itu pertimbangannya pak. dan yang kami sampaikan tadi bahwa memang kalau kita melihat disini, tersebar dimana­mana saya yakin nanti akan pada gilirannya terkait dengan komponen utama yang ada pada pasal 7, pasal 8 komponen cadangan. Saya kira ini kan bersifat umum nanti undang-undang, ini namanya juga undang-undang mengenai TNI barangkali, akan luas cakupannya menurut pemahaman kami, undang-undang juga namanya pak.

Sebetulnya demikian pemikiran kami ketika kami memikirkan ini untuk mencari, menempatkan secara proporsional dalam undang-undang ini. lni undang­undang pertahanan apa undang-undang mengenai TNI ini merupakan satu, katakanlah ketika kita mengatakan tidak menjadi payung, tetapi merupakan semacam perintah dari pada undang-undang ini sebetulnya undang-undang TNI ini, masa kita harus tempatkan dia dalam satu ayat daripada satu pasal begitu pertimbangannya, terima kasih pak.

17

Page 18: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

KETUA RAPAT : ltu pertanyaannya Golkar, sudah dijawab Pemerintah, Pemerintah

mengatakan kamarnya disini. Golkar ada tidak menunjukan kamar lain yang lebih cocok, supaya jangan salah kamar ini.

F.PG (IR. A.M. TAMPUBOLON): Kamarnya maksud kami bisa saja ini kita jadikan ini nanti menjadi pasal 11

kan begitu pak. Jadi pasal 11, susunan organisasi, tugas, dst. nya itu, itu maksud kami, jadi dijadikan, ditambah satu pasal baru disini, jadi ayat ini sendiri tentunya sudah tidak ada, dia menjadi satu pasal tersendiri yang mengatur khusus, karena ini bagian yang sangat besar, itu kira-kira pak. terima kasih

KETUA RAPAT: Bagaimana restrukturisasi pasal ini, kita finalkan? Disaat terakhir karena

termasuk perubahan Bab. II, Bab. Ill yang diusulkan oleh beberapa fraksi, ia di Panitia Kerja, sepajang menyangkut restrukturisasi pasal, ya kita konkordankan dengan usul Bab.ll, Bab.lll tadi di Panitia Kerja, setuju?

KETOK PALU 1 X

KETUA RAPAT : 65, PDIP tetap, Partai Golkar, pengelola sistim pertahanan negara konkordan

dengan usul sebelumnya, PPP penambahan kata keamanan konkordan dengan judul, pertahanan negara dari KB juga konkordan dengan judul. Kita bisa sepakati semua usul-usul perubahan ini kita konkordankan pembahasannya dengan judul dan Bab. terkait yang akan dibahas di Panja, setuju?

KETOK PALU 1 X

66, PDIP silahkan

F .PDIP (FIRMAN JAVA DAELI, SH) : Ketua Pansus dan forum Pansus yang kami hormati, usul fraksi PDI

Perjuangan, itu kata nasional diganti dengan seluruh rakyat Indonesia, sehingga setelah perubahan kalimatnya menjadi pasal 11, pengelolaan sistim pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara, pemerintahan negara ditujukan untuk melindungi kepentingan seluruh rakyat Indonesia dan mendukung kebijakan nasional dibidang pertahanan.

Jadi ada terminologi yang lebih luas disini dan tidak bisa diinterpretasi untuk dimasuki oleh kepentingan kekuasaan, seperti juga argumen kami sebelum Bab. ini, lni kira-kira kalau menggunakan kata seluruh rakyat Indonesia, demikian pak. Ketua.

KETUA RAPAT : Baik pak. Firman. Fraksi Golkar tetap, PPP konkordan dengan judul,

Kebangkitan Bangsa juga konkordan dengan judul, Reformasi konkordan dengan usul, sudah ditarik mengenai Menteri tadi, sehingga tinggal satu usul, ialah penggantian kata-kata kepentingan nasional menjadi kepentingan seluruh rakyat Indonesia dengan alasannya sudah disampaikan tadi.

Sebelum fraksi-fraksi kami minta pendapat Pemerintah dulu mana yang lebih tepat disini, kata-kata kepentingan nasional atau kepentingan seluruh rakyat Indonesia, silahkan.

PEMERINTAH/MENHAN : Kami memandang kepentingan nasional itu lebih luas pengertiannya dari

pengertian seluruh rakyat. Mungkin wawasan nasional kita tidak hanya mencakup soal rakyat, seperti halnya juga negara, bisa juga meliputi sumber daya alam, meliputi ideologi dsb. bukan hanya rakyatnya, terima kasih.

18

Page 19: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

KETUA RAPAT : Ya ada tadi pertanyaan dari PDIP dalam bentuk kecurigaan yang

disampaikan, kalau kepentingan nasional muda dimulti tafsirkan, seolah-olah nanti mudah diintervensi ada kepentingan-kepentingan yang tidak terukur disitu. Sehingga dia ingin mengkonkritkan kepentingan nasional diganti dengan kepentingan rakyat Indonesia.

PEMERINT AH/MENHAN : Khawatiran itu menurut kami sama saja, menggunakan kepentingan nasional

bisa di intervensi menggunakan kepentingan rakyat bisa juga. Yang umum dicurigai itu adalah justru kalau menggunakan kepentingan negara, karena negara itu sering dii~entikan dengan Pemerintah, terima kasih.

KETUA RAPAT: PDIP saya minta tanggapan fraksi-fraksi dulu atau mau dijawab Pemerintah. Ya. fraksi partai Golkar.

F.PG (ORA. HJ. CHAIRUN NISA, MA): Saya pikir saya sependapat dengan, pendapatnya Pemerintah karena

barangkali kalau kepentingan nasional, ini seluruh warganegara ataupun barangkali warga asing yang kebetulan ada di Indonesia kan juga harus dilindungi. Jadi saya sependapat dengan pendapat Pemerintah tadi dengan kepentingan, kata nasional tetap.

KETUA RAPAT: Kebangkitan Bangsa.

F.KB (DRS. IR. A. ANSHOR CHOLIL) : Tetap seperti rumusan dari Pemerintah.

KETUA RAPAT : Reformasi. Satu jalan.

F. REFORMASI (MAS HAD I) : Reformasi tetap seperti rumusannya yang sudah dibuat oleh Pemerintah.

KETUA RAPAT KKI.

F.KKI (DRS. H.A. HAMID MAPPA): Terima kasih. Kami berpendapat bahwa cakupan kata nasional itu lebih luas

maknanya daripada kalau kita pakai kata seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu apa yang ditetapkan, dianukan oleh Pemerintah itu kami setujui pak.

KETUARAPAT TNI/Polri.

F.TNI/POLRI (SLAMET SUPRIADI, S.IP,.,M.Sc., MM) : Kami sependapat dengan rumusan kepentingan nasional pak. Alasannya

demikian pak., didalam kita.menyusun kebijaksanaan nasional, itu kita yang menjadi rujukan adalah apa itu tujuan nasional dulu, kemudian apa itu kepentingan nasional, nasional intresnya. Cuma saya menyarankan pak, dari kami menyarankan, sampai saat ini kepentingan nasional bangsa Indonesia itu belum ada rumusan baku. Apa sih kepentingan nasional kita? Beberapa waktu yang lalu dalam membahas DIM sebelumnya kami mendrop tambahan kepentingan nasional, supaya akan dibahas didalam pasal ini pak. karena jangan sampai merancu pak.

19

Page 20: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

Oleh karena itu kami menyarankan seyogiyanya memang kepentingan nasional tetap digunakan, cuma dijelaskan, apakah dalam penjelasan ini kepentingan nasional yang dimaksud adalah apa, pertama misalnya melindungi kedaulatan negara, kedua keutuhan wilayah, ketiga kelangsungan hidup bangsa, keempat dsb. itu sebagai salah contoh saja pak. demikian pak. terima kasih.

KETUA RAPAT : Mungkin kepentingan nasional yang maksud disini kepentingan nasional disini

dibidang pertahanan yang meliputi 3 hal itu, kedaulatan, keselamatan seluruh bangsa dan apa lagi itu. Silahkan PBB.

F.PBB (H.M. ZUBAIR BAKRY) : Tanggapan PBB, setuju dengan kata nasional. Sebab pengertian nasional

lebih utuh, sernentara kalau kita berbicara tentang seluruh rakyat Indonesia, rakyat ini bercorak-corak. Jadi lebih urnurn apabila kata nasional, terirna kasih.

KETUA RAPAT : Daulatul Urnmah.

F.PDU (PROF.DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WAL Y) : Saudara Pimpinan, kalau melihat kepada alasan-alasan yang dikernukan

tentang kepentingan nasional itu dapat diterirna, tetapi pada akhir-akhir ini, pada khususnya itu banyak hal-hal yang harus dilihat sentuhannya dengan rakyat. Jadi sedangkan sesuatu undang-undang itu tidak ada sifatnya abadi dan bisa saja berubah.

Tetapi kalau rnelihat kepada keadaan sekarang dan mungkin beberapa tahun yang akan datang dirnana banyak hal-hal yang seperti tidak, kurang sekali sentuhannya dengan kepentingan rakyat. Karena itu saya lebih rnendahulukan hal yang penting yang sedang kita hadapi daripada kita mengambil pengertian yang bersifat umum. Jadi saya setuju dengan apa yang diungkapan oleh PDIP itu, yaitu seluruh rakyat Indonesia, jadi ini sentuhannya juga, kita mendengar juga rnantap dan sejalan dengan apa yang sedang kita hadapi sekarang. Sekarang ini macam­rnacarn, tetapi rakyat banyak yang ditinggalkan, seolah-olah itu adalah kepentingan kekuasaan, kepentingan negara, kepentigan macam-macam. Meskipun nanti satu waktu kita kembali, kepada alasan yang tadi. sehingga kepentigan seluruh rakyat itu bisa saja kita tukar dengan nasional. Yang abadi adalah undang-undang Tuhan, undang-undang sifat rnanusia tidak ada yang abadi, bisa saja sewaktu-waktu bisa berubah kalau hal keadaan ini sudah rnantap dalarn arti yang luas, terirna kasih.

KETUA RAPAT : Baik, fraksi-fraksi dan Pemerintah sudah rnenyarnpaikan tanggapan, karni

kernbalikan kerekan karni PDIP.

F.PDIP (FIRMAN JAVA DAELI, SH): Ya, terima kasih, penjelasan dan juga baik dari Pemerintah maupun dari

fraksi-fraksi lain, posisi karni sebetulnya disini, rnenyesuaikan, rnoderat. Bahwa rnernang harus diganti. Hanya kami kemarin terinspirasi dengan penjelasan dari ternan-ternan fraksi TNI/Polri beberapa yang lalu terminologi kepentingan nasional itu. Tanpa ada kekritisan itu sebetulnya kami tetap mengusulkan ini, tetapi karni semangkin mantap rnengusulkan. Mernang kalau dilihat secara normatif ini tidak ada soal, rneliputi sernua.

Persoalannya adalah; yang pertama soal kepentingan naional itu apa? Bisa saja pemahaman yang oleh Ketua Pansus tadi dalam konteks pertahanan, itu pernaharnan pak. Ketua Pansus. Kenapa kami rnengusulkan ini bahwa yang dimaksud dengan kepentingan seluruh rakyat adalah tidak semata-mata rakyat person, itu maksudnya, tetapi proses totalitas yang berhubungan dengan rakyat. Misalnya tadi penjelasan Menteri Pertahanan bahwa ada sumber daya alarn, itu

20

Page 21: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

harus diukur dengan prameter terukur itu dalam kerangka rakyat, kemudian itu juga soal sumber daya buatan harus dalam kerangka kerakyatan, supaya tidak peluang jangan hanya diintefrestasi tetapi diinteropeksi dalam kerangka itu.

Oleh karena itu kami tanpa mengurangi rasa hormat kepada ternan-ternan, kepada bapak, ibu sekalian, kami merasa ini relevan untuk diganti ini. tetapi untuk memperkaya pemahaman kita bersama, kekayaan pemahaman kami juga ada bagusnya kalau ada proses perenungan nanti di Panja dengan asumsi bahwa kita perkuat apa yang disampaikan oleh fraksi TNI!Polri pak. Supriadi tadi, kepentingan nasional. Kami disini tidak ada rumusan alternatif, kalau ini kami tolak, kami tarik, nanti rumusan alternatif barangkali di Panja. lni penjelasan dari kami pak. Ketua, Jadi ini bukan rakyat dalam pengertian hanya manusia tetapi keseluruhan demensi yang berkaitan dengan kerakyatan itu, tetapi tetap subyek yang menjadi ukuran ....... adalah itu rakyat. Jadi misalnya sumber day a buatan itu dalam kerangka kepentingan rakyat, sumber daya alam juga begitu, terima kasih.

F.PDU (PROF.DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WAL Y) : Boleh sedikit saya bertanya, artinya pertanyaan didalam arti barangkali ada

kalimat lain, yang bisa kta mengkompromikan antara kepentingan nasional dan kepentingan seluruh rakyat. lni nasional ini bahasa asing yang masuk dalam bahasa Indonesia, kalau rakyat itu memang sudah bahasa Indonesia sendiri, Tetapi kalau umpama kita tukar misalnya saja kepentingan nasional disatu pihak, kepentingan seluruh rakyat pada pihak yang lain, kalau kita bisa ketengahi dengan kalimat yang ketiga, kepentingan bangsa bagaimana, apakah bisa itu, bisa menghimpunkan antara kedua kalimat yang tadi. Kalau bisa menghimpunkan antara kedua kalimat yang tadi, kita tiggalkan kata kepentingan nasional, kita tinggalkan kata kepentingan rakyat, kta ambit kepentingan bangsa. lni menurut rasa bagi kita yang mengungkapkan, sebab bahasa itu ada juga sentuhannya dengan rasa, terima kasih.

KETUA RAPAT : ltulah yang ingin didalami oleh rekan kami fraksi PDIP untuk mencari yang

terbaik. Apakah kepentingan nasional, apakah kepentingan seluruh rakyat, atau mungkin juga kepentingan bangsa seperti yang DaulatUmmah katakan. Mungkin juga nanti di Panja ada istilah lain yang lebih menyentuh itu. Apakah tawaran PDIP ini kita sambut .bahwa ini kita perdalam di Panja dengan kitaran persoalan hanya mengganti kepentingan itu.

F.REFORMASI {PROF. DR. H. MOCH. ASIKIN) : Ya, dengan penjelasan pak. Ketua bahwa memang sudah sejalan tadi, kalau

boleh kita jadikan catatan khusus, karena kepentingan nasional ini sudah sangat lazim didalam perundang-undangan. Jadi kita berpikir sinkronisasi perundang­undangan. Dan. yang kedua yang paling penting bahwa nasional ini jangan kita artikan berkeping-keping, nasional itu adalah satu keutuhan ikatan untuk seluruh baik bangsanya, baik rakyatnya, baik tumpah darahnya, sedang kata nasional ini kiranya sudah mengikat kepentingan keseluruhan itu. jadi didalam propenas misalnya, ada sumber daya nasional nanti kita ketahui kepentingannya itu manusia dari dalam misalnya, untuk kepentingan sumber daya nasional ini ada manusia memenfaatkan sumber daya rakyat tersebut. sehingga untuk itulah sumber daya nasional ini kalau toch akan di Panja kan sebentar ini, ini tolong diberikan perhatian khusus karena kami memandang inilah paling tepat untuk digunakan didalam redaksi perundang­undangan itupun kami supaya nanti pada Panja ini betul-betul ini menjadi acuan juga karena kami memandang kepentingan nasional ini sduah mencakupi tumpah darah, ya manusia, ya sumber daya tambang dsb.sudah masuk semua, terima kasih.

KETUA RAPAT : Ya, kalau toch ini di Panja kan tentu tidak masuk ke Panja dengan keadaan

telanjang, tetapa mengingat semangat yang disampaikan oleh fraksi-fraksi yang

21

Page 22: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

rekamannya ada pada sekretariat, kita bisa sepakati itu? Apa pak, masalah Panja apa bukan?

F.TNI/POLRI (SLAMET SUPRIADI, S.IP.,M.Sc.,MM): Saya sepakat untuk dibahas di Panja, tetapi saya sedikit hendak mengangkat

kepentingannasional ini, karena menjadi pertanyaan kita. Tadi disampaikan kawan dari Reformasi diberbagai undang-undang kalimat kepentingan nasional itu ada, bahkan di GBHN ada, tetapi kita tidak mengerti, untuk kepentingan nasional itu apa? Oleh karena itu apakah tingkatnya itu dibahas didalam undang-undang ini ataukah pada yang lebih tinggi lagi ataukah pada tingkat Panja ini dalam rangka kepentingan nasional pertahanan pak. dalam kaitannya pertahanan negara. kami sependapat kalau kepentingan nasiona dalam rangka pertahanan negara, ini dibahas didalam Panja pak. tetapi harus dijelaskan nanti seandainya rumusan ini disepakati, kepentingan nasional ada penjelasannya dalam dalam pasal ini pak. terima kasih.

KETUA RAPAT : Termasuk semangat yang terakhir disampaikan TNI/Polri akan menjadi bahan

didalam oh perdalam di Pansus. Setuju ya!

KETOK PALU 1 X

Lalu DIM 67, PDIP tetap, Golkar tetap, PPP konkordan dengan judul, Kebangkitan Bangsa konkordan dengan judul, Reformasi ada usul tambahan ini, silahkan Reformasi.

Pasal ini kelihatannya berbicara mengenai kewenangan Presiden didalam pengelolaan pertahanan negara, pasal 12, 13, 14 dan seterusnya, silahkan Reformasi. Atau dianggap ini konsekwensi dari usul Reformasi tadi yang sudah ditarik.

F.REFORMASI (PROF. DR. H. MOCH. ASIKIN, SH) : Saya mau klarifikasi dulu dengan ketua tim, karena ini tidak relevan, tidak

sinkron dengan apa yang menjadi pembahasan, sehingga ini kami tarik dulu, terima kasih. tarik lah.

KETUA RAPAT : Kalau tarik dulu nanti mau masuk lagi susah. PDKP saya kira, ini konkordan

dengan judul juga, dengan demikian pasal 67, kita bisa sepakati pak. Setuju ya.

KETOK PALU 1 X

Pasal 68, ya PDIP tetap, Golkar ada usulan perubahan kalimat, silahkan Golkar.

F.PG (FERDIANSYAH, SE): Terima kasih Pimpinan. Kami fraksi partai Golkar pada DIM 68 ini mengusulkan adanya penggantian,

kata penyelenggaraan diganti dengan kata pelaksanaan, artinya disini artinya lebih mempertepat, karena runtut dari pada bahasanya sehingga kalau kita bicara manajemen ini adalah, ada plan to check action, ada perencanaan, ada pelaksanaan, ada pengawasan dan pengendalian, itu kaitannya itu kenapa penempatan kata pelaksanaan kami pandang lebih tepat.

Selain dari pada itu kami juga itu ada ralat, bukan kata dan diganti dengan kata kama, namun sebelum kata dan ditambahkan kata kama, karena itu merupakan satu runtut satu kesatuan utuh yang utuh dari pada kegiatan-kegiatan yang dijadikan acuan bagi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian sistim pertahanan negara, terima kasih pimpinan.

22

Page 23: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

KETUA RAPAT : Selanjutnya PPP konkordan dengan judul, Kebangkitan bangsa kelihatannya

juga terkait dengan judul, Reformasi terkait dengan usul perubahan tadi, karena ini menyangkut struktur TN I. Atau ada penjelasan dari Reformasi.

F .REFORMASI (MAS HAD I) : Penjelasannya sebenarnya, kami ingin lebih apa lebih detil dalam masalah

pengelolaan dan sistim pertahanan negara ini. jadi usulan yang kami ajukan ini adalah lebih merinci tentang fungsi-fungsi dari pada sistim pertahanan negara.

KETUA RAPAT: TNI/Polri tetap, selanjutnya tetap. Demikian jadi ada 2 usulan perubahan, dari

Golkar usul redaksi, dan dari Reformasi. Ya penyelenggaraan diganti dengan kata pelaksanaan kan ya dan pengendalian juga, silahkan Pemerintah.

PEMERINTAH/MENHAN : Menurut kami kata pelaksanaan itu lebih sempit sebenarnya dari kata

penyelenggara, karena seperti sering kami contohkan misalnya kita menyelenggarakan satu pertandingan, DPR menyelenggarakan pertandingan lalu ada OC yang melaksanakan itu, sehingga pengertian lebih luas kata penyelenggaraan.

Tetapi silahkan nanti didiskusikan. Sedangkan yang Reformasi saya kira itu sudah terjawab ketika kita membahas DIM 40 dulu dari fraksi Reformasi dan juga ketika kita bicara pasal 10 tadi berarti ya pasal 10 kita membahas isi ini sebenarnya, terima kasih.

KETUA RAPAT : Baik, sekarang tanggapan dari fraksi-fraksi, silahkan PDIP.

F .PDIP (AMRIS HASAN, MA) : Saya rasa PDIP tetap usulan pertama, kita menganggap penyelenggaraan itu

lebih menyeluruh sifatnya dari pada pelaksanaan, terima kasih.

KETUA RAPAT: Selanjutnya Kebangkitan Bangsa.

F.KB (DRS. IR. A. ANSHOR CHOLIL) : Saya kira konsep dari Pemerintah ini yang lebih itu pak. jika kata

penyelenggaraan kalau diganti pelaksanaan lebih sempit, sehingga setuju dengan konsep semula, terima kasih.

KETUA RAPAT : Ya. baik Kebangkitan Bangsa, silahkan selanjutnya Reformasi.

F .REFORMASI (MASHADI) : Kami fraksi Reformasi sudah mendapatkan penjelasan dari Pemerintah, maka

kami menarik usulan yang kami sampaikan didalam DIM ini. jadi kami menyetujui susunannya yang sudah dibuat oleh Pemerintah, terima kasih.

KETUA RAPAT: Secara argumentum .... .. .. .. . artinya tidak setuju dengan perubahan yang

diusulkan oleh Golkar. Ya, silahkan TNI/Polri.

23

Page 24: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

F.TNI/POLRJ (SLAMET SUPRIADI, S.IP.,M.Sc.,MM) : Kami, memang didalam DIM ini kita tetap pak. artinya penyelenggraan tetap,

namun memang bisa kita pahami apa yang disampaikan oleh kawan dari fraksi Golkar.

Kalau kita maksudkan pengelolaan disini adalah manajemen, bahasa menajemen itu ya, itu perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian. Jadi kalau kita konsiten dengan ini, penyelenggaraan memang pantas kalau diganti dengan pelaksanaan. Sebab setelah saya konsultasi dengan kelompok kerja dari Pemerintah, yang dimaksud pengelolaan ini adalah manajemen pak. oleh karena itu saya mendukung saran dari Golkar, terima kasih.

KETUA RAPAT : KKI.

F.KKI (DRS. H. A. HAMID MAPPA) : Kalau kami sendiri setuju dengan apa yang dikemukakan oleh Pemerintah.

KETUA RAPAT : Pemerintah yang disana pak. bukan TNI yang disini kan. PBB.

F.PBB (H.M. ZUBAIR BAKRY): Ya, ini kita terbentur pada dua makna kata lagi menyelenggarakan dan

melaksanakan tadi. ini perasaan bahasa. Pelaksanaan ini bisa berarti sesuatu sementara penyelenggaraan itu bisa

kontiniutas yang lebih luas. Menyelenggarakan, dari saya suka mengamini saja apa yang dikatakan Pemerintah, tetapi saya selera bahasa lebih cocok dengan kata penyelenggaraan pengawasan sistim pertahanan negara, terima kasih.

KETUA RAPAT : Baik, kalau selera Daulatul Ummah bagaimana

F.PDU (PROF. DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WAL Y) : Saudara Pimpinan, saya tidak tahu didalam tata bahasa Indonesia, tetapi

dalam tata bahasa Arab, ada yang disebut dengan istilah murakab masji, arti murakab masji, dua kalimat yang dipadukan menjadi satu, untuk lebih mantap dan tegas pengertian dari pada dua kalimat yang menjadi satu tujuannya itu. kalau hanya satu-satu saja itu tidak mantap tetapi kalau dipadukan maka keseluruhannya mantap dari awal sampai akhir dan jelas. Umpamanya saja ini ada penyelenggaraan, ini ada pelaksanaan, keduanya ini kita satukan, penyelenggaraan pelaksanaan.

Jadi kalau penyelenggaraan saja bisa ngambang, kalau pelaksanaan saja kan begitu bisa khusus, tetapi antara yang ngambang dengan yang khusus dijadikan dua kalimat bersifat masji itu katakan murakab masji, maka kalau itu tidak salah dalam bahasa Indonesia, kita pilih penggabungan kedua kalimat ini, terima kasih.

KETUA RAPAT : Jadi digabung supaya mantap pak.ya.

F.PDU (PROF. DR. H. MUHIBBUDIN WAL Y) : Ya, penyelengaraan pelaksanaan, karena kalau tidak ada pelaksanaan,

bagaimana pak? ini lah ini sedang dalam penyelenggaraan, setahun,dua tahun masih dalam penyelenggaraan. Kalau umpamanya diambil kata pelaksanaan mungkin barangkali, itu kita melihat kepada setengah yang kedua, mungkin penyelenggaraannya kurang akan tetapi pelaksanaannya ada. kalau pelaksanaannya ada sedangkan penyelenggaraannya kurang maka pelaksanaannya menjadi kurang, tetapi kalau dikumpulkan keduanya itu dari awal sampai akhir, jadi terbentuk suatu kesempurnaan, mulai dari penyelengaraan sampai kepada akhir dari pada pelaksanaan itu, penyelenggaraan pelaksanaan.

24

Page 25: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

KETUA RAPAT : Kalau begitu Daulatul Ummah, beda pelaksanaan sama penyelenggaraan apa

pak.

F.PDU (PROF. DR. H.MUHIBBUDDIN WALY) : Karena penyelenggaraan itu bisa bertahun-tahun itu masih ya. sudah pak,

penyelenggaraan sudah tetapi belum lagi oke. eh, kapan lagi ini misti dilaksanakan ini, pelaksanaan itu tidak bisa setengah-setengah.

Ya, ini sudah penyelenggaraan sudah tetapi pelaksanaan masih belum. Tetapi kalau umpamanya dikumpulan keduanya itulah yang dikatakan murakab masji tadi. kalau tidak salah itu dalam bahasa Indonesia itu kita kumpulkan keduanya kalimat itu, tetapi kalau itu tidak ada dalam tata bahasa Indonesia maka kita pilih kata penyelenggaraan yang besifat umum.

KETUA RAPAT : Jadi menurut Daulatul Ummah, penyelenggaraan itu bersifat long time,

pelaksanaannya short tima begitu.

FPDU (PROF. DR. H. MUHIBBUDDIN WAL Y) : Begitulah kalau penyelenggaraan itu masih bersifat umum dc:m tidak tegas

tetapi kalau ditambah pelaksanaan.

KETUA RAPAT: lni pada, ahli bahasa sudah hadir pak. silahkan ahli bahasa, beda

penyelenggaraan dan pelaksanaan, cuma ada definisi enak dari sana, penyelenggaraan itu jangka waktu lama, long time kalau pelaksanaan ..... .

AHLI BAHASA: Terima kasih, mohon maaf karena ada sesuautu hal yang.

Baik masalah penyelenggaraan dan pelaksanaan itu sama-sama kata kerja dan tidak ada jangka pendek, jangka panjang, itu sama saja, jadi manasuka. Jadi bisa bertukar tempat itu, tidak ada makna jangka waktu pendek, jangka panjang, tidak, tidak, maknanya sama pak.

KETUA RAPAT : Dalam konteks DIM 68 kata-kata penyekenggaraan disini ada usul untuk

diganti pelaksanaan.

F.PDU (PROF. DR. H. MUHIBBUDDIN WAL Y) : Dan adakah dalam bahasa Indonesia mengumpulkan dua kalimat tetapi

pengertiannya lebih mantap, kalau dalam bahasa Arab ada.

AHLI BAHASA : Dalam konteks ini, jadi kata penyelenggaraan dan pelaksanaan bergantung

konteks kalimatnya. Untuk ini ada kata perencanaan biasanya diiringi oleh kata pelaksanaan, perencanaan, pelaksanaan dst. Jadi ada satu kebiasaan, itu biasanya kita gunakan penyelenggaraan ya, pak dalam konteks ini.

KETUA RAPAT Silahkan Pemerintah·pak. sudah mendengarkan semua suara, baik yang long

maupun yang short.

PEMERINTAH/KETUA POKJA : lni memang repotnya kalau bahasa Indonesia, memang katakanlah terlalu

miskin memang penyelenggaraan itu dalam bahasa lnggrisnya to .......... sedangkan pelaksanaan itu execution, namun dalam terminologi ini yang kita gunakan lebih mengarah kepada to ...... terima kasih.

25

Page 26: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

KETUA RAPAT : Ya. tentara lawan tentara, silahkan TNI.

F.TNI/POLRI (SLAMET SUPRIADI, S.IP.,M.Sc.,MM): Kami cuma mohon pertimbangan saja dari Pimpinan pak. Pada DIM 22 kita

pernah membahas tentang pengelolaan pertahanan negara, adalah segala kegiatan pada tingkat strategis dan kebijakan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian pertahanan negara. DIM ini memang dibahas di Panja pak. tetapi dimasalahkan, PDIP menyarankan perlu ditambahkan pengendalian dan evaluasi. Jadi kalau kita sepakat DIM ini tidak dimasalahkan ya kita konsisten dengan undang-undang ini rumusannya bukan to ....... tetapi adalah actuating itu dalam hal ini, pelaksanaan ini pak. terima kasih.

KETUA RAPAT: Cuma ini masalah kebijakan Presiden ini pak. kalau di pasal 22 kegiatan

pertahanan secara menyeluruh yang melibatkan DPR kek, apa, apanya., sedangkan ini kegiatan terbatas pada Presiden, kebijakan apa yang bisa dikeluarkan oleh Presiden yang akan menjadi acuan. Bagaimana Golkar?

F.PG (JR. S.M. TAMPUBOLON): Terima kasih pak. Ketua. Jadi sama yang disampaikan oleh rekan dari

TNI/Polri tadi. memang pemahaman kami disini adalah manajemen. Sebab kalau kita berbicara dalam pengelolaan sistim sebagai heading dari pada DIM ini, kemudian kita masuk lagi penyelenggaraan kan jadi dua kali ini sudah pengelolaan itu sendiri heading daripada satu Bab. kemudian masuk lagi penyelenggaraan, heading lagi dalam bagian ini kan, semakin apa kami kira nanti, semakin menjadi dibawa kemana ini, kami kurang. Jadi kalau boleh kami menyampaikan ya kalau memang masih perlu diperdalam nanti di Panja, silahkan saja pak. terima kasih.

KETUA RAPAT : PDIP, silahkan ada.

F .PDIP (FIRMAN JAY A DAELI, SH) : Saya kira sebetulnya seperti disampaikan ternan kami tadi fraksi POl

Perjuangan mendukung apa yang disampaikan oleh Pemerintah dan sebetulnya bisa diselesaikan disini tidak harus capek-capek di Panja, sebab konteksnya ini kepresidenan. Memang kata yang cocok adalah terminologi itu penyelenggaraan, kalau pelaksanaan sudah operasional tehnis manajemen, ini bukan bahasa mamajemen yang konvensional itu. Jadi termasuk pengorganisasian dari pada level kebijakan, oleh karena itu kami tetap mengusulkan ini dan tidak perlu di Panjakan sebab ini soal ini saja, terima kasih pak.

KETUA RAPAT : Ya, Reformasi.

F.REFORMASI (PROF. DR. H. MOCH. ASIKIN, SH) : T erima kasih Pimpinan. Kami berpandangan bahwa pelaksanaan itu bag ian

dari manajemen, dari pengelolaan. Sehingga kalau kita pakai kata pengelolaan dalam redaksi yang diajukan oleh Pemerintah itu, menurut hemat kami itu mengandung makna yang sudah sesuai karena kita akan mengelolah berarti bagian dari itu ada pelaksanaan-pelaksanaan bukan hanya menyangkut pelaksanaan tetapi lebih luas makna dari satu manajemen, pengelolaan. Jadi kami memandang bahwa redaksi yang ditawarkan oleh Pemerintah ini kami bisa terima karena ini mengandung pengertian yang lebih luas, bukan sekedar penye. ...... pelaksanaan tetapi termasuk perencanaan dlsb. terima kasih. sehingga dengan demikian kami memandang saya setuju dengan ternan dari PDIP bahwa kalau boleh kita satukan

26

Page 27: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

persepsi dan kalau boleh kita sudah putuskan dan tidak usah kita ke Panja. Terima kasih.

KETUA RAPAT : Sebelum kefraksi lain, ada pertanyaan, bisa digambarkan tidak Pemerintah. ini

kan sebenarnya penetapan Presiden nanti, apakah betul Presiden mengeluarkan kebijakan umum? Kalau Presiden mengeluarkan kebijakan umum undang-undang ini apa isinya? Ya, silahkan.

AH Ll BAHASA : Supaya lebih terang, jelas, dalam komponen dalam masalah

penyelenggaraan dalam pasal sini lagi. Kalau kita lihat komponen mana yang lebih besar dan mana yang lebih kecil memang dalam penyelenggaraan itu ada terdapat pelaksanaan, jadi berdasarkan apa penyelnggaraan itu, tetapi dalam hal tindak lanjut itu ada pelaksanaan, contohnya perbuatan menyelenggarakan diperbagai arti sebagai pelaksanaan, penunangan dsb. jadi pelaksanaan itu ada didalam penyelenggaraan, itu dari kami terima kasih.

KETUA RAPAT: Ya. silahkan Pemerintah.

PEMERINTAH/MENHAN : Ya, tadi pertama saya sduah mengatakan persis seperti itu.

KETUA RAPAT: Ya, kita kembalikan ke Golkar. Jadi fraksi-fraksi sudah kita dengar semua.

F.PG. (IR. S.M. TAMPUBOLON): Jadi menerut pemahaman dari partai Golkar sebetulnya adalah konkordan

dengan buitir 4 yang disampaikan rekan tadi sebetulnya, tetapi cuma tidak memahami jadinya makin apa ini kalau begini caranya. Pemahaman kita sebetulnya itu tadi, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan bahkan bagaimana nasib pengendalian apakah itu tidak akan diatur disini, presiden menetapkan kebijakan mengenai pengendaliannya sendiri sebagai bagian dari pada apa cukup dengan hanya sebagai pengawasan dsb.

Karena prinsip manajemennya seperti itu, kami beranggapan seeperti apa yang kami sampaikan ini. namun demikian terserah pak. kalau bagaimana sikap kita disini saja, rekan-rekan yang lain, hanya kami menawarkan satu apa dengan catatan seperti itu, tetapi kalau tach ini seperti demikian kami maka hanya mencatatkan demikian bahwa kami mengusulkan sesuatu apa disini, terima kasih.

KETUA RAPAT: Mungkin begini kita bisa ambil keputusan pak. untuk DIM 68, kita terima

rumusan RUU, kecuali kalau DIM 22 mengalami perubahan. Karena 22 merumuskan definisi pengelolaan, penyelenggaraan, pelaksanaan dlsb. bagaimana Pemerintah?

PEMERINTAH/MENHAN : Setuju!.

KETUA RAPAT : Setuju ya, jadi 68 kita terima sesuai ini, kecuali kalau induknya mengalami

perubahan.

KETOK PALU 1 X

27

Page 28: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

Selanjutnya DIM 69, mana DIM 69, PDIP tetap, Golkar tetap, PPP tidak ada perubahan, Kebangkitan Bangsa ada rumusan tambahan ayat (1) Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas nama TNI, maksudnya apa? silahkan pak. Apakah DIM 69 ini berdiri sendiri atau menjadi bagian dari DIM 70 jadi ada tambahan ayat (1) silahkan.

F.KB (DRS. IR. A. ANSHOR CHOLIL) : Fraksi Kebsngkitan Bangsa mengusulkan ada tambahan ayat, tambahan ayat

(2) ini bunyinya Presiden berwenang dan bertanggung jawab peng ........... kekuatan Tentara Nasionallndonesia titik

KETUA RAPAT : Tidak intisitasnya dulu pak. Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas

nama TNI, ada usul dari Kebangkitan Bangsa seperti itu. jadi ada tambahan ayat baru, maksudnya apa ini pak.dan kenapa ditambah dan kalau orang tidak mau bagaimana? Silahkan pak.

F.KB (DRS. IR. A. ANSHOR CHOLIL} : Saya kira begini, ini usul tambahan satu ayat jadi DIM 68 ini pak

KETUA RAPAT : 69 pak

F.KB (DRS. IR. A. ANSHOR CHOLIL) : Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas nama TNI, ini tambahan yang

tadi dari

KETUA RAPAT : Jadi pasal 13 ayat (1) Presiden memegang kekuasan tertinggi atas nama TNI

dengan demikian usul FKB pasal 13 ayat (1) usulan Pemerintah menjadi ayat (2) begitu maksudnya pak.

F.KB (DRS. IR. A. ANSHOR CHOLIL) : Ya, begitu maksudnya.

KETUA RAPAT : Jadi sebelum masuk ke DIM 70 ada usul tambahan ayat dari fraksi

Kebangkitan Bangsa, silahkan. Pemerintah dulu atau fraksi-fraksi dulu. Silahkan, ini usul FKB akan ditanggap oleh Pemerintah.

PEMERITAH/MENHAN : Ya, kalau atas nama TNI, itu berarti menempatkan Presiden dibawa TNI,

mungkin yang dimaksudkan Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas TNI, kalau itu maksudnya itu sudah ada didalam UUD, Presiden memegang kekuasaan atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara artinya kan itu, kalau TNI itu unsur-unsurnya sudah ada tiga itu tadi. Oleh sebab itu kami kurang sependapat penambahan usul ini, tetapi saya kembalikan ke Pansus, terima kasih.

KETUA RAPAT : Kebangkitan Bangsa ada yang belum jelas pak. kata atas nam ini apa betul

ada disitu atau salah tulis. Kalau memang ada kata-kata atas nama, apa maknanya itu? sebelum fraksi lain memberi tanggapan balik.

FKB (DRS. IR. A. ANSHOR CHOLIL) : lni begini pak, sesuai dengan apa yang dikemukan dari pihak Pemerintah

bahwa sesuai dengan UUD 1945 bahwa Presiden itu memegang kekuasaan

28

Page 29: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

tertinggi kepada Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara dan dengan demikian itu ya kalau bisa dihilangkan atas namanya ya tidak masalah, Presiden memegang kekuasaan tertinggi TNI.

KETUA RAPAT : Jadi sudah jelas yang diusulkan Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas

Tentara Nasional Indonesia dengan alasan kalau di UUD memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Laut dan Udara, ya silahkan PDIP.

F.PDIP (FIRMAN JAVA DAELI, SH): Jadi memang ini sudah diatur didalam UUD 1945, Bahwa Presiden

memegang kekuasaan tertinggi atas TNI. Tentunya yang kita maksud adalah juga Presiden kan tunduk pada konstitusi dan tidak juga serta merta tongkat komando harus pindah ke Presiden, itu yang kita maksud dengan ini. walaupun kekuasaan tertinggi atas TNI.

Oleh karena itu menurut kami resening yang kuat yang significan, sehingga harus masuk ini. ini yang kami butuhkan dari FKB sebetulnya, tetapi prinsipnya kami sepakat bahwa memang Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas TNI, itu memang sesuai dengan konstitusi, tetapi latar belakang pemikirannya cukup kuat ini pak. kenapa harus diturunkan dalam level undang-undang, apakah kaJau juga tanpa undang-undang, kalau hanya dengan UUD 1945 itu kurang. Kenapa dioperasionalkan dalam level undang-undang? Kami malah tanda tanya sebetulnya. Untuk kali ini kami mengkritisi PKB untuk kali ini, pkb dalam konteks ini. kita berbicara soal negara ini pak. soal konstitusi kan, karena soal sekarangkan atas nama kekuasaan dan kepentingan nasional semua didayagunakan pak. Padahal konstitusi yang harus kita kedepankan ini. terima kasih.

KETUA RAPAT : Jadi memerlukan alasan lagi kenapa barang itu harus masuk karena sudah

ada didalam konstitusi. Jangan dulu pak, biar yang lain dulu memberi tanggapan, siapa tahu ada fraksi yang setuju sama bapak. Golkar silahkan.

F.PG (ORA. Hj. CHAIRUN NISA, MA) : Saya juga, barangkali juga mohon penjelasan juga, tetapi kalau kita

mengingat bahwa didalam UUD kita sudah dan sudah jelas mengapa harus dimasukan lagi didalam pasal ini. Jadi menurut fraksi Golkar sebaiknya ya, kalau memang itu sudah cukup didalam UUD sebaiknya didrop saja dari sini.

KETUA RAPAT : Tadi alasan tambahan dari PKB yang dimaksud disebut dalam UUD itu bukan

TNI, tetapi Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara, ya, silahkan TNI.

F.TNI/POLRI (SLAMET SUPRIADI,S.IP.,M.Sc.,MM): Kami mohon maaf untuk kali ini tidak sependapat dengan PKB, kalau memang

ini, dikonsideran toch sudah menyebutkan kalau diambil dari pasal 3, pasal 10 UUD. Lalu yang kedua, apabila sarannya ini apakah ini tidak mengamandemen dari UUD oleh karena itu kita jangan hendaknya merubah apa yang, teks yang sudah ada didalam batang tubuh itu pak. demikian pak, terima kasih.

KETUA RAPAT : Ya, Reformasi.

29

Page 30: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

F.REFORMASI (MASHADI): Jadi karena secara substansi sudah termuat didalam UUD maka

sesungguhnya tidak diperlukan lagi untuk dimaksukan didalam RUU ini, sehingga untuk menghindari sebagai hal saya kira mempunyai implikasi politis maupun tehnis nanti yang, saya kira tidak diperlukan. Oleh karena itu mengusulkan, usulan dari saudara kita dari PKB untuk didrop, terima kasih.

KETUA RAPAT: KKI

DRS. H.A. HAMID MAPPA) : Kami sependapat dengan TNI/Polri, hendaknya apa yang diusulkan · PKB ini

didrop saja, terima kasih.

KETUA RAPAT : Daulatul Ummah.

F.PDU (PROF.DR.H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WAL Y) : Kami mencukupkan dengan apa yang telah tercantum dalam UUD 1945,

terima kasih.

KETUA KETUA : Saya kembalikan ke Kebangkitan Bangsa.

F.KB {DRS. IR. A. ANSHOR CHOLIL) : Sebenarnya begini, mengapa ini kami usulkan dicantumkan kembali dalam

undang-udang ini. merujuk pada UUD 1945 bahwa Presiden memegang kekuasaan tertinggi Angakatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, ini adalah untuk memperkuat saja bahwa rujukan kesana, karena yang dibahas disini ini adalah masalah TNI karena itu kami hanya menggantikan saja Presiden memegang kakuasaan tertinggi atas TNI, hanya itu saja, pikiran-pikiran kesana itu. ya. kalau dalam bahasa itunya itu memperkuat saja, seperti satu tauhid kepada yang sudah ada. tetapi, tach kalau demikian misalkan dari rekan-rekan dari Fraksi yang lain kurang sependapat, kamipun taslif, karena masalahnya bukan masalah sekarang tetapi masalah adalah yang akan datang, jadi bukan untuk kepentingan Presiden yang sekarang saja tetapi untuk kepentingan yang akan datang dan itu menuju pada sampai seterusnya begitulah, terima kasih.

KETUA RAPAT : Artinya, ini boleh tidak dimasukan pak.

F.KB (DRS. IR. A. ANSHOR CHOLIL) : Ya, kalau memang semua sudah tidak sependapat itu mau diapakan lagi.

KETUA RAPAT : Baik, jangan pakai suara pesimis seperti itu. Jadi DIM ini kita kembali keusul

RUU ya.

KETOK PALU 1 X

Sekarang kita masuk DIM 70 dengan demikian usul Kebangkitan Bangsa untuk menjadikan ini sebagai ayat kedua tidak relevan lagi. Silahkan Reformasi ada usul mengganti Kepala Negara , bukan mengganti kepala negara, menambah kata-kata itu, silahkan Reformasi.

30

Page 31: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

F .REFORMASI (MAS HAD I) : Usulan dari fraksi Reformasi ini yaitu menambahkan selaku kepala negara,

disini dalam konteks Presiden sebagai Kepala Negara jadi untuk menegaskan posisi Presiden sebagai Kepala Negara kira-kira begitu, terima kasih.

KETUA RAPAT : TNI/Polri silahkan.

F.TNIIPOLRI (SLAMET SUPRIADI, S.IP.,M.Sc.,MM) : Kami cuma ingin menyarankan adanya perubahan tempat itu pak. perubahan

tempat terutama.

KETUA RAPAT : Oh, restrukturisasi pasal dan ayat, nanti kita selesaikan secara adat dipada

bagian terakhir. Ada usul dari Reformasi ini saudara Pemerintah untuk menambah kata-kata

selaku kepala negara, pertanyaannya didalam Bab.-Bab. sebelumnya kita menganggap urusan pertahanan itu bagian dari urusan Pemerintahan jadi dikendalikan keterlibatan Presiden disitu sebagai Kepala Pemerintahan, pertanyaannya, Apakah pengerahan tentara ini urusan Pemerintah atau urusan sebagai Kepala Negara?

Karena yang dibahas disini adalah pengerahan kekuatan TNI. Jadi yang dimaksud Reformasi ini, pengerahan TNI baik didalam negeri maupun keluar negeri, silahkan Pemerintah.

PEMERINT A/MEN HAN : Kami menganggap bahwa dalam konteks ini sebenarnya tidak perlu

dibedakan antara Presiden sebagai Kepala Negara dan sebagai Kepala Pemerintahan, artinya Presiden bisa mengerahkan apakah ia sebagai kepala negara apakah in sebagai kepala pemerintahan, tergantung pada kepentingan dan kasus­kasus konkrit yang muncul pada setiap perkembangan masyarakat kita, terima kasih.

KETUA RAPAT: Demikian usul Reformasi yang sudah ditanggapi oleh Pemerintah, sekarang

giliran fraksi untuk menanggapi, silahkan PDIP.

F.PDIP (FIRMAN JAVA DAELI, SH): Terima kasih, forum Pansus yang kami hormati, kami sepakat dengan usulan

dari Pemerintah dan memang tidak pembedaan juga yang significan UUD 1945 maupun TAP MPR No. VI maupun VII. Oleh karena itu maka jangan sampai karena pembedaan kata ini, malah membuat nanti Presiden tidak malah punya kewenangan juga, sebab bagaimanapun Presiden mempunyai kewenangan konstitusional dalam konteks itu. oleh karena itu maka kami tidak melihat disini argumen yang kuat untuk bisa menambah kata Presiden menjadi selaku kepala negara. kami bertanya sebetulnya, kalau boleh lalu apa kira-kira usulan dari Reformasi kata harus ada perbedaan kalau Pemerintah ini, kalau Kepala Negara ini, lalu apa perbendaan yang harus kita perankan misalnya DPR sebab sebagai Kepala Negara paling tidak kan ada peran lembaga lain untuk ngontrol kalau mengerahkan tentara, tetapi ini tidak nampak itu. Sebab kalau ditambah Kepala Negara lalu apa perbendaannya dengan Kepala Pemerintahan, ini agak susah pada saat mana Kepala Pemerintahan pada saat mana Kepala Negara. Kalau dicantum secara jelas dan tegas disini lalu mestinya ada tawaran karena ini persoalan kenegaraan, karena ini soal misalnya pengerahan kekuatan TNI maka bisakah ada lembaga kontrol yang lain untuk kalau pakai kata Kepala Negara. tetapi kalau tidak berarti sudah standar minimal sebagai Presiden saja. Jadi usul konkrit kalau boleh tetap rumusan dari Pemerintah, terima kasih.

31

Page 32: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

KETUA RAPAT : Misalnya dimaksud PDIP pengangkatan Hakim Agung dilakukan Presiden

sebagai Kepala Negara itu karena ada persetujuan DPR, pengangkatan BEPEKA juga demikian. maka dengan memakai Kepala Negara apa konsekwensinya nanti Presiden dalam mengerahkan TNI untuk kepentingan tertentu juga memerlukan persetujuan DPR. Silahkan Golkar.

F.PG (FERDIANSYAH, SE): Terima kasih Pimpinan. Kami memahami alasan yang diutarakan oleh Fraksi

Reformasi, namun berdasarkan pembahasan ataupun yang uraian DIM-DIM sebelumnya dan berdasarkan penjelasan daripada Pemerintah, kami sependapat yang diutarakan oleh Pemerintah. terima kasih.

KETUA RAPAT : Kebangkitan Bangsa Pak.

F.KB (DRS. IR. A. ANSHOR CHOLIL): Saya kira konsep dari Pemerintah ini cukup Pak, jadi tidak perlu ditambah

selaku kepala negara atau selaku kepala pemerintahan, dengan umum itu sudah memberikan pengertian tersendiri. Terima kasih.

KETUA RAPAT : TNI/POLRI.

F.TNIIPOLRI (SLAMET SUPRIADI. S.IP.,M.Sc.,MM): Kami sependapat Pak tidak perlu ditambahkan sebagai kepala negara dan

sebagai kepala pemerintahan.

KETUA RAPAT : FKKI.

F.KKI (DRS. H.A. HAMID MAPPA): Sesuai konsep dari Pemerintah.

KETUA RAPAT : F. PBB.

F.PBB (H.M. ZUBAIR BAKRY) : Sesuai dengan konsepsi Pemerintah.

KETUA RAPAT : Daulatul ummah.

F.PDU (PROF. DR. H. MUHIBBUDDIN WALY): Setuju, seperti konsep Pemerintah tidak perlu ditambah sebagai kepala

negara, bahkan tambah bingung kita, masalahnya oleh karena akan jadi pertanyaan apalagi setelah ada ..... amandemen tentang UUD 1945. karena itu maka orang jadi bingung, apakah ini presidentil apakah ini parlementer. Oleh karena itu untuk tidak terjadi kebingunngan itu maka kita kembali saja pada naskah RUU yang ada, jadi tidak ada kata kepala negara. terima kasih.

KETUA RAPAT: Jadi kalau tidak ada kepala negara itu berarti bisa selaku kepala

pemerintahan bisa juga kepala negara. jadi kalau sistem pemerintahan kita berubah menurut UUD 1945 kata-kata ini tidak bisa hidup. Tapi kalau dibatasi dengan ada

32

Page 33: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

kepala negara harus ada penyesuaian-penyesuaian kalau ada perubahan ketatanegaraan kita. Silakan Reformasi Pak.

F.REFORMASI (PROF. DR. H. MOCH. ASIKIN, SH) : Terima kasih Pimpinan. Kami melemparkan tawaran ini untuk adanya suatu kepastian atau kesamaan

pemahaman tentang peran kepala negara berkenaan dengan pembinaan terhadap TNI, agar itu kita sejalan dengan pengangkatan panglima TNI seperti yang dicantumkan dalam TAP MPR bhawa itu harus dengan persetujuan DPR. Tapi kalau memang untuk pengolahan itu seperti yang telah dijelaskan oleh seluruh fraksi dan pemerintah bahwa ini menyangkut mengenai tugas pemerintahan maka saya memahami dan kami tidak ingin tidak jalan sendirian tentu kami ikut pada suatra terbanyak atau bersama-sama jalannya itu.

Dan saya memahami bahwa yang dimaksud ini adalah tugas pemerintahan. Tidak boleh kaku dalam mengartikan presiden ini, karena presiden dalamnya itu adalah presiden . . ... nanti ditafsirkan kemudian ada kepala pemerintahan dan kepala negara. jadi oke-oke saja kita ikut konsep yang sudah ada . terima kasih Pimpinan ..

KETUA RAPAT : Prinsipnya Reformasi tidak mau jalan sendiri,mau ikut serta bersama-sama

dengan Pemerintah, karena ini urusan Pemerintah. Jadi kita kembali ke rumusan RUU.

KETOK PALU 1 X

DIM 71, tidak ada perubahan kecuali ada unsur tambahan dari PDKB. Saya kira kita kembali ke DIM RUU 71, setuju?

KETOK PALU 1 X

DIM 72, PDI-P tetap, Golkar ada perubahan, silakan.

F.PG (FERDIANSYAH, SE): Terima kasih Pimpinan. Kami FPG mempunyai yang melatarbelakangi adanya

penambahan kata Republik Indonesia. Hal ini dikarenakan di sini bahwa seyogyanya berkaitanbahwa presiden sebagai lembaga tinggi negara tentunya di sini yang dimaksud adalah mendapat persetujuan dari lembaga tinggi negara juga, dalam hal ini adalah DPR-RI. Tidak mungkin di sini presiden di sini mendapat persetujuan dari DPRD. Jadi kami menegaskan kembali bahwa ini ada keseimbangan antara persetujuan yang dilakukan oleh sesama lembaga tinggi negara, sehingga kami mengusulkan adanya penambahan kata Republik Indonesia. Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT : Ada usul dari Golkar, PPP minta ini didrop susah kita minta alasan karena

tidak hadir. FKB silakan ada pemecahan ayat? Oh yang tadi ini ya karena konsekuensi penambahan ayat (1 ), lalu ini menjadi ayat (3). Reformasi,ancaman bersenjata, silakan.

F .REFORMASI (MAS HAD I) : Penambahan pada ayat (2) tentang yaitu dengan berbagai hakekat ancaman

Pak. Jadi di sini menegaskan bahwa selain menghadapi ancaman bersenjata tapi juga berbagai macam bentuk ancaman. Jadi karena hakekat ancaman ke depan itu bukan ..... mengenai masalah ancaman dalam bersenjata tetapi juga kemungkinan­kemungkinan yang lain. Maka kalimatnya lebih luwes yaitu dengan berbagai hakekat ancaman. Terima kasih. sehingga seluruh kalimatnya adalah dalam hal pengerahan

33

Page 34: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

kekuatan TNI untuk berbagai hakekat ancaman, kewenangan presiden sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus mendapat persetujuan DPR. Terima kasih.

KETUA RAPAT : Baik, selanjutnya dari TNI/POLRI.

F.TNIIPOLRI (SLAMET SUPRIADI, S.IP.,M.Sc.,MM) : Dari kami ingin menyarankan untuk kata ancaman bersenjata itu dijelaskan

pada penjelasan pasal ini Pak, karena sebenarnya ini konvergen dengan DIM sebelumnya. Kita pada waktu membahas ancaman, ancaman didrop, kemudian pad a waktu membahas . .. . . . dan konvensional itu akan dirumuskan dalam satu rumusan tersendiri ancaman terhadap pertahanan negara itu apa saja. lni kalau ancaman bersenjata ini saja didalam kalimat ini tidak jelas Pak,ancaman bersenjata yang tingkat kayak apa, apakah perampokan bersenjata itu sudah termasuk ancaman bersenjata? Kalau memang yang dimaksud ini adalah ancaman bersenjata ancaman militer, apa perang, apakah mungkin bentuk terorisme .......... yang sudah bersenjata dan sebagainya. Kami menyarankan untuk dijelaskan dalam pasal ini.

KETUA RAPAT : Sesuai dengan DIM sebelumnya. Jadi Pemerintah ada tiga fraksi, saya kira

kalau usul TNIIPOLRI kita konkordankan dengan permintaan pada DIM sebelumnya. Jadi tinggal dua, usul dari FPG untuk menambah kata-kata Republik Indonesia pada Dewan Perwakilan Rakyat, tetapi presidennya di atas tidak ada presiden Republik Indonesia, hanya presiden saja, DPR nya juga cuma satu Pak. Yang kedua, Reformasi istilah berbagai hakekat ancaman. Silakan Pemerintah.

PEMERINTAH/MENHAN : Untuk kata Rl di belakang DPR kami tidak keberatan kalau memang itu

dianggap disetujui, tetapi bisa ada alternatif lain bahwa apa yang kami susun ini tetap tetapi menambah satu pengertian pada ketentuan umum di depan bahwa DPR adalah DPR-RI yang dipilih dan seterusnya dan seterusnya, itu bisa diberikan. Tetapi kalau mau ditambahkan di sini juga kami tidak keberatan.

Begitu juga untuk ternan-ternan dari Fraksi Reformasi, kami setuju untuk didiskusikan lebih dahulu manakala semua fraksi menyetujui untuk menambahkan kata berbagai hahekat ancaman maka kami tidak setuju untuk mengubah itu. untuk TNI/Polri saya kira minta adanya usul adanya penjelasan, saya kira tadi sudah dijawab ketua Pansus, terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, sekarang giliran kita untuk menanggapi usulan dari kedua fraksi ini,

silahkan PDIP.

F .PDIP (FIRMAN JA YA DAELI, SH) : Awalnya kami setuju dengan usulan Pemerintah, memang disini tidak ada

kata Rl di Presiden, logikanya DPR yang kita maksud DPR-RI. Awalnya kami sepakat dengan Pemerintah tetapi sekali-sekali kan usulan juga Golkar kita terima. Jadi dalam hal ini tidak apa-apa kalau ini kita terima.

Untuk fraksi Reformasi kalau menawarkan kalimat ini maka seolah-olah kita membuka diskusi lama lagi, berkepanjangan nanti, kalau menggunakan kalimat ini. Oleh karena itu maka kalau dalam konteks butir ini kami kira yang relevan adalah apa yang ditawarkan oleh Pemerintah, untuk itu maka kami kurang sependapat kalau usulan tambahan dari fraksi Reformasi ini dicantumkan disini, terima kasih. TNI/Polri menyesuaikan dengan yang disampaikan oleh ketua Pansus.

KETUA RAPAT : Ya, selanjutnya Kebangkitan Bangsa.

34

Page 35: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

F .KB (DRS. JR. A. ANSHOR CHOLILI) : Terima kasih. untuk usulan menambah dibelakang Dewan Perwakilan Rakyat

ditambah dengan Republik Indonesia sebenarnya tanpa ditambahpun pengertiannya memang sudah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Tetapi tach misalnya itu dicantumkan kami pun tidak masalah dan tidak keberatan. Yang kedua untuk usul dari rekan kami dari fraksi Reformasi, kalimat menghadapi ancaman bersenjata diganti kalimat berbagai hakekat ancaman.

Sebenarnya dalam hal pengerahan kekuatan TNI itu justru untuk menghadapi ancaman bersenjata, ancaman yang tidak bersenjata itu yang tidak perlu menggunakan kekuatan TNI. Kami kira konsep dari Pemerintah itu sudah bagus dan baik, hanya sesuai dengan apa yang tadi disarankan oleh dari fraksi TNI/Polri bahwa perlu ada satu penjelasan apa yang dimaksud dengan ancaman bersenjata itu ada penjelasan tersendiri diakhir dari undang-undang ini, terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan partai Golkar menanggapi usul Reformasi.

F.PG (JR. S.M. TAMPUBOLON): Terima kasih pak. Ketua. Kami sependapat dengan rekan-rekan lain

barangkali, pak, mohon maaf rekan dari partai Reformasi. Kita, bahwa dalam pengertian pengerahan kekuatan TNI adalah dalam hubungannya yang ancaman bersenjata itu sendiri, sedangkan kalau apa ini, substansi kata-kata ini hilang menjadi apa nanti kurang pas begitu kira-kira, itu saja pak. sebagai tambahan, terima kasih.

KETUA RAPAT : Ya, TNI/Polri.

F.TNJ/POLRJ (SLAMET SUPRIADI, S.IP.,M.Sc.,MM) : Kami ingin menaggapi, yang pertama dari usul PDIP pak. PDIP yang ...

KETUA RAPAT : PDIP tidak ada pak.TNI agak sukar membedakan mana yang Golkar, mana

PDIP.

F.TNI/POLRJ (SLAMET SUPRIADI< S.lp.,M.Sc.,MM) : Bahwa penambahan Republik Indonesia pada DPR itu, saya pikir ini sudah

jelas yang dimaksud dalam undang-undang ini, jadi ini sependapat dengan tetap dengan rumusan dari naskah RUU ini pak.

Kemudian yang kedua usul kawan Reforamsi pada dasarnya sama dengan kami sebetulnya, kalau sudah dibahas dalam penjelasan sudah dijelaskan sudah tidak menjadi permasalahan. Tetapi apabila diganti menjadi berbagai hakekat ancaman, maka disini Presiden diberi kewenangan untuk seluruh bentuk ancaman digunakan pengerahan TNI, justru ini melanggar dari apa yang sudah kita sepakati didepan pak. oleh karena itu sebenarnya konkordan pada kita sudah sepakati pada waktu membahas DIM sebelumnya tentang ancaman itu nanti struktur ancaman itu kaya apa, ada penjelasan tersendiri pak. pada waktu penyelia DIM itu pak. Kemudian untuk rekan dari Kebangkitan Bangsa, ini cuma pemutaran, menukar letak.

KETUA RAPAT: Kebangkitan Bangsa sudah selesai, jadi usul penambahan ayat (1) tidak jadi

dengan demikian ayat-ayat lain sesuai dengan RUU.

F.TNI/POLRI (SLAMET SUPRIADI, S.IP.,M.Sc.,MM): Sampai disitu saja pak. terima kasih.

35

Page 36: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

KETUA RAPAT : Sambil Reformasi merenung-renungkan apakah betul semua ancaman bisa

dihadapi dengan pengerahan tentara? Atau pengerahan tentara hanya bisa diarahkan untuk ancaman bersenjata? Silahkan berpikir nanti akan ditanggapi fraksi lain. Fraksi KKI. Sesuai dengan Pemerintah?

F.KKI (DRS. H.A. HAMID MAPPA): Ada penjelasan sedikit pak. bahwa kalau tadi Golkar mengusulkan menambah

Republik Indonesia, kami rasa tidak perlu lagi oleh karena justru yang kita bicarakan sekarang ini adalah RUU tentang Rebublik Indonesia, jadi sudah cukup hanya memakai Dewan Perwakilan Rakyat saja. Kemudian mengenai ancaman sebagaimana dikemukakan oleh TNI tadi barangkali memang perlu diberikan penjelasan lebih rinci lagi supaya lebih jelas masalahnya, terima kasih.

KETUA RAPAT : PBB.

F.PBB (H.M. ZUBAIR BAKRY) : Oleh karena kata Presiden juga tidak memakai Rebublik Indonesia

dibelakang, supaya sejalan, saya kira pengertian tidak lain adalah Dew;:~n Perwakilan Rakyat Indonesia yang dimaksud. Adapun istilah ancaman bersenjata, pengertian tidak lain adalah identik dengan pembrontakan, jadi ada spisipikasi disini yang mengancam kedaulatan negara dll. itu ancaman bersenjata yang demikian. hakekat ancaman secara keseluruhan, secara umum saya kira tidak tepat, terima kasih.

KETUA RAPAT : Daulatul Ummah.

F.PDU (PROF.DR.H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WAL Y) : Saudara Pimpinan. Kalau ada didalam kalimat-kalimat pada pasal-pasal dan

ayat-ayat sebelumnya tercantum Dewan Perwakilan Rakyat Rebublik Indonesia maka disini tidak perlu kita tambah lagi, tetapi kalau tidak ada, maka demi untuk lebih jelas dan mantap, maka tidak menjadi masalah, maka lebih bagus kita tambah kata Republik Indonesia. Jadi kalau sebelumnya sudah ada Rl jadi menambah lagi, itu sudah berulang-ulang, tetapi kalau memang belum ada sebelumnya maka ini adalah jelas dan mantap.

Kemudian berkenaan dengan apa yang telah diusulkan oleh Reformasi tentang berbagai hakekat ancaman. Kalau menurut saya di satu sudut yaitu baik dan mantap malah, karena belum tentu setiap ancaman itu merupakan hakekat ancaman. Sedangkan ini yang kita perlukan pengerahan kekuatan tentara nasional bukan ancaman sebarang ancaman, tetapi ancaman yang betul-betul, ancaman yang betul-betul itulah pengertian dari pada apa yang diungkapkan oleh Reformasi, hakekat ancaman.

Jadi saya setuju apa yang diungkap oleh Reformasi itu, karena setiap ancaman belum tentu meningkat kepada hakekat ancaman. Tetapi yang kita kehendaki ini adalah ancaman yang benar-benar, ancaman yang benar-benar itu mengungkapkan dengan kalimat hakekat ancaman, terima kasih.

KETUA RAPAT : Ya, jadi ada dua pengertian hakekat ancaman dan penambahan kata-kata

Republik Indonesia, mungkin ada bagusnya kita tanya ke ahli bahasa dulu, apakah dalam konteks ini memang DPR yang dimaksud disini DPR dalam arti ejektif sehingga tidak perlu Republik lndonesianya, apakah DPR dalam arti institusi sehingga perlu ada Rl nya, silahkan.

36

Page 37: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

AHLI BAHASA : Baik, ada dalam hukum bahasa sesuatu yang sudah kita tahu, tidak perlu

diungkapkan lagi, itu pak. jawaban kami. Jadi itu mubazir.

KETUA RAPAT : Jadi kalau kita sudah tahu,

F.PDU (PROF.DR.H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WAL Y) : Saya setuju dengan ahli bahasa, karena didalam bahasa Arab ada dua

maksudnya, ada achdi zikri, ada achdi zidni, achdi zidni itu yang sudah maklum dalam otak, achdi zikri oleh karena kalimat itu sudah ada sebelumnya. lni kalimat yang begini ini, sudah ada sebelumnya apa tidak? Kalau sudah ada maka tidak perlu disebut Rl karena sudah achdi zikri, kalau belum ada maka juga tidak perlu disebutkan karena sudah achdi zidni. Tetapi untuk lebih jelas maka baik kita tambah dengan Rl, Republik Indonesia. Jadi tujuan kita ini apa untuk lebih jelas atau oleh karena sudah jelas dalam otak sebahagian orang bahwa itu maksudnya. Pada undang-undang ini, adalah undang-undang dibaca oleh seluruh lapisan, termasuk orang awam, kalau itu disebut maka apa yang tidak ada dalam otaknya, maka dia ingat inilah yang dimaksud dengan Dewan Perwakilan Rakyat itu, terima kasih.

KETUA RAPAT : Baik, bagaimana, masih punya alasan, silahkan.

AHLI BAHASA : Terima kasih, jadi dalam judul yang kita bahas ini sudah tercatub kata

Republik Indonesia disana, jadi hal-hal yang menyangkut Rl itu, baik Presiden maupun lembaga lainnya itu sudah mengacu kepada judul itu pak. Jadi cukup, tidak usah dicantumkan lagi kalau orang sudah mengatakan ini DPR tentu asosiasinya ke DPR-RI, terima kasih

KETUA RAPAT : Baik, dari pertimbangan achdi zikri maupun achdi zidni, dua-duanya tidak

perlu, silahkan

F.REFORMASI (PROF.DR.H. MOCH. ASIKIN, SH) : Terima kasih pak. Ketua. Jadi memang kalau dari segi yang kita sudah

pahami tidak perlu apa, tetapi saya kembali apa yang disampaikan oleh pak. Ketua tadi, yang mengatakan apakah yang ini kita bicarakan istitusi atau konteks bahasa itu saja. Dan yang kita bicarakan adalah istitusinya Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Oleh karena itu tidak pernah kita-kita saja mengatakan diri kita anggota DPR-RI tidak pernah kita anggota DPR.

Karena ada pemahaman lain nanti misalnya anggota DPRD pun sekarang mengatakan misalnya saja DPR juga semuanya. Jadi dalam konteks itulah yang menyebabkan kami, kami lebih sependapat daripada dari rekan PDU tadi, kalau memang sudah pernah kita bicarakan sebelumnya tidak perlu, itulah yang ditawarkan oleh Pemerintah tadi. diketentuan umum kalau perlu lebih bagus kita DPR adalah yang kita maksud adalah Dewan Perwakilan Rakyat adalah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, itu mungkin tambah diketentuan umum supaya tidak mengulang-ulang, karena akan berulang-ulang memang didalam ayat­ayat dan pasal sebelumnya, itu saja pak. terima kasih.

KETUA RAPAT : Silahkan pak.

F .REFORMASI (MAS HAD I) : Terima kasih, saya setuju dengan pendapat yang menyatakan bahwa DPR-RI

ini, kita harus ada penentuan sebelumnya pengertian yang tidak berulang-ulang,

37

Page 38: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

contoh kalau kita baca Tatib DPR disitu jangankan Dewan Perwakilan Rakyat disitu malah tertulis Dewan, tetapi dalam penjelasan awal itu disebutkan apa yang dimaksudkan dengan Dewan, itulah yang disebutkan dan tidak ada pengulangan DPR-RI. Saja kira didalam tehnik perundang-undangan kita harus memang ekonomis menyingkat bahasa tidak berarti mengaburkan pengertian. Saya setuju kalau Dewan Perwakilan Rakyat ini pada awal atau pada penjelasan umum itu dijelasakan tentang apa yang disebut Dewan Perwakilan Rakyat atau apa yang dimaksud dengan Dewan, sehingga untuk selanjutnya tidak usah lagi kita persoalkan. Tidak ada masalah disini tinggal penjelasan saja, saya kira demikian Pimpinan.

KETUA RAPAT : Kalau Presiden juga tidak perlu dijelaskan didepan pak. Presiden yang

dimaksud Presiden dalam undang-undang ini adalah Presiden Republik Indonesia. Nah, usul Reformasi sendiri mengenai hakekat ancaman saya sudah mendengarkan jawaban dari fraksi lain.

F .REFORMASI (MASHADI) : Ya. kami tetap ingin mempertahankan usulan ini pak. dan mungkin dibawa di

Panja. Karena prisipnya adalah kami misalnya menganalogkan di Aceh misalnya, terjadi suatu gerakan sparatis atau yang disebut sipil bersenjata, Pemerintah sudah mengirimkan puluhan ribu tentara dan polisi dalam rangka untuk melakukan tindakan intern terhadap aksi sipil bersenjata yang dianggap membahayakan eksitensi negara, itu. dan juga kasus-kasus lain misalnya apa yang terjadi di Irian dan ditempat-tempat lain.

Tetapi kalau saya perhatikan misalnya banyak kekuatan asing dalam bentuk kapal dlsb. yang itu melakukan penangkapan ikan dsb. yang melakukan intervensi dalam wilayah Republik Indonesia, itu merugikan negara yang jumlahnya puluhan atau ratusan triliun, juga misalnya sepanjang perbatasan Kalimantan yang melakukan pencurian dlsb. itu semuanya termasuk didaerah Riau yang melakukan pencurian pasir dan itu mempunyai implikasi terhadap kerugian negara yang jumlahnya sangat besar tetapi bukan hanya menyangkut masalah itu juga mengenai masalah .......... dan integritas nasional. Oleh karen a itu memerlukan

KETUA RAPAT : Reformasi supaya kawan-kawan lebih mudah menanggapi, inikan pergantian

kata-kata hakekat ancaman dengan ancaman bersenjata. Bisa tidak dijelaskan apa yang dimaksud Reformasi dengan hakekat ancaman? Dan menurut Reformasi mana yang lebih tinggi gradasinya, ancaman bersenjata atau hakekat ancaman?

F.REFORMASI (MASHADI): Kalau ancaman bersenjata ini hanya ansich mengenai masalah menyangkut

masalah bersenjata tetapi kedepannya bukan ansich masalah, masalah terkait dengan ancaman bersenjata apakah itu dari luar maupun dari dalam. Tetapi yang akan kita hadapi juga banyak persoalan-persoalan lain , ancaman-ancaman lain yang itu akan lebih membahayakan terhadap eksistensi negara itu perlu adanya satu tindakan politik yang dilakukan oleh Presiden melalui DPR itu sendiri, terima kasih

KETUA RAPAT : Dalam situasi demikian ini katakanlah contoh yang diambil tadi, pencurian

ikan, penyeludupan, apa semua, Reformasi setuju kalau ancaman itu dihadapi dengan pengerahan Tentara Nasionallndonesia, karena ini mengatur ...

F .REFORMASI (MAS HAD I) : Ya, ayat itu saya kira solusi, solusi terakhir, solusi. Yang paling tepat untuk

menghadapi, karena kekuatan-kekuatan lain saya kira tidak effektif untuk menghadapi itu.

38

Page 39: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

KETUA RAPAT : Jadi sudah dengar bahwa dengan sadar Reformasi berpikiran seperti itu, aku

pikir tadi tidak begitu maksudnya ternyata ya seperti itu. Artinya ancaman lain pun TNI boleh masuk, betul begitu Reformasi ya, walaupun bukan tentara yang dilawan, ancaman lainpun TNI boleh masuk, ini Reformasi. Silahkan Pemerintah

PEMERINTAH/MENHAN : Jadi begini justru kami berpendapat yang harus mendapat persetujuan DPR

itu hanya ancaman bersenjata, kalau ancaman-ancaman lain yang perlu tindakan cepat, kan banyak itu, seperti tadi dicontohkan oleh bapak ketua Pansus, masa menunggu persetujuan DPR dulu, setiap hakekat ancaman. Yang bersenjata saja yang perlu persetujuan DPR menurut kami, seperti pembrontakan, invasi dsb. Penyeludupan misalnya kita menangkap perlu TNI lalu Polisi perlu bantuan dsb. harus minta persetujuan DPR lagi. ltulah sebabnya kami batasi untuk ke DPR itu hanya yang bersenjata, ancaman-ancaman lain saya kira tidak terima kasih.

KETUA RAPAT: Bagaimana Reformasi? Kalau saya kembalikan ke fraksi-fraksi saya kira

fraksi-frakssi tetap pada posisi ya. Silahkan Reformasi. Masih ada waktu, silahkan tenang saja.

F.REFORMASI (MASHADI) : Kalau yang disampaikan oleh Pemerintah ya, memang kami dapat

memahami, tetapi kami tetap menaruh perhatian yang serius terhadap persoalan­persoalan yang akan dihadapi oleh bangsa dan negara khusunya terkait adanya intervensi dalam bentuk negara lain, bukan hanya dalam bentuk militer tetapi juga dalam bentuk-bentuk yang lain yang itu sangat merugikan negara. memang itu, saya melihat itu persoalan yang besar tidak kalah dibandingkan masalah intervensi militer begitu. Oleh karena itu juga memang seharusnya, artinya itu memang dibicarakan dengan DPR, saya kira tidak sulit, saya kira, karena ini persoalan-persoalan yang menyangkut masalah eksistensi negara dan bangsa dimasa depan, terima kasih. Oleh karena itu kami diberi waktu, kami usulkan dibawa ke Panja, supaya kami punya waktu untuk memikirkan ini, terima kasih, kalaupun akan diambil keputusan.

KETUA RAPAT : TNI, silahkan.

F.TNIIPOLRI (SLAMET SUPRIADI, S.IP.,M.Sc.,MM): Kami ingin menyarankan kalau bisa ini diputuskan pada, tidak perlu dibawa ke

Panja. Karena kalau usulan dari fraksi Reformasi disepakati pakai misalnya, nanti kembali lagi pada UU 20 pak. rumusan ketentuan umum dalam UU 20 ancaman, itu yang dimaksud adalah hakekat ancaman maksudnya, itu meliputi ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan. Kalau ini yang dimaksudkan, usulan dari fraksi Reformasi, begitu luas kewenangan Presiden untuk mengerahkan tentara untuk seluuruh bentuk tantangan, hambatan pun tentara masuk, apa kita tidak kembali pada masa lalu. Oleh karena itu kami sependapat ini seyogiyanya kita bahas pada forum ini dan kami tetap sepakat usulan naskah dari RUU ini pak, terima kasih.

KETUA RAPAT : Ya. silahkan Golkar.

F .PG (ORA. Hj. CHAIRUN NISA, MA) : Terima kasih Pimpinan, kami tidak akan menanggapi mengenai usul

Reformasi, tetapi tergelitik untuk bertanya setelah mendengan jawaban dari Pemerintah yang menjelaskan mengenai ancaman bersenjata itu yang membutuhkan persetujuan dari DPR sedangkan pengerahan kekuatan menghadapi

39

Page 40: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

ancaman-ancaman lain tidak perlu persetujuan DPR. Jadi berarti dibedakan dari jenis ancamannya.

Kalau menurut pendapat kami apa betul kalau kita membedakan perlu atau tidak perlunya izin dari DPR itu dari bentuk ancamannya? Apa bukan dari bentuk, mungkin skala pengerahan kekuatannya atau mungkin dari, sebesar apa dalam arti kata ancaman itu mengancam keutuhan wilayah, bangsa dan negara kita, mungkin itu yang membedakan hal-hal mana yang perlu mendapat persetujuan DPR dan mana yang tidak perlu persetujuan DPR. Jadi bukan dari segi ancaman bersenjata atau tidak bersenjata mungkin bukan itu yang membedakan.

Kami tidak punya usul konkrit cuma kami menanggapi dengan demikian berarti keadaan memaksa ini disini bisa diinterfretasikan banyak, macam-macam. Kami tadi agak kurang dapat mengerti menerima, kalau yang membedakan itu perlu persetujuan DPR atau bukan hanya karena itu bersenjata atau tidak. Karea ancaman bersenjata bisa juga dalam skala yang kecil atau mungkin bukan ancaman dari luar tetapi dari dalam sendiri, apakah itu juga perlu? Sedangkan ada juga yang tidak bersenjata tetapi skalanya besar menyangkut keutuhan wilayah kita. Jadi saya fikir mungkin ukurannya bukan soal bersenjata atau tidak besenjata. Kalau mau ditanggapi sekarang silahkan, kalau mungkin dibahas lebih lanjut di Panja begitu, terima kasih.

KETUA RAPAT : Mungkin pikiran Pemerintah begini, pengerahan tentara itu ada dua jenis, ada

pengerahan tentara untuk menghadapi ancaman bersenjata itu menjadi kewenangan Kepala Negara dengan persetujuan DPR, ada pengerahan tentara untuk tugas sehari-hari membantu bidang keamanan, itu bukan tugas Presiden tetapi barangkali atas permintaan Polri misalnya, nah ini tidak perlu persetujuan DPR, mungkin itu yang dimaksud barangkali. Lebih baik Pemerintah yang menyampaikan jangan saya.

PEMERINTAH/MENHAN : Ya, tadi kita sudah bersepakat di DIM yang nomor berapa itu ada perbedaan

ya, ada apa yang disebut MOOTW, tugas militer diluar perang lalu ada tugas militer untuk perang menghadapi ancaman bersenjata. Saya kira kita berangkat dari itu dan itu tadi sudah disetujui sebenarnya. Tetapi banyak sekali memang hal-hal yang mengerahkan tentara tetapi tidak perlu minta persetujuan DPR, misalnya kalau kita mengirim misi perdamaian kesuatu tempat saya kira, keperbatasan atau apapunlah yang dilakukan yang juga melibatkan tentara, seperti bantuan kemanusiaan dsb. itu banyak sekali dilakukan.

Kalau semuanya setiap hakekat ancaman harus melalui persetujuan DPR, kita tidak bisa kerja bisa-bisa terlambat oleh sebab itu dibatasi saja, soal pembatasannya itu apakah bersenjata arau tidak, skala orangnya, masanya lebih besar, itu mari kita diskusikan. Tetapi memang saya tidak setuju kalau seperti Reformasi setiap ancaman lalu harus dengan persetujuan DPR itu kita tidak bisa kerja, ada hal-hal yang tidak mungkin minta persetujuan DPR lebih dulu, karena harus dilakukan sekarang juga, terima kasih.

KETUA RAPAT : Ya. baik kami kembalikan ke Reformasi. Jam sudah jam 16.00 mudah­

mudahan ini bisa tuntas sebelum kita istirahat.

F .REFORMASI (MASHADI) : Kami mengusulkan konkrit kepada Pemerintah, apakah formulasi baru yang

selain ancaman bersenjata yang itu bisa diterima begitu, selain ancaman bersenjata yang nanti kami terima yang mengakomodasi aspirasi yang tadi kami sampaikan pada Pemerintah tadi, terima kasih.

40

Page 41: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

PEMERINTAH/MENHAN : Formulasi baru selain ancaman bersenjata itu, menurut kami yang paling

konkrit untuk dirumuskan, sebab kalau abstrak bisa merambah lagi kehal-hal yang sebenarnya tidak kita inginkan, labih baik konkrit saja ancaman bersenjata, terima kasih.

KETUA RAPAT : Artinya sampai saat ini nilai yang konkrit adalah itu, silahkan Reformasi.

F .REFORMASI (PROF .DR.H. MOCH. ASIKIN, SH) : Terima kasih Pimpinan. Jadi ancaman bersenjata itu memang harus kita, ada

pemahaman senjata yang dimaksud dalam undang-undang ini. dalam beberapa kasus-kasus apakah itu di Irian, apakah itu Aceh, apakah itu Poso, disitukan ada beberapa kekuatan yang menjurus kepada perpecahan kalau tidak dikatakan disintegrasi bangsa yang apakah itu kegiatan merupakan idiologi, apakah itu merupakan suatu kegiatan yang sifatnya menghasut yang akan menjurus kepada hakekat ancaman. Semua itu perlu kita antisipasi lebih awal agar tidak menjadi suatu kenyataan atau membahayakan dikemudian hari.

Hal-hal itu yang perlu kita clearkan atau klarifikasi pada kesempatan itu, pada kesempatan ini tentang ancaman bersenjata tersebut. Karena kita juga akan memahami bahwa semua kegiatan manusia itu harus ada alat, harus ada senjata, tetapi senjata yang dimaksud ini misalnya di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan itu kan ada senjata juga tidak kalah berbahayanya dan pemusnaannya dengan amunisi yang digunakan oleh tentara. lnilah saya kira perlu dipahami bersama, hingga kita bisa sepakat didalam perumusan ini, sehingga tanda tanya itu kita bisa akhiri, dan kekeliruan-kekeliruan atau kekaburan yang mungkin terjadi kita bisa pahami, apakah itu didalam penjelasan itu bisa juga satu penyelesaian.

KETUA RAPAT : Atau mungkin saya terjemahkan maksudnya Reformasi. Contoh konkrit di

Palu di Poso misalnya, kalau Presiden mau mengerahkan TNI kesana apakah perlu persetujuan DPR atau tidak? Tidak perlu. Jadi kalau mau dikerahkan TNI di Poso di Palu Presiden tidak perlu persetujuan DPR karena di Poso dianggap bukan ancaman bersenjata, demikian Pemerintah ya. Silahkan.

F.REFORMASI (PROF.DR.H. MOCH. ASIKIN, SH) : Barangkali bisa dibantu kami oleh TNI!Polri mengenai kasus-kasus tersebut,

yakin kan mengenai hal tersebut, kenyataan-kenyataan atau kasus-kasus selama ini, supaya kita bisa clear semuanya.

KETUA RAPAT: Ya, karena TNI nya sedikit anu dulu, PDIP dululah.

F.PDIP (DRS. SIDHARTO DANUSUBROTO, SH): Saya mungkin bisa membantu, PDIP prinsipnya setuju dengan rumusan

Pmerintah saya kira sekarang, rumusan TNI/Polri tadi sama juga. Jadi dalam tingkat mengasut yang dalam belum bentuk bersenjata saya kira itu masalah pidana biasa, masalah pidana ini harus kita bedakan.

Tetapi kalau ancaman bersenjata sebagai dalam perumusan Pemerintah ini, ini memang sudah harus ada suatu pengerahan dari pada TNI, jadi ini harus kita memang yang kita lihat di Maluku, di Poso, di Aceh ini sudah ancaman bersenjata yang nyata-nyata arahnya pada disintegrasi Bangsa disana, ini TNI memang harus terlibat berat disini. Kalau baru penghasutan, macam-macam itu yang sifatnya, itu dirumuskan semua dalam pidana saya kira, dalam KUHP, terima kasih.

41

Page 42: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

F.REFORMASI (PROF.DR.H. MOCH. ASIKIN, SH} : Dalam hal itu musalnya terjadi suatu mobilisasi yang sangat

mengkhawatirkan, misalnya ada deklarasi tentang pendirian suatu Republik sudah ada deklarasi bahwa kami telah berdiri sebagai Republik dinegara ini, apa yang akan kita lakukan disitu?

KETUA RAPAT : Jadi maksudnya kalau sudah ada pernyataan deklarasi pendirian Republik,

apakah itu dapat dikatagorikan sebagai ancaman bersenjata? Sehingga TNI bisa turun. Dan kalau TNI turun apakah perlu persetujuan DPR? ltu yang diminta oleh Reformasi.

F.PDIP (DRS. SIDHARTO DANUSUBROTO, SH) : Saya membaca dari segi hukum pak ya, hukum. Pernyataan, itu pernyataan

makar. Makar juga diwadahi didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, kalau kita mau pendekatan dari segi hukum, makar itu diatur dalam KUHP. Tetapi kalau makar itu sudah ada follow up dibidang ancaman disintegrasi bangsa sebagai kita lihat di Papua, di Aceh, di Maluku, ini TNI harus masuk disini, yang diatur tadi didalam undang-undang.

F.REFORMASI (PROF.DR.H. MOCH. ASIKIN, SH) : ltu makar bukan lagi, makar itu kan percobaan, jadi kita sudah masuk kepada

suatu tindakan konkrit, ada pernyataan bahwa kami sudah menyatakan berada di luar republik ini, itu sudah pernyataan bukan lagi makar apa, bukan lagi suatu perjuangan. Begitu diucapkan langsung jadi.

KETUA RAPAT : Menurut Reformasi kalau ada pernyataan seperti itu TNI boleh langsung

masuk.

F.REFORMASI (PROF.DR.H. MOCH. ASIKIN, SH} : Saya anggap harus masuk di situ, tetapi berpendapat itu sudah berbahaya sekali itu.

KETUA RAPAT : Tetapi tetap harus persetujuan DPR atau tidak perlu?

F.REFORMASI (PROF.DR.H. MOCH. ASIKIN, SH) : Saya kira itu karena tanggung jawab rakyat, harus ada sesuatu kesepakatan,

harus ada persetujuan DPR.

KETUA RAPAT : Sebelumnya ini jam 16.00 WIB sudah lewat, biasanya jam 16.00 WIB itu kita

istirahat 15 sampai 20 menit untuk shalat Ashar dan sesudah itu kita lanjutkan sampai jam 17.00 WIS. Prosedur itu masih tetap kita mau pakai? Kalau begitu kita skor dulu saja Pak ya.

F.PDIP (DRS. SIDHARTO DANUSUBROTO, SH) : Kita usul Pak Ketua bagaimana kita sampai 16.30 WIB saja tetapi ini terus

diskusi ini.

KETUA RAPAT : Artinya shalat Asharnya sesudah 16.30 WI B. jadi 16.30 WIB tutup close, tidak

masuk lagi ya? setuju? Baik. Silakan Pak.

42

Page 43: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

F.PDIP (DRS. SIDHARTO DANUSUBROTO, SH): lni kita saling melengkapi bacaan-bacaan kita. Kalau hal begitu harus minta

persetujuan DPR ini akan menyulitkan dalam rangka operasi TNI maupun operasi lainnya, akan menyulitkan. Kita tahu sendiri bahwa persetujuan DPR itu text time di sini Pak, makan waktu sekali. Pemberangkatan pasukan ke Aceh yang juga ini proses yang panjang sekali. Saya pikir ini masalah besar begini kalau yang sudah mengancam, makar tadi, lalu ada ancaman bersenjata tadi, saya pikir ini TNI bisa langsung untuk dikerahkan tanpa harus melalui DPR. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Silakan Kebangkitan Bangsa dulu Pak.

F .KB (DRS. JR. A. ANSHOR CHOLIL) : Terima kasih. Ancaman bersenjata itu kalau dalam negeri pada hakekatnya

adalah pemberontakan. Kalau itu ancaman bersenjata datangnya dari luar negeri pada hakekatnya adalah perang. Karena itu kalau yang dimintakan persetujuan kepada DPR itu justru yang seperti itu, sehingga kalau ada pemberontakan ........... . presiden bisa mengerahkan kekuatan TNI itu dengan persetujuan DPR. Kalau ada ancaman bersenjata dari Luar Negeri itu Presiden bisa mengerahkan kekuatan TNI dengan persetujuan DPR. Saya kira itu kalau kita kembali ke sana mungkin tidak ada perselisihan. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Sebenarnya tidak ada perselisihan Pak cuma mencari titik temu. Silakan

Bulan Bintang.

F.PBB (H. M. ZUBAIR BAKRY) : Kita dalam pembahasan tentang wewenang presiden. Jadi kelihatannya Sdr.

dari Fraksi Reformasi menganut substansi ancamannya saja, sehingga memang ini jadi menimbulkan satu perbedaan pendapat. Kalau kita baca perkalimat, kalimat ini bukan sesuatu yang mutlak ancaman saja tetapi si sini tergantung daripada kewenangan Presiden dalam hak pengerahan kekuatan Tentara Nasionallndonesia. Jadi di sana dulu formulasinya. Dalam hal pengerahan kekuatan TNI untuk menghadapi ancaman bersenjata. Jadi ancaman bersenjata di sini kalimat sekunder, bukan berarti primer. Dalam hak pengerahan kekuatan TNI dimana masih terkait dengan wewenang presiden.

Tetapi kalau kita hanya bicara tentang masalah faktor ancaman bersenjata yang memang di sini menjadi pertimbangan yang sangat sulit yang diaplikasikan dengan keadaan sekarang ini, sehingga berarti sewaktu-waktu. Jadi akhirnya diartikan sewaktu-waktu pengertiaannya itu. Padahal di sini umum kalimatnya, dalam hal pengerahan kekuatan TNI menghadapi ancaman bersenjata kewenangan presiden sebagaimana dimaksud dalam ayat harus mendapat persetujuan DPR. Jadi saya kira normal saja kalimat ini jangan ditafsirkan lain, ini jadi kabur seperti tadi.

KETUA RAPAT : Saya kira Bulan Bintang sama dengan rumusan RUU. Bagaimana Pak

Profesor? Silakan.

F .REFORMASI (MAS HAD I) : Kami masih ingin diakomodasi agar rumusan ini tidak konservatif artinya

pengerahan tentara itu hanya ansich menghadapi ancaman bersenjata tetapi juga ada juga ancaman-anacanan lain yang itu harus yang itu juga harus diakomodasi dalam undang-undang karena kedepan perkiraan saja buka ansich dalam bentuk ancaman militer itu akan sangat bukan saja sangat mengganggu tetapi juga akan mempunyai implikasi eksetensi negara. oleh karena itu saya ingin dimasukan didalam undang-undang ini, terima kasih.

43

Page 44: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

KETUA RAPAT : Jadi sebenarnya titik pandangnya sedikit berbeda pak. kalau Pemerintah

mempersempit dihulu, artinya jangan begitu mudah TNI dikerahkan , TNI hanya bisa dikerahkan untuk ancaman bersenjata, itupun persetujuan DPR, jadi mencegahnya dihulu. Kalau Reformasi mau mencegah dihilir, TNI boleh saja dikerahkan kepada seluruh ancaman, ancaman bersenjata, ancaman yang tidak bersenjata, ancaman demostran, ancaman apa, tetapi dicegat dihilir harus persetujuan DPR, disitu bedanya barangkali, kalau Pemerintah pengarahan TNJ dibatasi dihulu, hanya ancaman bersenjata, kalau Reformasi mencegah dihilir, seluruh ancaman bisa dikerahkan TNI, menangkap korupsipun boleh TNI, nangkap narkoba boleh TNI, begitukan, tidak hakekat ancaman, hakekat ancaman. Menghadapi demontrasi boleh TNI, hanya memang atas persetujuan DPR, itu bahasanya Reformasi begitu, ya hakekat ancaman itu artinya bersenjata dan non bersenjata, musuh tentara atau musuh sipil, apa begitu betul pak.

F.REFORMASI (PROF.DR.H. MOCH. ASIKIN. SH): Saya lanjutkan diskusi kita tadi bahwa yang sangat membahayakan itu adalah

menyangkut diintegrasi bangsa, bahwa apakah itu kekuatan bersenjata yang kita kenai sekarang itu, itu yang dimaksud dengan senjata kan disitu . persoalannya pimpinan, yang saya kasih contohkan tadi itu tentang adanya ancaman dari satu pernyataan pimpinan kelompok tertentu bahwa kami sudah berdiri sebagai kekuatan yang berdiri sendiri dengan suatu pernyataan misalnya Republik apalah namanya. Kami pandang bahwa itu perlu kita perlu antisipasi hal tersebut, itu adalah satu hakekat, berbagai hakekat ancaman yang bisa menimbulkan pengikut di dalamnya itu.

Kalau ini kita bisa jelaskan semua itu, barangkali bisa jalan keluar di situ. Jadi itu yang kami khawatirkan bahwa jangan dibiarkan ancman-ancaman itu muncul.

Jadi seluruh potensi yang akan berkembang menjadi ancaman itu kita harus hilangkan yang bersifat disintegrasi sebangsa yang menjurus ke situ. Penilaian ini tentunya kalau ada kriteria-kriteria yang kita harus pedomani di situ begitu Pimpinan. Jadi intinya adalah menuju disintegrasi bangsa. Kalau demontrasi itu kan perbaikan dan sebagainya, penyempurnaan, prates terhadap peraturan yang berlaku, kalau mahasiswa itu mungkin SPP dan sebagainya, itu tidak menyangkut disintegrasi bangsa. Tetapi inti-intinya disini adalah kalau kita bicara mengenai keamanan itu, itu adalah menyangkut antara lain disintegrasi dan eksistensi negara.

Saya kira itu yang, kalau sudah kita bisa jelaskan di sini barangkali bisa ada kesepahaman. Terima kasih.

KETUA RAPAT : Kalau bisa begitu sudah ketemu Pak. Jadi ternyata yang dimaksud Reformasi

dengan hakekat ancaman tidak seluruh ancaman, hanya menyangkut ancaman terhadap disintegrasi bangsa, cuma boleh bersenjata boleh tidak bersenjata.

Karena itu kalau memang itu pendapatnya bagaimana kalau kita integrasikan dengan pasal sebelumnya yang mengatakan ancaman itu akan dijelaskan ada ancaman konvensional, ada ancaman non konvensional, sehingga dengan demikian nanti di situ jelas apakah betul boleh ada pengerahan TNI di luar ancaman bersenjata atau tidak, kalau boleh bagaimana prosedurnya? Dan itu memang penyelesaiannya di tingkat Panja.

KETUA RAPAT : Silakan PDI-P.

F .PDIP (FIRMAN JAY A DAELI, SH) : Saya menambah kawan kami dari FPDI Perjuangan. Ancaman di sini kan

jelas dalam, karena Pak Askin tidak mengikuti sejak awal itu kesulitan kita, jadi

44

Page 45: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

memang jelas walaupun juga diperjelas lebih lanjut tetapi ada pemahaman struktur berpikir bahwa itu ada keutuhan wilayah, kedaulatan negara, dan kepentingan seluruh bangsa Indonesia. Sekarang dalam struktur kalimat ini dibatasi oleh Pemerintah dan kita dukung sepenuhnya yaitu limitatif bersenjata.

Kalau tadi contoh yang disampaikan oleh Prof. Askin dari Fraksi Reformasi dan Ternan saya dari Badan Legislasi itu yaitu bahwa misalnya ada deklarasi berpisah memang itu bukan makar lagi sudah jelas. Kualitas dan implikasi yang bertentangan dan memang berimplikasi pada disintegrasi bangsa, kualitas dan implikasinya, tapi metode aksinya, gerakannya tidak harus direspon dengan pengerahan itu Pak. Kalau itu operasi bersenjata, ancaman bersenjata maka itu memang harus dikerahkan oleh TNI melalui presidennya, presiden yang mengerahkan.

Tapi kalau sekedar mengatakan misalnya Firman Jaya Daeli mendirikan negara ini dan seterusnya, memang kualitasnya menuju kepada disintegrasi tetapi metode aksi saya, gerakan saja tidak bersenjata jadi tidak harus direspon dengan pengerahan TN I, itu yang mau kami katakan dnegan rumusan ini. jadi memang harus jelas-jelas yaitu bersenjata. Kalau malah menawarkan ini membuka ruang baru bagi siapapun, saya tidak menuduh TNI, siapapun justru yang harus kita kembalikan kepada porsinya. ltu jadi kualitas dan implikasinya memang ke disintegrasi tetapi metode aksinya, gerakannya bisa direspon misalnya dipanggil oleh polisi dan seterusnya. Kecuali kalau dia angkat senjata, belum dideklarasikan pun tapi angkat senjata, itu mau kami kembalikan kepada jalan yang benar. Terima kasih.

KETUA RAPAT : Silakan.

F.PG (IR. S.M. TAMPUBOLON): Terima kasih Pak. Memang kalau kita membahas kita menjadi sangat menarik

jadinya Pak. Di sini ada kelihatan titik sentuh kapan kita beralih dari keamanan menjadi pertahanan, kira-kira begitu. Saya kira bagus juga ini. tapi saya kira memang apa yang kita lihat di sini memerlukan suatu penjelasan barangkali nanti yang sangat luas di dalam penjelasannya. Karena kalau kita menyatakan misalnya ancaman bersenjata seperti yang disampaikan oleh rekan-rekan pembicara sebelumnya menjadi pertanyaan pada batas skala mana itu yang memerlukan persetujuan DPR ini sebetulnya.

Apakah seluruh yang namanya ancaman bersenjata itu sekecil apapun, misalnya sajas, mungkin ada klasifikasinya nanti didalam penjelasan barangkali yang perlu diuraikan nanti. Juga mungkin itu apakah dari luar atau dari dalam misalnya saja, ancaman dari dalam sendiri bersenjata yang bagaimana kira-kira skala. Jadi saya kira mungkin di dalam penjelasan nanti memerlukan suatu penjelasan yang sangat lengkap dalam arti, karena di sini tidak dikatakan akan ada PP atau apapun yang akan mengatur ini nanti. Jadi saya kira perlu di penjelasan atau dimana yangharus ditampung hal-hal seperti ini nanti untuk menjadi batasan-batasan tertentu dalam mengambil langkah ataupun dimana DPR harus memberikan persetujuannya. Terima kasih.

KETUA RAPAT : Terima kasih pak. Silakan tambah.

F.PG (ORA. IRIS INDIRA MURTI, MA) : Jadi justru pain yang akan kemukakan adalah tidak seluruh ancaman

bersenjata mungkin memerlukan persetujuan dari DPR, justru begitu. Jadi kami tidak berbeda dengan Reformasi. Ada kriteria lain kalau memang ancaman bersenjata itu mung kin ...... kecil atau bagaimana mung kin tidak perlu persetujuan DPR, sehingga ada kriteria-kriteria lain selain hanya sekedar bersenjata saja. Tapi itu mungkin kami sependapat bahwa itu nanti dapat dijelaskan dalam penjelasan mengenai ancaman

45

Page 46: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

bersenjata di ayat (2). Namun kami juga ingin menambahkan supaya dalam ayat (3) keadaan memaksa itu juga mungkin sebaiknya dijelaskan supaya jangan juga ini menjadi sesuatu ayat yang sifatnya karet sehingga bisa dipakai kapan saja. Jadi mungkin harus selain di ayat (2) dijelaskan mengenai apa itu ancaman bersenjata, dalam ayat (3) juga dijelaskan mengenai keadaan memaksa. Mungkin jalannya keluarnya demikian kira-kira. Terima kasih.

KETUA RAPAT : Jadi ada usul naskah pasalnya seperti ini dan untuk menghindari keragu­

raguan ada dalam penjelasan. Sedangkan Reformasi yang di pasal yang dipatok. Bagaimana Reformasi? Tetapi saya kira kita punya common sense yang sama. Bahwa untuk ancaman bersenjata yang oleh definisinya Reformasi terkait dengan disintegrasi bangsa, itu dimungkinkan TNI untuk turun. Hanya TNI harus, Reformasi, seluruh ancaman itu harus persetujuan dengan DPR, sedangkan Pemerintah, pengerahan TNI yang memerlukan persetujuan DPR hanyalah yang terkait dengan ancaman bersenjata.

Sedangkan pengerahan TNI untuk tugas-tugas yang lain tidak perlu dengan persetujuan DPR karena berada pada kendali bidang lain, dalam rangka membantu tugas-tugas penegakan hukum dan keamanan, artihya TNI di situ tidak aktif melibatkan diri, tapi berdasarkan order ada tidak permintaan dari polisi, ada tidak permintaan dari Pemda. Kalau tidak ada TNI juga tidak bisa proaktif. silakan PDI.

F.PDIP (DRS. SIDHARTO DANUSUBROTO, SH) : Jadi ada contoh ini Pak, terutama dari ternan Fraksi Reformasi. Waktu di Riau

itu menyatakan Riau merdeka oleh Prof. Dr. Magani, ini dia tidak ada senjata sama sekali di belakangnya, dia hanya deklerasi saja itu tidak law enforcement, tidak penegakan hukum, dia dipanggil polisi, diperiksa dan seterusnya. Belum ada bahaya bersenjata di belakangnya dia hanya declar saja. Mungkin sebel dia pada waktu itu karena Riau tidak kebagian minyak secara proper. Lalu yang kedua, tadi ancaman bersenjata yang dalam bentuk masih ringan ya pak. yang masih diatasi oleh kesatuan Polisi plus bantuan TNI yang ada dilapangan, ini saya kira tidak perlu ada izin dari DPR kalau semacam ini. Tetapi kalau ancaman bersenjata itu sudah begitu serius dan dinyatakan tingkatan-tingkatan darurat sipil, darurat militer, perang dsb. ini harus melalui aturan sesuai dengan undang-undang yang ada, terima kasih.

KETUA RAPAT : Ada sesuatu hal yang disampaikan oleh Pemerintah atau tetap pada

posisinya. Ya, Reformasi.

F .REFORMASI (MAS HAD I) : Kalau masih boleh pak. dipending sampai besok begitu, supaya kami punya

waktu untuk memikirkan ini kembali, untuk mengambil keputusan besok kami lebih enak begitu, terima kasih.

KETUA RAPAT : Baik, ada permintaan dari Reformasi, karena Reformasi menganggap ini

adalah suatu hal yang penting dan strategis, sehingga pengambilan keputusannya memerlukan ketenangan dan kesempatan berpikir, kita sepakati untuk, bagaimana Pemrintah.

PEMERINTAH/MENHAN : Apakah tidak sebaiknya diselesaikan sekarang, karena sebenarnya

masalahnya simpel. Kita ini apakah setiap pengerahan TNI itu harus dengan persetujuan DPR, kan itu persoalannya. Saya kira tidak ada satupun diantara kita yang setuju, kalau setiap gerakan itu harus dengan persetujuan DPR. Kalau misalnya hari ini ada mata-mata masuk, kapal mendekat keperairan kita, lalu kita memerlukan Angakatan Laut sekarang digerakan secepatnya untuk mengimbangi,

46

Page 47: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

apa menunggu sidang DPR misalnya. Kita ke Aceh kemarin itu, tidak pakai persetujun DPR, yang persetujuan DPR itu lnpresnya konsultasi, bukan pengerahan TNI nya dan itu penting. Kalau dibatasi pada setiap pengerahan TNI itu harus dengan persetujuan DPR tidak bisa bekerja kita, tidak bisa mengamankan itu. bagaimana implementasi kewenangan operasional seorang Panglima, seorang Kepala Staf, saya kira itu masalahnya, kalau ditunda besok juga ini persoalannya pengertian kita saja, terima kasih.

KETUA RAPAT : Kalau fraksi-fraksi lain kayaknya tidak ada masalah pak. tinggal rekan fraksi

Reformasi, apa tetap meminta.

F.REFORMASI (MASHADI): Baik pak. kami tarik usulan kami, sesuai dengan mayoritas yang ada disini

menghendaki usulan sebagaimana yang diusulkan oleh Pemerintah, terima kasih.

KETUA RAPAT : Baik, tetapi tentu Jatar belakang pemikiran dari Reformasi akan menjadi

pengertian dan pemahaman kita dalam operasional undang-undang ini nanti. Baik dengan demikian DIM ini, ya, silahkan

F .PDIP (FIRMAN YAJA DAELI, SH) : Struktur pembahasan kita Panja, Timus, kalau dipending dalam level Pleno

saya kira apa kita buka lagi.

KETUA RAPAT: Bukan dipending, beliau sudah setuju ini. Jadi untuk DIM No.72 ayat (2)

kembali menjadi DIM RUU, kembali kepada RUU. Tentu didalam pelaksanaannya nanti Pemerintah memperhatikan nuansa-nuansa yang berkembang disini, bahwa jangan begitu mudah mengerahkan tentara dlsb.sudah sadar pak. Firman. Ya, oke.

F.PG (IR. S.M. TAMPUBOLON): Maaf, itukan dalam konteks apa yang di... saran dari rekan Reformasi pak.

mengenai FPG tadi kan itu mengenai perubahan DPR sudah kita bahas diketentuan umum, atau disini, atau dimana, kira-kira itu saja.

KETUA RAPAT : Tadi ada dua pelihannya ditambah DPR-RI disini atau ditambah didepan.

Yang dimaksud Dewan Perwakilan Rakyat adalah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia bukan DPRD, sehingga pada ayat-ayat dan kalimat berikutnya tidak perlu disebut DPR-RJ nya tetapi cukup DPR saja. Bagaimana setuju?

F .KB (DRS. IR. A. ANSHOR CHOLIL) : Kalau begitu pak. berarti, kalau begitu juga ada ketentuan umum, Presiden

adalah Presiden Republik Indonesia, juga begitu, jadi ketentuan umum dilengkapi sekali seperti itu.

KETUA RAPAT : Jadi yang masuk dalam ketentuan umum itu adalah pertama biasanya istilah

yang berulang kali disebut dipasal, yang kedua istilah yang memungkinkan disinterpretasi dan polyinterpretasi. Kalau disebut Presiden ya, pasti Presiden Republik Indonesia, kalau disebut Dewan Perwakilan Rakyat kemungkinan memang tiga, DPRD Tk.ll, DPRD Tk.l, DPR-RI, mungkin itu.

F.KB (DRS. IR. A. ANSHOR CHOLIL) : Atau begini pak. didalam judul ini sebelumnya. Bersama dengan persetujuan.

47

Page 48: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

KETUA RAPAT : Begini dari pada repot-repot itu, kita bahas saja usulnya Golkar menambah

Republik Indonesia, setuju apa tidak? Dari pada masukan keketentuan umum, nanti yang lain juga masuk umum, disini saja, perlu tidak kita tambah kata-kata Republik Indonesia dibelakang kata Dewan Perwakilan Rakyat di DIM 72.

F.REFORMASI (PROF.DR. H. MOCH. ASIKIN, SH) : Pimpinan, untuk saya ulangi saya punya keterangan tadi bahwa yang istilah

yang akan berulang-ulang dipakai dijelaskan diketentuan umum, itu yang lazim bapak pimpinan, sehingga kami tetap mengusulkan supaya DPR itu adalah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Saya kira dengan menjelaskan demikian tidak perlu kita, jadi kita hemat kata kalimat. Kita alih dua potong kalimat setiap DPR.

KETUA RAPAT : ltu yang saya tawarkan, namun rekanda kami dari Kebangkitan Bangsa

mengusulkan Presiden juga banyak disebut dibelakang ini, sehingga perlu juga Presiden yang dimaksud dalam undang-undang ini adalah Presiden Republik Indonesia.

F.KB (DRS. IR. A. ANSHOR CHOLIL) : Begini pak. ada judul yang berbunyi, dengan persetujuan bersama antara

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia, saya kira dengan penyebutan itu sudah cukup, kebelakangpun juga kalau begitu Dewan Perwakilan Rakyat itu tidak usah disebut Republik Indonesia lagi, begitu juga Presiden itu tidak usah disebut Republik Indonesia lagi, saya kira itu.

KETUA RAPAT : Ada tidak keterlibatan DPRD Tk.l, DPRD Tk.ll dalam urusan pertahanan pak?

Saya tanya Pemerintah.

PEMERINTAH/MENHAN : Dalam konteks undang-undang ini tidak ada.

KETUA RAPAT: Saya kembalikan kepada Golkar.

F.PG (IR. S.M. TAMPUBOLON): Terima kasih pak. Ketua, kami masih menganggap ini sangat signifikan untuk

dimasukan disini untuk menghindari pemahaman yang lain dari pada pengertian dari pada DPR itu sebetulnya itu saja pak.

Jadi dalam bahasa sehari-hari pun kita sudah berbicara saya kira tidak pernah hanya sebatas DPR begitu, selalu kita mengatakan DPR-RI dalam konteks sehari­hari sudah Jazim itu. ketika kita akan berbicara sekarang menjadi hanya sekedar DPR kan tidak selesai bahasanya pak. itu saja, jadi kami masih barangkali sangat relevan harus dimasukan ini.

KETUA RAPAT: Kalau begitu ada 3 alternatif.

Alternatif pertama ditaruh diketentuan umum seperti usulnya Reformasi Dewan Perwakilan Rakyat adalah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sehingga seluruh kata-kata DPR dipasal berikutnya menjadi DPR saja.

Alternatif yang kedua tidak ada dalam ketentuan umum tetapi, usulnya fraksi Golkar, setiap DPR ditambah Rl seluruh pasal.

48

Page 49: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

Alternatif yang ketiga seperti kata Pemerintah, usul Pemerintah, adalah DPR saja tetapi dengan pemahaman, yang dimaksud DPR disitu adalah DPR-RI, karena tidak ada relevansi DPRD dan DPRD I didalam konteks perundang-undangan ini.

Jadi ada 3 alternatif, jam sudah menunjukan setengah lima lewat lima menit, apakah ke-3 alternatif ini kita biar endapkan sampai besok atau mau diputuskan sekarang? Putuskan sekararig.

F.TNI/POLRI (SLAMET SUPRIADI, S.IP.,M.Sc.,MM): Putuskan sekarang pak, saya pikir jalan yang terakhir sudah diberikan

gambaran oleh pimpinan, masukan saja dalam ketentuan umum pak.

KETUA RAPAT: Ketentuan umum.

F.TNI/POLRI (SLAMET SUPRIADI, S.lp.,M.Sc.,MM): Ketentuan umum , itu tekah mewadahi, warganegara saja , kita ada

penjelasannya, warganegara Indonesia, menteri jelas, panglima jelas. Tambah saja diketetentuan umum, barangkali DPR-RI, kalau Presiden sudah jelas, Presiden Republik Indonesia.

KETUA RAPAT : Bagaimana Kebangkitan Bangsa.

F.KB (DRS. IR. A. ANSHOR CHOLIL): Kalau memang ketentuan umum itu, semua sajalah pak. karena penyebutan

Presiden juga berkali-kali. Jadi kalau mengingat yang dimaksud dengan DPR adalah DPR-RI, Presiden adalah Presiden Republik Indonesia.

KETUA RAPAT: Tetapi ada tidak kemungkinan melahirkan interpretasi ganda kalau Presiden,

ada tidak Presiden lain didalam tatanan Pemerintahan Indonesia.

F.KB (DRS. IR. A. ANSHOR CHOLIL) : Saya kira bukan masalah itu, ketentuan umum itu merujuk seluruhnya., itukan

singkatan saja.

KETUA RAPAT : Ketentuan umum itu dua pak. yang pertama disebut berulang-ulang dan yang

kedua untuk menghilangkan interpretasi lain, ada tidak kemungkinan melahirkan interpretasi lain Presiden ini.

F.KB (DRS. IR. A. ANSHOR CHOLIL) : Tidak ada pak.

KETUA RAPAT : Tidak ada, kalau DPR kemungkinannya memang juga terbatas, hanya DPRD

I, DPRD II, DPR-RI, ya bagaimana ini, silahkan Pemerintah.

PEMERINTAH/MENHAN : Pemerintah setuju saja kalau di depan diberi DPR, Presiden juga tidak apa­

apa, tidak rugilah, terima kasih.

KETUA RAPAT : Bagaimana, jadi ada usul DPR dikasih pengertian, Presiden juga dikasih

pengertian? Setuju? Setuju.

49

Page 50: : IV : 18berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035355-2105.pdf2 13. pataniari siahaan 14. prof. dr. j.e. sahetapy, sh. ma 15. william m. tutuharima, sh 16. h. amin aryoso,

KETOK PALU 1 X

KETUA RAPAT: Yang satu ini kita bicarakan sekarang atau kita tutup.

F.TNI/POLRI (SLAMET SUPRIADI, S.lp.,M.Sc.,MM) : Kami maksud kalau sudah diambil kesimpulan masalah usulan kami, kawan

dari Golkar juga bebarapa fraksi menyetujui untuk ancaman bersenjata dijelaskan didalam penjelasan pasal, apakah ini akan dibahas sekarang.

KETUA RAPAT: Tidak, ancaman itu kan sudah masuk dalam usul sebelumnya, dijelaskan

semua disitu, semua jenis ancaman, baik ancaman konvensional, non konvensional kan ada pasal sebelumnya itu, penjelasan.

F.TNI/POLRI (SLAMET SUPRIADI, S.IP.,M.Sc.,MM) : Usul kami didalam DIM ini, didalam penjelasan pasal ancaman bersenjata

dimaksud ini, tadi kan Pemerintah sudah memberikan ruang pak, maksudnya gradasinya ancaman itu, skala yang mana yang dihadapi dalam dengan pengerahan ini oleh Presiden yang perlu persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

KETUA RAPAT: Boleh juga ancaman bersenjata masuk dalam penjelasan, sehingga jelas

mana-mana yang perlu persetujuan Presiden atau tidak. Jadi yang pasti untuk DIM ini kita sepakati rumusan RUU dengan dua catatan DPR-RI tetap ditulis DPR tetapi diketentuan umum dimasukan, bahwa yang dimaksud DPR adalah DPR Republik Indonesia. Catatan yang kedua ancaman bersenjata dijelaskan didalam penjelasan. Baik dapat kita ketok palu ya.

KETOK PALU 2 X

72, kita mulai tadi dari 57, hanya 15 poin hari ini. ya kalau dibanding dengan sisanya ya, masih, kita tidak tahu apa yang bakal terjadi. Seandainya hari selesai ya tentu besok kita tidak akan ketemu lagi untuk undang-undang hari ini. Pemerintah ada hal-hal yang perlu disampaikan, sebelum kita tutup? Tidak ada. Baik jadi kalau begitu besok Pemerintah siap ketemu lagi kita jam 13.00 untuk melanjutkan pembahasan ini. dengan demikian izinkan kami atas nama Pansus menutup rapat ini dengan mengucapkan, Alhamdulillahirrobbil Alamin.

KETOK PALU 2 X

Sekian, Wassalamualaikum Wr. Wb.

(Rapat diskors pukul 16.40 WI B)

50

Jakarta, 9 Juli 2001 A.N.KETUA RAPAT

SEKRETARIS RAPAT,

Cl~4 DRS. ISKANDAR N. BASRI

NIP.210001160