revitalisasi manajemen perpustakaan dalam...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
REVITALISASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN
DALAM MENGEFEKTIFKAN PEMBELAJARAN
DI SMA PGRI 56 CIPUTAT
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I.) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Disusun Oleh:
Nur Fajriyah Mahfiroh Timas
104018200627
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008 M/1429 H
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
REVITALISASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN
DALAM MENGEFEKTIFKAN PEMBELAJARAN
DI SMA PGRI 56 CIPUTAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I.) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Oleh:
Nur Fajriyah Mahfiroh Timas
104018200627
Di Bawah Bimbingan:
Drs. Hasyim Asy’ari, M.Pd.
NIP: 150 260 265
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008 M/1429 H
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nur Fajriyah Mahfiroh Timas
NIM : 104018200627
Jurusan : Kependidikan Islam
Program Studi : Manajemen Pendidikan
Judul Skripsi : Revitalisasi Manajemen Perpustakaan dalam
Mengefektifkan Pembelajaran di SMA PGRI 56 Ciputat
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya penulis sendiri dan diajukan
sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan penulis, judul dan skripsi ini belum pernah diterbitkan
sebelumnya oleh orang lain atau suatu lembaga, kecuali bagian-bagian tertentu
yang secara tertulis dijadikan sebagai sumber acuan dalam skripsi ini dan
disebutkan dalam footnote dan daftar pustaka.
Demikianlah pernyataan ini dibuat, apabila terbukti bahwa pernyataan ini tidak
benar, maka sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.
Jakarta, 7 November 2008
Yang Membuat Pernyataan,
N. Fajriyah MT.
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul
“Revitalisasi Manajemen Perpustakaan dalam Mengefektifkan
Pembelajaran di SMA PGRI 56 Ciputat” yang disusun oleh Nur Fajriyah
Mahfiroh Timas dengan NIM 104018200627 Program Studi Manajemen
Pendidikan Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah di uji kebenarannya
oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal 7 November 2008.
Jakarta, 7 November 2008
Dosen Pembimbing Skripsi,
Drs. Hasyim Asy’ari, M.Pd.
NIP: 150 260 265
..PERSEMBAHAN....PERSEMBAHAN....PERSEMBAHAN....PERSEMBAHAN..
Skripsi yang berjudul “Revitalisasi Manajemen Perpustakaan dalam
Mengefektifkan Pembelajaran di SMA PGRI 56 Ciputat”
ini merupakan karya ilmiah terbesar
penulis sepanjang hidup, yaitu selama 22 tahun.
Oleh sebab itu, karya ilmiah yang begitu berarti bagi penulis sebagai jembatan
untuk meniti jalan hidup dan kehidupan di masa
mendatang ini dengan penuh hormat akan penulis persembahkan
kepada semua orang yang telah begitu
banyak memberi makna dan motivasi dalam hidup penulis
tanpa terkecuali.
Namun, beberapa pihak yang penulis khususkan dalam persembahan ini, adalah:
1.1.1.1. Tim pendidik dan kependidikan di lembaga pendidikan tempat Tim pendidik dan kependidikan di lembaga pendidikan tempat Tim pendidik dan kependidikan di lembaga pendidikan tempat Tim pendidik dan kependidikan di lembaga pendidikan tempat
penulis pernah mengenyam pendpenulis pernah mengenyam pendpenulis pernah mengenyam pendpenulis pernah mengenyam pendidikan formal, yaitu:idikan formal, yaitu:idikan formal, yaitu:idikan formal, yaitu:
- TK Aisyiyah TK Aisyiyah TK Aisyiyah TK Aisyiyah 42 CiputatCiputatCiputatCiputat
- SD Negeri SD Negeri SD Negeri SD Negeri 01 Ciputat Ciputat Ciputat Ciputat
- SMP Negeri SMP Negeri SMP Negeri SMP Negeri 19 Mayestik, JakartaMayestik, JakartaMayestik, JakartaMayestik, Jakarta
- SMU Negeri SMU Negeri SMU Negeri SMU Negeri 46 Blok A, JakartaBlok A, JakartaBlok A, JakartaBlok A, Jakarta
- UIN Syarif Hidayatullah JakartaUIN Syarif Hidayatullah JakartaUIN Syarif Hidayatullah JakartaUIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.2.2.2. Keluarga inti, yaitu kedua Orang Tua dan kedua saudarakuKeluarga inti, yaitu kedua Orang Tua dan kedua saudarakuKeluarga inti, yaitu kedua Orang Tua dan kedua saudarakuKeluarga inti, yaitu kedua Orang Tua dan kedua saudaraku
3.3.3.3. Keluarga besarKeluarga besarKeluarga besarKeluarga besar
4.4.4.4. Si Oom “Tuyul Gondrong”Si Oom “Tuyul Gondrong”Si Oom “Tuyul Gondrong”Si Oom “Tuyul Gondrong”
Semoga karya ilmiah terbesar pertama yang dapat penulis persembahkan ini
mampu memberikan arti bagi semua orang.
Amiiin…!!
ABSTRAKSI
N. Fajriyah MT, 104018200627
Jurusan Kependidikan Islam, Prodi Manajemen Pendidikan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Judul Skripsi: Revitalisasi Manajemen Perpustakaan Sekolah dalam
Mengefektifkan Pembelajaran di SMA PGRI 56 Ciputat
Siswa sebagai subjek belajar memiliki hak untuk cerdas, pintar dan
menjadi dewasa baik dalam pemikiran maupun dalam bertindak. Siswa pun
berhak mendapat perlakuan dan fasilitas yang tidak boleh saling dibedakan
bila berada dalam lingkungan pendidikan, karena pendidikan adalah hak
setiap anak bangsa tanpa terkecuali. Sekolah sebagai fasilitator harus
mampu memberikan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan siswa dalam
pembelajaran. Selain guru sebagai salah satu sumber belajar siswa di
sekolah, perpustakaan sekolah juga merupakan media atau alat
pembelajaran yang mutlak ada pada suatu sekolah.
Perpustakaan sekolah adalah jantung dari suatu lembaga pendidikan.
akan terasa hampa bila dalam suatu lembaga pendidikan tidak memiliki
salah satu sarana belajar tersebut. Perpustakaan sekolah memiliki peran
salah satunya untuk memfasilitasi belajar siswa di sekolah. Agar dapat
memegang perannya tersebut, maka perpustakaan sekolah harus memiliki
fasilitas-fasilitas yang menunjang dan manajemen yang terstruktur dan
terorganisir.
Revitalisasi Manajemen Perpustakaan Sekolah dalam Mengefektifkan
Pembelajaran di SMA PGRI 56 Ciputat adalah suatu bentuk pembaharuan,
penyegaran, pengaktifan kembali, memvitalkan kembali, memfungsikan
kembali manajemen dan segala fasilitas termasuk juga tenaga pengelola
perpustakaan sekolah SMA PGRI 56 Ciputat agar perpustakaan sekolah
tersebut dapat memfasilitasi pembelajaran siswa di sekolah agar tercapai
tujuan pembelajaran lembaga, maupun tujuan pendidikan nasional.
Kegiatan revitalisasi manajemen perpustakaan sekolah dapat dilakukan
dengan mengaktifkan kembali manajemen penyelenggaraan perpustakaan
SMA PGRI 56 Ciputat dan kebijakan-kebijakan kepala sekolah serta
mengefektifkan dan mengefisiensikan segala fasilitas yang berkaitan dengan
kegiatan kepustakaan.
Dalam penelitian skripsi ini, metodologi penelitian yang digunakan
adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, dan teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian kepustakaan dan
penelitian lapangan dengan menggunakan empat (4) teknik, yaitu observasi,
wawancara, angket dan dokumentasi. Sedangkan pengambilan sampel
dilakukan dengan mengambil 30 % dari populasi dengan menggunakan
teknik purposive random sampling.
Berdasarkan penelitian yang penulis dapatkan di lapangan yang berasal
dari hasil wawancara kepada beberapa responden, penyebaran angket
kepada siswa dan observasi, objek penelitian ini yaitu SMA PGRI 56 Ciputat
perlu melakukan revitalisasi manajemen perpustakaan agar perpustakaan
sekolah tersebut dapat memfasilitasi pembelajaran siswa di sekolah yang
bersangkutan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah (skripsi) ini. Salawat serta salam semoga tercurahkan kepada
junjungan Nabi besar, Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah Islam melalui kitab-Nya.
Karya ilmiah atau skripsi yang berjudul “Revitalisasi Manajemen Perpustakaan dalam Mengefektifkan Pembelajaran di SMA PGRI 56 Ciputat” ini merupakan salah satu persyaratan akademik dalam penyelesaian studi
strata satu (S.1) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Akan tetapi penulis menyadari bahwa hasil penelitian skripsi ini belum maksimal, karena penelitian ini hanyalah
sebuah goresan tipis dalam lembaran sejarah penelitian mengenai perpustakaan dan kaitannya dengan kurikulum dan efektifitas pembelajaran.
Selanjutnya, penulis juga menyadari bahwa goresan tipis ini tidak terlepas dari bantuan, kritik dan saran baik
berupa do’a, bimbingan dan arahan dari berbagi pihak yang membuat penulis tidak pantang menyerah. Untuk itu
perkenankan penulis untuk menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang mungkin tidak akan dapat
digantikan dengan apapun atas jasanya, adapun pihak-pihak yang sangat berarti itu antara lain:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Jakarta dan Segenap jajaran staf.
2. Ketua jurusan Kependidikan Islam Prodi Manajemen Pendidikan, Dra. Yefnelti Z., M. Pd. beserta sekertaris, Drs.
Mu’arif SAM., M. Pd. dan staf jurusan.
3. Drs. Hasyim Asy’ari, M.Pd., dan keluarga, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah rela meluangkan waktunya
untuk memberikan arahan, petunjuk, bimbingan dan selalu sabar mendengarkan keluh kesah penulis.
4. Keluarga besar SMA PGRI 56 Ciputat, yaitu Kepala Sekolah dan segenap jajarannya, para guru dan karyawan, serta
adik-adik SMA PGRI 56 Ciputat yang selalu memberi bimbingan, bantuan, dukungan dan kerjasamanya selama
proses penelitian berlangsung serta bersedia memposisikan penulis sebagai teman.
5. Segenap dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya Para dosen Kependidikan Islam – Manajemen
Pendidikan yang kurang lebih selama empat (4) tahun telah banyak memberi ilmu dan pelajaran hidup kepada
penulis.
6. Keluarga tercinta, yaitu keluara inti, Alm. Ma’ruf Sudaryo (Ayah), Warsiti Ma’ruf (Ibu), Mas Anung (Kakak), dan
Adi (Adik) yang selalu memberikan dukungan moril dan materil yang tak terkira harganya, dan seluruh keluarga
besar.
7. Segenap pegawai dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya yang bertugas di Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan. Terima kasih atas kerjasama dan persahabatan ini.
8. Teman-teman dan sahabat-sahabat di KI–MP angkatan 2001–2006, khususnya pada angkatan 2004 kelas A dan B,
kalian sangat berarti bagiku, namun maaf penulis tidak dapat menyebutkan nama satu persatu. Terima kasih atas
kerjasama dan semua kesan yang telah tercipta selama ini, baik dalam susah maupun senang. (Keep in touch, ya!!
Luph you much.. and I’m gonna miss you all!!! Selamat berjuang teman-teman!!!!!)
9. Teman-teman dan sahabat-sahabatku di luar KI–MP; Mia, Ita, teman-teman se-Fakultas khususnya mahasiswa PBI
(especially Tya), warga seperjuangan di TK, SD, SMP, dan SMA (khususnya Scottisch–Quw). (Keep in touch, ya!!
Always be my best, ok!!)
10. Semua teman dan orang-orang yang mungkin tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah sangat banyak membantu
dan memberikan kenangan kepada penulis dalam berbagai hal.
Satu kalimat yang tidak pernah penulis lupakan, “tiada gading yang tak retak”,
penulis menyadari bahwa di dalam penulisan karya ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapkan respon yang berupa kritik, saran, dan komentar dari para pembaca.
Adapun bila ada kata atau hal yang tidak berkenan di hati pembaca, penulis
memohonkan maaf yang sebesar-besarnya, karena itu adalah di luar kehendak dan
kesadaran penulis.
Akhir kalimat, semoga Allah SWT merestui dan selalu memberkati usaha kita.
Amin. Serta kiranya penelitian ini bermanfaat bagi semua orang.
Jakarta, 7 November 2008
Penulis,
N. Fajriyah MT.
`
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ……………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR
………………………………………………………
ii
DAFTAR ISI
……………………………………………………………….. v
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. ix
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………. 1
B. Identifikasi Masalah …………………………………... 5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………… 6
1. Pembatasan Masalah ……………………………… 6
2. Perumusan Masalah …………………………….… 7
D. Kegunaan Penelitian ………………………………….. 7
BAB II : ACUAN TEORITIK
A. Konsep Dasar Perpustakaan …………………………... 8
1. Pengertian Perpustakaan ………………………….. 8
2. Pengertian Perpustakaan Sekolah ………………… 9
3. Fungsi Perpustakaan Sekolah …………………….. 10
4. Tugas Perpustakaan Sekolah ……………………… 10
5. Tujuan Perpustakaan Sekolah …………………….. 12
6. Peran Perpustakaan Sekolah ……………………… 13
B. Manajemen Perpustakaan Sekolah ……………………. 14
1. Pengertian Manajemen ……………………………. 14
2. Manajemen Perpustakaan Sekolah ………………... 15
3. Komponen Manajemen Perpustakaan sekolah …… 15
a. Perencanaan (Planning) …………………….… 15
1) Fasilitas Perpustakaan …………………….. 16
2) Koleksi Perpustakaan ……………….…….. 19
3) Anggaran Perpustakaan …………….……... 21
b. Pengorganisasian (Organizing) ……………….. 22
c. Pengaturan Staf (Staffing) …………………….. 24
d. Penggerakan (Actuating) …..………………….. 25
e. Pengendalian (Controlling) …………………… 25
C. Revitalisasi ………………………………………….… 26
1. Revitalisasi Fasilitas Perpustakaan Sekolah ……… 27
2. Revitalisasi Koleksi Perpustakaan Sekolah ………. 28
3. Revitalisasi Pelayanan Perpustakaan Sekolah ……. 31
4. Revitalisasi Tenaga Pengelola Perpustakaan
Sekolah …………………………………………... 32
5. Revitalisasi Tata Tertib Perpustakaan ……………. 33
6. Revitalisasi Kebijakan Kepala Sekolah………….... 33
7. Upaya Kepala Sekolah, Para Guru dan Tenaga
Pengelola Perpustakaan dalam Memobilisasi Siswa
Untuk Mendayaguna Perpustakaan Sekolah ……… 34
D. Efektifitas Pembelajaran ……………………………… 34
1. Pengertian Efektifitas ……………………….…….. 34
2. Pengertian Pembelajaran ………………………….. 35
a. Pengertian Belajar …………………………….. 35
b. Pengertian Mengajar ………………………….. 37
c. Pembelajaran ………………………………….. 38
3. Efektifitas Pembelajaran ………………………….. 40
E. Kerangka Berpikir …………………………………….. 41
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ……………………………….…….. 42
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………….… 43
1. Lokasi Penelitian ………………………………….. 43
2. Waktu Penelitian ………………………………….. 43
C. Metode Penelitian …………………………………….. 43
D. Teknik Pengumpulan Data ………………………….… 44
E. Populasi dan Sampel Penelitian …………………….…. 45
1. Populasi Penelitian ………………………….…….. 45
2. Sampel Penelitian ……………………………….… 46
F. Instrumen Pengumpulan Data ………………………… 47
1. Definisi Konseptual Penelitian …………………… 47
2. Definisi Operasional Penelitian …………….…….. 47
G. Instrumen Penelitian ………………………………….. 48
H. Teknik Analisa Data ………………………………….. 50
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMA PGRI 56 Ciputat ……………. 51
1. Letak Geografis dan Sejarah Berdiri ……………… 51
2. Visi dan Misi ……………………………………… 52
3. Rekapitulasi Keadaan Siswa ……………………… 52
B. Deskripsi Data ………………………………………… 53
C. Interpretasi Data dan Penyajian Hasil Penelitian ……... 54
1. Analisa dan Interpretasi Data ……………………... 55
2. Penyajian Hasil Penelitian ………………………... 82
a. Sejarah Berdiri Perpustakaan SMA PGRI 56
Ciputat ………………………………………… 82
b. Fasilitas Perpustakaan ………………………… 84
c. Koleksi Perpustakaan ……………………….… 86
d. Pelayanan Perpustakaan …………………….… 90
e. Tenaga Pengelola Perpustakaan …………….… 92
f. Anggaran Perpustakaan ……………………….. 93
g. Peran Guru dalam Pembelajaran dan
Pemanfaatan Fasilitas Belajar serta
Kontribusinya terhadap Perpustakaan Sekolah .. 94
h. Tanggungjawab Kepala Sekolah sebagai
Manager Sekolah dalam Kegiatan
Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah ………. 95
i. Hambatan yang Dihadapi SMA PGRI 56
Ciputat dalam Mengefektifkan Sarana Belajar
(Perpustakaan) …………………………………. 96
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………… 98
B. Saran ………………………………………………….. 100
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 102
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian …………………………….. 49
Tabel 2 Rekapitulasi Keadaan Siswa SMA PGRI 56 Ciputat ……... 53
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin … 55
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenjang Kelas/
Angkatan …………………………………………………... 55
Tabel 5 Kunjungan ke Perpustakaan Sekolah ……………………… 56
Tabel 6 Membaca Buku di Perpustakaan Sekolah dengan Skala
Minimal 30 Menit/Hari …………………………….……… 57
Tabel 7 Kegemaran Membaca Buku, Baik Buku Pelajaran
ataupun Buku Karya Ilmiah Lain yang dapat
Menambah Wacana Pengetahuan Termasuk juga Novel
atau Cerita Bergambar
yang Terdapat di Perpustakaan Sekolah …………………...
58
Tabel 8 Mencari Tahu Hal-Hal yang tidak Dimengerti dalam
Pelajaran di Sekolah Melalui Membaca di
Perpustakaan
Sekolah ……………………………………………………..
58
Tabel 9 Pemberlakuan Jam Baca (Studi Perpustakaan) di
Sekolah
secara Bergilir Perkelas dalam Setiap Harinya …………….
59
Tabel 10 Pencanangan oleh Guru untuk Mencari Informasi
Lebih Mendalam Mengenai Materi yang Telah atau
akan Dipelajari di Dalam Kelas Melalui Koleksi yang
Terdapat
di Perpustakaan Sekolah …………………………………...
60
Tabel 11 Salah Satu Upaya yang Dilakukan oleh Kepala Sekolah
dan Guru untuk Menumbuhkan Minat Siswa
Mengunjungi Perpustakaan Sekolah, yaitu dengan
Mendampingi Siswa
Belajar di Perpustakaan……………………………………..
60
Tabel 12 Pengadaan Kegiatan Semacam Lomba Karya Ilmiah
oleh
Perpustakaan Sekolah ……………………………………...
61
Tabel 13 Letak atau Posisi Gedung Perpustakaan yang Kurang
Strategis ……………………………………………………
62
Tabel 14 Keadaan/Kondisi Gedung Perpustakaan Sekolah yang
sudah Memenuhi Standar Kelayakan ………………………
62
Tabel 15 Kurang Memadainya Fasilitas Perpustakaan ………………
63
Tabel 16 Penerangan (Cahaya Lampu) sudah Baik untuk
Kegiatan
Membaca …………………………………………………...
63
Tabel 17 Keadaan Ruang Perpustakaan yang Relatif Sempit ………..
64
Tabel 18 Terjaganya Kebersihan dan Udara Segar di dalam
Perpustakaan ……………………………………………….
65
Tabel 19 Terciptanya Situasi yang Kondusif di dalam Perpustakaan ..
65
Tabel 20 Kelengkapan Koleksi Perpustakaan Sekolah ………………
66
Tabel 21 Kerelevanan Koleksi Buku dengan Kebutuhan
Kurikulum
dan Pembelajaran …………………………….…………….
67
Tabel 22 Proses Pengadaan dan Pembelian Koleksi
Perpustakaan Dilakukan Berkala Serta Disesuaikan
dengan Kebutuhan
Siswa dan Kurikulum ………………………………………
67
Tabel 23 Pelibatan Siswa dalam Proses Pengadaan Koleksi ………...
68
Tabel 24 Banyaknya Koleksi yang sudah tidak dapat Digunakan
namun masih Terpajang pada Rak Koleksi ………………..
69
Tabel 25 Penataan Koleksi Diatur dengan Rapi dan Dilakukan
dengan Pengkatalogan ……………………………………..
69
Tabel 26 Pelayanan Sirkulasi Dilakukan secara Terstruktur dan
Terorganisir dengan Kartu Keanggotaan dan Buku
Besar
Peminjaman atau Komputerisasi …………………………...
70
Tabel 27 Adanya Peraturan yang Mengikat dan Kedisiplinan
dalam
Pemanfaatan Perpustakaan …………………………………
71
Tabel 28 Waktu Buka dan Tutup Perpustakaan Disesuaikan
dengan
Lama belajar Siswa di Sekolah …………………………….
72
Tabel 29 Pemberian Sanksi Terhadap Keterlambatan
Pengembalian
Pinjaman …………………………………………………...
72
Tabel 30 Kesulitan Mengunjungi Perpustakaan karena Petugas
Jarang Berada di Tempat ……………………………….….
73
Tabel 31 Pelayanan yang Baik dan Ramah oleh Petugas kepada
Pengunjung ………………………………………………...
74
Tabel 32 Kesigapan Petugas dalam Membantu Pengunjung yang
Kesulitan Mencari Buku …………………………………...
74
Tabel 33 Fasilitator bagi Teman-Teman ………………………….….
75
Tabel 34 Kemudahan dalam Menerima dan Menyerap Pelajaran
di
Sekolah ………………………………………………….….
76
Tabel 35 Ketepatan dan Kecepatan dalam Mengerjakan
Tugas/Test
yang Diberikan oleh Guru ………………………………….
77
Tabel 36 Perasaan Bangga Orang Tua atas Raport Hasil Ujian
yang
Tidak Mengecewakan …………………………….………..
78
Tabel 37 Menjadi Juara Kelas di Setiap Akhir Semester …………….
78
Tabel 38 Menjadi Delegasi/Duta Sekolah dalam Berbagai Kompetisi
79
Tabel 39 Bersikap dan Bersifat Positif ………………………………
79
Tabel 40 Memberi Contoh yang Baik Kepada Orang Lain dalam
Bersikap ……………………………………………………
80
Tabel 41 Penanaman Kepribadian dan Tanggungjawab di Sekolah …
80
Tabel 42 Dapat Membuat Orang Lain Bangga Terhadap Diri
Responden …………………………………………………. 81
Tabel 43 Kemampuan Penerapan Teori-Teori Skill dalam
Kehidupan
Sehari-hari ………………………………….………………
81
Tabel 44 Kekhawatiran akan Skill yang Dimiliki dengan
Tantangan
IPTEK di Masa Mendatang ………………………………..
82
Tabel 45 Kriteria Kapasitas/Daya Tampung Perpustakaan………….. 84
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Penelitian: Angket untuk Siswa SMA PGRI 56 Ciputat
Lampiran 2 Intsrumen Penelitian: Pedoman Berita Wawancara Kepala Sekolah
SMA PGRI 56 Ciputat
Lampiran 3 Instrumen Penelitian: Pedoman Berita Wawancara Tenaga
Pengelola Perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat
Lampiran 4 Instrumen Penelitian: Pedoman Berita Wawancara Guru SMA
PGRI 56 Ciputat
Lampiran 5 Hasil Wawancara: Kepala Sekolah SMA PGRI 56 Ciputat
Lampiran 6 Hasil Wawancara: Tenaga Pengelola Perpustakaan SMA PGRI 56
Ciputat
Lampiran 7 Hasil Wawancara: Guru sekolah SMA PGRI 56 Ciputat
Lampiran 8 Pengajuan Proposal Skripsi
Lampiran 9 Pengajuan Bimbingan Skripsi
Lampiran 10 Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 11 Permohonan Riset/Wawancara
Lampiran 12 Surat Keterangan dari Objek Penelitian Bahwa Telah Melakukan
Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Melalui pendidikan, manusia dapat mempelajari
bagaimana cara meningkatkan dan mengembangkan potensi intelektual,
mental, sosial, emosional dan kemandirian dalam kehidupan, sehingga
menghasilkan manusia yang berkualitas.
Begitu juga bagi bangsa Indonesia, pendidikan memiliki fungsi dan tujuan
yang amat penting dalam proses pembentukan bangsa. Hal ini termaktub
dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab II pasal 3, yaitu;
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.1
Mengingat tugas pendidikan adalah mempersiapkan generasi muda yang
potensial untuk kehidupan di masa mendatang, untuk itu, pendidikan harus
berorientasi pada masa depan, bukan masa sekarang. Dalam arti, tugas
pendidikan pada masa kini adalah juga menyajikan informasi tentang keadaan
masa kini dengan orientasi pada masa depan. Selain itu, pendidikan di sekolah
juga bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif (tingkah
laku dan sikap) dalam diri siswa yang sedang berkembang menuju ke arah
kedewasaan.
1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab II Pasal 3, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2003)
Lembaga pendidikan dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa
berusaha melaksanakan proses pembelajaran dengan mengkoordinasikan
komponen-komponen yang ada dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan
dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan. Koordinasi komponen-
komponen dalam lembaga pendidikan tersebut salah satunya adalah sarana
prasarana pendidikan demi mewujudkan tujuan pendidikan. Seperti yang telah
tertuang dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 45 Ayat 1: “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal
menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan
intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik”.2
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang pada intinya menjelaskan
mengenai urgensi sarana prasarana pendidikan dalam menunjang pembelajaran di setiap sekolah, juga dikuatkan
dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Pasal 1;
Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat
berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel
kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber
belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran,
termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.3
Hal lain yang juga turut andil dalam mewujudkan tujuan pendidikan
adalah penanaman budaya gemar membaca. Namun demikian, pada
kenyataannya bahwa sikap gemar membaca di Indonesia masih relatif rendah.
Ini tentu menarik untuk disimak terutama bila dibandingkan dengan bangsa-
bangsa lain di sekitar kita. Beberapa pengamatan dilakukan dengan survey dan
jajak pendapat selalu menempatkan Indonesia pada posisi yang menyedihkan
dalam hal gemar membaca ini.4
2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 45, Ayat. 1, …
3 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Pasal 1,
Ayat 8
4 Sudarnoto Abdul Hakim, Perpustakaan Sebagai Center For Learning Society: Gagasan untuk
Pengembangan Perpustakaan Madrasah, (Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syahid
Jakarta 2006), h. 1
Keadaan keprihatinan masyarakat Indonesia mengenai minat baca ini
dapat terjadi dimungkinkan karena rendahnya kesadaran masyarakat, terlebih
lagi generasi muda yang sedang ada dalam tahap pembelajaran. Era informasi
global saat ini merupakan tantangan yang mau tidak mau menuntut kita untuk
memiliki berbagai keterampilan dalam mengakses, mengevaluasi,
mengorganisir, dan menyebarkan informasi secara efisien dan efektif.
Kemampuan tersebut diperlukan agar kita dapat hidup dan bekerja secara
mandiri di tengah masyarakat yang lebih bertumpu pada jasa informasi
(information-centered society).
Dengan informasi sebagai konsumsi di abad ini, dan manusialah sebagai
subjek yang sedang belajar dan berpikir, maka seyogyanya perpustakaan dapat
memainkan peranan pentingnya. Sesungguhnya keberadaan suatu
perpustakaan merupakan suatu keharusan sebagai salah satu pusat informasi,
karena perpustakaan bukan hanya menyediakan buku dan bahan-bahan
informasi yang diperlukan, tetapi juga dapat memfasilitasi proses berpikir dan
proses belajar itu sendiri. Perpustakaan sebenarnya menjadi teman akrab bagi
siapa pun terutama bagi masyarakat belajar di berbagai tingkatan.
Kaitan antara perpustakaan dengan pembelajaran juga terdapat dalam
Undang-Undang tentang Perpustakaan Bab XIII mengenai Pembudayaan
Kegemaran Membaca “Pembudayaan kegemaran membaca pada satuan
pendidikan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) dilakukan dengan
mengembangkan dan memanfaatkan perpustakaan sebagai proses
pembelajaran”.5 Perpustakaan adalah salah satu sarana yang sangat menunjang
dalam setiap program pendidikan, pengajaran, dan penelitian (research) bagi
setiap program pendidikan dan ilmu pengetahuan. Sering terdengar suara-
suara para pendidik yang mengatakan bahwa ia ialah inti setiap program
pendidikan dan pengajaran atau dalam bahasa asingnya “the heart of the
educational programs”.6
5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Bab XIII
Pasal 43 Ayat 3, (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2007)
6 Soejono Trimo, Pedoman Pelaksanaan Perpustakaan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1997), Cet. Kelima, h. 1
Perpustakaan sekolah akan tampak bermanfaat apabila benar-benar memperlancar pencapaian proses belajar
mengajar sekolah. Indikasi manfaat tersebut tidak hanya berupa tingginya prestasi murid-murid, tetapi lebih jauh lagi, antara lain adalah murid-murid mampu mencari, menemukan, menyaring dan menilai informasi, murid-murid terbiasa
belajar mandiri, murid-murid terlatih ke arah tanggung jawab, murid-murid selalu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sebagai bagian yang integral dalam sistem pendidikan, perpustakaan sebenarnya sangat membantu bukan saja para siswa tetapi juga bagi para tenaga pengajar.
Perpustakaan merupakan tempat dimana para peserta didik dapat
mengeksplor (mengadakan penjelajahan ilmiah secara lebih luas) terhadap
berbagai subjek secara mandiri dan demokratis terhadap apa yang dikaji agar
memperoleh pengetahuan lebih dalam sebagai bentuk pengembangan materi
yang telah dipelajari di kelas. Perpustakaan, selain itu juga sepatutnya
berperan sebagai sarana yang dapat membantu para peserta didik untuk
memperluas cakrawala imajinasi, area-area investigasi (penyelidikan) dari
minat perorangan, dan meningkatkan kemauan mereka untuk berpikir secara
jernih, kreatif, serta kritis terhadap sumber-sumber yang telah mereka pilih
untuk dibaca, didengar ataupun dilihat.
Mengingat begitu berartinya keberadaan suatu perpustakaan di sekolah
sebagai salah satu sumber belajar, namun tidak begitu saja keberadaannya
dapat berdayaguna tanpa adanya suatu manajemen yang baik dan terprogram.
Karena bagaimanapun dan dalam hal apapun, manajemen merupakan bagian
pokok dalam suatu program atau kegiatan. Efisiensi dan efektifitas manajemen
perpustakaan di sekolah dapat tercapai apabila seluruh sumber daya yang ada
mampu dan mau bersinergi, baik itu sumber daya manusia, sarana, metode dan
dana. Hal-hal yang merupakan sumber daya perpustakaan menurut Undang-
Undang tentang perpustakaan dijelaskan sebagai berikut, “sumber daya
perpustakaan adalah semua tenaga, sarana dan prasarana, serta dana yang
dimiliki dan/atau dikuasai oleh perpustakaan”.7
Hal demikianlah yang seharusnya terjadi di setiap sekolah, karena
perpustakaan sekolah adalah salah satu sumber belajar dan harus dimanfaatkan
oleh seluruh warga sekolah, terutama oleh peserta didik (siswa), oleh karena
itu, harus dilakukan manajemen yang baik terhadap perpustakaan sekolah agar
7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Bab I Pasal
1 mengenai Ketentuan Umum Ayat 15, (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2007)
keberadaannya lebih efektif. Tidak terkecuali pula kondisi perpustakaan dan
siswa yang terdapat pada SMU PGRI 56 Ciputat.
Mengingat begitu pentingnya keberadaan perpustakaan pada setiap
sekolah ataupun instansi/lembaga pendidikan, maka penulis tertarik untuk
mengangkat tema perpustakaan sebagai suatu karya ilmiah dengan judul
“REVITALISASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN DALAM
MENGEFEKTIFKAN PEMBELAJARAN DI SMA PGRI 56
CIPUTAT”.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat
dilakukan identifikasi masalah sebagai berikut:
Rendahnya minat baca siswa membawa akibat yang cukup fatal, yaitu
kebodohan dan keterbelakangan dalam hal ilmu pengetahuan
Efektifitas pembelajaran akan dapat terealisasi apabila siswa dan guru sama-
sama menyadari pentingnya ilmu pengetahuan, yang mana salah satu cara
untuk memperoleh ilmu pengetahuan bisa didapatkan pada perpustakaan
sebagai salah satu sumber belajar
Manajemen perpustakaan yang baik akan sangat membantu mengefektifkan
fungsi dan tujuan perpustakaan
Koleksi perpustakaan yang minim dan terbatas, serta suasana yang
menjemukan memberi kecenderungan keengganan bagi siswa dan guru
untuk mengunjungi perpustakaan
Pengetahuan akan perpustakaan dan ilmu pengetahuan bagi seorang
pustakawan akan sangat mempengaruhi efektifitas perpustakaan sekolah
yang bersangkutan.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pembatasan Masalah
Agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan tidak melebar pembahasannya,
maka penulis mencoba memberikan batasan-batasan masalah. Adapun
batasan-batasan masalah tersebut meliputi:
Peranan perpustakaan sekolah. Artinya seperti apa sebenarnya peranan
perpustakaan sekolah bagi sekolah itu sendiri, serta minat siswa dan
guru terhadap keberadaan perpustakaan sekolah sebagai salah satu
sumber belajar.
Manajemen perpustakaan sekolah, yaitu pelaksanaan operasional
perpustakaan yang di mulai dari perencanaan penyelenggaraan
perpustakaan (planning) yang meliputi penentuan akan fasilitas,
koleksi dan anggaran perpustakaan sekolah; kemudian
pengorganisasian (organizing) yang terdiri dari pelayanan
perpustakaan; pengaturan staff (staffing) atau tenaga pengelola
perpustakaan; penggerakan (actuating) serta pengendalian
(controlling) oleh kepala sekolah selaku manager sekolah.
Efektifitas pembelajaran yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada
kemampuan akademis siswa yaitu pemahaman pelajaran dan prestasi,
serta kecakapan sosial siswa.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan beberapa
permasalahan pokok dalam skripsi ini, dan permasalahan yang diangkat dalam
penulisan skripsi ini antara lain:
Bagaimanakah peran perpustakaan di SMA PGRI 56 Ciputat?
Bagaimanakah pelaksanaan manajemen perpustakaan di SMA PGRI 56
Ciputat?
Bagaimanakah koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan SMA PGRI 56
Ciputat?
Bagaimanakah minat siswa SMA PGRI 56 Ciputat dalam mendayaguna
perpustakaan sekolah?
Bagaimanakah keberhasilan perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat dalam
mengefektifkan pembelajaran di sekolah tersebut?
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
Sebagai informasi dan bahan masukan kepada pihak sekolah yang
bersangkutan bahwa betapa pentingnya manajemen yang baik dan
terprogram dalam penyelengggaraan perpustakaan agar perpustakaan
tersebut dapat berjalan lebih efektif lagi demi efektifitas pembelajaran di
suatu sekolah.
Sebagai bahan untuk menguji dan membandingkan antara teori dengan kondisi
yang ditemukan di lapangan.
Sebagai bahan acuan atau literatur bagi peneliti lain yang berkepentingan
dengan tema yang sama, yaitu perpustakaan dan pembelajaran.
BAB II
ACUAN TEORITIK
Konsep Dasar Perpustakaan
Pengertian Perpustakaan
Perpustakaan berasal dari kata pustaka yang berarti kumpulan buku-
buku (bacaan dan sebagainya). Menurut Soeatminah, “kata pustaka
menurut Jawa kuno (kawi) – Indonesia, berasal dari bahasa sansekerta
yang berarti buku, naskah, tulisan”.1
Menurut Undang-Undang tentang
Perpustakaan, “Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis.
karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang
baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian,
informasi dan rekreasi para pemustaka”.2
“Perpustakaan adalah suatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga
tertentu yang mengelola bahan-bahan pustaka, baik berupa buku-buku
maupun bukan berupa buku (non book material) yang diatur secara
sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan sebagai
sumber informasi oleh setiap pemakainya”.3
Sedangkan dalam buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan
Sekolah, “perpustakaan mempunyai arti sebagai suatu tempat yang di
dalamnya terdapat kegiatan penghimpunan, pengolahan dan
penyebarluasan (pelayanan) segala macam informasi, baik yang tercetak
maupun yang terekam dalam berbagai media seperti buku, majalah, surat
kabar, film, kaset, tape recorder, video, komputer, dan lain-lain”.4
1 Soeatminah, Perpustakaan, Kepustakaan dan Pustakawan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h.
21
2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Bab I Pasal
1 Ayat 1, (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2007)
3 Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), Cet.
Kelima, h. 3
4 Pawit M. Yusuf, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Kencana,
2005), Edisi Pertama, Cet. Ke-1, h. 1
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa perpustakaan adalah suatu tempat yang kegiatannya adalah
melakukan penghimpunan dan pengelolaan secara terstruktur dan
terorganisir segala sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia. Segala sumber informasi yang dapat menjadi
koleksi dan referensi bagi konsumen sendiri dapat berupa buku, non-buku
seperti majalah dan surat kabar, ataupun audio visual.
Pengertian Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah merupakan suatu unit kerja dari suatu sekolah
yang menyelenggarakannya. Berikut ini pendapat yang diungkapkan oleh
Carter V. Good mengenai perpustakaan sekolah sebagaimana dikutip oleh
Ibrahim Bafadal, yaitu koleksi yang diorganisasi di dalam suatu ruang agar
dapat digunakan oleh murid-murid dan guru-guru. Di dalam
penyelenggaraannya, perpustakaan sekolah tersebut diperlukan seorang
pustakawan yang bisa diambil dari salah seorang guru, Ia menjelaskannya
sebagai berikut: “An organized collection of housed in a school for the use
of pupils and teachers and in charge of librarian of a teacher”.5
Menurut Supriyadi yang juga dikutip oleh Ibrahim Bafadal,
“perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang diselengggarakan di
sekolah guna menunjang program belajar mengajar di lembaga pendidikan
formal tingkat sekolah, baik sekolah dasar maupun sekolah menengah,
baik sekolah umum maupun sekolah lanjutan”.6
Jadi dapat disimpulkan, perpustakaan sekolah adalah kumpulan bahan
pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan buku (non book material)
yang diorganisasi secara sistematis dalam ruang sehingga dapat membantu
murid-murid dan guru-guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Fungsi Perpustakaan Sekolah
5 Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, …,h. 4
6 Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, …,h. 4
Baik bagi siswa maupun guru, perpustakaan mempunyai tujuan dan fungsi
yang dapat menunjang proses pembelajaran, fungsi-fungsi tersebut antara lain:
Fungsi Edukatif, yaitu di dalam perpustakaan sekolah disedikan buku-
buku baik buku-buku fiksi maupun non fiksi. Adanya buku-buku
tersebut dapat membiasakan murid-murid belajar mandiri tanpa
bimbingan guru, baik secara individual maupun kelompok. Selain itu
di perpustakaan sekolah tersedia buku-buku yang sebagian besar
pengadaannya disesuaikan dengan kurikulum sekolah.
Fungsi Informatif, yaitu koleksi bahan pustaka yang disediakan bukan
hanya berupa buku-buku, bentuk lainnya seperti majalah, surat kabar,
pamflet, kliping, peta, dan koleksi audio visual.
Fungsi Tanggung Jawab Administratif, yaitu pencatatan oleh pustakawan setiap terjadi transaksi sirkulasi (peminjaman dan pengembalian buku)
Fungsi Riset, yaitu adanya bahan pustaka yang lengkap, murid-murid dan para guru dapat melakukan riset, yaitu mengumpulkan data atau
keterangan-keterangan yang diperlukan. e. Fungsi Rekreatif, yaitu agar perpustakaan tidak terkesan kaku dan
membosankan maka pihak pengelola harus berusaha menyajikan dekorasi layout yang baik. Selain dari segi koleksi, yang dimaksud
rekreatif adalah penyediaan koleksi buku cerita.7
Tugas Perpustakaan Sekolah
Dalam sebuah Buletin tahun 1998 disebutkan, “secara sederhana
dapat dikatakan tugas pokok perpustakaan adalah mengumpulkan
bahan pustaka dari masa lalu dan sekarang, serta menyimpan dan
menyediakannya untuk keperluan pemakai kini dan masa
mendatang”.8 “Tugas pokok (salah satu!) dari perpustakaan di mana
pun adalah the preservation of knowledge; artinya mengumpulkan,
memelihara dan mengembangkan semua ilmu pengetahuan/gagasan-
gagasan manusia dari zaman ke zaman”.9
Sesuai dengan pengertian perpustakaan sekolah yang berintikan
tiga kegiatan utama yaitu penghimpunan, pengolahan dan
penyebarluasan segala macam informasi pendidikan kepada para
7 Pungki Purnomo, “Perpustakaan Sebagai Pusat Sumber Belajar; Meletakkan Peran dan
Fungsinya Secara Proporsional”, dalam Diktat Dosen, Jakarta 2006, hlm. 5
siswa dan guru, maka secara gamblang perpustakaan sekolah
bertugas sesuai dengan tugas inti tersebut, yaitu:
Mengimpun atau mengumpulkan, mendayagunakan, memelihara, dan membina secara terus menerus bahan koleksi atau sumber
informasi (bahan pustaka) dalam bentuk apa saja, seperti misalnya buku, majalah, surat kabar, dan jenis koleksi lainnya.
Mengolah sumber informasi tersebut pada nomor 1) di atas dengan menggunakan sistem dan cara tertentu, sejak dari bahan-bahan
tersebut datang ke perpustakaan sampai kepada siap untuk disajikan atau dilayankan kepada para penggunanya, yakni para
siswa dan guru di lingkungan sekolah yang bersangkutan.
Kegiatan ini antara lain meliputi pekerjaan
penginventarisasian, pengklasifikasian atau penggolongan
koleksi, pengkatalogan, pelabelan, pembuatan alat pinjam, dan
lain-lain
Menyebarluaskan sumber informasi atau bahan-bahan pustaka
kepada segenap anggota yang membutuhkannya sesuai dengan
kepentingan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Termasuk
dalam kegiatan ini adalah pelayanan referens dan informasi,
pelayanan peminjaman koleksi, pelayanan promosi, pelayanan
bimbingan kepada pembaca dan sebagainya, termasuk
pelayanan kepada para siswa dan guru dalam rangka mencari
informasi yang berkaitan dengan bidang minatnya.10
Berdasarkan beberapa paparan di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa tugas utama perpustakaan sekolah pada dasarnya adalah
menghimpun, menginventarisasi, memelihara, dan mendayaguna
koleksi perpustakaan agar dapat dimanfaatkan oleh siswa, guru dan
warga sekolah lainnya sebagai konsumennya dalam rangka menunjang
pembelajaran di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
Tujuan Perpustakaan Sekolah
Tujuan didirikannya perpustakaan sekolah tidak terlepas dari tujuan
diselengggarakannya pendidikan sekolah secara keseluruhan, yaitu untuk
8 B. Sudarsono, “Membangun dan Mendayagunakan Perpustakaan”, dalam Buletin Pusat
Perbukuan, No. 04 Tahun 1998, November 1998, hlm. 6
9 Soejono Trimo, Pedoman Pelaksanaan Perpustakaan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1997), Cet. Kelima, h. 2
10
Pawit M. Yusuf, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Kencana,
2005), Edisi Pertama, Cet. Ke-1, h. 7
memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik.11
Perpustakaan
sekolah sebagai bagian integral dari sekolah, merupakan komponen utama
pendidikan di sekolah, dan diharapkan menunjang terhadap pencapaian tujuan
tersebut.
Sejalan dengan hal di atas, maka tujuan perpustakaan sekolah adalah
sebagai berikut:
Mendorong dan mempercepat proses penguasaan teknik membaca para
siswa
Membantu menulis kreatif bagi siswa dengan bimbingan guru dan pustakawaan
Menumbuhkembangkan minat dan kebiasaan membaca para siswa Menyediakan berbagai macam sumber informasi untuk kepentingan
pelaksanaan kurikulum Mendorong, menggairahkan, memelihara, dan memberi semangat
membaca dan semangat belajar bagi siswa Memperluas, memperdalam, dan memperkaya pengalaman belajar para
siswa dengan membaca buku dan koleksi lain yang mengandung ilmu
pengetahuan dan teknologi, yang disediakan oleh perpustakaan
Memberikan hiburan sehat untuk mengisi waktu senggang melalui
kegiatan membaca, khususnya buku-buku dan sumber bacaan lain
yang bersifat kreatif dan ringan, seperti fiksi, cerpen, dan lain-lain.12
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
dari didirikannya perpustakaan sekolah di setiap sekolah adalah agar dapat
memfasilitasi belajar siswa supaya mereka dapat mengeksplor
(mengadakan penjelajahan ilmiah secara lebih luas) berbagai subjek yang
dikaji dalam ruang kelas secara lebih dalam.
Peran Perpustakaan Sekolah
Istilah peran untuk sebuah perpustakaan adalah kedudukan, posisi, dan
tempat yang dimainkan.13
Adapun peranan yang dijalankan oleh perpustakaan adalah:
11 Pawit M. Yusuf, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, …, h. 3
12
Pawit M. Yusuf, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, …, h. 3
13
Sutarno. NS, Tanggungjawab Perpustakaan: dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi,
(Jakarta: Panta Rei, 2005), Cet Ke-1, h. 59
a. Perpustakaan merupakan media atau jembatan yang menghubungkan
antara sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang terkandung di
dalam koleksi perpustakaan dengan para pemakainya.
b. Perpustakaan mempunyai peranan sebagai sarana untuk menjalin dan mengembangkan komunikasi antara sesama pemakai, dan antara
penyelenggara perpustakaan dengan masyarakat yang dilayani. c. Perpustakaan dapat berperan sebagai lembaga untuk mengembangkan
minat baca, kegemaran membaca, kebiasaan membaca, dan budaya membaca, melalui penyediaan berbagai bahan bacaan yang sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat. d. Perpustakaan dapat berperan aktif sebagai fasilitator, mediator, dan
motivator bagi mereka yang ingin mencari, memanfaatkan, dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalamannya.
e. Perpustakaan merupakan agen perubahan, agen pembangunan, dan
agen kebudayaan umat manusia. Sebab berbagai penemuan, sejarah,
pemikiran, dan ilmu pengetahuan yang ditemukan pada masa lalu,
yang direkam dalam bentuk tulisan dan bentuk tertentu yang disimpan
di perpustakaan dapat dipelajari, diteliti, dikaji, dan dikembangkan
oleh generasi sekarang dan kemudian dipergunakan sebagai landasan
penuntun untuk merencanakan masa depan yang lebih baik.
f. Perpustakaan berperan sebagai lembaga pendidikan nonformal bagi
lembaga masyarakat dan pengunjung perpustakaan. Mereka dapat
belajar secara mandiri (otodidak), melakukan penelitian, menggali,
memanfaatkan dan mengembangkan sumber informasi dan ilmu pengetahuan.
g. Perpustakaan dapat berperan sebagai pembimbing dan memberikan konsultasi kepada pemakai atau melakukan pendidikan pemakai (user
education). h. Perpustakaan berperan dalam menghimpun dan melestarikan koleksi
bahan pustaka agar tetap dalam keadaan baik semua hasil karya umat manusia yang tak ternilai harganya.
i. Perpustakaan berperan sebagai ukuran (barometer) atau kemajuan
masyarakat dilihat dari intensitas kunjungan dan pemakaian
perpustakaan.
j. Secara tidak langsung, perpustakaan yang berfungsi dan dimanfaatkan
dengan baik, dapat berperan dalam mengurangi dan mencegah
kenakalan remaja seperti tawuran, penyalahgunaan obat-obatan
terlarang, dan tindak indisipliner.14
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
peranan perpustakaan sekolah adalah sebagai sarana yang dapat membantu
para peserta didik untuk memperluas cakrawala imajinasi, area-area
14 Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h. 55-
56
investigasi (penyelidikan) dari minat perseorangan, dan meningkatkan
kemampuan mereka untuk berpikir secara jernih, kreatif serta kritis
terhadap sumber-sumber yang telah mereka pilih untuk dibaca, didengar
maupun dilihat.
Manajemen Perpustakaan Sekolah
Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa Inggris, yaitu management.15
Sedangkan menurut Stoner, seperti yang dikutip oleh T. Hani Handoko,
“manajemen adalah sebagai proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.16
Sedangkan dalam buku Manajemen Strategi, “istilah manajemen
mengacu pada proses mengoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-
kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan
melalui orang lain (Robbin, 1999:8)”.17
Berdasarkan definisi yang diberikan oleh beberapa tokoh di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu kegiatan pengaturan
sumber daya manusia yang efektif dan efisien dengan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang tidak lepas dari
penggunaan ilmu pengetahuan dan keahlian dalam mencapai tujuan
organisasi tertentu.
Manajemen Perpustakaan Sekolah
Menurut Sutarno NS, “perpustakaan berbasis manajemen adalah
penyelenggaraan perpustakaan yang bertumpu atau berdasarkan teori dan ilmu
15 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Sagung Seto,
2006), Cet. Kedua, h. 4
16
T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 1984), Cet. Ke- 18, h. 8
17 Iwan Purwanto, Manajemen Strategi, (Bandung: Yrama Widya, 2007), Cet. Ke-1, h. 17
manajemen. Maksudnya ialah, bahwa dengan menerapkan teori, ilmu dan
metode tersebut perpustakaan diharapkan dapat berjalan dengan baik, efektif
dan efisien”.18 Pada dasarnya, manajemen perpustakaan sekolah mempunyai
makna bagaimana mengoptimalkan kontribusi segala sumber daya yang
terdapat di suatu sekolah. Sumber-sumber daya tersebut antara lain: manusia,
material, anggaran untuk mengelola perpustakaan sekolah dengan tujuan
membantu meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta nilai dan sifat siswa
dan guru dalam meningkatkan mutu lulusan melalui penyediaan bahan pustaka
dan fasilitas lainnya, seperti ruang baca, bantuan pencaharian informasi
ilmiah, dan sebagainya.
Komponen Manajemen Perpustakaan Sekolah
Agar perpustakaan sekolah dapat memberikan pelayanan yang baik
kepada pemakai, maka perlu adanya pengelolaan atau manajemen terhadap
segala sesuatu yang ada di dalamnya. Berikut adalah aspek-aspek
manajemen yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan perpustakaan:
Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting
dalam proses pengelolaan perpustakaan sekolah. Dalam planning,
diperlukan studi tentang masa yang akan datang dan perencanaan
langkah-langkah operasional yang harus dilakukan.19 Beberapa hal
penting yang perlu diperhatikan dalam tahap perencanaan, yaitu:
1) Menentukan tujuan perpustakaan sekolah, dan
18 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, …, h. 20
19
Soelistia, Materi Pokok Manajemen Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Universitas Terbuka
Depdikbud, 1995), h. 26
2) Mengidentifikasi pemakai perpustakaan sekolah yang akan
dilayani dan mengelola perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan
para pemakainya.
Yang termasuk pada tahap perencanaan antara lain:
1) Fasilitas Perpustakaan
Disadari atau tidak, peranan perpustakaan sekolah adalah
sangat krusial. Perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana
pendidikan dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap serta perilaku siswa.
Keberadaan perpustakaan sekolah akan semakin berdaya guna
apabila ditunjang oleh fasilitas (sarana prasarana perpustakaan)
yang memenuhi standar. Adapun fasilitas dari sebuah perpustakaan
sekolah antara lain:
a) Gedung / Bangunan atau Ruang Perpustakaan
Gedung merupakan sarana yang amat penting dalam
penyelenggaraan perpustakaan. Dalam gedung perpustakaan,
segala aktivitas dan program perpustakaan dirancang dan
diselenggarakan. Secara umum, gedung perpustakaan memang
tidak berbeda dengan gedung lainnya.
Yang membedakan antara gedung perpustakaan dengan
gedung lain adalah gedung perpustakaan merupakan sarana
yang berfungsi sebagai fasilitas layanan, untuk itu maka
gedung perpustakaan harus memperhatikan kemudahan arus
pergerakan manusia sebagai pengguna perpustakaan, daerah
konsentrasi manusia, daerah konsentrasi buku atau barang dan
titik-titik layanan yang diberikan oleh perpustakaan.20
b) Lokasi
20 Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Grasindo, 2001), h.
190
Penentuan lokasi gedung perpustakaan berpengaruh pada
aktivitas perpustakaan. Adapun hal-hal yang dapat menjadi
pertimbangan lokasi atau tempat dijadikannya perpustakaan
adalah:
(1) Perpustakaan sekolah idealnya berada di tengah bangunan
lain dan mudah dijangkau oleh kelas-kelas yang ada di
lingkungan sekolah tersebut, karena tempat yang strategis
sangat mendukung keberhasilan penyelenggaraan
perpustakaan
(2) Gedung perpustakaan harus terletak pada arus lalu-lintas
manusia agar faktor aksesibilitas dapat dicapai setinggi-
tingginya. Tetapi jika mungkin, hindarkanlah tempat lalu-
lintas manusia yang terlalu bising agar ketenangan layanan
perpustakaan tetap terjaga dengan baik.
(3) Segi manajemen menuntut perpustakaan berada dibawah
satu atap, tetapi segi kemudahan dan aksesibilitas sering
membawa corak yang lain. Kondisi yang seperti ini
menyebabkan adanya tuntutan penyelenggaraan manajemen
yang efisien.
c) Situasi
Ruang perpustakaan sekolah atau situasi gedung ruang
perpustakaan sekolah harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:
(1) Pengaturan cahaya yang baik
(2) Cukup mendapat sinar matahari, udara segar, dan tidak
lembab
(3) Ventilasi dan pengaturan lalu-lintas udara yang baik
(4) Cat dinding tidak menyilaukan tidak juga suram
(5) Dekorasi sederhana dan tidak berlebihan
d) Perabot dan Peralatan
Perabot dan perlengkapan perpustakaan perlu diadakan
sebagai suatu syarat terjadinya perpustakaan. Adapun perabot
dan peralatan yang seharusnya ada dalam suatu perpustakaan
antara lain; meja sirkulasi, rak penitipan (locker), rak buku, rak
majalah, rak surat kabar, meja baca dan kursi, meja belajar
(study carrel), rak atlas, rak kamus, kabinet catalog, papan
pengumuman/papan panjang, perlengkapan pengolahan
e) Kapasitas
Ruang perpustakaan harus disesuaikan dengan jumlah
koleksi, peralatan, dan jumlah siswa pemakai serta unit kerja
dan staf yang ada pada perpustakaan sekolah
Fasilitas adalah segala sesuatu, baik itu benda bergerak maupun
tidak bergerak yang dapat memberikan pengaruh atau menunjang
suatu kegiatan. Jadi fasilitas yang dimaksud dalam kegiatan
penyelenggaraan perpustakaan sekolah adalah segala sesuatu atau
sarana prasarana yang dapat memberikan pengaruh, baik itu secara
langsung maupun tidak langsung dalam kelangsungan
penyelenggaraannya. Adapun fasilitas yang menunjang
penyelenggaraan perpustakaan sekolah antara lain gedung atau
bangunan, lokasi atau posisi letak gedung yang strategis, situasi
internal dan eksternal perpustakaan yang kondusif, peralatan dan
perabotan penunjang kegiatan, dan kapasitas orang dalam ruangan.
2) Koleksi Perpustakaan
Yang dimaksud dengan koleksi perpustakaan sekolah adalah
sejumlah bahan atau sumber-sumber informasi, baik berupa buku
ataupun bukan buku yang dikelola untuk kepentingan proses
belajar dan mengajar di sekolah yang bersangkutan.21
21 Pawit M. Yusuf, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, …, h. 9
Secara fisik, jenis koleksi yang diperlukan untuk sebuah
perpustakaan sekolah bisa dikelompokkan ke dalam kategori buku
dan non buku serta koleksi bahan pandang dengar.
a) Koleksi Buku
(1) Buku Fiksi
Buku fiksi adalah buku yang ditulis bukan berdasarkan
fakta atau kenyataan, buku tersebut ditulis berdasarkan
kehendak dan khayalan sang pengarang. Contoh buku fiksi
antara lain cerita Malin Kundang, Purbasari Purbararang,
Sangkuriang dan Dayang Sumbi, dan sebagainya.
(2) Buku Non-Fiksi
Buku nonfiksi adalah buku-buku yang ditulis
berdasarkan fakta atau kenyataan alam dan budaya sekitar
kita. Contoh buku non-fiksi antara lain: buku teks atau buku
pelajaran, buku teks pelengkap, buku penunjang, buku
referensi atau buku rujukan diantaranya: kamus,
ensiklopedi, buku tahunan, buku pedoman, buku petunjuk,
direktori, almanak, bibliografi, indeks, abstrak, atlas,
dokumen pemerintah.
(3) Komik (Buku Cerita Bergambar)
b) Koleksi Non-Buku
Yang dimaksud koleksi bukan buku adalah bahan atau
koleksi yang masih dalam bentuk cetakan, namun bukan
berupa buku.
Contoh koleksi non-buku antara lain: terbitan berkala (majalah
dan surat kabar), pamphlet, brosur, guntingan surat kabar,
gambar atau lukisan, globe, dan koleksi bahan bukan buku
lainnya.
c) Koleksi Bahan Pandang Dengar
Yang dimaksud dengan koleksi bahan pandang dengar
adalah koleksi perpustakaan yang dibuat atas hasil teknologi
elektronik, bukan hasil dari cetakan dari kertas. Contoh koleksi
bahan pandang dengar antara lain film suara, kaset video, tape
recorder, slide suara.
Secara umum, pengembangan koleksi perpustakaan perlu
merujuk pada prinsip-prinsip pengembangan koleksi, yaitu:
a) Relevansi
Artinya, aktivitas pemilihan dan pengadaan terkait dengan
program-progran pendidikan yang disesuaikan dengan
kurikulum yang ada. Berorientasi kepada pemakai. Dengan
demikian kepentingan pengguna menjadi acuan dalam
pemilihan dan pengadaan bahan pustaka
b) Kelengkapan
Koleksi perpustakaan diusahakan tidak hanya terdiri dari
buku teks yang langsung dipakai untuk mata pelajaran yang
diberikan tetapi juga menyangkut bidang ilmu yang berkaitan
erat dengan program yang ada di dalam kurikulum. Semua
komponen koleksi mendapatkan perhatian yang wajar sesuai dengan tingkat prioritas yang ditentukan.
c) Kemutakhiran Disamping memperhatikan masalah kelengkapan,
kemutakhiran sumber informasi harus diupayakan sesuai dengan ilmu pengetahuan. Kemutakhiran bahan pustaka dapat
dilihat dari tahun terbit. Jika bahan pustaka diterbitkan pada tahun terakhir, maka dilihat dari kemutakhiran, dapat dikatakan
mutakhir.
d) Kerjasama
Unsur-unsur yang terkait dalam pembinaan koleksi harus
ada kerjasama yang baik dan harmonis sehingga pelaksanaan
kegiatan pembinaan koleksi berjalan efektif dan efisien.
Kerjasama ini melibatkan semua komponen yang terlibat dalam
pembinaan koleksi seperti kepala perpustakaan, petugas
perpustakaan atau pustakawan, guru serta pihak yang
mengadakan pembelian.22
Mengacu pada penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
koleksi merupakan salah satu hal yang integral dalam
22 Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, …, h. 49-50
penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Koleksi atau bahan-bahan
pustaka yang terdapat pada perpustakaan harus mampu
memfasilitasi pembelajaran siswa di sekolah yang bersangkutan.
Secara singkat, dapat dikatakan bahwa tanpa adanya koleksi atau
bahan referensi, perpustakaan sekolah tidak akan dapat berjalan
secara efektif dalam memfasilitasi pembelajaran di sekolah.
3) Anggaran Perpustakaan
“Anggaran adalah unsur utama untuk menjalankan
perpustakaan, tanpa anggaran perpustakaan tidak mungkin dapat
berjalan dengan sempurna meskipun sistemnya bagus dan
pustakawannya bermutu”.23
Setiap perpustakaan harus membuat rencana anggaran dan
mengajukannya kepada lembaga induknya, atau lembaga lain yang
berkewajiban memberi anggaran kepada perpustakaan.
Rincian penggunaan anggaran perpustakaan pada umumnya
dikelompokkan dalam beberapa bagian, seperti:
a) Operasional perpustakaan seperti pembayaran telpon, listrik, air
b) Pengadaan alat kantor
c) Pengadaan dan pengolahan bahan pustaka
d) Pemeliharaan bahan pustaka
e) Penyebaran informasi
f) Penyebaran dan promosi jasa perpustakaan
g) Perjalanan dinas
h) Perbaikan dan perawatan gedung
i) Perbaikan dan perawatan alat.24
Pengorganisasian (Organizing)
Fungsi manajemen yang terpenting kedua adalah organizing atau
pengorganisasian. Dalam suatu instansi atau lembaga perlu adanya
struktur organisasi yang jelas. Dengan adanya struktur yang jelas,
semua anggota mengetahui kedudukan dan tanggungjawab masing-
masing.
23 Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manjemen dan Tata Kerja, (Jakarta:
Grasindo, 2007), Cet. 1, h. 45
24 Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manjemen dan Tata Kerja, …, h. 46
“Pengorganisasian berasal dari kata “organisasi”, yang artinya
secara umum adalah perkumpulan dari manusia yang tergabung dalam
suatu wadah dengan maksud untuk mencapai tujuan bersama yang
telah digariskan sebelumnya”.25
Setiap perpustakaan, baik kecil maupun besar perlu diatur dan
ditata dengan baik sehingga pelaksanaan kegiatan kerjanya dapat
berjalan dengan efektif dan efisien. Dan secara singkat,
pengorganisasian di perpustakaan ada 3 macam, yaitu:
1) Division of work atau pembagian kerja
2) Determination of source of authority atau penentuan sumber
kewenangan yang akan menentukan tangungjawab
3) “Establishment” of the elartionships positions and units to
facilitate hormonius teamwork, yaitu menciptakan tata hubungan
kerja antara jabatan-jabatan dan unit-unit agar dapat berkembang
kerja tim yang harmonis.26
Kegiatan pengorganisasian dalam penyelenggaraan perpustakaan
sekolah salah satunya adalah pengaturan pelayanan perpustakaan.
Pelayanan merupakan bentuk kegiatan yang berkaitan dengan
pemanfaatan jasa atau penggunaan koleksi perpustakaan untuk
kepentingan pemakai, tidak dapat dikatakan perpustakaan jika tidak
ada unsur pelayanan.
Dilihat dari sifatnya, pelayanan perpustakaan bisa dikelompokkan
ke dalam kategori pelayanan langsung dan pelayanan tak langsung.27
1) Pelayanan Langsung
Pelayanan langsung adalah bentuk pemberian pelayanan secara
langsung oleh petugas perpustakaan kepada penggunanya.
Yang termasuk pelayanan langsung adalah:
a) Pelayanan peminjaman koleksi
25 Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, …, h. 22
26
Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat, …, h. 83
27 Pawit M. Yusuf, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, …, h. 69
Bentuk pelayanan ini disebut juga sebagai pelayanan
sirkulasi, artinya perputaran koleksi; dipinjam keluar,
dikembalikan, dipinjam ke luar lagi, kemudian dikembalikan
lagi, dan seterusnya.28
b) Pelayanan referensi dan informasi
Untuk perpustakaan sekolah, bentuk pelayanan referensi
belum begitu tampak kegiatannya, meskipun sebenarnya ada.
Yang termasuk jenis pelayanan referensi di perpustakaan
sekolah misalnya berupa pertanyaan dengan masalah
pendidikan dan informasi yang disediakan oleh perpustakaan.
c) Pelayanan bimbingan kepada pengguna/pembaca
Pelayanan ini meliputi kegiatan petugas perpustakaan
dalam rangka membantu para siswa untuk mendayagunakan
semua koleksi yang dimiliki perpustakaan.
2) Pelayanan Tak Langsung
Pelayanan perpustakaan yang sifatnya tidak langsung adalah
bentuk kegiatan yang tidak secara langsung memberikan hasil
seketika. Pada pelayanan ini petugas perpustakaan lebih banyak
bergerak pada usaha menumbuhkembangkan adanya pengertian
terhadap fungsi dan peranan perpustakaan dalam meningkatkan
hasil belajar.
Yang menjadi sasaran pelayanan tak langsung adalah:
a) Para siswa yang belum datang menggunakan fasilitas yang
disediakan oleh perpustakaan
b) Para siswa yang sudah datang ke perpustakaan dan mereka
sudah menggunakan segala fasilitas yang disediakan oleh
perpustakaan.
28 Pawit M. Yusuf, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, …, h. 70
Secara lebih luas, bentuk pelayanan tak langsung bisa dengan
cara melakukan kegiatan pengadaan koleksi secara terus menerus,
melakukan kerjasama pelayanan dengan perpustakaan lain,
mengerjakan kerjasama dengan para guru dan kepala sekolah,
melakukan kegiatan pembinaan minat baca dan pelaksanaan
kegiatan promosi perpustakaan.29
Pengaturan Staf (Staffing)
Staffing atau pengaturan staf adalah kegiatan pengaturan,
pemantauan, dan pembinaan staf sesuai tugas dan tanggungjawab yang
diberikan berdasarkan kemampuan dan bidang keterampilan yang
dimiliki. Staf dalam bidang perpustakaan adalah seseorang yang
mengelola dan bertanggungjawab atas perpustakaan, dan dalam hal ini
staf tersebut biasa disebut sebagai pustakawan.
Salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan perpustakaan
adalah pustakawan. Karena agar dapat memberikan layanan yang baik
dan sesuai dengan fungsinya, perpustakaan memerlukan tenaga yang
memadai, baik dari jumlah maupun kualitas yang harus dimilikinya.
Seperti yang dikutip oleh Sudarnoto Abdul Hakim berdasarkan
hasil studi yang dilakukan oleh Marlene Asselin dalam bukunya yang
berjudul Achieving Information Literacy: Standard For School Library
Program In Canada, berkenaan dengan pentingnya pegawai
perpustakaan menunjukkan bahwa siswa pada sekolah yang di
dalamnya dilengkapi perpustakaan dan pegawai perpustakaan yang
memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan sangat membantu para siswa
dalam pencapaian hasil belajar terutama pada aspek pemahaman
bacaan (reading comprehensif) dan kemampuan dasar penelitian.30
29 Pawit M. Yusuf, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, …, h. 83
30
Sudarnoto Abdul Hakim, Perpustakaan dan Pendidikan: Pemetaan Peran Serta
Perpustakaan dalam Proses Belajar, (Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta, 2007),
h. 103
Dari pendapat yang demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa
pengelola perpustakaan sekolah adalah harus seorang pustakawan,
karena seorang pustakawan akan menguasai teknik mengelola
perpustakaan dan mampu mengintegrasikan kurikulum sekolah dengan
kegiatan perpustakaan.
Penggerakan (Actuating)
Penggerakan adalah kegiatan lanjutan dari perencanaan yang telah
dibuat dan disepakati. Dalam kegiatan ini, seluruh aspek yang telah
direncanakan dan disepakati, mulai dilaksanakan agar mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Penggerakan dilaksanakan oleh seluruh sumber
daya yang telah ditetapkan dan menjadi penunjang kegiatan yang ingin
dilakukan, dan seluruunya harus dilaksanakan dengan terstruktur dan
bersinergi.
Pengendalian (Controlling)
Pengontrolan adalah kegiatan meneliti dan mengawasi agar semua
tugas dan pekerjaan dilakukan sesuai dengan peraturan yang ada.
Pustakawan sekolah harus menyadari pentingnya kontrol di suatu
organisasi, termasuk perpustakaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam aspek kontrol di perpustakaan sekolah diantaranya adalah:
1) Selalu menyadari tujuan yang sedang dilaksanakan
2) Menghindari kegiatan yang tidak efisien, misalnya dalam sistem
pemilihan perangkat keras
3) Evaluasi terhadap pelayanan yang telah dilakukan, misalnya
apakah guru telah diberi pelayanan dengan baik dan apakah mereka
dapat memperoleh bahan atau informasi sesuai dengan yang
dikehendaki.31
31 Soelistia, Materi Pokok Manajemen Perpustakaan Sekolah, …, h. 31-32
Revitalisasi
Kata revitalisasi berasal dari kata dasar “vital” yang artinya “sangat
penting”.32
Secara lengkap, “revitalisasi adalah proses, cara, perbuatan
menghidupkan atau menggiatkan kembali”.33
Pendapat lain, “revitalisasi
adalah upaya atau usaha untuk memvitalkan, menjadikan vital (hidup,
bersemangat)”.34 Sedangkan dalam Tesaurus Bahasa Indonesia,
“revitalisasi adalah pembaruan, penyegaran, peremajaan, reaktualisasi,
renovasi”.35
Tidak berbeda dengan redaksi dari Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia juga memberikan pengertian
yang sama, yaitu “revitalisasi adalah proses, cara, perbuatan
menghidupkan atau menggiatkan kembali”.36
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan,
revitalisasi adalah suatu upaya atau usaha untuk mendayagunakan,
mengaktualisasikan, mengaktifkan kembali, meremajakan kembali,
menghidupkan kembali sesuatu agar dapat berjalan efektif dan dapat
dimanfaatkan.
Mengacu pada pengertian revitalisasi di atas, maka revitalisasi
manajemen perpustakaan sekolah adalah usaha yang dilakukan agar
perpustakaan sekolah dapat memegang perannya sebagaimana mestinya,
dan usaha-usaha tersebut harus diawali melalui kegiatan-kegiatan
manajemen yang menyangkut perencanaan dan pelaksanaan peremajaan
fasilitas operasional perpustakaan, koleksi perpustakaan, pelayanan
perpustakaan, profesionalisme tenaga pengelola perpustakaan, termasuk
juga upaya-upaya yang dilakukan kepala sekolah, para guru dan tenaga
pengelola perpustakaan dalam memobilisasi siswa agar mau mendayaguna
perpustakaan sekolah sebagai salah satu sumber belajar dan informasi.
32 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), h. 1262
33 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, …, h. 954
34
J. S. Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan Asing, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara,
2003), h. 306
35
Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006),
h. 527
36 Frista Artmanda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media), h. 958
Berikut penjabaran revitalisasi manajemen perpustakaan sekolah:
1. Revitalisasi Fasilitas Perpustakaan Sekolah
Fasilitas sebagai salah satu sarana penunjang dalam setiap kegiatan
adalah hal yang mutlak ada dalam suatu kegiatan, dengan dilengkapi
sarana prasarana yang menunjang, setiap kegiatan dimungkinkan dapat
mencapai keefektifan tujuan. Begitu juga dalam kegiatan perpustakaan
sekolah, fasilitas adalah salah satu hal yang dominan dalam
penyelenggaraannya. Adapun hal-hal yang menjadi cakupan fasilitas
perpustakaan sekolah antara lain, gedung atau bangunan tempat
penyelenggaraan kegiatan perpustakaan, lokasi atau posisi tempat
kegiatan perpustakaan, situasi, perabot dan peralatan operasional
perpustakaan sekolah, dan kapasitas atau daya tampung pengunjung
dalam ruang perpustakaan.
Revitalisasi fasilitas perpustakaan sekolah adalah kegiatan
mengaktifkan, menghidupkan, mendayaguna atau memfungsikan
kembali fasilitas perpustakaan sekolah agar dapat bermanfaat
sebagaimana mestinya dalam mendukung kegiatan kepustakaan.
Kegiatan revitalisasi fasilitas perpustakaan sekolah itu sendiri dapat
dilakukan diantaranya dengan cara:
a. Melakukan perbaikan manajemen perpustakaan sekolah dengan
selalu mengikutsertakan seluruh warga sekolah dalam perencanaan
dan pelaksanaan kegiatan perpustakaan, terlebih pihak-pihak yang
terkait dengan kegiatan perpustakaan, yaitu tenaga pengelola
perpustakaan sekolah.
b. Selalu melaksanakan evaluasi berkesinambungan mengenai segala
fasilitas pendukung kegiatan perpustakaan sekolah yang mungkin
harus ditambah atau justru dihapuskan terkait dengan kegiatan
tersebut.
c. Mengkondisikan segala fasilitas baik itu gedung, perabot dan
peralatan, situasi atau keadaan, kebersihan, layout, posisi atau letak
kegiatan perpustakaan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku
dan memberikan kemudahan serta kenyamanan bagi pengunjung.
Seperti mengkondisikan atau memposisikan letak penyelenggaraan
kegiatan perpustakaan sekolah pada center atau pusat kegiatan
pendidikan agar memudahkan siswa dalam mencapainya.
Melakukan penataan layout seefektif dan seefisien mungkin agar
tidak terjadi kemubaziran atau justru kekurangan tempat untuk
meletakkan perabot dan peralatan. Selalu menjaga kebersihan dan
ketenangan ruang perpustakaan agar selalu tercipta suasana belajar
yang kondusif dan nyaman.
2. Revitalisasi Koleksi Perpustakaan Sekolah
Koleksi adalah paru-paru dari sebuah perpustakaan. Tanpa adanya
koleksi atau sumber bacaan dan referensi, maka suatu perpustakaan
dapat dikatakan tidak memiliki daya guna. Perpustakaan dengan
koleksi yang minim dan tidak dapat menjawab kebutuhan akan
informasi dan pengetahuan pun adalah nihil atau dapat dikatakan tidak
bernyawa. Dalam penyelenggaraan perpustakaan, seluruh komponen
perpustakaan adalah suatu keharusan yang harus ada dan berfungsi,
karena jika ada satu saja yang tidak menjalankan fungsinya dan tidak
mampu bersinergi, maka sistem tersebut tidak akan dapat berjalan
dengan sempurna dan efektif.
Revitalisasi koleksi perpustakaan sekolah adalah kegiatan
menggiatkan kembali, mengaktifkan kembali, atau meremajakan
kembali koleksi perpustakaan sekolah agar dapat berguna dan
dimanfaatkan oleh siswa dalam rangka mendukung efektifitas
pembelajaran di dalam kelas yang lebih lanjutnya untuk mewujudkan
tujuan pendidikan secara umum, yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Dalam setiap kegiatan, hal pertama yang harus dilakukan agar
suatu kegiatan dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan
yang diharapkan adalah dengan membuat perencanaan dengan
menyusun langkah-langkah jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang, termasuk juga dalam kegiatan revitalisasi koleksi
perpustakaan sekolah. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan
oleh pihak sekolah dalam revitalisasi koleksi perpustakaan sekolah
antara lain:
a. Perencanaan Koleksi
Perencanaan kebutuhan akan koleksi perpustakaan sekolah
dapat dilakukan berdasarkan rekomendasi dari para guru mengenai
buku atau sumber referensi dan informasi apa saja yang dibutuhkan
siswa dalam pembelajaran di kelas. Perencanaan kebutuhan ini
harus selalu dilakukan seiring dengan perkembangan kurikulum
dan kebutuhan pembelajaran agar siswa selalu dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam kegiatan ini, kepala
sekolah, para guru dan tenaga pengelola perpustakaan sama-sama
memiliki tanggungjawab, karena tujuan dari perencanaan
kebutuhan akan koleksi perpustakaan adalah pemenuhan
kebutuhan akan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki oleh siswa
sebagai generasi muda
b. Pengadaan Koleksi
Pengadaan koleksi dapat dilakukan setelah pihak sekolah
mengetahui koleksi atau sumber informasi apa saja yang harus
terdapat dalam perpustakaan sekolah yang mungkin dimanfaatkan
dan menunjang pengetahuan siswa. Dalam hal pengadaan, pihak
sekolah dapat melakukannya dengan beberapa cara, diantaranya
pembelian, menjalin kerjasama dengan para penerbit buku dan
swadaya, baik itu swadaya atau bantuan/pemberian dari orang lain
ataupun subsidi pemerintah, termasuk juga dapat melakukannya
dengan digital atau internet online.
Pembelian yang dilakukan sendiri dapat dilakukan dengan
mengganggarkan sebagian dana dari Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) untuk kegiatan
perpustakaan yang kemudian dialokasikan lagi pada hal koleksi.
Adapun dana yang dapat dialokasikan pada penyelenggaraan
perpustakaan sekolah adalah 5 % dari anggaran belanja operasional
sekolah, berikut penjelasan mengenai pendanaan perpustakaan
sekolah, “Sekolah/Madrasah mengalokasikan dana paling sedikit 5
% dari anggaran belanja operasional sekolah/madrasah atau belanja
barang di luar belanja pegawai dan belanja modal untuk
pengembangan perpustakaan”.37
Pemerintah sebagai pengatur kegiatan publik merupakan salah
satu pihak yang juga harus bertanggungjawab atas keberhasilan
pendidikan. Oleh karena itu, segala bentuk perhatian pemerintah
harus juga diberikan kepada semua pihak, tidak terkecuali pada
sektor pendidikan. Subsidi pemerintah kepada sekolah-sekolah
berupa buku bacaan sebagai salah satu sumber informasi bagi
siswa dalam belajar adalah suatu hal yang wajar dilakukan, dan
tentunya dengan didukung hubungan dan kerjasama yang baik
antara pihak sekolah dengan pemerintah daerah dan pusat.
Menjalin kerjasama dengan penerbit buku adalah salah satu
alternatif yang baik dan biasa terjadi dalam kegiatan perpustakaan,
selain sebagai rekanan atau subsider, kerjasama ini juga akan
menambah pengetahuan bagi pihak perpustakaan terhadap
kemajuan dan perkembangan informasi serta kurikulum,
c. Evaluasi Koleksi Perpustakaan
Evaluasi adalah kegiatan yang harus dilakukan dalam setiap
kegiatan agar dapat diketahui sejauh mana dan seefektif apa
kegiatan yang dilaksanakan tersebut mencapai tujuannya. Evaluasi
koleksi perpustakaan sekolah yang dilakukan secara
berkesinambungan akan dapat mengetahui hal-hal apa saja yang
37 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Bab VII
Pasal 23 Ayat 6, …
masih kurang dan harus diperbaiki agar kegiatan perpustakaan
dapat mencapai efektifitasnya.
d. Peremajaan Berkesinambungan
Setelah dilakukan evaluasi, maka akan diketahui apa saja yang
masih harus mendapat perhatian lebih, dengan demikian dapat
dikonsentrasikan pada hal-hal tersebut. Peremajaan koleksi
perpustakaan secara berkesinambungan juga dilakukan setelah
selalu dilaksanakan evaluasi. Setelah mengevaluasi, maka akan
diketahui koleksi apa saja yang sudah tidak relevan dengan
kurikulum dan pembelajaran, atau koleksi apa saja yang harus
ditambahkan kuantitasnya agar seluruh siswa dapat melakukan
peminjaman tanpa menunggu giliran terlalu lama, dan kegiatan
peremajaan ini dapat dilakukan minimal satu tahun sekali, yaitu
diawal tahun pembelajaran baru. Dengan demikian, siswa sebagai
user akan merasa terfasilitasi oleh perpustakaan sekolah yang ada
di sekolahnya.
3. Revitalisasi Pelayanan Perpustakaan Sekolah
Revitalisasi pelayanan perpustakaan sekolah adalah usaha atau
kegiatan mengaktifkan kembali, menghidupkan kembali, menggiatkan
kembali segala bentuk pelayanan dalam kegiatan perpustakaan
sekolah, seperti pelayanan sirkulasi dan pengaturan koleksi.
Dalam revitalisasi pelayanan perpustakaan sekolah, berarti pihak
sekolah atau lebih khususnya perpustakaan sekolah harus dapat
memberikan pelayanan sirkulasi secara ideal, yaitu memberlakukan
penggunaan kartu anggota dan sistem pelayanan dengan menggunakan
komputer atau buku besar peminjaman (manual) agar kuantitas koleksi
perpustakaan dapat terjaga.
Sedangkan dalam hal pengaturan buku, penggunaan katalog yang
sesuai dengan sistem pengkatalogan buku di Indonesia juga akan
sangat membantu siswa dan user lain dalam pemanfaataan
perpustakaan sekolah. Pengaturan buku yang disesuaikan dengan tema
dan katalog serta menempatkan buku dan koleksi lain sesuai dengan
tempatnya, juga meniadakan koleksi yang dirasa tidak perlu dan cukup
mengganggu, akan dapat memberikan kenyamanan bagi pengunjung
dalam memanfaatkan perpustakaan sekolah serta mengefisiensikan
kegiatan perpustakaan.
4. Revitalisasi Tenaga Pengelola Perpustakaan Sekolah
Revitalisasi tenaga pengelola perpustakaan berarti mengaktifkan
kembali, memvitalkan kembali atau memfungsikan tenaga pengelola
perpustakaan sekolah agar dapat memberikan pelayanan kepada user
agar pengunjung merasa dihargai dan selalu ingin mengunjungi
perpustakaan sekolah. Kegiatan revitalisasi tenaga pengelola
perpustakaan sekolah dapat dilakukan dengan menanamkan kesadaran
kepada tenaga pengelola perpustakaan akan kewajiban dan tugasnya
sebagai seseorang yang harus mampu memfasilitasi orang lain terkait
dengan kegiatan kepustakaan.
Revitalisasi tenaga pengelola perpustakaan sekolah juga dapat
dilakukan apabila tenaga pengelola perpustakaan yang mengemban
tugas di perpustakaan sekolah yang bersangkutan kurang memiliki
profesionalisme dan kompetensi kepustakaan sehingga menghambat
jalannya kegiatan kepustakaan. Adapun cara yang dilakukan agar
tenaga pengelola perpustakaan dapat memiliki profesionalisme dan
kompetensi kepustakaan adalah dengan memberikan pendidikan lebih
lanjut mengenai kepustakaan, misalnya dengan menyekolahkan
kembali pada bidang ilmu kepustakaan, atau mengikutkan tenaga
pengelola perpustakaan pada pelatihan-pelatihan atau pendidikan non-
formal lain mengenai kepustakaan.
5. Revitalisasi Tata Tertib Perpustakaan Sekolah
Revitalisasi tata tertib perpustakaan adalah mengaktifkan kembali,
membaharukan atau menghidupkan kembali tata tertib yang sudah ada
agar tata tertib tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang telah dibuat
dan disepakati untuk menertibkan user dalam memanfaatkan
perpustakaan sekolah. Revitalisasi tata tertib perpustakaan sekolah
harus dilaksanakan manakala tata tertib tersebut dirasa sudah tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Revitalisasi tata tertib perpustakaan
sekolah dapat dilakukan dengan mengaktifkan atau menggalakkan
kembali tata tertib yang sudah ada dan dapat pula dengan menambah
atau mengurangi point tata tertib karena adanya kebutuhan atau
keterpaksaan.
6. Revitalisasi Kebijakan Kepala Sekolah
Revitalisasi kebijakan kepala sekolah adalah mengaktifkan dan
mengefektifkan setiap kebijakan yang telah dibuat oleh kepala sekolah
bahkan yang telah dilaksanakan di sekolah, dan dalam hal ini
kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pembelajaran dan
kepustakaan.
Kebijakan kepala sekolah yang langsung terkait dengan kedua hal
tersebut yang harus dilakukan revitalisasi misalnya kegiatan kunjungan
siswa ke perpustakaan sekolah secara bergilir perkelas setiap
minggunya atau biasa digunakan istilah “studi perpustakaan atau
kunjungan baca perpustakaan”. Kegiataan ini adalah kegiatan positif
yang dapat meningkatkan minat baca siswa di sekolah dan dapat
meningkatkan kecintaan siswa terhadap perpustakaan serta dapat
melatih siswa untuk selalu berusaha mencari informasi lebih lanjut
melalui sumber-sumber belajar lain selain guru dan buku yang
dimilikinya.
7. Upaya Kepala Sekolah, Para Guru dan Tenaga Pengelola
Perpustakaan dalam Memobilisasi Siswa untuk Mendayaguna
Perpustakaan Sekolah
Kepala sekolah, para guru dan tenaga pengelola perpustakaan
sekolah sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap proses
pembelajaran dan kegiatan perpustakaan harus dapat memberikan
kontribusi terhadap kegiatan-kegiatan tersebut. Mereka, ketiga pihak
tersebut harus dapat bekerjasama untuk menghidupkan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan. Kaitannya dengan perpustakaan,
perpustakaan sebagai salah satu sumber belajar di sekolah harus
mampu memfasilitasi pembelajaran siswa di sekolah. Oleh karena itu,
ketiga pihak tersebut harus mampu memobilisasi siswa agar mau
memanfaatkan salah satu sumber informasi tersebut.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah antara lain:
a. Mewajibkan siswa untuk membaca koleksi dan memanfaatkan
fasilitas lain yang ada di perpustakaan sekolah.
b. Memberikan contoh yang baik dengan secara bergilir setiap
harinya minimal dua (2) guru berada di perpustakaan walau
sekedar menemani siswa membaca agar siswa lebih termotivasi.
c. Sekurangnya sekali dalam satu (1) semester pihak perpustakaan
sekolah bekerjasama dengan para guru dan kepala sekolah
membuat lomba semacam lomba karya ilmiah yang harus diikuti
oleh setiap kelas dalam rangka melatih daya kreatifitas dan daya
berpikir siswa.
Efektifitas Pembelajaran
Pengertian Efektifitas
“Efektifitas” berasal dari kata “efek”, yang secara umum dapat kita
artikan sebagai akibat atau pengaruh, dan kemudian berkembang
menjadi “efektif” yang berarti tepat guna. Berikut beberapa pengertian
mengenai “efektifitas” yang terdapat pada beberapa sumber informasi.
Dalam Tesaurus Bahasa Indonesia, kata efektif mempunyai arti
“berhasil guna, efisien, mangkus, positif, praktis, ampuh, asian,
berkhasiat, cespleng (cak), makbul (Ar), mandi (Jw), manjur, mempan,
mengena, mujarab, mustajab, sakti, sehat, tokcer (cak)”.38
Sedangkan dalam Kamus Bahasa Melayu, efektifitas diartikan
sebagai “ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, dsb); dapat membawa
hasil (ttg usaha, tindakan, dsb); berhasil guna”.39
“Efektif adalah
mempunyai efek, pengaruh atau akibat, memberikan hasil yang
memuaskan, memanfaatkan waktu dan cara dengan sebaik-baiknya:
bekerja secara – sangat menguntungkan, berhasil guna, mangkus”.40
Pendapat lain yang juga masih terkait dengan efektifitas,
“efektifitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat
atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan”.41
Sedangkan Peter Drucker memberikan definisi
sebagaimana yang dikutip oleh T. Hani Handoko, “efektifitas adalah
melakukan pekerjaan dengan benar (doing the rights things)”.42
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
secara umum efektifitas adalah ketercapaian suatu tujuan yang telah
direncanakan sebelumnya, atau secara sederhana dapat dikatakan
sebagai keefektifan.
Pengertian pembelajaran
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah istilah yang paling utama dalam setiap usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak akan
pernah terjadi proses pendidikan. Dalam arti luas, belajar dapat
diartikan sebagai “kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan
38 Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, …, h. 166-167
39
Tim Penyusun Kamus Bahasa Melayu Nusantara, Kamus Bahasa Melayu Nusantara,
(Bandar Seri Begawan: Dewan Bahan dan Pustaka Brunei, 2003), h. 655
40
J. S. Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan Asing, …, h. 75
41
T. Hani Handoko, Manajemen,, …, h. 7
42 T. Hani Handoko, Manajemen,, …, h. 7
pribadi seutuhnya”.43
Sedangkan dalam arti sempit, “belajar
dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan
yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya
kepribadian seutuhnya.”44 “Belajar adalah usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.45
“Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan
melalui pengalaman (learning is defined as the modification or
strengthening of behavior through experiencing)”.46 Sedangkan
menurut Wiltherington, sebagaimana dikutip oleh Nana Syaodih
Sukmadinata, “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian,
yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang
berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan
kecakapan”.47
Menurut Howard L. Kingsley, sebagaimana dikutip oleh
Syaiful Bahri Djumarah, “learning is the process by which
behavior (in the broader sense) is originated or changed through
practice or training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku
(dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau
latihan.48 Oemar Hamalik juga memberikan definisi mengenai
belajar, “belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungan”.49
43 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2007), h. 20
44 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar,…, h. 20-21
45
Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), Cet
Kedua, h. 2
46 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet.1, h. 36
47
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), Cet. Keempat, h. 155
48
Syaiful Bahri Djumarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 13
49
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet. Keempat, h.
28
Berdasarkan pada beberapa pendapat di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku
atau kecakapan manusia melalui interaksi antara individu dengan
lingkungannya yang pada dasarnya untuk memperoleh suatu hal
yang positif menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya
yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik. Jadi, secara singkat dapat
dikatakan bahwa belajar bukan sekedar mengumpulkan
pengetahuan, tetapi belajar adalah proses mental yang terjadi dalam
diri seseorang sehingga menyebabkan munculnya perubahan
tingkah laku, dan proses mental itu terjadi karena adanya interaksi
individu dengan lingkungan yang disadarinya.
a. Pengertian Mengajar
Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, bukan
hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa,
tetapi bagaimana siswa mampu dan memiliki minat terhadap
pelajaran yang diajarkan. Berikut ini pendapat yang diungkapkan
oleh Bohar Suharto (1997) sebagaimana dikutip oleh Pupuh
Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, “mengajar merupakan suatu
aktivitas mengorganisasi atau mengatur (mengelola) lingkungan
sehingga tercipta suasana yang sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi proses
belajar yang menyenangkan”.50
Moh. Uzer Usman memberikan definisi mengenai “mengajar”
sebagai berikut:
Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa
dalam kegiatan belajar-mengajar atau mengandung
pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha
mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan
50 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi
Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami,
(Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 7
anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan
proses belajar.51
Sedangkan Oemar Malik (1992) mendefinisikan, “mengajar
sebagai proses menyampaikan pengetahuan dan kecakapan kepada
siswa”.52
Sedangkan Davies (1971), sebagaimana dikutip oleh
Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, “mengajar adalah
suatu aktivitas profesional yang memerlukan keterampilan tingkat
tinggi dan menyangkut pengambilan keputusan”.53
Mengacu pada beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang yang pada umumnya disebut sebagai guru terhadap
siswa (sebagai objek belajar) dalam rangka membimbing siswa ke
arah yang dikehendaki untuk mewujudkan tujuan pendidikan, dan
proses yang dilakukan bukan sekedar transfer of knowledge, tetapi
juga menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
menggairahkan minat siswa terhadap pelajaran.
c. Pembelajaran
Perpaduan antara dua konsep antara belajar dan mengajar akan
melahirkan konsep baru yang dikenal dengan proses belajar
mengajar atau proses pembelajaran. Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar.54
51 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.
6
52
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi
Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, …, h. 7
53
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi
Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, …,
h. 7
54
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Bab I Tentang Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat 20, …
Wina Sanjaya memberikan deskripsi mengenai pembelajaran
adalah sebagai berikut:
Mengajar-belajar merupakan satu istilah yang memiliki satu makna yang tidak dapat dipisahkan. Mengajar adalah
suatu aktivitas yang dapat membuat siswa belajar. Keterkaitan antara mengajar dan belajar diistilahkan
Dewey sebagai “menjual dan membeli” , teaching is to
learning as selling is to buying. Artinya, seseorang tidak
mungkin akan menjual manakala tidak ada yang membeli, yang berarti tidak ada perbuatan mengajar
manakala tidak membuat seseorang belajar. Dengan
demikian, dalam istilah mengajar, juga terkandung proses
belajar. Inilah makna pembelajaran. 55
Oemar Hamalik mengungkapkan bahwa “pembelajaran adalah
suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”.56
Sedangkan E.
Mulyasa mendefinisikan pembelajaran sebagai berikut,
“pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan
perilaku ke arah yang lebih baik”.57
Pembelajaran adalah proses
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didik dan kegiatan
membimbing kegiatan belajar anak didik sehingga terjadi
perubahan tingkah laku dan kecakapan manusia melalui interaksi
antar individu atau individu dengan lingkungannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses yang
terjadi yang membuat seseorang atau sejumlah orang (peserta
didik) melakukan proses belajar sesuai dengan rencana pengajaran
yang telah diprogramkan baik itu yang sifatnya kognitif, afektif
maupun psikomotorik, karena pembelajaran pada
55 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2008), h. 216
56
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,…, h. 57
57
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan
Inovasi, (bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. Kesembilan, h. 100
umumnya/biasanya terjadi dalam situasi formal yang secara
sengaja diprogramkan dalam usahanya mentransformasikan ilmu
yang diberikannya kepada peserta didik berdasarkan kurikulum dan
tujuan yang hendak dicapai.
3. Efektifitas Pembelajaran
Pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila dalam proses
pembelajaran siswa dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan
tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan harapan. Sedangkan yang
dimaksud dengan pelaksanaan pembelajaran efektif adalah mengajar
sesuai prinsip, prosedur, dan design sehingga tercapai tujuan
perubahan tingkah laku anak.
Tolak ukur efektifitas pembelajaran adalah keberhasilan guru
dalam menyampaikan pelajaran, atau dapat juga dikatakan dengan
terpenuhinya target atas siswa dalam penyelesaian suatu program
belajar dan mampu menunjukkannya melalui prestasi. Selain prestasi,
hal lain yang juga menjadi salah satu tujuan pembelajaran adalah
terbentuknya watak dan kepribadian yang bertanggungjawab pada diri
siswa yang belajar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektifitas
pembelajaran adalah ketercapaian suatu tujuan pembelajaran yang
telah direncanakan sebelumnya, baik itu pada ranah kognitif, afektif,
maupun psikomotorik. Efektifitas pembelajaran dapat tercapai atas
kerjasama kedua belah pihak, yaitu guru dan siswa sebagai pelakunya.
Kerangka Berpikir
Setiap sekolah dimana pun, memang idealnya harus memiliki perpustakaan sekolah, karena perpustakaan
sekolah adalah salah satu sumber belajar yang baik secara sadar maupun tidak sadar pasti bermanfaat keberadaannya.
Perpustakaan sekolah akan tampak bermanfaat apabila benar-benar memperlancar pencapaian proses belajar mengajar sekolah. Indikasi manfaat tersebut tidak hanya berupa prestasi siswa, tetapi lebih jauh lagi, antara lain
adalah siswa mampu mencari, menemukan, menyaring dan menilai informasi, siswa terbiasa belajar mandiri, terlatih
ke arah tanggung jawab, selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kebutuhan akan ilmu pengetahuan pada saat ini untuk masa mendatang adalah salah satu tuntutan yang tidak
dapat begitu saja ditapikkan. Dan kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat diperoleh apabila kita mau dan rajin untuk
menggali informasi, dan itu dapat dilakukan sejak dini, katakanlah pada usia belajar aktif.
Perpustakaan sekolah adalah salah satu komponen pendidikan yang
memiliki peranan sebagai sarana yang dapat membantu para peserta didik
untuk memperluas cakrawala imajinasi, area-area investigasi (penyelidikan),
dan sebagainya, maka perpustakaan harus mampu memfasilitasi siswa sekolah
yang bersangkutan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Agar perpustakaan
mampu memfasilitasi siswa di sekolah yang berangkutan, maka perpustakaan
sekolah harus diselenggarakan dengan menerapkan prinsip-prinsip manajerial
dalam pengelolaannya.
Dengan penyelenggaraan perpustakaan yang terprogram dan termanajemen, diharapkan perpustakaan dapat
lebih berfungsi serta berdayaguna dalam penyelenggarannya di sekolah.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari perumusan masalah yang terdapat pada bab I, maka yang
menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana peran perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat.
2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan manajemen perpustakaan SMA
PGRI 56 Ciputat di lihat dari sisi perencanaan penyelenggaraan
perpustakaan yang meliputi penentuan akan fasilitas, koleksi dan anggaran
perpustakaan sekolah; kemudian pengorganisasian yang terdiri dari
pelayanan perpustakaan; pengaturan staff (staffing) atau tenaga pengelola
perpustakaan; penggerakan (actuating) serta pengendalian (controlling)
oleh kepala sekolah.
3. Untuk mengetahui bagaimana koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan
SMA PGRI 56 Ciputat.
4. Untuk mengetahui bagaimana minat siswa dalam memanfaatkan
perpustakaan sekolah.
5. Untuk memperoleh gambaran efektifitas pembelajaran siswa SMA PGRI
56 Ciputat dengan adannya perpustakaan sekolah.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Adapun tempat atau lokasi penelitian yang akan menjadi objek penelitian
dalam karya ilmiah ini adalah SMA PGRI 56 Ciputat, yang letak geografisnya
berada pada Jalan Pendidikan No. 30 Ciputat Tangerang 15411.
2. Waktu penelitian
Sedangkan waktu penelitian yang direncanakan adalah selama satu
minggu pada bulan Agustus 2008, yaitu terhitung sejak tanggal 25
Agustus 2008 s/d 29 Agustus 2008 secara intensif.
C. Metode Penelitian
Metode adalah cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Untuk mendapatkan data yang
diperlukan dalam penyelesaian penelitian ini, dan penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Metode ini digunakan untuk mempelajari berbagai peristiwa yang terjadi pada objek yang akan diteliti.
“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang datanya adalah data kualitatif, umumnya dalam bentuk narasi dan
gambar-gambar”.1 Sedangkan, “penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian
atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti”.2 Pendekatan deskriptif ini
bertujuan untuk membuat potret tentang suatu keadaan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat atau daerah tertentu.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penyusunan skripsi ini, penulis
menggunakan dua macam penelitian, yaitu:
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan merupakan suatu metode penelitian data pada
literatur-literatur yang sesuai dengan penulisan skripsi ini. Penulis mencoba
mencari informasi melalui literatur-literatur yang terdapat pada perpustakaan
dan sumber-sumber belajar lainnya untuk menunjang kelengkapan teori-teori
yang diperlukan.
2. Penelitian Lapangan (field Research)
1 Rony Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta: PPM, 2005),
h. 16 2 Rony Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta: PPM, 2003),
h. 105
Penelitian lapangan merupakan metode penelitian yang dilakukan dengan
terjun langsung ke objek penelitian, karena penelitian memerlukan data yang
valid agar dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Untuk mengumpulkan
data penelitian tersebut, penulis menggunakan beberapa teknik, yaitu:
a. Observasi
Observasi adalah kegiatan mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap kondisi objek (sekolah) yang
akan diteliti, sehingga diperoleh data tentang pelaksanaan penelitian.
Penulis akan menghimpun keterangan atau data dengan cara
mengadakan pengamatan dan pencatatan secara langsung ke lapangan
terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan bahan
pengamatan.
b. Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan interviuw yang dilakukan
terhadap orang yang menjadi objek penelitian, dan pedoman
wawancara yang digunakan adalah dengan metode semi struktural,
yaitu menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sudah terstruktur
kemudian satu persatu diperdalam untuk memperoleh informasi yang
lebih lanjut. Dalam hal ini, penulis menghimpun bahan-bahan atau
keterangan-keterangan dengan melakukan tanya-jawab secara sepihak
dengan beberapa orang guru selaku pelaku kegiatan pembelajaran dan
staf perpustakaan guna melengkapi data-data yang diperoleh melalui
observasi.
c. Angket
Angket merupakan suatu alat pengumpul informasi dengan cara
menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara
tertulis pula oleh responden. Cara penyebaran angket yang akan
penulis lakukan adalah dengan membagikan angket yang berisi
pernyataan kepada responden yang ditemui langsung di lapangan, yaitu
kepada siswa sebagai pengguna perpustakaan sekolah.
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah kegiatan pengumpulan data-data tertulis dan
yang telah diabadikan, baik itu dalam bentuk portofolio ataupun foto-
foto. Sehingga sebagai penguat dalam penyusunan dan penyampaian
informasi yang akan diberikan atau disajikan oleh penulis.
Pengumpulan dokumen-dokumen yang penulis lakukan adalah dengan
mencoba mencari dokumen mengenai kegiatan penyelenggaraan
perpustakaan sekolah yang bersangkutan, salah satunya dengan
menelaah sejarah berdirinya perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat.
E. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.3 Adapun populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA PGRI 56 Ciputat, yaitu
yang terdiri dari siswa kelas X, XII, dan XII yang kurang lebih berjumlah
281 siswa.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti. Dalam penelitian ini,
penulis menggunakan teknik penarikan sampel dengan cara purposive random
sampling atau sampel bertujuan yang dilakukan dengan cara diacak.
“Purposive sample merupakan cara pengambilan sampel dengan tujuan
tertentu”.4 Teknik purposive random sampling dilakukan dengan cara
3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002), Cet. Kedua belas, h. 108 4 R. Sayidin Hilal, Sosiologi: dengan Pendekatan Tematik dan Induktif untuk Paket C, Buku
Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta:PT Bintang Ilmu, 2005), h. 69
anggota-anggota sampel dipilih dengan cara diacak/dikocok/diundi sehingga
sampel memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh populasi.
Penerapan teknik penarikan sampel dalam penelitian ini, penulis
melakukannya dengan cara mengundi kelas yang akan menjadi wakil pada
setiap angkatannya, yaitu wakil dari siswa kelas X, XI, dan XII SMA PGRI 56
Ciputat. Kemudian, setelah didapat kelas yang mewakili angkatannya, barulah
dilakukan pengundian kembali dengan menetapkan sampel 30 % dari masing-
masing kelas tersebut sebagai wakil dari angkatannya.
Setelah dilakukan seluruh tahap di atas, maka didapatkan hasil sebagai
berikut:
a. Yang menjadi wakil dari kelas X adalah kelas X3, yang mana jumlah
siswa kelas X3 adalah sebanyak 35 siswa, jadi bila ditarik sampel 30 %
dari jumlah siswa tersebut, maka akan didapatkan hasil 11 siswa.
Dengan demikian, dapat disimpulkan sampel untuk kelas X SMA
PGRI 56 Ciputat adalah sebanyak 11 orang yang berasal dari kelas X3.
b. Yang menjadi wakil dari kelas XI adalah kelas XIIPS, yang mana
jumlah siswa kelas XIIPS adalah sebanyak 39 siswa, jadi bila ditarik
sampel 30 % dari jumlah siswa tersebut, maka akan didapatkan hasil
12 siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan sampel untuk kelas XI
SMA PGRI 56 Ciputat adalah sebanyak 12 orang yang berasal dari
kelas XIIPS.
c. Yang menjadi wakil dari kelas XII adalah kelas XIIIPA, yang mana
jumlah siswa kelas XIIIPA adalah sebanyak 42 siswa, jadi bila ditarik
sampel 30 % dari jumlah siswa tersebut, maka akan didapatkan hasil
13 siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan sampel untuk kelas XII
SMA PGRI 56 Ciputat adalah sebanyak 13 orang yang berasal dari
kelas XIIIPA.
F. Instrumen Pengumpulan Data
1. Definisi Konseptual Penelitian
Yang dimaksud dengan revitalisasi manajemen perpustakaan dalam
mengefektifkan pembelajaran adalah bagaimana peran perpustakaan
sekolah tersebut dapat memfasilitasi siswa dalam kegiatan pembelajaran
agar siswa mampu mengikuti pelajaran dan dapat menunjukkannya salah
satunya melalui prestasi belajar. Kemudian, kontribusi perpustakaan yang
mana mempunyai misi memfasilitasi pembelajaran siswa di sekolah yang
bersangkutan adalah dengan menjalankan teori dan prinsip-prinsip
manajemen secara efektif dan efisien dalam penyelenggaraan perpustakaan
sekolah tersebut agar fungsi dan peran yang semestinya diemban oleh
sebuah perpustakaan dapat terlihat dan dirasakan manfaatnya.
2. Definisi Operasional Penelitian
Revitalisasi manajemen perpustakaan dalam mengefektifkan
pembelajaran adalah usaha kepala sekolah, pengelola perpustakaan dan
para guru untuk mendayagunakan perpustakaan sebagaimana perannya
sebagai sarana penunjang pendidikan di sekolah. Oleh sebab itu,
perpustakaan dalam perannya memfasilitasi pembelajaran harus memiliki
manajemen yang terorganisir dalam penyelenggaraannya.
Revitalisasi manajemen perpustakaan dalam mengefektifkan
pembelajaran antara lain mencakup:
1. Usaha kepala sekolah, tenaga pengelola perpustakaan beserta para guru
dalam menanamkan minat baca siswa dan memobilisasi siswa dalam
pemanfaatan perpustakaan sekolah.
2. Perencanaan kebutuhan, yaitu dengan cara penyediaan/pengadaan
fasilitas dan koleksi perpustakaan
3. Pengorganisasian perpustakaan
4. Pengaturan staf atau tenaga pengelola perpustakaan
5. Kemampuan akademis dan kecakapan sosial siswa
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan, maka sekolah, atau dalam hal
ini kepala sekolah bersama tenaga pengelola perpustakaan dan tentu saja
bekerjasama dengan para guru harus dapat melaksanakan manajemen yang
terorganisir dalam penyelenggaraan perpustakaan sekolah yang nantinya
baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap
kegiatan pembelajaran di sekolah.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan
angket. Wawancara dilaksanakan terhadap beberapa pihak yang terkait
langsung dengan subyek penelitian. Sedangkan angket akan diisi oleh siswa
sebagai pengunjung dan pengguna perpustakaan sekolah, yang mana tujuan
dari penyebaran angket ini adalah untuk memperoleh data mengenai
penyelenggaraan perpustakaan sekolah terkait dengan perannya sebagai salah
satu sumber belajar di sekolah yang turut mendukung kegiatan pembelajaran
dan tujuan pendidikan.
Angket ini terdiri dari pernyataan-pernyataan yang memiliki empat
alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan
sangat tidak setuju (STS). Responden hanya akan diperkenankan untuk
memilih salah satu dari empat alternatif jawaban yang tersedia sesuai dengan
pendapat atau keadaan sebenarnya. Angket yang akan disebarkan akan
disusun berdasarkan indikator-indikator yang dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 1
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Revitalisasi Manajemen Perpustakaan dalam Mengefektifkan
Pembelajaran di SMA PGRI 56 Ciputat
Butir No. Variabel Dimensi Indikator (+) (-)
Juml
ah
1. Revitalisasi
Manajemen
1. Minat baca
siswa
- Minat baca
siswa
1,2,3
3
Perpustakaan
2. Usaha
Kepsek, pustakawan
dan para guru
3. Perencanaan kebutuhan
4. Pengorganisa
sian perpustakaan
5. Pengaturan staff/tenaga
pengelola
perpustakaan
- Keingintahua
n siswa akan
pengetahuan
- Pemotivasian
- Meningkatkan kreatifitas
siswa
- Fasilitas Perpustakaan
(gedung, lokasi, situasi,
perabot dan
peralatan, dan
kapasitas).
- Koleksi
Perpustakaan
(koleksi buku,
nonbuku, dan
bahan
pandang
dengar)
- Pengaturan
buku/koleksi - Pelayanan
perpustakaan - Peraturan dan
kedisiplinan
- Profesionalisme
- Pemberian
layanan
kepada siswa
4
5,6,7
8
10, 12,
14, 15
16,
17,
18,
19
21
22
23,
24,25
27,28
9, 11,
13
20
26
1
3
1
7
5
1
1
3
1
2
2. Efektifitas
Pembelajaran
1. Kemampuan
akademis
2. Kecakapan
sosial
- Daya serap
terhadap
pelajaran
- Prestasi/hasil
evaluasi
- Tingkah laku
dan kebiasaan
- Kepribadian
- Skill
29,
30,31
32,
33,34
35,36
37,38
39
40
3
3
2
2
2
H. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini, analisis data yang dilakukan adalah analisis kualitatif
yaitu, data yang telah dihimpun, diklasifikasikan kemudian dihubungkan
antara yang satu dengan yang lain, untuk kemudian dianalisis dan diambil
hasil dari analisa kemudian dideskriptifkan sebagai suatu hasil/kumpulan
bahan pemikiran.
Sementara itu data yang diperoleh melalui angket akan dianalisa melalui
perhitungan frekuensi. Nilai-nilai yang diberi simbol skala perbandingan dari
hasil penelitian, kemudian akan dideskriptifkan dalam bentuk kualitatif. Maka
penulis mendistribusikan nilai prosentase yang diperoleh dengan cara
frekuensi dibagi dengan responden dikalikan dengan 100 %, dengan rumus
sebagai berikut:
Keterangan :
P : Prosentase Jawaban
f : Frekuensi
N : Jumlah Siswa/Responden
100 % : Bilangan Tetap
f
P = x 100
%
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Letak Geografis dan Sejarah Berdiri
SMA PGRI 56 adalah salah satu sekolah lanjutan di Ciputat yang
memang berusaha menjawab kebutuhan masyarakat sekitar akan
pendidikan. Sekolah ini selalu mengupayakan masyarakat yang dalam segi
ekonomi kurang atau keluarga yang berasal dari ekonomi menengah ke
bawah untuk dapat mengenyam pendidikan
SMA PGRI 56 Ciputat adalah sebuah sekolah swasta yang berdiri di
atas sebidang tanah dengan luas 1500 m2 dengan luas bangunan 892 m
2
yang berlokasi di Jalan Pendidikan No. 30 Ciputat 15411, dan nomor
kontak SMA PGRI 56 Ciputat adalah 021. 7409808. Adapun alamat Email
yang dapat dihubungi adalah: [email protected]
SMA PGRI 56 Ciputat memiliki letak geografis yang sangat strategis.
Karena SMA PGRI 56 berada tidak jauh dari jalan raya utama Ciputat, dan
hanya berjarak kurang lebih 500 m dari pusat pasar Ciputat. Sekolah ini
berada pada kompleks persekolahan. Maksud dari kompleks persekolahan
di sini adalah, SMA PGRI 56 Ciputat memang berdiri diantara sekolah-
sekolah lain, yaitu berada diantara 10 SD Negeri di Ciputat dan beberapa
SMP dan SMU swasta, juga sebuah SMU Negeri di Ciputat.
SMA PGRI 56 Ciputat berstastus swasta dengan SK pendirian No.
086/102.Kep/E’84 tanggal 16 Maret 1984. Dan kemudian memiliki nomor
NSS 302300410004 dan NDS 3002040006. Sedangkan akreditasi yang
telah “dikantongi” oleh SMA PGRI 56 Ciputat adalah “A”.
2. Visi dan Misi
a. Visi
Visi dari SMA PGRI 56 Ciputat adalah “Menjadikan SMA PGRI
56 Ciputat sebagai pusat pengembangan pendidikan, kebanggaan
masyarakat yang menghasilkan kader-kader bangsa berkualitas yang
unggul dalam IPTEK dan Imtaq”.
b. Misi
SMA PGRI 56 Ciputat memiliki misi yang merupakan penjabaran
dari visi yang telah dirumuskan, adapun misi SMA PGRI 56 Ciputat
adalah:
1) Menyelenggarakan pendidikan umum yang bersifat nasional
2) Menghasilkan tamatan yang kompeten, terampil dan bermutu
3) Menghasilkan tamatan yang berguna bagi dirinya, bangsa dan
negara
4) Menjadikan lembaga pendidikan yang berguna bagi masyarakat
Ciputat dan sekitarnya
5) Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi kepada
pengembangan potensi siswa dalam membentuk manusia
seutuhnya.
3. Rekapitulasi Keadaan Siswa
Siswa-siswi di sekolah ini pada tahun pelajaran 2008-2009 berjumlah
281 siswa yang dikelompokkan menjadi tujuh (7) rombongan belajar
(rombel), dengan rincian tiga (3) rombel untuk kelas X, dua (2) rombel
untuk kelas XI, dan dua (2) rombel untuk kelas XII. Untuk lebih jelasnya,
dapat dilhat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2
Rekapitulasi Keadaan Siswa SMA PGRI 56 Ciputat
Tahun Pelajaran 2008-2009
Jenis Kelamin ÿÿÿs
Wid
ÿÿÿÿ
clw
Widt
h18ÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿ
clÿÿgfÿÿ
lvÿÿtalcÿ
ÿÿÿÿ
ÿclbr
drÿÿ
brdrs
No.
Kelas Jurusan
L P
Jumlah
X1 20 16
X2 26 13 1. X
X3 21 14
110 Siswa
IPA 20 25 2. XI
IPS 29 10 84 Siswa
IPA 28 14 3. XII
IPS 27 18 87 Siswa
Jumlah (Σ) Siswa: 281 Siswa
B. Deskripsi Data
Pada bab sebelumnya telah penulis
kemukakan bahwa teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini
adalah dengan angket dan wawancara. Angket
disusun berdasarkan pokok penelitian yang
diteliti. Angket yang dibuat terdiri dari 40
pertanyaan, yaitu 4 item pertanyaan mengenai
minat baca siswa; 4 item pertanyaan mengenai
usaha segenap pihak sekolah dalam memobilisasi
siswa terhadap perpustakaan; 13 item
pertanyaan mengenai perencanaan kebutuhan
perpustakaan sekolah seperti fasilitas dan
koleksi; 5 item pertanyaan mengenai
pengorganisasin pepustakaan sekolah seperti
pengaturan, pelayanan, dan peraturan
perpustakaan; 3 item pertanyaan mengenai staf
perpustakaan terkait dengan profesionalisme
kerja; 12 item pertanyaan mengenai efektifitas
pembelajaran seperti kemampuan akademis,
prestasi dan kecakapan sosial siswa.
Sedangkan wawancara disusun berdasarkan
pada pokok materi penelitian, yaitu “Revitalisasi
Manajemen Perpustakaan dalam
Mengefektifkan Pembelajaran di SMA PGRI 56
Ciputat”. Terkait dengan materi penelitian
tersebut, maka wawancara dilakukan terhadap
kepala sekolah SMA PGRI 56 Ciputat selaku
manager sekolah, tenaga pengelola perpustakaan
SMA PGRI 56 Ciputat, dan beberapa orang
guru sebagai seseorang yang langsung
berkenaan dengan siswa, kurikulum dan
pembelajaran di sekolah.
Setelah didapat data hasil wawancara, kemudian dianalisis dengan
menggunakan teknik deskriptif kualitatif untuk mengolaborasi antara hasil
pengamatan (observasi) dengan wawancara. Sedangkan hasil angket adalah
data penguat dari hasil pengamatan penulis (observasi) dan wawancara
terhadap pihak terkait.
Adapun dokumentasi adalah alternatif terakhir yang penulis jadikan
sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian skripsi ini. Dokumentasi
adalah pengumpulan data yang didapat dari sumber atau objek yang diteliti.
Dalam penelitian ini, dokumentasi dapat penulis dapatkan dari warga sekolah,
yaitu dari petugas TU, guru, dan wakil kepala sekolah.
C. Interpretasi Data dan Penyajian Hasil Penelitian
Tanggungjawab pendidikan tidak terlepas dari peran pemerintah,
masyarakat dan orang tua. Pendidikan sebagai investasi masa depan menjadi
faktor penentu pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas.
Sementara itu, untuk dapat menghadapi dunia global yang semakin
menantang, kebutuhan akan informasi adalah salah satu jawaban yang harus
dipenuhi. Perpustakaan sekolah sebagai salah satu sumber informasi atau
sumber belajar pada hakikatnya mermiliki peran yang sangat penting dalam
proses pendidikan dan pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Hal ini pun dikuatkan oleh pendapat Isjoni, “Perpustakaan sekolah merupakan
salah satu jantung dan rohnya suatu lembaga pendidikan. Perpustakaan
sebagai wadah dan sumber pembelajaran, karena perpustakaan sekolah
sebagai salah satu sarana pendidikan dan penunjang pembelajaran, dan
memegang peranan penting dalam memacu tercapainya tujuan pendidikan di
sekolah”.1 Berikut akan disajikan analisa dan interpretasi data serta penyajian
hasil penelitian terkait dengan pentingnya keefektifan perpustakaan sekolah
bila dikaitkan dengan pembelajaran.
1. Analisa dan Interpretasi Data
Siswa yang menjadi sampel penelitian ini
berjumlah 36 orang siswa SMA PGRI 56
Ciputat, yang terdiri dari 20 siswa laki-laki
dan 16 siswa perempuan, dan distribusi
sampel penelitian dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Informasi mengenai data responden dalam
suatu penelitian sangatlah penting, karena
dari data tersebut kita dapat mengetahui
keterwakilan populasi yang sedang kita teliti,
1 Isjoni, Saatnya Pendidikan Kita Bangkit, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 16-17
Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)
Laki-Laki 20 Siswa 55.56 %
Perempuan 16 Siswa 44.44 %
Σ
36 Siswa 100 %
sehingga kita dapat meminta kesimpulan
umum tentang keadaan populasi yang
bersangkutan.
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenjang
Kelas/Angkatan Angkatan/Kelas Frekuensi (f) Persentase (%)
X → X3 11 Siswa 30.56 %
XI → XIIPS 12 Siswa 33.33 %
XII → XIIIPA 13 Siswa 36.11 %
Σ 36 Siswa 100 %
Kesimpulan yang dapat diambil dari tabel
10 adalah bahwa responden yang terpilih
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Jenjang kelas X diwakili oleh kelas X3, dan
yang mendapat kesempatan untuk menjadi
sampel adalah sebanyak 11 siswa, yaitu 30
% dari seluruh populasi kelas X3.
b. Jenjang kelas XI diwakili oleh kelas XIIPS,
dan yang mendapat kesempatan untuk
menjadi sampel adalah sebanyak 12 siswa,
yaitu 30 % dari seluruh populasi kelas
XIIPS.
c. Jenjang kelas XII diwakili oleh kelas XIIIPA,
dan yang mendapat kesempatan untuk
menjadi sampel adalah sebanyak 13 siswa,
yaitu 30 % dari seluruh populasi kelas
XIIIPA.
Berdasarkan angket yang telah penulis
sebarkan terhadap sampel pada objek yang
telah dikehendaki, akhirnya diperoleh data
sebagai berikut:
a. Revitalisasi Manajemen Perpustakaan
1) Minat Baca Siswa
Tabel 5 Kunjungan ke Perpustakaan Sekolah
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Sering
0 0 %
Sering 6 16.67
%
1.
Jarang 26 72.22
%
Tidak
Pernah
4 11.11
%
Σ 36 100 %
Berdasarkan tabel di atas, dapat
diketahui bahwa sebagian besar siswa
atau lebih dari 50 % siswa SMA PGRI 56
Ciputat kurang tertarik untuk
mengunjungi perpustakaan sekolah.
Berbagai hal dapat menjadi alasan
mengapa siswa terkesan enggan
mengunjungi perpustakaan sekolah. Jika
digambarkan dengan kalimat, tidak ada
responden (0 %) yang menyatakan diri
sangat sering mengunjungi perpustakaan
sekolah, 6 (16.67 %) responden menjawab
sering mengunjungi perpustakaan
sekolah, 26 (72.22 %) responden jarang
mengunjungi perpustakaan sekolah, dan
4 (11.11 %) responden menjawab tidak
pernah mengunjungi perpustakaan
sekolah.
Tabel 6 Membaca Buku di Perpustakaan Sekolah
dengan Skala Minimal 30 Menit/Hari
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
5 13.89
%
Setuju 20 55.55
%
Tidak Setuju 10 27.78
%
Sangat Tidak
Setuju
1 2.78 %
2.
Σ 36 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa 5
(13.89 %) responden memberikan
jawaban sangat setuju dengan
pernyataan bahwa mereka selalu
membaca buku di perpustakaan setiap
harinya minimal selama 30 menit. 20
(55.55 %) responden menjawab setuju, 10
(27.78 %) menjawab tidak setuju, dan
hanya 1 (2.78 %) responden yang
memberikan jawaban sangat tidak setuju.
Berdasarkan pada perolehan data
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
25 (69.44 %) dari 36 (100 %) responden
menyatakan diri selalu melakukan
kegiatan membaca minimal 30 menit/hari
di perpustakaan sekolah. Pada dasarnya
dan seharusnya, membaca adalah hal
yang menjadi kebutuhan bagi siapa pun
khususnya orang yang sedang belajar.
Seperti yang diungkapkan oleh kepala
sekolah SMA PGRI 56 Ciputat,
“membaca adalah kebutuhan manusia
khususnya manusia yang sedang dalam
belajar, dan membaca dapat dilakukan di
mana saja. Khusus bagi siswa atau
mahasiswa, perpustakaan adalah gudang
ilmu, oleh sebab itu, saya kira tidak ada
ruginya bila kita mengunjungi
perpustakaan untuk sekedar membaca”.2
2 Drs. Asep Setiadi, Kepala sekolah SMA PGRI 56 Ciputat, Wawancara Pribadi: Kamis, 28
Agustus 2008
Tabel 7 Kegemaran Membaca Buku, Baik Buku
Pelajaran ataupun Buku Karya Ilmiah lain yang dapat Menambah Wacana Pengetahuan Termasuk juga Novel atau Cerita Bergambar
yang terdapat di Perpustakaan Sekolah
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
8 22.22
%
Setuju 22 61.11
%
Tidak Setuju 6 16.67
%
Sangat Tidak
Setuju
0 0 %
3.
Σ 36 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa
kegemaran membaca buku, baik itu buku
pelajaran ataupun buku karya ilmiah lain
yang dapat menambah wacana
pengetahuan termasuk juga novel atau
cerita bergambar yang terdapat di
perpustakaan sekolah dijawab sangat
setuju oleh 8 (22.22 %) responden,
sedangkan sebagian besar responden atau
22 (61.11 %) responden menjawab setuju,
6 (16.67 %) merespon tidak setuju, dan
tidak ada responden atau 0 (0 %)
responden yang memberikan jawaban
sangat tidak setuju.
Hal ini menunjukkan bahwa pada
dasarnya siswa SMA PGRI 56 Ciputat
cukup memiliki kegemaran membaca
buku, karena dari 36 responden, 30 (83.33
%) responden memberikan respon positif
terhadap pernyataan tersebut di atas.
Tabel 8 Mencari Tahu Hal-Hal yang tidak
Dimengerti dalam Pelajaran di Sekolah Melalui Membaca di Perpustakaan Sekolah
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
7 19.44
%
Setuju 23 63.89
%
4.
Tidak Setuju 5 13.89
%
Sangat Tidak
Setuju
1 2.78 %
Σ 36 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa 7
(19.44 %) responden menjawab sangat
setuju bahwa mereka selalu mencari tahu
hal-hal yang tidak dimengerti dalam
pelajaran di sekolah melalui membaca di
perpustakaan sekolah, 23 (63.89 %)
responden memberikan jawaban setuju, 5
(13.89 %) responden tidak setuju, dan
hanya 1 (2.78 %) responden yang
menyatakan diri sangat tidak setuju atas
pernyataan tersebut.
Ini berarti siswa SMA PGRI 56 Ciputat
memiliki rasa ingin tahu yang besar
terhadap segala informasi yang sedang
berkembang, hal ini terlihat dari 30
(83.33 %) dari 36 (100 %) responden
menyatakan diri setuju dengan
pernyataan di atas.
2) Usaha Kepsek, Pustakawan, dan Guru
Tabel 9 Pemberlakuan Jam Baca (Studi
Perpustakaan) di Sekolah secara Bergilir Perkelas dalam Setiap Harinya
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
7 19.44
%
Setuju 19 52.78
%
Tidak Setuju 8 22.22
%
Sangat Tidak
Setuju
2 5.55 %
5.
Σ 36 100 %
Berdasarkan tabel di atas, 7 (19.44 %)
responden memberikan jawaban sangat
setuju atas pernyataan adanya
pemberlakuan jam baca atau studi
perpustakaan di sekolah secara bergilir
dalam setiap harinya, 19 (52.78 %)
responden menjawab setuju, 8 (22.22 %)
memberikan respon tidak setuju, dan 2
(5.55 %) responden memberikan jawaban
sangat tidak setuju.
Seharusnya, setiap sekolah
memberlakukan studi perpustakaan,
selain agar perpustakaan sekolah dapat
menjalankan peranannya secara efektif,
kegiatan ini juga dapat meningkatkan
minat baca siswa. SMA PGRI 56 Ciputat
pernah melaksanakan kebijakan yang
demikian, namun kebijakan tersebut
tidak dapat berjalan secara efektif, dan
diharapkan kebijkan positif tersebut
dapat dijalankan kembali.
Tabel 10 Pencanangan oleh Guru untuk Mencari Informasi Lebih Mendalam Mengenai
Materi yang Telah atau akan Dipelajari di dalam Kelas Melalui Koleksi yang terdapat
di Perpustakaan Sekolah
No. Alternatif
Jawaban
f %
6. Sangat
Setuju
6 16.67
%
Setuju 22 61.11
%
Tidak Setuju 7 19.44
%
Sangat Tidak
Setuju
1 2.78 %
Σ 36 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa
sebanyak 6 (16.67 %) responden
menjawab sangat setuju bahwa guru
selalu mencanangkan untuk mencari
informasi lebih mendalam mengenai
materi yang telah atau akan dipelajari di
dalam kelas melalui koleksi yang terdapat
di perpustakaan sekolah, 22 (61.11%)
responden memberikan jawaban setuju
atas pernyataan tersebut, 7 (19.44 %)
menyatakan tidak setuju, dan 1 (2.78 %)
sangat tidak setuju. Para guru SMA
PGRI 56 Ciputat memang cukup aktif
meminta siswanya untuk “mencintai”
perpustakaan sekolah dengan
memobilisasi siswa untuk selalu
memperdalam materi pelajaran melalui
koleksi yang terdapat di perpustakaan
sekolah.
Tabel 11 Salah Satu Upaya yang Dilakukan oleh
Kepala Sekolah dan Guru untuk Menumbuhkan Minat Siswa Mengunjungi
Perpustakaan Sekolah, yaitu dengan Mendampingi Siswa Belajar di Perpustakaan
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
2 5.56 %
Setuju 17 47.22
%
Tidak Setuju 12 33.33
%
Sangat Tidak
Setuju
5 13.89
%
7.
Σ 36 100 %
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat
didefinisikan 2 (5.56 %) responden sangat
setuju terhadap pernyataan bahwa
kepala sekolah atau guru di sekolah
tersebut sering mendampingi para siswa
untuk belajar di perpustakaan sebagai
salah satu satu cara menumbuhkan minat
siswa untuk mengunjungi perpustakaan.
Sedangkan 17 (47.22 %) responden
menjawab setuju, 12 (33.33 %) responden
menyatakan tidak setuju, dan 5 (13.89 %)
responden sangat tidak setuju dengan
pernyataan tersebut.
Tabel 12 Pengadaan Kegiatan Semacam Lomba
Karya Ilmiah oleh Perpustakaan Sekolah
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
9 25 %
Setuju 20 55.56
%
Tidak Setuju 4 11.11
%
Sangat Tidak
Setuju
3 8.33 %
8.
Σ 36 100 %
Dari tabel di atas, ternyata sebanyak 9
(25 %) responden menjawab sangat
setuju bahwa perpustakaan sekolah
sering melaksanakan atau mengadakan
kegiatan semacam lomba karya ilmiah
yang harus diikuti oleh setiap kelas pada
setiap semester secara rutin. 20 ( 55.56 %)
responden memberikan keterangan
setuju, 4 (11.11 %) responden
menyatakan tidak setuju, dan 3 (8.33 %)
menyatakan sangat tidak setuju.
3) Perencanaan Kebutuhan
Tabel 13 Letak atau Posisi Gedung Perpustakaan yang
Kurang Strategis No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
8 22.22
%
9.
Setuju 12 33.33
%
Tidak Setuju 14 38.39
%
Sangat Tidak
Setuju
2 5.56 %
Σ 36 100 %
Dari tabel di atas, dapat digambarkan
bahwa 8 (22.22 %) responden
memberikan jawaban sangat setuju
dengan pernyataan bahwa letak atau
posisi gedung perpustakaan sekolah
memang tidak strategis, 12 (33.33 %)
responden menjawab setuju, 14 (38.39 %)
responden menjawab tidak setuju, dan 2
(5.56 %) responden sangat tidak setuju.
Berdasarkan perolehan data di atas,
dapat disimpulkan bahwa posisi
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat
memang belum strategis dan belum
memudahkan pengunjung untuk
mengunjunginya karena idealnya gedung
perpustakaan seharusnya berada pada
center atau pusat kegiatan.
Tabel 14 Keadaan/Kondisi Gedung Perpustakaan Sekolah yang sudah Memenuhi Standar
Kelayakan
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
5 13.89
%
Setuju 17 47.22
%
Tidak Setuju 10 27.78
%
Sangat Tidak
Setuju
4 11.11
%
10.
Σ 36 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa
respon responden terhadap kelayakan
gedung perpustakaan sekolah sangat
baik, hal ini terbukti dengan 5 (13.89 %)
responden menyatakan sangat setuju
dengan pernyataan tersebut, 17 (47.22 %)
responden menjawab setuju, 10 (27.78 %)
responden memberikan pernyataan tidak
setuju, dan 4 (11.11 %) responden
menyatakan diri sangat tidak setuju.
Sesuai juga dengan keadaan di lapangan,
kondisi fisik gedung perpustakaan SMA
PGRI 56 Ciputat memang sudah
memenuhi standar dan dapat dikatakan
layak.
Tabel 15 Kurang Memadainya Fasilitas Perpustakaan
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
8 22.22
%
Setuju 21 58.33
%
Tidak Setuju 5 13.89
%
Sangat Tidak
Setuju
2 5.56 %
11.
Σ 36 100 %
Berdasarkan tabel di atas, 8 (22.22 %)
responden memberikan jawaban sangat
setuju dengan pernyataan kurangnya
memadainya fasilitas yang ditawarkan
oleh perpustakaan sekolah, 21 (58.33 %)
responden setuju, 5 (13.89 %) responden
tidak setuju, dan 2 (5.56 %) responden
sangat tidak setuju. Ini berarti fasilitas
yang seharusnya terdapat dalam
perpustakaan sekolah memang belum
dapat memfasilitasi pengunjung, karena
jika dilihat dari jawaban responden, 29
dari 36 responden menyatakan bahwa
fasilitas perpustakaan sekolah belum
memadai. Minimnya fasilitas yang
diberikan oleh perpustakaan akan
menyebabkan keengganan pengunjung
untuk mengunjungi perpustakaan.
Tabel 16 Penerangan (Cahaya Lampu) sudah Baik
untuk Kegiatan Membaca
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
7 19.44
%
Setuju 16 44.44
%
Tidak Setuju 11 30.56
%
Sangat Tidak
Setuju
2 5.56 %
12.
Σ 36 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa
respon responden terhadap penerangan
(cahaya lampu untuk membaca) sudah
baik dijawab sangat setuju oleh 7 (19.44)
responden, 16 (44.44 %) responden
menjawab setuju, 11 (30.56 %) responden
menjawab tidak setuju, dan sisanya atau
2 (5.56 %) responden memberikan
jawaban sangat tidak setuju.
Berdasarkan data di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa penerangan yang
terdapat di perpustakaan sekolah sudah
dapat dikatakan baik untuk kegiatan
membaca dan kegiatan lain di
perpustakaan.
Tabel 17 Keadaan Ruang Perpustakaan yang Relatif
Sempit No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
10 27.78
%
Setuju 15 41.67
%
Tidak Setuju 8 22.22
%
Sangat Tidak
Setuju
3 8.33 %
13.
Σ 36 100 %
Pernyataan yang berisi mengenai
perpustakaan yang luasnya relatif sempit
sehingga tidak mampu menampung siswa
dalam jumlah banyak direspon sangat
setuju oleh 10 (27.78 %) responden, 15
(41.67 %) responden menjawab setuju, 8
(22.22 %) responden menjawab tidak
setuju, sedangkan 3 (8.33 %) responden
menjawab sangat tidak setuju.
Ini berarti bahwa ruang baca yang ada
di perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat
ini dirasa belum memberikan
kenyamanan secara maksimal, karena
sebagian besar responden menyatakan
bahwa keadaan ruang perpustakaan
relatif sempit sehingga kurang dapat
menampung siswa dalam jumlah banyak.
Tabel 18 Terjaganya Kebersihan dan Udara Segar di
dalam Perpustakaan
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
5 13.89
%
Setuju 12 33.33
%
Tidak Setuju 16 44.44
%
Sangat Tidak
Setuju
3 8.33 %
14.
Σ 36 100 %
Pernyataan yang berisi mengenai
kebersihan dan udara segar dapat
dirasakan atau didapatkan ketika berada
di dalam perpustakaan sekolah direspon
sangat setuju oleh 5 (13.89 %) responden,
12 (33.33 %) responden menjawab setuju,
16 (44.44 %) responden menjawab tidak
setuju, sedangkan 3 (8.33 %) responden
menjawab sangat tidak setuju.
Ini berarti bahwa kebersihan dan
sirkulasi udara yang terjadi dalam ruang
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat
masih relatif baik, karena antara
jawaban setuju dan tidak setuju atas
pernyataan di atas berbanding sama,
yaitu 50 % : 50 %. Akan tetapi dapat
dipastikan bahwa ruangan yang
senantiasa bersih dan memiliki sirkulasi
udara yang baik dapat membuat orang
yang ada di dalam ruangan tersebut
merasa nyaman dan senang.
Tabel 19 Terciptanya Situasi yang Kondusif di dalam
Perpustakaan No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
5 11.11
%
Setuju 24 66.67
%
Tidak Setuju 6 16.67
%
Sangat Tidak
Setuju
2 5.56 %
15.
Σ 36 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa
situasi yang kondusif dan menyenangkan
untuk membaca dan belajar sangat
didapatkan di perpustakaan sekolah
direspon sangat setuju oleh 4 (11.11 %)
reponden, 24 (66.67 %) responden
merespon setuju, 6 (16.67 %) responden
menjawab tidak setuju, dan 2 (5.56 % )
responden menjawab sangat tidak setuju.
Berdasarkan data di atas, dapat
disimpulkan bahwa suasana belajar atau
kegiatan perpustakaan di SMA PGRI 56
Ciputat sudah kondusif. Suasana
kondusif memang dibutuhkan dalam
kegiatan belajar, karena dengan suasana
yang kondusif, hasil yang diharapkan
dari belajar tersebut itu pun akan
memuaskan.
Tabel 20 Kelengkapan Koleksi Perpustakaan Sekolah
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
4 11.11
%
Setuju 12 33.33
%
Tidak Setuju 17 47.22
%
Sangat Tidak
Setuju
3 8.33 %
16.
Σ 36 100 %
Berdasarkan jawaban reponden di
atas, maka dapat digambarkan bahwa 4
(11.11 %) responden menjawab sangat
setuju bahwa koleksi yang dimiliki oleh
perpustakaan sekolah sangat beraneka
ragam, mulai dari koleksi yang berbentuk
buku, non-buku, ataupun koleksi bahan
pandang dengar. 12 (33.33 %) responden
menjawab setuju, 17 (47.22 %) responden
menjawab tidak setuju, dan 3 (8.33 %)
responden memberikan jawaban sangat
tidak setuju.
Koleksi bagi sebuah perpustakaan
adalah kunci utama bagi kelangsungan
dan keefektifan kegiatan perpustakaan.
Namun, kondisi yang didapat di SMA
PGRI 56 Ciputat cukup memprihatinkan,
berdasarkan data hasil angket terhadap
36 responden, 20 responden menyatakan
bahwa koleksi yang dimiliki oleh
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat
tidak lengkap.
Tabel 21 Kerelevanan Koleksi Buku dengan
Kebutuhan Pembelajaran dan Kurikulum
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
2 5.56 %
Setuju 16 44.44
%
Tidak Setuju 13 36.11
%
Sangat Tidak
Setuju
5 13.89
%
17.
Σ 36 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa
sebanyak 2 (5.56 %) responden
menjawab sangat setuju bahwa koleksi
yang terdapat di perpustakaan sekolah
sudah memadai dan sangat mendukung
pembelajaran serta telah sesuai dengan
kurikulum dan materi pelajaran di kelas.
16 (44.44 %) responden menjawab setuju,
13 (36.11 %) menjawab tidak setuju, 5
(13.89 %) responden menjawab sangat
tidak setuju.
Hal ini menunjukan bahwa memang
antara koleksi dengan perkembangan
ilmu pengetahuan itu harus sesuai, agar
siswa/i pun tidak pernah ketinggalan
ketika ada hal-hal baru dalam
perkembangan ilmu pengetahuan. Di
SMA PGRI 56 Ciputat ini, koleksi yang
ada sudah relatif cukup sesuai dengan
ilmu pengetahuan yang ada, dan memang
dalam hal ini perpustakaan harus selalu
memperhatikan agar perpustakaan tidak
pernah ketinggalan dengan
perkembangan ilmu yang ada. Selain itu,
mengingat salah satu peran perpustakaan
sekolah adalah untuk memfasilitasi
belajar siswa di sekolah, maka sudah
semestinya jika perpustakaan sekolah
memiliki koleksi yang sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran.
Tabel 22 Proses Pengadaan dan Pembelian Koleksi
Perpustakaan Dilakukan Berkala Serta Disesuaikan dengan Kebutuhan Siswa dan
Kurikulum
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
4 11.11
%
Setuju 17 47.22
%
Tidak Setuju 15 41.67
%
Sangat Tidak
Setuju
0 0 %
18.
Σ 36 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa 4
(11.11 %) responden sangat setuju
dengan pernyataan bahwa proses
pengadaan dan pembelian koleksi
perpustakaan oleh SMA PGRI 56 Ciputat
dilakukan secara berkala serta
disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan
kurikulum. 17 (47.22 %) responden
menjawab setuju, 15 (41.67 %) responden
menjawab tidak setuju, dan tidak ada
responden yang memberikan keterangan
sangat tidak setuju.
Tabel 23 Pelibatan Siswa dalam Proses Pengadaan
Koleksi
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
9 25 %
Setuju 18 50 %
Tidak Setuju 6 16.67
%
Sangat Tidak
Setuju
3 8.33 %
19.
Σ 36 100 %
Deskripsi dari tabel di atas adalah 9 (25
%) responden memberikan jawaban
sangat setuju bahwa proses pengadaan
koleksi perpustakaan sekolah tidak
jarang melibatkan siswa, yaitu salah
satunya dengan mewajibkan siswa untuk
berpartisipasi menyumbangkan buku
yang sifatnya positif. 18 (50 %) responden
menjawab setuju dengan pernyataan
tersebut, 6 (16.67 %) responden
menjawab tidak setuju, dan 3 (8.33 %)
responden memberikan jawaban sangat
tidak setuju.
Dalam hal pengadaan buku, sekolah
memang melibatkan siswa di dalamnya.
Adapun salah satu kebijakan yang
diberlakukan di SMA PGRI 56 Ciputat
adalah mewajibkan setiap para calon
alumnus untuk menyumbangkan buku
kepada perpustakaan sekolah.
Tabel 24 Banyaknya Koleksi yang sudah tidak dapat Digunakan namun masih Terpajang pada
Rak Koleksi
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
8 22.22
%
Setuju 22 61.11
%
Tidak Setuju 5 13.89
%
Sangat Tidak
Setuju
1 2.78 %
20.
Σ 36 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa 8
(22.22 %) responden sangat setuju
dengan pernyataan bahwa masih
banyaknya koleksi yang terpajang pada
rak koleksi buku padahal koleksi tersebut
sudah tidak dapat digunakan sehingga
cukup mengganggu user. 22 (61.11 %)
responden menjawab setuju dengan
pernyataan yang sama, 5 (13.89 %)
responden menjawab tidak setuju, dan
hanya 1 (2.78 %) responden yang
memberikan jawaban sangat tidak setuju.
Sesuai dengan keterangan dari
responden, perpustakaan SMA PGRI 56
Ciputat memang masih memajang koleksi
yang dinilai sudah tidak dapat digunakan
lagi, padahal kondisi yang demikian
cukup mengganggu pengunjung dalam
pencarian buku yang dikehendaki.
Sebaiknya, koleksi yang mungkin sudah
tidak dapat dimanfaatkan disortir dan
kemudian dipindahkan ke tempat
penyimpanan atau gudang sebagai arsip.
4) Pengorganisasian Perpustakaan
Tabel 25 Penataan Koleksi Diatur dengan Rapi dan
Dilakukan dengan Pengkatalogan
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
5 13.89
%
Setuju 20 55.55
%
21.
Tidak Setuju 9 25 %
Sangat Tidak
Setuju
2 5.56 %
Σ 36 100 %
Pernyataan bahwa responden cukup
mudah mendapatkan buku yang
diperlukan untuk belajar di dalam kelas
melalui koleksi yang dimiliki
perpustakaan sekolah karena telah ditata
secara rapi dan diberi katalog direspon
positif oleh responden, hal ini terbukti
dari 5 (13.89 %) responden memberikan
jawaban sangat setuju, 20 (55.55 %)
responden menjawab setuju, 9 (25 %)
responden menjawab tidak setuju, dan
hanya 2 (5.56 %) responden memberikan
jawaban sangat tidak setuju.
Penataan dan pengaturan buku yang
dilakukan di SMA PGRI 56 Ciputat
memang sudah menggunakan katalog,
walaupun katalog yang yang terdapat
pada koleksi perpustakaan tersebut
masih sangat sederhana. Penggunaan
katalog adalah solusi yang tepat agar user
tidak mengalami kesulitan dalam
pencarian buku yang dikehendaki.
Tabel 26 Pelayanan Sirkulasi Dilakukan secara
Terstruktur dan Terorganisir dengan Kartu Keanggotaan dan Buku Besar Peminjaman
atau Komputerisasi No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
11 30.56
%
Setuju 16 44.44
%
Tidak Setuju 8 22.22
%
Sangat Tidak
Setuju
1 2.78 %
22.
Σ 36 100 %
Tabel diatas, bila digambarkan dalam
kalimat, maka dapat didefinisikan bahwa
11 (30.56 %) responden sangat setuju
dengan pernyataan yang telah terlampir
di atas, 16 (44.44 %) responden
menjawab setuju, 8 (22.22 %) responden
menjawab tidak setuju, dan 1 (2.78 %)
responden memberikan jawaban sangat
tidak setuju. Hal ini menunjukan bahwa
suatu pelayanan yang baik dan
terorganisir tentunya akan membuat
pengunjung merasa nyaman.
Tabel 27 Adanya Peraturan yang Mengikat dan
Kedisiplinan dalam Pemanfaatan Perpustakaan
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
6 16.67
%
Setuju 13 36.11
%
Tidak Setuju 14 38.39
%
Sangat Tidak
Setuju
3 8.33 %
23.
Σ 36 100 %
Tabel diatas menunjukkan sebanyak 6
(16.67 %) responden memberikan
jawaban sangat setuju dengan
pernyataan bahwa perpustakaan SMA
PGRI 56 Ciputat memiliki peraturan
yang ketat terhadap pengunjungnya dan
menerapkan kedisiplinan dalam
pemanfaatannya. 13 (36.11 %) responden
menjawab setuju, 14 (38.39 %) responden
menjawab tidak setuju, dan 3 (8.33 %)
responden memberikan jawaban sangat
tidak setuju.
Peraturan adalah hal yang mutlak
harus ada dalam setiap kegiatan, karena
peraturan akan menghasilkan
keteraturan. Begitu pula peraturan yang
seharusnya ada dan dijalankan di
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat.
Peraturan di perpustakaan sekolah ini
terkesan belum berjalan secara
maksimal, karena terlihat masih banyak
responden (17 atau 46.72 % responden)
menyatakan bahwa peraturan yang
terdapat di perpustakaan SMA PGRI 56
Ciputat tidak berjalan sebagaimana
mestinya.
Tabel 28 Waktu Buka dan Tutup Perpustakaan
Disesuaikan dengan Lama belajar Siswa di Sekolah
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
9 25 %
Setuju 17 47.22
%
Tidak Setuju 8 22.22
%
Sangat Tidak
Setuju
2 5.56 %
24.
Σ 36 100 %
Berdasarkan tabel di atas, dapat
dijelaskan bahwa 9 (25 %) responden
sangat setuju dengan pernyataan yang
berisi waktu buka dan tutup
perpustakaan sekolah yang disesuaikan
dengan jam belajar siswa agar siswa
dapat dengan mudah memanfaatkan
perpustakaan sekolah. 17 (47.22 %)
responden memberikan jawaban setuju, 8
(22.22 %) responden memberikan
jawaban tidak setuju, dan 2 (5.56 %)
responden menjawab sangat tidak setuju.
Hal ini menunjukan bahwa perpustakaan
SMA PGRI 56 Ciputat ini sudah
mempunyai waktu buka yang cukup lama
yaitu mengikuti jam sekolah dari jam
07.00-14.30. Jadi jika siswa/i yang ingin
ke perpustakaan itu bisa mengunjunginya
kapan saja, dalam hal ini tentunya
pengunjung merasa bebas untuk
mengunjungi perpustakaan kapanpun
mereka mau selama jam sekolah, dan
tentunya dengan seijin guru kelas.
Tabel 29 Pemberian Sanksi Terhadap Keterlambatan
Pengembalian Pinjaman
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
9 25 %
Setuju 16 44.44
%
Tidak Setuju 9 25 %
Sangat Tidak
Setuju
2 5.56 %
25.
Σ 36 100 %
Tabel diatas menunjukkan bahwa 9 (25
%) responden sangat setuju dengan
pernyataan adanya pemberian sanksi
yang tegas terhadap siapa pun yang
terlambat dalam mengembalikan
pinjaman atau buku. 16 (44.44 %)
responden menjawab setuju, 9 (25 %)
responden memberikan jawaban tidak
setuju, 2 (5.56 %) responden menjawab
sangat tidak setuju.
Pemberian sanksi adalah salah satu
bagian dari peraturan. Ini berarti bahwa
staf perpustakaan di SMA PGRI 56
Ciputat selalu memberikan sanksi kepada
pengunjung yang terlambat
mengembalikan buku, dan hal ini
memang harus dilakukan karena semata-
mata untuk melatih mereka agar lebih
bertanggung jawab.
5) Staffing
Tabel 30 Kesulitan Mengunjungi Perpustakaan karena
Petugas Jarang Berada di Tempat
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
6 16.67
%
Setuju 13 36.11
%
Tidak Setuju 15 41.67
%
2 5.56
%
26.
Σ 36 100 %
Dari tabel di atas, dapat digambarkan
bahwa 6 (16.67 %) responden sangat
setuju bahwa mereka terkadang
mengalami kesulitan untuk mengunjungi
perpustakaan dikarenakan petugas
perpustakaan jarang berada di tempat.
13 (36.11 ) responden menjawab setuju,
15 (41.67 %) responden memberikan
keterangan tidak setuju, dan 2 (5.56 %)
responden menjawab sangat tidak setuju.
Tabel 31 Pelayanan yang Baik dan Ramah oleh
Petugas kepada Pengunjung
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
9 25 %
Setuju 21 58.33
%
27.
Tidak Setuju 3 8.33 %
Sangat Tidak
Setuju
3 8.33 %
Σ 36 100 %
Adanya pernyataan bahwa petugas
perpustakaan sekolah selalu memberikan
pelayanan yang baik dan ramah terhadap
pengunjungnya direspon sangat setuju
oleh 9 (25 %) responden, 21 (58.33 %)
responden menjawab setuju, 3 (8.33 %)
responden menjawab tidak setuju, dan 3
(8.33 %) responden memberikan jawaban
sangat tidak setuju.
Respon ini dapat disebabkan
pengunjung perpustakaan memperoleh
layanan yang baik dari pustakawan,
dalam arti pustakawan membantu
pengunjung dalam menemukan informasi
yang dibutuhkan oleh pengunjung
perpustakaan. Dari pernyataan diatas,
menunjukan bahwa pelayanan di
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat
adalah berhasil sehingga pengunjung
merespon pelayanan yang diberikan
pustakawan baik dan pengunjung merasa
puas.
Tabel 32 Kesigapan Petugas dalam Membantu
Pengunjung yang Kesulitan Mencari Buku
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
11 30.56
%
Setuju 17 47.22
%
Tidak Setuju 8 22.22
%
Sangat Tidak
Setuju
0 0 %
28.
Σ 36 100 %
Tabel di atas menunjukkan 11 (30.56
%) responden menyatakan sangat setuju
terhadap pernyataan bahwa petugas
perpustakaan sekolah dengan senang hati
dan cekatan/sigap akan membantu
pengunjung bila mengalami kesulitan
dalam mencari buku yang dibutuhkan. 17
(47.22 %) responden memberi jawaban
setuju, dan sisanya, 8 (22.22 %)
responden tidak setuju, dan ini berarti
tidak ada responden yang menyatakan
diri sangat tidak setuju.
Jika kita lihat dari jawaban yang ada
di SMA PGRI 56 Ciputat ini, petugas
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat
sudah dapat dikatakan profesional.
Karena dari respon responden di atas,
dapat dilihat bahwa petugas dapat
menjalankan tugasnya salah satunya
dengan membantu pengunjung saat
kesulitan mencari referensi yang
dibutuhkan.
b. Efektifitas Pembelajaran
1) Kemampuan Akademis
Tabel 33
Fasilitator bagi Teman-Teman
No. Alternatif
Jawaban
F %
Sangat
Sering
0 0 %
Sering 3 8.33 %
Jarang 24 66.67
%
Tidak
Pernah
9 25 %
29.
Σ 36 100 %
Dari pernyataan yang berbunyi “dalam
pembelajaran di kelas, saya sering
ditunjuk oleh guru untuk menjadi
mentor/instruktur (seseorang yang
memfasilitasi belajar) bagi teman-teman
yang lain” hampir tidak ada responden
yang memberikan jawaban positif. Tidak
ada satu responden pun yang
memberikan jawaban sangat sering,
hanya ada 3 (8.33 %) responden yang
menjawab sering, 24 (66.67 %) responden
menjawab jarang, dan 9 (25 %)
responden lainnya tidak pernah.
Berdasarkan dari data di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa siswa SMA
PGRI 56 Ciputat belum terlatih untuk
menjadi fasilitator bagi teman-temannya.
Mungkin dapat dijadikan salah satu
masukan untuk para guru SMA PGRI 56
Ciputat bahwa melatih siswa untuk
belajar mandiri salah satunya yaitu
dengan meminta salah satu siswa atau
membentuk kelompok yang kemudian
memilih mentor dari salah satu
anggotanya untuk menjadi fasilitator bagi
temannya yang lain adalah cara yang
efektif untuk meningkatkan keberanian
dan daya pikir siswa. Kegiatan demikian
pun merupakan salah satu metode belajar
yang direkomendasikan dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).
Tabel 34 Kemudahan dalam Menerima dan Menyerap
Pelajaran di Sekolah No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
4 11.11
%
Setuju 17 47.22
%
Tidak Setuju 15 41.67
%
Sangat Tidak
Setuju
0 0 %
30.
Σ 36 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa 4
(11.11 %) responden memberikan
jawaban sangat setuju bahwa mereka
tidak mengalami kesulitan dalam
menerima dan menyerap materi
pelajaran di sekolah. 17 (47.22 %)
responden menjawab setuju, 15 (41.67 %)
responden memberikan jawaban tidak
setuju, dan tidak ada responden yang
menyatakan diri sangat tidak setuju.
Salah satu tolok ukur efektifitas
pembelajaran adalah tercapainya atau
memuaskannya potensi akademik dan
intelektual siswa, dan dalam hal ini bila
kita lihat pada keseharian siswa dapat
ditunjukkan melalui daya serap siswa
terhadap pelajaran. Berdasarkan
pemikiran di atas, dan jika kita kaitkan
dengan jawaban responden, maka dapat
disimpulkan bahwa hanya 21 (58.33 %)
responden yang merasakan efektifitas
pembelajaran. Ini berarti secara
keseluruhan dapat dikatakan bahwa
efektifitas pembelajaran di SMA PGRI 56
Ciputat belum dapat diwujudkan, dan
tidak ada salahnya apabila guru dan
siswa dapat bekerjasama dalam
pembelajaran di kelas, karena tujuan
pembelajaran dapat tercapai jika anak
didik dan guru sama-sama berusaha aktif
untuk mencapainya.
Tabel 35 Ketepatan dan Kecepatan dalam
Mengerjakan Tugas/Test yang Diberikan oleh Guru
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
1 2.78 %
Setuju 10 27.78
%
Tidak Setuju 23 63.89
%
Sangat Tidak
Setuju
2 5.56 %
31.
Σ 36 100 %
Dari tabel di atas, ternyata hanya 1
(2.78 %) responden yang dapat
memberikan jawaban sangat setuju, 10
(27.78 %) responden menjawab setuju, 23
(63.89 %) responden tidak setuju dengan
pernyataan bahwa mereka mampu
mengerjakan tugas/test-test dengan tepat
dan cepat yang diberikan oleh guru di
sekolah, dan sisanya 2 (5.56 %)
responden sangat tidak setuju.
Data di atas menunjukkan bahwa siswa
SMA PGRI 56 Ciputat kurang dapat
mengerjakan atau menjawab tugas/test
yang diberikan guru, padahal test atau
ujian adalah salah satu alat untuk
mengetahui efektifitas pembelajaran di
kelas.
Tabel 36 Perasaan Bangga Orang Tua atas Raport Hasil Ujian yang tidak Mengecewakan
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
6 16.67
%
Setuju 22 61.11
%
Tidak Setuju 7 19.44
%
32.
Sangat Tidak
Setuju
1 2.78 %
Σ 36 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa
sebagian besar responden merasa orang
tua mereka bangga terhadap raport yang
diperoleh oleh anak-anaknya, hal ini
terlihat dari jawaban responden yang
menjawab sangat setuju terhadap
pernyatan tersebut adalah sebanyak 6
(16.67 %) responden, 22 (61.11 %)
responden menjawab setuju, 7 (19.44 %)
responden memberikan jawaban tidak
setuju, dan 1 (2.78 %) responden
menyatakan sangat tidak setuju.
Tabel 37 Menjadi Juara Kelas di Setiap Akhir
Semester
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
5 13.89
%
33.
Setuju 5 13.89
%
Tidak Setuju 13 63.89
%
Sangat Tidak
Setuju
3 8.33 %
Σ 36 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa 5
(13.89 %) responden merespon sangat
setuju dengan pernyataan bahwa di setiap
akhir semester selalu menjadi juara kelas.
5 (13.89 %) responden merespon setuju,
13 (63.89 %) responden merespon tidak
setuju, dan 3 sisanya (8.33 %) responden
merespon sangat tidak setuju.
Tabel 38 Menjadi Delegasi/Duta Sekolah dalam
Berbagai Kompetisi
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Sering
2 5.56 %
Sering 2 5.56 %
34.
Jarang 17 47.22
%
Tidak
Pernah
15 41.67
%
Σ 36 100 %
Berdasarkan tabel di atas, bila
diungkapkan dalam bahasa atau kalimat,
maka dari 36 responden, yang sangat
sering menjadi delegasi (duta atau wakil)
untuk mengikuti kompetisi sederajat
hanya 2 (5.56 %) responden. 2 (5.56 %)
responden lainnya menjawab sering, 17
(47.22 %) responden menjawab jarang,
dan 15 (41.67 %) responden menyatakan
tidak pernah.
2) Kecakapan Sosial
Tabel 39 Bersikap dan Bersifat Positif
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
9 25 % 35.
Setuju 22 61.11
%
Tidak Setuju 3 8.33 %
Sangat Tidak
Setuju
2 5.56 %
Σ 36 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa 9
(25 %) responden menjawab sangat
setuju atas pernyataan bahwa mereka
lebih dapat bersikap dan bersifat positif
akibat hasil belajar di sekolah. 22 (61.11
%) responden menjawab setuju, 3 (8.33
%) menjawab tidak setuju, dan 2 (5.56
%) responden sangat tidak setuju.
Salah satu akibat atau hasil belajar
adalah perkembangan emosional ke arah
yang lebih matang, dan dalam hal ini
siswa SMA PGRI 56 Ciputat dapat
membuktikan bahwa salah satu tujuan
pembelajaran tersebut sudah dapat
mereka capai.
Tabel 40 Memberi Contoh yang Baik Kepada Orang
Lain dalam Bersikap
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
8 22.22
%
Setuju 24 66.67
%
Tidak Setuju 3 8.33 %
Sangat Tidak
Setuju
1 2.78 %
36.
Σ 36 100 %
Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 8
(22.22 %) responden memberikan
jawaban sangat setuju atas pernyataan
bahwa mereka sering dijadikan model
contoh yang baik untuk adik ataupun
anak-anak di bawah umur lainnya dalam
bersikap dan bertingkah laku. 24 (66.67
%) responden menjawab setuju atas
pernyataan yang sama, 3 (8.33 %)
responden tidak setuju, dan 1 (2.78 %)
responden menjawab sangat tidak setuju.
Tabel 41
Penanaman Kepribadian dan Tanggungjawab di Sekolah
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
13 36.11
%
Setuju 19 52.78
%
Tidak Setuju 3 8.33 %
Sangat Tidak
Setuju
1 2.78 %
37.
Σ 36 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa 13
(36.11 %) responden memberikan
jawaban sangat setuju dengan
pernyataan bahwa selain di rumah,
penanaman kepribadian yang mantap
dan bertanggungjawab juga didapatkan
di sekolah. 19 (52.78 %) responden
menjawab setuju, 3 (8.33 %) responden
memberikan jawaban tidak setuju, dan
hanya 1 (2.78 %) responden yang
menjawab sangat tidak setuju.
Tabel 42 Dapat Membuat Orang Lain Bangga
Terhadap Diri Responden
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
6 16.67
%
Setuju 20 55.56
%
Tidak Setuju 7 19.44
%
Sangat Tidak
Setuju
3 8.33 %
38.
Σ 36 100 %
Tabel di atas menerangkan bahwa 6
(16.67 %) responden memberikan
jawaban sangat setuju dengan
pernyataan bahwa dengan kepribadian
dan prilaku yang dimilikinya sekarang
sudah dapat membuat orang lain bangga.
20 (55.56 %) responden menjawab setuju,
7 (19.44 %) responden memberikan
jawaban tidak setuju, dan 3 responden
lainnya (8.33 %) menyatakan sangat
tidak setuju.
Tabel 43 Kemampuan Penerapan Teori-Teori Skill
dalam Kehidupan Sehari-hari No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
8 22.22
%
Setuju 23 63.89
%
Tidak Setuju 3 8.33 %
Sangat Tidak
Setuju
2 5.56 %
39.
Σ 36 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa 8
(22.22 %) responden sangat setuju bahwa
mereka mampu menerapkan teori-teori
skill dalam kehidupan sehari-hari. 23
(63.89 %) responden menjawab setuju, 3
(8.33 %) responden tidak setuju, dan 2
(5.56 %) responden menyatakan sangat
tidak setuju.
Tabel 44 Kekhawatiran akan Skill yang Dimiliki
dengan Tantangan IPTEK di Masa Mendatang
No. Alternatif
Jawaban
f %
Sangat
Setuju
7 19.44
%
Setuju 18 50 %
Tidak Setuju 9 25 %
Sangat Tidak
Setuju
2 5.56 %
40.
Jumlah 36 100 %
Tabel di atas dapat digambarkan
dengan kalimat bahwa 7 (19.44 %)
responden sangat setuju bahwa mereka
memiliki kekhawatiran tidak mampu
bersaing pada era IPTEK yang lebih
menantang di masa mendatang
mengingat kemampuan yang dimilikinya
saat ini. 18 (50 %) responden setuju, 9 (25
%) responden tidak setuju, dan hanya 2
(5.56 %) responden yang optimis mampu
menghadapi dan bersaing di era yang
semakin penuh tantangan di masa
mendatang.
2. Penyajian Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian selama satu minggu dengan intensif,
yakni terhitung sejak tanggal 25 Agustus 2008 s/d 29 Agustus 2008,
selama jam pembelajaran atau sekolah berlangsung, yaitu sejak pukul
07.00 – 14.30, maka hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai
berikut:
a. Sejarah Berdiri Perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat
Sekolah di mana pun sudah selayaknya harus memiliki
perpustakaan sekolah, begitu juga lembaga pendidikan SMA PGRI 56
Ciputat. Perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat berdiri tidak seiring
dengan berdirinya SMA PGRI 56 Ciputat, perpustakaan ini berdiri
kira-kira pada tahun 1996. Pada saat itu, tujuan pendirian perpustakaan
tersebut adalah semata-mata hanya sebagai syarat adanya fasilitas
belajar yang bernama “perpustakaan” pada suatu sekolah. Namun,
pada akhirnya pihak sekolah menyadari bahwa fungsi dan peran
perpustakaan bagi suatu sekolah adalah sangat penting.
Setelah menyadari betapa pentingnya eksistensi perpustakaan
dalam suatu lembaga pendidikan, pihak sekolah melakukan berbagai
macam perencanaan demi berlangsungnya perpustakaan sekolah untuk
memfasilitasi belajar siswa. Pada awalnya, posisi/letak perpustakaan
SMA PGRI 56 Ciputat berada di depan atau sudut depan (kiri) sekolah.
Pada saat itu kondisi perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat masih
sangat sederhana. Dari segi keadaan fisik seperti letak, fasilitas dan
koleksi, dapat dikatakan belum optimal dan belum dapat memfasilitasi
belajar siswa dengan efektif.
Seiring dengan berjalannya waktu dan kebutuhan, pihak sekolah
semakin meningkatkan eksistensi dan fasilitas perpustakaan sekolah.
Langkah awal yang diambil oleh pihak sekolah adalah memindahkan
kegiatan atau ruang perpustakaan ke lantai dua sebelah kanan yang
kemudian pindah lagi ke posisi yang sekarang dihuni, yaitu di sudut
kanan gedung belajar SMA PGRI 56 Ciputat. Walaupun dari segi
letak/lokasi/posisi sudah mulai di tata pada tempat yang dirasa cukup
baik dan memungkinkan, namun pada saat itu koleksi dan fasilitas
perpustakaan masih dengan kondisi yang sama, yaitu belum dapat
memfasilitasi belajar siswa SMA PGRI 56 Ciputat.
Masa kepemimpinan atau pemegangan perpustakaan SMA PGRI
56 Ciputat pun mengalami beberapa kali pergantian. Mulai yang
pertama Endra Kertanegara yang ditugasi sebagai petugas
perpustakaan, kemudian Heru Sutanto, S. Pd., Tabroni, Eko Sulistyo,
dan yang terakhir atau saat ini dipercayakan kepada Agus Pramono.
Sejak awal pendirian hingga sekarang, perpustakaan SMA PGRI
56 Ciputat pun mengalami pasang-surut. Pada awalnyanya didirikan
dengan kondisi yang sederhana, kemudian cukup mengalami kemajuan
dan berbagai macam perencanaan, hingga pernah pada suatu waktu
perpustakaan tersebut benar-benar berada pada keadaan yang dapat
diacungi jempol. Saat itu, Heru Sutanto, S. Pd. adalah orang yang
sedang dipercayai untuk mengelola perpustakaan.
b. Fasilitas Perpustakaan
Gedung atau tempat penyelenggaraan suatu kegiatan adalah suatu
keniscayan yang harus ada. Gedung perpustakaan SMA PGRI 56
Ciputat adalah salah satu bangunan permanen yang memiliki luas
bangunan 49 m2. Dari segi gedung, standar kelayakan gedung
perpustakaan sudah dapat “dipegang” oleh SMA PGRI 56 Ciputat.
Namun, dari segi letak atau posisi ruangan, gedung perpustakaan ini
dapat dikatakan tidak terletak pada posisi yang strategis, karena
ruangan tersebut terletak atau berada di sudut atau pojok kiri tempat
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di SMA PGRI 56 Ciputat.
Bila kita lihat dari luas bangunan atau luas ruang perpustakaan
SMA PGRI 56 Ciputat, dengan jumlah keseluruhan siswa SMA PGRI
56 Ciputat yang berjumlah 281 siswa, mengingat salah satu peranan
perpustakaan adalah sebagai salah satu sumber belajar di sekolah,
maka dari segi kapasitas dapat dimungkinkan perpustakaan tersebut
tidak mampu menampung siswa dalam jumlah banyak. Hal ini pun
dikuatkan oleh pendapat Pawit M. Yusuf yang Ia ungkapkan melalui
tabel kriteria kapasitas atau daya tampung ruang perpustakaan dengan
jumlah siswa dalam satu sekolah, berikut tabel tersebut:3
Tabel 45
Kriteria Kapasitas/Daya Tampung Perpustakaan
Jumlah Siswa
Luas Ruangan Perpustakaan
360 – 480 113 m2 – 151 m2
180 – 360 57 m2 – 113 m
2
91 - 180 30 m2 – 57 m
2.
Sumber: Perpustakaan Nasional RI, 1998/1999
Situasi yang tercipta pada perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat
adalah relatif kondusif, mungkin karena dari segi letak yang cukup
jauh dari keramaian (berada di sudut atau pojok gedung sekolah) ini
lah yang menyebabkan adanya keadaan tersebut, dan ini adalah salah
satu nilai lebih dari perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat. Namun satu
hal yang cukup mengganggu adalah pintu masuk perpustakaan SMA
3 Pawit M. Yusuf, Pedoman Penyelenggaran Perpustakaan Sekolah, …, h. 97
PGRI 56 Ciputat tepat berhadapan tatap muka dengan pintu WC laki-
laki milik SMP PGRI 1 Ciputat.
Hal lain yang juga terkait dengan fasilitas adalah kelengkapan
perabot dan peralatan perpustakaan sekolah. Perabot dan peralatan
yang terdapat di perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat antara lain:
1) Perabot
a) Rak buku
b) Rak majalah
c) Rak surat kabar
d) Rak karya siswa
e) Meja dan kursi baca
f) Meja sirkulasi
g) Lemari kabinet
2) Peralatan
a) Pulpen, penggaris, gunting
b) Kertas tipis untuk mengetik, membuat
label buku, dan slip tanggal
c) Buku catatan
d) Buku inventaris bahan-bahan pustaka
e) Buku induk atau buku besar
peminjaman
f) Kartu anggota
g) Tinta stempel
h) Tip-ex
i) Spidol
j) Mesin tik manual
k) Komputer
l) Jam dinding
m) Bantal stempel
n) Stempel tanggal pengembalian
o) Stempel inventaris perpustakaan
sekolah
p) Papan tulis
Secara keseluruhan, dapat digambarkan bahwa fasilitas yang
terdapat pada perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat memang belum
dapat menjawab kebutuhan siswa akan pembelajaran, karena yang
memang terlihat dan dirasakan layak hanya berada pada segi gedung
atau bangunan yang sudah permanen. Sedangkan fasilitas lain yang
ditawarkan tidak berjalan secara efektif, seperti penggunaan peralatan
sehari-hari tidak dapat dijalankan sebagaimana fungsinya. Keadaan
sehari-hari perpustakaan yang juga tidak selalu dalam keadaan bersih,
rapi dan menyejukkan adalah suasana yang tidak asing ditemui di
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat.
Menurut penulis, keadaan demikian yang apabila terus
dipertahankan akan dapat membawa dampak yang kurang baik bagi
keberlangsungan dan peranan perpustakaan dalam suatu lembaga
pendidikan.
c. Koleksi Perpustakaan
Koleksi adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh setiap
perpustakaan di manapun perpustakaan itu berdiri, karena tanpa
adanya koleksi atau bahan bacaan dan sumber informasi lainnya, suatu
perpustakaan tidak akan dapat menjalankan peranannya sebagai
sumber informasi. Berikut gambaran mengenai hal yang terkait
dengan koleksi perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat:ÿÿarÿÿ
ÿÿÿli10801) Pengadaan Koleksi
Dalam hal pengadaan koleksi perpustakaan, SMA PGRI 56
Ciputat melakukannya atau memperolehnya melalui berbagai cara,
yaitu dengan pembelian; swadaya siswa, orang tua dan guru;
ataupun kerjasama dengan penerbit buku.
Pembelian sendiri dilakukan dengan cara melalukan evaluasi
dan pemeriksaan kembali buku atau referensi apa yang dibutuhkan
oleh siswa SMA PGRI 56 Ciputat dalam pembelajaran. Setelah itu
barulah membuat pengajuan tertulis kepada pihak sekolah dalam
bentuk proposal. Jika proposal disetujui dan telah ditanda tangani
oleh kepala sekolah dan ketua yayasan, maka kegiatan pembelian
dapat segera dilakukan.
Swadaya atau sumbangan adalah hal yang lazim terjadi dalam
segala hal, tidak terkecuali pada kegiatan pengadaan koleksi
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat. Biasanya, siswa banyak
terlibat dalam pengadaan atau penambahan koleksi perpustakaan,
yaitu dengan cara mewajibkan para siswa kelas XII yang hampir
menyelesaikan masa studinya di SMA PGRI 56 Ciputat untuk
menyumbangkan minimal satu buku bacaan, baik itu buku
pelajaran ataupun buku non-pelajaran selama buku tersebut
memberikan pengaruh baik. Hal ini juga dibenarkan oleh seluruh
civitas akademika SMA PGRI 56 Ciputat, “biasanya, kami
mewajibkan para calon alumnus untuk menyumbangkan satu buku
bacaan per orang kepada perpustakaan sekolah, yah itung-itung
sebagai kenang-kenangan”.4
Sedangkan swadaya yang berasal dari orang tua dan guru
memang tidak terlalu sering didapat. Swadaya yang berasal dari
orang tua hanya perbah terjadi beberapa kali dan hanya berasal dari
beberapa wali murid saja. “Dahulu, pernah terjadi beberapa orang
wali murid memberikan sumbangan buku bacaan kepada sekolah,
dan kami menyerahkannya kepada yang lebih berhak mengelola
buku tersebut, yaitu perpustakaan sekolah. Namun, itu pun hanya
terjadi satu kali saja, tidak continuitas, dan jujur kami sangat
menyayangkan sekali hal tersebut.5 Swadaya yang berasal dari
guru, biasanya memang terjadi, tetapi tidak dengan skala rutin,
itupun hanya beberapa guru saja yang biasa memberikan kontribusi
atau sumbangan kepada perpustakaan sekolah.
Partisipasi dari pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
daerah terhadap sekolah ini pun sangat kurang dirasakan. Sekian
lama sekolah ini berdiri, pemerintah atau dewan pendidikan hanya
baru satu kali memberikan kiriman buku atau sumber belajar
kepada perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat.
Sistem penambahan atau pengadaan buku yang juga digunakan
oleh SMA PGRI 56 Ciputat adalah menjalin kerjasama dengan
4 Heru Sutanto, S. Pd., Guru SMA PGRI 56 Ciputat, Wawancara Pribad:, Rabu, 27 Agustus
2008 5 Drs. Asep Setiadi, Kepala sekolah SMA PGRI 56 Ciputat, Wawancara Pribadi: Kamis, 28
Agustus 2008
penerbit buku. Dulu, cara ini pernah dilakukan, namun sekali lagi,
lagi-lagi langkah ini tidak dilakukan secara efektif dan continuity.
2. Koleksi yang terdapat di Perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat
Koleksi yang terdapat di perpustakaan
SMA PGRI 56 Ciputat terdiri dari 2
(dua) jenis, yaitu buku dan non buku.
Koleksi buku yang terdapat di
perpustakaan tersebut antara lain buku-
buku fiksi, buku-buku non-fiksi (seperti
buku pelajaran, modul atau referensi
lainnya seperti kamus, karya ilmiah
siswa, dan kliping), serta cerita
bergambar lain seperti komik dan novel.
Sedangkan koleksi non-buku yang
dimiliki adalah majalah dan alat peraga
seperti globe dan peta. Perpustakaan
SMA PGRI 56 Ciputat tidak memiliki
koleksi bahan pandang dengar seperti
film suara, audio visual ataupun tape
recorder.
Jika dilihat dari koleksi-koleksi yang
ada, perpustakaan SMA SMA PGRI 56
Ciputat mungkin harus lebih banyak lagi
menawarkan koleksi yang dapat
dimanfaatkan oleh siswa dan guru,
terlebih buku-buku yang terkait dengan
pembelajaran di kelas.
3. Pengolahan Koleksi
Pengolahan koleksi yang dilakukan SMA PGRI 56 Ciputat
masih tergolong sederhana karena pedoman yang digunakan masih
kurang dan belum mengikuti standar pengaturan atau
pengkatalogan kolesi perpustakaan yang ideal. Pengolahan koleksi
yang dilakukan di perpustakaan tersebut hanya sebatas
inventarisasi dan pembuatan katalog.
Pada kegiatan inventarisasi, pihak perpustakaan melakukan
pemeriksaan dan pengecapan hak milik dengan stempel
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat, baru kemudian didaftarkan
atau di masukkan ke dalam buku induk atau inventaris. Sedangkan
pengkatalogan yang dilakukan masih sangat sederhana dan cukup
jauh dari kesan ideal dan rambu-rambu katalogisasi buku di
Indonesia, karena katalog yang terdapat pada buku-buku atau
koleksi perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat dilakukan oleh orang
yang memang bukan ahlinya, dan dalam hal ini, pengkatalogan
koleksi perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat dilakukan oleh para
mahasiswa yang sedang praktek di sekolah tersebut.
4. Pengaturan Koleksi
Dalam hal pengaturan, koleksi perpustakaan SMA PGRI 56
Ciputat memang sudah diatus sedemikian rupa sehingga
memudahkan pengunjung untuk mencari bahan atau buku yang
dibutuhkan. Pengaturan buku disesuaikan dengan tema dan katalog
yang telah dibuat. Namun, walaupun demikian, terdapatnya buku-
buku yang penulis kira sudah tidak relevan lagi dengan kurikulum
yang sedang berlaku cukup mengganggu penglihatan dan
pencaharian pengunjung terhadap koleksi yang dibutuhkannya.
d. Pelayanan Perpustakaan
Pelayanan yang ditawarkan perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat
adalah pelayanan langsung. Adapun kegiatan pelayanan langsung yang
ditawarkan SMA PGRI 56 Ciputat kepada pengunjungnya adalah
pelayanan sirkulasi.
Dalam pelayanan sirkulasi, pengunjung
yang dalam hal ini siswa dan guru
dipersilahkan untuk memanfaatkan koleksi
yang terdapat di perpustakaan SMA PGRI
56 Ciputat. Syarat utama dalam pelayanan
sirkulasi adalah setiap peminjam wajib
memiliki kartu anggota, baik itu siswa
maupun guru dan tidak diperkenankan
untuk menggunakan kartu anggota lain,
dan pengunjung yang meminjam koleksi
perpustakaan pun harus mendaftarkan diri
pada buku besar peminjaman. Lamanya
peminjaman adalah satu minggu, dan bagi
siswa atau peminjam yang terlambat
mengembalikan pinjaman akan dikenakan
sanksi dengan membayar denda Rp. 100,-
/hari.
Kegiatan lain yang juga biasa terjadi di
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat adalah
layanan baca di tempat. Siapa pun warga
SMA PGRI 56 Ciputat diperkenankan
untuk dapat menggunakan dan
memanfaatkan perpustakaan sekolah
tersebut walaupun untuk sekedar membaca.
Sedangkan kegiatan lain yang juga biasa
terdapat pada perpustakaan pada
umumnya yaitu pelayanan referensi, tidak
dilaksanakan oleh perpustakaan SMA
PGRI 56 Ciputat.
Biasanya, siswa mengunjungi
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat
apabila Ia mengalami kesulitan dalam
pembelajaran di kelas. Namun, cukup
disayangkan karena tidak dapat dipungkiri
bahwa salah satu masalah yang dihadapi
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat ini
adalah kualitas dan kuantitas koleksi, maka
tidak jarang siswa mengeluhkan akan
masalah yang sama, yaitu sulitnya
mendapatkan buku di perpustakaan
sekolah yang sesuai dengan materi yang
sedang dipelajari.
Berikut tata tertib yang terdapat di
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat:
1) Setiap pemakai berhak
menggunakan perpustakaan
sesuai ketentuan yang berlaku
2) Jam buka perpustakaan adalah
mengikuti jam belajar di sekolah,
yaitu:
Hari Senin – Kamis : Pukul
07.00 – 14.30
Hari Jum’at : Pukul 07.00 –
11.00
Hari Sabtu : LIBUR
3) Setiap pemakai wajib menjaga
ketenangan, ketertiban,
keindahan, dan kebersihan
perpustakaan
4) Tidak diperkenankan membawa
makanan atau minuman ke
dalam perpustakaan
5) Setiap pengunjung berpartisipasi
merawat koleksi dengan baik
dengan tidak mencoret, merobek,
melipat lembaran buku dan
wajib ikut menjaga kebersihan
koleksi dan ruangan
perpustakaan
6) Setiap pemakai berhak
meminjam maksimal dua buku
untuk siswa dan lima buku untuk
guru
7) Lamanya peminjaman adalah
satu minggu dan dapat
diperpanjang maksimal 2 kali
8) Keterlambatan peminjaman akan
dikenakan denda Rp. 100,-
/hari/buku
9) Setiap koleksi yang hilang atau
rusak wajib diganti dengan
koleksi yang sama
Tata tertib yang dibuat oleh pihak sekolah memang sudah baik dan
ideal, namun dalam penerapannya, perpustakaan SMA PGRI 56
Ciputat masih belum melaksanakan dengan efektif dan efisien. Hal ini
dapat terlihat pada segi jam operasi. Perpustakaan sekolah tersebut
relatif sering tidak membuka perpustakaan pada jam buka yang telah
disepakati, yaitu pukul 07.00. Tidak jarang siswa sedikit mengalami
kesulitan bila ingin mengunjungi perpustakaan sekolah walau hanya
untuk sekedar membaca buku ketika guru yang mengajar di kelasnya
tidak masuk.
e. Tenaga Pengelola Perpustakaan
Agar penyelenggaraan perpustakaan sekolah berjalan dengan baik,
maka perlu ada satu orang atau lebih yang ditunjuk untuk mengelola
perpustakaan. Orang-orang yang ditunjuk atau diberi tanggung jawab
tersebut harus memiliki kemampuan dasar dalam mengelola
perpustakaan seperti merencanakan pengadaan bahan pustaka,
mengklasifikasi dan mengkatalog buku-buku, melayani peminjaman
dan pengembalian buku dan sebagainya.
Tenaga pengelola perpustakaan SMA
PGRI 56 Ciputat hanya dipercayakan pada
satu orang. Dari tahun ke tahun, dan pada
setiap pergantian masa jabatan pun, hanya
satu orang yang dipercayakan untuk
“memegang” perpustakaan SMA PGRI 56
Ciputat. Sejak berdirinya perpustakaan
SMA PGRI 56 Ciputat, sudah ada lima (5)
orang yang secara bergantian dipercayakan
untuk mengelolanya. Adapun orang-orang
yang pernah menjabat sebagai petugas
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat
adalah:
1) Endra Kertanegara
2) Heru Sutanto, S. Pd.
3) Tabroni
4) Eko Sulistyo
5) Agus Pramono (Sekarang)
Dari kelima orang yang pernah atau
sedang bertugas sebagai tenaga pengelola
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat, tidak
ada satupun di antara mereka yang berlatar
belakang pendidikan kepustakaan. Mereka
hanya berbekal pengetahuan dari buku
pedoman kepustakaan. Bila dilihat
profesionalisme kerjanya, tenaga pengelola
perpustakaan sekolah tersebut pun belum
dapat dikatakan profesional, karena Ia
lebih sering berada di luar perpustakaan
sehingga menyulitkan pengunjung untuk
mengunjungi perpustakaan, selain itu
keterbatasan pengetahuan pustakawan
mengenai ilmu kepustakaan merupakan
salah satu dari sekian masalah yang
dihadapi perpustakaan SMA PGRI 56
Ciputat.
Jika dilihat dari pengalaman-pengalaman
yang ada, perpustakaan SMA PGRI 56
Ciputat belum memiliki kualitas
pengelolaan yang efektif dan efisien, dan
alangkah baiknya bila pihak sekolah lebih
memperhatikan lagi terutama pada unsur
tenaga pengelola perpustakaan.
f. Anggaran Perpustakaan
Anggaran atau dana adalah hal yang
paling mendasar dari setiap kegiatan.
Begitu pula anggaran yang di alokasikan
untuk penyelenggaraan perpustakaan SMA
PGRI 56 Ciputat. Anggaran yang
disediakan untuk kegiatan perpustakaan
sekolah ini berasal dari Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
(RAPBS). Berdasarkan informasi yang
penulis dapat dari pihak yang berwenang
yaitu kepala sekolah SMA PGRI 56 Ciputat,
anggaran yang di alokasikan untuk
perpustakaan sekolah adalah Rp.
2.000.000,-/tahun. Anggaran tersebut sudah
mencakup seluruh kegiatan perpustakaan,
termasuk pengadaan dan perawatan
fasilitas perpustakaan, dan perawatan-
perawatan tersebut dilakukan secara
bergantian pada setiap tahunnya.
g. Peran Guru dalam Pembelajaran dan Pemanfaatan Fasilitas
Belajar serta Kontribusinya terhadap Perpustakaan Sekolah
Seperti yang telah disinggung pada bab dan materi-materi
sebelumnya bahwa guru adalah orang yang secara langsung
berhubungan dengan siswa dan pembelajaran serta kurikulum, maka
sudah seharusnya seorang guru dapat memobilisasi siswa untuk
memanfaatkan fasilitas belajar di sekolah. Mengingat keterbatasan
yang dimiliki oleh para siswa berkenaan dengan buku pelajaran, para
guru SMA PGRI 56 Ciputat sering meminta siswa untuk mencari
referensi melalui koleksi perpustakaan sekolah.
Para guru tidak jarang meminta siswa untuk mengunjungi
perpustakaan untuk belajar ataupun mencari informasi lebih lanjut.
Tetapi sekali lagi, keterbatasan kuantitas dan kualitas koleksi
perpustakaan adalah kendala yang dihadapi siswa dalam pemanfaatan
perpustakaan sekolah. Namun, dalam hal ini guru SMA PGRI 56
Ciputat tidak dapat mengambil tindakan lebih lanjut.
Salah satu diantara sekian banyak orang yang juga harus ikut
bertanggungjawab atas ketersediaan koleksi perpustakaan sekolah
adalah guru, karena koleksi perpustakaan sekolah adalah salah satu
sumber belajar siswa di sekolah. Idealnya, seorang guru harus dapat
memberikan masukan atau rekomendasi kepada pihak sekolah dan
perpustakaan dalam hal koleksi atau buku apa yang dibutuhkan siswa
dalam pembelajaran di kelas, karena koleksi perpustakaan sangat
berpengaruh terhadap kualitas belajar siswa di sekolah, terlebih siswa
SMA PGRI 56 Ciputat yang kondisinya sangat minim akan buku
pelajaran pribadi.
Namun, di sekolah tersebut kerjasama antara guru sebagai orang
secara langsung berhubungan dengan kurikulum dengan perpustakaan
sekolah tidak berjalan dengan baik, hal ini sangat terlihat dari
minimnya koleksi yang dapat dimanfaatkan siswa sebagai referensi
dalam belajar. Seperti yang diungkapkan oleh kepala sekolah SMA
PGRI 56 Ciputat, “harus kami akui bahwa komitmen guru terhadap
sekolah ini masih cukup jauh dari yang diharapkan, hal ini terlihat
pada keseharian guru. Mereka hanya melaksanakan tugas sebatas
memenuhi jam mengajar, jadi bila mereka tidak ada jam mengajar,
mereka sering tidak terlihat di sekolah. Kontribusi mereka terhadap
perpustakaan sekolah pun tidak terlalu nampak, hanya beberapa guru
saja yang terlihat peduli terhadap koleksi perpustakaan yang nantinya
digunakan oleh siswa”.6
h. Tanggungjawab Kepala Sekolah sebagai Manager Sekolah dalam
Kegiatan Pembelajaran dan Penyelenggaraan Perpustakaan
Sekolah
Salah satu tugas utama kepala sekolah sebagai manager adalah
bersama-sama komponen penyelenggara pendidikan yang lain (dalam
hal ini guru dan warga sekolah) untuk melaksanakan manajemen
sesuai dengan langkah-langkah minimal manajemen, yaitu planning,
organizing, actuating, dan controlling. Dalam kegiatan manajemen ini,
kepala sekolah selaku orang yang paling berwenang dalam lembaga
tersebut harus dapat memobilisasi guru dan karyawan untuk
meningkatkan mutu sekolah.
Sebagai head master, kepala sekolah memang menjadi pemimpin
dalam segala kegiatan, namun, dalam pelaksanaan di lapangan, kepala
sekolah menyerahkan urusan kegiatan penyelenggaraan perpustakaan
sekolah kepada pihak yang telah diberi mandat, yaitu tenaga pengelola
perpustakaan. kepala sekolah hanya menerima laporan dan melakukan
supervisi atau Sidak (inspeksi mendadak) pada kegiatan tersebut, baik
terhadap orangnya (pustakawan) maupun terhadap proses kegiatannya.
6 Drs. Asep Setiadi, Kepala sekolah SMA PGRI 56 Ciputat, Wawancara Pribadi: Kamis, 28
Agustus 2008
Hal yang diterapkan oleh kepala sekolah SMA PGRI 56 Ciputat
selama ini adalah berusaha mengajak para warga sekolah untuk dapat
mandiri dalam segala hal dan tidak terlalu terpaku pada kepala sekolah
sebagai pemimpin sekolah. Beliau menekankan adanya inovasi dan
kreativitas dari warga sekolah kepada sekolah tersebut.
Dahulu, masih dalam masa jabatan Asep Setiadi, SMA PGRI 56
Ciputat juga pernah melaksanakan studi komparasi dengan beberapa
lembaga pendidikan sejenjang dalam hal pembinaan minat baca dan
kegiatan perpustakaan. Namun, sekali lagi, hal itu pun hanya terjadi
dalam sekali waktu. Dalam lingkup internal, jam baca perpustakaan
atau studi perpustakaan juga pernah menjadi salah satu kebijakan di
sekolah tersebut, namun nasibnya tidak berbeda jauh, yaitu tidak dapat
berjalan secara continuity.
i. Hambatan yang Dihadapai SMA PGRI 56 Ciputat dalam
Mengefektifkan Sarana Belajar (Perpustakaan)
Tidak ada satu kegiatan pun yang sempurna nyaris tanpa menemui
kendala atau hambatan. Begitu juga pada penyelenggaraan
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat. Sekolah ini menemui berbagai
kendala dalam berbagai sektor. Hambatan utama yang dihadapi SMA
PGRI 56 Ciputat dalam kegiatan penyelenggaraan perpustakaan
sekolah adalah masalah pengadaan, dan dalam hal ini sangat terkait
dengan pendanaan atau anggaran.
Faktor ekonomi siswa yang rata-rata berada pada keadaan
menengah ke bawah turut menjadi penghambat dalam kegiatan ini,
karena salah satu sumber dana untuk penyelenggaraan perpustakaan
SMA PGRI 56 Ciputat adalah berasal dari RAPBS, sedangkan salah
satu sumber pendapatan RAPBS adalah swadaya siswa, yaitu hasil
penerimaan SPP siswa pada setiap bulannya. Akibat dari keadaan
tersebut, sekolah hanya dapat menganggarkan Rp. 2.000.000,-/tahun
untuk seluruh kegiatan perpustakaan.
Selain itu, kurangnya kerjasama antara siswa, guru, tenaga
pengelola perpustakaan dan kepala sekolah merupakan faktor
penunjang sulitnya mewujudkan perpustakaan yang dapat memegang
perannya denga utuh. Lainnya adalah mengenai perhatian pemerintah.
Sekian lama sekolah tersebut berdiri, dan sekian lama juga perpustkaan
sekolah tersebut beroperasi, pemerintah hanya baru satu kali
memberikan subsidi buku kepada sekolah tersebut.
Akibat dari masalah-masalah atau hambatan-hambatann yang
dihadapi tersebut, dapat dimaklumi bila koleksi (terutama) yang
dimiliki perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat masih kurang mampu
menjawab kegelisahan siswa akan pengetahuan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan dan penelitian yang penulis lakukan, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai jawaban rumusan permasalahan yang diajukan
pada bab I. Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah:
1. Perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat sebagai jantung dari lembaga
tersebut belum dapat menjalankan perannya dengan efektif dan efisien, hal
ini terlihat dari minimnya fasilitas yang ditawarkan dan tersedia di
perpustakaan tersebut, mulai dari yang utama yaitu koleksi hingga sistem
pelayanan dan profesionalisme petugas. Keadaan ini mengakibatkan
keengganan para pengunjung khususnya siswa SMA PGRI 56 Ciputat
untuk memanfaatkan salah satu fasilitas belajar tersebut.
2. Manajemen perpustakaan yang dikelola oleh SMA PGRI 56 Ciputat
memang telah memenuhi pokok-pokok minimal manajerial, seperti
planning, organizing, actuating, dan controlling, akan tetapi dalam
penerapan di lapangan tidak berjalan secara efektif dan efisien.
3. Dalam aspek sumber daya manusia pustakawan, sejak pertama
perpustakaan sekolah tersebut berdiri hingga saat ini, tenaga pengelola
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat bukan berasal dari background
pendidikan kepustakaan. Profesionalisme tenaga pengelola perpustakaan
SMA PGRI 56 Ciputat, baik dalam hal pelayanan maupun komitmen
terhadap pekerjaan masih perlu arahan, bimbingan dan pengawasan lebih
lanjut.
4. Pelayanan yang ditawarkan oleh perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat
adalah layanan baca di tempat dan layanan sirkulasi, yaitu bentuk layanan
peminjaman dan pengembalian. Pada kegiatan sirkulasi, perpustakaan
SMA PGRI 56 Ciputat masih memakai pelayanan manual, yaitu
pencatatan dengan buku besar. Namun, kegiatan pencatatan pada
pelayanan sirkulasi tidak berjalan dengan efektif, karena masih sering
terjadi tenaga pengelola perpustakaan sekolah tidak mencatat proses
sirkulasi. Kegiatan pelayanan terhadap pengunjung dilakukan selama
waktu belajar di sekolah, yaitu Senin s/d Kamis, jam 07.00 s/d 14.30,
sedangkan hari jum’at sejak pukul 07.00 s/d 11.00, dan Sabtu-Minggu
libur, karena tidak ada kegiatan pembelajaran.
5. Bila dilihat dari segi kelengkapan koleksi perpustakaan, koleksi yang
dimiliki oleh perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat memang tidak sedikit,
namun, setelah dilakukan pengamatan ternyata koleksi yang tersedia di
sana belum bisa memfasilitasi belajar siswa. Hal ini pun dibenarkan oleh
para siswa dan guru SMA PGRI 56 Ciputat.
6. Minat siswa terhadap kegiatan membaca terutama di perpustakaan sekolah
pada dasarnya cukup tinggi, akan tetapi mengingat fasilitas yang tersedia
di perpustakaan tidak dapat menjawab kebutuhan mereka, maka tidak
sedikit dari mereka yang enggan mengunjungi perpustakaan sekolah.
7. Lebih lanjut, keterkaitan antara perpustakaan sekolah sebagai salah satu
sumber belajar siswa di sekolah dengan efektifitas pembelajaran siswa
masih belum terlihat dari siswa SMA PGRI 56 Ciputat. Hal ini dapat
disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya tidak terjalinnya kerjasama,
koordinasi dan komunikasi serta hubungan yang baik antara siswa dengan
guru mata pelajaran yang bersangkutan ataupun antara guru, tenaga
pengelola perpustakaan dan kepala sekolah.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis ajukan kepada pihak sekolah atau
khususnya perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat berkenaan dengan materi ini
adalah:
1. Sebagai bagian yang integral dari sebuah lembaga pendidikan, keberadaan
perpustakaan sekolah seharusnya mampu memegang perannya seefektif
mungkin, yaitu memfasilitasi belajar siswa di sekolah untuk mewujudkan
tujuan pendidikan. Salah satu hal utama yang dapat dilakukan antara lain
melengkapi fasilitas yang ditawarkan seperti melengkapi perabot dan
peralatan, menawarkan kebersihan dan kekondusifan di dalam ruangan,
dan penataan layout yang menyenangkan.
2. Kepala sekolah agar dapat lebih aktif lagi melibatkan tenaga pengelola
perpustakaan dan guru dalam kegiatan penyelenggaran perpustakaan
sekolah, terutama dalam hal pengadaan koleksi. Karena walau
bagaimanapun, guru lah orang yang paling mengerti dan mengetahui
kebutuhan siswa akan pembelajaran.
3. Kepala sekolah harus lebih berkomitmen lagi dalam setiap kebijakan yang
telah diambil, karena mengingat setiap kebijakan yang diambil selalu
bersifat positif, namun hanya saja tidak dapat berjalan dengan efektif dan
berkesinambungan.
4. Layaknya suatu organisasi, perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat pun harus
memiliki struktur organisasi yang disepakati dan efektif untuk mengetahui
garis koordinasi dan job description serta dapat bertanggungjawab atas
pekerjaannya agar pekerjaannya lebih terarah. Jika dibahasakan secara
singkat, agar dapat mengetahui dan memahami “siapa melapor ke siapa”.
5. Disarankan agar sekolah dapat mengoptimalkan profesionalisme tenaga
perpustakaan sekolah dengan cara menempatkan orang sesuai dengan
kebutuhan, atau minimal sekolah dapat mengirimkan tenaga pengelola
perpustakaan ke pelatihan atau Diklat-Diklat mengenai kepustakaan agar
dapat lebih meningkatkan kompetensi pustakawan.
6. Dalam hal pelayanan, perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat harus dapata
meningkatkan pelayanan yang baik dan memuaskan agar siswa tidak
merasa enggan untuk mengunjungi perpustakaan sekolah.
7. Tata tertib adalah suatu acuan yang berfungsi untuk mengatur orang lain
agar lebih teratur. Perpustakaan adalah suatu tempat yang sangat
membutuhkan tata tertib, oleh sebab itu ada baiknya bila pihak
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat lebih dapat mengaktifkan dan
mengefektifkan tata tertib dalam memanfaatkan perpustakaan sekolah.
8. Pengadaan dan rehabilitasi koleksi perpustakaan akan sangat membantu
siswa dalam mengefektifkan pembelajaran di sekolah mengingat adanya
keterbatasan siswa dalam hal kepemilikan buku pelajaran.
9. Disarankan perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat menggunakan pengaturan
katalog yang sesuai dengan koridor pengkatalogan di Indonesia dan
komputerisasi agar lebih dapat memudahkan siswa dalam penulusuran
buku yang dikehendaki. Akan tetapi, minimal, pihak sekolah harus dapat
menjalankan sistem pelayanan secara manual melalui kartu peminjaman
dan buku besar peminjaman agar kelengkapan (kuantitas) buku tetap
terjaga.
10. Kegiatan sortir koleksi perpustakaan terhadap koleksi-koleksi yang dirasa
sudah tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ilmu pengetahuan
yang berlaku adalah hal yang dapat dilakukan dalam waktu dekat, dan
koleksi tersebut dapat disimpan di tempat penyimpanan untuk dijadikan
arsip atau dokumen.
11. Perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat harus dapat lebih aktif lagi menjalin
kerjasama dengan lembaga pendidikan sejenjang dan lembaga-lembaga
atau penerbit-penerbit untuk meningkatkan kualitas perpustakaan sekolah.
12. Kepala sekolah, guru, dan tenaga pengelola perpustakaan harus dapat
bekerjasama memobilisasi siswa untuk selalu memanfaatkan perpustakaan
sekolah dan meningkatkan minat baca siswa untuk meningkatkan
efektifitas pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta. Cet. Kedua belas
Artmanda, Frista. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jombang: Lintas Media
Badudu, J. S. 2003. Kamus Kata-Kata Serapan Asing. Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara
Bafadal, Ibrahim. 2006. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: PT Bumi
Aksara. Cet. Kelima
Darmono. 2001. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta:
Grasindo
-------------------. 2007. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan
Tata Kerja. Jakarta: Grasindo. Cet. 1
Djumarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Endarmoko, Eko. 2006. Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar:
Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman
Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama
Hakim, Sudarnoto Abdul. 2007. Perpustakaan dan Pendidikan: Pemetaan Peran
Serta Perpustakaan dalam Proses Belajar. Jakarta: Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Jakarta
-------------------. 2006. Perpustakaan Sebagai Center For Learning Society:
Gagasan untuk Pengembangan Perpustakaan Madrasah. Jakarta: Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Syahid Jakarta
Hamalik, Oemar. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara,
1995. Cet.1
-------------------. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Cet.
Keempat
Handoko, T. Hani. 1984. Manajemen. Yogyakarta: BPFE. Cet. Ke- 18
Hilal, R. Sayidin. 2005. Sosiologi: dengan Pendekatan Tematik dan Induktif untuk
Paket C, Buku Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta:PT Bintang Ilmu
Isjoni. 2007. Saatnya Pendidikan Kita Bangkit. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kountur, Rony. 2003. Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis.
Jakarta: PPM
Kountur, Rony. 2005. Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis.
Jakarta: PPM
M, Sardiman A. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik,
Implementasi, dan Inovasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,. Cet.
Kesembilan
NS, Sutarno. 2005. Tanggungjawab Perpustakaan: dalam Mengembangkan
Masyarakat Informasi. Jakarta: Panta Rei. Cet Ke-1
-------------------. 2003. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia
-------------------. 2006. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Sagung Seto. Cet. Kedua
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan
Purnomo, Pungki. “Perpustakaan Sebagai Pusat Sumber Belajar; Meletakkan
Peran dan Fungsinya Secara Proporsional”. dalam Diktat Dosen. Jakarta
2006.
Purwanto, Iwan. 2007. Manajemen Strategi. Bandung: Yrama Widya. Cet. Ke-1
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2008. Jakarta: Kencana
Setiadi, Asep. Kepala Sekolah SMA PGRI 56 Ciputat. Wawancara Pribadi.
Kamis, 28 Agustus 2008
Slameto. 1991. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka
Cipta. Cet Kedua
Soeatminah. 1999. Perpustakaan, Kepustakaan dan Pustakawan. Jakarta: Balai
Pustaka
Soelistia. 1995. Materi Pokok Manajemen Perpustakaan Sekolah. Jakarta:
Universitas Terbuka Depdikbud
Sudarsono, B. “Membangun dan Mendayagunakan Perpustakaan”, dalam Buletin
Pusat Perbukuan. No. 04 Tahun 1998. November 1998
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. Keempat
Sutanto, Heru. Guru SMA PGRI 56 Ciputat. Wawancara Pribadi. Rabu, 27
Agustus 2008
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Tim Penyusun Kamus Bahasa Melayu Nusantara. 2003. Kamus Bahasa Melayu
Nusantara. Bandar Seri Begawan: Dewan Bahan dan Pustaka Brunei.
Trimo, Soejono. 1997. Pedoman Pelaksanaan Perpustakaan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. Cet. Kelima
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3. 2003. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan. 2007. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI
Usman, Moh. Uzer. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Yusuf, Pawit M. 2005. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah.
Jakarta: Kencana. Edisi Pertama. Cet. Ke-1
ANGKET UNTUK SISWA
“REVITALISASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN DALAM
MENGEFEKTIFKAN PEMBELAJARAN
DI SMA PGRI 56 CIPUTAT”
Dalam rangka penyelesaian skripsi pada studi Strata Satu (S1), penulis sangat
mengharapkan bantuan dari adik-adik SMA PGRI 56 Ciputat untuk memberikan
jawaban atas pernyataan-pernyataan yang ada dalam angket ini sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya di lapangan. Atas kerjasama dan bantuan adik-adik serta
segenap warga SMA PGRI 56 Ciputat, kami ucapkan terima kasih. Semoga Allah
SWT memberikan balasan yang setimpal. Amin..!
PETUNJUK PENGISIAN
1. Berikan keterangan (biodata) pada tempat yang telah disediakan!
2. Silanglah (X) salah satu jawaban yang sesuai dengan pendapat adik-adik!
3. Berikan pendapat sejujur mungkin sesuai dengan keadaan yang sebenarnya terjadi di lapangan!
4. Pendapat adik-adik akan dijamin kerahasiaannya.
5. Pendapat adik-adik tidak akan mempengaruhi nilai sekolah.
6. Pendapat adik-adik merupakan masukan bagi sekolah serta pengelola perpustakaan dalam meningkatkan peranan perpustakaan di sekolah yang bersangkutan.
Nama Responden : …………………………
Jenis Kelamin : (L / P) Coret yang tidak perlu.
Kelas/Jurusan : …………………………
Tempat dan Tanggal lahir : …………………………
SOAL-SOAL:
A. Bentuk pernyataan mengenai “Revitalisasi Manajemen Perpustakaan”.
1. Saya sering mengunjungi perpustakaan sekolah.
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
2. Dalam satu hari, minimal saya membaca buku selama 30 menit di
perpustakaan sekolah.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
3. Saya sangat hobi membaca, baik buku yang berhubungan dengan pelajaran
yang diajarkan di sekolah maupun buku-buku karya ilmiah lainnya yang
dapat menambah wacana pengetahuan saya, termasuk juga novel atau
cerita bergambar yang saya peroleh dari perpustakaan sekolah.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
4. Saya selalu mencari tahu melalui membaca di perpustakaan sekolah
apabila ada hal-hal yang tidak saya mengerti dalam pelajaran di sekolah.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
5. Di sekolah saya diharuskan atau diberlakukan jam baca (studi
perpustakaan) secara bergilir perkelas dalam setiap harinya.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
6. Para guru di sekolah saya pun selalu mencanangkan untuk mencari
informasi lebih mendalam mengenai materi pelajaran yang telah atau akan
di pelajari di dalam kelas melalui koleksi yang terdapat di perpustakaan
sekolah.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
7. Tidak jarang kepala sekolah ataupun guru di sekolah saya mendampingi
para siswa untuk belajar di perpustakaan sebagai salah satu cara untuk
menumbuhkan minat siswa mengunjungi perpustakaan.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
8. Perpustakaan sekolah (tenaga pengelola perpustakaan bekerjasama dengan
kepala sekolah dan para guru) sering mengadakan kegiatan semacam
lomba karya ilmiah pada setiap semester yang harus diikuti oleh setiap
kelas.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
9. Gedung/bangunan perpustakaan sekolah saya tidak terletak pada posisi
yang strategis (center) sehingga kurang memudahkan para siswa untuk
mengunjunginya.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
10. Keadaan gedung perpustakaan sekolah saya cukup memenuhi standar
kelayakan untuk digunakan sebagai tempat melakukan kegiatan membaca.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
11. Saya kurang dapat merasakan fasilitas yang memadai dalam
memanfaatkan perpustakaan sekolah terkait dengan kelengkapan perabot
dan peralatan yang seharusnya ada di dalam suatu perpustakaan.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
12. Penerangan (cahaya lampu) yang ada di perpustakaan sekolah saya sudah
cukup baik untuk kegiatan membaca.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
13. Perpustakaan sekolah saya memiliki ruangan yang relatif sempit sehingga
tidak mampu menampung siswa dalam jumlah banyak dalam satu ruangan
untuk belajar atau sekedar membaca.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
14. Kebersihan dan udara segar sangat saya rasakan ketika saya berada di
dalam perpustakaan sekolah.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
15. Situasi yang kondusif dan menyenangkan untuk membaca dan belajar juga
saya dapatkan bila berada di perpustakaan sekolah.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
16. Koleksi yang dimiliki perpustakaan sekolah saya beraneka ragam, mulai
dari yang berbentuk buku (buku fiksi dan non-fiksi), non-buku (seperti
majalah, koran, Pamflet, karya ilmiah siswa, dll) ataupun koleksi bahan
pandang dengar (seperti film suara, kaset, rekaman-rekaman, dll).
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
17. Perpustakaan sekolah saya memiliki koleksi buku bacaan yang memadai
dan sangat mendukung pembelajaran saya di dalam kelas karena sesuai
dengan kurikulum dan materi pelajaran yang diajarkan.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
18. Proses pengadaan dan pembelian koleksi perpustakaan sekolah kami
dilakukan secara berkala dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan
kurikulum yang berlaku.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
19. Proses pengadaan koleksi perpustakaan sekolah saya tidak jarang
melibatkan siswa, yaitu salah satunya dengan cara mewajibkan setiap
siswa untuk berpartisipasi menyumbangkan buku yang sifatnya positif dan
up to date.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
20. Walaupun koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan sekolah saya sudah
dapat menjawab kebutuhan kami dalam belajar, tetapi masih cukup banyak
koleksi yang sudah tidak dapat digunakan namun masih terpajang dalam
rak koleksi sehingga cukup mengganggu kami.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
21. Saya cukup mudah mendapatkan buku yang saya perlukan untuk belajar di
dalam kelas pada perpustakaan sekolah karena telah ditata secara rapi dan
diberi katalog sesuai dengan tema buku.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
22. Pelayanan sirkulasi (peminjaman dan pengembalian buku atau koleksi
lainnya) dilakukan secara terstruktur dan terorganisir dengan kartu anggota
dan buku besar peminjaman atau komputerisasi.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
23. Perpustakaan sekolah saya memiliki peraturan yang ketat terhadap para
pengunjungnya dan menerapkan kedisiplinan dalam pemanfaatannya.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
24. Perpustakaan sekolah saya buka dan tutup mengikuti lama belajar siswa di
sekolah, sehingga para siswa dapat dengan mudah mengunjungi
perpustakaan kapan pun selama masih dalam jam sekolah.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
25. Apabila ada siswa yang terlambat mengembalikan buku pinjaman, petugas
perpustakaan sekolah saya akan memberikan sanksi sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
26. Terkadang saya kesulitan untuk mengunjungi perpustakaan sekolah karena
petugas perpustakaan sekolah saya jarang berada di perpustakaan.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
27. Petugas perpustakaan sekolah selalu memberikan pelayanan yang baik dan
ramah terhadap para siswa sebagai pengunjungnya.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
28. Bila saya mengalami kesulitan mencari buku yang saya butuhkan, petugas
perpustakaan sekolah akan dengan senang hati dan sigap/cekatan
membantu saya.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
B. Bentuk pernyataan mengenai “Efektifitas Pembelajaran”.
29. Dalam pembelajaran di kelas, saya sering ditunjuk oleh guru untuk
menjadi mentor/instruktur (seseorang yang memfasilitasi belajar) bagi
teman-teman yang lain.
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
30. Tidak sulit bagi saya untuk menerima dan menyerap materi pelajaran di
sekolah.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
31. Saya merasa tugas-tugas ataupun test-test yang diberikan oleh guru di
dalam kelas dapat saya kerjakan dengan tepat dan cepat.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
32. Orang tua saya selalu bangga setiap kali menerima raport hasil ujian saya
karena tidak ada hasil yang mengecewakan.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
33. Setiap akhir semester, saya selalu dapat menjadi juara kelas.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
34. Pihak sekolah sering menjadikan saya delegasi (duta/wakil) untuk
mengikuti berbagai kompetisi sederajat.
a. Sangat sering c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
35. Saya merasa lebih dapat bersikap dan bersifat positif akibat hasil belajar di
sekolah.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
36. Di rumah pun, saya sering dijadikan model contoh yang baik untuk adik
ataupun anak-anak di bawah umur lainnya dalam bersikap dan bertingkah
laku.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
37. Selain di rumah, penanaman kepribadian yang mantap dan
bertanggungjawab juga saya dapatkan di sekolah akibat hasil
pembelajaran.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
38. Dengan kepribadian dan perilaku saya sekarang, saya merasa dapat
membuat orang lain bangga terhadap saya, baik itu orang tua, guru
maupun teman.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
39. Saya mampu menerapkan teori-teori keterampilan yang saya dapat di
sekolah dalam kehidupan sehari-hari contohnya dengan mengandalkan
skill (kemampuan/keterampilan/kecakapan) untuk menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
40. Saya mengkhawatirkan skill yang saya miliki sekarang kurang dapat
menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
menantang di masa mendatang.
a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju
Terima kasih atas kerjasama dan bantuan adikTerima kasih atas kerjasama dan bantuan adikTerima kasih atas kerjasama dan bantuan adikTerima kasih atas kerjasama dan bantuan adik----adik…!!adik…!!adik…!!adik…!!
Ciputat, 20 Agustus 2008
Penulis,
N. Fajriyah MT.
NIM: 104018200627
PEDOMAN BERITA WAWANCARA
Wawancara dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal :
Tempat :
Waktu :
Interviewee : Kepala Sekolah SMA PGRI 56 Ciputat
Biodata Responden :
Nama Responden : Pendidikan Terakhir :
Bidang Studi yang diajarkan :
Lama Mengajar :
Daftar Pertanyaan:
1. Bagaimana latar belakang dan tujuan penyelenggaraan perpustakaan sekolah
ini?
2. Kegiatan apa saja yang Bapak lakukan selaku kepala sekolah dalam mengelola
penyelenggaraan perpustakaan sekolah?
3. Sebagai kepala sekolah, bagaimana Bapak melakukan perekrutan atau
penempatan staf perpustakaan sekolah ini?
4. Ada berapa pegawai atau staf perpustakaan yang ada di perpustakaan sekolah
ini dan apa latar belakang pendidikannya?
5. Berkaitan dengan staf perpustakaan yang ada di sekolah ini, apakah dirasa
perlu untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang kepustakawanan demi
meningkatkan peran dari perpustakaan sekolah itu sendiri? Jika perlu, usaha
apa yang Bapak lakukan terkait dengan hal tersebut?
6. Idealnya, guru dapat berperan dan memberikan kontribusi dalam manajemen
penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Apakah di sekolah ini guru juga
berperan dalam kegiatan manajemen perpustakaan sekolah, terutama dalam
pengadaan koleksi? Jika iya, seperti apa peran atau kontribusi yang diberikan
oleh guru?
7. Seorang manager memiliki tugas untuk mengarahkan (directing), dalam
menjalankan tugas directing tersebut, hal-hal apa saja yang Bapak lakukan?
8. Selain menjadi seorang director, seorang manajer harus melakukan
pengontrolan/pengendalian terhadap suatu kegiatan (controlling). Apa yang
Bapak lakukan dalam kegiatan controlling?
9. Apakah keberadaan perpustakaan sekolah ini sangat urgent bila dikaitkan
dengan pembelajaran siswa?
10. Usaha apa yang Bapak lakukan agar perpustakaan sekolah ini dapat berperan
sebagaimana mestinya dalam memfasilitasi pembelajaran siswa di sekolah?
11. Bagaimana usaha Bapak sebagai kepala sekolah dalam memberdayakan
perpustakaan kepada siswa dan guru?
12. Usaha seperti apa yang Bapak lakukan bersama tenaga pengelola perpustakaan
dalam mengembangkan minat baca siswa?
13. Bagaimana penganggaran yang dilakukan dalam penyelenggaraan
perpustakaan sekolah ini?
14. Apa saja hambatan yang ditemui dalam penyelenggaraan perpustakaan
sekolah ini? Lalu bagaimana cara mengatasinya?
PEDOMAN BERITA WAWANCARA
Wawancara dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal :
Tempat :
Waktu :
Interviewee : Petugas/Staf Perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat
Biodata Responden :
Nama Responden : Pendidikan Terakhir :
Bidang Studi yang diajarkan :
Lama Mengajar :
Daftar Pertanyaan:
1. Sejak kapan Bapak/Ibu mengemban tugas sebagai pengelola perpustakaan
sekolah ini?
2. Siapa saja yang menjadi pengguna utama perpustakaan sekolah ini? Lalu
kegiatan apa saja yang biasa terjadi di perpustakaan sekolah ini?
3. Apa saja tugas Bapak/Ibu selaku pengelola perpustakaan sekolah ini?
4. Bagaimana Bapak/Ibu melaksanakan kewajiban Bapak/Ibu sebagai pengelola
perpustakaan sekolah ini?
5. Apakah Bapak/Ibu turut serta dalam manajemen perpustakaan sekolah ini?
6. Apa saja kegiatan manajemen perpustakaan sekolah ini?
7. Menurut Bapak/Ibu, apakah keberadaan perpustakaan sekolah ini sangat
penting dalam memfasilitasi pembelajaran siswa? Jika iya, apa yang
Bapak/Ibu lakukan agar perpustakaan sekolah ini dapat memegang penuh
peranannya dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan?
8. Menurut Bapak/Ibu, apakah koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan sekolah
ini sudah dapat memfasilitasi belajar siswa bila dikaitkan dengan kerelevanan
dengan kurikulum yang berlaku?
9. Bagaimana atau dengan cara apa sekolah melaksanakan sistem pengadaan
koleksi perpustakaan?
10. Apakah fasilitas yang ditawarkan oleh perpustakaan sekolah ini sudah
memadai, seperti kelayakan gedung/bangunan, posisi bangunan yang strategis,
situasi yang kondusif, kapasitas atau daya tampung orang dalam ruangan,
peralatan dan perabot, serta termasuk juga kelengkapan koleksi yang
dibutuhkan siswa?
11. Apakah sekolah melakukan penghapusan atau pemusnahan koleksi atau segala
fasilitas perpustakaan yang sudah tidak relevan? Jika iya, kapan atau berapa
periode berkala kegiatan tersebut dilakukan?
12. Bagaimana pengaturan buku yang dilakukan oleh perpustakaan sekolah ini?
13. Bentuk pelayanan yang seperti apa yang ditawarkan oleh perpustakaan
sekolah ini ? Bagaimana pelaksanaan dalam hal pelayanan?
14. Bagaimana usaha Bapak/Ibu untuk mendisiplinkan siswa dalam pelayanan
sirkulasi (peminjaman dan pengembalian buku)?
PEDOMAN BERITA WAWANCARA
Wawancara dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal :
Tempat :
Waktu :
Interviewee : Guru SMA PGRI 56 Ciputat
Biodata Responden :
Nama Responden : Pendidikan Terakhir :
Bidang Studi yang diajarkan :
Lama Mengajar :
Daftar Pertanyaan:
1. Bagaimana menurut Bapak/Ibu mengenai manajemen perpustakaan di SMA
PGRI 56 Ciputat?
2. Apakah Bapak/Ibu juga merupakan pengunjung dan pengguna perpustakaan
sekolah ini? Jika iya, kegiatan apa saja yang Bapak/Ibu lakukan di
perpustakan sekolah ini?
3. Guru adalah orang yang berinteraksi secara langsung dengan siswa dalam
pembelajaran di sekolah, oleh sebab itu, idealnya guru harus ikut serta dalam
perencanaan pengadaan koleksi perpustakaan. Bentuk kontribusi yang seperti
apa yang Bapak/Ibu berikan terhadap sekolah berkaitan dengan hal tersebut?
4. Bagaimana usaha Bapak/Ibu dalam menanamkan minat baca siswa di sekolah?
5. Sebagai seseorang yang secara langsung berhubungan dengan kurikulum dan
pembelajaran, usaha apa yang Bapak/Ibu lakukan agar perpustakaan sekolah
ini dapat berperan sebagaimana mestinya dalam memfasilitasi pembelajaran di
sekolah?
6. Menurut Bapak/ibu, apakah koleksi yang dimiliki perpustakaan sekolah ini
sudah dapat memfasilitasi pembelajaran siswa bila dikaitkan dengan
kerelevanan dengan kurikulum yang berlaku?
7. Apakah pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat
sudah dapat dikatakan baik sesuai dengan perannya?
8. Apakah fasilitas yang ditawarkan oleh perpustakaan sekolah ini sudah
memadai, seperti kelayakan gedung/bangunan, posisi bangunan yang strategis,
situasi yang kondusif, kapasitas atau daya tampung orang dalam ruangan,
peralatan dan perabot, serta termasuk juga kelengkapan koleksi yang
dibutuhkan siswa?
9. Bagaimana hal penataan koleksi yang dilakukan oleh perpustakaan sekolah
ini? Apakah cukup memudahkan siswa dan user lainnya dalam mencari buku
atau koleksi yang dibutuhkan?