laporan singkat ruu tentang pertahanan...

51
LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis Rapat Dengan Sifat Rapat Hari, tanggal Pukul Tern pat Ketua Sekretaris Acara Hadir Anggota Pemerintah : 2000-2001 : I : 26 : Rapat Kerja ke-2 : Menteri Adinterim Kehakiman dan HAM, Kapolri. : Terbuka : Rabu, 5 September 2001 : 13.30 s/d 16.45 WIB : Ruang Rapat Pansus Ruang 2 Gedung Nusantara II : Andi Mattalatta, S.H, M.H : Drs. Iskandar N. Basri : Pembahasan DIM RUU tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia : 34 dari 67 Anggota : Menteri Adinterim Kehakiman dan HAM, Kapolri beserta jajarannya,Pejabat Eselon I Departemen Pertahanan. FRAKSI PDIPERJUANGAN 1. V. B. DA COST A, SH 2. SUDARSONO 3. AMRIS HASAN, MA 4. A. TERAS NARANG, SH 5. DRS. SIDHARTO DANUSUBROTO, SH 6. FIRMAN JAYA DAELI, SH 7. H. HARYANTO TASLAM 8. K.H. ACHMAD ARIS MUNANDAR, MSc 9. RENIYANTI HOEGENG 10. PANDA NABABAN 11. R.K. SEMBIRING MELIALA 12. PATANIARI SIAHAAN 13. PROF. DR. J.E. SAHETAPY, SH. MA 14. WILLIAM M. TUTUHARIMA, SH 15. H. AMIN ARYOSO, SH

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN

    PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

    Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis Rapat Dengan Sifat Rapat Hari, tanggal Pukul Tern pat

    Ketua Sekretaris Acara

    Hadir Anggota Pemerintah

    : 2000-2001 : I : 26 : Rapat Kerja ke-2 : Menteri Adinterim Kehakiman dan HAM, Kapolri. : Terbuka : Rabu, 5 September 2001 : 13.30 s/d 16.45 WIB : Ruang Rapat Pansus Ruang 2

    Gedung Nusantara II : Andi Mattalatta, S.H, M.H : Drs. Iskandar N. Basri : Pembahasan DIM RUU tentang Kepolisian

    Negara Republik Indonesia : 34 dari 67 Anggota : Menteri Adinterim Kehakiman dan HAM, Kapolri

    beserta jajarannya,Pejabat Eselon I Departemen Pertahanan.

    FRAKSI PDIPERJUANGAN 1. V. B. DA COST A, SH 2. SUDARSONO 3. AMRIS HASAN, MA 4. A. TERAS NARANG, SH 5. DRS. SIDHARTO DANUSUBROTO, SH 6. FIRMAN JAYA DAELI, SH 7. H. HARYANTO TASLAM 8. K.H. ACHMAD ARIS MUNANDAR, MSc 9. RENIYANTI HOEGENG 10. PANDA NABABAN 11. R.K. SEMBIRING MELIALA 12. PATANIARI SIAHAAN 13. PROF. DR. J.E. SAHETAPY, SH. MA 14. WILLIAM M. TUTUHARIMA, SH 15. H. AMIN ARYOSO, SH

  • 2

    16. ALEXANDER LITAAY

    17. ORA. SUSANINGTYAS NH KERTOPATI 18. MATT AL AMIN KRAYING, SH

    FRAKSIPARTAIGOLKAR

    1. ANDI MATTALATTA, SH., MH 2. DRS. YASRIL ANANTA BAHARUDDIN 3. DRS. DARWIS RIDHA 4. DJAJA SUBAGJA HUSEIN 5. FERDIANSYAH, SE., MM.

    6. DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARSA

    7. DR. HAPPY BONE ZULKARNAIN, MS

    8. ORA. IRIS INDIRA MURTI, MA 9. M. AKIL MOCHTAR, SH

    10. ORA. Hj. CHAIRUN NISA, MA 11. M. IDRUS MARHAM 12. IR. S.M. TAPUBOLON

    FRAKSIPPP

    1. NY. Hj. AISYAH AMINY, SH

    2. H.M. THAHIR SAIMIMA, SH 3. DRS. H. A. CHOZIN CHUMAIDY 4. H. M. SAIFUL RACHMAN, SH 5. H. SYAFRIANSYAH, BA 6. H. ALIMARWAN HANAN, SH

    FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA

    1. H. MUHYIDDIN SUWONDO, MA 2. DRS. A. EFFENDY CHOIRIE 3. DRS. H. ACHMAD SYATIBI 4. DRS. IR. A. ANSHOR GHOUL 5. K.H. HANIF MUSLIH, Lc

    FRAKSI REFORMASI

    1. IR. A.M. LUTFHI 2. PROF. DR. H. MOCH. ASKIN, SH 3. H. PATRIALIS AKBAR, SH. 4. DRS. ACHMAD ARIEF

    2

  • 3

    FRAKSI TNI/POLRI

    1. SLAMET SUPRIADI, S.IP., MSc., MM. 2. SYAMSUL MA'ARIF 3. H. SUPARNO MUANAM, SE 4. DRS. I KETUT ASTAWA 5. FRANS WUWUNG

    FRAKSI BULAN BINTANG

    1. H. AHMAD SUMARGONO, SE

    FRAKSI KKI

    1. DRS. S. MASSARDY KAPHAT 2. DRS. H. A. HAMID MAPPA

    FRAKSIPDU

    1. PROF. DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WAL Y

    FRAKSIPDKB

    1. PROF. DR. ASTRID S. SUSANTO

    PEMERINTAH

    1. HARI SABARNO, S.IP, MBA, MM - ADINTERIM MENTERI KEHAKIMAN DAN HAM

    2. SUROYO BIMANTORO - KAPOLRI 3. PROF. DR. ABDUL GANI - DIRJEN PP DEKEH DAN HAM 4. DRS. MOMO KELANA, M.Si - KETUA TIM 5. DRS. HARI SOENANTO, SH - POLRI 6. DRS. PSH. MARPAUNG, SH, MBA- KETUA PELAKSANA POKJA 7. DEPARTEMEN PERTAHANAN BESERTA JAJARANNYA

    3

  • KETUARAPA T : Assalamu'alaikum Wr. Wb. Selamat sore dan salam sejahtra buat kita semua daftar hadir sudah

    ditandatangani oleh 34 Anggota sehlngga telah memenuhl k~tGntuen untuk mulainya rapat ini maka berdasarkan hal itu izinkan kami untuk membuka Pansus pada sore hari ini dan rapat dinyatakan terbuka untuk umurn.

    (KETOK 1 X)

    Scedult kita kemarin kita telah menyelesaikan DIM nomor 5 sehingga pada sore ini kita akan memulai DIM nomor 6 yaitu konsiderans butir c Fraksi-fraksi yang mengusulkan usul perubahan ialah Fraksi Parti Golkar kami persilahkan.

    F. P.DI-P (PANDA NABABAN) : Pimpinan, sebelum diteruskan apa klta tidak menyelesaikan yang kemarin

    .. satu dengan meminta ahli bahasa datang., yang kemarinkan masalah potensi sudah terwujud sudah.

    ,, KETUA RAPAT: ';.' Memang tadi Pak K~polri sudah bilang pasti Pak Panda berbicara pertama

    mengenai ahli bahasa, baik terima kasih Pak Panda kemarin ada satu hal yang diminta klarifikasi dari ahli bahasa mengemli pengertian masyarakat madani dan masyarakat kewargaan dan saya yakin ahli bahasa sudah datang disini melalui pemerintah kami persilahkan.

    PEMERINTAH : · Kami persilahkan untuk Ibu ·ahli bahasa tentu karena pengertian

    masyarakat madani dan kewargaan juga terkait dengan aspek soal agama tentu ahli baha·sa yang juga ahli agama akan menjelaskan masalah ini dan Bapak . Pimpinan Pansus sementara ini, ini bersifat penjelasan tetapi bagamana diadopsinya yang mana dan seterusnya tentu pada forum yang tidal< langsung kita ·putuskan begitu r'nenden~.ar tapi itu menjadi catatan berharga demikian bapak pimpinan Pansus. . ·'

    KETUA RAPAT ~ Kami persilahkan.

    AHLI BAHASA: Kata madani itu dalam kamus yang akan terbit, yang sudah terbit itu belum

    muncul kata itu. ·

    F.REF{PROF.OR.H.MOCH.ASKIN,SH): Sebelum ibu · menjelaskan biarlah saya mengemukakan apa yang saya

    temukan ini dalam kamus cetakan edisi pertama edisi ketiga tahun 2001. KETUA RAPAT: Ternyata Anggota DPR sudi=Jh bel.i pak ahli bahasanya malah belum.

    F.~EF{PROF.OR.H.M6~H.ASKIN;·sH}: Madani itu diartikan berhubungan dengan hak-hak sipil satu, yang kedua

    berhubungan dengan perkotaan, yang ketiga menjunjung tinggi nilai, norma, hukum kemudian ditopang oleh penguasaan iman, Ilmu dan· teknologi yang berperadaban itulah masyarakat madani, jadi tidak ada diskriminasi tidak ada strategi sosial yang ac:J:~. didalamnya melainkan suatu masyarakat yang didala'mnya betul-betul terdpta suatu nilai yang saya anggap dengan rumusan ini sudah ·lengkap ada imannya ada teknologin'ta ada peradabannya ada normanya ada hukum dan lain sebagainya saya kira itu yang kekinian ini tentang pengertian masyarakat madani yang berkembang yang sudah ada dalam pelajaran bahasa ini sehingga tidak ada yang kita ragu-ragukan lagi dicurigai . macam-macam

    4

  • diskriminasi kalau ada anggapan yang demikian tidak ada itu,. ini sudah jelas dari rumusan bahasa ini dan mohon itu redaksi yang diajukan oleh Pemerintah kita terima karena sudah ada penguatan dari kamus bahasa Indonesia yang terbitan 2001 ini.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Silahkan ahli bahasa.

    AH LI BAHASA : Terima kasih Pak Askin, kcnni punya kamus itu dan kamus itu harus dicetak

    1000 eksemplar oleh karena itu kami tidak menyebutkan tidak ada didalam kamus jadi maknanya sama seperti yang bapak katakan, jaidi ahli bahasanya tidak punya kamus tapi kamus itu baru dicetak 1000 eksemplar.' ·

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Ini masalah kepemilikan kita sudah mendengarkan, nah bagaimana

    tanggapan kita Pak Panda.

    F. PDI-fP (PANDA NABA'aAN) :·. . Jadi yang seperti disampaikan saudara Permadi kemarin apalagi tadi

    dipertegas tadi de.ngan kamus maka sebenarnya tidak ada redanden overlefing dari kata-kata kalau itu juga semua sudah tercakup dalam pemahaman yang kita bahas yaitu adil, makmur, beradab dan sebagainya itu · saja sebenarnya tetapi kalau pertegasan perkotaan kita tahu sendiri di Indonesia ini mayoritas desa termasuk perkotaan, jadi kemarin itu sebenarnya .rnenyederhanakan masyarakat tang adil makmur dan beradab ctercakup juga: keing·inan yang disitu tadi muatannya disitu semua tercakup itu saja sebenarriya, jad.i itulah pendapat dari kami menguiangi lagi kemarin pendapat dari saudara Permadi yang kami sampaikan disini jadi kami tidak terjebak pada persoalan bahwa kata-kata ini ada berasal dari slni sebagai tidak hakekatnya itu juga pemahaman kami sudah disini yang adil sudah itu dengan elaborasinya makmur apalagi beradab sudah tercakup filosofi yang macam-macam karakter dan sebagainya, jadi itu saja pimpinan dari F. PDI-P. .

    KETUA RAPAT : Jadi maksudnya masyarakat madani tidak perlu.

    F. PDI;..P (PANDA NABABAN) : Iya karena ada redanden ada overlefing, jadi rnasyarakat yang adil makmur

    dan beradab kalau madani yang dimaksud itu sudph tercakup diadil makmur dan beradab. · ·

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Artinya usul F. KKI mengenai masyarakat kewargaan juga tidak perlu, nah

    karena ini usulannya Pemerintah kami kembalikan ke Pemerintah silahkan.

    PEMERINTAH : Minta izin saya untuk Pak Dirjen yang menjelaskan.

    5

  • DIRJEN DEPKEH : Seperti apa yang dikatakan oleh Pak Panda yang terilormat· tadi kalau

    menyebut madani sudah termasuk dibelakangnya juga kan begitu pak, atau kalau disebut dibelakcmg saja sudah termasuk kata madani bukan begitu pak,, tapi kalau disebut belakang saja belum tentu madani tapi kalau disebut madani belakang, kemudian ~enyinggung rnengenai kata perkotaan tadi masyarakat madani itu tidak menqhendaki ada pedesaan itu dalam sejarahnya is to you fued nya itu, kemudian didalam rurnusan itu kenapa 'dimasukan lagi dibelakang disamping kesan kutural didalam· kata ·masyarakat mad;:ihi juga dibelakang · itu pesan konstitusi jadi mau digabung dua-duanya apalagi ·'dibelakangnya berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia supaya pesan kultural itu masuk pesan kontitusional juga masuk jadi tidak ada redanden_ uuntuk mempertegas.

    KETUA RAPAT : .. Jadi madani dalam arti rn'donesia kami kembalikan ke. Fraksi-fraksi silahkan

    F. PG. .

    F. PG (DRS. HAJRIYANTO Y. TOHARI, MA) : F. PG sependapat dengan l

  • F. PPP (H. M. SAIFUL RACHMAN, SH) : Pimpinan terima kasih, seperti yang telah dikemukakan kemarin menurut

    P3 tetap menyetujui bagairn'ane; usulan dari .Pemerintah dengan alasan-alasan yang sama.

    Terirna kasih.

    KETUA RAPAT : F. Bulaq Bintang.

    F. PBB (H. AHMAD SUM.ARGONO, SE) : Seperti yang dikemukakan oleh Fraksi-fraksi lai.n pada hakekatnya

    masyarakat madani lebih ment~kankan of seecity fraksi kami sepakat sepertl yang diusulkan oleh Pemerintah.

    KETUA RAPAT : F. KKI

    F. KKI (DRS. S MASSARDY KAPHAT} : Terima '· kasi oleh karena semua fraksi telah menyetujui rumusan yang

    disampaikan Pemerintah saya kira kita juga tidak keberatan. Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Baik kami kembalikan kepada F.PDI-P.

    F. PDI-P {PANDA NABA!3AN) : Saya pikir setuju.

    •:· 0

    KETUA RAPAT : , Baik dengan demikian kitcf.dapat ·:sepakati

    (RAPAT SETUJU}, .

    Kita melompat kebutir 6 konsiderans c silahkan Partai Golkar.

    F. PG (DRS. HAJRIYANTO Y. TOHARI, MA) : , Terirna kasih Pimpinan pada DIM nomor 6 F. PG m·engusulkan dihapusnya

    kata "telah terjadi" sehingga setelah perubahan berbunyi bahwa perubahan paradikma dalam sistem ketata negaraan yang menegaskan pemisahan kelembagaan antara Nasional Indonesia dan KepqJisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing kata-kata telah terjadi itu membawa kita pada pengertian seakan-akan perubahan itu telah berhenti of final dan kita tahu bahwa perubahan itu akan terus terjadi dan akan terus berlangsung dan memang tidak ada yang tidak berubah artinya tidak ada yang tetap kecuali perubahanitu sendiri untuk itu i'naka kata telah terjadi itu kami usulkan untuk dihapus sehingga langsung menunjuk pada perubahan bahwa perubahan paradikma dan seterusnya yang dengan itu kita tidak menutup pada kemungkinl:ln-kemungkinan akanterusnya terjadinya perubahan-perubahan pada masa-masa yang akan datang.

    Terima kasih. ·:

    KETUA RAPAT : Fartai p~rsatuan Pembangunan kenapa minta didrop.

    F. PPP (H. M. SAIFUL RACHMAN, SH) : . . . Pimpinan kam! ada didalam DIM yang diajukan pada DIM sekretanat

    llte~I,.,IRDO~I mtMJtlaak•n ada 111.san·alasan semula bahwa hal ini sesungguh-nya sudah menjadibaglan darl kepolosian yang sebagai institusi maupun kelebagaan adalah memang harus demikian itu semula pemikiran demikian saja

    7

  • karena ini suc.ah ter akomodir kami menganggap wakti itu ini sudah cukup ada didalamnya begitu jadi alasannya demikian, namun tentunya didalam pembahasan ini kami juga akan mengikuti kepada forum ini tentunya mana yang terbaik untuk diambil dan menjadi bagian yang harus dikemukakan menjadi bagian dari masalah pertimbangan ini demikian Pimpinan.

    Terima kasih. ., ·

    KETUA RAPAT : F. KKI saya klra perubahan nomor urut ·karena ada usul, F.PDKB tidak ada,

    jadi ada dus haL Yang pertarl"1a, perubahan redaksi dari Fraksi Golkar dan tawaran dari P3,

    nah barang kali ini dari Fraksi Partai Golkar ada kaitannya dengan masalah selera bahasa sebelum Pemerintah barang kali silahkan F. PDI-P.

    F. PDI-P (DRS. SIDHARTO DANUSUBROTO,SH) : Terima kasih saudara ketua, saya kira saya lebih sepakat dengan rumusan

    Pemerintah bahwa kata-kata telah terjadi ini adalah suatu penekanan ini bagian dari pada proses sejarah telah terjadi demikian· ·ini bagian. dari pad a pra sejarah kita ketahui pada tahun 1945 sampai 1966 Dephan dan mas-alah Kam itu terpisah lalu setelah lhtegrasi ABRI tahun 1966 sampai tahun 1999 menyatu dan setelah Tap VI Tap VII dipisahkan lagi disini hanya satu penekanan bahwa pra sejarah itu demikian.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Terahadap P3 untuk men drop ini pak ..

    F. PDI-P (DRS. SIDHARTO DANUSUBROTO,SH) : Kita tetap dengan rumusan itu.

    KETUA RAPAT : Baik karena sudah memasuki pembahasan Fraksi-fraksi F. PG bagai-mana

    tanggapan terhadap usul P3.

    F. PG (DRS. HAJRIYANTO Y. TOHARI, MA) : Kami tetap mengusulkan DIM ini. tetap dengan_perubahan tadi.

    KETUA RAPAT : Fraksi Kebangkitan Bangsa tanggapan terhadap Fraksi Golkardan F. KKI.

    F. KB (DRS. A. EFFENDY CHOIRIE) : . Tadi F. KB tetap l'lanya rrungkin ini tadi ada usulan dari F. PG telah terjadi

    dari · kontek ini saya kira perlu dipertimbangkan juga at?JU dijadikan wacana argumen dari F. PG sekaligus argumen pertahanan atau argumen yang bersifat pertahanan seperti kami yaitu yang sudah dikemukakan oleh F. PDI-P, nah dalam kohteks ini saya kira kita segera ingin memperoleh penj-elasan dari pemeintah Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Sebelum Pemerintah Fraksi Reformasi.

    F.REF(PROF.DR.H.MOCH.ASKIN,SH): Kami dapat menyetujui usu!an. Pemerintah dan juga lanjutan dari F. PDIP

    tadi alasan-alasan sebagai dari 'sat'u proses ·dan usulan yang diajukan oleh saudara dad F. PG ini dari segi rasa bahasa masih perlu atau belum pas dengan kata ·perubahan itu untuk selanjutnya ini masih ada kalimat-kalimat hadir atau tldak hadlr dldalam sehlngga dengan rumusan yang diajukan oleh Pemerintah ini kami mernandang sebagai proses sudah menunjukan rangkaian kegiatan yang hurus ditindak lanjuti dengan suatu Undang-undang.

    8

  • Terima kasih.

    KETUA RAPAT : .. F. PPP tanggapan terhadap F. PG.

    F. PPP (H. M. SAIFUL RACHMAN, SH) : Pimpinan setelah mencermati dari berbagai pandangan yang ada dalam

    forum ini kami tetap sependapat atau berpendapat atau berpendapat masih sesuai dengan usulan dari Pemerintah naskah RUU.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT: F. TNI/POLRI.

    F. TNI/POL (DRS. I KETIJT ASTAWA) : Terima kasih kami dapat r.1engerti pak memahami apa yang dikatakan oleh

    rekan dari F. PG memang ini meruipakan suatu proses, proses yang belum berakhir justru proses yang belum berakhir itulah sekarang ini kita membuat Undang-undang ini, itu dalam rangka suatu aliran proses yang belum berhenti, tetapi telah terjadi Tap nomor VII dimana ada pemisahan sehingga kami sependapat rumusan Pemerintah ini dan maaf untuk membe,.ri penegasan ini yang justru kita pakai landasan untuk mengadakan pembahasan Undang-undang ini dalam artian bahwa sebenarnya proses ini belum berakhir banyak materi-materi Tap Nomor VII yang harus kita t:indak lanjuti.

    Terima kasih pak.

    KETUA RAPAT : F. PBS.

    F. PBB (H. AHMAD SUMARGOft:IO, SE) : Terima kasih Pimpinan, saya pada ·prinsifnya sepakat dengan apa yang

    dirumuskan dengan Pemerintah ndapun usulan dari F. PG itu bahwa perubahan paradikama menantikan telah terjadi perubahan dan saya pikir ini suatu realitas jadi memang satu kenyataan ·yang tadi dikemukakan oleh F.PDI-P ada historis ini sehingga didalam konsidrans kita bisa menerima ini, itu penting ·juga jadi say a sepekat sekali apa yang dirumuskan Pe.merintah.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : F. KKI.

    F. KKI (DRS. S MASSARDY KAPHAT) : Kaml dari F. KKI juga sependapat dengan apa yang telah dirumuskan oleh

    Pemerintah. Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Pemerintah, mau mempersilahkan lagi alih bahasa silahkan pa_k.

    PEMERINTAH : Sebenarnya kalau semua Fraksi sudah bisa menerima konsepnya

    Pemerintah maka kami harus rnenjelaskan atau merespon balik kepada Fraksi Partai Golkar?

    KETUA RAPAT : Itu pak yang kita perlukan.

    9

  • PEMERINTAH : Terima kasih atas pandangan-pandangan teman-teman fraksi baik pengusul

    maupun penanggap yang lain memang Peme.rintah dalam hal ini menganggap bahwa kata telah terjadi memang dengan sengaja dicantumkan dengan makna bahwa sejarah yang menega.skan · bahwa penyusunan RUU ini berawal dari terjadinya perubahan itu perubahan paradikma dalam ketata negaraan RI khususnya dibidang pertahanan dan keamanan dirnana Polri pisah dari TNI dalam keluarga ABRI, jadi ii memang dengan sengaja tujuannya untuk menegaskan didalam proses perubahan sejarah.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Kami kembalikan ke F. PG.

    F. PG (DRS. HAJRIYANTO Y. TOHARI, MA) : Baik karena semua Faraksi secara mayoritas menyetujui usulan Pemerintah

    DIM dari Partai Golkar dicabut dan kembali kerumusan Pemerintah.

    KETUA RAPAT: Baik dengan demikian untuk DIM ini kita kembali kerumusan awal setuju?

    (RAPAT SETUJU)

    DIM nomor 7 kembali F.PG mengajukan perubahan silahkan.

    F. PG (DRS. HAJRIYANTO Y. TOHARI, MA): Terirm.1 kasih, setelah kami membaca rumus?Jn setelah usulan dari faraksi

    PG setelah karni baca ulang ternyata tidak menambah kejelasan usulan dari F. PG dicabut. ·

    Terima kasih.

    KETlJA RAPAT : Fraksi Persatuan Pembangunan.

    F. PPP (H. M. SAIFUL RACHMAN, SH) : Pimpinan dalam DIM 7 ini semula F. PPP mengusulkan poin d ini menjadi

    poin c dengan. alasan tadi itu karen a poin c itu adalah didrop dengan pemikiran tadi oleh karena DIM 6 ini tetap tentunya usulan ini kami tarik.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : F. Reformasi.

    F.REF(PROF.DR.H.MOCH.ASKIN,SH): Terima kasih jadi fraksi karni mengamati mencermati rumusan Pemerintah

    lalu fraksi kami melihat bahwa ada keinginan usul untuk menghilangkan kalimat pertumbuhan dengan pertimbangan perkembangan hukum sekarang ini kita sudah melewati masa pertumbuhandan kita masuk kepada fase perkembangan itulah sebabnya maka rumusan yang kami tawarkan seperti tercantum dalam kolom ini tanpa kalimat atau kata pertumbuhan. ·

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : F.KKI saya kira ini perubahan tata urut jadi kalau begitu F. PDKB tidak hadir

    hanya satu masalah yaitu masalah Reformasi karena F. PG ~an dan F. PPP selesai aJ!'ake), ldt!a akal"\ serahkan k!!f'l!lda l'raksH'r~ksl atau mlnta penjelasan pada Pemerintah dulu silahkan Pemerintah apakah sekarang masa pertumbuhan sudah lewat atau masih tumbuh, silahkan pak.

    10

  • PEMERINTAH : Pemerir:~tah dalam hal ini berpendapat bahwa memang pertumbuhan dan perkembangan itu dua hal yang berbeda walaupun sambil tumbuh juga ada kembang-kembangnya sedikit atau sambil berkembang tumbuh sedikit, tetapi yang jelas memang perbedaan antara perkembangan dan pertumbuhan ini mengandung makna atau pengertian bahwa dinamika fetikal itu mengandung perkembangan sedangkan pertumbuhan dengan dinamika horizontal itu mengandung pengertian perkembangan, jadi tentu · kita harapkan ia tumbuh dan berkembang ini pemahamannya sehingga Pemerintah berpendapat dua kata itu tumbuh dan berkembang karena ada aspek vertikal dan horizontalnya demikian pandangan Pemerintah dan minta izin Bapak Dirjen akan menambahkan penjelasan. ·

    DIRJEN DEPKEH : Terima kasih Bapak Menteri, mengenai kata pertumbuhan atau

    perkembangan saya mohon maaf ingin menyinggung krangka teoritik sedikit mengenai lahirnya dua rnasalah ini didalam teori hukum dikatakan bahwa lahirnya hukum itu berbarengan ketika terjadi interaksi, kalau terjadi iteraksi ekonomi maka pada saat itu akan lahir hukum ekonomi sendiri ketika terjadi interaksi internasional disitu akan lahir 'hukum internasional pertumbuhan hukum internasional sekarang ini pesat sekali seperti apa yang terjadi Desember yang lalu di Palermo Italia itu ada konprensi Internasional konpresi PBB yang ditanda tangani termasuk Indonesia tentang bagaimana melawan api internasional organitation crime sesudah itu apa yang terjadi kemarin di Durban itu adalah soal rasialisme dimana juga ada konfrensi tentang itu, kemudian Oktober nanti ada lagi mengenai konfresi internasional mengenai carter pesawat terbang dan lain sebagainya ini adalah. komponen-komponen yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan hukum internasional ketika dikonfresi internasional hukum Indonesia bagaimanapun akan mengalami pertumbuhan karena terjadi prosi interaksi internasional yang terus menerus itu pertumbuhan, perkembangan itu sudah tumbu~. tapi mau mengembang sudah ada barang tapi mau membesar seperti itu, tapi tumbuh itu belum ada, ia ada bibitnya kemudian interaksi kimiawi dan lain sebagainya lahirnya satu pertumbuhan seperti itu, hukum kita akan mengalami dua bentuk proses itu secara berkelanjutan.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : 1 Jadi tumbuh dari tidak ada menjadi ada kalau berkembang yang suadah

    ada menjadi besar F. Reformasi bagamana kalau definisinya Pak Hari Sabarno tumbuh itu makin tinggi panjan9 besar makin berkembang makin membesar.

    F.REF(P~OF.D~H.MOCH.ASKIN,SH): Setelah mendengarkan mengenai interaksi saya senang sekali

    mendengarkan itu bahwa dari situ akan melahirkan sesuatu norma baru bagaimana menangulangi bicara yang ada itu, nah dari perijelasan itu saya sangat puas dan tarik.

    KETUA RAPAT: Begitu dan berkembang puas dia, jadi klta kembali ke DIM Pemerintah.

    (RAPAT SETUJU)

    DIM nomor 8 F. PPP saya kira menyangkut tata urut jadi tidak ada masalah F. KKI juga tata urut demikian F. PDKB ada perubahan sedikit perubahan redaksi silahkan.

    11

  • F. PQKB (PROF. DR. ASTRID S. SUSANTO) : Hanya tambahan sisipan sebagai ·pengganti atau tidak supaya jangan ada

    kerancuhan terima kasih banyak .. -:.

    KETUA RAPAT : Boleh dijelask.an sedikit yang kerancuhan yang mana saya kawan-kawan

    supaya bisa menanggapi nanti.

    F. PDKB (PROF. DR. ASTRID S. SUSANTO) : DIM 's pak ya, jadi berdasarkan pertimbangkan tersebut diatas perlu

    dibentuk UU IDaru karena begini berdasarkan pertimbangan yang dimaksud dan seterusnya dibentuk UUKepolisian negara RI sebaiknya harus dikatakan itu menggati komplomenter atau ba~Jamana terhadap vang disiplin pak.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Dibentuk yang baru berarti ada yang diganti '.yang diganti harus dimasukan

    kosiderans apakah ke Fraksi-fraksi dulu atau Pemebiritah dulu ya Pemerintah silahkan. '

    PEMERINTAH : Terima kasih Pimpinan ;~1tas usulan perubahan redaksional dari F. PDKB

    kami dari Pemerintah menghargai namun tent\.J dengan menujuk pada tersebut huruf a, b, c, d ini akan lebih pasti sedangkan mengenai penyebutan nomor 28 Tahun 1997 tidak per!u lagi karena substansinya telah kita masukan didalam DIM sebelumnya DIM 7, jadi tidak usah menyebut sebagai ... tapi langsung merujuk pada a, b, c, d tadi ini pandangan dari Pemerintah demikian.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Artinya kalau ada yang baru otomatis yang lama diganti walaupuntidak

    disebutkan bagamana bu?

    F. PDKB (PROF. DR. ASTRID S. SUSANTO) : DIM 7 ada pak terima kasih banyak kami tarik.

    KETUA RAPAT : Upanya banyak tarikan sore ini dengan demikian kita kembali pada DIM

    Pemeritah setuju?

    (RAPAT SETUJU)

    DIM 9 ada tambahan butir baru dari F. PDKB silahkan bu.

    F. PDKEI (PROF. DR. ASTRID S. SUSANTO) : Kami hanya sarankan kalau dapat diterimanya bahwa se1nng proses

    demokrasisasi dan globalisasi, karena ini yang rrierubah banyak dari UU serta menghadapi tuntutan masa depan bangsa dan peningkatan-peningkatan propesionali.sme aparat pertahanan dan keamanan melalui penataan kembali peran TN! dan peran kepolisian tapi inikan khusus kepolisian· dari TNI bisa dihapus, lalu bahwa melakukan pemisahan secara . .. didepan tadi sudah disebutkan, jadi khusus yang f saja yang bapak kalau yang ini sudah terkait dengan Tap maksudnya adalah justru suasananya harus disebut kemarin kita menerima biasa saja dinamika masyarakat what is dinamika itu bisa positif bisa I"Hlllfaltl' tll'l lcilau dl1lnl nyatel

  • KETUA RAPAT : Kami ke Pemerintah dulu, jadi butir g sudah ada dibutir sebelumnya tinggal

    butir f saja silahkan Pemrintah sebelum ke Fraksi,-fraksi.

    PEMERINTAH : Terima kasih Pimpinan Pansus, jadi pemerintah dalam hal ini bisa

    memahami usulan dari F. PDKB namun didalam poin e sudah merupakan penutup kosideran menimbang Pemerintah menyarankan agar substansi yang diusulkan F. PDKB ini nanti dimuat dalam penjelasan umum dengan catatan tidak lagi mencantumkan substansi tentang TNI, jadi ini kami persilahkan untuk didalam Pansus akan diputuskan jadi tidak perlu ada tambahan f tapi substansinya dimasukan dipenjelasan umum nanti demikian.

    Terima kasih Bapak Pimpian Pansus.

    KETUA RAPAT : Kita k(?mbalikan pada ibu.

    F. PDKB (PROF. DR. ASTRID S. SUSANTO) : Dapat diterima pak asal masuk penjelasan. Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Fraksi-fraksi PDI-P jadi aca tawaran ada butir' f dari ibu ini masuknya tidak

    disini tapi masuknya kelob e tempat penyusuiaan pasal umum, silahkan F. PDIP.

    F. PDI-P (PANDA NABABAN) : Setuju kalau dimasukan dalam penjelasan.

    KETUA RAPAT : Tentu sepanjang serasi dengan kalimat-kalimat yang ada dipenjelasan F.

    PG.

    F. PG (DRS. HAJRIYANTO Y. TOHARI, MA) : Kita tahu butir ini berkaitan dengan kosideran menirnbang dan kami baca

    ulang dari dari huruf a, b, c, d dan seterusnya itu sudah ada terkandung pengertian tentang perubahan dan tadi juga kita diskusikan pertumbuhan perkembangan dan seterusnya dan dengan demikian apa yang tersebut usulan tambahan dari F. PDKB pada huruf f ini kami pandang sudah tercantum pada butir-butir sebelumnya untuk itu maka rumusan yang· sudah kita sepakati terdahulu kami anggap cukup.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Kalau tawaran yang diberikan tadi .dimasukan kedalam penjelasan,

    Kebamgkitan Bangsa.

    F. KB (DRS. EFFENDY CHOIRIE) : Tidak ada masalah.

    KETUA RAPAT : Fraksi Reformasi

    F.REF(PROF.DR.H.MOCH.ASKIN,SH): Saya kira bag us sekali kalau ini dimasukan. dalam penjelasan tidak usah

    mempengaruhi kosiderans a, b, c tadi itu dan itupurtt;· sepanjang makna kalimatnya . ,) ,. ~ itu belum ada dipenjelasan. :d.·•,'

    Terima kasih.

    13

  • KETUA RAPAT : Masuk dipenjelasan artinya tentu dengan serasi dengan kalimat-kalimat

    yang ada

    F. TNI/POL {DRS. I KETUT ASTAWA} : Terima kasih pak, sebetulnya kosiderans a sampai e itu sudah bulat pak

    jadi penyusunannya sudah mulai dari hal yang bersifat makro ke hal yang bersifat mikro sehingga kita menyimpulkan bahwa perlunya dibentuk UU baru menggantikan UU nomor 24 sehingga penambahan ini tidak perlu ada di konsiderans menimbang tetapi kalau materinya kita anggap memang bagus tidak ada salahnya jiwanya ini masukan ke penjelasan umum.

    Terima kasih. ·

    KETUA RAPAT : F. PPP.

    F. PPP (H.M. SAIFUL RACHMAN, SH) : F. PPP setuju untuk masuk didalam penjelasan umum.

    KETUA RAPAT : F. PBB.

    F. PBB {H. AHMAD SUMARGONO, SE) : Terima kasih,setuju masuk penjelasan umum.

    KETU.A RAPAT : F. KKI.

    F. KKI {DRS. H. A. HAMID MAPPA) : Terima kasih F. KKI juga setuju dimasukan penjelasan.

    KETUA RAPAT: Cara memasukannya bagaimana di Panja atau di Timus, di Timus saja ya,

    baik untuk usul dari F. PDKB kita akan usulkan masuk dipenjelasan umum dan dirumuskan dalam Tim perumus setuju?

    (RAPAT SE~UJU)

    Dim Nomor 10 F. PDI-P siiahkan.

    F. PDI-P {PANDA NABABAN} : Sebenarnya ini sederhana mengingat UUD 1945 tapi kemudian ada Pasal 5

    ayat (1) Pasal 20 kami mengusulkan ditambah Pasal 11 .Pasal 12. Pasal 27 Pasal 28, tapi setelah dilirik partai golkar punya ben(3r juga tambah lagi Pasal 30 artinya setelah kita lihat Pasal 30-nya, jadi Pasal 11 ini penting karena polisi ini juga membuat perjanjian-perjanjian dengan negara lain dalam interpol dan intra diksi dan sebagainya dan Pasal 12 juga tentang keadaan bahaya, terus kemudian Pasal 27 itu mengenai kedudukan warga negara dan Pasal 28 kemudian juga dalam kemerdekaan berserikat mengeluarkan pendapat dan sebagainya, dan kemudian mirip lagi Pasal 30 benar juga, jadi sekaligus menanggapi usul rekan yang lain itu dari F. PDI-P kalau boleh stresing begitu ditambah lagi ayat-ayat didalam pasal itu.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : F. PG.

    . 14

  • F. PG (DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARSA) : Terima kasih Pak Ketua, kami mengusukan ada penambahanPasal 27 ayat

    (1) itu diganti dengan ayat (3) lalu ditambahkan denga Pasal 30, namun kami juga melihat usulan kami ini juga kami hanya sekedar hanya ingin mencoba mengajak kepada forum ini untuk kita coba terbuka secara prinsifil butir-butir pasal-pasal apa saja yang yang bisa masuk kedalam konteks mengingat kalau kita lihat rujukannya yang pertama katakanlah kepada kewenangan pengesahan itukan yang rnengesahkan sebuah RUU itu adalah Presiden maka biasanya pasal yang ditonjolkan dan ayat yang ditonjolkan adalah kewenangan siapa yang akan, oleh karena itu keluar disini Pasal 5 ayat (1) karena draft rancangan ini berasal dari Presiden itu pola pikirnya, kemudian Pasal 20 ayat (2)" bisa kita lihat bahwa proses pembahasannya pun itu secara bersama Presiden bersama-sama dengan DPR, kemudian Pasal 27 ayat (1) ini dan seterusnya kami mengatakan· ayat (3) ditambah dengan Pasal 30 dan sebagainya itu adalah menyangkut ruang linkup substansi apa ya.1g berkaitan berkenaan secara langsung terhadap UU dimaksud itu UU tentang Kepolisian oleh karena itu kami melihat untuk pasal 27 ayat (1) itu diganti dengan ayat (3) katakan!ah setiap warga negara berhak dan ikut serta dalam upaya pembelaan negara ini sebetulnya kurang dianggap fraksi kamipun ini tidak terlalu agak mendesak karena untuk pemikiran-pemikiran ini tapi yang perlu mendapat perhatian, jadi untuk. pasal· 27 ayat (1) diganti dengan ayat (3) ini sebagai wa.cana saja tapi mencoba untuk mengajak kita berpikir merenung tapi kalau untuk Pasal 30 kami ini merasa sebuah pasal wajib masuk karena prisif-prinsif tentang keamanan itu diatur didalam Pasal 30 yang sudah diaman demenkan, · nah kami tidak berani pasal 30 ayat mana saja harus dimasukan karena secara sprite menyangkut masalah kepolisian itu .. tempat tapi sebetulnya Pasal 30 kalau kita lihat dari ayat (1)-nya dan seterusnya secara keseluruhan Pasal 30 itu merupakan satu kesatuan yang tidak dipisakan menyambung antara yang satu dengan yang lain tentang sistem pertahanan dan keamanan dan sebagainya oleh karena itu kami mengusulkan bulat.Pasal 30 itu, nah ini saja yang kami minta dibicarakan karen a terus terang kanii' juga menanggapi apa yang diusulkan oleh F. PDI-P seperti keberadaan Pasal 11 Pasal 12 apakah juga relevan untuk pasal ini masuk karena itu menyangkut masalah kekuasaan Presiden dalam kondisi-kondisi tertentu dalam situasi seperti itu hak-hak Presiden apakah juga hal itu harus masuk menurut pande:ngan kami Pasal 11 Pasal 12 menurut kaca mata kami konkordan dengan pola pikirnya itu tidak perlu kira-kira demikian.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : F. Reformasi.

    F.REF(PROF.DR.H.MOCH.ASKIN,SH): Terima kasih, fraksi kami sesungguhnya ingin menyusuaikan teknik

    perundang-undangan ini pertama-tama agar didalam bertindak itu ada dasar hukumnya apakah DPR apakah Presiden punya kewenangan untuk membentuk UU, nah kewenangan itu kami coba usulkan masuknya Pasal 20 ayat (1) itulah sebabnya maka kami mengusulkan bahwa untuk pertimbangan konstitusi dari segi hukum ini kami minta agar dicantumkan Pasal 20 ayat (1) sebagai kewenangan untuk bertindak DPR termasuk didalamnya ayat (2) bersama dengan Presiden jadi ayat (1) dan ayat (2) seperti juga yang diusulkan oleh F. PG tadi Pasal 30 kamipun dengan demikian agar dimasukan didalam oleh karena Pasal 30 ini adalah umbreia eksnya itu sebenarmya, jadi umbrela untuk membuat satu aturan lebih lengkap karena satu pa~;al didalam UUD itu yang men-gatur tentang Pertahanan dan Keamanan, nah saya kira sangat perlu untuk dicantumkan didalamnya sebagai umbrela untuk pengaturan ULJ Kepolisian dan seperti yang didiskusikan kemarin juga kami mengusulkan agar kita mengutif UUD seutuhnya atau sesuai rlengan asal mu asalnya UUD 1945 tersebut yaitu UUD Negara RI 1945. ·,

    Terima kasih.

    15

  • KETU.A RAPAT : F. TNI/POLRI silahkan.

    F. TNI/POL (DRS. I KETUT ASTAWA) : Teririla kasih Pimpinan, kami pertama menyampaikan ada perbaikan Pasal

    28 itu Pasal :28 g ayat (1), jadi kami memajukan DIM ini menyangkut ada penambaha;, beberapa pasal yaitu Pasal 20 ayat (2), karena menurut pendapat kita yang klta pakai selama ini sebagaimana tadi telah diutarakan oleh rekan dari F. PG bahwa yang dimasukan didalam Pasal-pasal yang menyangkut UUD adalah satu hal-hal yang menyangkut prosedur pembuatan UU, nah ini Pros'edurnya Pasal 20 ayat (2) diman setiap RUU dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapatkan persetujuan bersama ini yang ingin tambahkan, rkemudian ada tambahan kami yaitu Pasal 28 d ayat (1) dan Pasal 28 g ayat (1}\J)asal 30 ayat (4) dan Pasal 30 ayat (5) UUD 1945 yang pada hakekatnya kalad kita simak materi substansi terkandung itu adalah substan~;i yang erat kaitannya dengan RUU yang sedang kita bahas yaitu RUU Kepolisian ini sehingga kami sarankan sebagamana pada DIM yang tercantum pada saranTNI POLRI.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT: Baik demikian Fraksi-fraksi yang mengajukan usul perubahan ada beberpa

    tambahan pasal dari konsitusi saya kira sebelum ke Fraksi-fraksi kami minta Pemerintah mungkin Legal Drafter yang punya urusan ini untuk draft mana yang haru masuk dalam ....

    PEMERINTAH: Sebelum kami serahkan kepada, yang memiliki kemampun dan apa saja

    yang penting dipercaya, Pemerintah prinsifnya dalam hal ini dapat menerima sepanjang hal itu memang bersumber pada UUD negara RI 1945 dan perubahannya dan tentunya setelah disetujui Pansus, nah untuk ini Fraksi-fraksi baik F. PG, F. Reformasi baik F. TNI/ POLRI, jadi kami konkordankan prinsifnya seperti itu biar saya yang menjawab yang pertama ini untuk F. PDI-P karena paling ujung atas, jadi jawabannya Pemerintah walaupun tidak disebutkan pokoknya yang satu itu jawabannya kesitu tadi yang lain konkordan jadi walaupun tidak saya sebut F. PDI-P tapi itulah tadi jawaban usulan pertama tadi yang lain konkordan sedangkan untukusulan F. Reformasi mengenai tambahan negara RI kemarin kami tidak salah juga untuk mensepakati untuk merumuskan itu, jadi pada prinsifnya pemerintah juga bisa menerima, nah selanjutnya kami akan menyerahkan kepada Legal Drafter hanya untuk F. TNI/POLRI karena didalam catatan saya i'i:u Pasal 28 d tapi tadi kedengaran saya g demikian saya serahkan pada Legal Drafter silahkan. ·

    LEGAL DRAFTER: Terima kasih pak, jadi kembali kepada kelaziman-kelaziman selama ini dan

    teknik peraturan perundang-undangan yaitu kita punya pedoman saya belumbisa bergeser pada teknik yang ada, jadi Kepres 44 yaitu kami masih berpedoman pada itu dimana bahwa konsideran mengingat itu: hanya memuat dua hal yaitu kewenangan pembuatan · peraturan perundang-undangan sebagaimana dikemukakan oleh Bp. Agun tad_i dan peratLJran yang memerintahkan pembuatan Peraturan Perundang-undangan 'tersebut. jadi pada prinsipnya memang Peraturan Perundang-undangan yang terkait tidak dimasukan dalam konsideran mengingat. Jadi hanya dua hal, jadi peraturan yang memberikan kewenangan dan peraturan yang memerintahkan pembuatan peraturan perundang-undangan. Jadi ini asasnya seperti yang dikemukakan oleh F. PG tadi, jadi kami masih memakai aturan-aturan penyusunan peraturan perundang-undangan ?ebagaimana tercakup didalam, tercantum dalam Keppres 44 Tahun 1999. jadi pasal-pasal atau ayat-ayat yang tidak berkaitan dengan itu, supaya memang · sebaiknya dikeluarkan.

    16

  • Dan kalau kita lihat beberapa peraturan diluar negeri memang hal-hal seperti ini sudah tidak ·ada lagi, dari peraturan-peraturan tidak ada lagi, hanya praktis apa yang akan diatur, diatur. Jadi mungkin paradigma nanti kita tidak ada menimbang dan segala macam, kemun~Jkinan ya, tetapi pada saat ini kita masih menggunakan paradigma yang sekarang masih kita pakai, dengan demikian saya. masih konsisten (Jada Keppres L.'4. Terima kasih pak.

    KETUA RAPAT : Jadi paradigma yang dipakai oleh Pemerintah, pertama undang-undang

    yang menjadi landasan prosedur. yaitu· pasal 5 dan pasal 20, kewenangan. Dan undang-undang yang memerintalikan lahirnya undang-undang ini, cuma pasal 30 tidak masuk Pak. ini. padahal pasal 30 memerintahkan itu kayaknya.

    LEGAL DRAFTER: Pasal 30 bisa masuk karena itu ada perintah dari TAP MPR kan, pasal 30

    TAP MPR?

    KETUA RAPAT : UUD 1945 Pak.

    LEGAl DRAFTER : ya, rnaksudnya amandemen UUD yang ke II, disana itu ada susunan,

    kedudukan dan segala macam bisa dicantumkan.

    KETUA RAPAT : Maksudnya Pemerintah tidak masukan itu.

    LEGAL DRAFTER : Sekarang sudah ingat, sekarang baru ingat.

    KETUA RAPAT : Oh, baru ingat. Jadi dengan paradigma itu, rnenurut Pemerintah pasal-pasal

    apa saja yang masuk? ·

    PEMERINTAH : Diteruskan saja, karena saya bukan tukang pasal pak,

    LEGAL DRAFTER: Jadi pasal 5 ayat (1) tetap, pasal 20 ayat (2), pasal 30 karena ini susah

    memang ini, 30 kalau kita menunjuk pasalnya adalah 30 ayat (4) dan ayat (5). Jadi kalau UUDnya itu saja yang masuk. Kemudian pasal 27 itu tidak perlu masuk.

    KETUA RAPAT : Pemerintah kasih masuk pasal 27, apa Pemeriptah salah?

    LEGAL DRAFTER: Bukan, artinya kita luruskan disini. Jadi kalau kembali kepada pedoman tadi

    bahwa pasal yang memerintahkan atau pasal yang memberikan kewenangan itu adalah pasal yang saya sebutkan tadi. Jadi pasal 27 ini bukan, jadi setiap warganegara berhak dan ikut wajib dalam upaya dalam pembelaan negara. ini adalah pasal yang sifatnya umum dalam pembelaan negara, kemudian yang nyata-nyata mengatur tentang Polri sebagaimana yang kita sebutkan bahwa kewenangan tadi pasal 5 ayat (1), pasal 20 ayat (2), pasal ;30 ayat ( 4) dan ayat (5).

    17

  • KETlJA RAPAT : Jadi hanya tiga? Ya, kami kembalikan kepada Pemerintah. Mendengar

    pelurusan i~i; mau lurus apa ...

    PEM'ERINTAH : Begini Bapak Pimpinan Pansus. Karena kami Pemerintah sudah disalahkan

    oleh Pimpinan Pansus tadi, tetapi Pemerintah tidak akan menyalahkan fraksi-fraksi. Jadi sekarang keputusan Pansus itu maunya apa? Pemerintah tidak terlalu kaku. ' :

    KETUA RAPAT : Ya, kalau Pemerintah be:rtanya kepada Pansus, saya kembalikan kepada

    fraksi-fraksi.

    F.PDIP (PANDA NABABAN) : Saya fikir dari penjelasan itu tadi kita, pasal 5 ayat (1), pasal 20 ayat (2)

    terus kemudian pasal 30 ayat ( 4) dan ayat (5) say a fikir itu saja.

    KETUA RAPAT : Bagaimana kalau kita sepakati ini? Karena ada alasan yang kuat sesuai

    dengan paradigma yang ada. Setuju?

    F.REFORMASI (PROF. DR. H. MOCH. ASKIN, SH) : Masih adu koreksi dari legal drafter ini, bahwa pasal 20 ayat (1)

    seyogiyanya masuk, karena disana itu kalau anda katakan tadi itu kekuasaan harus ada didalamnya sebagai kekuasaan yang dibuat UU itu, justru pasal 20 ayat (1) itu mengatur disitu jelas bahwa Dewan memegang kekuasaan membentuk UU, jadi UU dibentuk atas kekuasaan apa? kekuasaan yang dimaksud dalam pasal 20 ayat (1). Sedangkan Keppres yang dipakai" ini kan sebelum diamandemen UUD 1945 itu. jadi mohon itu koreksi terhadap pasal 20 ayat (1) agar sebisanya dimasukan sebagai kewenangan yang dimiliki oleh Dewan untuk membentuk suatu UU. Demikian juga pasal 30 ya karena itulah pasal yang mengatur tentang pertahanan keamanan perintahkan seperti disebutkan tadi itu, untuk diatur lebih lanjut didalam peraturan undang-undang. Jadi pasal 30 harus masuk, 20 ayat (1), 20 ayat (2) harus masuk juga.

    KETUA RAPAT : 20 ayat (4) bagaimana? kalau nanti tidak diteken.

    F.REFORMASI (PROF. DR. H. MOCH. ASKIN, SH) : Boleh, pasal 20 jadi tidak usah disebutkan lagi pasa! 20 ayat (1). Kalau

    semuanya saja, pasal 20 saja. Supaya menghindari kesalahan.

    KETUA RAPAT : Kalau begitu, pasal 5 ayat (1), pasal 20 dan pasal 30. Setuju?

    KETOK PALU 1 X

    Butir 11 F.PDIP mengusulkan Iambahan Ketetapan MPR No. III Tahun 2000, silahkan.

    F.PDIP (DRS. SIDHARTO DANUSUBROTO, SH) : Usul dari FPDI-P ada tambahan mengenai pencantuman TAP No.

    III/MPR/2000 mengenai tata urut perundang-undangan. Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Dengan demikian ada dua TAP MPR , TAP III dan TAP VI. FPG Silakan.

    18

  • F.PG (DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARSA} : FPG di sini tetap. dan menanggapi usulan dari FPDI-P kami melihat bahwa

    konteksnya ini menyangkut masalah UU tentang Kepolisian sehingga rujukan untuk TAP III MPR Th. 2000 itu tentang Sumber Hukum dan Tata Urut Peraturan Perundang-undangan, sehingga tidak secara eksplisit langsung terfokuskan kepada substansi yang diatur di dalam RUU ini sehingga kami mungkin untuk putaran pertama ini katakanlah kami sependapat dehgan usulan Pemerintah untuk tetap, tidak ada perubahan. ·

    KETUA RAPAT : FPPP.

    F.PPP (H. M. SAIFUL RACHMAN, SH) : Pimpinan, kami di sini memang ada blank, sesungguhnya pembicaraan

    kami adalah sependapat dengan usulan dari Pemerintah yaitu tetap yang dicantumkan TAP VI saja. Demikian Pimpinan.

    KETUA RAPAT : FKB.

    FKB: Tetap.

    KETUA RAPAT : F.Reformasi.

    F.REFORMASI (PROF. DR. H. MOCH. ASKIN, SH) ;: Kami juga tetap atas konsep yang ditawarkan Pemerintah karena usul

    FPDI-P ini selama ini tentang ... perundang-undangan maupun sumber hukum yang digunakan bel urn pernah dipakai. Dan selama -ini .......... sudah ada, bel urn pernah juga dlpakai. Sehingga kami berpendapat kalau boleh kita hanya menggunakan yang diusulkan oleh Pemerintah.

    KETUA RAPAT : F.TNI/POLRI.

    F.TNI/POLRI (DRS. I KETUT ASTAWA) : Fraksi kami menyarankan menyarankan ,tetap sebagaimana rumusan

    Pemerintah dengan resening bahwa TAP-TAP yang .kita, masukan adalah TAP-TAP yang berkaitan langsung dengan materi dari pada: RUU yang kita bahas. Terima kasih.

    KETUA RAPAT : F. Partai Bulan Bintang.

    F.-PBB (H. ACHMAD SUf\,1ARGONO, SE) : Kami tetap kepada usulan Pemerintah, karena memang usulan Pemerintah

    karena memang usulan dari F.PDIP relevansinya tidak nyambung.

    KETUA RAPAT: F. KKI.

    F.KKI (DRS. S. MASSARDY KAPHAT} : F.KKI juga tetap.

    KETUA RAPAT : F. PDKB.

    19

  • F.PDKB {PROF. DR. ASTRID S. SUSANTO) : Tetap.

    KETUA RAPAT : Mau Pemerintah dulu atau F.PDIP.

    F.PDIP (PANDA NABABAN) : Jadi sebenarnya tadi karena bilang tidak relevan, jadi panas juga. artinya

    kemarin itu kalau tidak salah dalam kaitan bersama DPR, Fresiden dan DPR kita mengacu kepada UU Pokok Perundangan, itu sebenarhya, itu menjadi catatan kita, menjad: acuan kita kalau nanti yang sekarang dalam, proses. Kalau itu terjadi ini relevan, jadi begitu, sebenarnya tadi sudah mau setuju, tetapi dibilang tidak relevan.

    KETUA 'RAPA T : Tetap~ kata-kata relevan ditarik.

    F.PDIP (PANDA NABABAN) : Bukan maksudnya seperti yang tadi, yang UU Pokok Perundang-undangan

    itu. jadi kalau itu nanti masuk dong ini, kalau tidak ya tidak masuk. jadi menjadi catatan kitalah. Seperti nasibnya bersama DPR, Pre~iden dan itu. terima kasih.

    ,,, •,,

    KETUA RAPAT : ,.,, Jadi ini disepakati kecuali kalau UU ini belum disahkan, sudah disahkan UU

    tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Perundang-undangan yang meharuskan TAP III masuk maka dia masuk, tetapi kalau UU itu belum selesai, ini lahir duluan maka keadaannya seperti ini. SEtuju?

    KETOK PALU 1 X

    DIM 12 semua tetap. Setuju?

    KETOK PALU 1 X

    DIM 13 semua tetap, kecuali F.KKI. F.KKI butir baru ada bagaimana?

    F.KKI (DRS. S. MASSARDY KAPHAT) : Jadi F.KKI ingin menambahkan butir baru konsideran mengingat ini yaitu

    UU No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia kemudian UU No.26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manus!a dan UU No.8 Tahun 1981 tentang KUHAP.

    KETUA RAPAT : Mungkin kita sepakat kalau langsung ke Legal Drafter Pak. ya. Silahkan,

    kaitannya ini bagaimana?

    LEGAL DRAFTER : Jadi kembali kepada yang tadi bahwa mengingat ini hanya dua hal tadi, jadi

    kalau ditambahkan KUHAP dan segala macam memang itu tidak pas sebagai dasar hukum walaupun dalam rangka·. tugas-tugasnya memang KUHAP dan segala macam memang itu jadi acuan. Oleh karena itu untuk penambahan-penambahan KUHAP kita kurang sependapat tentang itu.

    KETUA RAPAT : Kami kembalikan ke FKKI. ,

    20

  • F.KKI (DRS. S. M~~SARDY KAPHAT) : Oleh karena legal a;rdafter sudah menyampaikan begitu saya kira kami juga

    bisa memahami dan untuk~ini usul ini kami cabut.

    KETUA RAPAT : Japi untuk 13 kembali ke rumusan Pemerintah. Silakan FPBB.

    F.PBB (H. ACHMAD SUMARGONO, SE) : Saya pikir usulan FKKI tentang UU No. 8/1981 tentang Hukum Acara Pidana

    1n1 menyangkut masalah bahwa KUHAP itu mengatur bahwa POLRI ada!ah penyidik utama itu menjadi tunggal. Jadi ini sangat relevan dalam rangka landasan hukumnya. Begitu juga kalau kita lihat draft di Pasal 14 dalam melakukan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasa/13 Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya.

    KETUA RAPAT: Ada Hukum acara pidananya.

    F.PBB (H. ACHMAD SUMARGONO, SE) : Saya tidak tahu kalau di panduan hukum tetapi saya pikir ini perlu

    dimasukkan sebagai landasan hukum. Terima kasih.

    KETUA RAPAT: Baik, jadi k~.usus untuk KUHAP bagaimana legal drafter?

    LEGAL DRAFTER : Jadi memang dalam rangka tugas itu kepolisian berdasarkan KUHAP, tetapi

    KUHAP itu tidak memerintahkan, KUHAP memang bukan untuk polisi saja. Jadi KUHAP untuk penuntut umum dalam hal ini kejaksaan, KUHAP juga untuk pengadilan, oleh karena itu memang tidak spesifik KUHAP itu, tentang tugas-tugas kepolisian saja. Oleh karena itu kami tetap pada pendapat yang semula bahwa KUHAP karena tid9;1~ memerintahkan atau tidak memberikan kewenangan

    1'"\.'iJ..,

    untuk pengaturan RUU ;~~polisian maka KUHAP tidak perlu dicantumkan dalam butir mengingat. ;;

    KETUA RAPAT : Jadi Bp. Askin?

    F.REFORMASI (PROF. DR. H. MOCH. ASKIN, SH) : Terima kasih. Usul dari FPBB ini kami ingin mernperkuat, oleh karena

    selama ini ada kekaburan mau kemana polisi ini kita bawa dalam kaitannya dengan penyidikan. Dari sana sesungguhnya timbul interpretasi yang berkembang dalam perundang-undangan yang melahirkan ke .............. nya sesungguhnya ini tidak perlu terjadi. Dan itu kita inginkan berkembang demikian, iahir· penyidik dari sektoral ini, itu s.u·dah menjadikan tumpang tindih kewenangan kepolisian. Dan kita tidak ingln bedanjut itu. sesungguhnya pada saat KUHAP itu lahir sudah tida kita inginkan lagi itu lahir penyidik, tetapi kenapa terjadi demikian'? sudahlah yan lalu itu kalau sudah terjadi, tetapi jangar. lagi kita berikan peluang itu. sehingga kalau boleh saya juga ingin memperkuat usul FPBB agar itu dimasukkan di dalamnya inim sebagai komitmen kita bahwa polri itu adalah penyidik utama. Jadi segalanya itu harus satu pintu dalam penyidikan. Sekarang ini kan berbahaya sekali, penyidikan korupsi ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan, tidak ad koordinasi dalam lq=polisian, itu kan sangat berbahaya di dalam cek and balance di dalam suatu penanganan korupsi yang sangat sensitif sekali. Saya setuju dimasukkan di dalamnya ini, agar kepolisian betul-betul kita bisa berdayakan untuk tugas-tugas penyidikan di samping tugas.,-tugas yang lc-in.

    21

  • KETUA RAPAT : Ini b:2rbicara hukum apakah karena itu maka itu harus masuk di

    mengingat. A.pa itu masalahnya.

    F.REFORMASI (PROF. DR. H. MOCH. ASKIN, SH) : Sebagai sumber untuk kita bertindak mengatur di dalam norma-norma

    yang akan kita sepakati dalam bahwa sumber-su.mber hukum yang akan kita kembangkan itu satu diantaranya itu adalah UU Nq.YS/1971. dan saya juga sangat sekali karena ini sudah berulang-ulang diseminarkan timbulnya kekaburan tentang kewenangan kepolisian khususnya di dalam bidang penyidikan itu. Kita tidak ingin ini berlarut-larut. Kalau boleh kita jangankan melalui UU ini, karena ini memang mengatur organisasi kepolisian. Saya kira itu perlu dimasukkan dalamnya yang berantai antara KUHAP nya itu sendiri dan UU Organisasi Kepolisian nya sendiri. Jadi saya anggap bagian yang tidak terpisahkan dengan tugas-tugas kepolisian khususnya di bidang penyidikan sendiri. Jadi saya sungguh sangat mendukung sekali usul FPBB. Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Kami kembalikan legal drafter, jadi kayaknya paradigmanya melebar Pak.

    Bukan hanya UU yang mengatur prosedur, bukan hanya pasal yang mengatur kewenangan tetapi juga UU yang punya kaitan. Silakan legal drafter.

    LEGAL DRAFTER : Kembali kepada kita ini lagi menyusun konsideran mengingat, dua hal yang

    harus kita ingat bahwa adalah undang-undang yang memberikan kewenangan pembuatan dan memerintahkan pembuatan. Kemudian berhenti sampai di situ. Kalau kemudian memang dikaitkan dengan beberapa kewenangan itu memang tidak di sini porsinya. Kita sadari betul bahwa sampai sekarang penyidikan ini tidak hanya ditangani oleh polri. Ada penyidikan ditangani oleh AL, ada penyidikan yang ditangani oleh kejaksaan, ada penyidikan yang ditangani oleh Korrmas, dan itu masing-masing punya undang-undang tersendiri, punya dasar hukum yang jelas. Oleh karer.a itu kita kembalikan kepada dasar hukum mengingat ini tidak memberikan muatan-muatan atau nuansa-nuansa yang tidak pada ketentuan mengingat. Oleh karena itu kami kembali kepada dasar kita konssideran mengingat adalah bagaimana yang saya kemukakan tadi. bukan berarti bahwa polri nanti kemudian berkurang kewenangan dan segara macam, tetapi kita katakan bahwa KUHAP tidak hariya dipakai oleh polri, KUHAP dipakai oleh seluruh aparat penegak hukum baik dari tingkat. penyidikan, tingkat penuntutan, kemudian tingkat peradilan, kemudian yang terakhir juga dalam rangka setelah mereka mendapatkan vonis itu. rnenjadi System. Oleh karena itu tidak perlu bagi kami untuk tetap mencantumkan KUHAP di dalam konsideran mengingat.

    KETUA RAPAT : Baik. l

  • yang ada tadi mengingat, saya pikir kami dari fraksi kami setuju dengan usul dari Pemerintah. terima kasih. ·

    KETUA RAPAT : FPG ada komentar?

    F.PG (DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARSA) : Dari FPG tidak banyak komentar tapi sangat mendukung apa yang

    disampaikan oleh legal drafter. Terima kasih.

    KETUA RAPAT : FKB.

    F.KB (DRS. A. EFFENDY CHOIRIE) : Karena ini urusan penyusunan perundang-undangan, sementara yang ahli

    di bidang teknik perundang-undangan sudah menyatakan seperti itu, maka saya kira itu yang kita pakai. Terima kasih.

    KETlJA RAPAT : FPPP.

    F.PPP (H. M. SAIFUL RECHMAN, SH) : Tetap setuju dengan usul cJari Pemerintah. Terima kasih.

    KETUA RAPAT : F.TNI/POLRI.

    F.TNI/POLRI (DRS. I KETUT ASTAWA) : Terima kasih Pak. Saya pertama-tama menghargai sekali· pendapat dari

    rekan-rekan FPBB, F.Reformasi, bahwa sangat amat erat dan merupakan landasan pelaksanaan tugak pokok polri UU No. 8/1981. dan mari kita flash back sebentar pada proses pembuatan dari UU No. 28/1997, kalau kita lihat pada waktu itupun timbul diskusi yang sama seperti ini, mohon maaf Pak, Bp. Ketua adalah anggota pada waktu itu, banyak yang menjadi anggota pada waktu itu termasuk Bp. Menteri, sehingga hal ini sudah dibahas secara mendalarn dan semua mengakui bahwa hal itu adalah erat kaitannya. Akan tetapi dilimpahkanlah ke Panja kalau tidak salah: diproses akhirnya keluar tidak tercantum ini dengan satu landasan sebagaimana apa yang dikemukakan oleh legal drafter, yaitu hanya dicantumkan UU yang betul-betul memerintahkan dibuatkan UU baru itu, itulah yang dicantumkan. Berdasarkan itu dengan penuh hormat kami kepada pendapat FPBB dan F.Reformasi kami sependapat itu tetap seperti sarannya Pemerintah dengan catatan bahwa marilah jiwa dari UU No. 8/1981 itu kita jabarkan di dalam pasal-pasal dari pasal-pasal yang kita bahas, umpamanya yang menyangkut dari tugas-tugas daripada kepolisian.

    KETUA RAPAT : Terirna kasih katanya tadi sudah menarik. Saya kembalikan kepada FPBB

    dan F.Reformasi.

    F.PBB (H. ACHMAD SUMARGONO, SE) : Karena sebagian besar dari fraksi yang menginginkan dari Pemerintah,

    apalagi dergc.m penjelasan rekan terakhir dari F.TNI/POLRI yang lemah lembut itu, jadi kami apa boleh buat menerima secara keseluruhan. Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Jadi untuk menundukkan Bp. Margono mesti lemah · lembut rupanya.

    F.Reformasi.

    23

  • F.REFORMASI (PROF. DR. H. MOCH. ASKIN, SH) : Terima kasih. Kami hanyr3 ingin mengemukakan keadaan yang berlangsung

    selama ini dan kami ikuti bagaimana serunya yang tadinya pasti menjadi tidak pasti selama ini dan timbul sekian aturan. Tapi kalau apa yang kami kemukakan itu sudah ditanggapi oleh fraksi yang lain dan terakhir F.TNI/POLRI sendiri menyatakan tidak apa-apa, kita ikuti yang ada ini, ya kami oke-oke saja mengenai itu kan tentunya akan terima. Yang penting sudah kami kemukakan bahwa ada masalah yang perlu kita atur. Tetapi kalau yang bersangkutan mengatakan tidak perlu lagi, ya kami tidak bisa berbl,lat lebih jauh lagi. Terima kasih.

    KETUA RAPAT : · DIM 13 kita sepakati ya se~erti ini. Silahkan Bu.

    F.PDKB (PROF. DR. ASTRID S. SUSANTO) : Kami mau menyampaikan pendapat, memang sudah diputuskan oleh

    teman-teman dan Bapak sudah akan mengetok, F.PBB sudah menarik mala. Satu hal Pak. kami harus ingat bahwa sebagaimana dikatakan legal drafter yang terhormat, ini adalah Keppres. Supaya kita jangan Keppres 44 Tahun 1999. Dimana kedudukan Keppres? Ini saja pertanyaan saya Pak. terima kasih. tapi karena sudah mau diterima, ya apa sebisa saya sampaikan supaya nanti berikut yang menginginkan lain bisa mengatakan kami sudah sampaikan kepada forum Pansus bahwa hanya Keppres. Terima kasih Pak.

    KETUA RAPAT : Jadi barangkali paradigma yang dipakai Pemerintah, jangan kita lihat

    Keppresnya tetapi lihat ilmunya mungkin demikian. Ya. Pemerintah. Baik terima kasih.

    KETOK PALU 1 X

    DIM 14, ini ada DIM 14 UU Kepegawaian kok masuk disini. Mungkin sebelum fraksi-fraksi Pemerintah dulu menjelaskani'>ya. Silahkan Pemerintah.

    PEMERINTAH : Terima kasih Pimpinan Pansus. Didalam DIM No. 14 ini memang UU No.43

    Tahun 1999 itu memang memeritahkan pengaturan kepegawaian Polri, itu tersendiri dengan UU, dalam hal ini diintegrasikan dalam UU Kepolisian Rl. Jadi ini merupakan pengganti pengaturan tentang anggota Polri, karena pada waktu itu masuk dalam UU No. 2/1988 tentang Prajurid ABRI, disana ada Kepolisiannya, jadi ini maksudnya ditarik kesini. Demikian, terima kasih. ·

    KETUA RAPAT : Ya, baik, kelihatan fraksi-fraksi tidak ada yang menolak, dengan demikian

    DIM 14, diterima.

    KETOK PALU 1 X

    DIM 15, saya kira sudah dibahas tadi,_ini salah penempatan, Sekretariat ini. karena yang masuk disini UU ...... juga·. sehihggJa dengan demikian kita anggap ini sudah dibahas bersama DIM 13 ya.

    · KETOK PALU 1 X

    DIM 16, dengan perestujuan bersama. Ada perubahan redaksi dari F.PDKB, silahkan.

    24

  • F.PDKB (PROF. DR. ASTRID S. SUSANTO) : Masalahnya, masalah kecil Pak. rasanya kok, biasa sajalah, itu hanya

    redaksional saja. Terima kasih.

    KETUA RAPAT ~ Mungkin ini akibat dari amandemen dari pasal 20 ayat (3) ya, yang

    menyatakan setiap UU harus mendapatkan persetujuan bersama antara Presiden dan DPR. Jadi dengan demikian kita kembali ke DIM Pemerintah. Setuju?

    Kt:TOK PALU 1 X

    DIM 17, F.PPP ada usul perubahan.

    F.PPP (H. M. SAIFUL RACHMAN, SH) : Pimpinan, semula memang mengusulkan demikian, oleh karena didalam

    DIM pertama itu sudah disepakati mengenai kata negara ini. Oleh karena itu kami konkordan dengan judul. Demikian Pimpinan, terima kasih.

    KETUA RAPAT: Baik, dengan demikian UU ini bernama UU tentang· Kepolisian Negara RI,

    fraksi-fraks! lain tidak ada amandemen. Dengan demikian DIM 17 kita kembali kerumusan RUU. Setuju? 1'

    r

  • kondisi yang mernungkinkan tiap warga dalam masyarakat bisa melakukan segala kegiatannya, itu juga kalau kita jadikan satu pengertiannya. Jadi pada prinsipnya Pemerintah tidak keberatan dan' memahami usul itu, hanya karena memerlukan rumusan-rumusan yang lebih jelas, lebih detail, lebih teliti ini bisa dibahas nanti oleh apakah Tim Perumus ataupt_Jn yang lain. Dem.t~ian, terima kasih. ,,

    i ~~~-:·~ ·~.: KETUA RAPAT: , Saya lihat-lihat DIM berikutnya ternyata di DIM 25 dan 26 ada berbicara

    mengenai keamanan dan keamanan dalam negeri. bagaimana kalau rumusan dari F. Reformasi ini kita perbincanglcan nan.ti pada saat kita bahas itu. S.etuju? Ya.

    KETOK PALU 1 X

    Baik, dengan demikian kita ke DIM 20. F.PDIP mengalami perubahan, silahkan.

    F.PDIP {PANDA NABABAN) : Jadi sebenarnya kita bermaksud hendak merinci lagi. Kepolisian adalah hal

    ikhwal yang bertalian dengan fungsi dan lembaga Polisi yang bertugas memelihara dan menjamin keamanan, ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, keadilan dan hak asasi manusia serta memberkan pengayoman, pelayanan maupun pelindungan kepada masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Itu saja Pimpinan.

    KETUA RAPAT : , Baik, F.PG minta penjelasan dari Pemerintah sebentar.

    F.PG {DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARSA) : Dari F.PG hanya mohon penjelasan, apakah dimungkinkan rumusan segala

    hal ikhwal ini dicarikan rumusan baru. Terima kasih.

    KETUA RAPAT : F. Keb;::ngkitan Bangsa. Dibelakang, oh ya, kita tunda dulu ya. F.Reformasi,

    saya kira kerana ini perubahan tata urut, konsekwensi dari perubahan tadi. F.PDKB, silahkan.

    F.PDKB (PROF. DR. ASTRID S. SUSANTO) : Kami menyarakan ada dua sebetulnya, kemungkinan tetapi kami sendiri

    cenderung pada yang pertama bahwa jangan nar+tt dikatakan, Kepolisian adalah segala hal . ikhwal, kami sarankan kalau bisa itt.{;~disebut lembaga Polisi atau Kepolisian. Karena itu ada orang disana, ada tugas ada .. itukan suatu institusi didalam masyarakat bukan hanya Kepolisian begitu saja. Karena kalau dilihat tata bahasa ke, an itu kata benda dari Polisi dst. justru untuk mengangkat fungsi Polisi dan memberi nilai kepadanya. Kedua apabila kita menggunakan istilah fungsi maka biasanya ada tanggung Jawab juga. Dan mungkin ini suatu aspek yang ditunggu-tunggu rakyat, bahwa fungsi dan tanggung jawab itu harus sama-sama berlangsung. Jadi kami ada dua hal lembaga dan tanggung jawab, selanjutnya yang dibawah yang hanya penjabaran lebih lanjut, saya kira yang pertama lebih tepat. Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Jadi sebelum ke fraksi karena ini banyak kaitan dengan Pemerintah. Ada

    tiga hal Pak. pertama usul F.PDIP yang , ingin melengkapi definisi Kepolisian dengan tugas dan fungsi. Lalu yang kedua pertanyaan dari F. PG, apa yang dimaksud dengan hal ikhwal. Dan yang ketiga dari F.PDKB Kepolisian seolah-olah tidak terkait dengan lembaga tetapi hanya personil barangkali menurut pengertian ibu, kalau kita berbicara mengenai Kepolisian padahal yang diatur dalam UU ini, personil, struktur, tata kerja, dan lain-lain sebagainya.

    26

  • Silahkan Pemerintah.

    PEMERINTAH : Terim:a ·kasih ·Pimpinan Pansus. Jadi untuk merespon usulan F.PDIP disini

    Pemerintah m~mang belum sependapat karena substansi yang diusulkan. itu agak berbeda dengan substansi RUU ini; dimana usulan F.PDIP itu sudah merupakan jabaran dari hal-ikhwal Kepolisian sebagai institusi, sedangkan konsep RUU ini sebenarnya masih memberi batasan umum tentang pengertian Kepolisian. Nah terkait dengan itu penjelasan untuk F. PG, Pemerintah dapat memahami memang ini perlu dijelaskan, untuk itu · kami menjelaskan bahwa rumusan yang ada didalam RUU adalah rumusan yang ditemukan didalam UU No. 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara RI. :

    Jadi bahwa hal-ikhwal yang berkaitan .,'8engan . fungsi dan lembaga Kepolisian 'antara lain, falsafah Kepolisian, asas', tujuan, tugas, wewenang, tanggung jawab, kedudukan dan susunan, profesi, keanggotaan, hubungan dan kerja sama. Kemudian kaitannya dengan F.PDKB ini memang Pemerintah belum sependapat karena memang itu menyangkut semua aspek, karena substansi yang diusulkan berbeda dengan substansi RUU yang menjelaskan istilah Kepolisian secara umum yang mencakup segala ikhwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga Kepolisian. Jadi ini penjelasan dari pihak Pemerintah mungkin ada tambahan dari Pak. Dlrjen. Silahkan.

    PEMERINTAH/DIRJEN DEPKEH : Terima kasih Bapak Menteri, Bapak Anggota Dewan yan terhormat. Riwayat

    penggunaan kata hal-ikhwal ini. ya asbabul nujul asbabul wuruj, kalau hal itu adalah tunggal, ikhwal itu jamak taksir, kalau dalam bahasa Sunda itu jari-jemari, ada jari ada jemari, jadi hal-ikhwal itu kira-kira demikian. jadi begitu banyak isi dari kata kepolisian itu sendiri.

    Kemudian pada waktu perumusannya karena begitu banyak maka Ahli Bahasa pada 1997 menyarankan untuk menggunakan isitilah itu, pada waktu itu. Kemudian apa isi hal-ikhwal kepolisian itu tadi sudah dikatakan oleh Menteri, karena itu maka khusus mengenai kata hal-ikhwal mungkin dari segi tulisan bisa diperbaiki Tim Sinkronisasi. Kemudian hal-ikhwal itLi apakah pakai h atau ch, ya h sama ch, seperti waktu Aceh kanun atau konun, kanun mulutnya dibuka, konun dimonyong sedikit. Nah. Kalau ini adalah ikhwal, ikhwal ya ch bukan h yang bundar seperti kaki kerbau itu. jadi karena itu sesuai dengan yang apa dalam kamus Bahasa Indonesia baku maka kata hal-ikhwal itu sudah menjadi bahasa Indonesia baru. Terima kasih.

    KETUA IRAPAT : Jadi hal-ikhwal segala hal yang berkaitan dengan kepolisian, bukan hanya

    personil tetapi termasuk lembaganya, termasuk tata-kerjanya.

    PEMERINTAH/DIRJEN DIEPKEH : Kalau boleh kami teruskan, isi hal-ikhwal'·kepolisian itu, karena begitu

    ban yak adalah filosofinya tujuan kepolisian, fungsf. kepolisian, tug as kepolisian, asas-asas kepolisian, kedudukan, wewenang, !,· tanggungjawab, hubungan-hubungan kepolisian dan lain-lain sebagainya, jadi banyak sekali. Termasuk institusi dan organisasinya.

    KETUA RAPAT : Jadi kalau hal-ikhwal· berarti ya, semua yang berkaitan dengan yang diatur

    dalam UU ini.

    F.PDIP (PANDA NABABAN) : Karena penjelasan ini cukup cemerlang, saya pikir ini masuk dipenjelasan,

    supaya jangan lupa itu, diketentuan umum.

    27

  • KETUA RAPAT : Biasa kalau definisi biasanya tidak ada penjelasannya Pak. ya, ini kan

    definisi. Yang dimaksud dalam UU ini adalah.

    PEMERINTAH/DIRJEN DEPKEH : Yang dimaksud, saya bisa memahami apa yang disampaikan oleh Bapak

    Panda yang terhormat, pengertian hal-ikhwal itu dimasuk dalam penjelasan umum, bukan pengertian kepolisian itu berarti Pak. Terima kas!h.

    KETUA RAPAT : Kalau itu masuk dalam p~njelasan umum, berarti Pak. Panda setuju kepada

    usulan rumusan Pernerintah.

    F.PDIP (PANDA NABABAN) : Bukan itu maksud saya terlampau cepat saja dikomentari.

    KETUA RAPAT : Kalau tidak terlampau cepat lama prosesnya dibikin sama Pak. Panda itu

    masalahnya. Jadi silahkan F.PG, sudah jelas hal-ikhwal.

    F.PG (DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARS~) : Sudah cukup jelas Pak. dapat menerima Pak. ':.; ,.

    KETUA RAPAT : F. PDKB.

    F.PDKB (PROF. DR. ASTRID S. SUSANTO) : Bagi saya belum karena di sini kalau kita memakai istllah hal ikhwal, kita

    sebelumnya sudah harus membahas apanya. Jadi umpamanya x, y, z kita tahu di situ apa itu x, apa itu y, hal ii

  • itu sendiri di dalam kamus disebut dua, satu badan institusi, yang satu lagi orangnya. Di dalam kamus disebutkan badan pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum. Yang kedua adalah anggota badan pemerintah yang tadi itu. Jadi saya kira hal ikhwal itu memang berbeda dari apa yang diinginkan oleh ibu Astrid. Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Kalau berbeda bagaimana penyelesaiannya supaya masuk dalam undang-

    undang, kan harus ada pilihan ini.

    AH LI BAHASA : Saya kira saya tidak berhak menjawab itu, mungkin Pak Menteri yang

    berhak menjawabnya. Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Ibu tidak berhak menentukan tapi berhak menjawabnya.

    AH ll BAHASA : Kalau saya berhak menjawab, saya katakan bahwa memang kepolisian

    adalah x yang bc~gini, begini, begini, ya, x nya itu nomina, ya mungkin lembaga, mungkin apa. mungkin apa tetapi sesuatu yang begini, begini, begini. Terima kasih. ~

    KETU.A RAPAT : Ya, nomina dalam arti cmitable,· tertentu, tidak· boleh samar-samar seperti

    hal-ikhwal itu. ·

    AH LI BAHASA : Bukan nomina abstrak tetapi, tetapi nomina konkrit. Tetapi kepolisian itu,

    what is the police? Itu tadi seperti pertanyaan ibu. Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Kalau hal-ikhwal diganti dengan segala yang berkaitan, sama saja. Ini

    nominanya susah. Ya, Pemerintah.

    PEMERINTAH : Terima kasih Pimpinan Pansus. Memang telah dijelaskan tadi oleh ibu Ahli

    Bahasa juga. jadi memang juga, hal-ikhwal ini bisa bermacam-macam, tetapi berbicara tentang yang tunggal dan jamak tetapi ini tentu yang berkaitan dengan fungsi kelembagaan dan orang sesuai Peraturan Perundang-undangan, jadi sebenarnya kalau kita bisa menerima pengertian hal-ikhwal itu dalam khusus atau spesifik untuk pengertian berkaitan dengan fungsi dan lembaga kepolisian sebenarnya juga tidak ada persoalan. Jadi jangan kita potong hal-ikhwal titik, tetapi hal-ikhwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi. Jadi ya, tentu kami kembalikan kepada Pans.us keputusannya. Tetapi Pemerintah berpandangan seperti itu, jadi hal-ikhwal ini kaitannya dengan fungsi kelembagaan dan fungsi orang didalam kelembagaan itu. ·

    KETUA RAPAT: Jadi ini belum proses pemL,Jtusan masih proses pemahaman, barangkali ada

    tidak tidak kata-kata lain dari ahli' bahasa.

    AH LI BAHASA : Kalau ditambahkan kata sesuatu atau segala sesuatu atau hal ikhwal yang

    berkaitan bagaimana? di depan kata segala sekarang ini, kepo!isian ada!ah segala sesuatu atau /~a! ikhwal yang berkaitan dengan boleh begitu?

    29

    -:· i•

  • KETUA RAPAT : Kepo!isian adalah segala sesuatu yang berkaitan, bagaimana itu sudah

    masuk dalam kategori nomina?

    PEMERINTAH : Pimpinan Pansus saya minta 1z1n, 1n1 polisi beneran tetapi sudah pensiun

    barangkali ingin Bp. Momo ini juga jelek-jelek pernah menjadi Anggota DPR, barangkali blsa menambahkan penjelasan.

    PEMERINTAH {KETUA POKJA/MAYJEN{PURN) MOMO KELANA) : Terima kasih Bp. Pimpinan. Perkenankan saya menyampaikan beberapa hal

    yang berkaitan dengan polisi yang dirangkum di dalam ketentuan umum ini sebagai kepolisian. Jadi kepolisian itu segala hal ikhwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi. Undang-undang ini akan mengatur segala hal ikhwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi. Jadi hal ikhwal itu akan terdiri dari mulai dari filosofinya, jadi kalau kita bicara tribrata itl,l apanya polisi. Pol itu filosofinya polisi Indonesia salah satu hal dari sekian hal yang berkaitan dengan polisi Indonesia. Hal ikhwal ini sebetulnya juga saran dari ahli bahasa pada waktu itu untuk menggunakan berbagai hal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi. Jadi nanti sambil jalan dari pasal demi pasal kita akan melihat bahwa setiap hal akan diatur mulai dari tujuan kepolisian, azaz, kode etik, kedudukan, organisasi, pembinaan profesi, tanggung jawabnya, wewenangnya, hubungan-hubungan kepolisian, bahkan sekarang ditambah lagi mengenai pengaturan tentang keanggotaan polisi atau kepegawaian polisi dalam kaitannya dengan UU NO. 8/1974 dan UU NO. 43/1999. Jadi sebetulnya kita tidak bisa menunjuk pada hanya satu x saja mengenai kepolisian ini. Karena bisa juga mengenai misalnya bagaimana persepsi masyarakat tentang polisi itupun satu hal yang berkaitan dengan polisi. Demikian barangkali dapat membantu pemahaman. Dan terima kasih atas kesempatannya. ·

    PEMERINTAH: Pak Pim:Jinan Pansus demikian tambahan penjelasan tapi paling tidak kalau

    saya panggil Pak polisi tidak bisa diganti eh .. Pak hal ikhwal kan tidak bisa. Saya kembalikan pada Bp. Pimpinan Pansus.

    KETUA RAPAT : Saya kira kalau kawan Anggota Pansus mernahami Pak bahwa yang diatur

    di sini adalah yaitu tadi. Cuma yang dipersoalkan ~~emakaian kata hal ikhwal ini dari segi kaidah tata bahasa, sehingga bagaimana membumbuinya supaya agak lebih konkrit. Tadi ada tawaran kalau hal ikhwal ini diganti segala- sesuatu yang berkaitan, isinya saya kira sama.

    AH LI BAHASA : Bukan diganti tetapi hanya ditambahkan didepannya segala sesuatu atau

    hal ikhwal supaya sesuatunya rnenjadi kelihatan nominal seperti usul ibu Astrid. Saya ingat itu, itu Pak Martin yang mengusulkan hal ikhwal itu. terima kasih.

    KETUA RAPAT : Jadi dua-duanya. Segala sesuatu dipakai atau hal ikhwal. Definisi ini bu,

    Pasal 1 bunyinya Yang dimaksud dalam undang-undang ini dengan berarti definisi harus definitif, kalau pakai atau tidak definif lagi.

    AH LI BAHASA : Saya pribadi dapat menerima definisi ini. terima kasih.

    KETUA RAPAT : Ibu Astrid.

    30

  • F.PDKB {PROF. DR. ASTRID S. SUSANTO) : Terima kasih Pak. Mengapa saya .. kalau mau diterima pun ya silakan,

    karena usul yang kedua yang FPDKB ajukan yaitu tanggung jawab. Kalau minta tanggung jawab dari hal ikhwal tidak bisa, tapi mesti minta tanggung jawab dari suatu lembaga bisa. karena kami di sini mengajukan dengan fungsi dan tanggung jawab lembaga. Kita minta tanggung jawabnya ini, kepada siapa kita mesti minta tanggung jawab.

    KETUA RAPAT : Di DIM Pemerintah ada lembaga, di naskah asli.

    F.PDKB {PROF. DR. ASTRID S. SUSANTO) : Jadi karena itu pakai lembaga itu karena ada tanggung jawabnya itu Pak.

    Jadi kalau hanya hal ikhwal itu agak sukar, mungkin ini rnasalah perasaan bahasa, kami terserah saja pada ibu dari bahasa, tapi rasanya belum komplit itu dilihat dari segi grammar dan logic of the language tidak ada. Terima kasih.

    KETUA RAPAT: Kalau begitu kita rumuskan saja, bagajmana kalau kita sepakati

    semangatnya pembahasannya dalam tim perumus. Setuju?

    F.KB {DRS. A. EFFENDY CHOIRIE) : Sebentar Pimpinan. Bagi kami itu saya kira jelas, setelah memperoleh

    penjelasan dari ahli bahasa, Pak Menteri, Pak Dirjen, termasuk Pak Panda itu saya kira jelas. Di sini kami menangkap yang dipersoalkan Ibu Astrid ini adalah penggunaan kata hal ikhwal, di sini kemudian ada tawaran sesuatu. Lalu apabila demikian maka sesungguhnya hanya dua ini yang menjadi soal, menggunakan hal ikhwal atau menggunakan sesuatu. Kalau itu, ketika itu ternyata maknanya sama ya sudah kita pilih salah satu, kira-kira begitu kan. Tidak usah kita menunggu di Timus. Menurut saya ini lebih sedap, ini kalau sudah maknanya samaitu memang lebih. sedap hal ikhwal, kalau maknanya sama dalam tata bahasa, sedap itu menjadi subyektif tetapi ini pilihan, artinya kita harus memilih salah satu. Kata Pak Hajrianto yang antropolog ini lebih nikmat. Saya kira itu terima kasih.

    KETUA RAPAT : Silahkan, Pak. Askin.

    F.REFORMASI {PROF. QR. H. MOCH. ASKIN, SH) : Setelah saya lihat dari kamus ini, rupanya segala hal-ikhwal atau segala

    hal-hal ini, sudah masuk semua apa yang kita inginkan yang bersangkutan dengan kepoiisian, tidak ada lagi rasa-rasanya akan kita, tidak akan tertinggal kalau kita berbicara hal-hal apa saja yang bersangkut paut dengan lembaga polisi itu sendiri. Apakah itu tugas, apakah itu fungsinya semua masuk didalam, jadi saya kira rumusan ini sudah bisa kita terima ini dengan tidak perlu ada kekhawatiran karena dengan kata-kata segala hal atau segala sesuatu, keranjang sampah ini semua segala itu. Semuanya sudah masuk didalam, yang namanya polisi, tugas masuk semua didalam, jadi apa lagi yang kita khawatirkantidak masuk didalam. Segala, kata segala itu sudah masuk bu. Astrid, termasuk tanggungjawab bu, tidak usah khawatir mengenai ini, abstrak dan konkrit sudah masuk semuanya. Tolong ibu, apakah, apa yang tidak masuk. Semuanya masuk konkrit dan apa bu ya, konkrit dan apa semua masuk didalam. Kata-kata segala hal-ikhwal, benda padat, benda cair, benda gas masuk semua didalam, misalnya bu ya, kata-kata segala itu sudah masuk itu, saya kira ·itu Bapak Ketua, jadi rumusan Pemerintah ini saya bisa terima ini. • i

    KETUA RA~AT : Ini yang ina, ini mimit masuk semua katanya. Bagaiman bu. Astrid.

    31

  • F.PDKB {PROF. DR. ASTRID S. SUSANTO) : Pas saja, pas.

    KETUA RAPAT : Karena semua sudah masuk, sesuai, baik.

    KETOK PALU 1 X

    DIM 21, F.PDIP ada usul perbaikan. Silahkan.

    F.PDIP {DRS. SIDHARTO DANUSUBROTO. SH) : Saudara Ketua. Usul perbaikan yang tercantum dalam DIM didrop, kita

    sudah rapatkan bahwa kita kembali kepada usul Pemerintah. Terima kasih.

    KETUA RAPAT : F. PPP.

    F.PPP {H. Yl. SAIFUL RACHMAN, SH) : Pimpinan, pertama disini memang ada dua usulan yang semula, yaitu kata

    negara, akan tetapi sesuai dengan tadi pada DIM ayat (1) kata negara itulah yang digunakan, sehingga kata negara menjadi tetap, konkordan seperti yang sudah diputuskan. Namun usulan yang berikutnya itu F.PPP mengusulkan ada tambahan kalimat, jadi setelah Kepolisiati Negara Ri ditambah dengan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Jadi ini untuk lebih menjelaskan bahwa anggc.tc: Kepolisian RI dan Pegawai Negeri pada kepolisian ini adalah sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, demikian Pimpinan. Terima kasih.

    KETUA RAPAT: Baik, F. Reforamsi.

    F.REFORMASI {PROF. DR. H. MOCH. ASKIN, SH) : Mau yang lain dulu, F.Reformasi nanti.

    KETUA RAPAT : Apa karena sudah masuk t.adi semua.

    F.REFORMASI {PROF. DR. H. MOCH. ASKIN, SH) : Ada punya kami punya usul ini Pak. Ketua, halaman 12 ini, tambahan kata

    tugas. Kalau tidak salah kemarin.

    KETUA RAPAT : Yang ini halaman 13 sekarang Pak. DIM 21. Jadi ini mendefinisikan bahwa

    Kepolisian itu adalah Pegawai Negeri, itu yang diusulkan oleh F. Reformasi. ··,

    F.REFORMASI (PROF. DR. H. MOCH. ASKIN, SH) : Ya, itulah usul kami, bahwa anggota Kepolisian RI adalah Pegawai Negeri

    RI.

    KETUA RAPAT : Kalau Pemerintah Pegawai Negeri pada Kepolisian Negara RI. Jadi ini

    masalah bahasa.

    F.REFORMASI (PROF. DR. H. MOCH. ASKIN, SH) : Jadi langsung ditempatkan pada lembaga kepolisian.

    32

  • KETUA RAPAT : F. TNI/POLRI.

    F.TNI/POLRI (DRS. I KETUT ASTAWA) : ·,. Terima kasih Pimpinan. F. TNI/POLRI ingin menyampaikan saran

    penyempurnaan perubahan. Apa yang tertulis dalam naskah kita ingin sarankan untuk dirubah menjadi anggota Kepolisian Negara RI adalah Pegawai Negeri yang diangkat sebagai Polisi Negara RI. Mengapa kami menyarankan demikian, kami kaitkan definisi No.2 ini mengenai anggota Kepolisian Negara RI adalah Pegawai Negeri pada Kepolisian Negara RI. Mari kita lihat perumusan. pad a pasal 20 di RUU yang dinyatakan bahwa Pegawai Negeri pada Kepolisian Negara RI terdiri atas dua yaitu anggota Kepolisian Negara RI dan Pegawai Negeri Sipil. Kalau definisi ini kita pakai berarti anggota Kepolisian Negara adalah Pegawai N~geri Kepolisian Negara RI adalah Pegawai Negeri pada Kepolisian Negara RI pada hal sebenarnya ada dua terkandung. (Ketua : ini UU apa yang dirujuk) Disini Pak didalam RUU juga. jadi ada hal yang masih kontradiksi dengan rumusan pasal 2.0. Kami menganggap bahwa rumusan pasal 20 itu yang benar, tetapi kalau kita rumuskan definisinya anggota kepolisian Republik Indonesia sebagalmana naskah itu ada hal yang kontradiktif, oleh karena itu maka kami menyarankan sebagai demikian. Mungkin rumusan ini dianggap oleh Pemerintah kurang tepat mari kita cari perumusan yang baik, yang tepat, tetapi tidak akan mempunyai pengertian yang berbeda dengan apa yang sudah diutarakan pada Pasal 20. Terima kasih.

    KETUA RAPAT : FPDKB.

    F.PDKB {PROF. DR. ASTRID S. SUSANTO ) : Saya kira hanya redaksional saja itu tidak begitu berat, yang berat nanti

    yang berikut.

    KETUA RAPAT : Baik. Jadi Pemerintah ada tiga masalah. Yang pertama mengenai yang

    diusulkan oleh FPPP, bahwa yang dimaksud anggota kepolisian negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri pada kepolisian negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, itu yang pertama. Yang kedua, yang diusulkan oleh F. Reformasi ba~)Na anggota Kepolisian Negara RI adalah Pegawai Negeri. Sedangkan oleh F. TNI/POLRI punya kaedah tidak semua Pegawai Negeri adalah Polisi, jadi dikepolisian itu ada PNS ada Polisi. Silahkan Pemerintah.

    PEMERINTAH : Terima kasih Pimpinan Pansus, untuk usulan, mungkin barangkali

    mendekati jam 4 itu jadi suaranya agak sember-sember. Karena mulainya lebih awal dari yang biasanya, jadi walaupun orangnya tidak serak tetapi rupanya loudspekernya yang mulai serak jadi yang sos istrumennya ternyata.

    KETUA RAPAT : Ini pertanda bahwa semangat anggota Pansus lebih tinggi dari instrumen

    teknologi.

    PEMRINTAH: Terirna Pak. Pimpinan Pansus; untuk usulan dari F. PPP tentang tambahan

    sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, untuk perubahan kata negara saya kira konkordan jadi tetap. Sedangkan usulan penambahan kalimat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Pemerintah ini kurang bisa menerim'a karena titik berat yang ingin ditekankan di sini dalam rumusan RUU tersebut ada tentang status, status anggota kepolisian negara R.I.

    33

  • sebagai PNS yang sudah diatur dalam bab sendiri yaitu BabVI Pasal 20 sampai dengan Pasal 30 RUU ini.

    KETUA RAPAT: Pemerintah ini agak susah kita dengar ini. Bagaimana kita skor 5 menit

    dulu Pak.

    {RAPAT DISKORS)

    PEMERINTAH : Sebelum saya menjawab satu demi satu usulan atau pandangan dari FPPP,

    F.Reformasi, dan F.TNI/POLRI, kami ingin menjelaskan lebih dulu maksudnya atau yang dimaksud dengan istilah anggota kepolisian negara R.I. ini, karena yang pertama istilah tersebut akan sering dijumpai dalam batang tubuh undang-undang, dal:un kaitannya dengan kewenangan kepolisian. Yang kedua, berkaitan dengan rumusan istilah tersebut itu di dalam UU No. 43/1999 yaitu status anggota polri sebagai pegawai negeri. Jadi sebenarnya persoalan yang substansial sederhana. Tentang usulan dari FPPP yang tadi, Pemerintah memang kurang bisa menerima sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, karena titik berta yang ingin ditegaskan dalam rumusan RUU ini tentang status anggota kepolisian negara R.I. sebagai pegawai negeri yang sudah di~tur tersendiri dan nanti dalam Bab IV Pasal 20 sampai dengan Pasal 30 RUU ini. '! ·

    Untuk usulan dari F. Reformasi, sama juga di sini Pemerintah belum bisa atau tidak bisa menerima karena pada kata kepolisian negara R.I. dihilangkan maka ruang lingkupnya tidak terbatas, padahal rumusan (ni dimaksudkan untuk rnemperjelas status anggota polri adalah pegawai negeri yang ada di .kepolisian negara R.I., berarti pengertiannya ya polisinya itu sendiri, ya PNS nya. Kemudian untuk usulan dari F.TNI/POLRI tentang diadakannya perubahan walaupun di sini polisi, di sana po:isi ternyata pendapatnya juga tidak sama.

    Pemerintah be!um bisa menerima usulan atau pendapat dari F.TNI/POLRI karena di dalam butir ero ini hanya menjelaskan tentang apa yang di maksud dengan anggota polri, bukan bagaimana menjadi anggota polri. Karena di sini kan ada kata pegawai negeri yang diangka.t oleh ·polisi, ada pengertian seperti itu, jadi seolah-olah proses juga di sini. Konteks yang diinginkan oleh Pemerintah dalam rumusan RUU ini menitikberatkan kepada anggota kepolisian negara R.I. sebagai pegawai negeri. sedangkan konteks yang dirumuskan oleh F.TNI/POLRI ini dapat diartikan seolah-olah untuk menjadi anggota polri harus menjadi pegawai negeri dulu baru diangkat menjadi anggota polri. Demikian penjelasan dari Pemerintah. Terima kasih. mungkin ada tambahan dari yang polisi beneran? Tidak ada. terima kasih.

    KETUA RAPAT : Jadi massage yang akan disampaikan oleh ayat ini bahwa anggota polri itu

    adalah pegawai negeri. Cuma definisinya yang ada dalam rumusan Pemerintah seolah-olah anggota polri itu pegawai negeri baik pegawai negeri yang polisi maupun pegawai negeri yang bukan polisi. Apakah memang demikian? karena ini bunyinya anggota kepolisian negara R.I. adalah pegawai negeri pada kepolisian, padahal pegawai negeri yang ada di kepolisian ada polisi ada yang PNS. Yang PNS itu memang anggota kepolisian apa bukan?

    PEMERINTAH : Begini Pak Pimpinan Pansus memang kalau bacanya dipotong seperti itu,

    itu menjadi kesannya sepertL. itu. Sarna dengan ~aya membaca polisi brengos coklat selamanya ngejar pencuri lari ke selata;~, padahal seharusnya polisi bercelana coklat mengejar pencuri ke selatan, jad;(selama ini. Sebenarnya yang dimaksud adalah pegawai negeri pada kepolisian, jadi jangan di potong di pegawai negeri nya, apakah mau pakai koma (,) atau bagaimana adalah pegawai negeri pada kepolisian negara R.I. Jadi di situlah anggota kepolisian itu berstatus sebagai

    34

  • I. I

    pegawai negeri. Satu nafas ini ditariknya , kalau dipotong memang seolah-olah seperti itu.

    KETUA RAPAT Jadi kejelasannya PNS yang di kepolisian bukan anggota kepolisian.

    F.PDIP (PANDA NABABAN) : Pimpinan, sebenarnya penjelasan Pemerintah sudah jelas kalau bisa diputar

    dulu. karena diprovokasi begini jadi panjang.

    KETUA RAPAT: Baiklah, FPDI-P.

    F.PDIP {DRS. SIDHARTO DANUSUBROTO, SH) : Sdr. l

  • Semula usulan kami ini bertitik tolak pada pemahaman, karena di dalam instuisi kepolisian itu yaitu ada dua , status, jadi status polisi yang aktif dan status pegawai negeri yang sipil itu. l\lamun demikian sebagaimana tadi dijelaskan oleh Pemerintah d~n juga teman-teman lain dari fraksi, dengan demikian usulan kami, kami tarik. • ..

    KETUA RAPAT : FKB.

    F.KB (DRS. A. EFFENDY CHOIRIE) : Saya kira jelas sehingga tidak perlu komentcir lagi.

    KETUA RAPAT : F. Reformasi.

    F.REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH) : Terima kasih. Yang dirurnuskan oleh Pemerintah ini sebetulnya cukup jelas,

    karena ini adalah berkaitan den·gan masalah status, di sini menekankan bahwa anggota kepolisian itu adalah pegawai negeri. Rumusan ini sudah cukup jelas cuma kami memang menghilangkan kalimat pada kepolisian negara, kenapa? Karena pada prinsipnya yang anggota kepolisiam itu adalah pegawai negeri R.I. Sebab kalau kita menambahkan pada kepolisian negara maka nanti pegawai-pegawai negeri di instansi lain pun nanti juga akan mengikuti. Misalnya pekerja katakanlah di DPR adalah pegawai negeri di DPR, begitu juga di lembaga-lembaga lain. Karena statusnya sudah cukup jelas bahwa dia ini adalah pegawai negeri ya sudah pegawai negeri. kebetulan tadi kepolisian ya tidak apa-apa karena dia adalah tetap kepolisian.

    Jadi kita juga tidak usah menterjemahkan apakah dia PNS, apakah dia pegawai negeri kepolisian, tidak masalah yang penting dia tahu pegawai negeri. Mengenai hak dan kewajibannya kan diatur tersendiri. Jadi kami menyarankan agar pada kepolisian negara itu dihilangkan kalimatnya sehingga menjadi umum sifatnya. Terima kasih.

    KETUA RAPAT : F.TNI/POLRI.

    F. TNI/POLRI (DRS. I KETUT ASTAWA) : Terima kasih. Kami sangat amat mengerti hal yang ingin dikemukakan oleh

    Pemerintah yaitu bahwa status polri ini adalah pegawai negeri itu sudah jelas di UU No. 43, itu sudah jelas. Permasalahan yang kami kemukakan adalah kami kaitkan dengan Pasal 20. Di dalam rumusan Pasal 20 RUU ini dimana pegawai negeri pada kepolisian negara R.I. adalah anggota : a) anggota kepolisian negara R.I. b) PNS. Jadi ada dua. Kalau demikian kalau rumusan definisi sebagaimana dicantumkan oleh Pemerintah maka konsekuensiny.a nanti kalau kita mau bahas Pasal 20, di Pasal 20 itu pegawai negeri pada kepolisian negara R.I. adal ah anggota kepolisian negara R.I., tidak ada nomor b, ini permasalahannya. Oleh karena itu kami sarankan mesti ada perumusan kembali, walaupun apa yang kami kemukakan bahwa sarankan anggota kepolisian negara R.I. adalah pegawai negeri yang diangkat sebagai polisi negara R.I. itu mungkin bisa menimbulkan pertanyaan lagi, dari awal sudah kami kemukakan inipun belum pas. Karena sebenarnya ·memang kalau pegawai negeri saja tidak ada yang diangkat, pegawai negeri ........... pegawai negeri sebagai anggota kepolisian R.I. Pegaw~i. negeri itu terdiri atas PNS, Anggota TNI, Anggota POLRI. Ini mohon dapat juga ditanggap essensi yang terkandung kepada apa yang kami tanyakan, sehingga konkritnya kalau rumusan ini tetap diterima kami sependapat, tetapi ada konsekuensi, konsekuensinya Pasal 20 itu harus ada perubahan. Apakah itu akan dikehendaki oleh Pemerintah. Terima kasih. !

    36

  • KETUA RAPAT : FKKI

    F.KKI (DRS. S. MASSARDY KAPHAT) : .~ Kami sependapat dengan rumusan RUU ini.

    KETUA RAPAT : FPDKB masih ada tambahan?

    F.PDKB (PROF. DR. ASTRID S. SUSANTO) : Kami sebetulnya sependapat seperti . kalau kami lihat, mendengar

    penjelasan··penjelasan tadi masih ada kerancuan betul. Tadi saja bapak dari F.TNI/POLRI mengatakan soal pegawai negeri itu adalah TNI dan POLRI tidak bisa, tapi ini masalah kebahasaan lagi. Apabila forum bisa menerima , bisa menerima. Karena menurut saya inti dari permasalahan di pasal berikut. Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Baik mungkin begini Pemerintah, Pasal 20 itu genusnya. Pegawai negeri ada

    TNI, ada polisi, PNS, ini speciesnya, mung kin begitu, tetapi terserah Pemerintah.

    PEMERINTAH : Terima kasih Bp. Pimpinan Pansus. Jadi kami juga memahami dari

    pandangan-pandangan, karena memang tujuan utamanya tadi ingin memperjelas status anggota polisi itu adalah memang pegawai negeri, tetapi pegawai negeri tersebar dimana-mana, apakah pegawai negeri kepolisian negara R.I. apakah pegawai negeri yang diangkat sebagai polisi negara R.I. tentu kalau saya kaitkan dengan saran F.TNI/POLRI itu bukan ....... jadi seolah-olah ada pegawai negeri dulu baru diangkat oleh polisi. Tetapi kalau diangkat sebagai, karena bersamaan dia mengucapkan sumpah kepolisian otomatis juga pegawai negeri. jadi apabila naskah RUU yang disampaikan oleh Pemerintah misalnya kata pada itu dihapus, itu juga sudah bisa mengakomodir berbagai pendapat. Substansinya adalah anggota kepolisian Negara R.I. adalah pegawai negeri kepolisian negara RI jadi menegaskan bahwa anggota polisi itu ya pegawai negeri. jadi kami mencoba menawarkan seandainya kata pada itu tidak ada apakah ini sudah memenuhi pandangan-pandangan rekan-rekan fraksi, demikian Pimpinan. Terima kasih.

    KETUA RAPAT : ,\ Apakah kita perlu ke Ahli Bahasa ya, jelas kita sepakat semua bahwa esensi

    yang akan disampaikan disini menyatakan bahwa polisi adalah pegawai negeri. Ada sumbangan pikiran dari Ahli Bahasa.

    AHLI BAHASA: Kekhawatiran pihak F. TNI/Polri itu terjadi jika kalimatnya dibalik, pegawai

    negeri pada kepolisian negara RI adalah anggota kepolisian negara RI itu baru terjadi yang dua tadi Pak. tapi ini kan anggota kepolisian negara RI adalah pegawai negeri, nah dimana? di ini, jadi tidak terjadi kerancuan itu, baru terjadi kerancuan itu jika definisinya dib~lik, itu baru terjadi. Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Nah, mana yang lebih jelas, pegawai negeri pada kepolisian negara RI atau

    pegawai negeri titik.

    AH LI BAHASA : Kalau umum ya, pegawai negeri titik. Tetapi ini maunya pega·wai negeri

    yang dimana? Yang di anu.

    37

  • KETUA RAPAT : Jadi harus ada keterangan tempat.

    AH LI BAHASA : Sesuai dengan konsep awalnya, maunya begitu, bukan harus ada

    keterangan tempat untuk genus umum tetapi ini keinginan pemilik naskah, kalau ini naskah. Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Ya, silahkan F.PDIP.

    F.PDIP (PANDA NABABAN) : Saya pikir sudah segala macam diskusi kita ini, saya pikir sudah kembali

    kesini lagi, kekonsep awal.

    KETUA RJ!.PAT : F. PG

    F.PG (DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARSA) : Berpendapat pada pemikiran terakhir dari Ahli Bahasa, jadi kalau saya

    sependapat dengan apa yang disampalkan ol·eh AhH Bahasa. Jadi sebetulnya tidak ada confuse begitu ya, pertentanqan antara DIM No.21 ini dengan pasal yang tadi dikatakan oleh rekan F~ TNI/Polri, itu tidak ada rnenurut pandangan kami