ringkasan eksekutif informasi kinerja … fileringkasan eksekutif 3 sebesar: (1) 96,16 % berasal...

16

Upload: dinhmien

Post on 08-Apr-2019

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA … fileRingkasan Eksekutif 3 sebesar: (1) 96,16 % berasal dari kegiatan berbasis lahan (alih fungsi kawasan hutan dan lahan). Sedangkan emisi
Page 2: RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA … fileRingkasan Eksekutif 3 sebesar: (1) 96,16 % berasal dari kegiatan berbasis lahan (alih fungsi kawasan hutan dan lahan). Sedangkan emisi

Ringkasan Eksekutif 1

RINGKASAN EKSEKUTIF

INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUPDAERAH

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017

DIKPLHD PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017

DIKPLHD Provinsi Kalimantan Timur disusun oleh Tim yang dibentuk oleh

Gubernur Kalimantan Timur dengan Surat Keputusan nomor: 660.2/K.167/2018

tentang Pembentukan Tim Penyusun Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan

Lingkungan Hidup Daerah Prov. Kaltim.

VISI DAN MISI PEMERINTAH PROV. KALTIM TAHUN 2005-2023

Kalimantan Timur telah menetapkan visi pembangunan dalam Rencana

Pembangunan Jangka Panjang (RPJPD) Tahun 2005-2023 adalah

"TERWUJUDNYA MASYARAKAT YANG ADIL DAN SEJAHTERA

DALAM PEMBANGUNANBERKELANJUTAN".

Visi tersebut diwujudkan melalui 5 misi, misi yang ke-5 adalah Mewujudkan

pembangunan yang terpadu dan serasi dengan pendekatan pengembangan

wilayah berbasis ekonomi danekologi.

VISI DAN MISI PEMERINTAH PROV. KALTIM TAHUN 2013-2018

Saat sekarang ini Pemerintah Prov. Kaltim telah memasuki Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang ke-3, yaitu tahun 2013-2018. Visi

Pembangunan Kalimantan Timur tahun 2013-2018 adalah “MEWUJUDKAN

KALTIM SEJAHTERA YANG MERATA DAN BERKEADILAN BERBASIS

AGROINDUSTRI DAN ENERGI RAMAH LINGKUNGAN”, yang

diwujudkanmelalui 5 misi, dimana misi ke-5 adalah Mewujudkan kualitas

lingkungan yang baik dan sehat serta berperspektif

perubahaniklim.Sedangkan tujuan pembangunan Kalimantan Timur dalam jangka

menengah (2013- 2018) ada 6 tujuan, dimana tujuan ke- 3 adalah : Meningkatkan

pertumbuhan ekonomi hijau; dan tujuan ke-6 adalah: Meningkatkan kualitas

lingkungan hidup.

Indikator yang digunakan dalam menilai keberhasilan arah pembangunan

Kalimantan Timur dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup terdisi

Page 3: RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA … fileRingkasan Eksekutif 3 sebesar: (1) 96,16 % berasal dari kegiatan berbasis lahan (alih fungsi kawasan hutan dan lahan). Sedangkan emisi

Ringkasan Eksekutif 2

atas 2 (dua) sasaran, yaitu: (1) Meningkatnya Indeks Kualitas Lingkungan

Hidup (IKLH);dan (2) Menurunnya Tingkat Emisi Gas Rumah Kaca(GRK).

Program kegiatan dalam upaya pencapaian prioritas Peningkatan Kualitas

Lingkungan Hidup Prov. Kaltim yang dilaksanakan melalui 10 program dan 41

kegiatan, dengan alokasi anggaran sebesar Rp18,52 Milyar, dengan capaian sasaran

prioritas IKLH 83,19%, sedangkan untuk sasaran penurunan intensitas tingkat

emisi GRK adalah sebesar 1.368 ton CO2/PDRB US $juta.

INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Prov. Kaltim meliputi: (1) Indeks

Kualitas Air; (2) Indeks Kualitas Udara; dan (3) Indeks Kualitas Tutupan Hutan.

Pada tahun 2013, kondisi awal IKLH Kaltim adalah 74,07. Pada tahun 2017

targetnya adalah 81,99, sedangkan realisasi yang dapat dicapai adalah 82,64,

termasuk dalam kategori sangat baik (82 < sangat baik< 90), dikarenakan

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur telah menunjukan peningkatan kinerja

dalam pengelolaan lingkungan hidup terutama dalam aspek pengendalian

pencemaran air, udara ambient dan tutupan hutan.

PENURUNAN INTENSITAS EMISI KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

Strategi Pembangunan Kaltim yang berkelanjutan dan Ramah Lingkungan telah

disusun dan mewarnai kebijakan dan arah pembangunan daerah, demikian pula

strategi dan rencana aksi penurunan emisi GRK telah dihasilkan dan dilaksanakan,

dimana strategi pembangunan tersebut memastikan pembangunan ekonomi dan

pengurangan emisi dikuatkan dan dilaksanakan secara bersama. Bagi Provinsi

Kaltim yang sedang membangun, strategi yang dipilih adalah menciptakan dan

mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang memiliki nilai ekonomi dan nilai

tambah tinggi, namun disisi lain menghasilkan emisi yang rendah. Namun disisi

lain laju deforesterasi (41.817 ha/tahun) yang lebih tinggi dari kemampuan

Pemprov. Kaltim untuk melakukan rehabilitasi lahan menyebabkan

Kaltimmerupakan provinsi penyumbang emisi GRK ke-3 terbesar dari 34

Provinsi, yang sebagian besar berasal dari kegiatan konversi hutan dan

penggunaan lahan lainnya. Konversi hutan disebabkan karena kegiatan

perkebunan kelapa sawit, kehutanan, pertambangan, pertanian dengan emisi yang

berasal dari deforesterasi, degradasi hutan, kebakaran hutan dan lahan. Kontribusi

Page 4: RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA … fileRingkasan Eksekutif 3 sebesar: (1) 96,16 % berasal dari kegiatan berbasis lahan (alih fungsi kawasan hutan dan lahan). Sedangkan emisi

Ringkasan Eksekutif 3

sebesar: (1) 96,16 % berasal dari kegiatan berbasis lahan (alih fungsi kawasan

hutan dan lahan). Sedangkan emisi yang berasal dari (2) sektor energi, transportasi

dan industri berkontribusi 3,17 % dan diikuti dengan (3) emisi dari sektor limbah

sebesar 0,64 %.Untuk Penurunan intensitas emisi GRK, maka kondisi awal pada

tahun 2013 adalah 1.500, realisasi pada tahun 2015 adalah 1.738, target pada tahun

2016 adalah 2000, dengan realisai yang dapat dicapai adalah 1.368. Berarti telah

melebihi dan mencapai target yang ditetapkan.

ISU PRIORITAS LINGKUNGANHIDUP

Isu prioritas lingkungan hidup adalah permasalah lingkungan hidup strategis yang

memenuhi kriteria antara lain, yaitu: (1) merupakan kerusakan sumber daya alam

dan kerusakan keanekaragaman hayati; (2) merupakan pencemaran atau

kerusakan lingkungan hidup yang berdampak signifikan terhadap kehidupan

sosial, ekonomi, budaya dan kualitas lingkungan hidup; dan (3) mendapatkan

perhatian publik yang luas, serta perlu ditanganisegera.

Untuk mendapatkan isu prioritas lingkungan hidup di wilayah Provinsi

Kalimantan Timur, dilakukan dalam 3 (tiga) tahap kegiatan yaitu: (1) Tahapan

identifikasi isu lingkungan hidup; (2) Tahapan evaluasi dan verifikasi isu

lingkungan hidup; dan (3) Tahapan penetapan 3 isu prioritas lingkungan hidup

beserta analisis PSR (Pressure, State, danResponse).

Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) tanggal 13 Maret 2018,

maupun hasil diskusi-diskusi terkait lainnya sepanjang Juni 2017 s/d Mei 2018

yang diikuti/dihadiri Tim Penyusun DIKPLHD Prov. Kaltim Tahun 2017

ditetapkan 4 Isu Prioritas Lingkungan Hidup Prov. Kaltim Tahun 2017, yaitu: (1).

Isu Dampak yang Diakibatkan Perubahan Iklim; (2). Isu Ancaman terhadap

Kawasan Ekosistem Karst Sangkulirang-Mangkalihat; (3). Isu Dampak yang

Diakibatkan Kegiatan Pertambangan Batubara; dan (4). Isu Ancaman Kawasan

Delta Mahakam.

UPAYA (RESPONSE) ATAS ISU DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

Isu Strategis dari Dampak Perubahan Iklim meliputi upaya: (1) Mitigasi GRK

terhadap (a) Emisi Sektor Berbasis Lahan; (2) Emisi Sektor Energi, Transportasi

dan Proses Industri; dan (3) Emisi Sektor Limbah, dan Adaptasi terhadap (a)

Sektor Sumber Daya Air; (b) Sektor Bencana; dan (c) Sektor Kesehatan.

Page 5: RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA … fileRingkasan Eksekutif 3 sebesar: (1) 96,16 % berasal dari kegiatan berbasis lahan (alih fungsi kawasan hutan dan lahan). Sedangkan emisi

Ringkasan Eksekutif 4

ARAHAN KEGIATAN PENDUKUNG MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

BERBASIS LAHAN:

1. Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) disertai dengan penguatan

kelembagaan, dukungan kebijakan, peningkatan kapasitas pengelola,

percepatan penyusunan Rencana Pengelolaan KPH, serta dukungan pendanaan

bagi operasional KPH yangoptimal.

2. Penguatan kelembagaan kelompok muda dalam mendukung upaya pemulihan

kawasan, melalui pembentukan dan penguatan Kelompok Pelajar, Mahasiswa

dan Pemuda yang mendukung upaya perlindungan dan pemulihan kawasan

hutan, pengembangan kurikulum dan program sekolah hijau/Adiwiyata, serta

dukungan program dan kegiatan kelompokmuda.

3. Penguatan kelembagaan desa (Pemerintah Desa, Badan Perwakilan Desa,

Badan Usaha Milik Desa) di dalam mendukung perlindungan dan pemulihan

kawasan hutan dan gambut, melalui perencanaan pembangunan desa hijau dan

penataan ruang desa yang berperspektif perubahan iklim (Program Kampung

Iklim), peningkatan kapasitas, serta pengembangan peraturan dan kebijakan

yang mendukung haltersebut.

4. Identifikasi, Verifikasi dan Validasi, serta Penetapan Masyarakat Hukum Adat,

beserta Kawasan Kelola Adatnya, berdasarkan Perda Kaltim Nomor 1/2015

tentang Pedoman Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat di

Provinsi Kalimantan Timur, dimana Pemerintah memiliki kewenangan

penetapan tanah ulayah, berdasarkan wilayah kewenangannya, serta melakukan

peningkatan kapasitas masyarakat hukum adat, kearifan lokal dan

pengetahuantradisional.

5. Percepatan Penetapan (pengukuhan) Kawasan Hutan. Hingga tahun 2014, telah

dilakukan penetapan kawasan hutan di Kaltim sebanyak 45 unit kawasanhutan.

ARAHAN MITIGASI SEKTOR LIMBAH

1. Kebijakan dan pengembangan insentif yang mendorong penurunan sampah

rumah tangga, melalui kampanye reduksi sampah, penggunaan tas belanja tidak

sekali pakai, pengembangan kegiatan daur ulang dan guna ulang barang.

2. Pengembangan usaha-usaha daur ulang sampah di Balikpapan, Samarinda,

Botang, Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara, melalui dukungan

kebijakan dan insentifusaha.

Page 6: RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA … fileRingkasan Eksekutif 3 sebesar: (1) 96,16 % berasal dari kegiatan berbasis lahan (alih fungsi kawasan hutan dan lahan). Sedangkan emisi

Ringkasan Eksekutif 5

3. Peningkatan kualitas pengelolaan Tempat Pengolahan Akhir Sampah yang ada

di kawasan perkotaan, termasuk peningkatan cakupan wilayah layanan dan

flaring gasmethane.

4. Pengurangan limbah padat industri sebesar 20%, dengan memanfaat-kannya

sebagai bahan bakar pembangkit listrik atau untuk proses produksi, serta

menerapkan perlakukan aerobic treatment dan kolam anaerobik dangkal

(anaerobic shallowlagoon).

5. Implementasi pemanfaatan limbah cair, diantaranya pemanfaatan limbah cair

kelapa sawit (POME) sebagai sumber energilistrik

ARAHAN MITIGASI SEKTOR INDUSTRI, ENERGI, TRANSPORTASI

1. Pengembangan pembangkit listrik dengan energi terbaharukanmenggunakan

tenaga matahari, air, biogas dankayu: a). Pembangunan PLTA Tabang sebesar

205MW; b). Pembangunan PLTA Kelay sebesar 150MW; c). Pembangunan

PLTS terpusat off grid 2 x 7 MWp; d). Pembangunan PLTS terpusat on grid 2

x 10MWp; e). Pembangunan digester biogas skala besar 108unit; dan f).

Pembangunan Pembangkit Listrik berbahan bakar kayu (woodpellet).

2. Pengembangan pembangkit listrik skalakecil: a). Pembangunan 20 unit PLTMH

masing-masing 1MW; b). Pembangunan digester Biogas skala kecil sebanyak

1.115unit; c). Pengembangan pembangkit listrik berbahan wood-pelet dipedesaan.

3. Penghematan energy industri: a). Penghematan industri PT BadakNGL; b).

Penghematan industri PT Pupuk Kaltim; c). Penghematan industri PT. Pertamina.

4. Perbaikan pola angkutan massal: a). Smart driving; b). Peremajaan angkutan

umum; c). Pembangunan integrated transportation system (ITS); dan

Pengembangan Bus Rapid Transit (BRT).

UPAYA (RESPONSE) ATAS ISU DAMPAK PERTAMBANGAN BATUBARA

1. Pemprov. Kaltim telah menerbitkan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang

Prov. Kaltim tahun 2016-2036, yang telah menetapkan luas kawasan

pertambangan kurang lebih 5.227.136 hektar, dengan mengatur dan membatasi

kegiatan pertambangan ssesuai arahan zonasi, termasuk jarak minimal kegiatan

pertambangan batubara denganpermukiman.

2. Berdasarkan hasil evaluasi Pemerintah Prov. Kaltim dengan menggunakan

analisis status lahan kegiatan pertambangan harus memenuhi aspek CnC (Clear

Page 7: RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA … fileRingkasan Eksekutif 3 sebesar: (1) 96,16 % berasal dari kegiatan berbasis lahan (alih fungsi kawasan hutan dan lahan). Sedangkan emisi

Ringkasan Eksekutif 6

and Clean) berupa sertifikat CnC yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat

dengan rekomendasi CnC dari pemerintah provinsi, maka Jumlah IUP yang

berpotensi dicabut sebanyak 826 IUP (atau 58,83% dari 1.404 IUP) dengan

total luas lahan kurang lebih 2.488.052,12 ha yang akan dicabut.

3. Pemerintah Prov. Kaltim dalam rangka mengatur peningkatan produksi

batubara dalam kaitannya dengan kewajiban reklamasi dan revegetasi serta

penutupan lubang tambang, maka diterbitkanlah Perda Kaltim Nomor 01/2014

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dimana pada pasal

30-31 diatur bahwa setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan

penambangan batubara yang berpotensi menimbulkan pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan hidup, maka dalam hal melakukan peningkatan produksi,

diwajibkan telah melaksanakan reklamasi dan revegetasi minimal 40 % (empat

puluh persen) dari luasan lahan yang telah dibuka, dan telah melaksanakan

penutupan lubang tambang minimal 70% (tujuh puluh persen) dari jumlah

lubang yang telah dibuka (baik lubang aktif dan tidakaktif).

4. Pemerintah Prov. Kaltim dalam rangka mengatur penyelenggaran reklamasi

dan pasca tambang telah menerbitkan Perda Kaltim Nomor 08/2013 tentang

Penyelenggaraan Reklamasi dan Pasca Tambang, yang pada pasal 9telahdiatur

secara lebih ketat daripada aturan Pemerintah Pusat, dimana indikator

keberhasilan reklamasi wajib memenuhi syarat minimal dalam tahapan

kegiatan penataan lahan, revegetasi dan pemantauan, yaitu rencana sisa lubang

tambang akhir (void) harus memiliki luasan maksimal 10% dari luasan areal

terganggu, sedangkan pusat mengatur maksimal 20% dari luas IUP apabila

lubangnya terkonsentrasi atau tidak lebih dari 30% dari luas IUP apabila

lubangnya terfragmentasi.

5. Pemerintah Prov. Kaltim telah menetapkan Perda Nomor 02/2011 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, dimana pada

Lampiran I.27 mengatur Baku Mutu Air Limbah untuk Kegiatan Pertambangan

Batubara, meliputi parameter TSS, Besi Total (Fe), mangan Total (Mn) dan pH.

Parameter TSS perusahaan batubara wajib melakukan

pemantauan/pengambilan sampling minimum 2x/ minggu, parameter pH wajib

diukur setiap hari, sedangkan parameter Fe dan mewajib diukur minimal setiap

bulan. Juga ditetapkan baku mutu air limbah untuk kegiatan pertambangan

batubara yang melakukan proses pencucianbatubara.

Page 8: RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA … fileRingkasan Eksekutif 3 sebesar: (1) 96,16 % berasal dari kegiatan berbasis lahan (alih fungsi kawasan hutan dan lahan). Sedangkan emisi

Ringkasan Eksekutif 7

6. Pemerintah Prov. Kaltim telah menerbitkan Perda Kaltim Nomor 10/2012

tentang Penyelenggaraan Jalan Umum dan Jalan Khusus untuk Kegiatan

Pengangkutan Batubara dan Kelapa Sawit dan diperkuat dengan Peraturan

Gubernur Kaltim Nomor 43/2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Penyelenggaraan Jalan umum dan Jalan Khusus untuk Kegiatan

Pengangkutan Batubara dan Kelapa Sawit. Dalam peraturan ini diatur bahwa

setiap kegiatan pengangkutan batubara dilarang melalui jalan umum, kecuali

batubara yang sudah dalam kemasan dan ditujukan untuk keperluan rumah

tangga dapat diangkut melalui jalan umum dengan pembatasan tonase sesuai

dengan kelas jalan yang berlaku.

7. Gubernur Kaltim melalui Peraturan Gubernur Nomor 53/2015 tentang Komisi

Pengawas Reklamasi dan Pasca Tambang Daerah. menetapkan Komisi

Pengawas Reklamasi dan Pasca Tambang Daerah yang merupakan lembaga

independen yang membantu penyelenggaraan reklamasi dan pasca tambang di

KalimantanTimur.

8. Gubernur Kaltim menetapkan Peraturan Gubernur Nomor 5/2014 tentang

Program Penilaian Peringkat Kinerja Kegiatan Pertambangan Batubara

dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peserta proper

pertambangan batubara diberlakukan bagi perusahaan pertambangan batubara

yang beroperasi di wilayah Kaltim. Perusahaan batubara yang tidak bersedia

mengikuti program proper tanpa alasan yang jelas, akan dianggap tidak

melakukan pengelolaan lingkungan hidup dan termasuk dalam kategori

peringkathitam.

9. Gubernur Kaltim dalam rangka menata pemberian izin dan non perizinan

usaha/kegiatan pertambangan batubara di wilayah Kaltim, menerbitkan

Peraturan Gubernur Nomor 17 tahun 2015 tentang Penataan Pemberian Izin

dan Non Perizinan serta Penyempurnaan Tata Kelola Perizinan di Sektor

Pertambangan, Kehutanan dan Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi

KalimantanTimur.

10. Membuat arahan mitigasi perubahan iklim pada kawasan pertambangan sebagai

sebuah kebijakan di dalam Master Plan Perubahan Iklim Prov. Kaltim 2015-

2035, yang sedang dalam proses diperdakan pada tahun 2017 ini, dengan

arahan mitigasi: (a) Peningkatan rasio lahan rehabilitasi dan reklamasi di areal

perizinan pertambangan, termasuk di dalamnya: pembatasan produksi batubara,

Page 9: RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA … fileRingkasan Eksekutif 3 sebesar: (1) 96,16 % berasal dari kegiatan berbasis lahan (alih fungsi kawasan hutan dan lahan). Sedangkan emisi

Ringkasan Eksekutif 8

pengetatan perizinan baru, pengawasan dan penegakan hukum, pembinaan dan

pengendalian terhadap penerapan sistem pertambangan yang baik dan benar

(good mining practices), percepatan revegetasi pasca tambang baik di dalam

dan di luar kawasan hutan, serta pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban

sesuai dengan kontrak karya pemegangperizinan pertambangan; dan (b)

Pengelolaan kawasan ijin pinjam pakai kawasan hutan untuk pertambangan,

melalui reklamasi yang disertai dengan restorasi dan rehabilitasi kawasan

selambatnya 30 hari setelah tidak ada kegiatan, untuk mengembalikan fungsi

hutan pasca tambang.

11. Melakukan pendampingan dalam penyelesaian kasus lingkungan khususnya

korban jiwa di lubang tambang yang saat ini sudah dilimpahkan ke aparat

kepolisian.

UPAYA (RESPONSE) ATAS ISU ANCAMAN KARST SANGKULIRANG -

MANGKALIHAT

1. Pemprov. Kaltim menetapkan Pergub Kaltim Nomor 67 tahun 2012, meskipun

kewenangan menetapkan Kawasan Lindung Karst merupakan kewenangn

pemerintah pusat berdasarkan permen ESDM Nomor 17 tahun 2012, Pemprov.

Kaltim telah berinisiatif menerbitkan Pergub No 67 tahun 2012 tentang

Kawasan Lindung Ekosistem Karst Sangkulirang-Mangkalihat di Kab. Kutim

dan Kab. Berau dalam rangka perlindungan dan pelestarian Kawasan Karst

Sangkulirang-Mangkalihat, karena sampai dengan saat ini pemerintah pusat

belum juga menetapkan Kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat sebagai

Kawasan Karst yang wajib dilindungi. Kawasan Ekosistem Karst

Sangkulirang-Mangkalihat berada di wilayah administrasi Kab. Berau dan

Kab. Kutim seluas 1.867.676 ha. Kawasan Ekosistem karst Sangkulirang-

mangkalihat tersebar di Hutan Lindung dan kawasanbudidaya.

2. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur sesuai dengan amanah pasal 10

Pergub No 67 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Kawasan

Ekositem Karst Sangkulirang-Mangkalihat di Kabupaten Kutai Timur dan

Kabupaten Berau juga telah membentuk forum Karst Kaltim dengan

melibatkan berbagai pihak pemerintah dan non pemerintah didalam

merumuskan kebijakan tentang Karst di Prov. Kaltim.

3. Pemerintah Prov. Kaltim telah bersurat secara resmi kepada Kementerian

Page 10: RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA … fileRingkasan Eksekutif 3 sebesar: (1) 96,16 % berasal dari kegiatan berbasis lahan (alih fungsi kawasan hutan dan lahan). Sedangkan emisi

Ringkasan Eksekutif 9

Kebudayaan dan Pariwisata terkait usulan agar Kawasan Karst Sangkulirang-

Mangkalihat menjadi salah satu cagar budaya nasional dan warisan dunia

(World heritage), apalagi mengingat di dalam Kawasan karst Sangkulirang-

Mangkalihat terdapat Gua Bloyot yang di dindingnya menyimpan peninggalan

sejarah purbakala berupa gambar telapak tangan berusia sekitar 2000 tahun,

beserta lukisan atau gambar beberapa hewan.

4. Gubernur Kaltim melalui Surat Keputusan Gubernur No. 660/K.883/2011,

tanggal 22 Desember 2011, tentang Forum Pengelolaan Karst Berau – Kutai

Timur telah membentuk Forum Pengelolaan Karst.

5. Berdasarkan pasal 7 huruf e dari Pergub Kaltim Nomor 67 tahun 2012, diambil

kebijakan bahwa untuk setiap pemanfaatan kawasan Batu Gamping guna

kegiatan yang bersifat ekonomis, hasrus memenuhi kriteria sebagai berikut: (1)

berada di luar kawasan bentang alam karst; (2) tidak memenuhi kriteria

bentang alam karst sebagaimana diatur dalam pasal 4 Permen ESDM Nomor

17 tahun 2012; (3) Calon pemanfaat kawasan batu gamping mengajukan

permohonan kepada pemerintah daerah untuk dilakukan penyelidikan kawasan

yang dimohonkan; (4) Penyelidikan kawasan dilakukan oleh tim yang dibentuk

oleh pemerintah daerah yang terdiri dari para ahli dan tim teknis karst; dan (5)

hasil penyelidikan akan diusulkan oleh Kepala Daerah kepada Menteri ESDM

cq. Kepala Badan Geologi untuk penetapan kawasan batu gamping yang

dapatdimanfaatkan.

6. Pemprov. Kaltim telah memasukkan seluas 307.337 ha kedalam Perda

RTRWP Kaltim Nomor 1 Tahun 2016, sebagai Kawasan Lindung Geologi

Karst Sangkulirang-Mangkalihat yang merupakan Kawasan Strategis Provinsi

(KSP) dari sudut kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup,

sehingga pengelolaan kawasan karst harus masuk didalam, rencana

pembangunan jangka menengah propinsi. Kawasan lindung geologi Karst

Sangkulirang-Mangkalihat meliputi kawasan bentang alam karst di Kabupaten

Kutai Timur dan Kabupaten Berauseluas307.337 Ha tersebar di Hutan Lindung

dan kawasan budidaya.

7. Dengan ditetapkannya Kawasan Lindung Geologi Karst Sangkulirang-

Mangkalihat pada Perda RTRWP Kaltim 2016-2036 Nomor 1 tahun 2016,

maka setiap perizinan baru yang berencanamelakukanaktivitas/kegiatan di

dalam bentang alam karst wajib melakukan pengajuan penyelidikan kawasan

Page 11: RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA … fileRingkasan Eksekutif 3 sebesar: (1) 96,16 % berasal dari kegiatan berbasis lahan (alih fungsi kawasan hutan dan lahan). Sedangkan emisi

Ringkasan Eksekutif 10

terlebih dahulu kepada pemerintah daerah, kemudian Pemerintah Prov. Kaltim

melalui Kepala Dinas LH Prov. Kaltim akan membentuk Tim Penyelidikan

Kawasan Batu Gamping yang terdiri dari instansi teknis terkait dibantu dengan

tenaga ahli dari ITB, UGM dan TNC. Sampai dengan saat ini, sudah terdapat

16 (enam belas) perusahaan yang telah dilakukan penyelidikan kawasan

terhadap rencana pemanfaatan areal di sekitar bentang alam karst

Sangkulirang-Mangkalihat.

8. Selain itu Pemprov. Kaltim juga bekerjasama/bermitra dengan TFCA (Tropical

Forest Conservation Act) Kalimantan sedang melakukan kajian secara

komprehensif terhadap Kawasan Ekosistem Karst Sangkulirang-Mangkalihat,

yang pada tanggal 29 Maret 2017 bertempat di Ruang Rapat Tepian, Kantor

Gubernur Kaltim telah dilakukan ekspos bersama-sama dengan para pemangku

kepentingan dan stakeholder, direncanakan pada pertengahan tahun 2017 ini

dapat diperoleh hasil lengkapnya, yang kemudian dapat dijadikan dasar/acuan

untuk pengusulan kembali kepada Kementerian ESDM, agar segera

menetapkan Kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat sebagai Kawasan

Lindung, sekaligus dapat dijadikan referensi untuk melengkapi/memperbaiki

luasan Kawasan Lindung Geologi Karst yang sudah dilindungi seluas 307.337

ha, sebagaimana yang ditetapkan dalam perda RTRWP Kaltim2016-2036.

9. Pemerintah Prov. Kaltim pada tahun 2018s edang menyusun Raperda

Master Plan Perubahan Iklim Kalimantan Timur s/d Tahun 2030,

didalamnya juga memberi arahan mitigasi pada Kawasan Karst

Sangkulirang-Mangkalihat, yaitu: (a) Pengelolaan ekosistem karst yang

terpadu antar sektor dan antar wilayah administratif; termasuk di dalamnya (b)

inventarisasi bentang alam karst (termasuk inventarisasi dan pemetaan bentuk

eksokarst dan endokarst); (c) penyusunan rencana strategis perlindungandan

pengelolaan ekosistem karst; (d) pelibatan aktif para pihak terkait (baik

pemerintah dan non pemerintah); (e) rehabilitasi dan konservasi hutan dan

lahan di kawasan karst; serta (f) perlindungan terhadap kawasan secara

keseluruhan dengan tidak memberikan perijinan ekstraktif dan eksploitatif

pada kawasan lindung geologi.

Page 12: RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA … fileRingkasan Eksekutif 3 sebesar: (1) 96,16 % berasal dari kegiatan berbasis lahan (alih fungsi kawasan hutan dan lahan). Sedangkan emisi

Ringkasan Eksekutif 11

UPAYA (RESPONSE) ATAS ISU ANCAMAN KAWASAN DELTA MAHAKAM

1. Berdasarkan usulan Gubernur Kaltim melalui surat No: 521/7482/Ek tanggal 15

Agts 2011, dibentuklah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Delta

Mahakam dengan SK Penetapan No : 674/Menhut-II/2011 tanggal 1 Desember

2011, dengan luas = 110.153 Ha, diperkuat Perda Kaltim no. 9 tahun 2016

tanggal 22 November 2016 tentang Pembentukan dan susunan perangkat

daerah Prop Kaltim.

2. Pembentukan Tim Pengelola Kawasan Delta Mahakam yang terpadu

(pengelolaan berbasis pendekatan DAS) dengan keanggotaan multi stakeholders

melalui SK Gub. Kaltim No:660.1/K.693/2011 tentang Pembentukan Tim

Pengelola Kawasan Delta Mahakam Tgl, 28 Okt 2011.

3. Menetapkan Kawasan Delta Mahakam sebagai salah satu Kawasan Strategis

Provinsi (KSP) dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan

hidup melalui Perda RTRW Prov. Kaltim Nomor 01 Trahun 2016 tentang

RTRW Prov. Kaltim Thn.2016-2036

4. Melaksanakan sosialisasi secara intensif ke aparat dan anggota masyarakat desa

yang berada di dalam Delta Mahakam agar sama persepsi dan komitmen

terhadap pengelolaan Kawasan Delta Mahakam.

5. Melaksanakan Program dan Kegiatan KPHP Delta Mahakam yang Berbasiskan

Masyarakat.

6. Pelibatan Masyarakat Setempat (petambak dan petani sawah) untuk bermitra

dengan KPHP melakukan Penanaman baik swakelola maupun pihak ketiga dan

dialokasikan untuk blok pemberdayaan +65.000 Ha, sekaligus menyelaraskan

dengan program Perhutanan Sosial (Hutan Kemasyarakatan atau Hutan Desa),

melalui fasilitasi dana APBN dan donatur, serta dilakukan pendampingan

intensif bersama NGO, Perhutanan Sosial dan kemitraan Lingkungan (PSKL)

secara harmonis dan integratif.

7. Melakukan kegiatan penanaman di Kawasan Delta Mahakam baik oleh

pemerintah maupun pihak swasta dari tahun 2011 s/d 2017 .

10. Sinergisitas Program dan Komitmen Stakeholders dalam Pengelolaan Delta

Mahakam (silvofishery, dll)

11. Pembangunan Pusat Informasi Mangrove (PIM) di kawasan Delta Mahakam

yang berlokasi Desa Saliki Kec.Muara Badak. Lokasi tersebut berada dalam

Page 13: RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA … fileRingkasan Eksekutif 3 sebesar: (1) 96,16 % berasal dari kegiatan berbasis lahan (alih fungsi kawasan hutan dan lahan). Sedangkan emisi

Ringkasan Eksekutif 12

wilayah kawasan hutan pendidikan dan penelitian Muara Kaeli, Kabupaten

Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.

INOVASI MENGATASI ISU ADAPTASI DAN MITIGASI PERUBAHAN

IKLIM, DAMPAK PERTAMBANGAN, ANCAMAN KAWASAN KARST

DAN ANCAMAN KAWASAN DELTA MAHAKAM

1. Pembentukan Dewan Daerah Perubahan Iklim, melalui Peraturan Gubernur

Kalimantan Timur Nomor 2 Tahun 2011 tentang Dewan Daerah

PerubahanIklim(DDPI), Gubernur Kaltim pada tanggal 12 Januari 2011

menetapkan DDPI Kaltim yang beranggotakan 18 (delapan belas).

2. Menetapkan Pedoman Pelaksanaan Kaltim Hijau, melalui Peraturan

Gubernur Kalimantan Timur Nomor 22 tahun 2011 tentang Pedoman

Pelaksanaan Kaltim Hijau, Gubernur Kaltim menindaklanjuti dari Deklarasi

Kalimantan Timur Hijau (Kaltim Green) yang dilakukan pada Kaltim Summit

2010. Pasal-pasal didalam Pergub ini menjabarkan dan menjelaskan program

yang harus dijalankan oleh organisasi perangkat daerah di Kaltim dalam

mewujudkan Kaltim Hijau. Kaltim Hijau adalah dimulainya suatu proses

pelaksanaan pembangunan daerah yang berwawasan lingkungan (green

development) dengan basis tata kelola pemerintahan yang berwawasan

lingkungan (green governance).

3. Menetapkan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

Gubernur Kaltim melalui Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 39

tahun 2014 tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

Provinsi Kalimantan Timur menetapkan Rencana Aksi Daerah Penurunan

Emisi Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Kaltim melalui perencanaan Prov. Kaltim

tahun 2012-2020 untuk penurunan emisi dari sektor berbasis lahan, energi,

transportasi dan industri, serta limbah. RAD GRK berisikan sumber dan potensi

penurunan emisi, baseline Business as Usual (BAU), usulan rencana aksi

mitigasi penurunan emisi GRK, usulan prioritas, serta lembaga pelaksana dan

pendanaan.

4. Menyusun Master Plan Perubahan Iklim Kaltim s/d Tahun 2030. Maksud

dari penyusunan Master Plan Perubahan Iklim Prov. Kaltim s/d Tahun 2030

adalah: (a) Memberikan arahan jangka panjang dan periodik bagi

daerah/region,kabupaten/kota, sektor, dan pihak-pihak lain dalam rangka

Page 14: RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA … fileRingkasan Eksekutif 3 sebesar: (1) 96,16 % berasal dari kegiatan berbasis lahan (alih fungsi kawasan hutan dan lahan). Sedangkan emisi

Ringkasan Eksekutif 13

menyusun perencanaan dalam rangka mendukung transformasi ekonomi dan

pembangunan rendah emisi di Kaltim; dan (b) Memberikan arahan jangka

panjang dalam mendukung upaya-upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim

Kaltim, yang dihubungkan dengan target dan capaian transformasi ekonomi.

Master Plan Perubahan Iklim Prov. Kaltim s/d Tahun 2030 merupakan uraian

strategi, program dan usulan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan para

pihak lainnya dalam rangka mendukung upaya Kaltim dalam

mencapaitargetpenurunan emisi berbasis kewilayahan (yurisdiksi) sub-nasional

tahun 2035. Master Plan Perubahan Iklim Prov. Kaltim s/d Tahun 2030

memberikan panduan dan arahan strategi jangka panjang dalam upaya mitigasi

dan adaptasi perubahan iklim di Kaltim, serta merupakan rujukan bagi

penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), baik

provinsi maupun kabupaten/kota, penyusunan Rencana Strategis (Renstra)

Organisasi Perangkat Daerah (OPD), baik di lingkungan prov. maupun

kab./kota, serta menjadi rujukan bagi mitra pembangunan lokal, nasional dan

internasional. Tahun 2018 sedang dilaksanakan kajian naskah akademis dalam

rangka meningkatkan status dokumen Master Plan Perubahan Iklim Kaltim s/d

Tahun 2030 menjadi Perda Kaltim, sehingga memiliki ikatan dan kekuatan

hukum dalam implementasinya kedepan. Secara khusus, Master Plan

Perubahan Iklim Prov. Kaltim s/d Tahun 2030 harus diadopsi sebagai bagian

yang tidak terpisahkan dari Rencana Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup (RPPLH) prov/kab./kota.

5. Menandatangani beberapa Kesepakatan Pembangunan Hijau, antara lain:

a). Kesepakatan Pembangunan Hijau Prov. Kaltim tanggal 27 September 2017

(Balikpapan Statement) yang ditandatangani oleh Gubernur dan

Bupati/Walikota se-Kaltim, Perusahaan Swasta, Mitra Pembangunan,

LSM/NGO, Asosiasi dan perwakilan masyarakat, dan b). Kesepakatan

Pembangunan Hijau Dalam Upaya Mendorong Penurunan Emisi Gas Rumah

Kaca di Seluruh Kab./Kota Prov. Kaltim Tanggal 17 April 2018 (Sendawar

Commitment) yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup

Provinsi dan Kab./Kota se-Kaltim, Mitra Pembangunan, dan LSM/NGO.

6. Kegiatan Penanaman Pohon: One Man Five Trees. Pemprov. Kaltim juga

telah melakukan kegiatan Penanaman pohon: One Man Five Trees sejak 2011

sampai tahun 2015 sejumlah 315.981.926 batang pohon.

Page 15: RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA … fileRingkasan Eksekutif 3 sebesar: (1) 96,16 % berasal dari kegiatan berbasis lahan (alih fungsi kawasan hutan dan lahan). Sedangkan emisi

Ringkasan Eksekutif 14

7. Kegiatan Penanaman Mangrove di Kawasan Delta Mahakam, Pemprov.

Kaltim bersama-sama dengan BUMN, BUMD, pihak swasta NGO/LSM sejak

tahun 2011 s/d 2017 telah melakukan penanaman mangrove sekitar ± 9.800.038

mangrove (5x lipat menyerap karbon).

8. Menerbitkan Peraturan di bidang lingkungan hidup dan moratorium

perizinan, serta peraturan dan kebijakan yang mengatur kegiatan berbasis

lahan (pertambangan), melindungi kawasan-kawasan lindung (seperti Karst)

beserta kelembagaan yang mendukung;

9. Pemprov. Kaltim mendukung pemanfaatan lubang pasca tambang yang

tidak dapat direklamasi dan direvegetasi untuk peruntukan lain (tetap

harus sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku tentunya),

seperti: pemanfaatan lubang pasca tambang untuk TPA sebagai kebijakan yang

inovatif dan dapat menjawab dua permasalahan, yaitu: permasalahan

keberadaan lahan-lahan pasca tambang dan permasalahan pengelolaan sampah

yang disinergiskan menjadi satu kebijakan inovatif, dan berpotensi memberikan

banyak manfaat bagi masyarakat.

TINDAK LANJUT KEDEPAN

1. Dampak peningkatan emisi dari sektor yang berbasis lahan di Kalimantan

Timur, tidak bisa terlepas dari tanggung jawab pemerintah dan pemerintah

daerah dalam mengelola sistem perijinan. Oleh karena itu kedepan diperlukan

sinergisitas antara pemerintah pusat dan daerah dalam memperbaiki tata kelola

perizinan dan non perizinan, yang dilakukan secara transparan dan akuntabel,

sehingga tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan ruang dan lahan, yang akan

berdampak negatif terhadap lingkungan dansosial.

2. Perlu terus diupayakan peningkatan kualitas dan kuantitas Sumber Daya

Manusia Aparat Sipil Negara yang memiliki tugas fungsi pengawasan di sektor

berbasis lahan, khususnya terhadap sektor pertambangan dan

kehutanan(inspektur tambang, polisi hutan) dan bidang lingkungan hidup,

(PPLHD, PPNS), sehingga fungsi pengawasan dan penegakan hukum dapat

berjalan sesuai dengan aturan-aturan yang telah diterbitkan baik olejh

pemerintah pusat maupun daerah.

3. Perlu dioptimalkan fungsi dan peranan kelembagaan yang telah dibentuk di

Kaltim, seperti: Komisi Pasca Tambang, Forum Pengelolaan Karst, Dewan

Page 16: RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA … fileRingkasan Eksekutif 3 sebesar: (1) 96,16 % berasal dari kegiatan berbasis lahan (alih fungsi kawasan hutan dan lahan). Sedangkan emisi

Ringkasan Eksekutif 15

Daerah Perubahan Iklim, dan kemitraan dengan stakeholder lain (LSM,

Organisasi Lingkungan Hidup, dll) dalam mengatasi persoalan lingkungan

hidup, yang merupakan permasalahan kita bersama.

4. Menggunakan secara efesien dan efktif pembiayaan negara (baik APBN dan

APBD) untuk sektor perbaikan lingkungan hidup dan mencari peluang untuk

memperoleh pembiayaan lain dengan bermitra dan berkerjasama dengan

stakeholder baik dari dalam dan luar negeri, yang kredibel dan

bertanggungjawab.

5. Menyusun dokumen-dokumen lingkungan yang diwajibkan didalam UU No.

32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU

No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah, seperti: Dokumen Rencana

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) dan diperdakan,

sehingga menjadi acuan bagi dokumen lain perncanaan pembangunan seperti:

dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengan Daerah (RPJMD) dan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), dan Dokumen Kajian

Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk RPJMD, RPJP, RTRW, RZWP3K,

dan Kebijakan Rencana Program (KRP) pemerintah daerah yang berdampak

terhadap lingkungan.

6. Melaksanakan semua Kesepakatan Pembangunan Hijau Prov. Kaltim

(Balikpapan Statement dan Sendawar Commitment) baik berupa perencanaan,

pelaksanaan dan pelaporan, disesuaikan dengan kondisi Kabupaten/Kota

masing-masing.

7. Menyusun Master Plan Perubahan Iklim Kalimantan Timur s/d Tahun 2030

dan melakukan kajian naskah akademis untuk persiapan penyusunan Perda

Master Plan Perubahan Iklim, sehingga kebijakan akan lebih mengikat kepada

seluruh pemangku kepentingan dan stakeholder terkait.