abstraksi laura puspita s tambang 112070020

Upload: david-chaztelo

Post on 09-Feb-2018

247 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    1/64

    KAJIAN KINERJA PEMBORAN PADA PEMBUATAN

    LUBANG BUKAAN DI TAMBANG BIJIH EMAS

    BAWAH TANAH LEVEL 600 CIURUG,UBPEPONGKOR, BOGOR, JAWA BARAT

    SKRIPSI

    Oleh

    LAURA PUSPITA SARI

    NIM. 112070020

    JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

    UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

    YOGYAKARTA

    2011

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    2/64

    RINGKASAN

    Operasi penambangan dalam pekerjaan tambang bawah tanah yang berupapembongkaran dilakukan dengan menggunakan pemboran dan peledakan. Sehingga

    dalam proses pembongkaran, kelancaran operasi peledakan sangat tergantung padakegiatan pemboran yang dilakukan. Apabila kemampuan produksi alat bor tidak

    optimal, maka target produksi sulit tercapai.Untuk mengevaluasi kinerja mesin bor perlu diketahui faktor-faktor yang

    mempengaruhi kegiatan pemboran itu sendiri, yaitu batuan, umur, dan kondisi mesinbor. Sedangkan untuk mengetahui produksi mesin bor perlu diketahui variabel yaitu

    kecepatan pemboran, volume, dan efisiensi kerja.Pemboran produksi di UBPE Pongkor, Bogor, Jawa Barat, menggunakan mesin

    bor Shenyang, dengan jenis tumbuk putar. Dari hasil penelitian lapangan di Level 600Ciurug mempunyai kekuatan sebesar 72 MPa. Penggunaan mesin bor tersebut telah

    sesuai, mata bor tipe cross bit yang digunakan juga cocok untuk kondisi batuan yangmemiliki kekerasan dan abrasivitas tinggi.

    Berdasarkan pengamatan di lapangan, dapat diketahui bahwa kecepatanpemboran sebesar 0,21 m/menit, sedangakan kecepatan pemboran kotor sebesar

    0,24m/menit. Adanya selisih diantara kecepatan pemboran dengan kecepatan pemborankotor dikarenakan adanya waktu untuk mengatasi hambatan. Namun untuk mengetahui

    produktivitas kecepatan yang dipakai adalah kecepatan pemboran kotor. Kemudianuntuk volume setara didapatkan sebesar 0,311 m3/menit.

    Peningkatan produksi akan dilakukan dengan menekan waktu hambatan dari308,75 menit menjadi 234,86 menit. Sehingga waktu efektif yang didapat setelah adanya

    penekanan waktu hambatan akan bertambah dari 351,25 menit menjadi 425,4 menit dariwaktu terjadwal yaitu 660 menit atau 11 jam dan efisiensi meningkat menjadi 64,41%.

    Produktivitas yang diperoleh setelah penekanan waktu hambatan adalah 27,76m3/shift/alat bor atau 2,74 m3/jam/alat bor. Upaya peningkatan efisiensi ini membuat

    target produksi dengan kemajuan per peledakan 1,7 m tercapai setelah dikonversikandengan densitas batuan yang dibongkar sebesar 2,20 ton/m

    3yaitu 61,07 ton/shift/alat bor

    yang melebihi target produksi sebesar 59,84 ton/shift/alat bor.Rangkaian batang bor memiliki umurnya masing-masing. Umur mata bor dan

    batang bor dipengaruhi oleh medan kerja, operator, dan ketersediaan air dan angin yangmembantu proses pembilasan juga membantu proses pemboran dalam menggali batuan

    karena jika tekanan air >3,5 Bar dan tekanan angin >5 Bar maka kerja mesin bor tanpaadanya dukungan air dan angin akan merusak komponen batang bor sehingga komponen

    batang bor tersebut cepat auss. Hal itu akan mengurangi umur dari komponen batang boritu sendiri.

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    3/64

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang MasalahOperasi penambangan bijih emas PT Karya Sakti Purnama, Site Unit Bisnis

    Pertambangan Emas (UBPE) Antam, Pongkor, meliputi kegiatan pembongkaran,

    pemuatan, dan pengangkutan dari lokasi penambangan ke lokasi peremukan (crushingplant) maupun lokasi penimbunan. Kegiatan ini merupakan serangkaian untuk

    mengoptimalisasi produksi guna memenuhi kebutuhan konsumen.

    Operasi penambangan bijih emas dalam pekerjaan pada tambang bawah tanah

    pada tambang bijih, pembongkaran bijih emas dilakukan dengan menggunakan

    pengeboran dan peledakan karena kondisi batuan yang relative keras. Untuk

    pembongkaran bijih, kelancaran operasi peledakan tergantung pada kegiatan pengeboran

    yang dilakukan.

    Tadinya perusahaan memakai batang bor jenis batang bor berulir (tapered rod)

    yang satu bagiannya utuh ditambah dengan cross bit, kemudian akan diganti dengn

    batang bor yang terdiri dari shank adapter, coupling sleeve, extension roddan cross bit.

    Oleh karena itu butuh perencanaan yang baik yang mencakup pemilihan alat bor

    yang tepat, sebab kegiatan pengeboran sangat dipengaruhi oleh kinerja alat bor dan sifat-

    sifat batuan yang dibor. Maka perlu dilakukan kajian terhadap kemampuan produksi alat

    bor.

    1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian1.2.1 Maksud Penelitian

    Maksud dari penelitian ini adalah untuk mempergunakan data yang diperoleh

    dari hasil pengeboran di akses ramp up utara Level 600 Ciurug UBPE Pongkor dalam

    usaha untuk mengetahui efisiensi kerja mesin bor.

    1.2.2 Tujuan Penelitian

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    4/64

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja pemboran lubang ledak

    khususnya kinerja pemboran dengan menggunakan batang bor R22 sandvick.

    Penelitian ini juga bertujuan untuk mencari solusi dari permasalahan yang ada dan

    memberikan masukan yang berguna untuk peningkatan produksi alat bor dan

    peningkatan efisiensi kerja.

    1.3 Identifikasi MasalahMasalah yang diidentifikasi adalah mengenai produktivitas pemboran dan kinerja

    mesin bor dalam penyediaan lubang ledak di Level 600 Ramp-Up Utara dengan

    menggunakan batang bor R22 Sandvick.

    1.4 Batasan MasalahAdapun batasan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

    a) Lokasi penelitian pada akses ramp-up Level 600 Ciurug tambang bijih emasbawah tanah PT. UBPE, Antam, Pongkor, Bogor, Jawa Barat.

    b) Penelitian dilakukan hanya sebatas kondisi mesin bor yaitu mengevaluasi kinerjamesin bor dalam penyediaan lubang ledak untuk kemajuan tunneldengan asumsi

    data geoteknik dan data waktu pemboran guna meningkatkan efisiensi kerja dan

    produksi dengan menggunakan batang bor R22 Sandvick dimana rangkaian

    (drilling string) terdiri dari shank adapter, coupling slevee, extension rod, cross

    bit.

    1.5 Metodologi PenelitianMetodologi Penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

    a) Studi LiteraturStudi literatur dilakukan di perpustakaan Jurusan Teknik Pertambangan

    UPNVeteranYogyakarta dan dari Laporan Penelitian yang sudah dilakukan oleh

    pihak perusahaan

    b) Survei Lapangan

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    5/64

    Survei lapangan dilakukan dengan cara meninjau lapangan untuk melakukan

    pengamatan langsung terhadap kondisi lapangan yang ada.

    c) Pengumpulan DataData Primer berupa:

    a. Data lubang borb. Data waktu kerja

    Data sekunder berupa :

    a. Data-data geoteknikb. Peta developmentdan produksi Tambang Bawah Tanah UBPE Antam,Tbk,

    Pongkor, Bogor, Jawa Barat.

    c. Data Spesifikasi Alatd) Pengelompokan Data

    Pengelompokan data dilakukan untuk mempermudah dalam pengolahan data

    selanjutnya.

    e) Perhitungan Efisiensi kerja pemboranPerhitungan efisiensi kerja pemboran dilakukan dengan menggunakan bantuan

    statistika.

    1.6 Manfaat PenelitianDengan dilakukannya kajian teknis terhadap efisiensi kerja pemboran pada unit

    pemboran PT. Karya Sakti Purnama ini, penulis dapat mengetahui permasalahan yang

    terjadi dan dapat sebagai tambahan pengetahuan dalam pembelajaran.

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    6/64

    BAB II

    TINJAUAN UMUM

    2.1 Lokasi dan Kesampaian WilayahUBPE Pongkor secara administratif terletak di Gunung Pongkor, Desa Bantar

    Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan wilayah

    Kuasa Pertambangan seluas 6.047 ha. (Gambar 2.1)

    Areal pertambangan tersebut meliputi wilayah KP eksploitasi No. KW 98

    PP/0138/ Jabar seluas 6047 Hektar dan KP Eksplorasi No.KW 96 PP 0127B/Jabar seluas

    3870 hektar. Sedangkan posisi geografis KP Eksploitasi ini terletak pada koordinat 106o

    30 1 BT sampai dengan 106o35 38 BT dan 6

    o36 37.2 LS sampai dengan 6

    o48

    11 LS. (Gambar 2.2)

    2.2 Keadaan Iklim dan Curah Hujan8)

    Daerah penelitian beriklim tropis yang dipengaruhi angin musim, dengan curah

    hujan relatif tinggi dan memiliki kelembapan udara yang tinggi. Kisaran temperatur

    sepanjang tahun terjadi antara 15oC pada musim penghujan hingga 30

    0C pada musim

    kemarau. Musim hujan rata-rata berlangsung dari bulan Mei hingga Agustus.

    Berdasarkan data klimatologi yang diperoleh dari pusat stasiun pengukuran curah

    hujan PT.Antam,Tbk UBPE Pongkor, diperoleh bahwa Pongkor memiliki curah hujan

    antara 2028 mm/th 5783 mm/th dengan curah hujan rata-rata 3847,8 mm/th untuk

    periode tahun 1997-2006.

    2.3 Geologi Daerah Penelitian

    2.3.1 Morfologi8)

    Daerah Pertambangan UBPE Pongkor dan sekitarnya merupakan daerah

    pegunungan dengan ketinggian berkisar antara 300 mdpl sampai dengan 900 mdpl

    dengan puncak bukit yang masih tajam sampai agak membulat dengan grade berkisar

    antara 200% hingga 600%, dengan komposisi 15% daerah datar hingga bergelombang

    60% daerah bergelombang hingga berbukit, dan 25% daerah berbukit sampai

    pegunungan. Beberapa gunung yang terdapat di sekitar daerah tersebut antara lain

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    7/64

    Gunung Halimun (1929 mdpl), Gunung Salak (2211 mdpl) dan Gunung Kendeung

    (1764 mdpl). Kegiatan penambangan dilakukan pada punggungan Gunung Pongkor

    yang berada pada elevasi 500-700 mdpl. Puncak tertinggi, Pongkor berada pada elevasi

    750 mdpl.

    Pada daerah ini memilih dua sungai utama yaitu sungai Cikaniki dan sungai

    Ciguha yang terletak di sebelah Timur dan Utara lokasi penambangan. Sungai Cikaniki

    memiliki beberapa anak sungai antara lain adalah Sungai Cisarua, Sungai Cikaret,

    Sungai Cimanganten, Sungai Ciguha, Sungai Ciparay, Sungai Cisaninten, dan Sungai

    Ciparingi. Sungai Cikaniki mengalir berarah Tenggara-Timur laut dan bermuara ke

    Sungai Cisadane, yang berada pada sisi Timur Laut. Lembah-lembah sungai Cikaniki

    umumnya sempit dan curam namun di beberapa tempat ditemukan juga lembah sungai

    yang agak lebar dan landai.

    Lembah-lembah sungai yang ada umumnya sempit, curam dan berbentuk V.

    Pada beberapa tempat juga ditemukan lembah sungai yang agak lebar dan landai serta

    berkelok-kelok sehingga membentuk endapan pasir yang cukup subur yang dapat

    dimanfaatkan oleh penduduk setempat sebagai daerah persawahan. Namun umumnya

    tebing sungai Cikaniki dan anak sungai Ciguha sangat terjal karena merupakan daerah

    aliran hulu yang deras dengan pengikisan batuan yang aktif dan mengakibatkan tebing

    ini sangat sulit untuk dilewati.

    2.3.2 Stratigrafi8)

    Satuan batuan tertua yang tersingkap di daerah ini adalah Formasi Cimapag yang

    berumur Miosen, merupakan sedimen gunungapi (vulkano-klastik), terdiri dari tufa

    breksi dan breksi andesitik. Formasi Cimapag setempat tertindih tidak selaras oleh

    formasi Genteng atau satuan batuan yang lebih muda lainnya. Formasi Genteng berumur

    Pleiosen Awal bercirikan sedimen epiklastik tufaan dan tertindih oleh batuan gunungapi,

    tufa dan lava, serta endapan termuda yaitu endapan sungai.

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    8/64

    Gambar 2.210)

    Peta eksplorasi dan eksploitasi Pongkor

    Jalur batuan gunungapi berbatasan dengan penyebaran batuan sedimen di sebelah

    utara-selatan yang umumnya telah mengalami perlipatan dengan arah umum sumbu

    lipatan barat-timur. Jalur batuan sedimen disebelah utara disusun oleh batuan sedimen

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    9/64

    yang berumur Miosen tengah sampai Miosen atas, yakni Formasi Bojongmanik, Formasi

    Kepala Nunggal, Formasi Jatiluhur, dan Formasi Genteng. Lebih ke utara lagi adalah

    jalur cekungan minyak Jawa bagian utara.

    Jalur batuan sedimen sebelah selatan disusun oleh batuan yang berumur Miosen

    sampai Miosen atas yang menyebar di daerah Bayah-Pelabuhan Ratu-Cimandiri, sampai

    ke selatan lagi ditemukan penyebaran batuan gunungapi-sedimen yang termasuk

    Formasi Jampang. Sisi sebelah tenggara Fomasi Jampang ditemukan penyebaran batuan

    Pra-Tersier sampai Eosen (Kompleks Ciletuh).

    2.3.3 Struktur Geologi 8 )

    Geologi daerah Pongkor dan sekitarnya tersusun dari batuan gunung api

    piroklastik bersifat andesitic sampai dasitik yang dapat dikelompokkan dalam satuan

    batuan tufa breksi, aglomerat, andesit, breksi andesitic, dan dasit.

    Satuan batuan tufa breksi menyebar di bagian selatan, terutama disepanjang

    Sungai Cikaniki. Satuan ini diterobos dan terpotong oleh urat kuarsa yang mengandung

    emas. Satuan batuan tufa breksi terutama disusun oleh tufa, tufa lapili, tufa breksi,

    anglomerat, dan sisipan lempung. Satuan batuan tufaan lebih banyak ditemukan padaarah barat laut. Tufa breksi disusun oleh komponen-komponen andesit, batu lempung

    lanauan, batuan tersilifikasi, dan tufa yang berbentuk menyudut hingga agak membundar

    berukuran 2-3 cm.

    Ubahan (alterasi) hidrotermaldari tipe-tipe batuan terjadi melalui proses utama

    propilitasi (mineral teralterasi menadi klorit), argiltrasi (mineral-mineral teralterasi

    menjadi lempung), dan silifikasi (pengubahan silica). Derajat pelapukan massa batuan

    sangat bervariasi dan kompleks. Umumnya batuan terlapukan sempurna di permukaan

    dan derajat pelapukan menurun sesuai dengan kedalaman batuan.

    Struktur geologi yang tampak terdiri dari kekar dan sesar. Sesar dengan arah

    N190oE dan N255

    oE dengan sudut kemiringan tegak lurus dan telah teisi oleh urat

    kuarsa. Sesar yang ditemukan dicirikan oleh adanya pereseran antara 2-5 m pada arah

    vertical pada lapisan batulempung. Pola penyebaran kekar memperlihatkan arah umum

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    10/64

    sejajar dengan penyebaran urat dan bidang perlapisan batuan, yang umumnya terisi

    kuarsa, lempung-mangan oksida, pirit, dan limonit.

    2.4 Genesa Batuan3)

    Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian dipermukaan.

    Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan

    hydrothermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan

    letakan (placer). Genesa emas dikategorikan menjadi dua yaitu:

    1. Endapan PrimerEndapan tersebut terjadi didekat batuan induknya ini dikarenakan kecepatan arus

    atau medium transportasi tidak terlalu cepat, kestabilan wilayah yang cukup

    lama tidak mengganggu proses akumulasi, reliefnya rendah, berupa daerah landai

    sehingga mineral berharga tidak terkikis, iklimnya sesuai untuk pelapukan kimia

    yang dominan, dan terdapatnya batuan yang menjadi sumber unsur.

    2. Endapan PlacerPrinsip terbentuknya dikarenakan adanya pemisahan mineral ringan oleh medium

    transportasi. Proses yang terjadi adalah pelepasan mineral-mineral berat baik

    logam maupun non logam dari ikatannya didalam batuan induknya.

    Pelepasan tersebut terjadi karena proses pelapukan oleh air kemudian mengalami

    proses transportasi sehingga mineral ringan terbawa, sedangkan yang lebih berat

    akan terendapkan. Mineral-mineral yang diendapkan akan terkonsentrasi dalam

    jumlah banyak apabila memenuhi syarat:

    - Berat jenis tinggi

    - Daya tahan terhadap pelapukan cukup kuat

    - Kekerasan tinggi

    Contoh mineral yang bisa terakumulasi karena proses ini: emas, platina, timah

    (Kasiterit), Besi (Magnetit), Khromit.

    Batuan induk yang bisa menghasilkan endapan ini dapat berupa:

    - Endapan Lode komersial, missal berupaHydrothermal

    - Endapan bijih tersebut, missal kromit didalam batuan beku ultrabasa

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    11/64

    - Mineral-mineral pembentuk batuan berupa magnetit, ilmenit, zircon, dll.

    - Endapanplacerpurba berupaplacerterpendam

    Tempat atau lokasi pengendapan mineral placer biasanya terletak pada daerah-

    daerah tertentu dimana kecepatan arusnya relatif rendah atau karena adanya

    endapan (lode) yang tertanam atau terpotong arus sungai

    Jenis-Jenis Edndapan Placer dapat dikelompokkan sebagai berikut:

    a) Eluvial Placer, terdapat tidak jauh dari sumber batuan asalnya, misalnyaendapan timah (kasiterit) di Pulau Bangka Belitung.

    b) Stream Placer, terjadi bila endapan dibawa terus oleh arus bahkan bisa sampaike pantai (Beach placer), terutama bila bentuk dan ukuran butirnya

    memungkinkan terbawa jauh. Contohnya pasir besi dan endapan timah.

    c) Eolian Placer adalah endapan placer yang ditransport oleh angin, missaldidaerah iklim kering atau gurun pasir.

    2.5 Kegiatan Penambangan

    Saat ini aktivitas pertambangan di UBPE Pongkor terpusatkan di beberapa

    tempat yaitu, tambang Ciurug, tambang Gudang Handak, tambang Kubang Cicau, dan

    tambang Ciguha. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan berupa aktivitas development dan

    produksi.

    2.5.1 Metode Penambangan

    Pada tambang Ciurug dan Gudang handak diterapkan sistem penambangan

    dengan metode cut and fill stoping. Pada sistem penambangan ini bijih emas diambil

    kemudian rongga yang berbentuk diisi dengan material filling yaitu slurry hasil

    pengolahan material limbah yang telah bersih dari unsur-unsur berbahaya. Ditambang

    Kubang Cicau diterapkan metode shringkage stoping. Pada tambang Ciguha jugaditerapkan sistem penambangan dengan metode shringkage stopingkarena mempunyai

    veindengan tebal rata-rata 3 meter.

    Metode penambangan cut and fill biasanya diterapkan pada endapan dengan kondisi

    bijih yang relatif sempit dan vertical. Penerapan metode cut and fill ini juga

    dikombinasikan dengan metode-metode lain seperti sringkage stopingyang disesuaikan

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    12/64

    dengan karakter badan bijih yang dihadapi. Material filling yang digunakan untuk

    mengisi rongga setelah produksi berasal dari sisa pengolahan bijih yang diangkut

    menggunakan pipa.

    Pada tahap persiapan tambang, tiap urat bijih yang akan ditambang dibuat Drift Foot

    Wall (DFW) dengan metode cut and fill atau Drift VeinBawah (DVB) untuk metode

    shringkage stoping semi-mekanis. Melalui drift foot wall yang telah terbentuk

    kemudian persiapan penambangan dilakukan dengan membagi badan bijih baik vertikal

    maupun horizontal pada jarak2-jarak tertentu sehingga membentuk blok penambangan

    atau lombong (stope).

    Untuk keperluan pengangkutan mineral bijih dari dalam tambang ke stock piledibuatlah

    Main Haulage Level (MHL) yang juga berfungsi untuk keperluan pengangkutan

    karyawan dan peralatan, jalur ventilasi, jalur penyaliran, dan keperluan lain untuk

    melayani kegiatan produksi dan development.

    Pada tahap persiapan penambangan dibuat adit yang memanjang ke selatan memotong

    ke tiga yang memanjang ke selatan memotong ketiga urat bijih, sedang untuk

    menyediakan jalan angkut mengikuti arah penyebaran bijih dibuat Drift Foot Wall

    (DWF) dari tiap urat bijih yang akan ditambang.

    Untuk menjaga kestabilan lereng bukaan dan meninggikan lantai kerja pada lombong

    setelah dilakukan penambangan, dilakukan pengisian kembali (back filling) rongga yang

    terbentuk dari material pengisi (filling material).

    Dimensi lubang bukaan awal yang diterapkan di UBPE Pongkor untuk MHL

    mempunyai lebar 3,3 m dan tinggi 3,0 m dan DFW mempunyai lebar 2,8 m dan

    mempunyai tinggi 2,5 m. Bukaan lombong berdimensi lebar antara 1,3 m sampai lebih

    dari 20 m tergantung pada dimensi bijih.

    Rangkaian siklus penambangan pada tiap permukaan kerja dapat diringkas sebagai

    berikut:

    Pemboran(Drilling)

    Peledakan

    (Blasting)

    Pembersihan asap

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    13/64

    Gambar 2.1

    Diagram alir siklus kegiatan penambangan

    Kegiatan penggalian lubang bukaan dilakukan dengan cara pemboran dan peledakan.

    Pemboran dikerjakan dengan menggunakan alat jacklegdanjumbo drill. Jumlah lubang

    bor dan banyaknya bahan peledak yang digunakan tergantung pada kekerasan batuan

    dan jauhnya kemajuan lubang yang diinginkan.

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    14/64

    Gambar 2.3

    Kegiatan pemboran untuk membuat lubang ledak

    Setelah dilakukan pemboran kemudian dilakukan pengisian atau charging bahan

    peledak. Bahan peledak yang digunakan adalah powergel dan ANFO. Sedangkan di

    Tambang Kubang Cicau bahan peledak yang digunakan adalah dinamit karena

    permukaan kerja yang basah. Dimensi lubang bukaan yang dibuat umumnya berbentuk

    tapal kuda.

    Setelah selesai peledakan kemudian dilakukan pembersihan asap dan penjatuhan batu

    gantung dengan tujuan menjaga keselamatan baik pekerja maupun alat. Apabila kegiatantersebut sudah dilakukan, selanjutnya mulai dilakukan pemasangan penyanggaan.

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    15/64

    Gambar 2.4

    8)

    Sketsa Penambangan Cut and fill

    Jenis-jenis penyanggaan yang digunakan adalah penyanggan kayu seperti three piece set

    dan cribbing, penyangga baja (steel support) serta penyangga beton berupa beton

    tembak (shortcrete). Penyangga baja dan penyangga kayu umumnya digunakan pada

    cross cutdan drift, sedangkan untuk lokasi lombong biasanya hanya diberikan perkuatan

    seperti split set, rock bolt,dan welded meshdengan ukuran 10cmx10cm.

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    16/64

    Pemasangan rockboltdan wire mesh

    rockbolt

    Gambar 2.4

    Pemasangan rockboltdan wire mess

    Lombong yang tidak mengandung bijih akan ditimbun dengan material pengisi.

    Untuk kegiatan produksi pada lombong, tepatnya pada kegiatan sebelum peledakan

    untuk kemajuan pengambilan urat kuarsa, split setdigunakan untuk menyangga batuan

    samping yang lapuk agar tidak runtuh setelah peledakan dilakukan penyanggaan dengan

    pemasangan rock bolt, wire meshdan sebagainya tergantung keadaan batuan.

    kegiatan pengumpul bijih lepas (broken ore) hasil peledakan kearah corongan (ore pass)

    di tambang Kubang Cicau menggunakan cara manual dengan scrapper yang ditarik oleh

    tenaga manusia. Pada daerah Ciurug yang menggunakan sistem mekanis, pemuatan bijih

    lepas ke lori menggunakanLoad Haul Dump(LHD) Toro tipe 301 DL dan EJC 100.

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    17/64

    Selanjutnya, lombong yang telah ditambang diisi dengan material pengisi yang

    berasal dari limbah pabrik (sand tailing) yang telah dipisahkan dari material halusnya

    (kurang dari 10 mikrometer). Pengisi tersebut dimaksudkan untuk menyangga batuan

    samping dan menaikkan lantai kerja lombong sehingga bijih pada sliceselanjutnya dapat

    terjangkau.

    2.6 Operasi Pemboran dan Peledakan

    2.6.1 Pemboran

    Pemboran dilakukan dengan menggunakan mesin bor jenis Leg drilldan Jumbo

    drill. Dua jeis mesin bor ini cara kerjanya sangatlah berbeda, mesin bor jenis Leg drill

    menggunakan pusher leg sebagai kaki untuk menyangga drill dan nomy pada saat

    melakukan pekerjaan pemboran sedangkan jumbo drill menggunakan mesin untuk

    menentukan arah pemborannya yang dioperasikan oleh operator.

    Pola pemboran yang diterapkan adalahBurn-cutmerupakan suatu cara peledakan

    dengan membuat lubang-lubang sejajar satu sama lain, yang salah satu lubang dalam cut

    ditinggalkan kosong sebagai bidang bebas lubang lain. Lubang yang dibor ada 44 buah

    dan 1 lubang lagi dibiarkan kosong karena difungsikan sebagai bidang bebas.

    Pola pemboran disesuaikan dengan kelas batuannya. Semakin baik kelas batuan

    tersebut maka bidang bebas akan dibuat lebih banyak agar proses peledakkan berhasil

    dengan lancar.

    pemboran

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    18/64

    Gambar 2.5

    Pemboran untuk membuat lubang ledak

    dengan menggunakanJumbo Drill

    2.6.2 Peledakan

    Peledakan di tambang bijih emas UBPE Pongkor, Antam disesuaikan dengan

    kondisi kerja. Jika kondisi kering maka dipakai Anfo sebagai bahan peledaknya,

    sedangkan pada kondisi lembab atau basah dipakai nonel. Jumlah nonel yang

    dimasukkan sesuai dengan kedalaman lubang yang dibor. Panjang nonel 0,2 m

    sedangkan target kedalaman lubang 2 m maka nonel yang akan dimasukkan kedalam

    lubang sebanyak 10 biji sekaligus 1 primer yang sudah diberikan delay timeatau waktu

    meledaknya.

    Jenis batuan tersebut akan sangat mempengaruhi hasil fragmentasi yang

    dihasilkan dari peledakan itu sendiri. Namun untuk mengatasi hal ini biasanya jumlah

    lubang kosong diperbanyak untuk menghasilkan banyak bidang bebas, sehingga

    fragmentasi yang dihasilkan sesuai dengan keinginan dan tidak menghambat proses

    loadingnantinya.

    Peledakan tersebut dilaksanakan sesuai jam blasting yang sudah ditentukan oleh PT.

    Antam.

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    19/64

    Nonel Primer

    Gambar 2.6

    Rangkaian Primer menggunakan Nonel

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    20/64

    BAB III

    DASAR TEORI

    Dalam kegiatan penambangan, operasi peledakan yang baik akan menunjang

    pencapaian target produksi. Oleh karena itu agar operasi peledakan berhasil maka perlu

    adanya tata cara yang harus diketahui dan diterapkan. Salah satunya adalah dalam

    kegiatan pemboran untuk pembuatan lubang ledak, agar hasilnya sesuai harapan maka

    diperlukan adanya pengetahuan dasar mendukung kelancaran proses pemboran tersebut.

    3.1 Sistem Pemboran Secara Mekanik (Mechanical Drilling)

    Mechanical Drillingmerupakan operasi pemboran yang peralatan pemborannya

    digerakkan secara mekanis sehingga operator pemboran dapat mengendalikan semua

    parameter pemboran lebih mudah. Peralatan pemboran ini disangga diatas rigs dan

    menggunakan roda atau ban rantai. Komponen utama pada mechanical drilling adalah,

    a. Mesin (sumber energi mekanik)b. Batang Bor (mentransmisi energi mekanik)c.

    Mata Bor (menggunakan energi mekanik untuk menembus batuan)

    d. Flushing (membersihkan lubang bor dari cuttings)Mechanical drilling terbagi menjadi tiga macam berdasarkan cara penetrasi

    terhadap batuan, yaitu: rotary drilling, percussive drilling, dan rotary-percussive

    drilling.

    3.1.1 Metode Pemboran Rotary Drilling

    Rotary Drillingadalah metode pemboran yang menggunakan aksi putaran untuk

    melakukan penetrasi terhadap batuan. Pada metode ini ada dua jenis mata bor,

    yaitu tricone bitdengan hasil penetrasinya berupa gerusan dan drag bit dengan

    hasil penetrasinya berupa potongan (cutting).

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    21/64

    Gambar 3.1

    Sistem Pemboran Rotary13)

    3.1.2 Metode PemboranPercussive DrillingPercussive Drill adalah metode pemboran yang menggunakan aksi tumbukan

    untuk melakukan penetrasi terhadap batuan. Komponen utama Percussive

    drillingadalah piston. Energi tumbukan piston diteruskan ke batang bor dan mata

    bor dalam bentuk gelombang kejut yang bergerak sepanjang batang bor untuk

    meremukkan permukaan batuan.

    Gambar 3.2

    Sistem Pemboranpercussive13)

    3.1.3 Metode PemboranRotary Percussive Drilling

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    22/64

    Rotary-Percussive Drilling adalah metode pemboran yang menggunakan aksi

    tumbukan yang dikombinasikan dengan aksi putaran, sehingga terjadi proses

    peremukan dan penggerusan batuan. Metode ini terbagi menjadi dua :

    a. Top HammerPada metode ini, aksi putaran dan tumbukan dihasilkan diluar lubang bor yang

    kemudian ditransmisikan melalui batang bor yang menuju mata bor.

    b. Down The Hole HammerPada metode ini, aksi tumbukan dihasilkan didalam lubang bor yang dialirkan

    langsung ke mata bor, sedangkan aksi putarannya dihasilkan diluar mata bor

    yang kemudian ditransmisikan melalui batang bor menuju mata bor.

    Gambar 3.3

    Sistem PemboranRotary-percussive13)

    3.2 Perlengkapan Metode PemboranRotary-Percussive 4)Batang bor yang digunakan pada pemboran rotary-percussive ada dua macam,

    yaitu integral drill steeldan extention drill Steel.

    3.2.1 Integral Drill Steel

    Integral drill steel tidak memerlukan couplings karena mata bor dan batang

    bornya menjadi satu. Batang bor ini biasanya digunakan untuk jenjang yang

    relative rendah atau kedalaman pemboran relative dangkal dan diameter lubang

    bor antara 22-41 mm.

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    23/64

    Gambar 3.4

    Komponen Batang Bor JenisIntegral4)

    3.2.2 Extension Drill SteelBerbeda dengan Integral drill, extension drill memerlukan coupling untuk

    menghubungkan shank rod dengan extension rods. Selain itu, batang bor jenis

    extension dapat dipakai untuk mendapatkan kedalaman pemboran yang

    diinginkan.

    Gambar 3.5

    Komponen batang extension 4)

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    24/64

    Perlengkapan pemboran pada alat bor rotary-percussive drilling dengan

    menggunakan extension drill steeladalah :

    1) ThreadsDrill Steel threadsberfungsi menghubungkan, shank, coupling sleeve, rods

    dan bitsselama operasi pemboran. Threads terdiri dari 4 macam, yaitu:

    a. R ThreadR threaddigunakan pada lubang berdiameter kecil (22-38 mm), R-thread

    memiliki sebuah pitch berukuran 12,77 mm dan mempunyai profil sudut

    yang besar.

    Gambar 3.6

    Jenis R, T, C, GD-Thread

    b. T ThreadDapat digunakan pada semua kondisi pemboran dengan batang bor

    berukuran 38 51 mm. T-threadmemiliki ukuran pitch yang lebih besar dan

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    25/64

    sudut yang lebih kecil sehingga pelepasan koplingnya lebih mudah daripada

    R thread.Umur pakai thread tipe ini lebih panjang.

    c. C ThreadsC threaddidesain untuk batang berukuran 51 mm atau lebih. Pitchpada

    threadini berukuran besar dan slope angle mirip dengan T- thread.

    d. GD or HL ThreadThread ini mempunyai karakteristik diantara R- thread dan T thread.

    Thread ini mempunyai asymmetrical sawtooth profil dan digunakan pada

    batang bor berukuran 25 57 mm.

    2) Shank AdaptorShank adaptor merupakan komponen mesin bor yang pertama yang

    menstransmisikan energi pukulan dari piston ke batang bor. Shank adaptor

    ini terletak didalam mesin bor dan dihubungkan dengan couplingske batang

    bor pertama.

    Gambar 3.7

    Jenis Shank adaptor4)

    3) Batang BorBatang bor berguna untuk meneruskan energi putaran dan energi pukulan

    dari shank adaptorke mata bor. Pada pemboran dengan top hammerbatang

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    26/64

    bor merupakan komponen setelah drill chuckdan dapat berbentuk hexagonal

    maupun round cross section.

    Gambar 3.8

    Tipe Batang bor4)

    4) CouplingsCoupling berguna untuk menyambungkan batang bor yang satu dengan

    batang bor lainnya. Tujuan penggunaan coupling untuk memperoleh

    kedalaman yang diinginkan. (Gambar 3.9)

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    27/64

    5) Mata borMata bor berguna untuk meneruskan energi putaran dan tumbukan dari

    batang bor ke batuan. Alat bor rotary-percussive drill terdiri dari 2 jenis

    mata bor, yaitu:

    a. Button BitButton bit berbentuk silinder. Pada bagian permukaan button bit terbesar

    tungstan carbide dalam berbagai bentuk dengan diameter antara 50 mm

    251 mm. button bit ini lebih cocok digunakan pada rotary-percusive drilling,

    mempunyai kecepatan yang lebih tinggi daripada insert bit, lebih resisten

    terhadap pengerutan dan cold-pressing, dan mampu meneruskan energy dari

    batang bor secara lebih efektif. (Gambar 3.10)

    Sleeve-type Semi-bridge type

    Full-bridge type Helical-splines type

    Gambar 3.9

    Jenis Coupling4)

    b. Insert BitInsert bit ini terdiri dari dua bentuk yaitu cross bits dan X-bits. Cross bits

    terdiri dari empat buah tungsten carbide yang saling membentuk sudut 90o

    sedangkan X-bits terdiri dari empat buah tungsten carbide yang saling

    membentuk sudut 75odan 105o.Insert bits memiliki ukuran diameter mulai

    dari 35 mm sampai 57 mm untuk cross bits dan 64 mm untuk X-

    bits.(Gambar 3.10)

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    28/64

    3.3 Kegiatan Dasar pada PemboranRotary-Percussive1)3.3.1 Percussion

    Energi pukulan dihasilkan dari shock wave yang menggerakkan piston secara

    berulang-ulang kemudian ditransmisikan dari hammer ke mata bor melalui

    batang bor.

    Button Bit

    Cross Bit X-Bit

    Gambar 3.10

    Jenis-jenis Mata bor

    3.3.2 RotationGerakan putaran yang menghasilkan perputaran mata bor diantara energi pukulan

    berulang-ulang. Gerakan ini mengakibatkan terjadinya tumbukan mata bor

    batuan dengan posisi yang berbeda-beda.

    Gambar. Metode Pemboran di Permukaan dan Pemakaiannya

    3.3.3 Feed, or Thrust LoadTrhust Load adalah energi yang dihasilkan oleh pull down motor untuk

    menggerakkan hammer dan kemudian diteruskan ke mata bor sehingga terjadi

    kontak permanen dengan batuan. Feedadalah komponen dari rotary-percussive

    rock drill yang menggerakkan pneumatic maupun hydraulic hammers maju

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    29/64

    mundur. Feed juga menyediakan thrust load yang diperlukan pada operasi

    pemboran.

    3.3.4 FlushingFlushing adalah semburan udara, air, atau busa ke dalam lubang bor untuk

    mengeluarkan cutting dari dalam lubang bor serta bertujuan untuk membersihkan

    lubang bor.

    3.4 Pola Pemboran Pada Tambang Bawah TanahMengingat ruang sempit pada tambang bawah tanah yang membatasi kemajuan

    pemboran dan hanya terdapat satu bidang bebas, maka harus dibuat satu pola pemboran

    yang sesuai dengan kondisi tersebut.Pada operasi peledakan minimal terdapat dua bidang

    bebas agar proses pelepasan energi berlangsung sempurna, sehingga batuan akan terlepas

    atau terberai dari induknya lebih ringan.

    Gambar 3.11

    Macam-macam cut hole11)

    Cutyang biasa digunakan untuk membuat terowongan adalah large hole cutuntuk

    pemboran horizontal tegak lurus pada permukaan batuan semua lubang dalam cut dibor

    pararel sama terhadap yang lain dan peledakan dilaksanakan kea rah lubang kosong yang

    bertindak sebagai bukaan.

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    30/64

    Secara umum terdapat empat tipe cut yang kemudian dikembangkan lagi sesuai

    kondisi batuan, yaitu:

    a. Center cut disebut jugapyramidatau diamond cut. Empat atau enam lubang dengandiameter yang sama dibor kea rah satu titik, sehingga berbentuk pyramid. Puncak

    pyramiddi bagian dalam dilebihkan sekitar 15 cm (6 inchi) dari kedalaman seluruh

    lubang bor yang ada. Dengan meledakkan center cut ini secara serentak akan

    terbentuk bidang bebas baru bagi lubang-lubang ledak disekitarnya. Center cutsangat

    efektif untuk batuan kuat, tetapi konsumsi bahan peledak banyak dan mempunyai efek

    getaran tinggi yang disertai oleh lemparan batu-batu kecil.

    b. V Cut disebut juga Wedge-cut, angled cut atau cut berbentuk baji: setiap pasangempat atau enam lubang dengan diameter yang sama dibor kearah satu titik, tetapi

    lubang bor antar pasangan sejajar, sehingga berbentuk baji.Pola pemboran tipe ini

    lebih mudah dibandingkan dengan pola pemboran tipe pyramid cut, tetapi kurang

    efektif untuk meledakkan batuan keras.

    c. Drag cut atau pola kipas: bentuknya mirip dengan V-cut, yaitu berbentuk baji.Perbedaannya terletak pada posisi bajinya tidak ditengah-tengah bukaan. Cara

    membuatnya adalah lubang dibor miring untuk membentuk rongga dilantai atau

    dinding. Pemboran untuk membuat rongga dari bagian dinding disebut juga denga fun

    cut atau cut kipas.

    Beberapa pertimbangan pada pola drag cut:

    - Sangat cocok untuk batuan berlapis, misalnya shale, slate atau batuan sedimenlainnya.

    - Tidak efektif diterapkan pada batuan keras- Dapat berperan sebagai controlled blasting, yaitu apabila terdapat instalasi yang

    penting diruang bawah tanah atau pada bukaan dengan penyangga kayu.

    d. Burn cutdisebut juga dengan cylinder cut. Pola ini sangat cocok untuk batuan yangkeras dan regas seperti batu pasir (sandstone)atau batuan beku. Pola ini tidak cocok

    untuk batuan berlapis, namun demikian, dapat disesuaikan dengan berbagai variasi.

    Ciri-ciri polaBurn cutantara lain:

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    31/64

    - Lubang bor dibuat sejajar, sehingga dapat member lebih dalam disbanding jeniscutlainnya.

    - Lubang tertentu dikosongkan untuk membuat bidang bebas mini, sehinggapelepasan gelombang kompresi menjadi tarik dapat berlangsung efektif.

    Sedangkan untuk lubang kosong berperan sebagai ruang terbuka tempat batuan

    terlempar karena muatan bahan peledak.

    Pyramid-Cut

    V-cut Drag cut

    Burn cutGambar 3.12

    Macam Pola Pemboran11)

    Setelah bukaan atau cutterbentuk, maka stopingkearah cut dimulai. Lubang kontur

    (contour hole) yang terdiri atas: lubang atap (roof hole), lubang dinding (wall hole), dan

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    32/64

    lubang lantai (floor hole) dibuat agak diserongkan keluar dari kontur (look out), sehingga

    terowongan yang dihasilkan mempunyai bentuk seperti yang direncanakan.

    Cut dapat diletakkan di sembarang tempat pada muka terowongan tetapi harus

    diperhatikan bahwa letak cut mempengaruhi: lemparan, konsumsi bahan peledak, dan

    jumlah ledak dalam round. Apabila letak cut dekat dengan dinding mungkin dapat

    mengurangi jumlah lubang tembak dalam round, tetapi ada kelemahan-kelemahan lainnya.

    Gambar 3.137)

    Penamaan Lubang ledak pada peledakan di terowongan

    Untuk mendapatkan arah peledakan ke depan, cut diletakkan ditengah-tengah

    penampang dan agak ke bawah. Posisi ini akan menghasilkan lemparan yang dekat dan

    konsumsi bahan peledak lebih sedikit karena semua lubang stopingkearah bawah. Posisi

    cutyang tinggi akan memberikan kemudahan pemuatan hasil peledakan. Tetapi konsumsi

    bahan peledak lebih tinggi karena banyak lubang stoping kearah atas. Umumnya letak cut

    adalah pada deretan lubang tembak pertama diatas terowongan.

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    33/64

    Gambar 3.147)

    Posisi penempatan cut hole

    3.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pemboran7)Kinerja suatu mesin bor dipengaruhi oleh faktor-faktor sifat batuan yang dibor,

    rock drillability, geometri pemboran, umur dan kondisi mesin bor, dan ketrampilan

    operator.

    3.5.1 Sifat BatuanSifat batuan yang berpengaruh pada penetrasi dan sebagai konsekuensi pada

    pemilihan metode pemboran yaitu : kekerasan, kekuatan, elastisitas, plastisitas,

    abrasivitas, tekstur, struktur, dan karakteristik pembongkaran.

    2. KekerasanKekerasan adalah daya tahan permukaan batuan terhadap goresan. Batuan yang

    keras akan memerlukan energy yang besar untuk menghancurkanya. Pada

    umumnya batuan yang keras mempunyai kekuatan yang besar pula (Lihat tabel

    3.1). Kekerasan batuan diklasifikasikan dengan skala Fredrich Van Mohs (1882).

    3. Kekuatan (strength)Kekuatan mekanik suatu batuan merupakan daya tahan batuan terhadap gaya dari

    luar, baik bersifat static maupun dinamik. Kekuatan batuan dipengaruhi oleh

    komposisi mineralnya, terutama kandungan kuarsa. Batuan yang kuat

    memerlukan energi yang besar untuk menghancurkanya.

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    34/64

    Tabel 3.1

    Kekerasan dan Kekuatan

    Klasifikasi Skala mohs Kuat tekan batuan (MPa)

    Sangat keras

    Keras

    +7

    6 - 7

    +200

    120 200

    Kekerasan sedang

    Cukup lunak

    4,5 6

    3 4,5

    60 120

    30 60

    Lunak

    Sangat lunak

    2 3

    1 - 2

    10 30

    -10

    4. Bobot isi / Berat jenisBobot isi (density) batuan merupakan berat batuan per satuan volume. Batuan

    dengan bobot isi yang besar untuk membongkarnya memerlukan energy yang

    besar pula.

    5.

    Kecepatan Rambat Gelombang SeismikBatuan yang masif mempunyai kecepatan rambat gelombang yang besar. Pada

    umumnya batuan yang mempunyai kecepatan rambat gelombang yang besar

    akan mempunyai bobot isi dan kekuatan yang besar pula sehingga sangat

    mempengaruhi pemboran.

    6. AbrasivitasAbrasivitas adalah sifat batuan yang dapat digores oleh batuan lain yang lebih

    keras. Sifat ini dipengaruhi oleh kekerasan butiran batuan, bentuk butir, ukuran

    butir, porositas batuan, dan sifat heterogenitas batuan.

    7. TeksturTekstur batuan dipengaruhi oleh struktur butiran mineral yang menyusun batuan

    tersebut. Ukuran butir mempunyai pengaruh yang sama dengan bentuk batuan,

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    35/64

    porositas batuan, dan sifat-sifat batuan lainya. Semua aspek ini berpengaruh

    dalam keberhasilan operasi pemboran.

    8. ElastisitasSifat elastisitas batuan dinyatakan dengan modulus elastisitas atau modulus

    Young (E). Modulus elastisitas batuan bergantung pada komposisi mineral dan

    porositasnya. Umumnya batuan dengan elastisitas yang tinggi memerlukan

    energi yang besar untuk menghancurkanya.

    9. PlastisitasPlastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang menyebabkan deformasi

    permanen setelah tegangan dikembalikan ke kondisi awal, dimana batuan

    tersebut belum hancur. Sifat ini sangat dipengaruhi oleh komposisi mineral

    penyusunya, terutama kuarsa. Batuan yang plastisitasnya tinggi memerlukan

    energi yang besar untuk menghancurkannya.

    10.Struktur GeologiStruktur geologi seperti sesar, kekar, dan bidang perlapisan akan berpengaruh

    terhadap peledakan batuan. Adanya rekaha-rekahan dan rongga-rongga di dalam

    massa batuan akan menyebabkan terganggunya perambatan gelombang energi

    akibat peledakan. Namun adanya rekahan-rekahan tersebut juga sangat

    menguntungkan untuk mengetahui bidang lemahnya, sehingga pemboran akan

    dilakukan berlawanan arah dengan bidang lemahnya.

    3.5.2 Drilabilitas Batuan (Drillability of Rock)Drilabilitas batuan adalah kecepatan penetrasi rata-rata mata bor terhadap

    batuan. Nilai drilabilitas ini diperoleh dari hasil pengujian terhadap toughness

    berbagai tipe batuan oleh Sievers dan Furby. Hasil pengujian mereka

    memperlihatkan kesamaan nilaipenetration speeddan net penetration rateuntuk

    tipe batuan yang sejenis.

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    36/64

    Tabel 3.2

    Nilai Faktor Drilabilitas dan Abrasivitas berbagai batuan

    Batuan Lokasi Drillability Abrasion index

    Barre Granite Barre, VT 1,00 1,00

    Granite Dvorshak, ID 1,11 1,14

    Granite California 1,10 0,54

    Granite Newark, NJ 1,05 1,27

    Granite Mt.Blanc, France 0,92 0,86

    Granite Grand Coulee, WA 0,50 2,40

    Granite Bulgaria 0,45 2,29

    Granite Gneiss Denver, CO 1,52 1,00

    Granite Gneiss Vancouver, BC, Canada 0,89 1,03

    Granite Gneiss Hamburg, NJ 0,67 1,46

    Quartzite Capetown, South Africa 1,22 2,70

    Quartzite Corter Dam, GA 1,00 1,40

    Quartzite New Zealand 0,78 1,70

    Quartzite Canada 0,72 3,17

    Quartzite Minnesota 0,56 8,60

    Quartzite Canada 0,33 1,45

    Magnetite Kiruna, Sweden 1,00 1,23

    Magnetite Kirkland, ON, Canada 0,59 1,41

    Taconite Kirkland, ON, Canada 0,84 4,13

    Hematite (red) Sarajevo, Yugoslavia 1,50 0,40

    Hematite (dark) Sarajevo, Yugoslavia 2,20 0,70

    Siderite Sarajevo, Yugoslavia 0,90 0,80

    Siderite Suffern, NY 0,89 0,55

    Sandstone Nova, Scotia, Canada 2,70 0,14

    Sandstone Ohio 3,10 0,11

    Sandstone New Zealand 2,30 1,20

    Shale Michel, BC, Canada 0,75 2,80

    Shale Scranton, PA 2,00 0,00

    Limestone Davenport, IA 1,79 0,28

    Limestone Portsmounth, NH 1,77 0,65

    Limestone Saratoga, NY 1,22 0,01

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    37/64

    3.5.3 Umur dan Kondisi Mesin Bor 13)Alat yang sudah lama digunakan biasanya dalam kegiatan pemboran,

    kemampuan mesin bor akan menurun sehingga sangat berpengaruh pada

    kecepatan pemboran. Umur mata bor dan batang bor ditentukan oleh meter

    kedalaman yang dicapai dalam melakukan pemboran.

    Untuk menilai kondisi suatu alat dapat dilakukan dengan mengetahui empat

    tingkat ketersediaan alat, yaitu:

    a. Ketersediaan Mekanik (Mechanical Availability, MA)Ketersediaan mekanik adalah suatu cara untuk mengetahui kondisi mekanik

    yang sesungguhnya dari alat yang digunakan. Kesediaan mekanik (MA)

    menunjukkan ketersediaan alat secara nyata karena adanya waktu akibat

    masalah mekanik. Persamaan dari ketersediaan mekanik adalah

    MA =

    ()

    x 100% ... (3.1)

    Keterangan:

    W = Jumlah jam kerja alat, yaitu waktu yang dipergunakan oleh operator

    untuk melakukan kegiatan pemboran.

    R = Jumlah jam perbaikan, yaitu waktu yang dipergunakan untuk perbaikan

    dan waktu yang hilang akibat menunggu saat perbaikan termasuk juga waktu

    penyediaan suku cadang serta waktu perawatan.

    b. Ketersediaan Fisik (Physical Availability, PA)Ketersediaan fisik menunjukkan kesiapan alat untuk beroperasi didalam

    seluruh waktu kerja yang tersedia. Persamaan dari ketersediaan fisik adalah :

    PA =

    ()x 100% (3.2)

    Keterangan:

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    38/64

    S = Jumlah jam siap yaitu jumlah jam alat yang tidak dipergunakan padahal

    alat tersebut siap beroperasi

    (W+R+S) = jumlah jam tersedia, yaitu jumlah seluruh jam jalanmatau jumlah

    jam kerja yang tersedia dimana alat dijadwalkan untuk beroperasi.

    c. Penggunaan EfektifPenggunaan efektif menunjukkan berapa persen waktu yang dipergunakan

    oleh alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat digunakan.

    Penggunaan efektif sebenarnya sama dengan pengertian efisiensi kerja.

    Persamaan dari kesediaan penggunaan efektif adalah:

    EU =

    x 100% .(3.3)

    d. Pemakaian Ketersediaan (Use of Availability, UA)Ketersediaan Penggunaan menunjukkan berapa persen waktu yang

    dipergunakan oleh alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat

    digunakan. Penggunaan efektif EU sebenarnya sama dengan pengertian

    efisiensi kerja. Persamaan dari ketersediaan penggunaan adalah:

    UA =

    x 100% (3.4)

    Penilaian Ketersediaan alat bor dilakukan untuk mengetahui kondisi dan

    kemampuan alat bor untuk menyediakan lubang ledak. Kesediaan alat

    dikatakan sangat baik jika persen 90%, dikatakan sedang jika berkisar antara

    70%-80%, dikatakan buruk (kecil) jika persen kesediaan alat 70%.

    3.5.4 Geometri Pemboran1. Diameter Lubang ledak

    Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan diameter lubang ledak adalah :

    a. Volume batuan yang dibongkarb. Tinggi jenjang dan konfigurasi isianc. Tingkat Fragmentasi yang diinginkand. Mesin bor yang tersediae. Kapasitas alat muat yang akan menangani material hasil peledakan.

    2. Arah Lubang ledak

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    39/64

    Pada kegiatan pemboran ada dua macam arah lubang ledak yaitu arah tegak

    dan arah miring. Pada tinggi jenjang yang sama, kedalaman lubang ledak

    miring > dari pemboran tegak selain itu pemboran miring penempatan posisi

    awal lebih sulit karena harus menyesuaikan dengan kemiringan lubang ledak

    yang direncanakan.

    3. Kedalaman Lubang ledakPenentuan kedalaman lubang ledak disesuaikan dengan tinggi jenjang, dimana

    kedalaman lubang ledak>tinggi jenjang. Kelebihan kedalaman lubang bor

    (subdrilling) dimaksudkan untuk memperoleh jenjang yang rata.

    3.6 Estimasi Produksi Mesin Bor3.6.1 Waktu Edar (Cycle Time)13)

    Waktu edar yang dibutuhkan untuk membuat satu lubang.

    Ct = Bt + St + At + Pt + Dt(3.5)

    Keterangan :

    Ct = Waktu edar (menit)

    Bt = Waktu pemboran (menit)

    St = Waktu menyambung batang bor (menit)

    At = Waktu melepas batang bor (menit)

    Dt = Waktu untuk mengatasi hambatan (menit)

    Pt = Waktu pindah ke lubang yang lain, dan mempersiapkan alat bor hingga

    siap untuk melakukan pemboran (menit)

    3.6.2 Kecepatan Pemboran Rata-rata (Drilling Speeds)13)

    Kecepatan pemboran terdiri dari beberapa definisi :1) Drilling Rate

    Drilling Rate merupakan perbandingan kedalaman lubang bor yang dicapai

    terhadap waktu yang diperlukan untuk membuat 1 atau lebih lubang bor, tanpa

    memperhitungkan waktu untuk mengatasi hambatan (delay time).

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    40/64

    Dr1 =

    ()(3.6)

    Keterangan :Dr1 : Kecepatan pemboran bersih (meter/menit)

    H : Kedalaman lubang tembak (meter)

    Ct Dt : Waktu edar pemboran tanpa hambatan (menit)

    2) Gross Driling RateGross Drilling Rate merupakan perbandingan kedalaman lubang bor yang

    dicapai terhadap waktu yang tersedia.

    GDR =

    (3.7)

    Keterangan:

    GDR = Kecepatan pemboran (m/menit)

    H = Kedalaman Lubang Tembak (meter)

    Ct = waktu edar pemboran (menit)

    3.6.3 Efisiensi Kerja Pemboran13)

    Efisiensi kerja pemboran adalah perbandingan antara waktu kerja produktif

    dengan waktu kerja yang terjadwal dan dinyatakan dalam persen. Waktu

    produktif adalah waktu yang digunakan untuk kerja pemboran. Jadi efisiensi

    kerja dapat dinyatakan:

    EK =

    100%......................................................................................... (3.8)

    Keterangan:

    EK = Efisiensi kerja pemboran (%)

    WP = waktu kerja produktif (jam)

    WT = waktu kerja yang tersedia (jam)

    3.6.4 Volume Setara 13)Volume setara (Equivalent volume, Veq) menyatakan volume batuan yang

    diharapkan terbongkar untuk setiap meter kedalaman lubang ledak yang

    dinyatakan dalam m3/m. Volume setara dapat dihitung denga persamaan:

    Veq =

    ()(3.9)

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    41/64

    Keterangan :

    Veq = volume setara (m3/m)

    V = volume batuan yang diledakkan (m3)

    n = jumlah lubang tembak

    H = kedalaman lubang tembak (m)

    3.6.5 Produksi Pemboran 13)Produksi pemboran tergantung kecepatan pemboran mesin bor, volume setara

    dan penggunaan efektif mesin bor. Produksi tersebut dinyatakan dalam m3/jam.

    Maka persamaan produksi pemboran adalah:

    P = Veq x GDR x EK x 60(3.10)

    Keterangan :

    P = produksi alat bor (m3/jam/alat)

    60 = konversi dari menit ke jam

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    42/64

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    4.1 Gambaran Umum Keadaan Permukaan Kerja

    Disepanjang lubang bukaan ini, khususnya pada permukaan kerja yang sedang

    dikerjakan, material atau batuan yang ditemui adalah jenis batuan yang masif. Lapisan

    ini memiliki orientasi jurus yang sejajar dengan arah penggalian terowongan yaitu N

    178oE (Lampiran E). Menurut parameter klasifikasi RMR orientasi ini tidak

    mengganggu pekerjaan pembuatan lubang.

    Lubang bukaan yang dibuat memiliki penampang berbentuk tapal kuda.dengan

    ukuran (4x4)m. Karena tergolong jenis batuan Kelas 2 maka sebagai penyanggaan

    digunakan Mess Strap.

    Kondisi tempat kerja yang relatif kering tidak menyulitkan para pekerja, baik

    pada saat pemboran, pembuatan lubang ledak, maupun pada saat peledakan itu sendiri

    karena tidak memerlukan perlakuan khusus terhadap air. Peralatan lainnya seperti

    Scalling baryang digunakan utuk meruntuhkan batu gantung seusai peledakan. Selang

    air yang dipakai untuk proses pemboran dan proses pembasahan setelah peledakan,

    untuk meminimalisir debu hasil peledakan. LHD yang dipakai untuk memuat hasil

    peledakan ke muckbay(tempat penimbuan material sementara).

    4.2 Karakteristik Masa Batuan

    Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, material atau jenis batuan yang

    ditemui dilokasi Akses Ramp-Up Utara L-600 adalah batu breksi bertufa. Hasil

    pengujian di laboratorium menunjukkan besar nilai kuat tekan (Uniaxial Compressive

    Strength) jenis batuan yang digali adalah sebesar 72 MPa, sehingga berdasarkan

    klasifikasi kekuatan batuan yang digunakan oleh perusahaan, yaitu klasifikasi RMR,

    digolongkan pada kelas 2 atau Good Rock. (Lampiran M).

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    43/64

    Hasil pengujian dari tenaga ahli Geoteknik PT.UBPE Pongkor, didapat nilai bobot isi

    batuan yang dibongkar sebesar 2,20gr/cm3.

    4.3 Kegiatan pemboran

    4.3.1 Peralatan Pemboran

    Pemboran dilakukan dengan menggunakan mesin bor jenis Leg drill. Mesin bor

    ini menggunakan pusher leg sebagai kaki untuk menyangga drillpada saat melakukan

    pekerjaan pemboran. Drill digerakkan dengan menggunakan udara bertekanan yang

    berasal dari kompresor. Mesin Bor yang digunakan pada lokasi ramp-up utara L-600

    Ciurug, tambang bawah tanah UBPE Antam, Pongkor, Bogor, Jawa Barat, tepatnya di

    lokasi project PT. KSP adalah SHENYANG-YT29A. (Lampiran A). Jenis batang bor

    yang digunakan adalah jenis batang bor extension R22 sandvick yang memiliki tiga

    bagian dan satu bit (Lampiran C). Tiga bagian tersebut yaitu extension rod, coupling

    sleeve, dan shank adapter.

    4.3.2 Metode pemboran

    Metode pemboran yang digunakan adalah top hammer drilling. Metode Top

    Hammer drilling terdiri empat komponen utama yaitu percussion, feed, rotation dan

    flushing. Aktivitas putar dan tumbuk dihasilkan dari luar lubang bor dan ditransmisikan

    ke mata bor melalui shank adaptordan batang bor.

    4.3.3 Geometri Pemboran

    Berdasarkan Gambar 4.1 dapat diketahui geometri pemboran yang digunakan

    untuk pembuatan lubang ledak dengan target kedalaman 2 m adalah

    - Burden : 20 cm- Spasi : 80 cm

    Peledakan dilakukan sebanyak 1 kali pada 1 shift pada satu permukaan kerja.

    Tergantung pada kegiatan yang sedang berlangsung dan jika tidak terdapat hambatan.

    4.3.4 Pola pemboran dan peledakan

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    44/64

    Pola pemboran yang diterapkan adalahBurn-cutmerupakan suatu cara peledakan

    dengan membuat lubang-lubang sejajar satu sama lain, yang salah satu lubang dalam cut

    ditinggalkan kosong sebagai bidang bebas lubang lain. Lubang yang dibor ada 44 buah

    dan 1 lubang lagi dibiarkan kosong karena difungsikan sebagai bidang bebas.

    Gambar 4.19)

    Geometri Pemboran pada Permukaan Kerja

    Pola pemboran dan peledakan ini disesuaikan dengan kelas batuannya. Semakin baik

    kelas batuan tersebut maka bidang bebas akan dibuat lebih banyak agar proses

    peledakkan berhasil dengan lancar dan dapat mencapai target.

    4.4 Waktu Edar

    Waktu edar adalah waktu yang dibutuhkan untuk membuat satu lubang.

    Perhitungan waktu edar mesin bor dapat dilihat pada Tabel 4.1. (Lampiran I)

    Tabel 4.1

    Waktu Edar Pemboran

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    45/64

    NoOperasi

    Waktu rata-rata

    (dt)

    1 Waktu Pindah posisi (Pt) 9,02

    2 Waktu pemboran 1m (Bt1) 91,67

    3 Waktu hambatan1 (Dt1) 48,12

    4 Waktu melepas batang bor 1m (At1) 10,21

    5

    Waktu pemasangan batang bor

    1(St1) 5,40

    6

    Waktu pemasangan batang bor 2

    (St2) 10,67

    7 Waktu pemboran 2m (Bt2) 352,57

    8 Waktu hambatan 2 (Dt2) 13,79

    9 Waktu melepas batang bor 2m (At2) 10,75

    Waktu Edar pemboran (detik) 552,2

    Kedalama pemboran (m) 1,94

    Waktu Edar pemboran terdiri dari beberapa jenis operasi, antara lain :

    1. Waktu Pindah Posisi (Pt)Waktu Pindah Posisi adalah waktu yang dibutuhkan alat bor untuk menempatkan

    posisi alat sebelum member batuan, yaitu dimulai sejak alat bor pindah dari titik

    pemboran sebelum sampai dengan alat bor siap untuk mengebor batuan. Waktu

    pindah posisi untuk pemboran dengan kedalaman 1,94 m adalah 9,02 detik.

    2. Waktu Pemboran (Bt)Waktu pemboran adalah waktu yang dibutuhkan untuk menembus batuan sampai

    dengan kedalaman lubang bor yang diinginkan, jika batangnya 2 maka ada Bt1 dan

    Bt2. Waktu pemboran pada saat menggunakan batang bor 1 m adalah 91,67 detik

    dan waktu pemboran setelah batang bor disusun menjadi 2 m adalah 352,57 detik.

    3. Waktu Melepas Batang Bor (At)

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    46/64

    Wktu melepas batang bor adalah waktu yang digunakan untuk mengangkat

    kepermukaan dan melepas setiap batang bor yang digunakan pada proses pemboran

    setelah keseluruhan tahap pemboran selesai kecuali batang bor yang terakhir yang

    merupakan batang bor pertama, hanya diangkat ke permukaan dan dilepas. Waktu

    melepas batang bor pada saat menggunakan batang bor 1 m (At1) adalah 10,21

    detik dan waktu melepas batang bor yang berukuran 2 m (At2) adalah 10,75 detik.

    4. Waktu Memasang Batang Bor (St)Waktu memasang Batang bor adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyambung

    sebuah batang bor dengan satu batang bor lainnya dari suatu proses pemboran yang

    telah menyelesaikan 1 buah batang bor. Waktu memasang batang bor 1m (St1)

    adalah 5,40 detik dan waktu memasang bagian batang bor yang berukuran 2 meter

    (St2) adalah 10,67 detik.

    5. Waktu Hambatan (Dt)Waktu hambatan adalah waktu hambatan dimana terjadi sesuatu hal yang

    mengakibatkan terganggunya proses pemboran. Waktu hambatan saat pemboran

    menggunakan batang 1m (Dt1) adalah 48,12 detik dan waktu hambatan saat

    pemboran menggunakan batang 2 m (Dt2) adalah 13,79 detik.

    4.5 Waktu Kegiatan Pemboran

    4.5.1 Waktu Kegiatan Pemboran

    Berdasarkan hasil pengamatan waktu kerja pemboran digunakan data-data dan

    pengamatan waktu kerja yang terdiri atas jam kerja dan waktu hambatan dalam kegiatan

    pemboran (Lampiran J).

    Tabel 4.2

    Pengamatan waktu kerja (Lampiran J)

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    47/64

    No Pengamatan Waktu KerjaWaktu(menit)

    1 Jam kerja 660 menit2 Waktu persiapan, perbaikan dan gangguan terdiri atas:

    1. Waktu memasuki terowongan 31,42 menit

    2. Waktu menuju Front Kerja 18,27 menit

    3. Waktu Persiapan Membor 26,34 menit

    4. Waktu PemasanganMeshdanRockbolt (mesh front) 146,60 menit

    5. Waktu chargingdanBlasting 31,35 menit

    6. WaktuMucking 63,82 menit

    7. Waktu Persiapan Pulang 23,05 menit

    8. Waktu Perbaikan alat 34,50 menit

    9. Waktu Perawatan 20,00 menit

    10. Waktu terlalu awal dan terlalu lama istirahat 60,00 menit

    Total 308,75 menit

    3 Waktu Kegiatan (W) No.1 - No.2 351,25 menit

    Berdasarkan hasil pengamatan jam kerja yang tersedia untuk setiap 1 shift adalah

    11 jam atau 660 menit dengan waktu persiapan, perbaikan dang gangguan kerja yang

    bisa juga dikatakan dengan waktu hambatan adalah sebesar 308,75 menit/shift, maka

    diperoleh waktu kerja efektif sebesar 351,25 menit/shift. Dengan perhitungan adalah

    sebagai berikut:

    Waktu kerja efektif per shift = J T

    = 660 menit 308,75 menit= 351,25 menit/ shift

    Keterangan :J = Jam kerja yang tersedia dalam 1 shift yaitu 11 jam (long shift)

    T = Waktu persiapan, perbaikan, dan gangguan (menit)Maka waktu kerja atau waktu alat beroperasi yang diperoleh adalah 351,25 menit

    setiap shift kerja. Penentuan kondisi alat bor dipengaruhi oleh faktor yang saling

    berkaitan yaitu kerja alat (W) dan waktu tunggu.

    4.5.2. Waktu Perbaikan (R)

    Waktu perbaikan terdiri atas perbaikan pada gangguan kompresor dan

    perawatan. Berdasarkan pengamatan diperoleh besamya waktu perbaikan yaitu sebesar

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    48/64

    34,50 menit/shift dan waktu perawatan sebesar 20,00 menit/shift.

    Tabel 4.3

    Tingkat Kesediaan rata-rata mesin borLeg DrillShenyang-YT29A (Lampiran J)

    Tingkat kesediaan mesin bor Leg Drill Shenyang-YT29A

    MA 86,56 %

    PA 98,18%

    UA 54,20%

    EU 53,21%

    4.5.3 Kondisi Peralatan

    Kondisi suatu alat dapat dinilai berdasarkan tingkat kesediaannya. Kondisi

    alat berpengaruh terhadap laju pemboran. Kecepatan pemboran dipengaruhi oleh umur

    alat bor.

    Tingkat kesediaan mesin bor leg drillSenyang-YT29A terdiri dan empat macam dan

    dapat dilihat pada Lampiran J atau pada Tabel 4.3

    4.5.4 Perawatan

    Pada pengamatan di lapangan sering dilakukan perawatan secara rutin.Perawatan itu dilakukan sebelum dan sesudah operasi pemboran. Berdasarkan

    pengamatan waktu perawatan diperoleh sebesar 20,00 menit/shift.

    4.5.5 Waktu Tunggu

    Waktu tunggu merupakan total waktu dari mesin yang tidak beroperasi akan

    tetapi alat tersebut dalam keadaan siap untuk dioperasikan. Dari hasil pengamatan

    waktu tunggu dapat diartikan sebagai waktu hambat karena waktu kerja yang tersedia

    sebagian digunakan untuk beraktifitas di luar waktu beroperasi mesin bor meliputi

    waktu persiapan memasuki front kerja, waktu memasuki terowongan, waktu persiapan

    membor, charging & blasting dan mucking serta waktu pulang. Waktu tunggu

    diperoleh sehesar 254,25 menit/shift

    4.6 Umur Pakai Batang Bor R22 Sandvik

    Pada Umur pakai batang bor setelah melakukan pengamatan di lokasi

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    49/64

    permukaan kerja ramp-up utara Level 600 Ciurug didapatkan bahwa umur batang

    bor jenis R22 Sandvik dapat dilihat di Tabel 4.4

    Tabel 4.4Rata-rata Umur dan pemakaian rangkaian Batang Bor

    (Lampiran Q)

    NoRangkaian Batang

    bor

    umur Jumlah

    pemakaian(drm)

    1 mata bor 119,59 22

    2 extension rod 202,40 13

    3 coupling slevee 263,11 10

    4 shank adapter 328,89 8

    4.7 Kecepatan Pemboran

    Kecepatan pemboran terdiri dari beberapa definisi, yaitu

    4.7.1 Laju Penetrasi Bersih Nyata

    Laju penetrasi bersih nyata adalah laju penetrasi nyata pemboran pada setiap

    saat tanpa memperhitungkan hambatan. Laju penetrasi bersih nyata diperoleh dari hasil

    pengamatan dan pengolahan data terhadap waktu edar. Laju penetrasi bersih Nyata

    mesin bor Leg drill Shenyang-YT29A adalah 0,21 m/menit (Lampiran O)

    4.7.2 Drilling rate

    Drilling rate merupakan kecepatan pemboran dalam feet (meter) per satuan

    waktu. Drilling rate meliputi satu atau lebih lubang bor yang dibuat dalam operasi

    pemboran secara keseluruhan tanpa memperhitungkan delay. Drilling Rate mesin bor

    Leg drillShenyang-YT29A adalah 0,24 m/menit (Lampiran O).

    4.7.3 Gross Drilling rate

    Gross Drilling rate merupakan kecepatan pemboran dalam feet (meter) per

    satuan waktu, termasuk hambatan secara keseluruhan dalam satu seri pemboran. Gross

    drilling Ratemesin borLeg drillShenyang-YT29A adalah 0,21 m/menit (Lampiran O).

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    50/64

    4.8 Efisiensi Kerja

    Efisiensi kerja meliputi Efisiensi kerja alat dan efisiensi manajemen kerja.

    Efisiensi kerja alat yang dimaksud disini adalah efisiensi kerja dari mesin bor yang

    merupakan penggunaan efektif dari mesin bor tersebut, sedangkan efisiensi manajemen

    kerja merupakan efisiensi kerja pemboran yang merupakan manajemen kerja dari

    kegiatan pemboran tersebut.

    Tabel 4.5

    Efisiensi kerja Pemboran (Lampiran K)

    Waktu kerjaSaat ini

    (menit)

    Waktu Kerja Teoritis perhari 660

    Waktu Kerja tidak efektif 308,75

    Waktu kerja efektif perhari 351,25

    Efesiensi kerja (%) 53,21

    4.8.1 Efisiensi kerja mesin borEfisiensi kerja mesin bor dinilai berdasarkan tingkat penggunaan waktu yang

    tersedia untuk dapat dimanfaatkan bekerja produktif. sehingga dalam hal ini

    efisiensi kerja mesin bor identik dengan penggunaan kesediaan mesin bor (UA).

    Berdasarkan pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan terhadap tingkat

    kesediaan mesin bor maka diperoleh efisiensi kerja mesin bor leg drillShenyang-

    YT29A adalah 54,20 % (Lampiran J).

    4.8.2 Efisiensi kerja pemboran

    Efisiensi kerja pemboran diperoleh dari perbandingan waktu kerja efektif

    dengan waktu kerja teoritis per hari yang dinyatakan dalam persen (Lampiran K).

    Perhitungan efisiensi kerja pemboran ialah waktu kerja efektif dibanding dengan waktu

    kerja teoritis perhari. (dilihat pada Tabel 4.5)

    4.9 Produksi pemboran

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    51/64

    4.9.1 Volume Setara

    Volume setara merupakan volume batuan rata-rata yang berhasil dibongkar

    untuk setiap meter kedalaman pemboran. Dimana volume setara dihasilkan dari luas

    lubang bukaan dikali dengan kemajuan lubang bukaan sekali peledakan berbanding

    dengan jumlah lubang ledak dan kedalaman lubang ledak. Volume setara yang diperoleh

    adalah sebesar 0,311 m3/menit/shift. (Lampiran P)

    4.9.2 Produksi Pemboran Saat ini

    Pekerjaan pemboran dan peledakan untuk kemajuan tunnel di lokasi Ramp Up

    Utara L.600 Ciurug dalam satu hari dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu shift 1 dan

    shift 2 dengan luas area yang dibongkar 16m2(Lampiran D)

    Namun berdasarkan data pengukuran kemajuan (Lampiran M) diketahui bahwa

    kemajuan rata-rata per peledakan untuk setiap shift adalah 1,7 m, sehingga berdasarkan

    berat batuan yang terbongkar adalah 59,84 ton (Lampiran N).

    Kecepatan pemboran diperoleh sebesar 0,21 m/menit (Lampiran O). Produksi

    hasil pemboran dinyatakan dalam m3/jam sehingga diperoleh produksi pemboran untuk

    satu unit mesin bor leg drillShenyang-YT29A adalah 22,93 m3/shift/alat bor atau 2,08

    m3/jam/alat bor (Lampiran P). Setelah dikonversikan dengan densitas batuan yang

    dibongkar yaitu 2,20 ton/m3, maka didapatkan tonase batuan yang terbongkar adalah

    50,45 ton dan hasil itu tidak sesuai dengan target yang dicapai

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    52/64

    BAB V

    PEMBAHASAN

    Untuk mengetahui scecara jelas kinerja dari mesin bor leg drill Shenyang-YT29A

    dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pemboran, maka akan dibahas

    mengenai mekanisme pemboran, tingkat kesediaan alat, umur pakai batang bor dan

    produksi pemboran yang didalamnya mencakup seluruh variabel yang

    mempengaruhi kegiatan pemboran. Disamping itu akan dibahas pula solusi untuk

    memenuhi target produksi yang telah ditetapkan.

    5.1 Tingkat Ketersediaan Mesin Bor

    5.1.1 Ketersediaan Fisik

    Nilai ketersediaan fis ik mesin bor adalah 98,18% (Lampiran J). Nilai

    ketersediaan fisik alat menurut Drevdahl (1968:1-7) termasuk baik karena lebih dari

    90%.

    Faktor yang mempengaruhi ketersediaan fisik adalah jumlah jam kerja, waktu

    menunggu alat dan jumlah waktu yang digunakan untuk perbaikan alat. Nilai ketersediaan

    fisik mesin bor menunjukkan perbandingan antara jumlah jam dimana alat seharusnya dapat

    dipergunakan dengan waktu perbaikan dan perawatan cukup kecil yaitu 54,50 menit . Hal ini

    menunjukkan bahwa waktu perbaikan tidak terlalu mengganggu kesiapan alat untuk bekerja.

    5.1.2 Ketersediaan mekanik

    Nilai ketersediaan mekanik mesin bor Leg Drill Shenyang-YT29A adalah 86,56%

    (Lampiran J). Nilai ketersediaan mekanik alat menurut Drevdahl (1968:1-7)

    termasuk sedang karena kurang dari 90%. Faktor yang mempengaruhi ketersediaan

    mekanik adalah jumlah jam kerja alat dan waktu yang digunakan untuk perbaikan alat. Nilai

    ketersediaan mekanik menunjukkan bahwa perbandingan antara jumlah kerja dan waktu

    perbaikan alat sudah efisien. Walaupun alat bor yang digunakan sudah berumur cukup tua,

    tetapi nilai waktu perbaikan alat cukup kecil. Hal ini menunjukkan bahwa tidak banyak terjadi

    kerusakan, sehingga komponen bor secara umum dalam keadaan baik karena nilai

    ketersediaan mekanik lebih dari 80%.

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    53/64

    5.1.3 Persen Pemakaian Ketersediaan

    Nilai pemakaian ketersediaan mesin bor Leg Drill Shenyang-YT29A adalah 54,20%

    (Lampiran J) dan menurut Drevdahl (1968:1-7) termasuk kurang baik karena dibawah

    70%, artinya pengoperasian alat tidak efisien.

    Faktor yang mempengaruhi pemakaian ketersediaan alat adalah jam kerja alat dan

    waktu menunggu alat. Nilai pemakaian ketersediaan mesin bor menunjukkan bahwa

    perbandingan antara jumlah jam kerja alat yaitu 351,15 menit dengan jumlah jam menunggu

    alat yaitu 254,25 menit menunjukkan jam kerja alat lebih kecil daripada jam kerja menunggu

    alat. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan alat tidak efisien karena lebih sedikit waktu

    yang dipergunakan untuk beroperasi.

    5.1.4 Ketersediaan Efektif

    Nilai ketersediaan efektif mesin bor adalah 53,21% (Lampiran J). Ketersediaan

    efektif alat menurut Drevdahl (1968:1-7) termasuk kurang baik karena di bawah 70% ,

    artinya pengoperasian alat tidak efisien.

    Hal ini berarti bahwa penggunaan alat belum efisien karena sedikit waktu yang

    digunakan untuk berproduksi yaitu 351,25 menit dari waktu yang sudah terjadwal yaitu

    660 menit. Waktu yang digunakan untuk perbaikan tidak terlalu berpengaruh karena

    nilainya jauh lebih kecil dibanding jumlah jam kerja alat dan waktu menunggu alat.

    5.2 Kinerja Mesin Bor

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja mesin bor adalah,

    1. Umur pakai mesin bor2. Umur Batang Bor3. Efisiensi mesin bor

    4. Efisiensi kerja pemboran

    5.2.1 Umur Pakai Mesin Bor

    Umur pakai mesin bor leg drill berdasarkan spes ifikasinya adalah 5

    tahun. Mesin bor leg drill untuk penyediaan lubang ledak pada tambang bawah

    tanah di PT.KSP yang berlokasi di tambang bawah tanah UBPE Pongkor, Antam

    digunakan sejak tahun 2009. Walaupun umur pakai alat belum berumur 5 tahun

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    54/64

    selalu dilakukan perbaikan serta perawatan secara berkala dan menyeluruh yang

    dilakukan oleh PT.KSP, mesin bor tersebut dapat digunakan secara optimum

    untuk penyediaan lubang ledak guna memperlancar dalam kemajuan tunnel. Hal

    ini ditunjukkan dengann cukup tingginya nilai kesediaan fisik dan nilai kesediaan

    mekanik yang dimiliki mesin bor tersebut.

    5.2.2 Umur Pakai Batang Bor

    Umur dari batang bor merupakan jumlah kedalaman total yang diperoleh

    dalam kegiatan pemboran sampai batang bor tersebut ditetapkan tidak layak lagi

    digunakan dan satuan umur pakainya adalah meter pemboran (drm).

    Faktor yang mempengaruhi umur dari rangkaian batang bor tersebut selama

    pengamatan adalah kurangannya ketersediaan angin dan air untuk pemboran

    sehingga menyulitkan prosesflushing dan pemboran. Tekanan air harus lebih dari 3,5

    Bar dan tekanan angin harus lebih dari 6,5 Bar. Karena jika tekanan air dan angin tidak

    terpenuhi maka kerja mesin akan maksimal dan hal itu akan merusak komponen dari

    batang bor. Air pada pemboran difungsikan untuk melunakkan dinding batuan yang

    dibor sehingga mempermudah kerja pemboran sedangkan angin digunakan untuk

    membersihkan lubang bor. Selain kurangnya ketersediaan angin dan air, kondisi

    batuan yang dibor juga mempengaruhi umur dari mata bor. Dari analisis pengujian

    kuat tekan didapatkan 72 MPa dimana batuan tersebut memiliki kekerasan yang

    sedang. Hal tersebut akan mempengaruhi abrasivitas batuan yang nantinya juga

    berpengaruh pada umur mata bor. Rangkaian bagian batang bor tersebut memiliki

    umurnya masing-masing, umur pakai mata bor (cross bit) adalah 119,59 drm, umur

    extension rodadalah 202,40 drm, umur coupling sleveeadalah 263,11 drm, dan umur

    shank adapteradalah 328,89 drm. (Lampiran Q).

    Umur mata bor dapat diperpanjang jika dilakukan penajaman kembali mata

    bor (Bit Grinding). Sedangkann untuk memperpanjang umur batang bor dapat

    dilakukan berdasarkan ketentuan WI (Work Instruction) dan SOP (Standard

    Operasional Prosedure). Upaya-upaya tersebut dapat memperpanjang umur dari

    komponen batang bor.

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    55/64

    5.2.3 Efisiensi Mesin Bor

    Efisiensi mesin bor dinilai berdasarkan tingkat penggunaan alat dari waktu

    yang tersedia untuk melakukan pemboran sehingga dalam hal ini efisiensi kerja

    mesin bor tergantung pada penggunaan efektif mesin bor (UA). Efisiensi kerja

    mesin bo r Leg Drill Shenyang-YT29A adalah 54,20 % (Lampiran J). Efisiensi kerja mesin

    bor tersebut kurang baik karena dibawah 70%, ini dikarenakan banyak waktu operasi

    dibandingkan waktu alat tersebut digunakan secara efektif .Efisiensi kerja mesin bor akan

    mempengaruhi produksi pemboran, semakin besar efisiensi kerja mesin bor makan semakin

    besar pula produksi yang dihasilkan.

    5.2.4 Efisiensi Kerja Pemboran

    Efisiensi pemboran sangat mempengaruhi produksi pemboran dimana

    peningkatan efisiensi kerja pemboran akan menambah jumlah waktu yang tersedia untuk

    melakukan kegiatan pemboran sehingga produksi pemboran secara otomatis akan

    meningkat.

    Waktu kerja efektif selama pengamatan adalah 5,54 jam per hari yang diperoleh

    dari pengurangan jam kerja teoritis per hari yaitu 11 jam dengan jumlah waktu tidak

    efektif yaitu 5,46 jam (Tabel 5.).

    1. Hambatan yang tidak dapat ditekan:- Waktu Memasuki Terowongan = 31,42 menit- Waktu menuju Front Kerja = 18,27 menit- Waktu ChargingdanBlasting = 31,35 menit- Waktu mucking = 63,82 menit

    ------------------- +

    =144,86 menit

    2. Hambatan yang dapat ditekan sebelum perbaikan:- Waktu Perbaikan = 34.50 menit- Waktu Perawatan = 20,00 menit- Waktu Persiapan menbor = 26,34 menit- Waktu persiapan pulang = 23,05 menit- Waktu Istirahat lebih awal dan terlalu lama = 60,00 menit

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    56/64

    ---------------------- +

    163,89 menit

    Jumlah Waktu hambatan saat bekerja = 144,86 menit + 163,89 menit

    = 308,75 menit

    Jam kerja efektif selama pengamatan = 11 jam (308,75 menit/60)jam

    = 11 jam 5,46 jam

    = 5,44 jam atau 351,25 menit

    Efesiensi kerja =

    x 100%

    =,

    x 100%

    = 53,21 %

    Persen efisiensi yang didapat adalah 53,21%. Hal ini menunjukkan bahwa waktu

    yang efektif yang digunakan untuk beroperasi lebih kecil dibanding waktu hambatannya.

    5.3 Produksi Pemboran

    5.3.1 Kecepatan Pemboran

    Pemakaian gross drilling ratedikarenakan gross drilling ratememperhitungkan

    waktu untuk mengatasi hambatan yang dimana pada kegiatan pemboran tidak pernah

    dilepas dari hambatan.

    Kecepatan pemboran diperoleh 0,21 m/menit dengan membandingkan

    kedalaman rata-rata yang dapat dicapai yaitu 1,94 m dengan waktu edar yaitu 9,20

    menit untuk membuat satu lubang ledak. Kecepatan pemboran dapat ditingkatkan

    dengan memperkecil waktu mengatasi hambatan. Hal tersebut dapat diupayakan dengan

    pemilihan komponen pemboran yang sesuai, meningkatkan keahlian operator, dan

    perawatan terhadap komponen mesin bor.

    5.3.2 Volume KesetaraanVolume setara sangat dipengaruhi dengan pola pemboran, geometri pemboran

    dan jumlah lubang ledak. Volume setara yang diterapkan menggunakan pola pemboran

    burn-cut dengan kemajuan lubang bukaan sekali peledakan 1,7 m dengan jumlah

    lubang ledak yaitu 44 lubang isi dang 1 lubang kosong dengan kedalaman 1,94 m yang

    dapat diperoleh per hari adalah 0,311 m3/menit. (Lampiran P)

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    57/64

    5.3.3 Produktivitas Pemboran

    Poduktivitas pemboran sangat dipengaruhi oleh kecepatan pemboran, volume

    setara dan efesiensi kerja pemboran. Kecepatan pemboran sangat dipengaruhi oleh

    waktu hambatan, jika waktu hambatan pada waktu edarnya kecil maka kecepatan

    pemborannya akan lebih besar dan produktivitas pemboran meningkat. Volume setara

    sangat dipengaruhi oleh kemajuan peledakannya, semakin baik hasil dari sekali

    peledakan maka akan mempengaruhi produktivitas pemborannya. Efisiensi kerja

    pemboran sangat dipengaruhi oleh waktu kerja efektif yang digunakan dibanding dengan

    waktu kerja teoritisnya.

    Produktivitas Pemboran = kecepatan pemboran x volume setara x eff.kerja x 60 x 11

    = 0,21 m/menit x 0,311 m3/menit x 0,5321 x 60 x 11

    = 22,93 m3/shift/alat bor atau 2,08 m

    3/jam/alat bor

    Dengan kecepatan pemboran 0,23 m/menit, volume setara 0,311 m3/menit, dan

    efisiensi kerja 53,21% maka produktivitas pemborannya 22,93 m3/shift/alat bor atau

    2,08 m3/jam/alat bor (Lampiran P). Setelah dikonversikan dengan densitas batuannya

    yaitu 2,2 ton/m3, hasil produktivitas pemboran tersebut belum dapat dikatakan

    mencapai target kemajuan sekali peledakan sepanjang 1,7 m yaitu 59,84 ton/shift/alat

    bor (Lampiran N). Alasan tidak tercapainya target kemajuan 1,7 m dikarenakan kondisi

    batuan tidak merata dan jumlah lubang bor sebanyak 45 tidak tercapai, kedalaman

    lubang bor tidak sama antara satu dengan lainnya.

    5.4 Kemungkinan Peningkatan Kerja Pemboran

    Upaya peningkatan efisiensi kerja dilakukan dengan cara mereduksi waktu

    hambatan yang dapat dihindari sehingga memperkecil waktu kerja tidak efektif. Upaya

    itu dilakukan dengan cara menurunkan waktu kegiatan yang dapat ditekan. Dari waktu perbaikan 34,5 menit dapat ditekan menjadi 25 menit . Pada waktu

    perawatan mesin bor 20 menit dapat ditekan menjadi 10 menit . Upaya penekanan

    waktu untuk perbaikan dan perawatan itu dilakukan dengan cara penggunaan mesin

    bor yang baik dan benar sehingga meminimalisir kerusakan yang terjadi sehingga

    waktu untuk perbaikan dan perawatan berkurang.

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    58/64

    Waktu persiapan membor 26,34 menit dapat ditekan menjadi 15 menit dengan caramelakukan scallingdan washingsecara bersamaan, selain itu pengecekan terhadap

    adanya ketersediaan angin dan air juga perlu dilakukan sehingga akan lebih

    mempersingkat waktu .

    Waktu persiapan pulang 23,05 menit dapat ditekan menjadi 10 menit dengan carasegera melakukan housekeeping setelah kegiatan operasi pemboran selesai

    sehingga dapat mempersingkat waktu. Kemudian jalur untuk pulang dari dalam

    bukan dari luar. Jika lewat jalur luar maka dibutuhkan sekitar 20 menit untuk

    sampai ke site. Jika melewati jalur dalam atau dari level 600 Ciurug ke level 500

    Ciguha maka dibutuhkan waktu sekitar 10 menit.

    Sehingga uraian perhitungan efisiensi adalah sebagai berikut:

    1. Hambatan yang tidak dapat ditekan:- Waktu Memasuki Terowongan = 31,42 menit- Waktu menuju Front Kerja = 18,27 menit- Waktu ChargingdanBlasting = 31,35 menit- Waktu mucking = 63,82 menit

    ------------------- +

    =144,86 menit

    2. Hambatan yang dapat ditekan diusulkan:- Waktu Perbaikan = 25,00 menit- Waktu Perawatan = 10,00 menit- Waktu Persiapan menbor = 15,00 menit- Waktu persiapan pulang = 10,00 menit- Waktu Istirahat lebih awal dan terlalu lama = 30,00 menit

    ---------------------- +

    90,00 menit

    Jumlah Waktu kerja efektif sesudah perbaikan = 144,86 menit + 90,00 menit

    = 234,86 menit

    Jam kerja efektif sesudah perbaikan = 11 jam (234,86 menit/60)jam

    = 11 jam 3,91 jam

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    59/64

    = 7,09 jam = 425,14

    Efesiensi kerja =

    x 100%

    =,

    x 100%

    = 64,41 %Dengan adanya upaya mereduksi waktu hambatan yang dapat dihindari maka

    waktu kerja efektif akan bertambah menjadi 7,09 jam yang diperoleh dari pengurangan

    jam kerja teoritis dengan jumlah waktu tidak efektif. Dengan demikian efisiensi kerja

    pemboran menjadi meningkat menjadi 64,41%.

    Dari penekanan yang dilakukan akan berpengaruh pada meningkatnya produksi

    pemboran dan efisiensi pemboran

    Peningkatan efisiensi pemboran meningkatkan produktifitas pemboran karena

    waktu yang tersedia untuk kegiatan operasi pemboran menjadi bertambah.

    Produktivitas pemboran = kecepatan pemboran x volume setara x eff. Kerja x 60 x 11

    = 0,21 m/menit x 0,311 m3/menit x 0,6441 x 60 x 11

    = 27,76 m3/shift/alat bor atau 2,52 m

    3/jam/alat bor

    Tabel 5.1

    Hambatan Kerja alat bor (Lampiran K)

    Jenis Hambatan

    Hasil

    Pengamatan

    Upaya

    Peningkatan

    (menit) (menit)

    A. Tidak dapat ditekan

    waktu memasuki terowongan 31,42 31,42

    waktu menuju front kerja 18,27 18,27waktu pemasangan mesh dan rockbolt/mesh

    front146,60 146,60

    waktu charging& Blasting 31,35 31,35

    waktu mucking 63,82 63,82

    B. Dapat Dihindari

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    60/64

    Waktu perbaikan 34.5 25

    waktu perawatan 20 10

    waktu persiapan menbor 26,34 15Waktu persiapan pulang 23,05 10

    waktu istirahat lebih awal dan terlalu lama 60 30

    Total 308,75 234,86

    Jumlah Jam Kerja teoritis perhari 660,00 660,00

    Jumlah waktu kerja efektif 351,25 425,14

    Effesiensi kerja (%) 53,21 64,41

    Catatan: Waktu pemasanganMeshdanRockboltmasih berkaitan dengan kerja mesin borsehingga pada total kerja efektif tidak diikut sertakan.

    Sebelum adanya perbaikan produksi pemboran yang dihasilkan sebesar 22,93m

    3/shift atau 2,08 m

    3/jam, namun karena adanya waktu perbaikan maka produksi

    pemboran meningkat menjadi 27,76 m3/shift atau 2,52 m3/jam dari hasil

    produktivitasnya setelah dikonversikan dengan densitas batuan yang dibor yaitu 2,20

    ton/m3 tonase yang dihasilkan sebesar 61,07 ton/shift/alat bor dan dapat dikatakan

    mencapai target produksi (Lampiran N)

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    61/64

    BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Berdasarkan uraian dari bab- bab sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan

    dan saran sebagai berikut:

    6.1 Kesimpulan

    1. Efisiensi kerja pemboran selama pengamatan di lapangan didapatkan 54,20%.Efisiensi pemboran tersebut termasuk kurang baik karena dibawah 70%. Hal itu

    dikarenakan waktu siap atau waktu dimana alat tidak dipergunakan padahal alat

    tersebut siap beroperasi terlalu besar yaitu sebesar 254,25 menit ditambah

    dengan waktu perbaikan serta perawat sebesar 54,50 menit.

    2. Produktifitas mesin bor Shenyang-YT29A adalah 22,93 m3/shift/alat bor atau2,22 m

    3/jam/alat bor. Dengan efisiensi pemboran sebesar 53,21% dan densitas

    batuan yang digali sebesar 2,20 ton/m3, hasil produksi tersebut belum dapat

    mencapai target kemajuan penggalian lubang bukaan karena produksi yang

    dihasilkan dengan produktifitas dan densitas diatas adalah 50,45 ton/shift,

    sedangkan untuk mencapai target dengan kemajuan penggalian lubang bukaan

    sepanjang 1,7 m per peledakan adalah 59,84 ton/shift.

    3. Umur mata bor dan batang bor dipengaruhi oleh medan kerja seperti kondisibatuan dimana batuan tersebut memiliki kekerasan yang sedang. Hal tersebut

    akan mempengaruhi abrasivitas batuan yang nantinya juga berpengaruh pada

    umur mata bor. Kemudian selain dipengaruhi medan kerja, operator, dan

    ketersediaan air dan angin juga berpengaruh pada umur dari batang bor dan

    mata bor karena air dan angin akan membantu proses pembilasan juga

    membantu proses pemboran dalam menggali batuan karena jika tekanan air

    >3,5 Bar dan tekanan angin >6,5 Bar maka kerja mesin bor tanpa adanya

    dukungan air dan angin akan merusak komponen batang bor sehingga komponen

    batang bor tersebut cepat aus. Hal itu akan mengurangi umur dari komponen

    batang bor itu sendiri.

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    62/64

    6.2 Saran

    1. Setelah adanya upaya peningkatan efisiensinya dengan cara memperkecil waktu

    hambatan yang berupa waktu perbaikan menjadi 25 menit dan waktu perawatan

    menjadi 10 menit dengan cara menggunakan alat dengan baik dan benar

    sehingga meminimalisir waktu perbaikan dan perawatan, waktu persiapan

    pemboran menjadi 15 menit dengan cara melakukan scalling dan washingsecara

    bersamaan, waktu persiapan pulang menjadi 10 menit dengan cara mempercepat

    housekeeping sehingga waktu persiapan pulang dapat ditekan, maka efisiensi

    kerja pemboran dapat mengalami peningkatan menjadi 64,41%. Dengan adanya

    perbaikan jam kerja yang tersedia maka produksi pemboran meningkat menjadi

    27,76 m3/shift atau 2,52 m

    3/jam dan produksi sudah dapat mencapai target

    dengan kemajuan lubang penggalian 1,7 m adalah 59,84 ton/shift .

    2. Untuk mempertahankan kecepatan pemboran maka perlu adanya penajaman

    kembali mata bor (Bit Grinding)dengan alat yang dinamakan grindersehingga

    kedalaman yang dihasilkan memuaskan dan mencapai target. Hal ini dilakukan

    juga untuk memperpanjang umur mata bor.

    3. Untuk memperpanjang umur batang bor, diupayakan agar operator menggunakanWI (Work Instruction) dan SOP (Standar Operational Prosedure) pemboran

    yang telah ditetapkan dan tetap menjaga kestabilan penyediaan air dan angin

    untuk pemboran.

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    63/64

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Barlian Dwinagara., (2010), Panduan Praktikum Teknik Peledakan, LaboratoriumPemboran dan Peledakan Jurusan Teknik Pertambangan UPN VETERAN

    Yogyakarta

    2. Drevdahl, Er, Jr, (1968), Profitable Use of Excavation Equipment, TechinicalPublication desert L Inc, Arizona.

    3. http://wapedia.mobi/id/Emas:4. Jimeno,.CL., (1995),Drilling And Blasting Of Rock, AA Bakema, Roterdam .5. Joel Stein., (1997), Drilling The Manual Of Methods, Application And

    Management, CRC, Pres LLC.

    6. Johanes,Kastolan., (2004), Kompetensi Matematika Kelas 2 SMA Semester Pertama,Jakarta.

    7. Laporan Geoteknik PT. UBPE Antam (2010), Pongkor, Bogor, Jawa Barat.8. Laporan Struktur Geologi daerah PT.UBPE Antam (2010), Pongkor, Bogor, Jawa

    Barat

    9. Mc Gregor (1967), The Drilling of Rock, Cr books,Ltd, Maclaren Company, London.10.Peta wilayah Eksplorasi dan Eksploitasi PT. UBPE Antam (2010), Pongkor, Bogor,

    Jawa Barat

    11.S. Koehler., (1967), Mining Methods And Equipment, Montana College of Mineralscience And Technology, Chicago.IL.

    12.Singgih Saptono, S. Koesnaryo (1998), Pemboran dan Peledakan Batuan,Laboratorium Pemboran dan Peledakan Jurusan Teknik Pertambangan UPNVETERAN Yogyakarta

    13.Koesnaryo S., (2001), Pemboran untuk Penyediaan Lubang Ledak, Jurusan TeknikPertambangan UPN VETERAN Yogyakarta

  • 7/22/2019 Abstraksi Laura Puspita S Tambang 112070020

    64/64